NETRALISASI BIROKRASI DARI MASA KE MASA (1)

NETRALISASI BIROKRASI
DARI MASA KE MASA DI INDONESIA HINGGA MASA
OTONOMI DAERAH SEPERTI SAAT INI
Oleh :
Ela Anggraeni
elaanggraeni@student.uns.ac.id

Abstrak
Sebagai mahasiswa falkutas ilmu sosial dan ilmu politik terlebih pada bidang
manajemen administrasi tentu sering di hadapkan dengan birokrasi. Sistem
manajemen yang satu ini selalu di identikan dengan sistem manajemen
pemerintahan. Mengulas beberapa topik birokrasi tak kan lepas dari netralisasi,
karena sudah seharusnya sistem pemerintahan harus netral dari faktor apa pun.
Beberapa bukti bahwa ada masa dimana birokrasi tidak netral. Karya tulis ini di
tulis melaluimetode study pustaka dari beberapa jurnal dan buku yang
berhubungan dengan tema yang saya ambil dalam penulisan karya tulis ini.
kenetralan dalam sistem biroktasi harus dilakuakan sehingga dalam perjalanannya
birokrasi harus di jaga kenetralanya. Sebagai mahasiswa yang berhubungan
dengan administrasi diharapana agar sadar bahwa pentinya kenetralan dalam
birokrasi.
Keyword: pangambaran kenetralan birokrasi dari beberapa masa,pembangkitan

kesadaran menjaga kenetralan dalam sistem pemerintahan.

Pendahuluan
Sejarah Indonesia telah menulis bahwa perjalanan bangsa Indonesia.
Sejarah yang panjang sejak mulai masa kerajaan, masa penjajahan, orde lama,
orde baru hingga orde reformasi. Pasti tidak lepas birokrasi,birokrasi memang
dikenal sebagai organ pemerintah.
Namun di setiap masa di atas terdapat masa-masa yang terbukti
birokrasinya kurang netral seperti halya masa kerajaan. Masa ini birokrasi di
kuasai oleh ketentuan raja. Para pegawai kerajaan atai sering di sebut sebagai

1

abdi-abdi mengikuti perintah raja. Dan jika tidak mengikuti kehendak raja maka
mereka akan dianggap musuh. Ini yang membutikan bahwa pada masa kerajaan
tidak netral bekerja untuk melayani masyarakat.
Birokrasi merupakan organisasi yang diatur secara rasional kedinasan dan
bebas dari prasangka. (Daryanto,abdullah,hal.23,2013)
Itu


sebabnya

nertralisasi

dalam

bidang

birokrasi

sangat

di

harusakan,karena birokrasi merupakan sistem pemerintahan yang di harapkan
tidak terkontaminasi oleh faktor yang berkepentingan lain dan juga bebas dari
prasangka.

Pembinaan


pelayanan

kepada

masyakat

adalah

kepentingan

birokrasi,dengan itu birokrasi harus menjadi badan yang netrel. Permasalahan
ketidak netralan dalam birokrasi ini menjadi hal yang tidak dianggap enteng.

Masalah
Birokrasi yang terjadi saat masa revormasi terutama masa otonomi daerah
ini juga dianggap kurang netral. Kuatnya hubungan antara politik dengan
birokrasi membuat beberapa hal yang membuat birokrasi saat ini juga kurang
netral. terlebi Hal ini di sebabkan oleh saling tarik menariknya birokrasi dengan
politik,terlebih di masa otonomi daerah ini.


Rumusan masalah
1. Mengapa ada beberapa masa yang membuat birokrasi di masa tersebut
kurang netral?
2. Apa saja upaya menetralkan birokrasi pada masa Otonomi daerah seperti
sekarang ini?
3. Mengapa pegawai negri sipil harus netral dalam pekerjaamya?

Kerangka teori

2

Birokrasi merupan lembaga yang melayani masyarakat dan tidak di
benarkan jika di dalam birokrasi terdapat pengaruh untuk menjadikan birokrasi
sebagi alat kekuasaan. Separti ynag sudah kita ketahui bahwa birokrasi adalah
badan yang berhubungan dengan pemerintan. Dan birokrasi adalah badan yang di
tujukan untuk melayani masyarakat secara langsung.
Hal ini menjadikan beberapa aspek yang menggunakan birokrasi untuk
kepantingan yang lainya. Seperi pada masa orde baru yang menggunakan
birokrasi untuk kepantingan partai yang berjaya pada masa itu seperti yang di di
tulis oleh dwiyanto indiahono pada tahun 2009.

Birokrasi orde baru dicirikan dengan dominasi dari institusi pemerintah
pusat atas pemerintah di daerah, dan dominasi Golkar sebagai institusi politik
yang mengakar di birokrasi. Birokrasi diupayakan bersih dari partai politik
dengan membentuk Korps Karyawan Kementrian Dalam Negeri (Kokar
Mendagri) sebagai embrio kelahiran KORPRI. Lembaga ini sebenarnya didesain
untuk kepentingan politik pemenangan Golkar pada pemilu tahun 1971.
(dwiyanto indiahono,2009)
Tebukti bahwa masa orde baru partai politik memanfaatkan birokrasi
untuk kepentigan partai. Ini sangat tidak netral,birokrasi yang seharusnya hanya
fokus dalam pelayanan masyarakat.
Menurut buku yang ditulis oleh Drs.Haryanto dan Drs. Abdullah MBA
dalam buku pengantar ilmu manajemen hal.24,
Birokrasi adalah organisasi yang didasarkan pada kedinasan. Merupan
bentuk organisasi yang paling baik karena berbentuk kedinasan dalam
pengambilan keputusan menghindari aspek emosidan perasaan. Bebes dari
faktor pridadi,faktor suka maupun tidak suka.(2013)
Maka tidak di benarkan jika jika birokrasi bekerja dengan memihak suatu
pihak, itu lah yang membuat birokrasi haris netral dari faktor apapun. Terutama
pegawai negri sipil yang mengerakan roda pemerintahan/birorasi.


3

Pegawai negeri sipil di tuntut netral dan tidak menggunakan fasilitas
negara untuk golongan tertentu dan tidak bertindak diskriminatif.(Peraturan
Pemerintah No 12 th 1999)

ISI
A.

Beberapa masa birokrasi di indonesia yang kurang netral
Birokrasi memang dikenal sebagai organ pemerintah (di setiap masanya)

untuk memikul tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
Terdapat beberapa masa yang kurang netral dalam menjalankan
pemerintahan. Berikut ini adalah masa dimena pemerintah tidak menggunakan
unsur netralitas dalam masa pemerintahannya:
1.

Birokrasi Pada Masa Kerajaan
Birokrasi masa kerajaan, dengan birokrat yang disebut abdi dalem


diamanahi untuk melakukan tugas: melayani kepentingan raja dan keluarganya,
menarik upeti/pajak dari rakyat dan menjadi intelejen terlatih untuk menjaga
stabilitas politik dan kedaulatan kerajaan(Dwiyanto,2009).
Birokrasi masa kerajaan sama sekali tidak netral karena memang birokrasi
didesain untuk pro kepada raja yang berdaulat. Kedaulatan adalah di tangan
raja, dan dilakukan sepenuhnya oleh raja, keluarga dan petinggi kerajaan. Tak
ada yang berhak untuk mengawasi jalannya pemerintahan kerajaan, dan warga
kerajaan hanya dijadikan sebagai obyek dari prosesi kehidupan kerajaan.
Dwiantoro juga mengatakan bahwa “birokrasi yang dipimpin oleh raja menjadi
sangat otonomi, totaliter dan mencengkeram warga kerajaan”(2009).
Inilah yang menyebabkan bahwa birokrasi yang tidak netralitas karena
hanya diatur oleh seseorang saja. Karena dalam jika birokrasi seperti ini terkesan
bukan untuk kepentingan bersama. Tetapi hanya untuk kepentingan segelintir
orang yang berkuasa.

4

2.


Birokrasi Moderen ala Kolonial
Birokrasi modern yang dikenalkan oleh penjajah VOC dan Belanda. VOC

dan Belanda datang ke Indonesia mengenalkan birokrasi modern bukan untuk
tegaknya kedaulatan rakyat, namun birokrasi modern itu dikenalkan kepada
bangsa Indonesia dengan tujuan dapat lebih melakukan eksploitasi secara besarbesaran.
Di dalam jurnalnya Dwiantoro menyatakan banyak hal(2009):
VOC dan Belanda pun mampu melakukan hal ini dengan baik
sekali. Misalnya saja, para birokrat setingkat Kepala Desa, Camat dan
Wedana digaji berdasarkan tanah bengkok atau lungguh dan sebagian dari
upeti yang disetorkan kepada Belanda dengan perhitungan semakin besar
upeti semakin besar juga bagian atau pendapatan mereka.
Para petinggi tingkat lokal berusaha keras menaikkan upeti yang
mereka setor kepada Belanda dengan harapan mendapatkan bagian yang
besar pula. Akibatnya, para warga pun semakin ditekan untuk memberikan
upeti lebih besar, mereka dipaksa bekerja lebih keras dan bekerja lebih
lama di lahan-lahan milik pemerintah.
Akuntabelitas dibangun dengan amat rendah. Wargapribumi
didudukkan sebagai warga negara kelas dua, yang diklaim sebagai orang
yang selalu ingin membangkang, tidak jujur, ekstrimis dan bodoh sehingga

harus diawasi secara ketat. Warga negara tidak memiliki hak untuk
menyatakan pendapat dan berkumpul secara terbuka.
Birokrasi penjajahan adalah birokrasi yang tidak netral pro kekuasaan,
menciptakan kolusi dan nepotisme. Dan ini sangat jelas bahwa di masa itu
sangat tidak netral karena,keuntungan hanya untuk sebuah lembaga dan
segelintir orang saja. Dan banyak orang yang rugi akan sistim birokrasi di masa
ini.
3.

Birorasi pada masa Orde Baru
Orde baru merupakan masa pemerintahan yang cukup sensasional. Masa

dimana indonesia cukup berjaya namun pada akhirnya masa ini pula yang
membuat indonesia menjadi sangat terpuruk. Terlau banyak sandiwara yang
5

tersimpan dalam kisah massa orde baru ini. termasuk juga dalam bidang
birokrasi.
Menurut dwiantoro dalam junalnya mengenani birokrasi pada masa orde
baru:

Birokrasi orde baru dicirikan dengan dominasi dari institusi
pemerintah pusat atas pemerintah di daerah, dan dominasi Golkar sebagai
institusi politik yang mengakar di birokrasi. Birokrasi diupayakan bersih
dari partai politik dengan membentuk Korps Karyawan Kementrian Dalam
Negeri (Kokar Mendagri) sebagai embrio kelahiran KORPRI. Lembaga ini
sebenarnya didesain untuk kepentingan politik pemenangan Golkar pada
pemilu tahun 1971.
Kesuksesan Kokar Mendagri dalam membawa kemenangan Golkar
mendorong untuk dibentuknya Korps Pegawai Republik Indonesia
(KORPRI). KORPRI merupakan satu-satunya wadah yang menampung
aspirasi pegawai birokrasi pemerintah.
Lingkungan birokrasi pun disterilisasi dari kepentingan partai
politik dengan mono-loyalitas yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 6 Tahun 1970. Mono-loyalitas ini menegaskan bahwa aparat
birokrasi pemerintah harus loyal kepada negara dan pemerintah bukan
kepada partai politik.
Hal ini juga mengakibatkan:
1. dominasi pemerintah pusat atas program-program pembangunan di
daerah
2. pemerintah daerah tidak memiliki keahlian yang memadai dalam hal

merancang program-program pembangunan yang bersifat lokal.
Sikap yang tidak rasional para birokrat untuk melayani kepentingan para
atasan dan bukan sikap rasional untuk melayani kepentingan publik. Sangat
terlihat jelas bahwa birokrasi masa orde baru sangat dipenuhi dengan ketidak
netralitas karena seharusnya birokrasi tidak melaksanakan kepantingan politik.
Tiga periode masa birokrasi di atas memberikan gambaran bahwa ternyata
birokrasi dalam periode kerajaan, kolonial dan orde baru tidaklah netral. Posisi
birokrasi selalu diidentikkan dengan pro kepada penguasa, pro kepada kekuatan
6

politik tertentu, dan atau selalu dapat dipolitisasi untuk mendukung kepentingan
politik tertentu.

B.

Penegakan netralitas birokrasi di masa Otonomi daerah ini

Di era otonomi daerah ini dengan berlakunya Undang-undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dimana Undang-undang tersebut
memfasilitasi Pemilihan Kepala Daerah Langsung,
Birokrasi dan politik adalah dua konsep yang sangat sulit diwujudkan
secara bersama-sama. Karena antara politik dan birokrasi mempunyai dua kutub
yang berbeda namun saling tarik menarik. Politisi memanfaatkan jaringan
birokrasi ke arena politik, paling tidak untuk merebut atau mempertahankan
kekuasaan politiknya. Sedangkan birokrat membuka diri ke arena politik, paling
tidak untuk mencapai jabatan yang lebih tinggi atau sekedar untuk
mempertahankan posisi jabatan yang strategis dalam jabatan birokrasi.
Ini yang membuat terkadang birokrasi di kaitkan dengan politik seseorang.
terkadang seseorang kepala daerah yang terpilih dari suatu pertai politik memiliki
mendiskrimasi orang-orang yang bekerja di bawahnya, orang-orang tersebut
mendudukipartai politik yang berbeda. Ini kerap kali terjadi di wilayah birokrasi
kabupaten/kota.
Lalu bagaimana agar menghindari kejadian seperti di atas. Mungkinkah
birokrasi di masa Otonomi daerah ini dapat netral dan bebas dari prasangka seperi
yang di sebut oleh Drs Abdullah MBA dalam bukunya yang berjudul pengantar
ilmu manajemen dan komunikasi. Memang hal yang sangat kompleks sekali
ketika dihadapkan dilapangan secara langsung. Birokrasi masih dianaggap kurang
netral. Apakah seseorang yang bekerja di wilayah birokrasi tidak boleh menjabat
dalam suatu partai poitik?
Menutut ida dwi mawati dalam jurnalnya yang berjudul netralitas birokrasi
dalam pelayanan publik.
Dengan terwujudnya netralitas birokrasi akan semakin profesional dalam
mendukung pelayanan dan pengabdian kepada masyarakat. Pegawai Negeri
berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat secara profesionai, jujur, adil, dan merata dalam
penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan pem-bangunan.
Dalam kedudukan dan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Pegawai
Negeri harus netral dari pengaruh semua golongan dan partai politik serta tidak

7

diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Untuk
menjamin netralitas Pegawai Negeri sebagaimana dimaksud maka Pegawai
Negeri dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik.(2009)
Dari kutipan jurnal di atas di benarkan bahwa pegawai birokrasi dilarang
untuk menjadi anggota terlebih lagi menjadi pengurus sebuah partai politik.
Karena itu akan memicu ketidak netralan dalam pelaksanaan pelayanan dalam
bidang birokrasi.

C.

Menetralkan pegawai negri sipil dari segala hal yang
mengakibatkan ketidak netralan birokrasi
Kedudukan pegawai negeri sipil

Pegawai negri berkedudukan sebagai aparatur negara yang bertugas
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional,jujur,adil serta
merata dalam penyelengaraan tugas negara,pemerintahan,serta pembagunan.
(daryanto dan abdullah, hal.185,2013)
Dengan demikian pegawai negeri sipil di haruskan untuk melayani
masyarakat dengan sungguh-sungguh tidak setengah-setengah atau pun membedabedakan dalam pelayananya terlebih lagi meminta di layani. Pagawai negri sipil
harus melayani dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat.

Netralitas Pegawai negari sipil
Karena kedudukan sepeti yang di atas. Pengawai negeri sipil harus netral
dari pengaruh semua golongan terlebih lagi partai politik yang dianggap
mengancam memicu ketidak neralandalam birokrasi. Sebagai pegawai negeri
yang menjalankan roda kehidupan birokrasi sidah pasti di haruskan untuk netral.
Dan tidak mendiskrimanikn dalam pelayanannya kepada masyarakat.
Dengan kata lain tidak diperbolehkan memihak ataupun membedabedakan latar belakang agama,suku bangsa,golongan,status sosial-ekonomi, warna
kulit, ataupun jenis kelamin dan sebaginya. Pengawai negeri sipail harus
kenyadari kedudukan mereka sebagai negeri sipil yang berkerja sebagai abdi
masyarakat. Dan juga bebas dari pemihakannya terhadap partai plitik.
Partai politik merupakan momok yang sangat mengancam kenetralan
birokrasi saat ini. meskipun keduanya memiliki pedoman masing-masing namun
memanfaatkan birokrasi untuk kepentingan politik. Maka di buatkan peraturan
pemerintah yang mengatur tentang PNS yang menjadi anggota partai politik.

8

Peraturan pemerintah no 5 tahun 1999 jo dan peraturan pemerintah no 12 tahun
1999. Antara lain sebagai berikut:
1. Pegawai negeri sipil di tuntut netral dan tidak menggunakan fasilitas
negara untuk golongan tertentu dan tidak bertindak diskriminatif.
2. Secara langsung dari nomor satu maka pegawai negri sipil telah
melepaskan diri dari keanggotaan and kepengurusan partai politik
apapun.
3. Bagi pegawai negeri sipil yang tidak melaporkan keanggotaan dan
kepengurusannya di dalam partai politik,akan diberhentikan dengan
tidak hormat sebagai pegawai negeri sipil.
4. Sebagai pegawai negeri sipil yang ingin memasuki suatu partai politik
maka harus melaporkan/mengajukan permohonan kepada atasannya
langsung.
5. Bagi pemohon akan diberikan uang tunggu selama satu tahun,dan
setelah satu tahun tersebut mereka tidak berubah pendirian dan tetap
ingin menjadi pengurus/anggota partai plitik. Maka pegawai tersebut
di berhentikan dengan hormat. Pegawai yang di brhentikan secara
terhormat akan mendapatka upah pansiun setelah masa pansunnya tiba.
Pegawai negri sipil merupan hal yang paling penting dalam menalankan
roda birokrasi. Oleh karena sangat dituntut agar netral dalam menjalankan
tugasnya.

Penutup

9

A.

Kesimpulan
1.

Bahwa sejarah panjang birokrasi Indonesia dari sejak jaman kerajaan hingga
orde baru telah melahirkan budaya birokrasi yang tertutup dan
akuntabelitas yang dibangun secara internal.

2.

Prinsip netralitas birokrasi klasik yang mendudukan birokrasi sebagai
administrator dan implementor murni, apolitik dan akuntabelitas
rendah harus mulai diganti dengan netralitas birokrasi baru yang
mendudukkan birokrasi sebagai administrator dan implementor kritis,
politis dan memiliki akuntabelitas tinggi.

3.

Prinsip netralitas birokrasi baru dapat tumbuh pada sistem politik yang
pro kepada publik, yang meletakkan warga negara sebagai pemilik
kedaulatan.

Pekerjaan rumah baru bagi penggagas reformasi birokrasi, yaitu
terkait dengan bagaimanakah netralitas birokrasi yang dituntut untuk saat ini?
Dan sistem pendukung yang bagaimakah yang dapat mendukung agar
netralitas birokrasi tersebut dapat diimplementasikan dalam kehidupan
birokrasi dan politik di Indonesia? tulisan ini hendak menjawab kedua hal
tersebut.

Daftar pustaka
Indiahono,Dwiyanto(2009)Mengubah Netralitas Birokrasi Klasik Menjadi
Netralitas Birokrasi Baru,Jurnal Aministrasi Publik,_______.
Abdullah dan Daryanto(2013)Pengantar Ilmu Manajemen dan Komunikasi,hal
24-24 dan 184-186,Prestasi Pustaka Karya, Jakata.
10

Muluk,M.R.Khairul(2009)Relasi Politik dan Adminisrasi dalam Kepegawaian
Daerah,Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS,________.
Cristianti,Irra(2013)Pengantar Ilmu Administrasi,Prestasi Pustaka Karya,Jakarta.
Hayu Dwimawanti,Ida(2009)Netralitas Birokrasi dan Kualitas Pelayan
Publik,Jurnal Administrasi Publik,________.

11

12