USAHA MENINGKATKAN EKONOMI KELUARGA DENG
USAHA MENINGKATKAN EKONOMI KELUARGA
DENGAN BUDIDAYA AYAM BURAS
Disusun Oleh :
Masjoko (1815145757)
Tugas Makalah Sebagai Tugas Individu Dikumpukan Untuk Memenuhi
Persyaratan Perkuliahan Keterampilan Bahasa Indonesia
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan sukur penulishaturkan kepada tuhan yang maha kuasa,
karena kasih dan rahmat-nyalah dapat disusun makalah dengan judul
Usaha Meningkatkan Ekonomi Keluarga Dengan Budidaya Ayam Buras
Penulis ucapkan terimakasih kepada Dra. Sehati Kaban, M. Pd.
Selaku dosen matakuliah Keterampilan Bahasa Indonesia yang telah
membimbing Penulis dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.
Penulis juga berterimakasih kepada orang tua, kakak, dan adik, serta
teman-teman yang telah memotivasi penulis dalam menyelesaikan
penulisan makalah ini, semoga kita semua mendapat berkat dan
rahmat Tuhan dengan berlimpah-limpah.
Makalah
ini
ditulis
untuk
memenuhi
tugas
perkuliahan
Keterampilan Bahasa Indonesia. Secara umum makalah ini membahas
bagaimana membudidayakan ayam buras dengan baik sehingga dapat
meningkatkan ekonomi keluarga.
Dalam menyusun makalah ini penulis menyadari bahwa masih
banyak kelemahan dan kekurangan baik dari segi pembahasan
maupun sistematika penulisan. Untuk perbaikan dan pengembangan
makalah ini kedepannya, keritik dan saran dari pembaca sangat
penulis harapkan. Semoga makalah ini memberi manfaat bagi kita
semua, terimakasih.
Jakarta, 22 Desember
2015
2
Masjoko
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ 1
DAFTAR ISI....................................................................................................... 2
BAB I: PENDAHULUAN..................................................................................... 3
A.
Latar belakang Penulisan..........................................................................3
B.
Rumusan Masalah..................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan....................................................................................... 4
BAB II: PEMBAHASAN....................................................................................... 5
A.
Apa itu ayam Buras................................................................................... 5
B.
Cara Membudidayakan Ayam Buras..........................................................8
C. Gambaran Ekonomi Masyarakat Pedesaan..............................................12
D. Dampak Budidaya Ayam Buras Terhasap Ekonomi Keluarga..................13
BAB III: PENUTUP............................................................................................ 15
A.
Kesimpulan.............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 16
3
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Penulisan
Ayam Buras (bukan ras) yang dikenal sebagaiayam kampung
sering kita jumpai baik di kota maupun di desa. Ayam buras yang
kita jumpai merupakan salah satu penghasil telur dengan protein
yang sangat tinggi. Selain itu, ayam buras juga merupakan sumber
menu paforit masyarakat pedesaan. Namun, belum banyak orang
mengetahuinya, banyak dari masyarakat kota membeli ayam potong
dari pada ayam buras. Padahal ayam buras memiliki kandungan
yang sangat tinggi dari pada ayam potong.
Ayam
buras
pada
umumnya
banyak
dibudidayakan
oleh
masyarakat pedesaan. Hampir semua elemen masyarakat pribumi di
Indonesia membudidayakan ayam buras. Tetapi, pembudidayakan
ayam buras belum dilaksanakan secara baik dan benar. Padahal,
pembudidayaan
ayam
Buras
secara
intensif
dapat
memberi
peningkatan besar bagi perekonomian keluarga.
Masyarakat desa yang pada umumnya berlatar belakang ekonomi
kelas bawah bersusah payah bekerja untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya. Kebenyakan dari mereka belum begitu menyadari jika
mereka memiliki peluang yang besar dalam berusaha dan bekerja.
Pembudidayaan ayam Buras
mempunyai dampak yang cukup
besar dalam mendukung perekonomian masyarakat pedesaan namun
belum semua masyarakat menyadari hal itu. Jika pembudidayaan
ayam buras dilakukan secara baik dan benar tentu masyarakat yang
perekonomiannya berada pada kelas bawah akan merasakan dampak
positifnya.
4
Melihat
beberapa
masalah
tersebut
maka
penulis
tertarik
membahas makalah dengan judul meningkatkan ekonomi keluarga
dengan
membudidayakan
ayam
buras.
Semoga
makalah
ini
bermanfaat bagi kita semua.
B. Rumusan Masalah
Dari masalah yang telah dipaparkan di atas maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa itu ayam Buras?
2. Bagaimana cara membudidayakan ayam buras secara intensif?
3. Bagaimana gambaran ekonomi masyarakat pedesaan?
4. Apa
dampak
pembudidayaan
ayam
buras
terhadap
perekonomian keluarga?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui apa itu ayam Buras.
2. Untuk mengetahui pembudidayaan ayam Buras secara baik
dan benar.
3. Untuk mengetahui gambaran perekonomian masyarakat
pedesaan.
4. Untuk mengetahui dampak pembudidayaan ayam Buras
terhadap ekonomi keluarga.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Apa itu ayam Buras
Ayam Buras adalah ayam bukan ras. Ayam buras juga sering
disebut ayam kampung. Ayam kampung merupakan sebutan di
Indonesia bagi ayam peliharaan yang tidak ditangani dengan
budidaya massal komersial serta tidak berasal usul dari galur atau
ras yang dihasilkan untuk kepentingan komersial tersebut. 1Ini
artinya ayam Buras bukan merupakan ayam yang diimpor dari luar
negeri tetapi ayam yang dibudidayakan oleh masyarakat pribumi
sendiri khususnya masyarakat pedesaan. Defnisi lain bahwa ayam
buras merupakan ungags hasil demostifkasi dari jenis ayam hutan
merah.2 Jadi dapat disimpulkan bahwa ayam buras adalah ayam
peliharaan yang oleh masyarakat pribumi tidak ditangani secara
budidaya massal kmersial.
Ayam Buras mempunyai banyak varietas dan spesies. Rukmana
(2003: 17-25) menjelaskan beberapa varietas ayam buras yaitu:
1. Ayam Kedu
Ayam
kedu
merupakan
ayam
lokal
yang
berkembang
di
Kabupaten Magelang dan Temanggung atau eks. Kersidenan Kedu
(Jawa Tengah). Berdasarkan penampilan warnanya, ayam kedu
dapat dibedakan menjadi empat jenis sebagai berikut:
a. Ayam Kedu Hitam
1
2
Rasyaf M., Produksi dan Pemberian Pakan Unggas, (Jogjakarta: Kansius, 1992), h. 42
Ibid, h. 43
6
Ayam kedu hitam mempunyai penampilan fsik hampir hitam
semua, tetapi kalau diamati secara teliti warnanya tidak terlalu
hitam.
Penampilan
kulit
pantat
dan
jengger
masih
mengandung warna kemerah-merahan. Bobot ayam kedu
hitam jantan dewasa antara 2 kg–2,5 kg, sedangkan yang
betinanya hanya 1,5 kg. Ayam ini sering disamakan dengan
ayam cemani karena tampak serba hitam.
b. Ayam Kedu Cemani
Ayam kedu cemani memiliki penampilan sosok tubuh hitam
mulus, termasuk paruh, kuku, telapak kaki, lidah, telak (langitlangit mulut), bahkan daging dan tulangnya juga hitam. Sosok
tubuh ayam kedu jantan dewasa tinggi besar dan bobotnya
antara 3 kg-3,5 kg, sedangkan yang betina dewasa berbobot
antara 2 kg-2,5 kg.
c. Ayam Kedu Putih
Ayam kedu putih ditandai dengan warna bulu putih mulus,
jengger dan kulit mukanya berwarna merah, sedangkan
kakinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Jenggernya
tegak berbentuk wilah. Bobot ayam jantan kedu putih dewasa
mencapai 2,5 kg. Sedangkan bobot ayam kedu putih betina 1,2
kg–1,5 kg.
d. Ayam Kedu Merah
Ayam kedu merah ditandai dengan warna bulu hitam mulus,
tetapi kulit muka dan jengger berwarna merah, sedangkan
kulit badannya berwarna putih. Sosok tubuh ayam kedu merah
tinggi besar dengan bobot ayam jantan dewasa 3 kg-3,5 kg,
Sedangkan bobot ayam betina 2 kg-2,5 kg.
2. Ayam Nunukan
7
Ayam nunukan disebut juga ayam Tawao. Ayam ini merupakan
ayam lokal yang berkembang di Pulau Tarakan, Kalimantan Timur.
Ayam nunukan diperkirakan berasal dari Cina. Karakteristik ayam
nunukan adalah warna bulunya merah cerah atau merah kekuningkuningan, bulu sayap dan ekor tidak berkembang sempurna.
Sementara paruh dan kakinya berwarna kuning atau putih kekuningkuningan
dengan
jengger
dan
pial
berwarna
merah
cerah.
Jenggernya berbentuk wilah dan bergerigi delapan.Stadium anak
ayam sampai umur 45 hari cenderung berbulu kapas. Berat badan
ayam nunukan jantan dewasa 3,4 kg–4,2 kg, sedangkan yang betina
1,6 kg–1,9 kg.
3. Ayam Pelung
Ayam pelung merupakan ayam lokal yang berkembang di
Kabupaten Cianjur dan Sukabumi (Jawa Barat). Ayam pelung
memiliki sosok tubuh besar dan tegap,
temboloknya tampak
menonjol. Kakinya panjang, kuat, dan pahanya berdaging tebal.
Ayam pelung jantan memiliki Jengger berbentuk wilah yang besar,
tegak, bergerigi nyata dan berwarna merah cerah. Ayam pelung
betina
mempunyai
jengger,
tetapi
jengger
terseebut
tidak
berkembang dengan baik. Ayam pelung jantan dewasa mempunyai
bobot badan berkisar antara 3,5 Kg – 5,5 Kg, sedangkan yang betina
2,5 Kg – 3,5 Kg.
4. Ayam Sumatra
Ayam Sumatra merupakan ayam lokal dari Sumatera Barat.
Penampilan perawakannya tegap, gagah ,tetapi ukuran tubuhnya
kecil. Ayam Sumatra jantan berkepala kecil, tetapi tengkoraknya
lebar.
Pipinya
penuh
(padat),
keningnya
tebal,
dan
pialnya
menggantung ke bawah. Paruh ayam Sumatra umumnya pendek dan
8
kukuh berwarna hitam, dengan cuping kecil dan berwarna hitam.
Ayam Sumatra memiliki jengger berbentuk wilah dan berwarna
merah. Kulit muka juga berwarna merah atau hitam, ditumbuhi bulu
halus yang jarang. Bobot ayam Sumatra jantan dewasa 2 Kg,
sedangkan yang betina 1,5 Kg.
5. Ayam Belenggek
Ayam
belenggek
berasal
dari
Sumatera
Barat,
tepatnya
dipedalaman Kabupaten Solok. Ayam ini pandai berkokok dengan
suara yang merdu dan iramanya bersusun-susun, panjang sampai
terdiri atas 6-12 suku kata. Semakin panjang suku katanya, semakin
panjang kokoknya.
6. Ayam Gaok
Ayam gaok bersal dari madura dan Pulau Puteran, Kabupaten
Sumenep. Keistimewaan ayam gaok yaitu kokoknya memiliki suara
panjang yang hampir sama dengan ayam pelung yang terdapat di
Cianjur (Jawa Barat). Ayam Gaok jantan dewasa memiliki bobot
badan mencapai 4 Kg, sedangkan yang betina 2 - 2,5 Kg. Ayam Gaok
jantan memiliki tampilan tubuh besar, tegap dan gagah. Jenggernya
besar berbentuk wilah dan berwarna merah, dengan pial yang besar
dan warnanya merah. Kakinya berwarna kuning. Bulunya didominasi
oleh warna kuning kehijau-hijauan (wido), namun ada juga yang
berwarna lain seperti merah dan hitam.
7. Ayam Samba
Ayam samba adalah ayam kampung asli berasal dari daerah
kabupaten garut jawa barat.Ciri khas ayam ini adalah badannya yg
lebih besar dibandingkan dengan ayam kampung biasa. Kepala yg
besar, paruh dan kaki berwarna kuning. Sepintas mirip ayam aduan.
Keberadaan ras ayam murni ini sudah sangat langka dimasyarakat
9
asal
daerah
tersebut
akibat
domestikasi
alami
akibat
sistem
pemeliharaan umbar/diliarkan dengan jenis ayam lain. Namun kini
beberapa praktisi sedang mengembang munikan ayam ras ini.
B. Cara Membudidayakan Ayam Buras
Perkembangan ayam buras sudah sangat pesat dan telah banyak
dipelihara
oleh
peternak-peternak
maupun
masyarakat
umum
sebagai usaha untuk pemanfaatan pekarangan, pemenuhan gizi
keluarga serta meningkatkan pendapatan.
Dikarenakan dengan pemeliharaan sistem tradisional, produksi
telur ayam buras sangat rendah, ± 60 butir/tahun/ekor. Berat badan
pejantan tak lebih dari 1,9 kg dan betina ± 1,2 ~ 1,5 kg, maka perlu
diintensifkan.3 Pemeliharaan yang intensif pada ayam buras, dapat
meningkatkan produksi telur dan daging, dapat mencegah wabah
penyakit dan memudahkan tata laksana. Supaya produksi telur dan
daging ayam buras meningkat maka perlu dipahami secara baik cara
membudidayakan ayam buras.
Sistem pembudidayaan ayam buras meliputi: bibit, pemeliharaan,
perkandangan, pakan dan pencegahan penyakit.
1. Bibit
Murtidjo BA. (1994: 15) menjelaskan ciri-ciri bibit ayam buras
yang baik sebagai berikut:
a. Ayam jantan:
1) Badan kuat dan panjang.
2) Tulang supit rapat.
3) Sayap kuat dan bulu-bulunya teratur rapih.
4) Paruh bersih.
5) Mata jernih.
3
Murtidjo BA., Mengelola Ayam Buras, (Yogjakarta: 1992), h. 15
10
6) Kaki dan kuku bersih, sisik-sisik teratur.
7) Terdapat taji.
b. Ayam betina (petelur) yang baik
1) Kepala halus.
2) Matanya terang/jernih.
3) Mukanya sedang (tidak terlalu lebar).
4) Paruh pendek dan kuat.
5) Jengger dan pial halus.
6) Badannya cukup besar dan perutnya luas.
7) Jarak antara tulang dada dan tulang belakang ± 4 jari.
8) Jarak antara tulang pubis ± 3 jari.
2. Pemeliharaan
Murtidjo BA. (1994: 16) menjelaskan ada 3 (tiga) sistem
pemeliharaan :
a. Ekstensif yaitu pemeliharaan secara tradisional dimana ayam
dilepas dan mencari pakan sendiri.
b. Semi
intensif
yaitu
ayam
kadang-kadang
diberi
pakan
tambahan.
c. Intensif yaitu ayam dikandangkan dan diberi pakan.
Apabila
dibedakan
dari
umurnya,
ada
beberapa
macam
pemeliharaan, yaitu:
a. Pemeliharaan anak ayam (starter) : 0 - 6 minggu, dimana anak
ayam sepenuhnya diserahkan kepada induk atau induk buatan.
b. Pemeliharaan ayam dara (grower) : 6 - 20 minggu.
c.
Pemeliharaan masa bertelur (layer) : 21 minggu sampai afkir
(.... 2 tahun).
11
Untuk memperoleh telur tetas yang baik, diperlukan 1 (satu)
ekor pejantan melayani 9 (sembilan) ekor betina, sedangkan
untuk menghasilkan telur konsumsi, pejantan tidak diperlukan.
3. Perkandangan
Fungsi kandang yaitu :
a. Untuk tempat berteduh dari panas dan hujan.
b. Sebagai tempat bermalam.
c. Untuk memudahkan tata laksana.
Syarat kandang yang baik, yaitu :
a. Cukup mendapat sinar matahari.
b. Cukup mendapat angin atau udara segar.
c. Jauh dari kediaman rumah sendiri.
d. Bersih.
e. Sesuai kebutuhan (umur dan keadannya).
f. Kepadatan yang sesuai.
g. Kandang dibuat dari bahan yang murah, mudah didapat dan
tahan lama.
Kepadatan kandang :
a. Anak ayam beserta induk : 1 - 2 m 2 untuk 20 - 25 ekor anak
ayam dan 1 - 2 induk.
b. Ayam dara 1 m 2 untuk 14 - 16 ekor.
c. Ayam masa bertelur, 1 - 2 m 2 untuk 6 ekor dan pejantan 1
ekor.
4. Pakan
12
Zat-zat makanan yang dibutuhkan terdiri dari : protein, energi,
vitamin, mineral dan air. Adapun konsumsi pakan adalah sebagai
berikut :
a. Anak ayam dara 15 gram/hari
b. Minggu I-III 30 gram/hari
c. Minggu III-V 60 gram/hari
d. Minggu VI sampai menjelang bertelur 80 gram/hari
e. Induk 100 gram/hari
f. Pemberian pakan adalah sehari dua kali, yaitu pagi dan sore,
sedangkan air minum diberikan setiap saat.
5. Penyakit Dan Pencegahan
a. ND (Necastle Desease/ Tetelo)
Cara pencegahannya yaitu lakukan vaksinasi ND secara
teratur pada umur 4 hari, 4 minggu dan 4 bulan diulangi lagi
setiap 4 bulan sekali.
b. Cacingan
Cara
pencegahannya
yaitu
hindarkan
pemeliharaan
tradisional.
c. CRD (pernafasan)
Pengobatannya memerlukan
Chlortetacyclin (dosis 100-200
gr/ton ransum) atau tylosin (dosis 800 -1000 gr/ton ransum).
d. Berak Darah
e. Pengobatannya memerlukan
Prepara Sulfa atau anyrolium
dilarutkan dalam air minum, dosis 0,012 -0,024% untuk 3 - 5
hari.
f. Pilek
Pengobatannya memerlukan sulfadimetoxine 0,05% dilarutkan
dalam air minum selama 5 -7 hari.
13
g. Cacar
Pencegahannya perlu vaksinasi 1 kali setelah lepas induk
C. Gambaran Ekonomi Masyarakat Pedesaan
Masyarakat desa pada umumnya berlatar belakang ekonomi
kelas bawah.Sebagian besar dari mereka bekerja
sebagai petani,
nelayan, berternak. Pekerjaan demikian tidaklah memberikan hasil
yang menjanjikan. Mungkin saja diwaktu keberuntungannya mereka
mendapatkan banyak rezeki dari hasil keringatnya namun pada
kenyataannya tidak selamanya rezeki itu datang setiap saat. Nelayan
yang pergi melaut tiap malam tidak selamanya mendapatkan ikan
yang banyak karena kita ketahui ikan dapat punah, apalagi jika
habitatnya rusak tentu perkembangan biakan ikan tidak seiring
dengan waktu yang diharapkan nelayan untuk mencari nafkahnya.
Petani padi misalnya, tidak selamanya musim di Indonesia ini
mendukung
panjang
dan
pertumbuhan
terkadang
tanaman
hujan
padi,
sampai
terkadang
kebanjiran.
kemarau
Pekerjaan
masyarakat yang demikian tentunya berimbas pada perekonomian
keluarga. Jika hasil kerja menurun maka tidak ada lagi yang dapat
diharapkan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari.
Dengan situasi yang demikian, para masyarakat desa membutuhkan
kerja sampingan guna memenuhi kebutuhan keluarganya. Dengan
hal seperti inilah peranan kerja sampingan menjadi pendongkrak
bagi perekonomi keluarga.
Ada banyak hal yang dapat dijadikan sebagai kerja sampingan
bagi masyarakat pedesaan salah satunya adalah beternak ayam
buras. Membudidayakan ayam buras sangatlah mudah dilakukan.
Lingkungan alam pedesan sangatlah mendukung pembudidayaan
ayam buras karena selain alamnya masih alami juga masih mudah
14
untuk mencari pakan peternakan ayam buras seperti jagung, padi
atau ubi dan lain-lain. Selain hal itu, masyarakat desa juga bisa
memilih kerja sampingan lainnya. Kerja sampingan ini sangatlah
menunjang perekonomian keluarga. Sebagai contoh keluarga penulis
yang sedang membudidayakan ayam buras dikampung dengan
penghasilan 1.500.000,- per bulan ( diluar penghasilan ayam buras)
dengan menafkahi 3 orang anak yang masih bersekolah belumlah
cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Ditambah lagi harga
bahan pokok meningkat tentulah hal itu menjadi keluhan bagi
keluarga
penulis.
Tetapi
di
sisi
lain,
ayam
buras
dapat
meminimalisasikan pengeluaran keluarga penulis per bulannya.
Dengan membudidayakan ayam buras keluarga penulis tidak perlu
lagi bersusah payah membeli daging karena ayam buras dapat
dijadikan solusinya, telur ayam buras dapat dijualkan 1500/ butir
dan juga dapat dikonsumsi untuk kebutuhan makan keluarga penulis
sehari-hari.
Berdasarkan contoh realitas
dapat
disimpulkan
bahwa
kehidupankeluarga penulis maka
masyarakat
pedesaan
yang
berpenghasilan kurang dari 2400.000,- (Standar UMR) sangatlah
sukar untuk menjalankan kehidupan. Tuntutan kebutuhan setiap
waktu semakin meningkat sementara
kebutuhan
belum
maksimal
maka
usaha
untuk
memenuhi
diperlukanlah
solusi
pengembangan potensi sumber daya manusia agar bisa mengelola
sumber
daya
yang
ada
untuk
meningkatktan
taraf
ekonomi
masyarakat pedesaan.
D. Dampak Budidaya Ayam Buras Terhasap Ekonomi Keluarga
Membudidayakan ayam buras oleh keluarga anggota masyarakat
pedesaan tetulah sangat memberi dampak terhadap perekonomian
15
mereka. Seperti yang dijelaskan sebelumnya pembudidayaan ayam
buras dapat dijadikan sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan
perekonomian keluarga. Dengan membudidayakan ayam buras bagi
keluarga yang tergolong pada posisi ekonomi kelas bahwa tentulah
sangat membantu kondisi fnansial dan kebutuhan rumah tangga
mereka. Dengan membudidayakan ayam buras maka mereka tidak
perlu lagi mengeluarkan uang untuk membeli daging di pasar karena
mereka bisa memenuhinya kebutuhannya dengan ayam buras yang
mereka pilihara. Selain itu telur ayam buras juga bisa dijadikan
sumber pengganti lauk-pauk untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Ayam buras jika dibudidayakan secara intensif maka dapat
menghasilkan telur yang cukup banyak untuk dijual. misalkan dalam
sekala kecil, jika mereka memilihara 20 ekor ayam buras betina dan
tiap ekor ayam betina menghasilkan 6 butir telur maka sudah dapat
dipastikan tiap bulannya bahwa mereka dapat meraup uang sebesar
6 x 20 x 1500, yaitu 180. 000,- tetapi mungkinkah 1 ekor ayam hanya
menghasilkan telur hanya 6 butir saja? Hal ini jelas menjadi surplus
bagi pembudidaya. Selain itu ayam buras juga bisa dijual per
kilogram . Jika saja tiap 6 bulan peternak ayam buras berhasil
menjual 50 ekor ayam dikali harga perkiloan yaitu 50. 000,- maka
hasil yang diperoleh adalah 2.500. 000,-/6 bulan. Dengan hasil yang
demikian pembudidayaan ayam buras sangatlah berdampak pada
peningkatan pemasuklan fnansial keluarga.
Ayam buras juga memiliki kotoran yang dapat dikelola menjadi
pupuk. Pengelolaan pupuk yang berasal dari kotoran ayam sangatlah
sederhana dan tidak memerlukan biaya yang mahal. Keberhasilan
pengelolaan pupuk dari kotoran ayam buras jelas memberikan
keberuntungan tersendiri bagi pembudidayanya. Pupuk kotoran
16
ayam selain bisa dijual juga bisa dipakai untuk keperluan sendiri.
Seperti untuk memupuk sayur di kebun, memupuk padi di sawah,
dan
lain-lain.
Dengan
pembudidayaan
ayam
deikian
buras
dapat
sangat
disimpulkan
berperan
dalam
bahwa
upaya
memenuhi kebutuhan dan meningkatkan perekonomian keluarga.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ayam buras adalah ayam peliharaan yang oleh masyarakat
pribumi tidak ditangani secara budidaya massal kmersial. Ayam
buras
memiliki
beberapa
varietas
seperti:
ayam Kedu,
ayam
Nunukan, Ayam pelung, ayam Sumatra Belenggek, ayam Goak dan
ayam Samba.
Ayam buras jika dibudidayakan secara intensif dapat memberi
keuntungan
yang
besar
bagi
pembudidayanya.
Cara
membudidayakan ayam secara intensif tentunay mengacu pada
sistem pembudidayaan yang baik, bersih dan teratur. Sistem
17
pembudidayaan
itu
meliputi
pembibitan,
pemeliharaan,
perkandangan, pakan dan pencegahan penyakit.
Masyarakat pedesaan yang pada umumnya tergolong dalam
ekonomi kelas bawah dengan penghasilan dibawah 2.400.000,-/
bulan sangat sukar untuk menjalankan kehidupan. Dalam situasi ini,
pembudidayaan
ayam
buras
berperan
penting
dalam
usaha
mememenuhi kebutuhan keluarga dan memperbaiki kondisi fnansial
keluarga. Dengan demikian pembudidayaan ayam buras memiliki
dampak
yang
perekonomian
besar
terhadap
keluaraga
peningkatan
masyarakat
pertumbuhan
pedesaan
yang
membudidayakannya.
DAFTAR PUSTAKA
BA., Murtidjo. 1992. Mengelola Ayam Buras. Yogjakarta: Kansius
M, Rasyaf. 1992. Produksi dan Pemberian Pakan Unggas. Jogjakarta:
Kansius
18
DENGAN BUDIDAYA AYAM BURAS
Disusun Oleh :
Masjoko (1815145757)
Tugas Makalah Sebagai Tugas Individu Dikumpukan Untuk Memenuhi
Persyaratan Perkuliahan Keterampilan Bahasa Indonesia
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan sukur penulishaturkan kepada tuhan yang maha kuasa,
karena kasih dan rahmat-nyalah dapat disusun makalah dengan judul
Usaha Meningkatkan Ekonomi Keluarga Dengan Budidaya Ayam Buras
Penulis ucapkan terimakasih kepada Dra. Sehati Kaban, M. Pd.
Selaku dosen matakuliah Keterampilan Bahasa Indonesia yang telah
membimbing Penulis dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.
Penulis juga berterimakasih kepada orang tua, kakak, dan adik, serta
teman-teman yang telah memotivasi penulis dalam menyelesaikan
penulisan makalah ini, semoga kita semua mendapat berkat dan
rahmat Tuhan dengan berlimpah-limpah.
Makalah
ini
ditulis
untuk
memenuhi
tugas
perkuliahan
Keterampilan Bahasa Indonesia. Secara umum makalah ini membahas
bagaimana membudidayakan ayam buras dengan baik sehingga dapat
meningkatkan ekonomi keluarga.
Dalam menyusun makalah ini penulis menyadari bahwa masih
banyak kelemahan dan kekurangan baik dari segi pembahasan
maupun sistematika penulisan. Untuk perbaikan dan pengembangan
makalah ini kedepannya, keritik dan saran dari pembaca sangat
penulis harapkan. Semoga makalah ini memberi manfaat bagi kita
semua, terimakasih.
Jakarta, 22 Desember
2015
2
Masjoko
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ 1
DAFTAR ISI....................................................................................................... 2
BAB I: PENDAHULUAN..................................................................................... 3
A.
Latar belakang Penulisan..........................................................................3
B.
Rumusan Masalah..................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan....................................................................................... 4
BAB II: PEMBAHASAN....................................................................................... 5
A.
Apa itu ayam Buras................................................................................... 5
B.
Cara Membudidayakan Ayam Buras..........................................................8
C. Gambaran Ekonomi Masyarakat Pedesaan..............................................12
D. Dampak Budidaya Ayam Buras Terhasap Ekonomi Keluarga..................13
BAB III: PENUTUP............................................................................................ 15
A.
Kesimpulan.............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 16
3
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Penulisan
Ayam Buras (bukan ras) yang dikenal sebagaiayam kampung
sering kita jumpai baik di kota maupun di desa. Ayam buras yang
kita jumpai merupakan salah satu penghasil telur dengan protein
yang sangat tinggi. Selain itu, ayam buras juga merupakan sumber
menu paforit masyarakat pedesaan. Namun, belum banyak orang
mengetahuinya, banyak dari masyarakat kota membeli ayam potong
dari pada ayam buras. Padahal ayam buras memiliki kandungan
yang sangat tinggi dari pada ayam potong.
Ayam
buras
pada
umumnya
banyak
dibudidayakan
oleh
masyarakat pedesaan. Hampir semua elemen masyarakat pribumi di
Indonesia membudidayakan ayam buras. Tetapi, pembudidayakan
ayam buras belum dilaksanakan secara baik dan benar. Padahal,
pembudidayaan
ayam
Buras
secara
intensif
dapat
memberi
peningkatan besar bagi perekonomian keluarga.
Masyarakat desa yang pada umumnya berlatar belakang ekonomi
kelas bawah bersusah payah bekerja untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya. Kebenyakan dari mereka belum begitu menyadari jika
mereka memiliki peluang yang besar dalam berusaha dan bekerja.
Pembudidayaan ayam Buras
mempunyai dampak yang cukup
besar dalam mendukung perekonomian masyarakat pedesaan namun
belum semua masyarakat menyadari hal itu. Jika pembudidayaan
ayam buras dilakukan secara baik dan benar tentu masyarakat yang
perekonomiannya berada pada kelas bawah akan merasakan dampak
positifnya.
4
Melihat
beberapa
masalah
tersebut
maka
penulis
tertarik
membahas makalah dengan judul meningkatkan ekonomi keluarga
dengan
membudidayakan
ayam
buras.
Semoga
makalah
ini
bermanfaat bagi kita semua.
B. Rumusan Masalah
Dari masalah yang telah dipaparkan di atas maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa itu ayam Buras?
2. Bagaimana cara membudidayakan ayam buras secara intensif?
3. Bagaimana gambaran ekonomi masyarakat pedesaan?
4. Apa
dampak
pembudidayaan
ayam
buras
terhadap
perekonomian keluarga?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui apa itu ayam Buras.
2. Untuk mengetahui pembudidayaan ayam Buras secara baik
dan benar.
3. Untuk mengetahui gambaran perekonomian masyarakat
pedesaan.
4. Untuk mengetahui dampak pembudidayaan ayam Buras
terhadap ekonomi keluarga.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Apa itu ayam Buras
Ayam Buras adalah ayam bukan ras. Ayam buras juga sering
disebut ayam kampung. Ayam kampung merupakan sebutan di
Indonesia bagi ayam peliharaan yang tidak ditangani dengan
budidaya massal komersial serta tidak berasal usul dari galur atau
ras yang dihasilkan untuk kepentingan komersial tersebut. 1Ini
artinya ayam Buras bukan merupakan ayam yang diimpor dari luar
negeri tetapi ayam yang dibudidayakan oleh masyarakat pribumi
sendiri khususnya masyarakat pedesaan. Defnisi lain bahwa ayam
buras merupakan ungags hasil demostifkasi dari jenis ayam hutan
merah.2 Jadi dapat disimpulkan bahwa ayam buras adalah ayam
peliharaan yang oleh masyarakat pribumi tidak ditangani secara
budidaya massal kmersial.
Ayam Buras mempunyai banyak varietas dan spesies. Rukmana
(2003: 17-25) menjelaskan beberapa varietas ayam buras yaitu:
1. Ayam Kedu
Ayam
kedu
merupakan
ayam
lokal
yang
berkembang
di
Kabupaten Magelang dan Temanggung atau eks. Kersidenan Kedu
(Jawa Tengah). Berdasarkan penampilan warnanya, ayam kedu
dapat dibedakan menjadi empat jenis sebagai berikut:
a. Ayam Kedu Hitam
1
2
Rasyaf M., Produksi dan Pemberian Pakan Unggas, (Jogjakarta: Kansius, 1992), h. 42
Ibid, h. 43
6
Ayam kedu hitam mempunyai penampilan fsik hampir hitam
semua, tetapi kalau diamati secara teliti warnanya tidak terlalu
hitam.
Penampilan
kulit
pantat
dan
jengger
masih
mengandung warna kemerah-merahan. Bobot ayam kedu
hitam jantan dewasa antara 2 kg–2,5 kg, sedangkan yang
betinanya hanya 1,5 kg. Ayam ini sering disamakan dengan
ayam cemani karena tampak serba hitam.
b. Ayam Kedu Cemani
Ayam kedu cemani memiliki penampilan sosok tubuh hitam
mulus, termasuk paruh, kuku, telapak kaki, lidah, telak (langitlangit mulut), bahkan daging dan tulangnya juga hitam. Sosok
tubuh ayam kedu jantan dewasa tinggi besar dan bobotnya
antara 3 kg-3,5 kg, sedangkan yang betina dewasa berbobot
antara 2 kg-2,5 kg.
c. Ayam Kedu Putih
Ayam kedu putih ditandai dengan warna bulu putih mulus,
jengger dan kulit mukanya berwarna merah, sedangkan
kakinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Jenggernya
tegak berbentuk wilah. Bobot ayam jantan kedu putih dewasa
mencapai 2,5 kg. Sedangkan bobot ayam kedu putih betina 1,2
kg–1,5 kg.
d. Ayam Kedu Merah
Ayam kedu merah ditandai dengan warna bulu hitam mulus,
tetapi kulit muka dan jengger berwarna merah, sedangkan
kulit badannya berwarna putih. Sosok tubuh ayam kedu merah
tinggi besar dengan bobot ayam jantan dewasa 3 kg-3,5 kg,
Sedangkan bobot ayam betina 2 kg-2,5 kg.
2. Ayam Nunukan
7
Ayam nunukan disebut juga ayam Tawao. Ayam ini merupakan
ayam lokal yang berkembang di Pulau Tarakan, Kalimantan Timur.
Ayam nunukan diperkirakan berasal dari Cina. Karakteristik ayam
nunukan adalah warna bulunya merah cerah atau merah kekuningkuningan, bulu sayap dan ekor tidak berkembang sempurna.
Sementara paruh dan kakinya berwarna kuning atau putih kekuningkuningan
dengan
jengger
dan
pial
berwarna
merah
cerah.
Jenggernya berbentuk wilah dan bergerigi delapan.Stadium anak
ayam sampai umur 45 hari cenderung berbulu kapas. Berat badan
ayam nunukan jantan dewasa 3,4 kg–4,2 kg, sedangkan yang betina
1,6 kg–1,9 kg.
3. Ayam Pelung
Ayam pelung merupakan ayam lokal yang berkembang di
Kabupaten Cianjur dan Sukabumi (Jawa Barat). Ayam pelung
memiliki sosok tubuh besar dan tegap,
temboloknya tampak
menonjol. Kakinya panjang, kuat, dan pahanya berdaging tebal.
Ayam pelung jantan memiliki Jengger berbentuk wilah yang besar,
tegak, bergerigi nyata dan berwarna merah cerah. Ayam pelung
betina
mempunyai
jengger,
tetapi
jengger
terseebut
tidak
berkembang dengan baik. Ayam pelung jantan dewasa mempunyai
bobot badan berkisar antara 3,5 Kg – 5,5 Kg, sedangkan yang betina
2,5 Kg – 3,5 Kg.
4. Ayam Sumatra
Ayam Sumatra merupakan ayam lokal dari Sumatera Barat.
Penampilan perawakannya tegap, gagah ,tetapi ukuran tubuhnya
kecil. Ayam Sumatra jantan berkepala kecil, tetapi tengkoraknya
lebar.
Pipinya
penuh
(padat),
keningnya
tebal,
dan
pialnya
menggantung ke bawah. Paruh ayam Sumatra umumnya pendek dan
8
kukuh berwarna hitam, dengan cuping kecil dan berwarna hitam.
Ayam Sumatra memiliki jengger berbentuk wilah dan berwarna
merah. Kulit muka juga berwarna merah atau hitam, ditumbuhi bulu
halus yang jarang. Bobot ayam Sumatra jantan dewasa 2 Kg,
sedangkan yang betina 1,5 Kg.
5. Ayam Belenggek
Ayam
belenggek
berasal
dari
Sumatera
Barat,
tepatnya
dipedalaman Kabupaten Solok. Ayam ini pandai berkokok dengan
suara yang merdu dan iramanya bersusun-susun, panjang sampai
terdiri atas 6-12 suku kata. Semakin panjang suku katanya, semakin
panjang kokoknya.
6. Ayam Gaok
Ayam gaok bersal dari madura dan Pulau Puteran, Kabupaten
Sumenep. Keistimewaan ayam gaok yaitu kokoknya memiliki suara
panjang yang hampir sama dengan ayam pelung yang terdapat di
Cianjur (Jawa Barat). Ayam Gaok jantan dewasa memiliki bobot
badan mencapai 4 Kg, sedangkan yang betina 2 - 2,5 Kg. Ayam Gaok
jantan memiliki tampilan tubuh besar, tegap dan gagah. Jenggernya
besar berbentuk wilah dan berwarna merah, dengan pial yang besar
dan warnanya merah. Kakinya berwarna kuning. Bulunya didominasi
oleh warna kuning kehijau-hijauan (wido), namun ada juga yang
berwarna lain seperti merah dan hitam.
7. Ayam Samba
Ayam samba adalah ayam kampung asli berasal dari daerah
kabupaten garut jawa barat.Ciri khas ayam ini adalah badannya yg
lebih besar dibandingkan dengan ayam kampung biasa. Kepala yg
besar, paruh dan kaki berwarna kuning. Sepintas mirip ayam aduan.
Keberadaan ras ayam murni ini sudah sangat langka dimasyarakat
9
asal
daerah
tersebut
akibat
domestikasi
alami
akibat
sistem
pemeliharaan umbar/diliarkan dengan jenis ayam lain. Namun kini
beberapa praktisi sedang mengembang munikan ayam ras ini.
B. Cara Membudidayakan Ayam Buras
Perkembangan ayam buras sudah sangat pesat dan telah banyak
dipelihara
oleh
peternak-peternak
maupun
masyarakat
umum
sebagai usaha untuk pemanfaatan pekarangan, pemenuhan gizi
keluarga serta meningkatkan pendapatan.
Dikarenakan dengan pemeliharaan sistem tradisional, produksi
telur ayam buras sangat rendah, ± 60 butir/tahun/ekor. Berat badan
pejantan tak lebih dari 1,9 kg dan betina ± 1,2 ~ 1,5 kg, maka perlu
diintensifkan.3 Pemeliharaan yang intensif pada ayam buras, dapat
meningkatkan produksi telur dan daging, dapat mencegah wabah
penyakit dan memudahkan tata laksana. Supaya produksi telur dan
daging ayam buras meningkat maka perlu dipahami secara baik cara
membudidayakan ayam buras.
Sistem pembudidayaan ayam buras meliputi: bibit, pemeliharaan,
perkandangan, pakan dan pencegahan penyakit.
1. Bibit
Murtidjo BA. (1994: 15) menjelaskan ciri-ciri bibit ayam buras
yang baik sebagai berikut:
a. Ayam jantan:
1) Badan kuat dan panjang.
2) Tulang supit rapat.
3) Sayap kuat dan bulu-bulunya teratur rapih.
4) Paruh bersih.
5) Mata jernih.
3
Murtidjo BA., Mengelola Ayam Buras, (Yogjakarta: 1992), h. 15
10
6) Kaki dan kuku bersih, sisik-sisik teratur.
7) Terdapat taji.
b. Ayam betina (petelur) yang baik
1) Kepala halus.
2) Matanya terang/jernih.
3) Mukanya sedang (tidak terlalu lebar).
4) Paruh pendek dan kuat.
5) Jengger dan pial halus.
6) Badannya cukup besar dan perutnya luas.
7) Jarak antara tulang dada dan tulang belakang ± 4 jari.
8) Jarak antara tulang pubis ± 3 jari.
2. Pemeliharaan
Murtidjo BA. (1994: 16) menjelaskan ada 3 (tiga) sistem
pemeliharaan :
a. Ekstensif yaitu pemeliharaan secara tradisional dimana ayam
dilepas dan mencari pakan sendiri.
b. Semi
intensif
yaitu
ayam
kadang-kadang
diberi
pakan
tambahan.
c. Intensif yaitu ayam dikandangkan dan diberi pakan.
Apabila
dibedakan
dari
umurnya,
ada
beberapa
macam
pemeliharaan, yaitu:
a. Pemeliharaan anak ayam (starter) : 0 - 6 minggu, dimana anak
ayam sepenuhnya diserahkan kepada induk atau induk buatan.
b. Pemeliharaan ayam dara (grower) : 6 - 20 minggu.
c.
Pemeliharaan masa bertelur (layer) : 21 minggu sampai afkir
(.... 2 tahun).
11
Untuk memperoleh telur tetas yang baik, diperlukan 1 (satu)
ekor pejantan melayani 9 (sembilan) ekor betina, sedangkan
untuk menghasilkan telur konsumsi, pejantan tidak diperlukan.
3. Perkandangan
Fungsi kandang yaitu :
a. Untuk tempat berteduh dari panas dan hujan.
b. Sebagai tempat bermalam.
c. Untuk memudahkan tata laksana.
Syarat kandang yang baik, yaitu :
a. Cukup mendapat sinar matahari.
b. Cukup mendapat angin atau udara segar.
c. Jauh dari kediaman rumah sendiri.
d. Bersih.
e. Sesuai kebutuhan (umur dan keadannya).
f. Kepadatan yang sesuai.
g. Kandang dibuat dari bahan yang murah, mudah didapat dan
tahan lama.
Kepadatan kandang :
a. Anak ayam beserta induk : 1 - 2 m 2 untuk 20 - 25 ekor anak
ayam dan 1 - 2 induk.
b. Ayam dara 1 m 2 untuk 14 - 16 ekor.
c. Ayam masa bertelur, 1 - 2 m 2 untuk 6 ekor dan pejantan 1
ekor.
4. Pakan
12
Zat-zat makanan yang dibutuhkan terdiri dari : protein, energi,
vitamin, mineral dan air. Adapun konsumsi pakan adalah sebagai
berikut :
a. Anak ayam dara 15 gram/hari
b. Minggu I-III 30 gram/hari
c. Minggu III-V 60 gram/hari
d. Minggu VI sampai menjelang bertelur 80 gram/hari
e. Induk 100 gram/hari
f. Pemberian pakan adalah sehari dua kali, yaitu pagi dan sore,
sedangkan air minum diberikan setiap saat.
5. Penyakit Dan Pencegahan
a. ND (Necastle Desease/ Tetelo)
Cara pencegahannya yaitu lakukan vaksinasi ND secara
teratur pada umur 4 hari, 4 minggu dan 4 bulan diulangi lagi
setiap 4 bulan sekali.
b. Cacingan
Cara
pencegahannya
yaitu
hindarkan
pemeliharaan
tradisional.
c. CRD (pernafasan)
Pengobatannya memerlukan
Chlortetacyclin (dosis 100-200
gr/ton ransum) atau tylosin (dosis 800 -1000 gr/ton ransum).
d. Berak Darah
e. Pengobatannya memerlukan
Prepara Sulfa atau anyrolium
dilarutkan dalam air minum, dosis 0,012 -0,024% untuk 3 - 5
hari.
f. Pilek
Pengobatannya memerlukan sulfadimetoxine 0,05% dilarutkan
dalam air minum selama 5 -7 hari.
13
g. Cacar
Pencegahannya perlu vaksinasi 1 kali setelah lepas induk
C. Gambaran Ekonomi Masyarakat Pedesaan
Masyarakat desa pada umumnya berlatar belakang ekonomi
kelas bawah.Sebagian besar dari mereka bekerja
sebagai petani,
nelayan, berternak. Pekerjaan demikian tidaklah memberikan hasil
yang menjanjikan. Mungkin saja diwaktu keberuntungannya mereka
mendapatkan banyak rezeki dari hasil keringatnya namun pada
kenyataannya tidak selamanya rezeki itu datang setiap saat. Nelayan
yang pergi melaut tiap malam tidak selamanya mendapatkan ikan
yang banyak karena kita ketahui ikan dapat punah, apalagi jika
habitatnya rusak tentu perkembangan biakan ikan tidak seiring
dengan waktu yang diharapkan nelayan untuk mencari nafkahnya.
Petani padi misalnya, tidak selamanya musim di Indonesia ini
mendukung
panjang
dan
pertumbuhan
terkadang
tanaman
hujan
padi,
sampai
terkadang
kebanjiran.
kemarau
Pekerjaan
masyarakat yang demikian tentunya berimbas pada perekonomian
keluarga. Jika hasil kerja menurun maka tidak ada lagi yang dapat
diharapkan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari.
Dengan situasi yang demikian, para masyarakat desa membutuhkan
kerja sampingan guna memenuhi kebutuhan keluarganya. Dengan
hal seperti inilah peranan kerja sampingan menjadi pendongkrak
bagi perekonomi keluarga.
Ada banyak hal yang dapat dijadikan sebagai kerja sampingan
bagi masyarakat pedesaan salah satunya adalah beternak ayam
buras. Membudidayakan ayam buras sangatlah mudah dilakukan.
Lingkungan alam pedesan sangatlah mendukung pembudidayaan
ayam buras karena selain alamnya masih alami juga masih mudah
14
untuk mencari pakan peternakan ayam buras seperti jagung, padi
atau ubi dan lain-lain. Selain hal itu, masyarakat desa juga bisa
memilih kerja sampingan lainnya. Kerja sampingan ini sangatlah
menunjang perekonomian keluarga. Sebagai contoh keluarga penulis
yang sedang membudidayakan ayam buras dikampung dengan
penghasilan 1.500.000,- per bulan ( diluar penghasilan ayam buras)
dengan menafkahi 3 orang anak yang masih bersekolah belumlah
cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Ditambah lagi harga
bahan pokok meningkat tentulah hal itu menjadi keluhan bagi
keluarga
penulis.
Tetapi
di
sisi
lain,
ayam
buras
dapat
meminimalisasikan pengeluaran keluarga penulis per bulannya.
Dengan membudidayakan ayam buras keluarga penulis tidak perlu
lagi bersusah payah membeli daging karena ayam buras dapat
dijadikan solusinya, telur ayam buras dapat dijualkan 1500/ butir
dan juga dapat dikonsumsi untuk kebutuhan makan keluarga penulis
sehari-hari.
Berdasarkan contoh realitas
dapat
disimpulkan
bahwa
kehidupankeluarga penulis maka
masyarakat
pedesaan
yang
berpenghasilan kurang dari 2400.000,- (Standar UMR) sangatlah
sukar untuk menjalankan kehidupan. Tuntutan kebutuhan setiap
waktu semakin meningkat sementara
kebutuhan
belum
maksimal
maka
usaha
untuk
memenuhi
diperlukanlah
solusi
pengembangan potensi sumber daya manusia agar bisa mengelola
sumber
daya
yang
ada
untuk
meningkatktan
taraf
ekonomi
masyarakat pedesaan.
D. Dampak Budidaya Ayam Buras Terhasap Ekonomi Keluarga
Membudidayakan ayam buras oleh keluarga anggota masyarakat
pedesaan tetulah sangat memberi dampak terhadap perekonomian
15
mereka. Seperti yang dijelaskan sebelumnya pembudidayaan ayam
buras dapat dijadikan sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan
perekonomian keluarga. Dengan membudidayakan ayam buras bagi
keluarga yang tergolong pada posisi ekonomi kelas bahwa tentulah
sangat membantu kondisi fnansial dan kebutuhan rumah tangga
mereka. Dengan membudidayakan ayam buras maka mereka tidak
perlu lagi mengeluarkan uang untuk membeli daging di pasar karena
mereka bisa memenuhinya kebutuhannya dengan ayam buras yang
mereka pilihara. Selain itu telur ayam buras juga bisa dijadikan
sumber pengganti lauk-pauk untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Ayam buras jika dibudidayakan secara intensif maka dapat
menghasilkan telur yang cukup banyak untuk dijual. misalkan dalam
sekala kecil, jika mereka memilihara 20 ekor ayam buras betina dan
tiap ekor ayam betina menghasilkan 6 butir telur maka sudah dapat
dipastikan tiap bulannya bahwa mereka dapat meraup uang sebesar
6 x 20 x 1500, yaitu 180. 000,- tetapi mungkinkah 1 ekor ayam hanya
menghasilkan telur hanya 6 butir saja? Hal ini jelas menjadi surplus
bagi pembudidaya. Selain itu ayam buras juga bisa dijual per
kilogram . Jika saja tiap 6 bulan peternak ayam buras berhasil
menjual 50 ekor ayam dikali harga perkiloan yaitu 50. 000,- maka
hasil yang diperoleh adalah 2.500. 000,-/6 bulan. Dengan hasil yang
demikian pembudidayaan ayam buras sangatlah berdampak pada
peningkatan pemasuklan fnansial keluarga.
Ayam buras juga memiliki kotoran yang dapat dikelola menjadi
pupuk. Pengelolaan pupuk yang berasal dari kotoran ayam sangatlah
sederhana dan tidak memerlukan biaya yang mahal. Keberhasilan
pengelolaan pupuk dari kotoran ayam buras jelas memberikan
keberuntungan tersendiri bagi pembudidayanya. Pupuk kotoran
16
ayam selain bisa dijual juga bisa dipakai untuk keperluan sendiri.
Seperti untuk memupuk sayur di kebun, memupuk padi di sawah,
dan
lain-lain.
Dengan
pembudidayaan
ayam
deikian
buras
dapat
sangat
disimpulkan
berperan
dalam
bahwa
upaya
memenuhi kebutuhan dan meningkatkan perekonomian keluarga.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ayam buras adalah ayam peliharaan yang oleh masyarakat
pribumi tidak ditangani secara budidaya massal kmersial. Ayam
buras
memiliki
beberapa
varietas
seperti:
ayam Kedu,
ayam
Nunukan, Ayam pelung, ayam Sumatra Belenggek, ayam Goak dan
ayam Samba.
Ayam buras jika dibudidayakan secara intensif dapat memberi
keuntungan
yang
besar
bagi
pembudidayanya.
Cara
membudidayakan ayam secara intensif tentunay mengacu pada
sistem pembudidayaan yang baik, bersih dan teratur. Sistem
17
pembudidayaan
itu
meliputi
pembibitan,
pemeliharaan,
perkandangan, pakan dan pencegahan penyakit.
Masyarakat pedesaan yang pada umumnya tergolong dalam
ekonomi kelas bawah dengan penghasilan dibawah 2.400.000,-/
bulan sangat sukar untuk menjalankan kehidupan. Dalam situasi ini,
pembudidayaan
ayam
buras
berperan
penting
dalam
usaha
mememenuhi kebutuhan keluarga dan memperbaiki kondisi fnansial
keluarga. Dengan demikian pembudidayaan ayam buras memiliki
dampak
yang
perekonomian
besar
terhadap
keluaraga
peningkatan
masyarakat
pertumbuhan
pedesaan
yang
membudidayakannya.
DAFTAR PUSTAKA
BA., Murtidjo. 1992. Mengelola Ayam Buras. Yogjakarta: Kansius
M, Rasyaf. 1992. Produksi dan Pemberian Pakan Unggas. Jogjakarta:
Kansius
18