MEMBEDAH BUKU TENTANG PEMBERANTASAN TERO

MEMBEDAH BUKU TENTANG PEMBERANTASAN TERORISME
“ POLITIK INTERNASIONAL DAN POLITIK NASIONAL”
Agita Chici Rosdiana
agitachici@students.unnes.ac.id
DATA BUKU, terdiri dari:
Judul buku
: Pemberantasan Terorisme politik internasional dan politik
nasional
Pengarang
: Dr. Mardenis, S.H., M.Si
Penerbit
: PT. Raja Grafindo Persada
Tahun terbit
: 2013
Kota terbit
: Jakarta
Bahasa buku
: Indonesia
Jumlah halaman : 310 Halaman
ISBN buku
: 978-979-769-364-0

PEMBAHASAN REVIEW
Ditengah banyaknya buku tentang Terorisme, khususnya sejak serangan
yang meruntuhkan gedung kembar World Trade Centern(WTC) DI New York, 11
September 2001, buku ini tampaknya termasuk yang paling baru. Terbukti,
dalam bahasanya, ia sudah mencakup kasus ledakan Bom di Legian, Kuta, Bali
12 Oktober 2002, yang memakan korban lebih dari 200 jiwa dan sebagian
besar warga asing.
Tampaknya ada nuansa personal dan kemanusiaan, yang ikut mendorong
penulisan buku ini. Dalam bukunya, Dr. Mardenis menyebutkan rasa
kehilangan, akibat serangan ke gedung WTC, serta tewasnya Warga Negara
Indonesia dan Warga Negara Asing yang tidak bersalah dalam Tragedi Bom Bali
pada Tahun 2005.
Buku ini ditulis oleh dosen Fakultas Hukum Universitas Andalas dalam
ujian terbuka untuk memperoleh gelar doctor Ilmu Hukum pada program
Pascasarana Universitas Padjajaran Tahun 2009. Semula ketika masih dalam
bentuk naskah, karya ini berjudul : Perkembangan Konstelasi Politik
Internasional dan Implikasinya Terhadap Politik Hukum Nasional Indonesia
dalam Pemberantasan Terorisme. Tetapi sesuai kebutuhan menjadi sebuah
karya buku, maka judulnya disederhanakan menjadi: Pemberantasan Terorisme
Politik Internasional dan Politik Hukum Nasional.

Buku ini menguraikan berbagai persoalan yang berkaitan dengan politik
nasional Indonesia khususnya dalam pemberantasan tindak pidana terorisme
dikaitkan dengan perkembangan konstelasi politik internasional kontemporer.
Secara umum, buku ini bertujuan memberi pegangan yang cukup komprehensif
tentang Terorisme, Evolusinya, dan munculnya terminologi terorisme tersebut.
Paparan ini masih dilengkapi dengan biografi kelompok – kelompok teroris,
individu teroris, dan rincian aksi teroris yang dilakukan persorangan.
Berdasarkan persoalan diatas, tulisan dalam menguraikan dan
menganalisis pengenalan perkembangan konstelasi politik internasional dalam
kaitannya dengan pemberantasan terorisme dewasa ini, memahami dan

menjelaskan latar (setting) lahirnya UU Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme di Indonesia serta memahami dan menganalisis sejauhmana
perkembangan konstelasi pembentukan dan penegakan UU Pemberantasan
Tindak Pidana Terorisme di Indonesia.
Penulis mengawali tulisannya dengan Bab I dengan Subjudul
Pendahuluan. Dalam bab ini penulis membahas:
 tentang Hukum sebagai Produk Politik dalam bukunya menyatakan
bahwa hukum merupakan produk politik sehingga karakter isi
setiap orduk hukum akan sangat ditentukan atau diwarnai oleh

imbangan kekuatan atau konfigurasi politik yang melahirkannya.
 tentang Negara Hukum, sebagaimana diketahui bersama setiap
bangsa dan negara modern di dunia saat ini pasti memiliki aturan
atau sistem hukum yang hendak ditegkkan dan dilaksanakan oleh
bangsa dan negara tersebut serta harus dipatuhi oleh warga
negara.
 tentang Politik Hukum, pembahasan mengenai politik hukum
kebijakan yang diambil (ditempuh) oleh negara (melalui lembaga
atau penjabatnya) untuk menetapkan hukum mana yang perlu
dipertahankan atau jhhukum mengenai apa yang perlu diatur atau
dikeluarkan agar dengan kebijakan itu penyelenggaraan negara
dan pemerintah dapat langsung dengan baik dan tertib sehingga
tujuan negara secara bertahap dan terencana terwujud.
 tentang Politik Internasional, susunan atau konstelasi kekuatan
politik internasional yang secara dikotomis dibagi dalam dua
konsep yang bertentangan secara diametral, yaitu konstelasi politik
internasional demokratis dan konstelasi politik internasional
otoriter/ anarik.
 Kebijakan ( penanggulangan) Pidana dan Terorisme, mengacu pada
deskripsi dapatlah dikatakan bahwa kebijakan penanggulangan

kejahatan terorisme saat ini baik pada level internasional dan
nasional, cenderung lebih melihat aksi terorisme sebagai aksi
kriminal yang harus ditumpas secara represif tanpa memberi
perhatian yang memadai pada upaya mengurangi atau
menghilangkan masalahnya.
Di Bab ini penulis lebih menekankan perkembangan konstelasi Politik
Internasional dalam kaitannya dengan Pemberantasan Terorisme ini sangat
didominasi oleh kepentingan Politik, Ekonomi, dan Ideologi negara- negara
maju (Kapitalis), baik dalam regulasinya pada berbagai Konvensi Internasional.
Resolusi DK dan MU PBB, begitu juga dalam penerapan dan penegakan
hukumnya. Menurut penulis, kondisi ini dirasa tidak sesuai dengan prinsipprinsip negara hukum yang demokratis, karena sering menggunakan standar
ganda, tidak menghormati hak- hak asasi terdakwa serta tidak menghormati
Asas Praduga Tak Bersalah dan Asas Persamaan Kedudukan Didepan Hukum.
Lalu, pada Bab II dengan Subjudul Terorisme, HAM, dan Konspirasi.
Pada bab ini penulis membahas:
 tentang Terorisme, dari berbagai negara antara lain Amerika, Arab,
dan Indonesia. dengan gaya bahasanya yang mudah dipahami, Dr.
Mardenis tidak menutup mata tentang kesulitan mendefinisikan
Teorisme, dan siapa yang pantas disebut Teroris. Seorang yang


disebut Teroris oleh satu pihak, mungkin akan disebut pejuang
kebebasan atau pejuang Agama. Sulit melihat hal ini secara HitamPutih.
 tentang HAM, disini penulis banyak memasukan definisi tentang
Hak Asasi Manusia dari berbagai pendapat dan termasuk
pengertian Hak Asasi Manusia sesuai dengan falsafah nilai-nilai
pancasila yaitu hak- hak dasar yang melekat pada setiap diri
manusia secara kodrati, universal, abadi dan merupakan anugerah
Tuhan Yang Maha Esa, lalu dimana sejarah diakuinya Hak Asasi
Manusia, HAM dikaitkan dengan Pelanggaran HAM pada suatu
tindak Terorisme.
 bahaya Ancaman Terorisme di Indonesia, berbagai aksi tetot jelas
telah melecehkan nilai kemanusiaan martabat bangsa, dan normanorma agama. Tetot telah menunjukan nyatanya sebagai tragedi
atas HAM. penulis lebih menceritakan tentang Tragedi Bom Bali dan
menjelaskan rincian Kronologi Pengeboman di Indonesia dari Tahun
1984 – Oktober 2005. Penulis menjelaskan bahwa peledakan Bom
Bali diduga adanya Konspirasi Internasional antara Pemerintahan
AS dengan Presiden Indonesia kala itu, walaupun Presiden
membantah hal ini. Terakhir dari pembahasan dalam Bab ini aitu
Upaya Menangkal Ancaman Terorisme Internasional.
Selanjutnya pada Bab III dengan Subjudul Politik Hukum

Pemberantasan Terorisme di Indonesia. pada Bab ini penulis membahas:
 tentang pembentukan UU Pemberantasan Terorisme di Indonesia,
lahirnya UU tentang terorisme di Indonesia didasari oleh Amerika
Serikat yang mendeklarasikan Anti Terorisme yang keumdian
pemerintah Indonesia pada tanggal 18 Oktober 2002 dua
peraturan pengganti undang-undang (PERPU)
 tentang penerapan dan penegakkan UU pemberantasan terorisme
di Indonesia, penulis menganggap perlunya amandemen terhadap
beberapa pasal dalam UU Nomor 15 Tahun 2003 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, terutama kepada
lembaga-lembaga non judisial untuk ikut serta dalam proses
penyidikan dan penyelidikan kasus – kasus Terorisme. Menurut
penulis, lahirnya UU Nomor 15 Tahun 2003 kurang memiliki
landasan filosofis dan yuridis yang kuat, penerapannya juga
cenderung sanga diskriminatif dan tendensius tehadap Umat Islam.
 pemberlakuan Asas Praduga Tak Bersalah dan Asas Persaman
Kedudukan Dimuka Hukum terhadap tersangka dan terdakwa
pelaku Tindak Pidana Terorisme. Asas equality before the law
merupakan salah satu asas umum yang bersifat klasik dan
terpenting di dalam sistem peradilan pidana di seluruh dunia.

Konsekuensinya adalah di semua negara hukum, asas tersebut
seharusnya merupakan hal yang tidak boleh di langgar oleh aparat
penegak hukum dalam upaya penegakkan hukum dan
pemberantasan kejahatan. Menurut penulis, kemerdekaan dan
kebebasan seseorang mengandung aspek luas. Salah satu
aspeknya adalah hak seseorang untuk diperlakukan adil, tidak
diskriminatif, dan berdasarkan hukum, terutama bela seseorang

diduga atau disangka melakukan suatu tindakan pelanggaran atau
kejahatan termasuk dugaan melakukan kejahatan terorisme.
Pada Bab IV dengan Subjudul Politik Internasional dan Politik
Hukum Nasional Indonesia tentang Terorisme. Pada bab ini penulis
membahas:
 Politik Luar Negeri ( POLUGRI) ASA DAN Terorisme, kebijakan politik
luar negeri (polugri) AS menjadi fokus dalam pembahasan pada
bagian ini, karena setidaknya sejak era pasca perang dingin,
dinamika perkembangan politik internasional sangat dipengaruhi
oleh kebijakan politik luar negeri AS tersebut. Kemudian dikaitkan
dengan terorisme internasional, maka banyak kalangan umumnya
berpendapat bahwa kebijakan politik luar negeri yang paling

kontroversial dan berdampak lansgung terhadap meningkatnya
kejahatan terorisme saat ini terutama adalah kebijakan politik luar
negeri AS di kawasan Timur Tengah, khususnya keberpihakan
secara membabi buta dan hampir- hampir tanpa reserve AS dalam
membela kepentingan Israel di Timur Tengah.
 Politik Internasional dan Politik Hukum Nasional Indonesia dalam
Pemberantasan Terorisme, penulis berpendapat agar kedepannya
UU tentang Terorisme lebih memenuhi rasa keadilan social serta
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, penulis menyimpulkan dari
berbagai pro dan kontra dalam pelaksanaan UU Tentang
Terorisme , pemberlaskukan UU Anti Terorisme, dalam batas- batas
tertentu, mirip dengan pemberlakukan UU Anti Subversi yang
diberlakukan oleh rezim Orde Baru, yakni sama- sama tendensius
dan diskriminatid terhadap umat Islam.
 Refleksi, di dalam pembahasan ini penulis memasukkan mengapa
demokrasi di Indonesia justru melahirkan ironi, karena nasib rakyat
kecil tidak mengalami perubahan dan keadilan hukum hanya milik
orang- orang berduit atau memiliki kekuasaan. Penulis
menambahkan hal itu terjadi karena pelaksanaan demokrasi di
Indonesia baru pada tahapan demokrasi prosedural yang hanya

diukur dari pelaksanaan pemilu dan pilkada secara jujur, adil dan
“aman”. Namun di sisi lain ada yang berpendapat bahwa, hal itu
terjadi, karena reformasi yang terjadi di Indonesia sebatas
reformasi bidang politik, belum menyentuh reformasi birokrasi,
apalagi reformasi di bidang hukum.
Lalu ada Bab V dengan Subjudul Penutup. Disini penulis menyimpulkan
semua uraian beliau dari Bab 1- Bab V Melalui serangkaian analisis atas
berbagai permasalahan, penulis menarik kesimpulan, bahwa perkembangan
konstelasi politik internasional memberikan implikasi signifikan terhadap politik
hukum nasional indonesia khususnya dalam pemberantasan terorisme, baik
dalam proses pembentukkannya dilembaga legislatif, begitu juga proses
penegakkan hukumnya oleh aparat kepolisian, kejaksaan. Dan pengadilan.
Secara lebih rinci, penulis mengenai interrelasi politik internasional dan
politik hukum nasional indonesia berhasil mengkonstruksi beberapa temuan
dengan bentuk poin- poin sebagai berikut:
 Politik hukum nasional indonesia dalam pemberantasan terorisme
belum sesuai dengan prinsip- prinsip negara hukum berdasarkan

Pancasila dan UUD 1945, karena kurang menghormati nilai- nilai
dan lembaga- lembaga agama, kurang menghormati dana

melindungi hak- hak asasi manusia, berpotensi mengancam
integrasi bangsa, kurang menghormati nilai- nilai demokrasi dan
kurang memenuhi rasa keadilan rakyat dan bangsa Indonesia.
 Perkembangan konstelasi politik internasional dalam kaitannya
dengan pemberantasan terorisme dewasa ini sangat didominasi
oleh kepentingan politik, ekonomi, dan ideologi negara – negara
maju (kapitalis), baik dalam regulasinya pada berbgaia kovensi
internasional, resolusi DK DAN MU PBB, begitu juga dalam
penerapan dan penegakan hukumnya.
 Perkembangan konstelasi politik internasional berimplikasi cukup
signifikan terhadap politik hukum nasional Indonesia dalam
pemberantasan terorisme, baik dalam proses penegakan
hukumnya. Kelahiran UU Nomor 15 Tahun 2003 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, selain kurang memiliki
landasan filosofis dan yuridis dan kuat, penerapannya juga
cenderung sangat diskriminatif dan tendensius terhadap umat
Islam.
dan penulis juga memberi solusi terhadap permasalahan sebagaimana
diungkapkan di atas, saran yang tepat untuk mengatasi serangkaian
permasalahan tersebut antara lain:

 Agar politik hukum internasional dalam pemberantasan terorisme
lebih sesuai dan sejalan dengan asas- asas negara hukum yang
demokratis, maka disarankan agar pemerintah Indonesia dapat
menggunakan semua sumber daya yang dimilikinya untuk
mendesak lembaga- lembaga internasional yang berkompeten agar
sesegaranya menetapkan rumusan terorisme secara lebih tegas, se
objektif mungkin, serta mendesak lembaga internasional agar
menekan pemerintah AS untuk meninggalkan kebijakan polugri
standar ganda terutama di Timur Tengah yang diyakini banyak
kalangan merupakan akar dari berbagai aksi terorisme
internasional






Pemerintah Indonesia juga disarankan agar menggunakan semua
sumber daya yang dimilikinya untuk memperjuangkan duduknya
salah satu negara islam atau negara kependudukan mayoritas
muslim sebagai anggota tetap DK- PBB mewakili dunia islam,
sehingga struktur dan komposisi anggota tetap DK- PBB memiliki
hak Veto di lembaga eksekutor PBB tersebut kedepan dapat
menampakan wajah yang lebih representatif dan demokratif.
Perlu segera di lakukan amandemen terhadap beberapa pasal
dalam Undang- undang Nomor 15 Tahun 2003 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, terutama berkaitan
dengan pemberian kewenangan sangat luas kepada lembagalembaga non judisial untuk ikut serta dalam proses menyidikan dan
penyelidikan kasus- kasus terorisme
Agar politik hukum nasional indonesia dalam pemberantasan
terorisme kedepan dapat lebih memenuhi prinsip-prinsip negara
hukum di janjikan oleh pemerintah sewaktu Undang- undang Anti
Terorisme masih dalam bentuk PERPU, sehingga politik hukum

nasional indonesia dalam pemberantasan terorisme lebih
memenuhi rasa keadilan sosial, berdasarkan pancasila dalam
Undang- Undang Dasar 1945, maka perlu upaya yang lebih
sungguh-sungguh
untuk
peningkatan
profesionalisme
dan
integritas aparat pembentuk hukum, aparat penegak hukum.
Berkaita dengan lembaga Densus 88 Anti Teror perlu dilakukan
pembenahan organisasi terutama pada aspek ideologi komandan
dan tugas lapangan, bahwa aksi terorisme tidaka da kaitannya
dengan ajaran agama manapun.
Bagian akhir buku ini disertakan Daftar Pustaka, Lampiran 1, Lampiran 2,
dan biogafi sang penulis untuk lebih memudahkan pembacanya untuk
membaca referensi lain yang dimasukan penulis dalam bukunya.
Menurut saya kelebihan dari buku ini antara lain penulis sangat rinci
dalam menjelaskan tentang Terorisme bahkan menjelaskan sejarah adanya
Produk Hukum Internasional tentang Terorisme yang kemudian dibuatnya UU
Nomor 15 Tahun 2003 sebagai Produk Hukum Nasional Indonesia. ditambah
lagi penlis sangat menekankan bahwa Umat Islam bukanlah bibit- bibit atau
sarang Teroris, penulis memasukan ayat- ayat Al-Quran mengenai hal ini yang
banyak disalah artikan banyak orang sehingga munculnya fitnah untuk Umat
Islam di Dunia, Islam tidak pernah mengajarkan untuk membunuh sesame
manusia, penulis ingin membuat orang yang membaca bukunya agar
membuka mata selebar- lebarnya dan menyadarkan bahwa umat islam bukan
Teroris. Karena setiap berita Internasional banyak sekali konsipari yang
dilakukan negara asing untuk menghancurkan Islam.
Lalu kekurangan dari buku ini menurut saya mungkin hanya terbelit- belit
saja tidak langsung pada inti pembahasan yang untuk beberapa orang
mungkin membuat malas karena benar – benar sangat sistematis.
Secara keseluruhan buku ini cukup bagus, dengan pendapat tersebut,
bagaimanapun karya Dr. Mardenis, S.H., M.Si ini cukup menarik dan
bermanfaat. Sistematikanya dan uraiannya yang unik, lalu bahasanya yang
sangat mudah dipahami bagi membaca yang relative awam sekalipun untuk
persoalan Terorisme, sebagai pegangan awal tentang Terorisme buku ini layar
dibaca.

LAMPIRAN