LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA KLINIK KEL (1)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
KIMIA KLINIK

KELOMPOK III

JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES KUPANG
2016

KATA PENGNTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan RahmatNya kami dapat menyelesaikan LAPORAN AKHIR KIMIA KLINIK ini dengan
baik. Kami berterimakasih kepada Bapak dan ibu Dosen yang telah membiming kami selama
Praktikum Mata Kuliah Kimia Klinik ini.

LAPORAN AKHIR KIMIA KLINIK ini dibuat demi memenuhi tugas akhir kami
di semester ini. LAPORAN AKHIR KIMIA KLINIK ini berisi mengenai praktikum yang
kami jalankan selama 1 semester ini, mengenai pemeriksaan URIN, FESES, dan SPERMA,
laporan ini akan memberikan informasi mengenai hasil praktikum kami, serta prosedur dan
prinsip kerja yang digunakan dalam praktikum ini.


Kami sadar LAPORAN AKHIR kami masih jauh dari kata Sempurna, karena itu
kami masih membutuhkan kritik serta saran dari Bapak dan Ibu Dosen serta para pembaca.
Akhir kata kami mengucapkan Trimakasih untuk semua yang sudah membantu dan
mendukung kami selama proses perkuliahan kami di semester ini

Kupang, 11 Januari 2016

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kimia klinik adalah ilmu yang mempelajari teknik terhadap darah, urin,
sputum (ludah, dahak), cairan otak, ginjal, sekret2 yang dikeluarkan.
Bahan klinik dalam arti sempit laboratorium adalah semua bahan-bahan
berupa spesimen yang diperoleh dari pasien, baik dengan menampung, melakukan
pungsi maupun dengan teknik khusus cara pengumpulannya yang digunakan
untuk bahan pemeriksaan laboratorium. Bahan klinik dapat juga disebut dengan

istilah material medik.
Bahan klinik sebaiknya diperlakukan sebagai bahan infeksius sehingga saat
pengambilan, penanganan, penyimpanan hingga pemeriksaan harus menggunakan
alat pelindung diri (APD). Teknik pengumpulan yang tepat dan baik, akan
menentukan kualitas bahan klinik sebagai spesimen di laboratorium.
a. Urine
Urine merupakan bahan buangan tubuh berbentuk cair yang
dikeluarkan melalui sistem urogenital. Urine yang didapatkan tidak
perlu ada perlakuan secara khusus, kecuali pemeriksaan harus segera
dilakukan sebelum 1 jam, sedangkan untuk pemeriksaan sedimen harus
dilakukan pengolahan terlebih dahulu dengan cara dimasukkan tabung
dan sentrifuge selama 5 menit 1500-2000 rpm, supernatan dibuang dan
diambil sedimennya. Suspensi sedimen ini dicampur dengan cat
Sternheirmer-Malbin Stain’s untuk menonjolkan unsur sedimen dan
memperjelas strukturnya.
Persiapan : Urine ditampung menggunakan wadah yang cukup
lebar, bermulut, tutup ulir, diberikan label, terbuat dari kaca atau
plastik, berukuran sedang antara 5 – 50 mL. apabila untuk keperluan
urine 24 jam maka botol harus berkapasitas antara 500 – 2000 ml
Catatan :Spesimen urine yang diperiksa lewat 1 jam akan

mengalami perubahan, terjadi pertumbuhan bakteri dan penurunan
glukosa, perubahan pH hingga terjadi kekeruhan sehingga hasil
pemeriksaan tidak lagi representatif.
b. Faeces
Faeces merupakan sisa pencernaan tubuh terhadap makanan
yang berbentuk padat dan memiliki karakteristik berwarna kuning dan
bau yang khas yang dikeluarkan melalui defekasi. Faeces/tinja untuk
pemeriksaan sebaiknya berasal dari defekasi spontan, jika pemeriksaan
sangat diperlukan, sampel tinja dapat diambil dari rektum dengan jari
bersarung tangan. Teknik rectal swab boleh digunakan untuk keperluan
bakteriologi. Faeces dikumpulkan untuk pemeriksaan rutin adanya

gangguan pencernaan yang dapat diketahui penyebabnya pada
pemeriksaan. Sebaiknya dipilih bagian faeces yang bercampur darah,
nanah, lendir karena memiliki nilai diagnostik yang baik dan
representatif.
Persiapan : Faeces yang dikumpulkan ditampung dalam wadah
dengan bermulut cukup lebar, bertutup ulir, diberikan label dan segera
dikirim ke laboratorium. Spesimen yang diambil tidak perlu banyak,
cukup seukuran jempol dewasa

c. Mani/Semen/Sperma
Mani atau sperma atau semen merupakan cairan sekret ejakulat
yang dikeluarkan oleh seorang pria berupa cairan kental dan keruh,
berisi sekret dari kelenjar prostat, kelenjar-kelenjar lain dan
spermatozoa. Mani diperiksa di laboratorium bertujuan untuk melihat
tingkat kesuburan seorang pria, apabila memiliki tingkat kesuburan
rendah maka sulit mendapatkan keturunan. Mani yang dikeluarkan
bervariasi warna, kekentalan, jumlah volume dan kekeruhannya,
tergantung aktifitas pria tersebut, teknik pengumpulan dan abstinensia
yang dilakukan.
Persiapan :
Seseorang yang akan memeriksakan spermanya, sebaiknya
terlebih dahulu melakukan pantangan (abstinensia) untuk tidak
mengeluarkan sperma sedikit-dikitnya selama 3 hari (3 x 24 jam)
dengan alasan menurut penyelidikan, jangka waktu sebesar itu sudah
cukup untuk suatu spermiogenesis dan untuk sampel yang baik. Tetapi
untuk baiknya pasien diminta supaya tidak mengadakan kegiatan
seksual selama 3-5 hari. Pengeluaran ejakulat sebaiknya dilakukan
pagi hari sebelum melakukan aktifitas, sedekat mungkin sebelum
pemeriksaan laboratorium.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pemeriksaan Makroskopik dan Mikroskopik Urin
2. Pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik urin
3. Pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik Semen Sperma
C. TUJUAN
1. mengetahui pemeriksaan Laboratorium untuk urin
2. mengetahui pemeriksaan Laboratorium untuk feses
3. mengetahui pemeriksaan Laboratorium untuk Semen sperma

A. PEMEREKSAAN MAKROSKOPIS URIN
I. Judul Pemeriksaan
: Pemeriksaan Makroskopis Urin
a. Tujuan
: - untuk memeriksa sampel urin berdasarkan
bau, warna, kekeruhan, pH, dan Berat Jenis secara makroskopis.

II.

DASAR TEORI :


Pemeriksaan urin pendahuluan merupakan beberapa macam pemeriksaan yang
dianggap sebagai dasar dari pemeriksaan selanjutnya. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan
jumlah urin dan makroskopis urin.
1. Pemeriksaan jumlah urin
Mengukur jumlah urin bermanfaat untuk ikut menentukan adanya gangguan faal ginjal,
kelainan dalam keseimbangan cairan tubuh dan berguna manafsirkan hasil pemeriksaan semi
kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan urin sebagai sampel.
Adapun mengukur jumlah urin dapat dilakukan dengan menggunakan sampel urin 24
jam, urin 12 jam, dan urin sewaktu.
2. Pemeriksaan Urin
a. Pemeriksaan warna urin
Pada umumnya warna urin ditentukan oleh besarnya diuresis, makin besar diuresis maka
makin muda urin itu, biasanya warna normal urin antara kuning muda dan kuning tua. Warna
ini disebabkan oleh beberapa macam zat warna terutama urochrom dan urobilin.
Beberapa faktor yang menyebabkan urin berubah warna yaitu :
1. Kuning
- Zat warna normal dalam jumlah besar : Urobilin dan urochrom
- Zat warna abnormal : Bilirubin
- Obat-obatan dan diagnostic : Santonin, PSP, Riboflavin dll.
2. Hijau

- Zat warna normal dalam jumlah besar : Indikan
- Obat-obatan dan diagnostic : Methylen blue, Evan's blue
- Adanya kuman : ps.Aeroogenosa (B.Pyncyaneus)
3. Merah
- Zat warna normal dalam jumlah besar : Ureorythrin
- Zat warna abnormal : Hemoglobin, porfirin, porfobilin
- Obat-obatan dan diagnostic : Santonin, PSP, amidopyrin, congored
- Adanya kuman : B.Prodigiosus
4. Cokelat
- Zat warna normal dalam jumlah besar : Urobilin
- Zat warna abnormal : Bilirubin, Hematin, Porfobilin
5. Cokelat Tua atau Hitam
- Zat warna normal dalam jumlah besar : Indikan
- Zat warna abnormal : Sarch tua, alkapton, melamin
- Obat-obatan dan diagnostic : Denfat fenol, anirol

6. Serupa susu
- Zat warna normal dalam jumlah besar : Pospat, Urat
- Zat warna abnormal : Push, getah prostate, chylus, zat bacteria, protein yang beku
b. Bau urin yang normal

Disebabkan oleh asam organic yang mudah menguap. Bau yang berlainan dari normal
dapat disebabkan karena makanan, misalnya : Jengkol, pete, durian dll, karena obat
misalnya : Turpentine, Menthol, Balsamun copaipae. Bau amoniak terjadi karena
perombakan bakteri terutam pada urin yang sudah lama. Bau pada ketonuria disebabkan
karena di dalam urin banyak terdapat Aseton, bau busuk terjadi karenan perombakan zat
protein misalnya karena adanya kalsinoma.
3. Pemeriksaan Kejernihan
Pemeriksaan kejernihan dan kekeruhan dapat mengndikasisikan kemungkinan adanya
infeksi, dehidrasi, darah di urin (Hematuria), penyakit hati, kerusakann otot atau eritrosit
dalam tubuh.
Tidak semua macam kekeruhan bersifat abnormal. Urin normal pun akan menjadi agak
keruh jika dibiarkan atau didinginkan, kekeruhan ringan itu disebabkan oleh nubekula dan
terjadi dari lendir, sel-sel epitel dan leukosit yang lambat laun mengendap.
Sebab-sebab urine keruh dari mula-mula, fosfat amorf, carbonat, bakteri, lemak, bendabenda koloid.
Pemeriksaan pH urin dapat memberi petunjuk kearah etionlogi pada infeksi saluran
kencing. Infeksi oleh E.coli biasanya menghasilkan urin asam, sedangkan infeksi oleh protein
merombak ureum menjadi amoniak menyababkan urin menjadi undi. Reaksi pH urin
ditentukan dengan memakai kertas indicator.
Alat dan Bahan


:Alat
1.
2.
3.
4.

Wadah Urin
Urinometer
Termometer
Tabung Reaksi

Bahan
1. Sampel urin segar
2. Kertas pH universal
3. Tisu
Cara Kerja

:1. Bau








Urin segar dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Miringkan cairan dan kipas-kipaskan tangan
permukaan cairan urin
Cium bau yang muncul

pada

2. Warna
Urin segar di masukkan ke dalam tabung reaksi
Amati warna urin pada cahaya yang cukup



3. Kejernihan
Urin segar di masukkan ke dalam tabung reaksi

Amati ada tidaknya kekeruhan pada cahaya yang cukup



4. pH





Urin segar di masukkan ke dalam tabung reaksi
Celupkan kertas pH universal dan tiriskan
Amati ada perubahan warna pada carik pH
Bandingkan perubahan warna kertas pH terhadap
standar pH

5. Berat Jenis

Urin segar di masukkan ke dalam labu urinometer
sebanyak ¾ bagian

Catat suhu tera urinometer

Amati skala pada urinometer

Ukur suhu urin dengan termometer

Masukkan urinometer kedalamnya dan putar

Amati miniskus cairan pada skala berapa saat
urinometer berda di tengah cairan

Hitung berat jenis sebernarnya(BJ terukur)
Pengamatan

Perhitungan

1.Temperatur Tera Urinometer (TT) = 20 °C
2. Temperatur Urin (TU)

= 34 °C

3. BJ terukur

= 1.007

BJ sebenarnya=BJ terukur + (TU-TT)x0,001
3

BJ sebenarnya=BJ terukur + (TU-TT)x0,001
3
BJ sebenarnya =1.007+(34-20)x0,001
3
= 1.007 + 4,67 x 0.001
= 1.012

Hasil Pengamatan:
Identitas pasien
-

Nama
: Tri Sari Tunglau
Umur
: 19 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Hasil pengamatan :
1) Bau
:Tidak berbau
2) Warna
:Kuning muda
3) Kejernihan :Jernih
4) pH
:5
5) Berat Jenis :1.013

Kesimpulan

:

Makroskopi
s
Sampel 1=

Kesimpulan=

Bau

Warna

Tidak
berbau
menyenga
t
Normal

Kuning
Muda
Normal

B. PEMERIKSAAN KIMIA URIN

Kejerniha
n
Jernih

pH

Berat Jenis

5

1.012

Normal

Normal Normal

Pemeriksaan kimia urin ( protein dan glukosa )
I.
II.
III.

IV.

Tujuan
: Untuk mengetahui kadar protein dan glukosa dalam urin
Metode : Bang dan kualitatif heller ( protein ) ; benedict ( glukosa )
Prinsip
:
- Bang : Protein dalam urin akan membentuk kekeruhan atau gumpalan oleh
asam karena mendekati titik isoelektrik protein dibantu dengan pemanasan,
sehingga terbentuk kekeruuhan, butiran, kepingan atau gumpalan sesuai
dengan banyaknya kandungan protein dalam urin.
- Kualitatif Heller : Adanya protein dalam urin akan bereaksi dengan HNO3
pekat membentuk cincin putih.
- Benedict : Glukosa akan mereduksi CUSO4 dalam suasana basa kuat dan
panas membentuk CU2O yang mengendap dan berwarna kuning sampai
merah bata sebanding dengan kadar glukosa dalam urin.
Dasar teori :
Urine adalah suatu larutan kompleks yang mengandung bahan-bahan organik
dan anorganik sisa dari metabolisme tubuh yang di filtrasi oleh gamerolus ginjal dan
dikeluarkan dari tubuh melalui saluran kemih.
Adanya protein dalam urine dinyatakan berdasarkan timbulnya kekeruhan
setelah penambahan sulfosalisil 20% dan asam asetat 6%. Karena padatnya atau
kasarnya kekeruhan sehingga menggunakan sampel urine yang jernih betul.
Pemeriksaan terhadap protein urine termasuk pemeriksaan rutin untuk menyatakan
adanya kekeruhan. Sampel yang digunakan pada percobaan harus urine yg jernih
betul untuk menjadi syarat penting terhadap tes – tes protein. Jika urine yang akan
diperiksa jernih, boleh terus dipakai, kalau keruh pakailah cairan atas dari urine
pusingkan atau fitrat urine.
Pemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urine termasuk pemeriksaan

penyaring. Menyatakan adanya glukosa dapat dilakukan dengan cara yang berbedabeda asasnya. Cara yang tidak spesifik menggunakan sifat glukosa sebagai zat
pereduksi. Pada tes-test semacam itu terdapat suatu zat dalam reagens yang berubah
sifat dan warnanya jika direduksi oleh glukosa. Di antara banyak macam reagens yang
dapat dipakai untuk menyatakan adanya reduksi yang mengandung garam cuprilah
banyak dipergunakan.
Pemeriksaan glukosa urine dengan tes reduksi atau menggunakan benedict ini
memanfaatkan sifat glukosa sebagai pereduksi. Zat yang paling sering digunakan untuk
menyatakan adanya reduksi adalah yang mengandung garam cupri. Reagen terbaik yang
mengandung
garam
cupri
adalah
larutan
Benedict.
Prinsip dari tes Benedict = glukosa dalam urine akan mereduksi kuprisulfat (dalam
benedict) menjadi kuprosulfat yang terlihat dengan perubahan warna dari larutan
Benedict tersebut. Jadi, bila urine mengandung glukosa, maka akan terjadi reaksi

perubahan warna seperti yang dijelaskan di atas. Namun, bila tidak terdapat glukosa,
maka reaksi tersebut tidak akan terjadi dan warna dari benedict tidak akan berubah.
V.

Alat dan bahan :
a. Alat :
- wadah urin
- rak tabung
- tabung reaksi
- pipet ukur

- pipet tetes
- penjepit tabung
- bunsen
-karet penghisap

b. Bahan :
- sampel urin segar
- tissue
- reagen Bang
- HNO3 pekat
- reagen Benedict

VII.

Prosedur kerja :
1. Metode Bang
a. Dimasukkan 2,5 ml urin dalam tabuung reaksi
b. Ditambahkan 0,25 ml pereaksi bang
c. Setelah itu dihomogenkan, lalu dipanaskan pada api bunsen selama
5 menit.
d. Setelah dipanaskan, diamkan dan amati kekeruhan yang terjadi
dengan menggoyangkan cairan. Tentukan hasilnya.
2. Metode Kualitatif Heller
a. Dimasukkan 3 ml HNO3 pekat dalam tabung reaksi
b. Ditambahkan 1-3 ml urin melalui dinding tabung
c. Diamati perubahan yang terjadi.
d. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya cincin putih
3. Metode Benedict
a. Dimasukkan 0,25 ml dalam tabung reaksi
b. Ditambahkan 2,5 ml pereaksi benedict
c. Setelah itu dihomogenkan dan dipanaskan pada api bunsen selama
5 menit
d. Setelah dipanaskan, dinginkan dan diamati perubahan yang terjadi.

VI.

Hasil dan pembahasan
 Hasil
Identitas pasien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Jenis urin :
Hasil :
a. Hasil pemeriksaan protein urin metode Bang
Tingkata
n hasil

kriteria

Negative

Tidak
kekeruhan

Positif 1

Kekeruhan
ringan
tanpa
butir
Kekeruhan jelas
dengan butir –
butir
Kekeruhan jelas
dengan keepingkeping
Menggumpal

Positif 2
Positif 3
Positif 4

Kadar
protein
(g/dl)
ada < 0,01

pengamatan

hasil
Sampel P5

0,01-0,05

Sampel P1

0,05-0,2

Sampel P2

0,2-0,5

Sampel P3

>0,5

Sampel P4

b. Hasil pengamatan protein urin metode kualitatif heller

-

Dari pemeriksaan yang dilakukan dipakai dua sampel untuk pengujian, yaitu
sampel P3 dan P5
Sampel P3 : positif (+), terbentuk cincin putih
Sampel P5 : negative (-), tidak terbenntuk cincin putih

c. Hasil pemeriksaan glukosa urin metode benedict
Tingkata
n hasil

kriteria

Negatif

Cairan
jernih
sedikit
kehijauan dan
tampak
agak
keruh
Cairan
hijau 0,5-1
dengan
end.kuning
End.
Kuning 1-1,5
banyak

Sampel G5

Positif 3

End. orange

1,5-2,5

Sampel G1

Positif 4

Endapan
merah bata

2,5-4

Sampel G3

Positif 1
Positif 2

Kadar
glukosa
(g/dL)
biru 0-0,1
atau

pengamatan

hasil

Sampel G4
Sampel G2

 Pembahasan
Pemeriksaan dengan metode bang untuk pemeriksaan kandungan
protein dalam urin dalam urin semuanya positif mengandung protein kecuali
sampel P5, hasilnya negatif.
Pemeriksaan dengan metode kualitatif heller untuk pemeriksaan
kandungan protein dalam urin, dari kedua sampel ( P3 dan P5) yang diuji
hanya sampel P3 yang positif, yaitu tterbentuk cincin putih. Sedangkan sampel
P5, hasilnyya negative.
Pemeriksaan dengan metode benedict untuk pemeriksaan kandungan
glukosa dalam urin dari ke-5 sampel ( G1, G2, G3, G4, Dan G5 ) hasilnya
positif, kecuali sampel G5, hasilnya negative.
VII.

Kesimpulan
Dari semua sampel yang diuji yaitu sampel P1, P2, P3, dan P4, untuk
pemeriksaan protein hasilnya positif, kecuali sampel P5. Begitu juga dengan
uji Glukosa, semua sampel yang diuji yaitu sampel G1, G2, G3, dan G4,
hasilnya positif, kecuali sampel G5.

Judul Praktikum

: Pemeriksaan Bilirubin

Tujuan Praktikum : Untuk mengidentifikasikan adanya Bilirubin di dalam urine
Prinsip Praktikum
urobilin,urobilinogen

:

Urobilinogen

oleh

iodium

akan

dioksidasikan

menjadi

Urobilin dengan R/Schlesinger akan membentuk suatu senyawa yang
Berflouresensi hijau.
Dasar teori
kuning.

: Bilirubin adalah pigmen alami dari dalam urine yang menghasilkan warna

Ketika urin kental,urobilin dapat membuat tampilan warna
oranye.Kemerahaan
yang intensitasinya bervariasi dengan derajat oksidasi dan kadang-kadang
menyebabkan kencing terlihat merah atau berdarah.Banyak test urin
(Urinalisis)
yang memantau jumlah urobilin dalam urin karena merupahkan zat
penting
dalam metabolisme/produksi urin.
Tingkat Bilirubin dapat memberikan wawasan tentang efektivitas fungsi
saluran
kemih.Urobilinogen adalah larut dalam air dan transparan produk yang
merupahkan produk dengan pengurangan bilirubin dilakukan oleh
interstinal
bakteri .Hal ini dibentuk oleh pemecahaan hemoglobin.Sementara setengah
dari
urobilinogen beredar ke hati.Setengah lainnya diekskresikan melalui feses
sebagai
urobilin .Ketika pernah ada kerusakan hati,kelebihaan itu akan dibuang
keluar
melalui ginjal.Nilai rujukan Dewasa dan anak-anak uji keton negatif(kurang
dari 15
Mg/dl) .
Alat dan Bahan
 Alat

:

Tabung Reaksi
Rak tabung reaksi
Corong
Kotak dengan latar belakang gelap/hitam
Kertas saring
 Bahan
Urine segar
 Reagent
1. Reagent Fouchet
Asam Tricholar Acetat 25 g
Fecl3 10 g
Aquadest 100 ml
2. Bacl2 10%

Prosedur Kerja :
1. Memasukan 5 ml urine yang terlebih dahulu di kocok,dan dimasukan ke dalam tabung
reaksi.
2. Ditambahkan 5 ml Bacl2 10% dicampur dan disaring
3. Kertas saring berisi presipitat dan diangkat,dibuka lipatannya dan diletakkan di atas
petri/gelas arloji.
4. Diteteskan 2-3 tetes reagen Fouchet,diatas kertas saring.
5. Diamati adanya bilirubin yang ditandai dengan warna hijau pada kertas saring
tersebut.
Hasil Pengamatan :
Hasil yang di dapat dari tiga sampel adalah sebagai berikut :
1. Sampel A = Negatif dan terdapat warna Kuning
2. Sampel B = Positif dan terdapat warna Hijau
3. Sampel C = Negatif dan terdapat warna Kuning

Tabel Hasil dan Gambar
Sampel
Sampel A

Tingkatan
Hasil
Negatif

Terbentuk

Sampel B

Positif

Warna Hijau

Sampel C

Negatif

Warna Kuning

Gambar

Warna Kuning

Pembahasaan : Pada praktikum pemeriksaan Bilirubin didapatkan hasil positif pada sampel
B,karena Pada pemeriksaan Bilirubin sampel ditetesi pereaksi Fouchset kertas
saring berubah Warna menjadi hijau,sedangkan kedua sampel yang lain tidak
berwarna hijau.
Kesimpulan

: Dari hasil praktikum pemeriksaan Bilirubin metode Horrison di dapatkan
hasil sampel B positif (+) mengandung Bilirubin.

Pemeriksaan : UROBILIN URINE
Metode : Schlesinger
Tujuan : Untuk mengetahui urobilin dengan adanya fluoresensi hijau terang
Prinsip : Urobilinogen oleh iodium akan dioksidasi menjadi urobilin, Urobilin dengan reagen
schlesinger akan membentuk suatu senyawa yang berfluoresensi hijau.
Dasar Teori :
Urobilin adalah pigmen alami dalam urin yang menghasilkan warna kuning.
Ketika urin kental urobilin dapat membuat tampilan warna orange-kemerahan
yang intensitasnya bervariasi dengan derajat oksidasi dan kadang-kadang
menyebabkan urin terlihat merah atau bedarah.
Banyak tes urin yang memantau jumlah urobilin dalam urin. Karena,
erupakan zat penting dalam metabolism atau produksi urin.
Alat & Bahan :
Alat :
- Tabung reaksi
- Rak tabung
- Corong

- Kotak dengan Latar belakang gelap/hitam
-kertas saring
Bahan :
-Urine segar
Reagen:
1). Reagen Schlesinger:

- Zn

Acetat 10 gram

- Alkohol 96% 100ml
2). Lrutan Lugol:
- Iodium 1gram
- KI 2 gram
- Aquades 300ml

Prosedur :
1. Masukan 5ml urne ke dalam tabung reaksi, tambahkan 4 tetes lugol
campur dan biarkan selam 5 menit atau lebih.
2. Tuangkan 5ml reagen schlesinger campur dan saring
3. Pembacaan hasil, periksalah adanya flouresensi dalam fitrat uji dengan
cahaya berpantul dan dengan latar belakang hitam. Adanya flouresensi
hijau terang menandakan hasil mpositif.

Hasil Pengamatan :
 Pemeriksaan Urobilin metode Schlesinger
Pada percobaan ini, yang di uji ada tiga sampel:
-

Sampel A: Negatif (-) tidak di temukan urobilin pada
sampel urin karena pada saat di filtrat, dikenai dengan

cahaya matahari tidak menghasilkan pantulan atau
fluoresensi hijau pada latar belakang hitam.
-

Sampel B: positif (+) ditemukan urobilin pada sampel urin.

-

Sampel C: Negatif (-) tidak ditemukan urobilin pada
sampel urin.

Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pada
sampel B, ditemukan urobilin pada urin. Karena pada saat di filtrat ditemukan
flouresensi hijau terang

I.
II.

Judul Praktikum

:

Pemeriksaan Mikroskopis Urine

Tujuan

:

Untuk Dapat Mengetahui Adanya Unsur-Unsur

AnOrganik Dan Unsur Organik diDalam Urine
III.

Prinsip Dan Metode
 Prinsip

:
: Unsur-unsur yang

dengan

ada di dalam urine melalui sentrifuge

kecepatan 2000 Rpm selama 5 menit akan menyebabkan

pengendapan unsur-unsur dibagian dasar tabung dan dengan perbesaran
penglihatan dibawah mikroskop dapat ditemukan jenis unsur organik dan
anorganik .
 Metode
IV.

Dasar Teori
Pemeriksaan

: Mikroskopis
:
mikroskopis

urine

yaitu

pemeriksaan

sedimen

urine.

Pemeriksaan mikroskopis urine penting untuk mengetahui adanya kelainan pada
ginjal dan saluran kemih, serta berat atau ringannya suatu penyakit. Urine yang
dipakai adalah urine sewaktu yang segar atau urine yang dikumpulkan dengan
pengawet formalin. Pemeriksaan sedimen urine dilakukan dengan memakai lensa
objektif kecil ( 10 X ) yang dinamakan lapang pandang kecil atau Lpk. Selain itu
dipakai lensa objektif besar ( 40 X ) yang dinamakan lapang pandang besar atau Lpb.

Jumlah unsur sedimen bermakna dilaporkan secra semi kualitatif, yaitu jumlah ratarata per Lpk untuk silinder dan Lpb untuk eritrosit dan leukosit.
Unsur – unsur sedimen yang kurang bermakna, seperti : epitel atau kristal
cukup dilaporkan dengan ( + ) ada, ( ++ ) banyak, dan ( +++ ) banyak sekali. Lazim
nya unsur – unsur sedimen dibagi atas dua unsur yaitu unsur organik dan unsur
anorganik dan unsur organik. Unsur anorganik ialah unsur yang berasal dari suatu
organ atau jaringan, seperti asam urat, amorf, dan kristal sedangkan unsur organik
ialah unsur-unsur yang berasal dari suatu organ seperti : epitel, eritrosit, leukosit,
silinder, potongan jaringan,sperma, bakteri, parasit, epitel renal dan transisional,
lemak, jamur dan trichomonas.
Adanya eritrosit atau leukosit didalam sedimen urine mungkin terdapat
didalam urine wanita yang haid atau berasal dari saluran kemih. Dalam keadaan
normal, tiadak dijumpai adanya eritrosit dalam sedimen urine, sedangkan leukosit
hanya terdapat 0 – 5 / Lpk dan pada wanita dapat pula karena kontaminasi dari
genitalia. Adanya eritroisit dalam urine disebut Hematuria. Hematuria dapat
disebabkan

oleh

pendarahan

dalam

saluran

kemih,

sperti

infark

ginjal,

nephorolithiasis, infeksi saluran kemih, dan penyakit dengfan diatesa hemoragik.
Terdapatnya jumlah leukosit dalam jumlah banyak didalam sedimen urine disebut
Piuria. Keadaan ini sering dijumpai padfa infeksi saluran kemih, atau kontaminasi
dengan sekret vagina pada penderita dengan fluor lobus.
Silinder adalah endaopan protein yang terbentuk didalam tubulus ginjal,
mempumyai matriks berupa glikoprotein ( protein tamm horsfall ) dan kadang-kadang
dipermukaannya terdapat leukosit, eritrosit dan epitel. Pembemntukan silinder
duipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain : osmolalitas, volume, pH, dan adanya
glikoprotein yang disekresi oleh tubulus ginjal. Dikenal bermacam-macam silinder
yang berhubungan erat dengan berat atau ringannya penyakit ginjal. Banyak peneliti
setuju bahwea dalam keadaan normal biisa didapatkan sedikit eritrosit, leukosit, dan
silinder hialin. Terdapatnya silinder selular sperti silinder leukosit, silinder eritrosit
dan silinder epitel dan silinder berbutir selalu menunjukan pada penyakit serius. Pada
pielonefritis dapat dijumpai silinder leukosit dan pada glimerulonefritis akut dapat
ditemukan silinder eritrosit.sedangkan pada penyakit ginjal yang berjalan lanjut dapat
ditemukan siluinder hialin dan silinder berbutir.

Kristal didalam urine tidak ada hubungan langsung dengan batu didalam
saluran kemih. Kristal asam urat, kalsium oksalat,triple fosfat, dan bahan amorf
merupakan kristal yang sering ditemukan didalam sedimen dan tidak mempunyai arti,
karena kristal-kristal tersebut merupakan hasil metabolisme tubuh yang normal.
Tardapatnya unsur-unsur tersebut tergantung banyaknya makanan yang dikomsumsi,
kecepatan matbolisme dalam tubuh, dan kepekatan urine. Disamping itu, mungkin
didapatkan kristal lain yang didapat dari obat-obatan seperti : kristal tirosin dan kristal
leucin.
Epitel merupakan unsur organik yang ada dalam keadaan normal didapatkan
dalam sedimen urine. Dalam keadaan patologis, jumlah epitel ini mengikat seperti
pada infeksi, radang, batu dalam saluran kemih. Pada sindrom nefrotik didalam
sedimen urine mungkin didapatkan oval fat bodies. Ini merupakan epitel tubulus
ginjal yang mengalami degenerasi lemak.
V.

Alat dan Bahan
 Alat
 Wadah urine
 Centrifuge
 Tabung centrifuge
 Rak tabung mini
 Mikroskop
 Objeck glass dan cover glass
 Pipet tetes
 Gelas ukur
 Bahan
 Sampel urine segar

 Tissue
VI.

Prosedur kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dikocok urin dalam wadah urine supaya homegen
3. Dipindahkan urine ke dalam tabung sentrifus sebanyak 7-8 ml
4. Urine tersebut disentrifyus dengan kecepatran 2000 Rpm selama 5 menit
5. Diangkat tabung sentrifus dan dituangkan supernatan urine dan disisakan
bagian endapan sekitar 0,5 ml.
6. Dikocok urine supaya homogen ( bila pakai pewarna tambah 2 tetes ) dan
diambil sedimen dengan pipet tetes.
7. Sedimen urine diteteskan pada objeck glass dan ditutup dengan cover glass.
8. Sediaan sedimen urine diamati dibawah mikroskop dari rata-rata 10 lapang
pandang kaca objeck atau 9 kotak arah diagonal pada kamar hitung plastik
khusus sedimen.
9. Digunakan lensa objektif perbesaran 10 X ( Lpk ) untik melihat silinder, epitel
squamos, kristal abnormal dan bila perlu diganti dengan lensa objektif
perbesaran 40 X ( Lpb ) untuk melihat eritrosit,leukosit, kristal normal, epitel
renal, transisional, bakteri, jamur, trichomonas, lemak dan sperma.

BATAS PELAPORAN SEDIMEN ( mosby 1992 )
Jumlah Batasan Rata - Rata Unsur Dalam Sedimen Urine
Silinder (Lpk)

-

0-2

2-5

5-10

10-25

25-50

 5
0

Kristal
abnormal (Lpk)

-

0-2

2-5

5-10

10-25

25-50

 5
0

Kristal Normal -

(+ )

( ++ )

( +++ )

(LPK)
Eritrosit ( Lpb )

0-2

2-5

5-10

10-25

25-50

50-99

>100

Leukosit

0-2

2-5

5-10

10-25

25-50

50-99

>100

0-2

2-5

5-10

10-25

25-50

50-99

>100

Lain 0-2

2-5

5-10

10-25

25-50

50-99

>100

( Lpb )
Squamos
( Lpk )
Epitel
( Lpb )
Bakteri,Jamur,

(+)

( ++ )

( +++ )

(+)

( ++ )

( +++ )

Trichomonas
( Lpb )
Sperma ( Lpb )

(+) = Sedikit = ada beberapa
( ++ ) = cukup =mudah dilihat
( +++ ) = Banyak = tampak menyolok

PENGAMATAN :
Sedimen

Kriteria

A. Organik

Pengamatan

Bentuk

Jumlah

Lpb
Eritrosit

Urin Normal, ȹ 7 µ
dan tebal 2 µ. Bulat
berbatas tegas, tampak

*

Lpk

bercahaya

kuning

kehijauan 0-1/Lpb.
Urin

hipertonik

bergerigi,
hipertonik,

urin
bengkak,

mudah lisis dan lepas
Hb. (ghost cell).
Leukosit

< 5/Lpb (0-4), bundar,

*

batasnya tepi kurang
jelassitoplasma
bergranula sitoplasma
abu – abu suram atau
hijau
kekuningandengan inti
berwarna gelap.
ɸ 10 – 12 µ. Urin
hipotonik

leukosit

membengkak = blitter
cell.
Epitel

Epitel gepeng : (+)
tampak

*

datar,

sitoplasma

luas,

ireguler inti besar
Dibagian tengah.sering
dijumpai

kurang

bermakna

Epitel transisional : (-) _
bermakna, disebut sel
berekor seperti buah

*

pear < kecil dari epitel
gepeng, inti ditengah
Epitel

tubuler

bermakna,

:

(-) _

*

tampak

seperti leukosit, ukuran
> besar dari leukosit
dan

mempunyai

inti

tunggal
Silinder

a. Silinder Hialin : Silinder hialin

*

0-2/Lpk
b. Silinder
seluler : (-)
 Silinder
eritrosit
 Silinder
leukosit
 Silinder
epitel
 Silinder
berbutir
 Silinder
lemak
 Silinder
lilin
 Silinder
pigmen
Lemak

Oval fatbodies

*

Mocous thrends

Ada sedikit (benang-

*

benang lendir)
Silindroid

Mirip silinder ujungnya

*

seperti benang lendir
Ragi

Berbentuk bulat

*

Bakteri

Batang

*

coccus
Parasit

(-)

*

Telur cacing

(-)

*

Spermatozoa

(-)/(+)

Candida

(-)

*

Schistosoma

(-)

*

Urin asam, (+); seperti

*

haematobium
C. ANORGANIK
Asam urat

prisma,

kuning

kecoklatan
Calsium oxalat

(+);okta hedral/amplop

*

mengkillat
Tripel fosfat

Urin netral/alkali; (+) Tyrocyne
tidak

berwarna, Crystals

mempunyai 3-6 sisi
VII.

Hasil dan Pembahasan

No

KESIMPULAN

HASIL

A

Makroskopis urin

Sampel 1

Sampel 2

Bau

Tidak berbau

Berbau amoniak

B

C

Warna

Bening-kuning mudah

Kuning tua

Kekeruhan

jernih

Keruh

Ph

6

6

Berat jenis

1,015

1,030

KIMIA

-

-

Bang

-

-

Benedict

-

-

MIKROSKOPIS

Ditemukan

unsur Ditemukan

adanya

organik

dalam

urin unsur organik dalam

seperti

Hialin

cast sempel urin ini, seperti

epitel cells, leucyne, silinder Hialin, asam
amorf dan ragi

Dari hasil pemeriksaan mikroskopis ini sempel urin diambil dari :
Sampel 1
Nama

: Ny. Caroline

Umur

: 70 tahun

Jemis kelamin

: perempuan

Alamat

: Oebobo

Sampel 2
Nama
Umur

: Sofia Sugiat
: 63 tahun

urat, dll.

Jenis kelamin : perempuan
Alamat

: Osmok

Ketika sedimen urindibuatkan pada sediaan lalu diamati dibawah mikroskop dengan
perbesaran 10x dan 40x, ditemukan adanya unsur-unsur organik dan anorganik seperti
sel-sel epitel, silinder Hialin, amorf, tyrosine crystals dan ragi

KESIMPULAN
Pada praktikum pemeriksaan secara mikroskopik sempel urin dari pasien Ny. karoline
dan Ny. sofia sugiat positif mengandung unsur-unsur organik seperti silinder, hialin,
sel epitel, amorf tyrosine crytal ragi dll

C. PEMERIKSAAN FESES
Judul : Pemeriksaan Feses (Tinja)
Pemeriksaan Makroskopis, Mikroskopis, dan Kimia Feses
Tujuan :
- untuk membantu klinisi menegakan diagnosa suatu penyakit
- Untuk mengetahui cara pemeriksaan feses dengan baik dan benar
Prinsip :
Stercobilin/Urobilin bereaksi dengan HgCL2 membentuk zat warna merah

Dasar teori :
Pemeriksaan feses ( tinja ) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah
lama dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit. Feses adalah
salah satu parameter yang digunakan untuk membantu dalam penegakan diagnosis suatu
penyakit serta menyelidiki suatu penyakit secara lebih mendalam. Meskipun saat ini telah
berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium yang canggih, dalam beberapa kondisi
pemeriksaan feses masih sangat penting yang tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain.

Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses , cara
pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksan dan interpretasi yang benar akan
menentukan ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi. Feses merupakan spesimen
yang penting untuk diagnosis adanya kelainan pada system traktus gastrointestinal seperti
diare, infeksi parasit, pendarahan gastrointestinal, ulkus peptikum, karsinoma dan sindroma
malabsorbsi.
Pemeriksaan feses dibagi menjadi 3 macam pemeriksaan yaitu pemeriksaan
makroskopis, mikroskopis dan kimia. Pemeriksaan makroskopis terdiri dari Pemeriksaan
jumlah, pemeriksaan warna, pemeriksaan bau, pemeriksaan konsistensi, pemeriksaan lendir,
pemeriksaan darah.pemeriksaan nanah, pemeriksaan parasit dan pemeriksaan adanya sisa
makanan. Pemeriksaan mikroskopis feses terdiri dari pemeriksaan terhadap Protozoa, telur
cacing, leukosit, eritrosit, epitel, kristal,makrofag,sel ragi, dan jamur. Pemeriksaan kimia
meliputi pemeriksaan Darah samar, urobilin, urobilinogen dan bilirubin
Warna
 Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan
terbentuknya urobilin lebih banyak.
 Selain urobilin warna tinja
dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan dan
obat yang dimakan. Warna kuning juga dapat disebabkan karena susu,jagung, lemak
dan obat santonin.
 Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung khlorofil
atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam
mekonium.
 Warna kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam saluran
pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut disebut akholis.
Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas seperti pada
steatorrhoe yang menyebabkan makanan mengandung banyak lemak yang tidak dapat
dicerna dan juga setelah pemberian garam barium setelah pemeriksaan radiologik.
 Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang segar
dibagian distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat.
 Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal saluran
pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain. Warna coklat tua
disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia hemolitik. Sedangkan warna
hitam dapat disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang atau bismuth dan
mungkin juga oleh melena.
Bau
 Pemeriksaan Bau Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja.
 Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna
dan dirombak oleh kuman.
 Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu. Tinja yang berbau tengik
atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi
tinja pada keadaan itu menjadi asam. Konsumsi makanan dengan rempah-rempah
dapat mengakibatkan rempah-rempah yang tercerna menambah bau tinja.

Konsistensi
 Pemeriksaan Konsistensi Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan
bebentuk.
 Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja
yang keras atau skibala didapatkan pada konstipasi.
 Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas.
Konsistensi tinja berbentuk pita ditemukan pada penyakit hisprung. feses yang sangat
besar dan berminyak menunjukkan alabsorpsi usus
Lendir
 Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja.
 Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding
usus.
 Lendir yang terdapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada
usus besar.
 Lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada usus halus.
 Lendir saja tanpa tinja terjadi pada ada disentri, intususepsi dan ileokolitis .
 Lendir transparan yang menempel pada luar feces diakibatkan spastik kolitis, mucous
colitis pada anxietas.
 Tinja dengan lendir dan bercampur darah terjadi pada keganasan serta peradangan
rektal anal.
 Tinja dengan lendir bercampur nanah dan darah dikarenakan adanya ulseratif kolitis,
disentri basiler, divertikulitis ulceratif, intestinal tbc.
 Tinja dengan lendir yang sangat banyak dikarenakan adanya vilous adenoma colon.
Darah dan Nanah
 darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam. Darah itu mungkin
terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja.
 Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur dengan tinja
dan warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung atau varices
dalam oesophagus.
 Pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat di bagian luar
tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma
rektum. Semakin proksimal sumber perdarahan semakin hitam warnanya.
 Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap darah samar.
Tes terhadap darah samar dilakukan untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang
tidak dapat dinyatakan secara makroskopik atau mikroskopik. Adanya darah dalam
tinja selalu abnormal. Pada keadaan normal tubuh kehilangan darah 0,5 – 2 ml / hari.
Pada keadaan abnormal dengan tes darah samar positif (+) tubuh kehilangan darah > 2
ml/ hari
 Pemeriksaan Nanah Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan nanah. Hal ini terdapat
pada pada penyakit Kronik ulseratif Kolon , Fistula colon sigmoid, Lokal abses
 Pada penyakit disentri basiler tidak didapatkan nanah dalam jumlah yang banyak.
Parasit

 Pemeriksaan Parasit Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan spesies
cacing lainnya yang mungkin didapatkan dalam feses.
Sisa makanan
 Hampir selalu dapat ditemukan sisa makana yang tidak tercerna, bukan
keberadaannya yang mengindikasikan kelainan melainkan jumlahnya yang dalam
keadaan tertentu dihubungkan dengan sesuatu hal yang abnormal.
 Sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi
makanan berasal dari hewan, seperti serta otot, serat elastic dan zat-zat lainnya.
 Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan Lugol maka pati
(amylum) yang tidak sempurna dicerna nampak seperti butir-butir biru atau merah.
Penambahan larutan jenuh Sudan III atau Sudan IV dalam alkohol 70% menjadikan
lemak netral terlihat sebagai tetes-tetes merah atau jingga.
Bilirubin, Urobilin dan Urobilinogen
 Urobilin Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang pada
ikterus obstruktif, pada kasus obstruktif total hasil tes menjadi negatif, tinja dengan
warna kelabu disebut akholik
 Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik jika
dibandingkan terhadap tes urobilin,karena dapat menjelaskan dengan angka mutlak
jumlah urobilinogen yang diekskresilkan per 24 jam sehingga bermakna dalam
keadaan seperti anemia hemolitik dan ikterus obstruktif.
 Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal,karena bilirubin dalam
usus akan berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi
menjadi urobilin. Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang
menghalangi perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka
panjang dengan antibiotik yang diberikan peroral, mungkin memusnakan flora usus
yang menyelenggarakan perubahan tadi.Untuk mengetahui adanya bilrubin dapat
digunakan metode pemeriksaan Fouchet
Pemeriksaan mikroskopis
 Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing, leukosit,
eritosit, sel epitel, kristal, makrofag dan sel ragi.
 Protozoa Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru
didapatkan bentuk trofozoit.
 Telur cacing Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator
americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan
sebagainya.
 Leukosit Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh
sediaan. Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan
jumlah leukosit. Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada
penderita dengan alergi saluran pencenaan.
 Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan
bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja
selalu berarti abnormal.

 Epitel Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epite lyaitu yang berasal
dari dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal jarang
terlihat karena sel inibiasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau
ada perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal.
 Kristal Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat
kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium
oksalat didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam
lemak didapatkan setelah banyak makan lemak. Sebagai kelainan mungkin dijumpai
kristal Charcoat Leyden Tinja, Butir-butir amilum dan kristal hematoidin. Kristal
Charcoat Leyden didapat pada ulkus saluran pencernaan seperti yang disebabkan
amubiasis. Pada perdarahan saluran pencernaan mungkin didapatkan kristal
hematoidin.
 Makrofag Sel besar berinti satu dengan daya fagositosis, dalam sitoplasmanya sering
dapat dilihat bakteri selain eritrosit, lekosit .Bentuknya menyerupai amuba tetapi tidak
bergerak.
 Sel ragi Khusus Blastocystis hominis jarang didapat.
 Untuk membedakan antara Candida dalam keadaan normal dengan Kandidiasis
adalah pada kandidiasis, selain gejala kandidiasis, dari hasil pemeriksaan dapat
ditemukan bentuk pseudohifa yang merupakan bentuk invasif dari Candida pada
sediaan tinja. Timbulnya kandidiasis juga dapat dipermudah dengan adanya faktor
risiko seperti diabetes melitus, AIDS, pengobatan antikanker, dan penggunaan
antibiotika jangka panjang.

Alat dan Bahan :
Alat :











Bahan :
Wadah feses
Lidi/pengaduk
Kaca objek
Kaca penutup
Tabung reaksi
Penangas/ api spritus
Rak tabung
Penjepit tabung
Tissue
Mikroskop

Prosedur Kerja :
a. Pemeriksaan Makroskopis Feses :
 Bau
1) Feses segar dalam wadah
2) Kipas-kipaskan tangan pada permikaan wadah
3) Catat bau yang ada

- feses segar
- zat warna eosin 1-2%
- lugol
- asam asetat glasial
- zudan III
- HgCl2

 Warna
1) Amati warna fesse dalam wadah
2) Catat hasil pengamatan
 Konsisitensi
1) Amati konsisitensi feses daalm wadah
2) Catathasil pengamatan
 Lender
1) Angkat bagian fesess dengan lidi/pengaduk
2) Amati lendir yang terdapat dalam feses
3) Catat hasil pengamatan
 Darah
1) Amati ada tidaknya darah dalam feses
2) Catat hasil pengamatan
b. Pemeriksaan Mikroskopis Feses
1. Siapkan 4 kaca objek dan deretkan
2. Tetesi masing-masing 1 tetes zat warna eosin, lugol, asam asetat glacial, sudan III
pada permukaan kaca objek
3. Ambilseujung lidi/sedikit feses , campurkan pada masing-masing tetesan zat warna
4. Aduk sampai menjadi suspense lalu tutup dengan kaca penutup
5. Amati masing-masing apusan dibawah mikroskop dengan pembesaran 10 x untuk
pengamatan serat, lemak, karbohidrat, dan Kristal
6. Lanjutkan pengamatan dengan pembesaran 40 x untuk pengamatan telur cacing, sel
eritrosit dan leukosit, sel epitel, makrofag, amoeba, dan sel ragi
7. Catat hail pengamatan
c. Pemeriksaan Kimia Feses (pemeriksaan stercobilin )
a)
b)
c)
d)

Beberapa gram feses ditambah dengan HgCl2 jenuh dan campur
Panaskan
Amati ada tidaknya stercobilin
Pengamatan hasil dinilai sebagai berikut :
- : tidak ada perubahan warna
+ : terbentuk warna merah

Hasil :
Identitas Pasien :
Nama

: Nadin

Umur

: 12 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat

: Alak

a. Pemeriksaan makroskopis :
 Bau
: khas, bau indol (normal)
 Warna
: kuning coklat
 Konsistensi : lembek
 Lendir
: tidak berlendir (-)
 Darah
: tidak berdarah (-)
b. Pemeriksaan mikroskopis
 Kaca objek asam asetat :
Perbesaran 10 x : sisa serat otot
Perbesaran 40 x : sisa serat tumbuhan dan sisa serat otot
 Kaca objek eosin :
Perbesaran 10 x : kristal hematidin
Perbesaran 40 x : sisa makanan dan serat tumbuhan, leukosit
 Kaca objek lugol :
Perbesaran 40 x : terdapat serat tumbuhan
c. Pemeriksaan kimia
Stercobilin : negatif (-) , tidak ada perubahan warna

Pembahasan :
Hasil pemeriksaan dan pengamatan dilakukan bau : normal (bau indol), warna : kuning
kecoklatan, konsistensi (lembek), lendir : tidak terdapat lendir (-), darah : tidak
terdapat darah (-).
Pemeriksaan mikroskopis dengan menggunakan 3 zar warna tersebut semuanya ditemukan
sisa serat otot, sisa serat tumbuhan, dan ada leukosit. Pemeriksaan kimia untuk
stercobilin : tidak ada perubahan warna (-).

Kesimpulan :
Dari hasil pengamatan disimpilan bahwa, pasien tidak mengalami kelainan atau penyakit
dalam tubuh. Pasien dalam keadaan normal, semua hasilnya normal.
I

II

Makroskopis
Bau
Warna
Konsistensi
Lendir
Darah
Mikroskopis

Hasil
Khas (indol)
Kuning kecoklatan
Lembek
Tidak ada lendir (-)
Tidak ada darah (-)

II
I

Sel epitel
Makrofag
Leukosit
Eritrosit
Kristal-kristal
Sisa-sisa makanan
Sel ragi
Telur cacing
Kimia

-

Darah smear
Stercobilin

Tidak ada perubahan warna (-)


Kristal hematoidin
Sel tumbuhan dan serat otot
-

D. PEMERIKSAAN SPERMA

Judul

: Pemeriksaan Makroskopis Spermatozoa

Tujuan

: Untuk mengetahui pemeriksaan sperma secara makroskopis

Prinsip

: Sperma diambil 20 menit sebelum praktek,langsung diperiksa secara
Makroskopis

Dasar Teori

:

Semen adalah cairan putih dan kental yang keluar dari alat kelamin pria saat
Ejakulasi.sedangkan sperma adalah makhluk kecil yang berenang-renang dalam semen
spermatozoa dihasilkan oleh testis akibat pengaruh testosteron dan menjadi matur didalam
epididimis.

Sperma sendiri hanya akan bertahan hidup dalam lingkungan yang hangat,sekali
meninggalkan tubuh kelangsungan hidup sperma berkurang dan dapat menyebabkan sel mati
sehingga mengurangi kualitas sperma.
Sel sperma terdiri daribeberapa bagianantara lain:
a. kepala
kepala berisi inti dengan kromatin yang padat serat melingkar.dikelilingi oleh akrosom
anterior yang berisi enzim yang digunakan untuk menembussel telur wanita.
b. bagian tengah
bagian tengah memiliki inti,berfilamen pusat dengan berputar.disekitar itu banyak mitokndria
digunakan utuk produksi ATP untuk perjalanan melalui rahim,leher rahim,dan tabung rahim.
c. ekor flagel
ekor flagel mengekskresi gerakan cambukyang mendorongspermatosit tersebut seorang laki –
laki umumnya mengevakulasi kurang lebih 2-5 ml semen.tiap mili mengandung 50-130 juta
sel.
Tahap pembentukan spermatozoa dibagi 3 tahap yaitu:
1. spermatocytogenesis
merupakan spermatogenia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan menjadi
spermatosit primer.
 Spermatogenia
Merupakan struktur primitif dan dapat melakukan rprodusi dengan cara mitosis.
 Spermatosit primer
Mengandung kromosom dipluid (zn) pada inti sel nya dan mengalami mitosis.
2. Tahapan meiosis
Spermatosit 1 (primer) menjauh dari lamina basalis.sitoplasma makin banyak dan
segara mengalami meiosis 1 yang kemudian diikuti dengan meiosis 2.
3. Tahapan spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang mengalami 4 fase
yaitu:fase golgi,fase tutup,fase akrosom dan fase pematangan.
Hasil akir berupa 4 spermatozoa masak.
Beberapa cara memperoleh sperma :
 Mansturbi/onani
 Coitus interuptus
 Coitus condomatosus
Tempat penampungan sperma pada tempat-tempat yang terbuat dari :

 Logam
 Plastik
Sperma yang baru keluar selalu menunjukan adanya gumpalan/kogulum diantara lendir putih
yang cair.
Alat dan bahan :
 Alat :
1) Wadah
2) Timer
3) Pipet tetes
4) Mikroskop
5) Kaca objek
6) Kaca penutup
7) Alat penghitung
 Bahan :
1) Sampel semen
2) Reagen pengencer
- NaHCo3 5 gram
- Formalin 1 ml
- Aquadest 100 ml
- Reagen Gyemza
3) Carik celup/kertas PH

Prosedur kerja :
Makroskopis semen
 pengarahan pada pasien untuk melaksanakan masa abtinisia 3-4 hari.
 pengambilan/penampungan disarankan di labolatorium dengan penampungan
gelas/botol steril.
 catatan yang harus dilaporkan :
 masa abtinensia
 penampungan semen
 cara pengeluaran semen
 waktu pengeluaran semen
 waktu pemeriksaan semen dengan cara:

langsung

1/2 jam ke 1

1/2 jam ke 2
 viskometer

Diukur setelah terjadi liduvaksi (pencairan) yang sempurna,terjadi.(isap semen
dengan pipet,lepaskan/keluarkan sehingga cairan menetes.panjang tetesan diukur biasanya 35 cm.
Hasil:






volume
: 2,0
Ph
:10 (normal basah lemah 7,2 - 8,9)
warna
: putih kanji (normal putih keabuan)
bau
: khas dengan tajam (normal khas)
viskositas : 3 cm 9 norml paling lambat 60 menit,panjang tetesan 3,5 cm).

Judul :
Pemeriksaan Mikroskopis Semen
Tujuan :
Untuk menentukan kalitas semen dengan melakukan analisis semen berupa
pemeriksaan makroskopis dan pemeriksaan mikroskopis.
Prinsip:
Identifikasi jumlah spermatozoa yang gerak pada tetesan langsung/ sediaan
basah dari cairan semen dengan catatan waktu secara tepat. Seperti pada jumlah
sperma per lapang pandang.
Identifikasi jumlah spermatzoa pada sediaan kering dari cairan semen yang di
warnai dan bedakan sel yang hidup tidak berwarna dan sel yang hidup tidak
berwarna dan sel yang mati berwarna dalam 100 sel pada lapang pandang.

Identifikasi bentuk/ morfologi spermatozoa pada sediaan kering yang di warnai
dari cairan semen dan diamati bagian ekor, bagian tengah dan kepala per lapang
pandang.
Dasar Teori:
Analisa semen dapat dilakukan untuk mengevaluasi gangguan fertilitas
(kesuburan) yang disertai dengan atau tanpa disfungsi hormon androgen. Dalam hal ini
hanya beberapa parameter ejakulatif yang diperiksa (dievaluasi) berdasarkan buku
petunjuk WHO “manual for the exmination of human semen and sperm-mucus
interaction”.
Semen merupakan cairan putih atau abu-abu, yang dikeluarkan dari uretra pada
saat ejakulasi. Sperma terdapat atau bagian dari semen di samping cairan-cairan lainnya.
Kuantitas dan kualitas penting sekali dalam fungsi reproduksi. Pada semen yang baik,
sperma akan dapat survive, berenang dan akhirnya mencapai sel ovum di saluran
reproduksi wanita. Sperma dan ovum akan bersatu dalam suatu proses yang di sebut
fertilisasi setengah ayah dan setengah sifat ibu.
Spermatogenesis merupakan peralihan dari bakal sel kelamin yang aktif membelah
ke sperma yang masak serta menyangkut berbagai macam perubahan struktur yang
berlangsung secara berurutan. Spermatogenesis berlangsung pada tubulus seminiferus.
Volume

sperma normal sebesar 3 ml. Sesuai dengan lamanya tidak berejakulasi yaitu

abstinensia 7 hari dan termasuk kategori normal.
Volume cairan ejakulasi (semen) terutama berasal dari cairan vesikula seminalis
(60%) dan kelenjar prostat (15%), sebagai kecil dari kelenjar bulbou