Hubungan Pola Asuh Orang Tua terhadap Disiplin Belajar Siswa di SMPN Kubung

  Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan

  2337-6740 - 2337-6740 - 2337-6740 - 2337-6880 2337-6880 2337-6880

  ISSN Cetak:

  ISSN Cetak:

  ISSN Cetak:

  

ISSN Online:

http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com Volume 5 Nomor 1, 2017, Hlm 52-61 Volume 5 Nomor 1, 2017, Hlm 52-61 Volume 5 Nomor 1, 2017, Hlm 52-61

  

ISSN Online:

  

ISSN Online:

  Info Artikel: Diterima 02/02/2017 Direvisi 09/02/2017 Dipublikasikan 28/02/2017 Hubungan Pola Asuh suh Orang Tua terhadap Disiplin Belaj Belajar Siswa di SMPN Kubung Maliki

  Guru SMP Negeri 7 Kubung, Ka , Kab. Solok

  Abstrak

Penelitian ini dilatarbela belakangi oleh persoalan-persoalan disiplin siswa SMP PN 7 Kubung dalam

belajar, seperti: siswa a datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rum umah (PR), persiapan

belajar kurang baik, ku kurang memperhatikan materi pelajaran, dan menggun unakan asesoris yang

tidak diperbolehkan. Tu Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan tiga hal, p l, pola asuh orang tua,

disiplin belajar siswa,

  a, dan hubungan antara pola asuh orang tua terhad adap disiplin belajar

siswa SMPN 7 Kubung ng. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional me al melalui pendekatan

kuantitatif. Jumlah samp sampel dalam penelitian ini berjumlah 24 orang. Sela elanjutnya, instrumen

dalam pengumpulan d data penelitian ini menggunakan angket. Teknik a analisis data untuk

penelitian ini menggun unakan rumus korelasi produk moment. Simpulan pene enelitian ini ada tiga,

yaitu (1) pola asuh ora orang tua siswa memiliki nilai rata-rata baik, (2) dis disiplin belajar siswa

SMPN 7 Kubung dikate ategorikan cukup baik, dan (3) tidak ada hubungan anta ntara pola asuh orang

tua terhadap disiplin be belajar siswa SMPN 7 Kubung.

  Kata kunci: pola asuh o h orang tua, disiplin belajar

  Copyright © 2017 IICET (Indonesia) - All Rights Reserved Copyright © 2017 IICET (Indonesia) - All Rights Reserved Copyright © 2017 IICET (Indonesia) - All Rights Reserved Indonesian Institute for Counseling, Education and Theraphy (IICET) Indonesian Institute for Counseling, Education and Theraphy (IICET) Indonesian Institute for Counseling, Education and Theraphy (IICET)

  PENDAHULUAN

  Pola asuh merupakan ca cara yang dilakukan orang tua untuk mendidik anak nak dan cara tersebut tidak terlepas dari pengaruh karakte kter individu (Edwards, 2006:48). Sejalan dengan penj enjelasan Edwards, Gunarsa (2002:37) mengatakan bahwa wa pola asuh adalah cara orang tua bertindak, ber berinteraksi, mendidik, dan membimbing anak sebagai su suatu aktivitas yang melibatkan banyak perilaku terte tertentu secara individual maupun bersama- sama sebag bagai serangkaian usaha aktif untuk mengarahkan anak ak. Hubungan antara orang tua memperkenalkan pada atur turan dan norma yang berlaku dan mendekatkan anak de dengan keluarga.

  Menurut Safitri, Y., & Hid Hidayati, E. (2013) pola asuh orang tua adalah pola la perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relativ lative konsisten dari waktu ke waktu. Kemudian Apria riastuti, D. A. (2013) juga menjelaskan pola suh merup rupakan bentuk-bentuk yang diterapkan dalam rangk gka merawat, memelihara, membimbing, melatih dan me memberikan pengaruh. Lebih lanjut, Is Pratiwi, N. (20 2012) mengungkapkan pola asuh adalah suatu suatu prose oses interaksi total orang tua dan anak, meliputi kegia egiatan seperti memelihara, memberi makan, melindungi gi dan mengarahkan tingkah laku anak selama masa p a perkembangan anak serta bagaimana cara orangtua men engkomunikasikan afeksi (perasaan). Pola asuh oran rang tua yang tidak terlalu mengekang, maka anak akan an menjadi anak yang berinisiatif, percaya diri dan ma mampu menjalin hubungan interpersonal yang positif Fortu rtuna, F. (2012).

  Hubungan orang tua dan dan anak mempengaruhi perkembangan moral anak (S (Santrock, 2007:133). Pola asuh orang tua dalam peneliti litian ini merupakan cara mendidik anak yang terbagi gi dalam dua dimensi, yaitu

  52

  52

  52

  Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com

  Vol. 5 No. 1,2017. hlm. 52-61 Vol. 5 No. 1,2017. hlm. 52-61 Vol. 5 No. 1,2017. hlm. 52-61

  dimensi kontrol yang terdiri da i dari pembatasan, tuntutan, sikap ketat, campur tangan, n, dan kekerasan sewenang- wenang. Dimensi kehangatan n meliputi perhatian orang tua terhadap kesejahteraan an anak, responsivitas orang tua terhadap kebutuhan anak nak, meluangkan waktu bersama anak, mrnunjukkan n rasa antusias atas tingkah laku yang diperlihatkan anak, d k, dan peka terhadap kebutuhan emosi anak.

  Yusuf (2004:48-50) me mengemukakan bahwa sikap dalam pola asuh oran rang tua terbagi menjadi beberapa macam, terdiri dari ari overprotection (terlalu melindungi). Menurut Kusu sumaningtyas, L. E. (2015) overprotektif berasal dari ka kata over dan protektif, over berarti berlebihan sed sedangkan protektif berarti emlindungi. Pola asuh overpro protection yaitu terlalu berlebihan dalam memberikan ba bantuan, terlalu mengawasi anak. Menurut Wahib, A. W. W. A. (2015) orang tua yang tidak bekerja sebaiknya tid tidak terlalu over protektif, sehingga anak mampu untuk b k bersikap mandiri. Dipertegas oleh Sutanto, B. C. (201 2014) anak yang dibesarkan dengan pola asuh over protektif ktif mereka akan cenderung memiliki rasa takut yang tid tidak wajar.

  Permissiveness (pembole olehan), yaitu memberikan peluang kepada anak untuk k berpendapat, memberikan

  kesempatan anak untuk berusa saha. Rejection (penolakan) yaitu orang tua tidak pedu duli terhadap anak, bersikap masa bodoh dan kurang me memperhatikan kesejahteraan anak. Acceptance (pener nerimaan) yatu memberikan kasih sayang, memiliki hu hubungan yang hangat dengan anak dan terbuka ka serta memotivasi anak.

  

Domination (mendominasi an anak) yaitu semua yang dilakukan harus dengan i ijin orang tua, meskipun

  sebenarnya anak bisa memutu utuskan apa yang harus dilakukan tetapi orang tua a ikut campur. Submission (penyerahan), yaitu membiark iarkan anak melakukan apapun yang diinginkan, orang g tua tidak ada usaha untuk merubah perilaku anak. Punitiv nitiveness (terlalu disiplin) yaitu orang tua yang serin ring memberikan hukuman, meskipun hal tersebut dapat dila t dilakukan dengan nasihat.

  McMahon et al., (Thalib lib, 2013:72-73) mengklasifikan pola asuh dalam tiga iga katagori yaitu otoritatif, diktatorial, dan permisif. Pada da pola asuh diktatorial, orang tua menunjukkan sikap y p yang kaku, tidak fleksibel, tidak percaya bahwa anak dapa apat membuat keputusan sendiri tentang sesuatu yang ak akan dilakukan. Akibatnya, anak tidak bisa mengambil k l keputusan yang berguna baginya dan sering kesusa usahan dalam berhubungan dengan teman sebaya. Pada p a prinsipnya pola asuh ini sesuai dengan pola asuh oto otoriter yang dikemukakan Edward, begitu juga degan p pola asuh otoritatif. Pola asuh permisif cenderung g mengabaikan anak, tidak konsisten dalam menerapkan a n aturan, memberikan perlindungan dan kasih sayang ya yang berlebihan. Akibatnya anak cenderung tidak banyak k belajar tentang perilaku yang dapat diterima dan tida idak diterima (unacceptabel

  

behaviour ), tidak memiliki dis disiplin diri, cenderung kurang percaya diri, impulsif, su , sulit mengambil keputusan

tentang diri sendiri.

  Selaras dengan macam-m -macam pola asuh di atas, Ayu (Aqib, 2011:66) meny enyebutkan tiga macam pola asuh yaitu pola asuh demokra ratis, pola asuh otoriter, dan pola asuh permisif yang a g akan membentuk perilaku yang berbeda-beda. Pola asu suh demokratis menghasilkan anak yang dapat men engontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, n, dan terbuka pada orang tua. Pola asuh otoriter ak akan membentuk perilaku anak yang tertekan, pendiam iam, cemas, dan menarik diri. Sedangkan pola asuh suh permisif menghasilkan karakteristik anak yang manja nja, ingin menang sendiri, kurang percaya diri, salah be bergaul, dan kurang kontrol diri.

  Selanjutnya, Lerner & & Hultsch (dalam Desmita, 2005:144-145) menyat yatakan bahwa terdapat tiga macam pola asuh yaitu demo mokratif, otoriter dan permisif. Pola asuh demokratif tif (authoritative parenting) adalah gaya pengasuhan yang m g memperlihatkan pengawasan ekstra ketat terhadap tin tingkah laku anak, responsif, menghargai, dan menghorma rmati pemikiran, perasaan, serta mengikutsertakan n anak dalam mengambil keputusan. Anak yang di didik idik dengan pengasuhan otoritatif cenderung lebih p percaya pada diri sendiri, pengawasan diri sendiri, lebih bih mudah bergaul dengan teman sebayanya. Pengas asuhan ini memiliki moral standar, kematangan psikososia sial, kemandirian, sukses dalam belajar, dan bertanggun ung jawab secara sosial.

  © 2017 017 Indonesian Institute for Counseling,

  Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com

  Vol. 5 No. 1,2017. hlm. 52-61 Vol. 5 No. 1,2017. hlm. 52-61 Vol. 5 No. 1,2017. hlm. 52-61

  Pola asuh otoriter (author horitarian parenting ), yaitu gaya pengasuhan yang menu enuntut dan membatasi anak untuk mengikuti perintah per perintah orang tua. Orang tua yang otoriter memiliki ba i batasan-batasan yang tegas dan tidak memberi peluang g yang besar untuk anak-anak dalam mengemukak akan pendapat. Orang tua cenderung bersikap sewenang- ng-wenang dan tidak demokratis dalam membuat keput putusan, memaksakan peran atau pandangan kepada anak ak atas dasar kekuasaan sendiri, kurang menghargai gai pemikiran dan perasaan anak. Anak dari orang tua oto otoriter cenderung bersifat curiga pada orang lain dan dan kurang merasa bahagia dengan diri sendiri, merasa ca canggung berhubungan dengan teman sebaya, canggun ung menyesuaikan diri pada awal masuk sekolah, ketaku kutan, agresif, tidak mampu memulai aktivitas, dan an memiliki prestasi belajar yang rendah dibanding siswa la a lain.

  Pola asuh permisif (perm ermissive parenting ), gaya pengasuhan ini dibagi menj enjadi dua jenis. Pertama, pengasuhan permissive-indulg ulgent yaitu gaya pengasuhan dimana orang tua sangat gat terlibat dalam kehidupan anak tapi menetapkan batas tas atau kendali pada anak. Pengasuhan ini diasosia siasikan dengan kurangnya pengendalian anak, karena ora orang tua permissive-indulgent cenderung membiarka rkan anak melakukan semua yang diinginkan sehingga anak nak tidak belajar mengendalikan perilakunya sendiri, me mendominasi, tidak menaati aturan, kesulitan bergaul denga ngan teman sebaya, dan anak selalu berharap semua kem emauannya dituruti. Kedua, pengasuhan permissive-indiffer fferent yaitu suatu gaya pengasuhan dimana orang tua s a sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Anak yang dib dibesarkan dengan pengasuhan permissive-indifferent c nt cenderung kurang percaya diri, pengendalian diri buruk, t k, tidak memiliki kemampuan sosial, tidak mandiri, tida idak dewasa, kemungkinan terasing dari keluarga, dan ra rasa harga diri rendah.

  Menurut Fortuna, F. (20 2012) pola asuh permisif mempunyai ciri-ciri: 1) kon ontrol orang tua kurang, 2) bersifat longgar atau bebas, s, 3) anak kurang dibimbing dalam mengatur diriny inya, dan 4) hampir tidak menggunakan hukuman. Selan lanjutnya, Khairunnisa, A. (2013) menjelaskan pola asuh suh permisif merupakan pola asuh yang memberikan kebeba ebasan pada anak tanpa hambatan aturan dan norma. Se Sependapat dengan Fitriana, V. (2011) bahwa pola asuh per ermisif anak bebas dalam berbuat dan bertingkah laku. u.

  Disiplin adalah tepat w waktu, tidak datang terlambat, taat pada peraturan y n yang berlaku, menjalankan tudas sesuai jadwal yang diten tentukan (Aqib, 2012:5). Selanjutnya, Sulistyowati (201 012:30) menyatakan bahwa disiplin adalah tindakan yan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada a berbagai ketentuan dan peraturan. Disiplin juga sebag bagai cerminan dari ketaatan, kepatuhan, ketertiban, n, kesetiaan, ketelitian, dan keteraturan perilaku seseoran rang terhadap norma yang berlaku serta dikerjakan n dengan peuh kesadaran, ketekunan, dan tanpa paksaan an (Zuariah, 2007:69-83). Disiplin adalah keteraturan an atau ketaatan seseorang terhadap tata tertib atau kaid aidah-kaidah hidup lainnya. Disiplin adalah sikap dan p n perilaku sebagai cerminan dari ketaatan, kepatuhan, keter tertiban, kesetiaan, ketelitian, dan keteraturan perilaku s u seseorang terhadap norma dan aturan yang berlaku. Serta rta dikatakan bahwa menumbuhkan sikap disiplin usia ia sekolah dasar merupakan satu dari 12 perilaku minimal al yang harus dikembangkan usia sekolah dasar. Beb eberapa sikap disiplin yang dapat diterapkan pada anak ya yaitu disiplin dalam makan, disiplin melaksanakan sh sholat tepat waktu, disiplin istirahat, disiplin bangun tidur dur, dan disiplin menyebrang jalan melalui zebra c cross (Marijan, 2012:74). Ciri-ciri disiplin belajar di di sekolah, Khalsa (2008:70-71) yaitu (a) masuk k kelas sesuai jadwal yang ditetapkan, (b) melakukan k kegiatan di sekolah sesuai dengan petunjuk guru ru dan aturan sekolah, (c) melaksanakan piket kelas seb sebelum kegiatan belajar dimulai, (d) meminta izin in jika berhalangan hadir mengikuti kegiatan belajar jar di sekolah, (e) menyapa guru dan teman saat berte ertemu, dan (f) mengikuti upacara tiap hari senin atau u upacara hari nasional lainnya dengan tertib.

  Berdasarkan penjelasan d n di atas, maksud dari disiplin belajar dalam penelitian i n ini yaitu persiapan belajar yang baik, perhatian terhadap m p materi pelajaran, menyelesaikan tugas tepat pada w waktunya, taat dan patuh terhadap peraturan sekolah, da dan merencanakan jadwal belajar. Hal tersebut bisa diu diuraikan yaitu siswa dapat mengatur waktu dengan baik, ik, masuk kelas sesuai jadwal yang ditetapkan, melak lakukan kegiatan di sekolah sesuai dengan petunjuk guru ru dan aturan sekolah, melaksanakan piket kelas s sebelum kegiatan belajar

  © 2017 017 Indonesian Institute for Counseling,

  Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com

  Vol. 5 No. 1,2017. hlm. 52-61 Vol. 5 No. 1,2017. hlm. 52-61 Vol. 5 No. 1,2017. hlm. 52-61

  dimulai, meminta izin jika ika berhalangan hadir mengikuti kegiatan belajar ar di sekolah. Berdasarkan observasi di SMPN 7 Kubung ng pada tanggal 2 Februari 2017 terdapat beberapa perm rmasalahan, yaitu: (a) siswa tinggal di kelas yang sama, (b , (b) siswa datang terlambat, (c) tidak mengerjakan p pekerjaan rumah (PR), (d) persiapan belajar kurang baik, ik, (e) kurang memperhatikan materi pelajaran, (f) ku kurang taat dan patuh pada peraturan sekolah, (g) tidak ad ada jadwal belajar, (h) hubungan antara orang tua den dengan anak kurang terjalin dengan baik. Berdasarkan feno nomena tersebut, maka penting dilakukan penelitian un untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua terh rhadap disiplin belajar siswa di SMPN 7 Kubung.

  METODOLOGI

  Jenis penelitian ini adala alah penelitian korelasional melalui pendekatan kuantita titatif. Dalam penelitian ini, dideskripsikan hubungan antar tara pola asuh orang tua terhadap disiplin belajar siswa iswa SMP Negeri 7 Kubung. Populasi penelitian ini adalah h siswa-siswi kelas VII, VIII, dan IX SMP Negeri 7 Ku Kubung yang terdaftar pada tahun pelajaran 2016/2017 de dengan jumlah 138 orang siswa, yang tersebar dalam m enam kelas. Selanjutnya, jumlah sampel dalam penelitia litian ini berjumlah 24 orang yang diambil melalui tek teknik proportional random

  

sampling (Arikunto, 2010). S . Selanjutnya, instrumen dalam pengumpulan data pen penelitian ini menggunakan

  angket. Angket tersebut terd rdiri atas 15 butir pernyataan untuk memperoleh da data pola asuh orang tua sedangkan angket disiplin bela elajar siswa terdiri atas 41 pernyataan. Teknik analisis lisis data untuk penelitian ini menggunakan rumus korelasi p si produk moment.

  HASIL DAN PEMBAHASAN AN Pola Asuh Orang Tua Siswa a SMP Negeri 7 Kubun

  Pola asuh orang tua meru rupakan bagian yang penting dalam menunjang perkem mbangan anak. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Aqib qib (2011:60-61) yang mengemukakan bahwa terdap apat tiga kebutuhan pokok mengembangkan kecerdasan, n, antara lain kebutuhan fisik-biologis terutama untuk p k pertumbuhan otak, sistem sensorik dan motorik seperti erti gizi yang diberikan untuk anak, kebutuhan em emosi kasih sayang yang mempengaruhi kecerdasan em mosi, inter dan intrapersonal seperti melindungi, meng nghargai anak, memberikan perhatian, tidak mengutamakan kan hukuman, serta memberikan rasa aman dan nyaman an.

  Edwards (2006:83) men engemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi pola ola asuh orang tua adalah ketegangan yang dirasakan or orang tua atau kesibukan orang tua yang padat bisa m a mempengaruhi konsistensi orang tua dalam mendidik ana anak dan orang tua dalam mendidik anak dipengaruhi hi oleh pola asuh pada saat orang tua dibesarkan. Berdasar sarkan hasil analisis data, dapat dijelaskan bahwa rata-ra ta-rata peran orang tua cukup baik di keluarga. Orang tua b bersikap cuek kepada anak dengan persentase 39% da dan orang tua membiarkan anaknya melakukan semua k keinginannya dengan persentase 53%. Selanjutnya, p , pada indikator orang tua membiarkan anaknya bila m melakukan kesalahan di sekolah mencapai persentase 3 e 37% sedangkan orang tua menerima prestasi yang di da dapat anaknya mencapai persentase 83%. Orang tua ua memberikan persetujuan terhadap keinginan anaknya de dengan persentase 67% dan di dalam keluarga, oran ang tua tidak memberikan aturan-aturan kepada anaknya d a dengan persentase 54%.

  Selanjutnya, orang tua be bersikap hangat dan sangat menyayangi anak mencapai ai persentase 96% dan orang tua bersikap ramah dan sabar ar kepada anak dengan persentase 87%. Pada indikator or orang tua mengajak anak untuk memecahkan masalah se secara bersama-sama mencapai persentase 86% sedangk gkan orang tua memberikan masukan dan arahan apabila a a anaknya mempunyai masalah mencapai persentase 65 65%. Kemudian, orang tua menyisihkan sebagian waktun tunya untuk berkumpul bersama anak-anaknya dengan p n persentase 97% sedangkan orang tua tidak mengajak an anaknya untuk makan bersama di rumah mencapai pe i persentase 93%. Orang tua tidak menuntut anaknya untuk tuk melakukan semua tugas rumah tepat pada waktunya nya dengan persentase 59%, orang tua menghargai setiap iap kemampuan yang dimiliki anaknya dengan persentas tase 67%, dan saat kesulitan mengerjakan ulangan, saya ber ertanya pada teman dengan persentase 96%.

  © 2017 017 Indonesian Institute for Counseling,

  Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com

  Vol. 5 No. 1,2017. hlm. 52-61 Vol. 5 No. 1,2017. hlm. 52-61 Vol. 5 No. 1,2017. hlm. 52-61

  Berdasarkan analisis ters tersebut, dapat disimpulkan bahwa indikator saat kesulita ulitan mengerjakan ulangan, saya bertanya pada teman, ora orang tua tidak mengajak anaknya untuk makan bers ersama di rumah, orang tua menyisihkan sebagian waktun tunya untuk berkumpul bersama anak-anaknya, orang g tua mengajak anak untuk memecahkan masalah secara b a bersama-sama, orang tua bersikap hangat dan sangat gat menyayangi anak, orang tua bersikap ramah dan saba abar kepada anak, dan orang tua menerima prestasi asi yang di dapat anaknya memperoleh nilai yang sangat at baik. Artinya, pola asuh orang tua pada indikator te tersebut sangat tampak dan tidak ada indikasi bahwa orang ng tua tidak memberikan perhatian di rumah.

  Disiplin Belajar Siswa SMP Ne P Negeri 7 Kubung

  Disiplin belajar siswa d a dapat diketahui dengan ciri-ciri, yaitu masuk kela kelas sesuai jadwal yang ditetapkan, melakukan kegiata atan di sekolah sesuai dengan petunjuk guru dan atura turan sekolah, melaksanakan piket kelas sebelum kegiatan b n belajar dimulai, meminta izin jika berhalangan hadir m ir mengikuti kegiatan belajar di sekolah, menyapa guru dan an teman saat bertemu, dan mengikuti upacara setiap ha hari senin atau upacara hari nasional lainnya degan tertib ( tib (Khalsa, 2008:70-71). Berdasarkan pendapat di ata atas, disiplin belajar perlu ditegakkan, jika disiplin siswa wa sudah terbentuk dengan baik, maka disiplin bisa isa menjadi karakter siswa. karakter disiplin akan tetap p melekat pada diri siswa. Hal tersebut sesuai de i dengan pendapat Koesoma (2007:233-240) yang menyatak atakan bahwa disiplin merupakan locus education ya yaitu sarana siswa belajar moral agar menjadi manusia ia aktif di lingkungan sosial masyarakat. Disiplin terseb sebut terlihat dari kehadiran siswa di sekolah. Jadi mel elalui disiplin di sekolah, sikap disiplin akan berlaku b pada kehidupan bermasyarakat yang diterapka kan siswa saat dewasa.

  Berdasarkan hasil analisi lisis data, dapat diuraikan bahwa disiplin belajar siswa a dilihat dari indikator saat bel masuk kelas berbunyi, l i, langsung menuju tempat duduk dengan persentase 81 81%, setelah masuk kelas, saya jalan-jalan di kelas sam ampai guru datang dengan persentase 61%, mempersiap iapkan buku pelajaran tanpa menunggu arahan dari guru u dengan persentase 78%, meminjam alat tulis kep epada teman karena tidak membawa dengan persentase 6 e 63%, mengingatkan teman untuk tidak gaduh dengan p n persentase 60%. Selain itu, pada indikator hanya diam m meskipun kurang jelas dengan penjelasan guru menca ncapai persentase 61%, saat pelajaran berlangsung, mempe perhatikan pelajaran dengan baik dengan persentase 85 85%, ketika terdapat teman yang bergurau saat pelajaran, n, siswa ikut bergurau dengannya dengan persentase 61 61%, saat diberi pertanyaan oleh guru, siswa bisa menjawa wab dengan persentase 72%, dan diperingatkan guru u untuk tidak bermain-main di kelas dengan persentase 60% 0%.

  Hasil analisis data menun nunjukkan bahwa siswa mengerjakan sendiri tugas yan yang diberikan guru dengan persentase 78%, melihat peke kerjaan teman saat menemukan kesulitan mengerjakan kan tugas dengan persentase 67%, mengumpulkan tugas s yang telah selesai dikerjakan tepat waktu dengan an persentase 83%, dan saat pelajaran berlangsung, siswa a keluar masuk kelas untuk meraut pensil dengan pe persentase 39%. Selain itu, siswa masih sempat bermain ain dengan teman dengan persentase 57%, berseraga gam rapi dan bersih saat berangkat ke sekolah dengan n persentase 97%, tidak izin ketika tidak bisa berangkat sekolah dengan b persentase 50%, dan tidak pula pulang terlebih dahulu sebelum dipersilahkan oleh guru uru dengan persentase 89%. Kemudian, pada indikator sa saat terlambat, tanpa mengetuk pintu siswa langsung ung masuk kelas mencapai persentase 51% dan tanpa sepe pengetahuan guru, siswa makan di kelas mencapai perse rsentase 53%.

  Pada indikator siswa dib dibangunkan orang tua untuk bersiap-siap ke sekolah lah mencapai persentase76%, ketika jam istirahat berakhir, sis , siswa membawa makanan ke dalam kelas dengan perse rsentase 53%, belajar paling sedikit 1 jam setiap hari denga ngan persentase 65%, laci meja saya bersih dari sampah pah dengan persentase 89%, memiliki alat tulis cadangan, n, jadi tidak perlu meninggalkan kelas ketika bolpen n atau pensil rusak dengan persentase 69%. Lalu, untuk in indikator belajar setiap hari tanpa disuruh orang tua den engan persentase 72%, lebih suka bermain-main dengan p persentase 53%, bertanya pada teman 68%, memper ersiapkan buku yang akan dibawa ke sekolah dengan p persentase 85%, dan jadwal pelajaran untuk esok h k hari sudah disiapkan ibu mencapai persentase 40%.

  © 2017 017 Indonesian Institute for Counseling,

  Jurnal Konseling dan Pendidikan http://jurnal.konselingindonesia.com

  18

  69

  21

  21

  69

  20

  20

  78

  19

  19

  67

  18

  22

  76

  17

  17

  82

  16

  16

  73

  15

  15

  62

  22

  69

  14

  6 67 5.776 4.489 64 4.761 4.096 70 5.329 4.900 64 5.329 4.096 62 5.041 3.844 58 6.084 3.364 64 5.041 4.096 65 5.041 4.225 66 5.329 4.356 69 4.489 4.761 70 5.329 4.900 67 4.489 4.489 69 5.329 4.761 58 3.844 3.364 61 5.329 3.721 65 6.724 4.225 71 5.776 5.041 67 4.489 4.489 60 6.084 3.600 67 4.761 4.489 67 4.761 4.489 69 4.761 4.761 67 6.400 4.489

  7 5092 4416 5110 4672 4402 4524 4544 4615 4818 4623 5110 4489 5037 3596 4453 5330 5396 4489 4680 4623 4623 4761 5360

  2 XY

  MP Negeri 7 Kubung

  P Negeri 7 Kubung dicari h orang tua dimasukkan ke Data mengenai nilai masing-

  ri 7 Kubung

  1%, dan peralatan alat tulis tan alat tulis siswa lengkap, ekolah, berseragam rapi dan ikerjakan tepat waktu, tidak n dengan baik, dan langsung lin belajar siswa cukup baik, pelanggaran fasilitas belajar

  Selain itu, siswa kurang ntase 53%, tidur siang agar g sekolah sampai sore hari

  etiap hari dengan persentase tertinggal dengan persentase tase 47%, ikut mengerjakan ling tepat dengan persentase

  Vol. 5 No. 1,2017. hlm. 52-61

  Jurnal Konseling dan Pendidikan http://jurnal.konselingindonesia.com

  5

  23

  4

  2

  2 Y

  X

  X Y

  asuh orang tua terhadap disiplin belajar siswa SMP s korelasi produk moment. Data mengenai pola asuh o disiplin belajar dimasukkan ke dalam variabel Y. Data an dimasukkan ke dalam tabel berikut ini. la Asuh Orang Tua terhadap Disiplin Belajar Siswa SMP

  

ng Tua terhadap Disiplin Belajar Siswa SMP Negeri 7

  017 Indonesian Institute for Counseling, kkan bahwa siswa membawa semua buku pelajaran seti engantarnya ke sekolah untuk mengantar buku yang ter aran dengan teman ketika pelajaran dengan persentase sentase 79%, berusaha menemukan jawaban yang palin kan pekerjaan rumah mencapai persentase 67%. S hingga terlambat mengumpulkan tugas dengan persenta elajar dengan persentase 58%, bermain setelah pulang lajar ketika ada pekerjaan rumah dengan persentase 71% sentase 82%. lisis data, dapat disimpulkan bahwa indikator peralatan ampah, mempersiapkan buku yang akan dibawa ke seko kolah, mengumpulkan tugas yang telah selesai dike lum dipersilahkan oleh guru, memperhatikan pelajaran d peroleh nilai rata-rata yang sangat baik. Artinya, disiplin ator yang berkaitan dengan sikap dan pelanggaran-pela k baik.

  http://jurnal.konselingindonesia.com Vol. 5 No. 1,2017. hlm. 52-61

  23

  14

  73

  Vol. 5 No. 1,2017. hlm. 52-61

  1

  04

  4

  73

  03

  3

  69

  02

  2

  76

  01

  3

  5

  2

  1

  X

  No Kode Sampel

  Tabel. Hubungan Pola A

  Hubungan antara pola a dengan menggunakan rumus k dalam variabel X dan data dis masing variabel pada lampiran

  Hubungan Pola Asuh Orang

  Berdasarkan hasil analisi laci meja saya bersih dari sam bersih saat berangkat ke seko pulang terlebih dahulu sebelum menuju tempat duduk memper namun ada beberapa indikato menunjukkan hasil yang tidak b

  56%, meminta orang tua meng 35%, bermain lempar-lempara tugas kelompok dengan persen 78%, dan lupa mengerjakan memperhatikan pelajaran sehin tidak mengantuk ketika bela dengan persentase 47%, belaja siswa lengkap mencapai persen

  © 2017 Hasil analisis menunjukk

  73

  05

  13

  73

  13

  67

  12

  12

  73

  11

  11

  67

  10

  10

  09

  71

  9

  71

  08

  8

  71

  07

  7

  78

  06

  6

80 Jurnal Konseling dan Pendidikan

  Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com

  Vol. 5 No. 1,2017. hlm. 52-61 Vol. 5 No. 1,2017. hlm. 52-61 Vol. 5 No. 1,2017. hlm. 52-61

  24

  24

  67 67 4.489 4.489 4489 jumlah 1727 1574 124785 103534 4 113252

     n

  XY ( X )( Y )         

  r =

  2

  2

  2

  2       { n

  X ( ( X ) }{ n Y ( Y ) }            

              24 113 113252       1727 1574   

  =

  2

  2             24 124785 785    1727   

  

24 103534    1574   

           

     27 2718048 2718298

  =

  2994840    29 2982529 2484816    2477476            

     214

  =

  12311    7340

  40    214

  =

  9505 ,

  9

  = -0,02 Berdasarkan nilai r yang ng diperoleh, diketahui bahwa nilai korelasi kedua var ariabel dalam penelitian ini adalah -0,02. Untuk menafsirk irkan keberartian hubungan antara kedua variabel, setela telah nilai koefisien korelasi diperoleh, kemudian dilanjutk utkan dengan menguji keberartian hipotesis dengan m menggunakan rumus uji t berikut ini.

  n   

  2

  t = r

  2 1    r

  22

  22

  =

     ,

  02

  2 1          , 02    4 ,

  69

  =      

  ,

  02 1 ,

  04

  = -0,09 Setelah t hitung diperoleh leh, dilanjutkan dengan uji t yaitu membandingkan nila nilai t hitung dengan t tabel pada taraf signifikan 95% ada adalah 1,72 dengan derajat kebebasan n-2. Dari hasil p il pengujian hipotesis, dapat disimpulkan bahwa tidak terda rdapat hubungan antara pola asuh orang tua terhadap d disiplin belajar siswa SMP Negeri 7 Kubung pada taraf af signifikan 95% dengan derajat kebebasan n-2. Deng Dengan demikian, H dalam penelitian ini diterima, sedang angkan H diterima karena hasil pengujian membuktik ktikan bahwa t hitung lebih

  1 kecil dari t tabel yaitu -0,09 leb lebih kecil dari 1,72.

  Hasil analisis data menu nunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan an antara pola asuh dengan disiplin belajar siswa di SMP PN 7 Kubung. Hal ini membuktikan bahwa terdapat pat beberapa faktor, seperti: faktor dari anak itu sendiri dan dan pengaruh lingkungan yang lebih berpengaruh terhad hadap disiplin belajar siswa. Aqib, (2011:66) menyebutkan an tiga macam pola asuh yaitu pola asuh demokratis, po pola asuh otoriter, dan pola asuh permisif yang akan mem embentuk perilaku yang berbeda-beda. Pola asuh demo mokratis menghasilkan anak yang dapat mengontrol diri, m i, mempunyai hubungan baik dengan teman, dan terbuk buka pada orang tua. Pola asuh otoriter akan membentu ntuk perilaku anak yang tertekan, pendiam, cemas, dan dan menarik diri. Sedangkan

  © 2017 017 Indonesian Institute for Counseling,

  Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com

  Vol. 5 No. 1,2017. hlm. 52-61 Vol. 5 No. 1,2017. hlm. 52-61 Vol. 5 No. 1,2017. hlm. 52-61

  pola asuh permisif menghasilk silkan karakteristik anak yang manja, ingin menang sen sendiri, kurang percaya diri, salah bergaul, dan kurang kontr ntrol diri.

  Berdasarkan hasil analis lisis data, dapat dipahami bahwa orang tua cenderu rung membiarkan anaknya dibesarkan oleh lingkungan se sehingga terjadi pengaruh besar terhadap perilakunya. ya. Siswa mendapat banyak pengaruh negatif dari lingku kungan sehingga terjadi ketidakdisiplinan terhadap p pembelajaran. Pola asuh permisif cenderung mengabaik aikan anak, tidak konsisten dalam menerapkan aturan, m , memberikan perlindungan dan kasih sayang yang berleb lebihan. Akibatnya anak cenderung tidak banyak bela elajar tentang perilaku yang dapat diterima dan tidak diter terima (unacceptabel behaviour), tidak memiliki disipli iplin diri, cenderung kurang percaya diri, impulsif, sulit me mengambil keputusan tentang diri sendiri.

  Pola asuh permisif (perm ermissive parenting ), gaya pengasuhan ini dibagi menj enjadi dua jenis. Pertama, pengasuhan permissive-indulg ulgent yaitu gaya pengasuhan dimana orang tua sangat gat terlibat dalam kehidupan anak tapi menetapkan batas tas atau kendali pada anak. Pengasuhan ini diasosia siasikan dengan kurangnya pengendalian anak, karena o a orang tua permissive-indulgent cenderung membiarka rkan anak melakukan semua yang diinginkan sehingga anak nak tidak belajar mengendalikan perilakunya sendiri, me mendominasi, tidak menaati aturan, kesulitan bergaul denga ngan teman sebaya, dan anak selalu berharap semua kem emauannya dituruti. Kedua, pengasuhan permissive-indiffer fferent yaitu suatu gaya pengasuhan dimana orang tua s a sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Anak yang dib dibesarkan dengan pengasuhan permissive-indifferent c nt cenderung kurang percaya diri, pengendalian diri buruk, t k, tidak memiliki kemampuan sosial, tidak mandiri, tida idak dewasa, kemungkinan terasing dari keluarga, dan ra rasa harga diri rendah.

  Berdasarkan kajian teori ri yang sudah dipaparkan di atas, hubungan antara po pola asuh orang tua dengan disiplin belajar siswa tidak s signifikan. Orang tua yang akan mendidik dan m mengarahkan anak sesuai dengan nilai, norma, dan atur turan yang berlaku di masyarakat. Cara mendidik atau p pola asuh orang tua berupa ucapan atau tindakan, perhatia tian, motivasi, dan pendampingan anak nantinya akan b n berdampak pada sikap dan perilaku anak, salah satunya a disiplin belajar. Namun, analisis data menunjukkan an penyimpangan dari teori yang ada. Hal ini membuktika tikan bahwa pola asuh orang tua bukanlah faktor penen nentu disiplin belajar siswa. Faktor diri sendiri dan lingku gkungan mendapat tempat yang penting dalaam mem empengaruhi disiplin siswa. Selain itu, pola permisif yan yang diterapkan orang tua membuat siswa tidak me memfilter lingkungan yang dijalaninya sehingga cenderung ung berada pada lingkungan yang salah.

  Selanjutnya, dapat ditaw itawarkan beberapa solusi untuk mengatasi persoala alan disiplin belajar siswa. Disiplin dapat dilakukan den engan cara memperhatikan siswa dengan menyeluruh,

  h, kontak mata dan sapaan, bertanya kepada siswa apa yan yang paling disukai di sekolah dan bagaimana kelas yan ang diinginkan, mengetahui penyebab perilaku yang menyi nyimpang, mencari kesepakatan di kelas, dan mencari k i kesepakatan hukuman atau perlakuan bila siswa melangga ggar kesepakatan. Hukuman positif atau nonfisik bisa d a digunakan karena apabila menggunakan hukuman fisik ik dapat memacu siswa untuk melakukan hal yang sam sama. Hukuman positif atau nonfisik, misalnya dengan me memberi pujian bila melakukan perbuatan baik, memb mberi contoh perilaku yang diinginkan, bersikap realistis te is terhadap harapan pada siswa sesuai tingkat usianya,

  a, memberi dorongan untuk menyelesaikan masalahnya se sendiri, tidak menggunakan teriakan atau ancama man, memberikan pendapat terkait tindakan siswa, menggu ggunakan metode bimbingan dan penyuluhan jika perlu rlu dapat mengundang orang tua siswa, serta biarkan siswa b a belajar melakukan dan menyelesaikannya sendiri.

  Cara efektif menumbuhk hkan disiplin belajar di sekolah, yaitu (1) guru berdiri iri di samping pintu kelas untuk menyambut siswa serta erta mengingatkan PR yang harus sudah selesai dikerjak jakan, (2) sebelum pelajaran dimulai, guru mengingatkan s n siswa tentang peraturan dan perilaku di kelas, (3) ) guru memberikan contoh perilaku baik tersebut, (4) m ) memberikan pujian kepada siswa yang berperila rilaku baik di kelas dan mengabaikan perilaku buruk s k siswa, (5) saat siswa jenuh guru memberi kesempata patan siswa untuk bersama- sama berkeliling kelas atau tau melakukan hal yang menyenangkan agar sisw iswa semangat belajar, (6)

  © 2017 017 Indonesian Institute for Counseling,

  Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com

  Vol. 5 No. 1,2017. hlm. 52-61 Vol. 5 No. 1,2017. hlm. 52-61 Vol. 5 No. 1,2017. hlm. 52-61

  memberikan perintah saat se semua siswa memperhatikan, dan (7) membantu si siswa saat kesulitan serta memberikan semangat atau m menepuk punggung pada siswa untuk mengerjakan kan tugasnya dengan baik (Khalsa, 2008:61-65).

SIMPULAN DAN SARAN

  Berdasarkan hasil penelitia elitian, dapat disimpulkan tiga hal. Pertama, pola asuh uh orang tua terhadap anak cenderung bersifat permisif. In . Indikator-indikator, seperti: saat kesulitan mengerjaka akan ulangan, saya bertanya pada teman, orang tua tidak k mengajak anaknya untuk makan bersama di rumah ah, orang tua menyisihkan sebagian waktunya untuk ber erkumpul bersama anak-anaknya, orang tua mengajak ak anak untuk memecahkan masalah secara bersama-sama ma, orang tua bersikap hangat dan sangat menyayangi gi anak, orang tua bersikap ramah dan sabar kepada anak, k, dan orang tua menerima prestasi yang di dapat anakny nya, mendapat nilai rata-rata yang baik. Kedua, nilai rata-ra -rata disiplin belajar siswa SMPN 7 Kubung dikategor gorikan cukup baik, seperti: indikator peralatan alat tulis s s siswa lengkap, laci meja saya bersih dari sampah, m mempersiapkan buku yang akan dibawa ke sekolah, berse rseragam rapi dan bersih saat berangkat ke sekolah, me mengumpulkan tugas yang telah selesai dikerjakan tep tepat waktu, tidak pulang terlebih dahulu sebelum dipersilahkan oleh guru, memperhatikan pelajaran deng engan baik, dan langsung menuju tempat duduk mempe peroleh nilai rata-rata yang sangat baik. Selain itu, ada b beberapa indikator yang berkaitan dengan sikap dan an pelanggaran-pelanggaran fasilitas belajar menunjukkan n hasil yang tidak baik. Ketiga, tidak terdapat hubunga ngan yang signifikan antara pola asuh dengan disiplin bela elajar siswa di SMPN 7 Kubung. Oleh sebab itu, perlu rlu disarankan beberapa hal, seperti: (1) guru berdiri di sa samping pintu kelas untuk menyambut siswa, (2) 2) guru mengingatkan siswa tentang peraturan dan perilaku ku di kelas, (3) guru memberikan contoh perilaku baik ik tersebut, (4) memberikan pujian kepada siswa, (5) gur uru memberi kesempatan siswa agar siswa semangat gat belajar, (6) memberikan perintah saat semua siswa mem emperhatikan, dan (7) membantu siswa saat kesulitan be belajar.

DAFTAR RUJUKAN

  Apriastuti, D. A. (2013). Ana nalisis Tingkat Pendidikan Dan Pola Asuh Orang Tua ua Dengan Perkembangan Anak Usia 48–60 Bulan lan. Jurnal Bidan Prada, 4(01). Aqib, Zainal. (2011). Pend ndidikan Karakter membangun Perilaku Positif f Anak Bangsa. Bandung: CV.Yrama Widya. Arikunto, Suharsimi. (2010). P . Prosedur Peneitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: rta: PT. Rineka Cipta. Desmita. (2005). Psikologi Pen . Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

  Pendidikan Edwards, Drew. (2006). Ketika Bandung: PT Mizan Pustaka. tika Anak Sulit Diatur.

  Fitriana, V. (2011). Gambaran ran pola asuh keluarga pada pasien skizofrenia parano noid (studi retrospektif) di RSJD Surakarta. Fortuna, F. (2012). Hubungan n pola asuh otoriter dengan perilaku agresif pada remaja aja. Gunarsa, Yulia. ( 2002). Psiko sikologi Anak dan Remaja . Jakarta: BPK Gunung Mu Mulia. Is Pratiwi, N. (2012). Pola Asu suh Anak pada Pernikahan Beda Agama. Khairunnisa, A. (2013). Hubu bungan religiusitas dan kontrol diri dengan perilaku se seksual pranikah remaja di MAN 1 Samarinda. Ejo journal psikologi , 1(2), 220-229. Khalsa, Sri. (2008). Pengajar jaran Disiplin dan Harga Diri: Strategi, Anekdot, dan an Pelajaran Efektif untuk Keberhasilan Manajem jemen Kelas . Jakarta: PT Indeks. Koesoema, Doni. (2007). Pend endidikan Karakter. Jakarta: PT.Grasindo. Kusumaningtyas, L. E. (2015) 15). Dampak Overprotektif Terhadap Perkembangan Ke Kemandirian Anak. Widya , 10(1).

  Wacana Marijan. (2012). Metode Pendid ndidikan Anak. Yogyakarta: Sabda Media.

  Safitri, Y., & Hidayati, E. (201 2013). Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan an Tingkat Depresi Remaja di SMK 10 November S r Semarang. Jurnal Keperawatan Jiwa, 1(1). Santrock, John. (2007). Perkemb kembangan Anak . Jakarta: Erlangga. Sari, Devita Rima. (2015). "Hu Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Disiplin Belaj lajar Siswa Kelas IV dan V Sekolah Dasar Negeri eri Se-Gugus I Sidoarum Kecamatan Godean Kabu bupaten Sleman.” Skripsi.

  Yogyakarta: UNY. Sulistyowati, Endah. (2012). I ). Implementasi Kurikulum Pendidikan Karakter . Yogyakarta: PT Citra Adi . Yo

  © 2017 017 Indonesian Institute for Counseling,

  Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com

  Vol. 5 No. 1,2017. hlm. 52-61 Vol. 5 No. 1,2017. hlm. 52-61 Vol. 5 No. 1,2017. hlm. 52-61 Parama.

  Sutanto, B. C. (2014). Peranca ncangan Kampanye Sosial Pentingnya Waktu Bersosialis sialisasi dan Bermain Anak Usia 6–10 Tahun. Jurna rnal DKV Adiwarna , 1(4), 12. Thalib, Syamsul Bachri. (2013 13). Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Aplikatif. J if . Jakarta: Kencana. Wahib, A. W. A. (2015). Ko Konsep Orang Tua Dalam Membangun Kepribadian A n Anak. Jurnal Paradigma Institut , 1(1). Yusuf, LN. (2004). Psikologi P i Perkembangan Anak dan Remaja . Bandung: PT Rema aja Rosdakarya. Zuriah, Nurul. (2007). Pendidi idikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif ktif Perubahan . Jakarta: PT Bumi Aksara.

  © 2017 017 Indonesian Institute for Counseling,