K APASITASA PARATURD ESA DIK ALIMANTANS ELATAN DALAM MENJALANKAN T ATAK ELOLAK EUANGAN D ESAB ERDASARKAN UU NO .62014 T ENTANG D ESA CA PABILITY OFV

  Kapasitas Aparatur Desa di Kalimantan...

  A. Misbahruddin

APASITAS PARATUR ESA ALIMANTAN ELATAN DALAM MENJALANKAN

K A D DI K S

ATA ELOLA EUANGAN ESA ERDASARKAN O ENTANG ESA

  T K K D B UU N .6/2014 T D

CA PABILITY OF

  V ILLAGE O FFICERS AT S OUTH K ALIMANTAN TO R UNNING OF OVERNANCE OF

  ILLAGE UND BASED ON CT O BOUT

  V F A N .6/2014 A

  V A Misbahruddin

  ILLAGE G

  Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Jl. Yos Sudarso No.29 Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 70119, Hp.+62 8125127136

  Email: diterima tanggal 19 Juni 2017 | direvisi tanggal 1 Agustus 2017 | disetujui tanggal 10 Oktober 2017

  

ABSTRACT

  The main goals of research is to know the ability of village officers in operationalizing ICT for village fund management and obstacles in operationalizing ICT. This research uses qualitative method, and data sample using purposive approach, with village are get funding assistance from the state budget of 1 billion. Each district one sub-district, then set 1 village as a sample of research. Informants were determined purposively each village taken 4 people The results of the ability of village officials to operationalize ICT for public services and processing of village fund administration reports is sufficient. The indicators are seen from the running of public servants well and smoothly, among others the making of various letters and reporting of village fund administration. However, the application of the Village Fund's Financial System Application to village fund management has not been able and is currently in the learning stage. Obstacles indentified of technical aspects of the limited facilities and infrastructure ICT, such as computers and laptops, computer errors, virus problems, frequent power outages PLN. The regency/city government should try to improve the quality of professional village personnel, especially the mastery of Financial System Application of Village Funds) through technical consule and assistance from various parties as well as the provision of public service facilities, one of which is through the provision of internet network in all villages.

  Keywords: governance, village monetary, village fund, village officers

ABSTRAK

  Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemampuan aparat desa dalam mengoperasionalkan TIK untuk pengelolaan dana desa dan hambatan dalam mengoperasionalkan TIK. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, lokasi di Kalimantan Selatan ditentukan secara purposive yaitu setiap desa yang mendapat bantuan dana desa dari APBN sebesar 1 Milyar. Setiap kabupaten satu kecamatan, selanjutnya ditetapkan 1 desa sebagai sampel penelitian. Informan ditentukan secara purposive setiap desa diambil 4. Hasil penelitian kemampuan aparat desa mengoperasionalkan untuk pelayanan publik dan pengolahan laporan administrasi dana desa cukup memadai, indikatornya dilihat dari berjalannya pelayan publik dengan baik dan lancar, antara lain pembuatan berbagai surat keterangan dan pelaporan administrasi dana desa. Namun penerapan Aplikasi Sistem Keuangan Dana Desa untuk pengelolaan dana desa masih belum mampu dan sekarang ini dalam tahap pembelajaran. Hambatan terindetifikasi yaitu aspek teknis yaitu terbatasnya sarana dan prasarana TIK, seperti perangkat komputer dan laptop, komputer error, gangguan visus, seringnya pemadaman aliran listrik PLN. Hendaknya pemerintah kabupaten/kota berupaya semaksimal mungkin meningkatkan kualitas SDM aparatur desa yang profesional, khususnya penguasaan Aplikasi Sistem Keuangan Dana Desa) melalui Bimtek dan pendampingan dari berbagai pihak juga penyediaan fasilitas layanan publik, salah satunya melalui penyediaan jaringan internet di semua desa-desa.

  Kata kunci: tata kelola, keuangan desa, dana desa, TIK, apartur desa

  Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 21 No.2 Oktober 2017: 127-135 I.

   PENDAHULUAN

  Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, dimana antara lain mengatur tentang 1) Pembangunan desa; 2) Keuangan, asset dan BUM Desa; 3) Pembangunan kawasan perdesaan; 4) Kerja sama antar desa; Hal-hal tersebut tentunya cukup strategis karena menghadirkan banyaknya peluang sekaligus tantangan bagi aparatur dan masyarakat desa. Peluang dan tantangan yang berjalan bersamaan ini bertujuan untuk mewujudkan desa yang mampu menyediakan sumber kehidupan dan penghidupan bagi warga masyarakat desa, menyediakan lapangan pekerjaan dan meningkatnya pendapatan masyarakat dan Pendapatan Asli Desa. Dalam kaitan tersebut sumber dana pembangunan wilayah pedesaan sebagaimana Pasal 72 ayat (1) poin b dinyatakan bahwa salah satu sumber pendapatan Desa adalah alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Hal ini berarti Desa akan memperoleh anggaran yang peruntukannya langsung ke Desa ditentukan 10% dari APBN dan diluar dana Transfer Daerah (on top). Anggaran yang bersumber dari APBN ini dihitung berda- sarkan jumlah Desa dan dialokasikan dengan memperhatikan jumlah penduduk, angka kemis- kinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis desa.

  Dengan demikian pasca berlakunya UU ini, selain pendapatan asli desa, alokasi anggaran dari APBD Kabupaten/Kota, bantuan keuangan dari APBD Kabupaten/Kota/Provinsi dan hibah/sumbangan dari pihak ketiga yang selama ini telah diperoleh, Desa akan memperoleh tambahan pendapatan mencapai Rp.1 Milyar yang bersumber dari APBN.

  Alokasi APBN yang mencapai Rp 1 Milyar dapat dimanfaatkan oleh pemerintah desa untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat Desa yang didasarkan atas prakarsa masyarakat Desa (Musyawarah Desa). Kepentingan masyarakat Desa tersebut dapat berupa pembangunan tambatan perahu, pembangunan pasar Desa, membantu pembangunan sarana pendidikan, membantu pem- bangunan rumah ibadah, pendirian tempat pe- mandian umum, pembangunan saluran irigasi, sanitasi lingkungan, pos pelayanan terpadu, sanggar seni dan belajar, perpustakaan Desa, embung Desa, jalan Desa, dan pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) dan sebagainya. APBN yang mencapai Rp 1 Milyar per Desa akan dicair- kan/ditransfer oleh pemerintah pusat apabila pemerintah desa menyusun sebuah proposal yang berisikan daftar kebutuhan dan program warga desa yang telah disepakati bersama oleh berbagai komponen di Desa.

  Dalam hal pengelolaan keuangan desa perlu menjadi perhatian bagi pemerintahan desa, mengingat kucuran dana yang diluncurkan kepada desa cukup besar, untuk itu dalam rangka mewujudkan pengelolaan kuangan desa yang transparan, akuntabel dan partisipatif, maka Kemendagri melalui Dirjen Bina Pemerintahan Desa telah meluncurkan System Pengelolaan Keuangan Desa berbasis aplikasi. System tersebut diberi nama SISKEUDES ini merupakan hasil kerjasama dengan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang dilakukan pada tahun 2015. Penggunaan aplikasi tersebut diberlakukan untuk seluruh desa dengan penerapannya secara bertahap dimulai tahun 2016. Aplikas ini mampu membantu pemerintahan desa dalam proses perencanaan, penganggaran, penatausahaan, pem-

  Kapasitas Aparatur Desa di Kalimantan...

  A. Misbahruddin

  bukuan dan pelaporan keuangan desa. Dalam kaitan tersebut Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) menjadi bagian dari gugusan pembuat laya- nan dari pemerintah dan semakin besar pengaruhnya pada organisasi, profesional yang bekerja di dalamnya serta hubungan dengan masya- rakat. TIK sebagai instrument untuk menjadikan pemerintahan desa lebih efektif, lebih bersahabat dan mudah dihubungi bagi masyarakat yang harus dilayani. Tak terkecuali pula TIK dapat menjadi alat untuk memperbaiki administrasi desa. Administrasi desa sebagaiman data dari BPKP Kalimantan Selatan tahun 2015 menyebutkan bahwa desa masih mempunyai banyak kekurangan, diantaranya adalah proses update dimana data yang ada di tingkat desa berbeda dengan data yang ada di tingkat kecamatan, karena perbedaan memutakhirkan data di tingkat desa dan kecamatan, begitu juga dengan tingkat kabupaten.

  Dukungan TIK yang diterapkan pada pemerin- tahan desa akan mendorong data tunggal yang dengan mudah diupdate oleh aparatur desa dengan mengedepankan kesederhanaan operasional, se- hingga terjadi satu kesatuan data baik di tingkat desa, kecamatan dan kabupaten. Sistem informasi desa juga diatur dalam UU No. 6 tahun 2014 tentang desa di bagian ketiga Sistem Informasi Pemba- ngunan Desa dan Pembangunan Kawasan Pedesaan

  Pasal 86. Isinya antara lain bahwa Sistem Informasi Desa meliputi data Desa, data Pembangunan Desa, Kawasan Pedesaan serta informasi lain yang berka- itan dengan Pembangunan Desa dan Pembangunan Kawasan Pedesaan, dikelola oleh pemerintah dan dapat diakses oleh masyarakat desa dan semua pemangku kepentingan. Sisten informasi tersebut diisyaratkan untuk menyediakan informasi peren- canaan pembangunan kabupaten/kota untuk desa.

  Hal ini untuk mencegah kebuntuan komunikasi dan meminimalisir dugaan masyarakat terhadap penyimpangan dana desa.

  Komputer yang berjaringan internet atau yang dikenal dengan media baru, misalnya selain segala data dapat diolah secara cepat dan tepat, media tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk mengakses informasi, baik untuk menggali data/informasi dan pengetahuan, tetapi juga untuk menyebarluaskan informasi, misalnya membuat Web Desa. Tidak berbeda dengan media baru, media elektronik dan cetak pun merupakan sarana yang cukup efektif untuk menyampaikan informasi dan pengetahuan tentang pengelolaan dana desa dan sarana cukup urgen untuk penyebaran informasi dana desa. Tinggal yang menjadi pertanyaannya apakah aparatur desa sudah memiliki skill atau kemampuan untuk mengolah dan menyebarluaskan data penge- lolaan keuangan desa melalui media TIK ( media baru, media TV, Radio, suratkabar). Berikut apakah ada hambatan yang dihadapi dalam pengelolaan dana keuangan desa berbasis TIK. Hal ini sebagaimana bunyi pasal 68 ayat (1) UU No 6 tahun 2014 tentang desa, butir (a) yang antara lain “Masyarakat desa berhak meminta dan mendapatkan informasi dari Pemerintah Desa serta mengawasi kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa.

  Pemerintahan desa dalam sistem pemerintahan Indonesia merupakan level pemerintahan terendah dan dalam kondisi tidak berdaya (powerless). Meski begitu, pemerintahan desa merupakan ujung tombak dari pelayanan kepada masyarakat. Namun kondisi pemerintahan desa masih belum optimal mengingat masih rendahnya pendidikan para aparat pemerintah

  Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 21 No.2 Oktober 2017: 127-135

  desa. Kondisi ini semakin memprihatinkan ketika dengan segala keterbatasan yang dimiliki, para aparat desa tersebut harus memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat (Sumantri, 2013). Sementara itu berdasarkan informasi Dishub- kominfo Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2014 bahwa penguasaan aparat desa di Kalimantan selatan terhadap TIK relatif rendah, baik dari jumlah SDM, ketersediaan sarana dan prasarana TIK belum memadai. Berangkat dari latar belakang, maka focus penelitian ini yaitu (1) Bagaimana Kemam- puan Aparat Mengoperasionalkan TIK Untuk Pengelolaan Dana Desa (2) Faktor Apa Saja Peng- hambat Aparatur Desa Dalam Mengoperasionalkan TIK Dalam Pengelolaan Dana Desa II.

  Penelitian dilakukan dengan pendekatan deskriptif kualitatif , dimana objek pendekatan kualitatif digunakan untuk menjelaskan fenomena yang sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data yang sedalam-dalamnya (Kriyanto 2009).

  Dalam kaitannya dengan penelitian ini, fenomena yang ingin dilihat atau menginterprestasikan atau mentafsirkan adalah berkaitan kapasitas aparatur desa dalam menjalankan tata kelola keuangan desa dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), seperti komputer dan internet .

  Lokasi penelitian di Kalimantan Selatan, dimana berdasarkan data Dishubkominfo Provinsi Kalimantan Selatan dari 13 kabupaten/kota ada 6 (enam) Kabupaten yang cukup maju dibidang TIK yaitu (1) Kabupaten Tabalong, (2) Kabupaten Tanah Laut, (3) Kabupaten Kotabaru, (4) Kabupaten Batola, (5) Kabupaten HSS, dan (6) Kabupaten HST Ke 6 (enam) Kabupaten tersebut dijadikan lokasi penelitian dengan alasan: (1) mudah mengakses info dan pengetahuan, (2) mudah mengakses data (pengolahan dan pelaporan). (3) mendapat bantuan dana desa dari APBN 1 Milyar. Melalui cara yang sama masing-masing kabupaten dipilih 1 kecamatan. Selanjutnya dengan cara yang sama pula dari masing-masing kecamatan ditetapkan 1 (satu) desa sebagai sampel lokasi penelitian.

  Informan dalam penelitian ini diambil secara purposive sampling yaitu penarikan dengan cara sengaja atau menunjuk langsung kepada orang yang dianggap dapat memberikan informasi- informasi terkait pengelolaan dana desa berjumlah 4 (empat) orang terdiri dari Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kepala Seksi dan Bendahara Desa.

METODE PENELITIAN

  Proses pengumpulan data dilakukan dengan cara: (1) Observasi. Jenis observasi yang dilakukan adalah observasi non partisan yaitu dengan mengamati langsung objek yang diteliti, (2) Wawancara mendalam langsung terhadap sejumlah informan yaitu perangkat desa terutama berkaitan dengan pemanfaatan TIK untuk pengelolaan dana desa. (3) Studi perpustakaan yaitu mengadakan penelitian dengan cara mempelajari dan membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian.

  Analisis terhadap data/informasi yang telah dikumpulkan dilakukan dengan mengkategori- sasikan hasil wawancara, kemudian membuat tran- skrip wawancara dan membaginya ke dalam topik- topik, topik-topik dipisahkan berdasarkan katego- risasi sesuai dengan tujuan penelitian dan selanjutnya dari masing-masing kategorisasi tersebut dilakukan analisis.

  Kapasitas Aparatur Desa di Kalimantan...

  A. Misbahruddin III.

   HASIL DAN PEMBAHASAN A. Temuan Penelitian

  Hasil temuan mengetengahkan beberapa hal yakni (1) kemampuan SDM aparat desa dalam penerapan TIK untuk layanan publik dan operasional pengelolaan dana desa serta pengolahan laporan operasional dana desa. (2) Pemanfaatan TIK untuk layanan publik, operasional Dana Desa dan pengolahan laporan dana desa, (3) Hambatan aparat desa mengoperasionalkan TIK dalam memberikan layanan publik, pengelolaan dana desa dan pengolahan laporan operasional dana desa.

  Berdasarkan temuan pertama, secara umum SDM aparat pemerintahan desa dalam hal kemam- puan mengoperasionalkan TIK (Komputer, laptop) cukup memadai, misalnya pelayanan publik dan pengolahan laporan administrasi keuangan desa.

  Sementara kemampuan SDM pengolahan laporan keuangan dana desa menggunakan aplikasi Sistem Keungan Desa (Siskeudes) di semua SDM aparat desa yang menjadi sampel penelitian masih dalam proses pembelajaran atau pelatihan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten/Kota maupun instansi terkait. Hal ini sebagaimana dikatakan salah seorang informan yaitu Kepala Desa beringin Jaya Kecamatan Anjir Muara Kabupaten Batola.

  “SDM aparat di Kantor Kepala Desa Beringin Jaya umumnya mampu mengoperasionalkan TIK (Komputer dan laptop) untuk kegiatan layanan publik dan pengolahan laporan keuangan, namun untuk penerapan aplikasi Siskeudes untuk pengelolaan dana desa belum mampu dan sekarang ini masih dalam tahap pembelajaran atau pelatihan”.

  Sumber: Hasil Wawancara, 18 Mei 2016 Source: Deepth Interview Result, 18 May 2016

  Juga Kepala Tibung Raya Kecamatan Kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan.

  ”sejumlah perangkat TIK, seperti komputer dan laptop sudah dimanfaatkan sebagai sarana pengolahan laporan dana desa juga untuk aktivitas pelayanan publik sehari-hari seperti pembuatan surat keterangan domisili, surat keterangan pindah. Namun untuk aplikasi Sistem Keuangan Desa (Siskeudes) SDM yang ada belum mampu menggunakannya”

  Sumber: Hasil Wawancara, 19 Mei 2016 Source: Deepth Interview Result, 19 May 2016

  Kemudian pernyataan Kepala Desa Sungai Taib Kecamatan Pulau Laut Utara Kabupaten Kotabaru.

  ”Secara umum aparat desa sudah mampu mengoperasionalkan komputer dan laptop untuk pelayanan publik dan administrasi pengelolaan dana desa, sementara dari aspek penggunaan aplikas System Keuangan Desa (Siskeudes) SDM yang ada pada kami belum mampu dan masih dalam tahap pembelajaran ”

  Sumber: Hasil Wawancara, 19 Mei 2016 Source: Deepth Interview Result, 19 May 2016

  Sementara jumlah SDM nya masih belum memadai bila diukur dari beban kerja. Dari 6 desa sebagai sampel penelitian ada 4 desa yang jumlah SDM nya belum memadai bila diukur dari beban kerjanya. Misalnya desa Sungai Taib Kecamatan Pulau laut Utara Kabupaten Kotabaru, sehinga merekrut tenaga honor sebanyak 4 orang untuk membantu kelancaran tugas sehari-hari.

  Kemudian temuan terkait hambatan aparat desa dalam hal pemanfaatan TIK untuk layanan publik yaitu aspek teknis dan non teknis. Dari aspek teknis, seperti terbatasnya sarana dan prasarana

  Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 21 No.2 Oktober 2017: 127-135

  TIK, masih dalam tahap pemenuhan sejumlah perangkat komputer dan laptop. Tak kalah urgennya sisi komputer terkadang error, adanya gangguan virus, seringnya padam aliran listrik PLN. Sedangkan hambatan non teknis , seperti tingkat pengetahuan dan kemampuan aparat desa dalam mengoperasionalkan TIK, khususnya untuk pengolahan laporan operasional dana desa berbasis aplikasi Sistem Keuangan Desa (Siskeudes) yang selama ini masih dalam tahap pembelajaran.

  Kesiapan SDM

  Masalah kesiapan SDM aparat desa di lokasi penelitian untuk layanan publik, pengelolaan dana desa dan pengolahan laporan operasional dana desa, ini dapat dikatakan cukup memadai. Hal ini ditunjukan dengan berjalannya aktivitas sehari-hari, baik layanan public, juga pengolahan laporan operasional dana desa. Namun demikian ada keterbatasan dari sisi kemampuan SDM aparat desa dalam penguasaan TIK secara profesional, terutama terkait pemanfaatan aplikasi Sistem Keuangan Desa (Siskeudes). Juga, mengingat aplikasi sistem ini masih tergolong baru dan aparat desa umumnya belum memahami dan mengerti sistem aplikasi tersebut. Untuk solusinya Pemerintah Kabupaten/ Kota dalam hal ini Badan Pemberdayaan Masya- rakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD) Provinsi Kalimantan Selatan bekerjasama dengan instansi terkait telah memberikan pelatihan kepada seluruh aparat desa. Itu semua tentunya dalam upaya mencapai keberhasilan e-government terkait laya- nan administrasi desa berbasis TIK. Hal ini sebagaimana penegasan beberapa ahli yaitu ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan e- government. Faktor-faktor tersebut dalam sistem layanan e-government menurut pemndapat Heeks (2001 b.17-19), Gil-Garera, Pardo (2005) dan ADB (2011), diantaranya Sumber Daya Manusia (SDM), sarana dan prasarana, anggaran, kelembagaan, pelayanan TIK dan standar administrasi desa.

  Hakekat pelayanan public adalah pemberian layanan secara prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat. Berangkat dari temuan dapat disimpulkan bahwa aspek kemampuan SDM aparat desa dapat dikatakan menjadi salah satu hambatan dalam penerapan aplikasi Sistem Keuangan Desa (Siskeudes), padahal sesuai dengan teori yang antara lain menekankan untuk memaksimalkan layanan dengan penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bahwa setiap aparat pelayan public harus mampu menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi.

B. Pembahasan 1.

  2. PemanfaatanTIk Untuk Layanan Publik

  Pemanfaatan sarana dan prasarana TIK (komputer,internet, laptop) merupakan syarat utama suatu layanan dapat dikatakan berbasis TIK atau tidak. Pemanfaatan sarana yang berbasis TIK itu mencakup dari sarana itu sendiri dan sarana penunjang keberlangsungan layanan. Sarana, seperti komputer dan laptop di desa yang menjadi sampel penelitian dapat dikatakan cukup memadai, namun belum merata. Misalnya di Desa Beringin Jaya Kecamatan Anjir Pasar Kabupaten Barito Kuala memiliki 2 buah komputer dan 2 buah laptop, berbeda dengan keadaan desa Tambang Ulang Kecamatan Tambang Ulang Kabupaten Tanah Laut hanya memiliki 1 buah komputer lama dan 1 buah laptop juga lama, itu pun milik pribadi. Disisi lain akses jaringan internet sebagai penunjang kegiatan

  Kapasitas Aparatur Desa di Kalimantan...

  A. Misbahruddin

  sehari-hari semua desa belum tersedia. Selama ini akses internet menggunakan modem yang mana aksesnya sangat lambat sekali, ditambah lagi aliran listrik PLN yang sering padam

  Berbicara sarana dan prasarana untuk layanan public idealnya patut menjadi perhatian. Karena ini merupakan salah satu kreteria penting dalam penerapan Standar Pelayanan Minimal. Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai oleh penyelenggara pelayanan public diharapkan kana memberikan hasil yang maksimal pula. Hal ini sebagaimana Kepmenpan No.63 Tahun 2003. Sarana teknologi dan pendukungnya merupakan focus dari pelayanan yang berbasis TIK, semakin canggih sarana TIK maka makin bagus layanan yang dapat diberikan pada masyarakat. Sesuai dengan pendapat (Charalabids et al, 2006). Untuk layanan e public, teknologi yang dimiliki oleh setiap pemberi layanan harus dapat mencakup semua segi yang telah dijabarkan dan sayangnya ini masih belum dapat dipenuhi oleh 5 desa dari 6 desa yang dijadikan sampel. Jadi kesimpulan yang dapat diambil adalah mayoritas desa terkait sarana komputer dan laptop sudah memadai, namun yang harus menjadi perhatian terkait sarana pendukung adalah jaringan internet yang perlu dipasang secara merata disemua desa.

  Aparat desa di lokasi penelitian dalam mengoperasionalkan TIK, seperti komputer, laptop untuk memberikan layanan publik dan pengolahan laporan dana desa dapat dikatakan tidak mengalami hambatan yang signifikan, karena dapat berjalan cukup baik. Walaupun adanya berbagai hambatan, seperti terbatasnya sarana dan prasarana komputer dan laptop, komputer error karena virus dan aliran listrik PLN yang sering padam. Hal itu karena dapat diatasi secara mandiri oleh aparat pemerintahan desa, misalnya penggunaan komputer pribadi. Namun demikian terkait penerapan aplikasi Sistem Keuangan Desa (Siskeudes) dalam pengelolaan dana desa aparat desa belum mampu. Untuk itu Pemerintahan Desa berupaya mengikutisertakan aparat desanya dalam kegiatan Bimbingan Tehnis tentang Aplikasi Sistem keuangan Desa (Siskeudes) yang dilakukan oleh Pemerintah Kota/Kabupaten di Kalimantan selatan dan upaya pendampingan dari berbagai pihak yang difasilitasi oleh Pemerintah Kota/Kabupaten.

  Adanya keterbatasan-keterbatasan pada orga- nisasi pemerintahan desa sejalan dengan pendapat seorang ahli Wasistiono dan Tahir (2006 L 95 ) yang menyatakan keterbatasan-keterbatasan tersebut meliputi : (1) kualitas SDM aparatur desa umumnya masih rendah, (2) Rendahnya kemampuan peren- canaan ditingkat desa, (3) Sarana dan prasarana penunjang layanan public pemerintahan desa masih terbatas,

  Mencermati layanan public oleh aparatur desa dengan menggunakan TIK, seperti komputer dan laptop dapat berjalan dengan baik, walaupun adanya berbagai hambatan, hal ini mengidikasikan peran kelembagaan pemerintahan desa telah meng- upayakan dengan berbagai kebijakan-kebijakan terkait penerapan layanan publik berbasis TIK, Ka- rena aspek kelembagaan menjadi suatu organisasi yang menunjukkan alur pertanggungjawaban untuk penerapan layanan publik berbasis TIK.

3. Hambatan Aparat Desa Dalam Mengoperasionalkan TIK.

  Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 21 No.2 Oktober 2017: 127-135 IV.

   KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

  Kemampuan aparat pemerintahan desa dalam menggunakan TIK (komputer dan laptop) untuk aktivitas kegiatan pelayanan publik sehari-hari dan pengolahan laporan dana desa cukup memadai. Hal ini indikatornya dilihat dari berjalannya pelayanan publik dengan baik dan lancar, antara lain pembuatan surat keterangan domisili, pembuatan kartu keluarga, pembuatan surat keterangan usaha dan pelaporan adminsitrasi dana desa ke kecamatan dan kabupaten. Namun dari sisi kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang profesional dalam pengelolaan dana desa dengan menggunakan Aplikasi Sistem Keuangan Desa (Siskeudes) masih belum mampu.

  Hambatan aparat pemerintahan desa dalam mengoperasionalkan TIK (komputer, internet, laptop) untuk memberikan layanan publik yaitu aspek tehnis dan non tehnis. Dari aspek teknis seperti terbatasnya sarana prasarana terkait TIK, masih dalam hal pemenuhan, seperti komputer dan laptop. Tak kalah urgennya yaitu sisi komputer terkadang error, adanya gangguan virus, seringnya padam aliran listrtik. Sedangkan non teknis seperti tingkat pengetahuan dan kemampuan aparat desa dalam mengoperasionalkan TIK untuk pengolahan laporan operasional dana desa berbasis aplikasi Sistem Keuangan Desa (Siskeudes) masih dalam tahap proses pembelajaran melalui bimbingan teknis (Bimtek) dan pendampingan dari berbagai pihak yang difasilitasi Pemerintah kota/kabupaten.

  Pemerintahan Desa hendaknya terus berupaya meningkatkan jumlah SDM aparatur desa yang secara profesional dan mampu mengoperasionalkan TIK (kom- puter, laptop) dalam mendukung penerapan aplikasi Sistem Keuangan Desa (Siskeudes) di tingkat desa. Untuk itu semua tentunya perlu pelatihan-pelatihan peningkatan kemampuan SDM aparatur desa melalui Bimbingan Teknis (Bimtek) terkait Penge- lolaan Keuangan Desa, tidak hanya untuk operator, juga untuk pelayanan administrasi layanan publik dengan menggunakan TIK.

  2. Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/kota hendaknya memfasilitasi berbagai failitas layanan publik yang mendukung komu- nikasi dan informasi semua desa-desa, salah satunya melalui jaringan internet, tidak hanya bersandar pada cakupan jaringan melalui BTS (base transceiver station) yang sering terkendala dengan cuaca. Namun juga mempercepat pembangunan jaringan serat optik, karena TIK sangat tergantung dengan jaringan yang memadai, apabila operasional TIK di desa-desa tidak ditunjang dengan jaringan, maka kinerja aparatur desa dalam pengolahan laporan pengelolaan dana desa dimungkinkan tidak maksimal.

B. Saran 1.

  Kapasitas Aparatur Desa di Kalimantan...

  A. Misbahruddin

UCAPAN TERIMA KASIH

  Menuju Masyarakat Berbasis Informasi” , Jakarta

  Terima Kasih kepada Bapak Said, Peneliti Sardjono C. dan Pawito, 1987.

  “Teori-teori

  Balitbangda yang telah banyak membantu hingga

  Komunikasi”, Sebelas Maret University Press, Surakarta.

  penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik

  Sunarjo & Djoenaesih S. Sunarjo, 1983 “Himpunan Istilah Komunikasi”, ed. Ke- 2, Liberty, Jogjakarta.

DAFTAR PUSTAKA

  Sahdan Garis dkk, 2004 Buku Suku Pedoman Alokasi Dana Desa Yogyakarta : FPPD Achmad Gunawan, 2006

  “Memberdayakan Poerdarminta, W.J.S. 1991. Kamus Besar

  Masyarakat Dengan Informasi”, Jurnal Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka Komunikasi. Vol. TKTI, 2004, Teori Personal-Capability Budhirianto, S., 2010. Efektivitas

  E- Maturity Mode Jakarta : Kementerian Goverment Dalam Melaksanakan Fungsi Komunikasi dan Informatika RI. Pelayanan Publik di Provinsi Jawa Barat Wisisitiono, Sadu dan Irwan Tahir.2006, dan Banten .Jurnal Penelitian Prospek Pengembangan Desa Jatinangor.

  Komunikasi, Vol 13 No 2 Tahun 2011, Fokus Media.

  Departemen Komunikasi dan Informatika Wijaya, Haw. 2004. Otonomi Desa Merupakan RI Badan Penelitian dan Pengembangan Otonomi Yang Aslui, Bulat dan Utuh, Komunikasi dan Informatika Bandung, Jakarta PT. Raja Grafindo Persada. hal 55 -70.

  Widjaja, A.W., 1993 “Komunikasi Hubungan Charalabidis, Y, .Gionis, G., Lampathaki, F.,

  Masyarakat”, Jakarta, Bina Aksara, Askounis, .D., Metaksiotis, K., 2006, Jakarta, Organizing Municipal e-Goverment

  West, R.; Turner, L. H., 2008 “Pengantar Teori System A Multi-Facet Taxonomy of

  Komunikasi Analisis dan Aplikasi”, eServices for Citizen and Businesses, Humanika, Salemba. DEXA eGov Conference.Krako. Poland. Erliana H, 2005, Komunikasi Pemerintahan, Bandung, PT, Refika Aditama.

  Jalaluddin R, 1991, Psikologi Komunikasi, Bandung, PT Remaja Rosdakarya Jalaludin R, 1989, Metode Penelitian , Bandung, CV Remaja Karya. Kuper, A., & Kuper, J., 2006

  “Ensiklopedi Ilmu- ilmu Sosial”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000.

  Muzayyin Mashub, 2004, Makalah Implementasi dan Implikasi Kebebasan Memperoleh Informasi Dalam Negarta Demokrasi , Jakarta Lembaga Informasi Nasional.

  Nurudin, 2007.

  “Pengantar Komunikasi Massa”, PT Raja Grafindo, Jakarta.

  Onong U, E., 1986 “Dinamika Komunikas”i, CV Remaja Karya, Bandung, Pius A. Partanto, 1994.

  “Kamus Istilah Populer” , Arkola, Surabaya, Salahuddin, 1999.

  “Peranan dan Aplikasi Teknologi Komunikasi dan Informasi