K ECENDERUNGANM ASYARAKATD ESAT ERTINGGALT ERHADAPK EBUTUHAN I NFORMASI

  Kecenderungan Masyarakat Desa Tertinggal Terhadap… Hendrawati

  ECENDERUNGAN ASYARAKAT ESA ERTINGGAL ERHADAP EBUTUHAN K M D T T K

NFORMASI

  I HE ENDENCY F OCIETY OWARDS HE NFORMATION EEDS F T T O S T T

  I N O NDERDEVELOPED

  V Hendrawati

  ILLAGES U

  Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Banjarmasin Jl. Yos Sudarso No.29 Banjarmasin 70119, Kalimantan Selatan, Indonesia. Telp. 05113353849

  Email: hendrawati@kominfo.go.id

  

diterima tanggal : 3 Mei 2016 | direvisi tanggal 1 Agustus 2016 | disetujui tanggal 23 Agustus 2016

ABSRACT

  

The aims of society on underdeveloped villages research is to know the tendency about information needed

and information seeking in underdeveloped area. The research location was on underdeveloped area in South

Borneo which are Barito Kuala and Hulu Sungai Utara purposely selected. Respondents amount on each

county defined as many as 120 individuals with proportional random sampling area method. The result shows

that base information has tendency interesting and needed most on underdeveloped respondents are health,

education, and food information that related with real needed by underdeveloped villages society. Generally

the income of people was below the poverty line, so it hard to get a new media because just to fulfill daily need

was difficult. Meanwhile the information search behavior generally through television, family members and

friends with limited time maximum 2 hours every day for television, because the profession which are farmer

on field, garden and labor outside house that time consume. Its expected that government will fix facilities and

infrastructure of school, health, and road and bridge so can be pass by ambulance and taxi to uptown also the

agriculture supply like seed, pesticide fertilizer and agriculture tools.

  Keywords : tendency, underdeveloped village, information needed

ABSTRAK

  Penelitian masyarakat didesa tertinggal bertujuan untuk mengetahui kecenderungan tentang kebutuhan informasi dan perilaku pencarian informasi di daerah tertinggal. Lokasi penelitian didaerah tertinggal Kalimantan selatan yaitu desa tertinggal Barito Kuala dan Hulu Sungai Utara dipilih secara purposive. Jumlah responden setiap kabupaten ditetapkan sebanyak 120 orang dengan sampling area random sampling secara proposional. Hasil menunjukkan bahwa informasi dasar cenderung menarik perhatian dan paling dibutuhkan responden di daerah tertinggal adalah informasi kesehatan, pendidikan dan pangan yang sesuai dengan kebutuhan nyata didaerah penduduk desa tertinggal. Pendapatan penduduk umumnya masih berada dibawah garis kemiskinan, maka untuk memiliki media baru sulit untuk dijangkaunya sebab untuk kehidupan sehari-hari saja tidak bisa tercukupi. Sementara perilaku pencarian informasi umumnya melalui saluran televisi, melalui anggota keluarga dan teman dengan waktu yang terbatas paling bisa 2 jam setiap hari menonton tv, karena profesi sebagai petani disawah, kebun dan buruh diluar rumah menghabiskan waktu seharian. Dengan demikian diharapkan pemerintah perlu perbaikan sarana dan prasarana sekolah, kesehatan dan infrastruktur jalan setapak dan jembatan agar bisa dilalui mobil ambulan dan taxi menuju kota serta penyediaan kebutuhan bidang pertanian seperti bibit, pupuk pestisida dan alat-alat pertanian.

  Kata kunci : kecenderungan, desa tertinggal, kebutuhan informasi

  Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 20 No.1 Oktober 2016: 69-86 I.

   PENDAHULUAN

  Prioritas pembangunan pemerintahan saat ini menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri, dalam bidang ekonomi, berkepribadian, kebudayaan, dalam pemerintah kedepan disebut dengan “Nawa Cita.” Sementara pembangunan nasional tahun 2015-2019 pada RPJMN 2015-2019, diarahkan untuk mencapai sasaran utama yang mencakup antara lain, sasaran dimensi pemerataan dan sasaran pembangunan wilayah dan antar wilayah

  Pembangunan wilayah nasional saat ini menjadi isu utama, yaitu masih besarna kesenjangan antar wilayah, khususnya kesenjangan pembangunan antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dengan Kawasan Timur Indonesia (KTI). Indikator tersebut antara lain dilihat dari kontribusi PDRB terhadap PDB, dimana selama 30 tahun (1983-2013), kontribusi PDRB KBI sangat dominan dan tidak pernah berkurang dari 80% terhadap PDB. Karena itulah, dalam pemerintahan Jokowi-JK, arah kebijakan utama pembangunan wilayah nasional difokuskan untuk mempercepat pengurangan kesenjangan pembangunan antar wilayah. Transformasi dan akselerasi pembangunan wilayah tersebut bertumpu pada peningkatan kapasitas sumber daya manusia, peningkatan efisiensi dan nilai tumbuh sumber daya alam, penguatan kapasitas ilmu pengetahuan dan teknologi, penyediaan infrastruktur yang terpadu dan merata serta penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik. Kerangka pengembangan wilayah secara diagramatis dapat dilihat pada gambar 1. Agenda pembangunan wilayah dipahami dalam perspektif sebagai afirmasi untuk mendorong kegiatan ekonomi yang selama ini kurang diprioritaskan. Yaitu kegiatan ekonomi dalam wujud antara lain wilayah perdesaan/daerah tertinggal. Pengembangan daerah tertinggal lebih ditujukan untuk nmeningkatkan kesejahteraan masyarakat, pemerataan pembangunan dan mengurangi kesenjangan pembangunan antara daerah tertinggal dengan daerah maju.

  Gambar 1.

  Kerangka Pengembangan Wilayah

  Kecenderungan Masyarakat Desa Tertinggal Terhadap… Hendrawati

  Dalam mendukung pembangunan wilayah dalam pengembangan daerah tertinggal, informasi pada saat ini memiliki arti yang penting bagi masyarakat, karena menjadi dasar bagi tercapainya kehidupan yang lebih baik dan bermanfaat. UUD 1945 bahkan menempatkan makna penting informasi ini dalam pasal 28F, bahwa negara hadir dalam pemenuhan hak warga untuk memperoleh dan memanfaatkan informasi. Hal tersebut dituangkan dalam sasaran RPJMN 2015-2019, yaitu “Terwujudnya keterbukaan informasi publik dan meningkatkan akses masyarakat terhadap informasi publik dalam mendorong partisipasi masyarakat dalam penyusunan dan pengawasan kebijakan publik.”

  Kondisi masyarakat yang melek informasi, akan mendorong terciptanya pondasi yang kokoh, untuk mengembangkan potensi daerah mereka berkembang dengan baik. Untuk mencapai kejenjang ini, tentu perlu ada langkah yang dilakukan. Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia perlu melakukan pembenahan di berbagai sektor dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat, tidak hanya ekonomi. Tetapi juga di bidang informasi. Akses terhadap informasi sejatinya merupakan Hak Asasi setiap anggota masyarakat. Hak memperoleh informasi merupakan hak setiap warga negara.

  Penelitian tentang pola kebutuhan informasi masyarakat sangat perlu dilakukan oleh instansi pemerintah yang memiliki tugas dan fungsi di bidang pelayanan informasi. Hal ini penting terutama untuk kebutuhan penyusunan perencanaan komunikasi pada masyarakat yang memiliki karakteristik khusus antara lain masyarakat di daerah tertinggal. Kementerian Kominfo dalam melaksanakan tugas dan fungsi meningkatkan melek informasi, telah menggulirkan banyak program seperti antara lain pembinaan lembaga-lembaga komunikasi di daerah, pembangunan sarana prasarana pelayanan informasi masyarakat seperti media center, PLIK, M-PLIK, dan lain-lain. Namun sejauh ini program-program tersebut belum dirancang secara spesifik dengan sasaran masyarakat ber-karakteristik khas, seperti masyarakat daerah tertinggal. Kajian masyarakat daerah tertinggal dalam konteks kebutuhan informasi dipandang penting untuk dilakukan. Secara praktis penelitian ini dapat membantu kementerian Kominfo, khususnya Ditjen IKP dalam menyusun perencanaan komunikasi bagi masyarakat daerah tertinggal. Adapun secara akademis, penelitian ini dilakukan dalam melaksanakan pengukuran konsep teoretik kebutuhan informasi dan perilaku informasi dalam konteks masyarakat daerah tertinggal.

  Penelitian terus-menerus tentang pola-pola kebutuhan informasi sangat perlu dilakukanh oleh instansi pemerintah yang tugas dan fungsinya di bidang pelayanan informasi. Upaya menumbuhkan dan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat memerlukan dukungan data hasil penelitian tentang kebutuhan informasi dan opini masyarakat.

  Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, merasa perlu melakukan penelitian mengenai kebutuhan informasi masyarakat dibidang Sosial, Ekonomi, Budaya, di daerah-daerah tertinggal. Dengan rumusan penelitian ini adalah; sejauhmana kebutuhan informasi dan perilaku pencarian informasi masyarakat di daerah tertinggal?

  Sedang penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan deskripsi tentang kebutuhan informasi dan perilaku pencarian informasi di daerah

  Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 20 No.1 Oktober 2016: 69-86

  Di sisi lain, Chowdhury (1999), mengungkapkan kebutuhan informasi merupakan suatu konsep yang samar. Kebutuhan informasi muncul ketika seseorang menyadari pengetahuan yang ada padanya tidak cukup untuk mengatasi permasalahan tentang subjek tertentu. Dalam beberapa pengertian tentang perilaku informasi, Wilson mengungkapkan, bahwa perilaku pengguna informasi meliputi perilaku informasi (information

  behavior ), perilaku penemuan informasi

  (information seeking behavior). Bila digambarkan Gambar 2. Ruang Lingkup Perilaku Informasi

  Sumber:

  Ruang Lingkup Perilaku Informasi tersebut adalah Godbold, N. 2006. Beyond Information

  Seeking: towards a general model of information sebagai berikut: (Godbold, 2006). behavior

  Profesor TD Wilson, dalam mempelajari perilaku informasi (information behavior), Wilson tertinggal, sementara secara teoritis hasil menggambarkan inti pendapatnya tentang teori peneliti diharapkan bermanfaat dapat menambah perilaku informasi sebagai berikut; Ilmu pengetahuan dibidang kebutuhan informasi dan

  Model dalam Gambar 3 Diatas memperlihatkan secara praktis juga sebagai bahan pertimbangan bagi terdapat 3 faktor yang dianggap penting untuk

  Kominfo dalam menyediakan data penting yang menjelaskan fenomena kebiasaan menemukan diperlukan dalam penyusunan perencanaan dan informasi (information seeking), yaitu konteks strategi komunikasi publik dalam konteks pencarian informasi, sistem informasi yang pembangunan di daerah tertinggal. digunakannya, dan sumber daya informasi yang

  Teori yang digunakan berupa list and mengandung berbagai informasi yang diperlukan. gratifications yang mengasumsikan tentang khalayak

  Ketiga aspek ini berada di dalam apa yang yang aktif dalam menggunakan media yang dinamakan Wilson “sementara pengetahuan” Wilson berorientasi pada tujuan. juga menekankan bahwa “sistem” dalam model

  Kebutuhan informasi baru; perlu untuk tersebut dapat berupa sistem yang sepenuhnya menjelaskan informasi yang dimiliki. Kebutuhan hastawi (manual), atau yang sepenuhnya berbantuan informasi dapat dikategorikan ke dalam kebutuhan mesin (komputer), atau sistem yang digunakan kognitif dan untuk menjelaskan keyakinan dan nilai- sendiri secara mandiri oleh pencari, atau dapat pula nilai yang dimiliki, karena informasi mungkin berupa sistem yang menyediakan bantuan perantara diperlukan untuk mencapai hal-hal ini. alias mediator.

  Kecenderungan Masyarakat Desa Tertinggal Terhadap… Hendrawati Gambar 3.

  Perilaku Informasi

  Sumber:

  On User Studies and Information Needs”, Journal of Documentation Vol. 35 No. Tahun 1981 II.

METODE PENELITIAN

  Penelitian Survei Kebutuhan Informasi Masyarakat- Masyarakat di Bidang Sosial, Ekonimi, Budaya di Daerah-Daerah Tertinggal, bertujuan dapat menemukan pola perilaku pencarian informasi yang dilakukan di bidang Sosial, Ekonomi, Budaya di daerah tertinggal.

  Penelitian ini menggunakan pendekatan paradigm positivis. Paradigma positivis melihat ilmu sosial sebagai metode yang terorganisir untuk mengkombinasikan antara logika deduktif dengan observasi yang dilakukan secara empiris dari perilaku manusia, sehingga dapat memprediksi pola umum dari aktivitas manusia (Neuman, 2003) dalam Shirley Agostinho. 2005.

  Dengan paradigma tersebut, peneliti dapat menemukan atau mengkonfirmasi tentang hubungan sebab akibat yang biasa dipergunakan untuk memprediksi pola-pola umum mengenai suatu gejala sosial atau aktivitas yang dilakukan manusia (Neuman, 2003). Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dilakukan melalui metode survei, untuk tujuan mendapatkan deskripsi pola pencarian informasi yang dilakukan masyarakat-masyarakat di

  Bidang Sosial, Ekonomi, Budaya di daerah tertinggal. Dalam penelitian survei, data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang digunakan sebagai pedoman wawancara dengan responden. Metode survei secara deskriptif digunakan untuk mendapatkan gambaran secara sistematis tentang karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat (Isaac dan Michael dalam Rakhmat, 2007)

  Teknik penelitian survei menggunakan instrumen wawancara berpedoman pada kuesioner, yakni berupa daftar pertanyaan yang akan dijawab oleh responden. Kuesioner dibangun dari sejumlah pertanyaan tertutup yang dibagi ke dalam beberapa struktur, yang meliputi: A). Konteks Kebutuhan Informasi, dan B). Perilaku Pencarian Informasi.

  Target populasi dari penelitian ini adalah Masyarakat di Daerah Tertinggal Lokasi penelitian di 1 provinsi yaitu Kalimantan Selatan, dipilih secara purposive. Jumlah responden setiap Kabupaten/ Kota ditetapkan sebanyak 120 orang dengan sampling

  Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 20 No.1 Oktober 2016: 69-86 Gambar 4.

  Kerangka Analisis error 10%. Dalam penelitian ini, sampel lokasi ditentukan dengan teknik multistage area random sampling secara proposional.

  Sementara untuk kategori Daerah Tertinggal diambil dari Data yang dikeluarkan oleh Bappenas pada tahun 2014. Untuk data Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan diambil dari data Penduduk menurut Kabupaten di seluruh Indonesia Berdasarkan Tingkat Pendidikan pada Tahun 2014 yang dikeluarkan oleh BPS 2014.

  Dalam penetapan lokasi dan responden penelitian, proses pengambilan sampel dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut; Penetapan lokasi penelitian untuk tingkat provinsi ditentukan secara purposif dengan kriteria provinsi merupakan wilayah yang memiliki kabupaten/ kota Daerah tertinggal. Jumlah Responden kabupaten masing- masing ditetapkan sebanyak 120 responden.

  Tahap berikutnya, sampling kabupaten/ kota di provinsi terpilih ditetapkan secara acak proporsional menjadi lokasi penelitian. Tahap berikutnya untuk penetapan lokasi di tingkat kecamatan dilakukan dengan langkah serupa. Jumlah responden ditentukan secara acak proporsional berdasarkan populasi masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan di setiap kabupaten/ kota dan kecamatan terpilih.

  Teknik analisis yang digunakan dalam survei ini adalah teknik statistik deskriptif, yaitu dengan menggambarkan kebutuhan informasi masyarakat dibidang sosial, ekonomi, budaya dan kemaritiman secara sistematis dan menyeluruh (komprehensif) sesuai dengan kerangka analisis. Teknik analisis yang digunakan adalah Analisis perbandingan antara kelompok sampel. Kerangka analisis sebagai berikut:

  III. HASIL DAN PEMBAHASAN

  Mulai Repelita VI dilaksanakan program khusus yang didasarkan pada infers nomor 5 tahun 1993 tentang peningkatan penanggulangan kemiskinan. Program ini dimaksudkan untuk mempercepat dan memperluas upaya penanggulangan kemiskinan di desa-desa tertinggal melalui arah informasi.

  Adapun data yang ditemukan adalah melalui penelitian/survey tentang kebutuhan informasi dan prilaku pencarian informasi di daerah tertinggal, adalah sebagai berikut dibawah ini

  

KEBUTUHAN INFORMASI MASYARAKAT

DI BIDANG SOSIAL, EKONOMI, BUDAYA, DAN KEMARITIMAN

KEBUTUHAN INFORMASI DASAR PERILAKU PENCARIAN INFORMASI

  Kecenderungan Masyarakat Desa Tertinggal Terhadap… Hendrawati

  kesehatan, melalui sosialisasi aparat puskesmas A.

   Kebutuhan Infomasi Masyarakat di

  pembantu, posyandu, sehingga responden

  Daerah Tertinggal

  dominan butuh gizi pangan sebanyak 111 orang, Data informasi kemiskinan akan menjadi sangat butuh 5 orang, kuran butuh 4 orang, dari landasan untuk memperkecil ketimpangan ekonomi jumlah 120 orang. dan kesenjangan social di desa tertinggal. Hal ini e.

  Cara dan Kebiasaan Konsumsi Pangan. Pada gambarannya dapat diketahui melalui kebutuhan dasarnya cara dan kebiasaan konsumsi pangan informasi di desa tertinggal Kabupaten Barito Kuala kurang diperhatikan, oleh sebab itu responden dan Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan butuh informasi tentang cara dan kebiasaan

  Selatan, kecendurungan informasi masyarakat di konsumsi pangan yang bersih jauh dari endapan desa tertinggal Kabupaten Barito Kuala yang kuman yang menyebabkan/mendatangkan menjadi perhatian dan dominan bagi warganya penyakit seperti terjadi muntaber, tipes, dll. berupa informasi pangan, informasi kesehatan, dan

  Maka responden butuh cara dan kebiasaan informasi pendidikan. konsumsi pangan sebanyak 111 orang, sangat butuh 5 orang, kuran butuh 4 orang, dari jumlah

  1. Informasi Pangan 120 orang.

  a.

  Harga Sembako. Pada umumnya harga sembako f.

  Kualitas yang Aman dan Baik Bagi Pangan. tidak terlepas dari kehidupan manusia sehari-

  Responden yang sadar akan pentingnya hari, oleh sebab itu informasi tentang harga kesehatan sekalipun jauh dari rumah sakit, sembako, responden dominan membutuhkannya puskesmas, dan dokter, maka responden butuh di sebanyak 110 orang, sangat butuh 5 orang, desa teringgal informasi tentang kualitas dari kurang butuh 5 orang, dari jumlah 120 orang. penyakit, hingga mencapai 109 orang, sangat b. Ketersediaan Bahan Pokok. Berapapun banyak butuh 6 orang, dan kurang butuh 5 orang, dari atau sedikitnya ketersediaan bahan pokok jumlah 120 orang. dominan pasti butuh sebagai bekal kehidupan g.

  Kebijakan Pemerintah Terkait Pangan. Apapun keluarganya hingga mencapai 110 orang, sangat kebijakan pemerintah terkait pangan responden butuh 5 orang, kurang butuh 5 orang, dari jumlah butuh informasinya sebanyak 107 orang, sangat 120 orang. butuh 6 orang, dan kurang butuh sebanyak 7 c. Pasar Tempat Memperoleh Sembako. Berapapun orang, dari jumlah 120 orang. jauhnya pasar penjual sembako dari desa h.

  Lainnya Tentang Informasi Pangan. Sementara tertinggal responden, sampai mencapai puluhan ini responden tidak butuh terkait informasi

  Km, jalan setapak, menuruni gunung terjal, pangan hingga mencapai 119 orang, dan kurang menyeberangi sungai, mencapai 110 orang, butuh sebanyak 1 orang, dari jumlah 120 orang. sangat butuh 5 orang, kurang butuh 5 orang, dari jumlah 120 orang.

  d.

  Standar Gizi Pangan. Saat ini di desa tertinggal masyarakatnya sudah mengerti pentingnya

  Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 20 No.1 Oktober 2016: 69-86

  Cara dan Kebiasaan Mengkonsumsi Pangan.

  h.

  Kebijakan Pemerintah Terkait Pangan. Biasanya warga masyarakat kurang memperdulikan kebijakan pemerintah terkait pangan, maka responden yang butuh kebijakan tersebut diatas hanya sekitar 8 orang, sangat butuh 2 orang, kurang butuh 1 orang, tidak butuh sebanyak 8 orang, dan responden yang tidak menjawab sebanyak 103 orang, dari jumlah 120 orang.

  g.

  Memang kualitas yang aman dan baik bagi pangan sangat penting sebab terkait dengan keamanan bagi tubuh si pengguna, sehngga responden yang butuh sebanyak 8 orang, sangat butuh 1 orang, kurang butuh 4 orang, tidak butuh 4 orang, dan tidak menjawab 103 orang, dari jumlah 120 orang.

  Kualitas yang Aman dan Baik Bagi Pangan.

  f.

  Pada dasarnya responden yang membutuhkan cara dan kebiasaan konsumsi pangan sebanyak 4 orang, sangat butuh 1 orang, kurang butuh 8 orang, tidak butuh 4 orang, dan yang tidak menjawab 103 orang, dari jumlah 120 orang.

  e.

  Sedang responden Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan dalam variabel informasi pangan juga bervariasi adalah: a.

  Standar Gizi Pangan. Maraknya sosialisasi gizi pangan melalui posyandu sampai ke desa-desa terpencil, hanya ada saja warga masyarakat yang kurang memperhatikan standar masyarakat yang kurang memperhatikan standar gizi pangan yang tepat bagi masyarakat dewasa dan anak-anak, sehingga responden yang membutuhkan standar gizi pangan hanya sebanyak 5 orang, sangat butuh 1 orang, kurang butuh 8 orang, tidak butuh 3 orang, dan tidak menjawab 103 orang.

  d.

  Pasar Tempat Memperoleh Sembako. Pasar merupakan sentral responden di desa tertinggal, tidak saja tempat memperoleh sembako tapi juga untuk memperoleh keperluan lainnya keluarga, biasanya pasar buka seminggu sekali pada hari pekan tertentu misalnya tiap hari kamis atau tiap hari minggu sekali, tepat sekali responden yang butuh 9 orang, dan tidak butuh 3 orang, dan yang tidak menjawab 103 orang, dari jumlah 120 orang.

  c.

  Ketersediaan Bahan Pokok. Tentu saja ketersediaan bahan pokok di desa tertinggal diharapkan bisa mencukupi masyarakatnya, maka responden yang butuh ketersediaan di desanya sebanyak 11 orang, kurang butuh 5 orang, tidak butuh 1 orang, dan responden yang tidak menjawab 103 orang.

  b.

  Harga Sembako. Informasi tentang harga sembako, responden yang membutuhkan sebanyak 18 orang, kurang butuh 1 orang, dan responden yang tidak menjawab sebanyak 103 orang, dari jumlah 120 orang.

  Lainnya Tentang Informasi Pangan. Apapun informasi pangan untuk kepentingan warga desa, namun responden tidak butuh informasi pangan sebanyak 17 orang dan yang tidak menjawab 103 orang

  Kecenderungan Masyarakat Desa Tertinggal Terhadap… Hendrawati

  2. Informasi Kesehatan

  72 TM

  1 a SB y n

  1 B in

  1 La KB

  

46

TB 119

  72 TM

  1 SB

  5 tah

  44 n

  B ri

  113 ijakan

  2 b KB

  2 Ke

  1 TB Peme

  71 TM

  1 SB al n

  4 a n atan

  34 B io b

  115 o is at d

  10 g

  KB b

  2 rad O

  3 T TB Pen

  72 p

  TM u id

  SB

4 H at

  

45

h

  B e

  115 aku S il KB

  1

3 TB

  Per

  20

  40

  60 80 100 120 HSU Barito Kuala Gambar 3.

  Jumlah Informati Kesehatan membutuhkan sebanyak 113 orang, yang butuh

  Dari Gambar 3 menunjukan masyarakat

  sebanyak 5 orang, kurang butuh sebanyak 2

  Kabupaten Barito Kuala Kalimantan orang, dari jumlah 120 orang. Selatan terhadap informasi kesehatan d.

  Lainnya Tentang Informasi Kesehatan Pada

  sangat bervariasi adalah:

  dasarnya responden terhadap informasi a. Pola Prilaku Hidup Sehat Sebagian besar kesehatan lainnya, yang membutuhkan hanya 1 responden membutuhkan pola prilaku hidup orang, justru yang tidak membutuhkan sebanyak sehat hingga mencapai 115 orang, sangat butuh 119 orang, dari jumlah 120 orang. sebanyak 4 orang, dan kurang butuh 1 orang, dari jumlah 120 orang.

  Sedang responden Kabupaten Hulu Sungai b. Obat dan Pengobatan Tradisional. Umumnya

  Utara Kalimantan terkait informasi kesehatan responden di desa tertinggal membutuhkan obat sekalian variabel adalah: dan pengobatan tradisional sebanyak 115 orang, a.

  Pola Prilaku Hidup Sehat. Responden yang sangat butuh banyak 4 orang, kurang butuh membutuhkan pola prilaku hidup sehat sebanyak 1 orang, dari jumlah 120 orang. sebanyak 45 orang, dan yang tidak c. Kebijakan Pemerintah Mengenai Kesehatan. membutuhkan sebanyak 3 orang, sedang yang

  Apapun kebijakan pemerintah sehubungan tidak menjawab sebanyak 72 orang, dari jumlah dengan kesehatan, responden yang 120 orang.

  Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 20 No.1 Oktober 2016: 69-86 a y SB n in

  KB La

  TM ai tah n n ikan e ri g id

  B ijakan n d b Ke Me

  Pen TB Peme SB aan ikan id ajaran ias d g b

  KB Ke Pen Pen

  TM ikan itas id

  B al d Ku

  TB Pen i a w SB is rmas fo

  KB Beas In

  TM ikan id aya B d Bi

  TB Pen

  20

  40

  60 80 100 120 HSU Barito Kuala Gambar 4.

  Jumlah Informati Pendidikan b.

  Lainnya Tentang Informasi Kesehatan. Responden Obat dan Pengobatan Tradisional. Umumnya responden di desa tertinggal cenderung yang membutuhkan informasi kesehatan lainnya membutuhkan obat dan pengobatan tradisional hanya 1 orang, sangat butuh 1 orang, dan yang tidak sebanyak 34 orang, sangat butuh 1 orang, membutuhkan sebanyak 46 orang, sedang yang tidak kurang butuh 10 orang, tidak butuh 3 orang, dan menjawab sebanyak 72 orang, dari jumlah 120 orang. yang tidak menjawab sebanyak 72 orang, dari jumlah 120 orang.

  3. Informasi Pendidikan c. Kebijakan Pemerintah Mengenai Kesehatan.

  Data di atas menunjukkan bahwa pernyataan Biasanya kebijakan pemerintah mengenai responden Kabupaten Barito Kuala terkait informasi kesehatan di desa tertinggal misalnya klinik pendidikan dalam variabel: desa, posyandu selalu mensosialkan kesehatan a.

  Biaya pendidikan responden membutuhkan untuk warga desa, maka responden mengenai sebanyak 110 orang. kesehatan ini membutuhkannya sebanyak 44

  b. beasiswa responden yang Informasi orang, sangat butuh 1 orang, kurang butuh 2 membutuhkan sebanyak 106 orang dan tidak orang, dan tidak butuh 1 orang, sedang yang butuh sebanyak 1 orang. tidak menjawab sebanyak 72 orang, dari jumlah 120 orang.

  Kecenderungan Masyarakat Desa Tertinggal Terhadap… Hendrawati c.

  Kualitas pendidikan/agreditasi program dan lembaga, responden membutuhkan sebanyak 23 orang dan tidak menjawab 90 orang.

  Responden Kabupaten Barito Kuala, dalam pencarian informasi pangan berupa, harga sembako, ketersediaan bahan pokok, pasar tempat memperoleh sembako, cara dan kebiasaan konsumsi pangan, kualitas yang aman dan baik bagi pangan, dan kebijakan pemerintah terkait pangan, maka saluran informasi terbanyak digunakan responden dalam media konvensional adalah televisi. Masing-masing sebanyak 114 responden, hanya standar gizi pangan yang memulai saluran informasi media konvensional televisi sebanyak 112 orang, sedang yang melalui non media lewat media teman masing-masing mulai sebanyak 36 orang, sedang melalui keluarga mulai 15 orang responden.

  1. Prilaku Pencarian Informasi Pangan (Dari Responden Kabupaten Barito Kuala)

  Data informasi masyarakat terasing atau tertinggal yang menggunakan saluran informasi dalam hasil penelitian, bahwa prilaku pencarian informasi pangan dari responden Kabupaten Barito Kuala dan Hulu Sungai Utara Kalimantas Selatan, yaitu:

  B. Prilaku Pencarian Informasi Di Daerah Tertinggal

  Lainnya kaitan dengan informasi pendidikan, responden yang tidak membutuhkan 30 orang dan yang tidak menjawab sebanyak 90 orang responden.

  f.

  Kebijakan pemerintah mengenai pendidikan, responden yang membutuhkan 27 orang dan tidak menjawab 90 orang.

  e.

  Kebiasaan pendidikan pengajaran, responden yang membutuhkan 20 orang dan tidak menjawab 90 orang.

  d.

  c.

  Kualitas pendidikan akreditasi program dan lembaga pendidikan, responden membutuhkan sebanyak 105 orang.

  Informasi beasiswa, responden yang membutuhkan sebanyak 24 orang dan tidak menjawab 20 orang.

  b.

  Tentang biaya pendidikan, responden yang membutukan sebanyak 28 orang, tidak menjawab 90 orang responden.

  Sementara informasi pendidikan yang dibutuhkan responden Kabupaten Hulu Sungai Utara terlihat dalam variabel: a.

  Lainnya kaitan dengan informasi pendidikan, responden yang tidak membutuhkan sebanyak 116 orang, yang membutuhkan sebanyak 2 orang.

  f.

  Kebijakan pemerintah mengenai pendidikan, responden yang membutuhkan sebanyak 110 orang.

  e.

  Kebiasaan pendidikan pengajaran, responden yang membutuhkan sebanyak 109 orang.

  d.

  Sedang prilaku pencarian informasi dari responden Kabupaten Hulu Sungai Utara terlihat dalam variabel: Berupa harga sembako cenderung melalui saluran informasi media konvensional yaitu televisi sebanyak 11 orang, ketersediaan bahan pokok dan standar gizi pangan juga melalui televise masing- masing sebanyak 4 orang, cara dan kebiasaan konsumsi pangan dan kualitas yang aman dan bagi pangan sama melalui televise masing-masing sebanyak 5 orang, sedang kebijakan pemerintah terkait pangan melalui televisi juga sebanyak 6 orang

  Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 20 No.1 Oktober 2016: 69-86

  dan pasar tempat memperoleh sembako hanya melalui informasi dari teman sebanyak 5 orang.

  2. Prilaku Pencarian Informasi Kesehatan, Responden Kabupaten Barito Kuala

  Bahwa data prilaku pencarian informasi kesehatan terlihat dalam variabel antara lain:Pola prilaku hidup segat, obat dan pengobatan tradisional, dan kebijakan pemerintah mengenai kesehatan, maka kecenderungan responden tentang informasi kesehatan ini paling banyak melalui saluran televisi masing-masing 112 orang.

  Sementara prilaku pencarian informasi responden Kabupaten Hulu Sungai Utara terlihat dalam variabel antara lain: informasi pola prilaku hidup sehat cenderung melalui non media yaitu melalui lembaga pemerintah sebanyak 30 orang, selanjutnya dalam informasi obat dan pengobatan tradisional melalui anggota keluarga sebanyak 27 orang.

  3. Prilaku Pencarian Informasi Pendidikan Responden Kabupaten Barito Kuala

  Data prilaku pencarian informasi pendidikan terlihat dalam variabel antara lain: tentang biaya pendidikan, informasi beasiswa, kualitas pendidikan/akreditasi program dan lembaga pendidikan, kebiasaan pendidikan pengajaran, kebijakan pemerintah mengenai pendidikan, maka kecenderungan responden tentang informasi pendidikan paling banyak melalui saluran televise masing-masing 112 orang, kecuali informasi masalah biaya pendidikan hanya 12 orang, melalui teman 75 orang dan anggota keluarga 10 orang.Sementara prilaku pencarian informasi pendidikan bagi responden Kabupaten Hulu Sungai Utara terlihat dalam variabel antara lain: informasi beasiswa melalui lembaga pemerintah cenderung sebanyak 26 orang, sedang melalui media konvensional televisi sebanyak 21 orang.

  C. Pembahasan

  Pembangunan nasional dalam RPJMN III 2015- 2019 diarahkan untuk mencapai pemerataan pembangunan dalam rangka untuk mewujudkan wilayah Indonesia yang berdaya guna, dengan agenda prioritas disebut dengan nawacita, terutama agenda pembangunan wilayah yang diprioritaskan untuk mendorong kegiatan ekonomi antara lain wilayah pedesaan/daerah tertinggal.

  Pengembangan daerah tertinggal ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pemerataan pembangunan dan mengurangi kesenjangan pembangunan antara daerah tertinggal dengan daerah maju, menghadapi masyarakat di daerah tertinggal, perlu ada layak yang dilakukan. Indonesia perlu melakukan pembenahan di berbagai sektor dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat, tidak hanya ekonomi, tetapi juga di bidang informasi. Informasi pada saat ini memiliki arti yang penting bagi masyarakat untuk mengetahui situasi dan kondisi desa tertinggal dan apa saja dan apa saja yang dibutuhkannya, maka dilakukan penelitian tentang kebutuhan informasi dan prilaku pencarian informasi.

  1. Identitas Responden

  Ketika peneliti bergerak menuju desa tertinggal maka penuh liku-liku, sebab tidak gampang, kawasannya terpencil, terpencar, berjauhan, umumnya hidup di daerah-daerah pedalaman, khususnya di sekitar daerah aliran sungai, pantai,

  Kecenderungan Masyarakat Desa Tertinggal Terhadap… Hendrawati

  pegunungan, hutan rimba, dan di atas sampan, jalan setapak dan tidak bisa dijangkau dengan sarana transportasi umum.

  Sebenarnya rendahnya pendapatan penduduk miskin mengakibatkan rendahnya pendidikan dan kesehatan karena umumnya penduduk desa tertinggal yang diteliti masih berada di bawah garis kemiskinan mencakup mereka yang berpendapatan sangat rendah, tidak berpendapatan tetap, atau tetap, atau tidak berpendapatan sama sekali.

  Wajarlah responden di desa tertinggal sangat minim sekali memiliki media baru (internet) dan akun, jangankan memiliki media baru, untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari saja sulit bagi penduduk di desa tertinggal.

  Dalam hal afiliansi responden dominan adalah kelompok tani/nelayan hingga mencapai 150 orang, sebab kecenderungan responden desa tertinggal adalah pekerjaannya sebagai petani, sedang responden yang aktif pada kelompok masyarakat seperti Karang Taruna, PKK, KIM sedikit sekali kaitanya tidak ada waktu, karena organisasi desa digerakkan oleh Kepala Desa langsung seperti posyandu, namun di atas pernyataan penduduk/warga sendiri bahwa sistem sosial responden dominan datangnya dan dilakukan oleh warga desa tertinggal sendiri, sekalipun ada pula datangnya dari tokoh masyarakat dan kepala desa. Sementara lingkungan sosial di desa tertinggal dipenuhi oleh petani pemilik sekitar dan buruh tani, sebab di desa tertinggal dan pedalaman umumnya yang paling mudah dikerjakan adalah bertani, sekalipun ditemui pula wilayah nelayan dan sebagai buruh untuk luar desa dalam arti untuk menghidupi keluarganya sehari-hari.

  2. Kebutuhan Informasi

  Tidak bisa dibayangkan, 65 tahun Indonesia sudah merdeka namun masih banyak rakyat Indonesia yang mengalami kemiskinan, ketika dilakukan penelitian di lapangan maka rakyat Indonesia yang miskin ditemukan di desa tertinggal. “kemiskinan adalah situasi serba kekurangan dari penduduk yang terwujud dalam dan disebabkan oleh terbatasnya modal yang dimiliki, rendahnya pengetahuan dan keterampilan, rendahnya produktivitas, rendahnya pendapatan, lemahnya nilai tukar hasil produksi orang miskin, dan terbatasnya kesempatan berperan serta dalam pembangunan, (Bappenas, 1997).

  Sementara pengertian daerah tertinggal adalah suatu daerah yang masyarakat dan wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam skala nasional, oleh sebab itu pokok pikiran yang mendasari Infras Desa Tertinggal (IDT) adalah upaya peningkatan penanggulangan kemiskinan merupakan gerakan nasional dengan mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk meningkatkan kepedulian pada peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin. Keberhasilan menanggulangi kemiskinan akan menjadi landasan untuk memperkecil ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial.

  Berpijak dari realita di atas, maka perlu diketahui data dan analisis atau pembahasan hasil penelitian di desa tertinggal tentang kebutuhan informasi dasar yaitu dengan variabel informasi sandang, pangan, papan, kesehatan, sanitasi, pendidikan. Sekalipun informasi yang cenderung dibutuhkan di desa tertinggal adalah tentang pangan, kesehatan, dan pendidikan.

  Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 20 No.1 Oktober 2016: 69-86

  Namun dari sekian pernyataan tentang informasi dasar yang ditawarkan kepada responden di desa tertinggal, maka yang dominan dibutuhkan bagi masyarakat tertinggal peringkat pertama adalah informasi kesehatan.

  Dari ketiga peringkat di atas yang terbanyak dibutuhkan responden di desa tertinggal, terasing, dan jauh di pedalaman adalah informasi kesehtan. Sementara saran dan prasarana kesehatan di desa tertinggal sangat minim sekali seperti dokter, apotek, dan ambulance tidak ada, yang ada hanya puskesmas pembantu di desa tertinggal sekiranya ada puskesmas itupun jarang sekali ada. Oleh sebab itu informasi kesehatan menjadi prioritas yang dibutuhkan warga melebihi dari informasi lainnya, sebab kesehatan ada hubungannya dengan nyawa seseorang.

  Sementara penduduk desa tertinggal yang bertempat di rawa-rawa, di lingkungan sungai, di bawah pegunungan atau di atas pegunungan , sulit mendisiplinkan penduduk yang sudah punya kebiasaan sejak nenek moyang, prilaku hidup yang tidak sehat seperti membuang sampah sembarangan, mencuci tangan ketika mengambil makanan, buang air besar atau kecil dimana saja, mencuci atau mandi dengan air yang kurang bersih merupakan prilaku yang dapat mengundang berjangkitnya berbagai jenis penyakit, sebab “lingkungan yang tidak sehat menjadi penunjang terjangkitnya penyakit seperti air minum yang tidak bersih akan mengundang adanya bakteri atau virus dan akan mempengaruhi perjalanan penyakit.” (Maharani, 2015).

  Jadi yang dibutuhkan penduduk desa tertinggal janganlah hanya merupakan informasi kesehatan saja tapi dalam bentuk nyata sarana dan prasarana kesehatan, ada klinik kesehatan, puskesmas pembantu atau puskesmas yang ada dokternya, ada ambulance dan ada apotiknya.

  3. Prilaku Pencarian Informasi Dari sekian pencarian informasi di lingkungan media, melalui saluran yang digunakan responden

  Kabupaten Barito Kuala dan Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan adalah saluran televisi, baik sikap atau dorongan responden dalam pencarian informasi sandang, pangan, papan. Kesehatan, sanitasi, pendidikan, dan kemaritiman.

  Hanya saja dorongan responden untuk mencari informasi dasar melalui TV merupakan pilihan terbanyak responden adalah berupa pangan, kesehatan, dan pendidikan yaitu didominasi oleh responden Kabupaten Barito Kuala karena ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Sementara dorongan responden untuk mencari informasi kemaritiman melalui TV, sekalipun desa tertinggalnya berdekatan dengan laut dan pantai namun responden kabupaten ini sangat minim sekali untuk mencari informasi kemaritiman melalui TV.

  Hal ini bersesuaian dengan teori pengurangan ketidak pastian yaitu teori yang dikemukakan oleh Charles Barger dan Richard Calabrese mengungkapkan “tingkat ketidak pastian yang tinggi menyebabkan meningkatnya prilaku pencarian informasi, ketika tingkat ketidak pastian menurun, prilaku pencarian informasi juga menurun, aksioma ini menunjukkan hubungan yang positif antara dua konsep tersebut. Makin sedikit ketidak pastian yang ada, maka makin sedikit pencarian informasi yang dilakukan, begitupun sebaliknya.

  Dengan demikian sehubungan dengan kebutuhan informasi dasar sebaiknya semacam gayung bersambut dimana informasi yang

  Kecenderungan Masyarakat Desa Tertinggal Terhadap… Hendrawati

  ditawarkan atau ditanyakan sesuai dengan kebutuhan warga desa tertinggal. Sebab kelompok-kelompok masyarakat di desa tertinggal secara geografis terpencil, terisolir dan secara sosial budaya terasing dan masih terbelakang. Istilah terbelakang ditandai dengan rendahnya kondisi kehidupan dan penghidupan mereka baik di bidang kesehatan, pendidikan, perumahan, sandang, pangan, pekerjaan dan sebagainya.

  Begitu juga indikator atau ciri-ciri umum dari masyarakat terbelakang ditandai dengan:

  1. Sumber penghidupan tergantung pada alam.

  2. Prilaku hidup sehat dan kesehatan lingkungan masih sangat rendah.

  3. Busana yang dipakai masih sangat sederhana dan seadanya.

  4. Kondisi pemukiman tidak layak huni.

  5. Tingkat pengetahuan dan teknologi yang terbatas.

  6. Keterikatan pada sistem nilai dan adat istiadat yang masih sangat tinggi, sehingga cenderung bersikap tertutup.

  Mengentaskan masyarakat desa tertinggal/terbelakang, baik fisik, sosial budaya, kehidupan dan penghidupan, maupun lingkungannya agar mencapai taraf kesejahteraan sosial dan pemerataan pembangunan, maka untuk pencapaian sasaran tersebut dilakukan dengan menggunakan pendekatan kholistik integratif, adaptif, persuasif, dan terencana melalui Sistem Pemukiman Sosial (SPS) dengan mendaya gunakan sumber dan potensi yang ada.

  Berdasarkan hasil penelitian, dalam pencarian informasi oleh masyarakat untuk pemenuhan kebutuhannya, diketahui bahwa informasi yang disampaikan melalui media sebagian besar kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dikarenakan sebagian besar masyarakat yang berprofesi sebagai petani lebih membutuhkan informasi terkait pertanian seperti misalnya informasi tentang bibit, pupuk, obat pembasmi hama, dan alat-alat pertanian. Selain itu masyarakat lebih membutuhkan bantuan berupa fisik dari bibit, pupuk, obat pembasmi hama, alat-alat pertanian tersebut, sementara itu ada pula yang membutuhkan pekerjaan, rumah dan bantuan modal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya lebih dari sekedar kebutuhan informasi tentang hal-hal tersebut. Di samping itu informasi yang diterima adalah informasi-informasi bersifat umum, sehingga kurang sesuai dengan realita yang dialami oleh masyarakat di masing-masing desa. Sekalipun sebagian lainnya yang menjawab bahwa informasi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan antara lain terkait pangan, sandang, sanitasi, kesehatan, dan pendidikan, sedangkan informasi yang terkait kelautan justru sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang tinggal di pesisir pantai dan berprofesi sebagai nelayan.

  Hasil penelitian ini bersesuaian dengan teori hirarki kebutuhan maslow bahwa kebutuhan masyarakat terdiri dari 5 hirarki kebutuhan yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan esteem/harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri. Menurut hasil penelitian diketahui bahwa kecenderungan kebutuhan masyarakat desa berada pada hirarki kebutuhan paling dasar yaitu kebutuhan fisiologis perwujudan paling nyata dari kebutuhan fisiologis ialah kebutuhan-kebutuhan pokok manusia seperti sandang, pangan, dan perumahan, dan juga kebutuhan-kebutuhan terkait dengan pekerjaan yang

  Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 20 No.1 Oktober 2016: 69-86

  digelutinya untuk memenuhi kebutuhan pokoknya tersebut.

  Informasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat turut mempengaruhi tujuan dari masyarakat dalam mengakses informasi, di samping itu menurut sebagian masyarakat bahwa informasi yang disampaikan juga kurang lengkap. Hal tersebut dapat dimaklumi saat sebagian masyarakat mengakses informasi dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan atau menambah pengetahuan baru, karena lebih banyak tidak sesuainya antara informasi yang diterima masyarakat, maka hanya sedikit sekali informasi yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan, untuk pekerjaan dan menambah penghasilan masyarakat. Sesuai dengan teori Use and Gratifications mengasumsikan tentang khalayak yang aktif dalam menggunakan media yang berorientasi pada tujuan. Selain itu menurut Wilson, dalam mempelajari prilaku informasi (information

  behavior ), meletakkan prilaku informasi sebagai

  bentuk komunikasi yang lebih spesifik, berbeda dari komunikasi pada umumnya, untuk tujuan-tujuan tertentu. Hasil akhir dari proses kemudian menimbulkan nilai kemampuan atau kegunaan.

  Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar masyarakat melakukan pencarian informasi di rumah, meskipun adapula sebagian kecil lainnya yang mencari informasi melalui pusat layanan informasi dan warung internet. Kecenderungan masyarakat memperoleh informasi di rumah, dikarenakan sebagian besar masyarakat lebih dominan memperoleh informasi melalui media televise daripada media-media lainnya. Sebagian masyarakat menggunakan antena parabola untuk bisa menonton televisi, namun sebagian lainnya berlangganan TV kabel, sehingga masyarakat membutuhkan biaya untuk berlangganan setiap bulan agar dapat menonton televisi di rumah.