HAK ATAS DERAJAT KESEHATAN OPTIMAL SEBAG

HAK ATAS DERAJAT KESEHATAN OPTIMAL SEBAGAI HAM
DI INDONESIA

Aisy Idzati
aisyidzati@students.unnes.ac.id

DATA BUKU, terdiri dari:
Nama/Judul Buku : HAK atas DERAJAT KESEHATAN OPTIMAL sebagai HAM di
Indonesia
Penulis/Pengarang : Titon Slamet Kurnia, S.H., M.H.
Penerbit
: P.T ALUMNI
Tahun Terbit
: 2013
Kota Penerbit
: Bandung
Bahasa Buku
: Bahasa Indonesia
Jumlah halaman
: 472 halaman
ISBN Buku

: 979-41-4028-7
PEMBAHASAN
Maslah keshatan merupakan keprihatian serius disetiap Negara baik
negra maju maupun negra sedang berkembang .kesehatan adalah hak setiap
orang. Buku ini merupaka hasi; suatau penelitian hukum yang mengangkat tea
tentang hak atas derajat kesehatan yang optimal sebagai hak asasi manusia di
indonesia Buku ini di fokuskan untuk menjawab tiga isu hukum:kewajiban
Negara tanggung gugat Negara dan kerja sama internasional
Negara
memiliki
kewajiban
kepada
rakyatnya
untuk
mengurs(menyediakanlayanan
kesehatan)
dan
melindungi
kesehatannya(menetapkan aturan –aturan hukum yang terkait dengan
kepentingan perlindungan kesehatan).kewajiban ini adalah kewajiban hukum,

dalam arti spesifik adalah kewajiban korelatif dalam rangka hak asi manusia
(HAM).Konsekuensi dari hak hukum adaah isu tentang tanggung gugat
Negara .pada prisipnya ,setiap kegagalan negsra untuk memenuhi kewajibanya
dalam rangka ha katas derjat kesehatan yang optimal tersebut akan
mengakibatkan Negara dapat digugat.
kerjasama internasional merupakan salah satu solusi yang dewasa ini
dapat dipandang penting dalam rangka realisasi hak – hak soasial , dalam hal
ini hak atas derajat kesehatan yang optimal, untuk mengatasi kegagalan
Negara tersebut dalam memenuhi kewajibannyaa karena faktor inability atau
ketidakmampuan.
Dalam rangka menjawab isu-isu hukum diatas, penulis melakukan
penelitian hukum terhadap produk – produk aturan hukum yang relevan untuk
menemuka preskripsi yang sangat tidak mudah. Ilmu hukum dan penelitian
hukum sangat bergantung pada bahan-bahan hukum yang selalu up to date
supaya preskripsi yang dihasilkan tidak menyesatkan.
Dengan kata lain, yang hendak dicari dalam penelitian hukum adalah
aturan hukum yang valid yang disinilah keselulitannya. Ketidaktertibannya

sistem informasi hukum dibutuhkan sangat sukar diakses dan sulit divalidasi
presripsi karena bentuk bentuk aturan hukum sangat mudah berubah.

Ajektif derajat yang optimal pada hakikatnya berfungsi menggabarkan
sifat aspirsional dari hak atas kesehatan dengan menunjukan bahwa isu
kesehatan sangat vital bagi suatau Negara. Di dalam konsep derajat kesehatan
yang optimal pada dasarnya dapat temukakakan komitmen pemerintah untuk
pencapaian setinggi tingginya atas taraf kesehatan seluruh rakyat Indonesia
karena apa yang telah dilakukan masih jauh dari atau tidak mungkin sempurna,
sehingga memerlukan evaluasi berkesinambungan.
Untuk memudahkan dalam melakukan analisis, secara analitik konsep
hanya hak atas derajat kesehatan yang optimal masih diklasifikasikan lagi
menjadi hak atas perlindungan kesehatan.keduanya keduanya sebagai subkonsep hak atas derajat kesehatan yang optimal saling berkaitan erat dan tidak
mungkin dapat dipisahkan. Namun, luasnya cangkupan pengertian dari hak
atas perlindungan kesehatan itu sendiri dapat membuat pembahasan
terlampau berpanjangan.
Hak atas derajat kesehatan yang optimal sebagai HAM eksis sebagai hak
yang dijamin dan dilindungi oleh sistem hukum Indonesia. Eksitensi hak atas
derajat kesehatan yang optimal sebagai Hak asasi manusia juga dijustifikasi
dengan prinsip prinsip good governance maupun sumber – sumber hukum
positif Indonesia tersebut antara lain peraturan perundang – undangan
Indonesia dan perjanjian Indonesia bahwa Indonesia telah menjadi Negara
pihak.

Isu hukum utama disini adalah primary rules yang menetapkan kewajiban
korelatif Negara atau pemerintah dalam rangka hak atas pelayanan kesehatan
dilaksanakan melalui tugas tugas mengurus yang dalam teori hukum
administrasi sebagian besar diselenggarakan melalui instrument feitelijke
handelingen atau tindakannya.Misalnya, yang sangat spesifik ialah
pembangunan sarana kesehatan umum, subsidi kepada masyarakat tidak
mampu untuk memperoleh akses layanan kesehatan, dll.
Kewajiban korelatif negra / pemerintah dalam rangka melindungi
kesehatan setiap orang tampak dalam dalam pembentukan aturan hukum
yang menjamin perlindungan kesehatan setiap orang
dan norma yang
mendasari Negara atau Pemerintah melakukan tindakan – tindakan dalam
rangka dipatuhinya ketentuan dalam aturan hukum tersebut oleh subjek yang
dituju.
Aspek – Aspek pengaturan yang dianalisi anatar lain meliputi: pengaturan
tentang dokter atau dokter gigi dan tenaga kesehatan lainya. Sarana
kesehatan berupa rumah sakit ) pengamanan makan dan minuman (pangan:
lingkungan hidup ; pengaman sediaan farmasi dan alat kesehatan;
pengamanan zat adiktif; aborsi penanggulangan wabah penyakit menular ,
masalah kesejahteraan dan pengaturan dalam rangka harmonisasi hukum

nasional Indonesia sehubungan keikutsertaan dalam ICESCR.
Prinsip hukum yang berlaku ialah setiap subjek hukum yang melanggar
kewajiban hukumnya harus bertanggung
gugat. Dalam buku ini penulis
mengkaji norma – norma tentang tanggung gugat Negara atau pemerintah
terhadap pelanggaran ha katas derajat kesehatan yang optimal. Secara
spesifik pelanggaran kewajiban Negara dalam rangka hak atas derajat
kesehatan yang optimal meliputi beentuk-bentuk pelanggaran kewajiban.
Sebagai konsekuensi pelanggaran primary rules/obligations akan lahir
sekundery rles/obligations dibahu Negara atau pemerintah yaitu kewajiban

melakukan reparasi atas kerugian yang dtimbulkan oleh pelanggarn dalam
hubunga hukum baru yang disebut pertanggung gugatan.
Dalam rangka reparasi tersebut tersedia beberapa aternatif upaya-upaya
hukum baik yudisial maupun non yudisial, isu yang masih cukup kritikal ialah
tentang legal standing untuk menggugat dalam rangka perlindungan
kepentingan umum.Hak atas kesehatan ialah hak hukum yang dijamin dalam
kondisi dan undang-undang. Pelanggaran ha katas kesehatan sering kali
menyangkut kepentingan rakyat banyak lazimnya yang menjadi korban atau
dirugikan ialah lapisan masyarakat yang lemah .

Isu hukum sangat krusial disini ialah tentang pendekatan perwalian untuk
mewakili lapisan masyarakat lemah membela hak-haknya yang dilanggar dan
dirugikan oleh Negara atau pemerintah. Dengan mengacu pada praktik hukum
di beberapa Negara dijumpai konsep citizen law suit atau citizen action atau
action popularis yang di Indonesia sebenarnya juga mengenai hak gugat
organisasi lingkungan (dalam perkembanganya kemudian pengaturan sejenis
dapat dijumpai dalam UU No. 8 Tahun 1999 dan UU No.41 Tahun 1999).
Khusus dalam rangka perlindungan HAM belum ditemukan pengaturan
yang ekspliksit tentang konsep legal standing demikian dalam rangka
memecahakan isu tersebut, penulis berusaha menerapkan secara analogi
ketentuan UU No.8 Tahun 1999 dengan mengkonsepsikan tugas pelayanan
umum Negara dalam rangka realisasi ha katas kesehatan sebagai hubungan
hukum antara pelaku usaha dan konsumen untuk mengisi kekosongan huku
yang ada.
Namun, cara analogi masih belum memberikan suatu kepastian hukum
dan sangat bergantung kepada penerimaan argumentasi hukum tersebut oleh
hakim.Upaya
hukum preventif
untuk
menghindarkan

Negara
atau
pemerintahan dari tanggung gugat ialah melalui melalui pengembangan
sistem jaminan sosial di bidang kesehatan. Negara tidak selalu mmpu
memenuhi dalam rangka realisasi hak-hak sosial ekonomi rakyat atau warga
negaranya. Kerjasama internasional dapat mebuat eksistensi hak-hak sosial
ekonomi menjadi lebih bermakna bagi subjek penyandang hak.
Dalam sumber-sumber hukum internasional yang falid dapat ditemukan
norma-norma tentang keajiban kerjasama internasional Negara-negara
tersebut dan secara spesifik kewajiban membantu terhadap Negara yang
membutuhkan. Pada sektor privat penulis membahas tentang peran
perusahaan transnasional dalam rangka membuat hak-hak sosial ekonomi
lebih bermakna.
Melalui tanggungjawab sosial perusahaan transnasional dapat
memberikan konstribusi positif dalam rangka perlindungan hak-hak sosial
ekonomi bagi rakyat arau warga Negara di Negara tempat peusahaan
transnasional tersebut beroperasi. Namun sejauh ini kosep tanggung jawab
sosial perusahaan tersebut belum dapat diklasifikasikan sebgai kewajiban
hukum yang dapat dituntut secara yudisial jika kewajiban tersebut tidak
dipenuhi.

Menurut hemat penulis konsep tanggung jawab sosial perusahaan ykan
konsep hukum yang perlu diperlukan secara rigit dalam bentuk diatur secara
khusus dalam legislasi atau regulasi. Tanggung jawab sosial murni merupakan
bentuk kesadaran dari perusahaan itu sendiri tentang fungsi dan
kedudukannya dalam suatu masyarakat.
Saran saya yang pertama adalah Negara tidak hanya memiliki kewajiban
menghasilkan produk produk aturan hukum
dalam rangka memberikan
perlindungan terhadap kesehatan setiap orang. Negara memiliki kewenangan

dalam rangka memastikan dipatuhinya ketententuan – ketentuan tersebut
sebagai suatu kewajiban hukum, jika dilanggar Negara atau pemerintah harus
bertanggung gugat.
Supaya Negara terhindar dari kemungkinan gugatan karena tidak
melanggar kewajiban korelatifnya dari hak atas derajat kesehatan yang optimal
i.c. hak atas perlindungan kesehatan, Negara dituntut untuk berlaku cermat,
hati hati dan penuh itikad baik dalam melaksanakan kewajibannya itu.
Keberadaan produk aturan hukum setingkat peraturan menteri banyak tersebar
perlu diterbitkan dengan mengacu pada UU No. 10 Tahun 2004 khususnya
prinsip prinsip pembentukan peraturan perundang – undangan baik dan materi

muatannya.
Saran saya yang kedua adalah kepada legislator dalam membentuk
aturan hukum pada taraf undang-undang supaya memperhatikan sungguhsungguh teknik penyusunan yang cermat dan komprehenship dengan
seminimal mungkin memberikan delegated legislation kepada pemerintah.
Diskresi dalam pembentukan aturan hukum sedapat mungkin harus dihindari,
kecuali untuk hal – hal yang sifatnya teknis sebagai pelaksanaan, dan bukan
yang sifatnya membentukan ketentuan atau norma baru.
yang ketiga adalah kepada hakim supaya memahami secara cermat dan
komprehensif produk – produk aturan hukum dibidang hak asasi manusia ,yang
didalamnya ditemukan norma atau norma atau prinsip – prinsip hukum hak
asasi manusia, serta teori teori hukum yang mendasari.
Dalam alur proses berpikir yang dibangun secara logis sistematis denagn
mengaitkan berbagai konsep yang digunakan dalam buku ini, runttan analisis
yang penulis lakukan dalam rangka menjawab permasalahan tentang
kewajiban Negara atau pemerintah merelesaikan ha katas derajat kesehatan
yang optimal adalah sebagai berikut.negara diwakili oleh peerintah dalam
hubungan rakyatnya atau warga Negara.
Sedasar dengan itu, Negara memiliki kewajiban melindungi rakyat atau
warga Negara. Melindungi sekalian rakyat atau warga Negara merupakan
tujuan dan fungsi hakiki Negara.pemerintah mengemudikan Negara dalam

rangka tujuan dan fungsinya, untuk mengemudikan Negara ke arah tujuan dan
fungsinya, pemerintah menjalankan fungsi pemerintah.
Dalam rangka memberikan perlindungan terhadap HAM rakyat atau
warga Negara baik hak – hak sipil politik maupun hak – hak ekonomi sosial
budaya, fungsi pemerintahan harus didasari oleh prinsip – prinsip good
governance. Dalam rangka kewajiban merealisasikan atau memenuhi hak atas
derajat kesehtan yang optimal pemerintah sesuai prinnsip good governance
menyelenggarakan tugas mengatur (untuk memenuhi hak atas layanan
kesehatan.) dan tugas mengatur (untuk memenuhi ha katas perlindungan
kesehatan.Berdasarkan hasil pemaparan dan analisi yang dilakukan oleh
penulis yang dilakukan tampak bahwa ruang lingkup tugas mengurus maupun
tugas mengatur tersebut sangat luas.
Dalam ranngka menganalisi isu utama yaitu persoalan tanggung gugat
Negara atau pemerintah sehubunganpelanggaran terhadap hak atas derajat
kesehatan yang optimal, penulis berpandangan bahwa hak atas derajat
kesehatan yang optimal sebagai satu sistem yang memayungi dua sub-sistem
yaitu hak atas layanan kesehatan dan ha katas perlindungan kesehatan pada
dasarnya bersifat justiciable.
Dimungkinkan, berdasarkan ketentuan- ketentuan aturan hukum yang
ada, suatu tanggung gugat Negara atau pemerintah terhadap pelanggaran hak

atas derajat kesehatan yang optimal.keharusan suatu tanggung gugat Negara

atau pemerintah dijustifikasi secara teoritis dari tiga aspek; konsep hak Negara
hukum dan keadilan.
Di atas dikonsepsikan bahwa pelanggaran hak atas kesehatan pada hakikatnya
adalah pelanggaran berkewajiban Negara di bidang HAM yaitu kewajiban
respect, to protect dan to fulfi.
Pelanggaran primary rules of human rights ini melahirkan suatu secondary
rules of human rights yaitu tanggung gugat Negara atas pelanggaran serta
kewajiban reparasi kepada korban.
Aspek – aspek prosedular yaitu dapat upaya upaya hukum dan legal
standing dalam rangka tanggung gugat Negara atau pemerintah juga
dianalisis. Di bagian akhir,penuli membahas tentang perlunya sistem jaminan
sosial sebagai upaya hukum preventif untuk menghindarkan Negara dari
tanggung gugat karena melakukan pelanggaran terhadap ha katas kesehatan
(khususnya hak atas layanan kesehatan).
Kerja sama internasional dapat memberi konstribusi penting dalam
rangka realisasi hak-hak sosial-ekonomi oleh schachter, hak –hak sosial –
ekonomi hampir menjadi paper rights karena terutama negara – negara sedang
berkembang tidak mungkin mampu memenuhinya.Kewajiban kerja sama
internasional dan khususnya duty to aid dapat membuat ekssistensinya dan
manfaat hak-hak sosial ekonomi dapat bener-bener dirasakan oleh rakyat atau
warga Negara di Negara – Negara berkembang.
Kewajiban tersebut telah terwadahi dalam piagam PBB(dan kemudian
diterjemahkan oleh instrument-instrumen hukum PBB lainnya maupun
perjanjian internasional). Namun masih diperlukan penjelasan – penjelasan
lebih lanjut supaya makna atau pengertian kewajiban tersebut dapat ditangkap
secara lebih jernih.
Berbagai justifikasi selain kewajiban moral dan selain kewajiban yang
bersumber dari piagam PBB tersebut antara lain; memandang bahwa hal itu
merupakan suatu kewajiban moral dan juga memandang dari prespektif
internal hukum dan HAM sendiri yaitu prinsip non-driskriminasi bahwa HAM
harus
dinikmati
oleh
setiap
orang
tanpa
memandang
status
kewarganegaraannya.
Menurut hemat penulis ,isu universalisasi atau internasionalisasi HAM,
indivisibilitas HAM dan non diskriminasi merupakan justifikasi paling memadai
bagi isu kerja internasional dalam rangka realisasi HAM disamping atran
hukum internasional positif dalam sumber sumber hukum internasional yang
valid. Selain kewajiban internasional Negara- Negara untuk bekerja sama dan
memberikan bantuan ,sector privat juga menjadi perhatian penulis.
Dengan semakin bertambah kuatnya pengaruh perusahaan transnasional
dalam percaturan hubungan interasional, sudah selayaknya pula jika
perusahaan – perusahaan tersebut juga memberikan concern-nya terhadap isu
–isu hak asasi manusia.minima kewajiban dalam rangka hak asasi manusia
yang berlaku bagi perusahaan transnasional ialah apa yang dikonsepsikan
Skogly sebagai neutralobligation.
Dalam rangka realisasi hak-hak sosial ekonomi dinegara-negara tempat,
perusahaan-perusahaan transional beroperasi, kepada perusaan perusahaan
tersebut dapat dituntut untuk memenuhi tanggung jawab sosialnya sebgai
suatu bentuk kewajiban moral.Pandangan yang berkembang tentang konsep
tanggung jawabsosial perusahaan dalam rangka membentuk reputasi positif
untuk memenangkan eksistensinya dalam jangka panjang.
Dalam penulisan dalam buku ini pada bab II membahas tentang fungsi
pemerintah dalam rangka good governance.berdasarkan konsep, good

governance dalam penyelenggarakan fungsi pemerintah,penulis mengelaborasi
kewajiban-kewajiban hukum Negara atau pemerintah dalam rangka merealisasi
hak atas derajat kesehatan yang optimal bagi rakyat Indonesia termasuk
implementasinya melalui pemerintah. Kewajiban Negara atau pemerintah juga
akan dikaitkan dengan isu desentralisasi atau otonomi daerah.
Bab III membahas tentang tanggung gugat Negara atau pemerintah
karena kegagalannya merealisasikan ha katas derajatkesehatan yang optimal.
Disini penulis akan membahas konsep tanggung guagat pemerintah atas hak
atas derajat kesehatan yang optimal sebagai dasar tuntutan hak,optimal upaya
– upaya hukum serta legal standing dan problematic yuridisnya. Penulis juga
akan membahas sistem jaminan sosial dibidang kesehatan sebagai upaya
preventif untuk menghadapi tanggung gugat dan sekaligus sebagai solusi
keterbatasan sumber daya yang dapat dialokasikan Negara atau pemerintah
untuk memenuhi kewajibannya.
Bab IV membahas tentang kerangka hukum kerja sama internasional
merealisasikan ha katas derajat kesehatan yang optimal bagi setiap
orang.pembahasan diawali dengan prespektif historis timbulnya kesadaran
akan arti penting hak-hak sosial.selain mengacu pada instrument perjanjian
internasional yang relevan,pembahasan tentang aspek – aspek hukum kerja
sama inernasional juga difokuskan pada instrument hukum dalam sitem PBB
yaitu resolusi – resolusi yang berlandaskan PBB.
Sector privat seperti perusahaan transnasional juga akan dikaji karena
ternyata memiliki konstribusi penting dalam rangka pemberdayaan masyarakat
,isu kesehatan tercangkup didalamnya dengan merujuk pada konsep
tanggunng jawab sosial korporasi (lepas dari isu negative adanya praktik
eksploitasi dan kejahatan korporasi).
Bab V merupakan bagian panutup dari penelitian yang berisi tentang
kesimpulan dari hasil pembahasan .kesimpulan merupakan jawaban atas
masalah – masalah penelitan. Saran atau yang dirumuskan dalam bentuk
preskripsi kepada pengemban kewenangan hukum baik legislator maupun
hakim.

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA S1–KEPERAWATAN DI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

9 108 28

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN PEMBENTUKAN CITRA POSITIF RUMAH SAKIT Studi pada Keluarga Pasien Rawat Jalan RSUD Dr. Saiful Anwar Malang tentang Pelayanan Poliklinik

2 56 65

TELAAH ATAS KETELADANAN RASULULLAH SAW DALAM MENDIDIK ANAK (USIA 6­12 TAHUN)

4 74 1

PELATIHAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI EFEKTIF ORANG TUA KEPADA ANAK

8 135 22

ANALISIS YURIDIS TENTANG PENGHAPUSAN ATAS MEREK DAGANG "SINKO" DARI DAFTAR UMUM MEREK OLEH DIREKTORAT JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (Studi Putusan Pengadilan Niaga No. 03/Merek/2001/PN.Jkt.Pst)

0 23 75

KAJIAN YURIDIS TENTANG PERUBAHAN TANAH PERDIKAN MENJADI HAK MILIK DI KELURAHAN TAMAN KECAMATAN TAMAN KOTA MADIUN SETELAH KELUARNYA UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA

2 44 14

EVALUASI ATAS PENERAPAN APLIKASI e-REGISTRASION DALAM RANGKA PEMBUATAN NPWP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2012-2013

9 73 45

PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH PADA SEKTOR PENDIDIKAN DAN KESEHATAN TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI SUMATERA SELATAN

3 52 68