Model mendukung Pengembangan Ekonomi Kerakyatan

Model
Pengembangan
Ekonomi
Kerakyatan

Menurut KBBI, model merupakan pola (contoh, acuan, ragam)
dari suatu yang akan dibuat atau dihasilkan (2005:751).
Menurut Simamarta, model adalah abstraksi dari realitas dengan
hanya memusatkan perhatian pada beberapa sifat dari kehidupan
sebenarnya.
Jadi, model merupakan acuan, contoh, pola dari suatu yang
dibuat atau dihasilkan yang merupakan abstraksi dari system yang
sebenarnya.

Model Pengembangan
A. Model Padat Karya
Suatu program pemberdayaan masyarakat yang melihat
masyarakat sebagai unsur paling esensial dalam proses produksi.

Tujuan utama program padat karya :
1. Menyediakan lapangan kerja dan lapangan usaha produktif dan berkelanjutan bagi

pengangguran, baik tenaga terampil maupun tidak terampil, atau yang terkena PHK.
2. Memulihkan daya beli masyarakat dan memberdayakan ekonomi masyarakat dalam rangka
pemulihan perekonomian nasional dan daerah.
3. Mengatasi rawan pangan dan meningkatkan pertahanan pangan masyarakat melalui
pengembangan komoditas pangan.
4. Mengatasi kerusakan lingkungan dan lahan kritis melalui penghutanan kembali guna
memulihkan kondisi dan fungsi lingkungan hidup.

Sasaran utama program padat karya :
1. Terciptanya lapangan kerja bagi para penganggur tidak terampil dan terampil di
pedesaan maupun perkotaan.
2. Berkembangnya kegiatan lembaga ekonomi produktif serta terciptanya wirausaha
baru.
3. Terpeliharanya pelestarian hutan dan berkurangnya lahan kritis serta tersedianya
bahan pangan bagi masyarakat.
4. Terpeliharanya sarana dan prasarana social dan ekonomi masyarakat.

Program padat karya khusus terdiri dari :
A. Proyek penanggulangan dampak kekeringan dan masalah ketenagakerjaan (PDMK) atau
padat karya desa dan kota.

B. Proyek penanggulangan pengangguran pekerja terampil (P3T)
C. Proyek padat karya sector kehutanan (PKSK)
Permasalahan yang dapat menghambat kelancaran program padat karya :
1. Mekanisme koordinasi antar instansi secara vertical dan horizontal belum kukuh, terutama
dalam penetapan kelompok sasaran, jumlah dan lokasinya.
2. Mekanisme penyaluran dana belum menjangkau langsung masyarakat lapisan bawah.
3. Kelompok sasaran (target grup) yang memanfaatkan program (intended beneficianes)
belum jelas baik tentang siapa, dimana dan apa kegiatannya.

4.

Penetapan upah tenaga kerja yang berfariasi sehingga pembakuan pedoman untuk menilai
keberhasilan program peningkatan pendapatan sulit dilakukan.
5. Kegiatan yang dilaksanakan oleh ABRI Manunggal Pertania (AMP) dengan proyek pdat
karya desa kota (PDKMK) belum sinkron.
6. Kemampuan kontraktor C2 GEL dalam memenuhi serta melengkapi persyaratahn
administrative bagi kelancaran pencairan dana ternyata masih rendah.
7. Lembaga pengembangan swadaya masyarakat (LPSM) sebagai fasilitator yang
mendampingi masyarakat dan aparat belum siap untuk memenuhi persyaratan formla yang
diperlukan guna membantu pelaksanaan kegiatan di lapangan sebagai lembaga pelaksana

tender.

B. Model Pengembangan Partisipatif
Model yang mengutamakan pembangunan yang dilakukan dikelola langsung oleh
masyarakat local, khususnya di pedesaan, dalam wadah musyawarah pembangunan
di tingkat kecamatan ( atau dalam suatu area cluster).
Model pembangunan partisipatif telah dilaksanakan melalui program :
Inpres Desa Tertinggal (IDT)
Pembangunan Prasarana Pendukung Desa
Tertinggal (P3DT) Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dan Program
Pemberdayaan Daerah Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDMK)
Program IDT mengandung pengertian dasar, yaitu :
1. Sebagai pemicu gerakan nasional penanggulangan kemiskinan.
2. Sebagai strategi dalam pemerataan dan penajaman program pembangunan.
3. Sebagai pengembangan ekonomi rakyat dengan bantuan dana bergulir bagi
masyarakat yang paling memerlukan.

Komponen program IDT meliputi :
a. Bantuan dana bergilir
b. Bantuan pembangunan prasarana pendukung desa tertinggal

c. Bantuan pendampingan
Kegiatan pendampingan dalam pelaksanaannya dapat dilakukan melalui :
1.Pendampingan lokal yang terdiri dari tokoh masyarakat, kader PKK , aparat desa
setempat.
2. Pendampingan teknis dari tenaga penyuluh departemen teknis, antara lain
departemen pertanian ( PPL atau
PPS.
3. Pendampingan khusus disediakan bagi masyarakat miskin di desa tertinggal dengan
pembinaan khusus.

C. Model Inkubator Ekonomi Kerakyatan
Model ini dapat dijadikan rujukan dalam mengembangkan ekonomi kerakyatan yang berbasis
kemandirian dan usaha bersama.
Contoh model incubator ekonomi kerakyatan di desa nglanggeran kecamatan Ptuk Gunung
Kidul yang selanjutnya oleh tim peneliti Pustek UGM disebut sebagai desa ekonomi kerakyatan
(desa ekora).

Trading House
Nglanggeeran
Mart

Tourism
Promo

Micro
Finance

Sentra Ekora

Koperasi
Wanita

Ekora
Trading &
Financing

KSP, Pemda,
BUMD,
BUMN,
Organisasi
Konsumen


Mitra

Outlet Ekora

PK
K

Koperasi
Pemuda
Karang
Taruna
Ekora ECO

Inovation
&
Training
Center
Koperasi Tani
KT, UED, SP

Ekora
Farming

TERIMAKASIH