Laporan Pendahuluan Pengukuran Status Nu
Laporan Pendahuluan Pengukuran Status Nutrisi Pada Lansia, Masase Abdomen,
Menghitung Bising Usus dan Diet Tinggi Serat
Oleh Rachel Satyawati Yusuf, 1006666476
Mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 2010
A. Pengukuran Status Nutrisi Lansia
1. Pengertian
Pengkajian status nutrisi digunakan dalam berbagai situasi untuk mennetukan
kemungkinan seseorang mengalami defisiensi nutriens tertentu atau malnutrisi umum.
Pengkajian status nutrisi pada lansia penting karena nutrisi yang buruk mengganggu
penyembuhan luka, menurunkan daya tahan terhadap infeksi, dan karenanya
memperpanjang masa pemulihan dan waktu yang dihabiskan di rumah sakit.
2. Indikasi
Mengidentifikasi data yang perlu dikaji untuk menentukan status nutrisi lansia
(BB, TB, TSF, LLA, LOLA)
Menilai atau menentukan status nutrisi klien lansia
Menentukan kebutuhan kalori klien lansia berbagai usia dan kondisi.
Mengidentifikasi cara meningkatkan pemenuhan kebutuhan nutrisi klien lansia
(baik berupa tindakan keperawatan maupun kolaborasi).
3. Kontraindikasi
Tidak ada
4. Alat dan Bahan
Timbangan
Kaliper
Meteran
Jangka sorong
Alat Pengukur Tinggi Badan
Alat Pengukur Tinggi Lutut
5. Prosedur Penilaian Status Nutrisi Lansia
A. Antropometri
Untuk pengukuran anthropometri pada lansia digunakan pengukuran yaitu :
Umur (Tahun)
BB (BeratBadan)
TB (tinggi badan)
Mengukur Berat Badan (BB)
Penimbangan BB dilakukan secara teratur minimal satu minggu sekali, waspadai
peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0.5 Kg/minggu.
Peningkatan BB
lebih dari 0.5 Kg dalam 1 minggu beresiko terhadap
kelebihan berat badan dan
penurunan berat badan lebih dari 0.5 Kg /minggu
menunjukkan kekurangan berat
badan.
Jika seorang lansia masih sehat dan dapat berdiri tegak maka pengukuran tinggi
badan dapat dilakukan dengan mikrotoise. Namun apabila seorang lansia
tersebut
sudah tidak dapat berdiri tegak diperlukan alat untuk mengukur
tinggi badan yaitu
tinggi lutut dan panjang depan :
Pengukuran tinggi badan dengan tinggi lutut
Tinggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan, sehingga data tinggi
badan didapatkan dari tinggi lutut bagi orang tidak dapat berdiri atau
lansia. Pada
lansia digunakan tinggi lutut karena pada lansia terjadi penurunan
masa tulang
(bungkuk) sukar untuk mendapatkan data tinggi badan akurat.
Data tinggi badan lansia dapat menggunakan formula atau nomogram bagi
orang yang berusia >59 tahun.
Formula (Gibson, RS; 1993)
Pria
= (2.02 x tinggi lutut (cm)) – (0.04 x
umur (tahun)) + 64.19
Wanita
= (1.83 x tinggi lutut (cm)) – (0.24 x
umur (tahun)) + 84.88
Pengukuran tinggi badan dengan panjang depan
Panjang depan relative kurang dipengaruhi oleh pertambahan usia. Pada
kelompok lansia terlihat adanya penurunan nilai panjang depa yang lebih lambat
dibandingkan dengan penurunan tinggi badan sehingga dapat disimpulkan bahwa panjang
depa cenderung tidak banyak berubah sejalan penambahan usia. Panjang depa
direkomendasikan sebagai parameter prediksi tinggi badan, tetapi tidak seluruh populasi
memiliki hubungan 1:1 antara panjang depa dan tinggi badan.
Formula:
Pria
= 118,24 + (0,28 x Panjang Depa) –
(0,07 x Umur) cm
Wanita
= 63,18 + (0,63 x Panjang Depa) –
(0,17 x Umur) cm
B. Indeks Masa Tubuh (IMT)
Berat badan (cm)
Rumus IMT :
Tinggi (m)2
Dengan pengelompokan IMT maka status nurisi lansia adalah
Klasifikasi IMT
Interpretasi
< 17,0
17,0 – 18,4
Kurus (kekurangan berat badan tingkat berat)
Kurus (kekurangan berat badan tingkat ringan)
18,5 – 25,0
Normal
25,1 – 27,0
Gemuk (kelebihan berat badan tingkat ringan)
> 27,0
Gemuk (kelebihan berat badan tingkat berat)
Sumber : (DepKes RI, 2003)
C. Mengukur TSF, MAC, dan MAMC
Triceps skinfold (TSF)
Pengukuran lipatan kulit atau TSF menunjukkan jumlah lemak tubuh.
Informasi ini
bermanfaat
dalam
menentukan risiko dan modalitas
mempromosikan
pengobatan
terkait
kronis dan operasi. Sebuah kaliper khusus digunakan
kesehatan
dengan
untuk
dan
penyakit
mengukur
lipatan kulit. Kaliper harus memahami jaringan subkutan, tidak otot
yang
mendasarinya. Pengukuran dapat diambil dari trisep, subskapularis, bisep,
dan
lipatan kulit suprailiaka.
Ulurkan tangan pasien sehingga menggantung bebas pada sisi
mereka
Temukan lokasi dan tandai ujung dari proses akromion belikat
pada ujung paling
terluar dari bahu dan ujung proses olecranon
dari ulna (Gambar 6-3).
Ukur jarak antara kedua titik tersebut menggunakan pita
pengukur, dan tandai titik
tengahnya
pensil yang tidak dapat dihapus
dengan
pena
lunak
atau
Genggam lipatan vertikal kulit, termasuk lemak tersembunyi, 1
cm di atas titik tengah yang telah ditandai menggunakan ibu jari dan
jari tengah anda
Perlahan tarik lipatan kulit dari jaringan otot yang tersembunyi.
Tempatkan rahang jangka pada sudut yang benar, tepat pada
titik tengah yang telah
Pegang
lipatan
ditandai.
kulit
antara
jari-jari
selama
pengukuran
berlangsung
Ulangi pengukuran sebanyak tiga kali, kemudian hitung rata-rata
hasil
Rekam proses pengukuran hingga ketelitian 5mm (0.5 cm)
Mid-arm circumference (MAC)
Pengukuran lingkar pertengahan lengan atas (LLA/MAC) berfungsi
sebagai indeks untuk massa otot rangka dan protein cadangan.
Instruksikan klien untuk rileks dan lentur lengan bawah, dengan
pita pengukur, mengukur keliling pada titik tengah lengan atas.
Mid-arm muscle circumference (MAMC) dengan rumus:
MAMC (cm) = MAC(cm) – 3.14 x TSF(mm)
10
Nilai standar normal antropometri
Jenis pengukuran
Laki-laki
TSF (mm)
12.5
MAC (cm)
29.3
MAMC (cm)
25.3
Referensi :
Perempuan
16.5
28.5
23.2
Arisman. (2004). Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Brown, Judith et al. (2005). Nutrition Through Lyfe Cycle. USA: Thomson W.
Darmojo R. Boedhi, dkk, 1999. Buku Ajar Geriatri: Ilmu Kesehatan Lanjut Usia. Jakarta:
Balai Penerbit FK UI.
Potter & Perry. (2006).Fundamentals of Nursing. Jakarta: EGC
Watson, Roger. (2003). Perawatan Pada Lansia. Jakarta : EGC
Massage Abdomen
1. Pengertian
Tindakan pijatan atau masase yang dilakukan pada area perut untuk merangsang
pergerakan usus besar dan membantu menyembuhkan sembeliit serta rasa sakit perut intens.
Teknik ini sangat bermanfaat terutama saat terjadi masalah-masalah seperti masalah
pencernaan. Perut adalah pusat dan inti dari tubuh. Banyak kebudayaan di seluruh dunia telah
menggunakan teknik ini untuk membantu penyakit tertentu dan mempertahankan sirkulasi
yang tepat di organ visceral. Pijat ke daerah perut juga dapat mempengaruhi pusat
keseimbangan klien sehingga klien akan nyaman selama dan setelah masase diberikan.
2. Tujuan Massage Abdomen
menekal laju tekanan darah
meningkatkan sirkulasi darah
mengendurkan otot, sekaligus merangsang otot yang lemah untuk bekerja
menghilangkan nyeri
3. Indikasi, Kontraindikasi, Komplikasi
Indikasi:
Sakit Perut
Konstipasi
Saraf motorik bladder rendah
region pelvic
Inflamasi uterus, bladder, ovarium
dan tuba fallopi;
Batu ginjal;
Pijatan yang lurus dan keras setelah
Kontraindikasi:
Saraf motorik bladder tinggi
Mentruasi
Penggunaan IUD
Sesaat setelah pembedahan pada
bagian abdomen
Terdapat infeksi atau kanker pada
makan berat.
4. Alat dan Bahan
Minyak kayu putih, zaitun, baby oil, minyak terapi atau minyak sesuai dengan
selera.
Handuk
Stetoskop
Jam/stopwatch
5. Prosedur Tindakan
a. Siapkan alat dan bahan
b. Jaga privasi klien
c. Jelaskan prosedur dan tujuan intervensi
d. Auskultasi bising usus klien
e. Oleskan minyak pijat di sekitar abdomen. Buka hanya bagian tubuh yang akan
dilakukan pemijatan.
f. Klien posisi tidur telentang
g. Kemudian perawat menggosokkan kedua tangan sampai hangat, mulailah memijit
perut klien dengan pelan-pelan. Gunakan jari-jari dan telapak tangan untuk
menggosok dengan putaran berlawanan dengan arah jarum jam di sekitar daerah
perut, mengikuti jalur kolon yaitu mulai dari kanan ke kiri. Berikan tekanan secara
wajar dengan sedikit tegas ketika memberikan terapi abdominal massage (pastikan
bahwa klien merasa nyaman).
h. Remas seluruh abdomen, pemijatan tidak hanya pada otot perut tetapi juga
menstimulasi organ perut.
i. Untuk memijat usus besar secara keseluruhan, lakukan cicular friction untuk waktu
lama. Dimulai dari area bawah kuadran kiri abdomen sekitar 100 kali per menit.
Gerakan ini mendorong isis kolon menuju rectum.
j. Genggam sebanyak mungkin jaringan abdomen dengan cara mengangkatnya dan
menggetarkannya (gerakan mencubit)
k. Lakukan gerakan meluncur. Dimulai dari satu sisi klien dan raih sisi yang lain
(berlawanan). Tarik bagian tubuh (abdomen) klien ke arah pemijat. Ketika satu tangan
sudah selesai memijat, tangan yang lain memulainya
l. Pindah ke sisi lain dan ulangi langkah ke tujuh di sisi lain tubuh klien.
m. Setelah selesai auskultasi kembali bising usus klien
Referensi:
Abdominal Massage. http://www.mayamassage.co.uk/ (diakses pada 9 Mei 2013)
Beck, M.F. Theory and Practice of Therapeutic Massage.
Geriatric Massage. http://www.bellevuemassagetherapy.com/geriatric-massage.html (diakses pada 19
Maret 2013)
Ryan mcvay. Message Abdomen for healthy. http://healing.about.com/od/massagestyles/a/chi-neitsang.html. (diakses pada (9 Mei 2013)
Penilaian Bising Usus
1. Pengertian Tindakan
Bising usus adalah gemuruh atau suara-suara menggeram dari perut (abdomen)
yang disebabkan oleh kontraksi otot peristaltic (proses pergerakan isi lambung dan usus
ke bawah). Bising usus adalah normal. Ketidakhadiran bising usus dapat menunjukkan
ileus seperti yang terlihat sementara setelah operasi abdomen. Bising usus juga
menunjukkan mortilitas pada usus. Peningkatan bisisng usus dapat menunjukkan
obstruksi usus. Bising usus dapat diketahui atau didengar melalui pemeriksaan fisik
abdomen khususnya auskultasi abdomen.
2. Indikasi, Kontraindikasi, Komplikasi
Indikasi
Gangguan pola eliminasi baik fekal maupun urine
Trauma abdominal
Kanker Kolon
Gangguan atau penyakit lain pada daerah abdominal
Komplikasi
Penekanan yang berlebihan dapat menyebabkan ”nyeri” abdominal yang hebat
3. Alat dan Bahan
Stetoskop
4. Prosedur Tindakan
Jelaskan kepada klien apa yang akan anda lakukan, mengapa hal ini perlu dilakukan,
dan bagaimana klien dapat bekerja sama. Diskusikan bagaimana hasilnya akan
digunakan untuk merencanakan perawatan dan terapi selanjutnya.
Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi yang tepat
Beri privasi klien
Tanyakan apakah klien memiliki salah satu riwayat berikut: insiden nyeri abdomen:
lokasi, urutan, kronologis, kualitas nyeri, dan gejala yang dialami.
Hangatkan tangan dan diafragma stetoskop. (Tangan dan stetoskop yang dingin dapat
menyebabkan kontraksi otot abdomen dan kontraksi ini dapat terdengar selama
auskultasi.
Gunakan diafragma lempeng datar. Suara usus memiliki frekuensi tinggi dan paling
jelas didengar dengan diafragma lempeng datar. Cukup dengan memberikan sedikit
tekanan pada stetoskop.
Tanyakan kapan terakhir klien makan. Setelah baru atau lama selesai makan, bising
usus normalnya meningkat. Bising usus terdengar sangat keras ketika terlambat
makan, bising usus mungkin terdengar secara terus-menerus pada area katup ileosekal
yaitu saat isi saluran pencernaan dari usus halus melalui katup ke usus besar.
Letakkan diafragma lempeng datar stetoskop pada keempat kuadran abdomen di
seluruh sisi auskultasi
Dengarkan bising usus aktif (suara seperti bunyi berkumur) – suara deguk yang tidak
teratur terjadi kira-kira 5-20 detik. Durasi satu bising usus dapat memiliki rentang
kurang dari satu detik atau lebih dari beberapa detik
Bising usus normal yaitu dapat didengar. Penilaian bising usus yaitu (Kozier Erb,
2003)
Normoperistaltik (tiap 5-20 detik)
Tidak ada bising usus. Tidak adanya bising usus (tidak terdengar dalam 35menit) menunjukkan berhentinya motilitas usus
Hipoaktif (yaitu sangat halus dan jarang, misal 1x per menit). Bising usus
hipoaktif menunjukkan menurunnya motilitas dan biasanya karena manipulasi
usus selama pembedahan, inflamasi, ileus paralisis, atau obstruksi usus lanjut.
Hiperaktif/meningkat (yaitu bising usus bernada tinggi, keras, berisik yang
sering terjadi. misal setiap 3detik) juga disebut borborigmus. Bising hiperaktif
menunjukkan peningkatan motilitas usus dan biasanya pada klien yang
mengalami diare, obstruksi usus tahap awal, atau klien dengan penggunaan
laksatif.
Bila usus jarang sekali atau tidak ada, maka tahan selama 3 – 5 menit
-
Letakan bagian bel stetoskop di atas aorta, arteri renal, arteri iliaka untuk
mendengarkan suara pembuluh darah. Bising dapat terdengar pada fase
sistolik dan diastolik, atau kedua fase. Misalnya pada aneurisma aorta,
terdengar bising sistolik (systolic bruit). Pada hipertensi portal, terdengar
adanya bising vena (venous hum) di daerah epigastrium.
Aorta di bawah superior umbilikus
Arteri renal pada garis tengah perut atau ke arah kiri atau ke kanan dari
garis perut bagian atas mendekati panggul
Arteri iliaka pada area bawah umbilikus sebelah kiri atau kanan
Referensi :
Kelompok Keilmuan Keperawatan Dasar dan Keperawatan Dasar. 2006. Buku Panduan Kerja
Laboratorim Dasar Keperawatan. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI.
Kozier, B, et al. 1995. Fundamentals of Nursing : Concepts, Process, and Practice Fifth Edition.
California: Addison-Wesley Publishing Company, Inc.
Kozier, B, et al. 2003. Buku ajar praktik keperawatan klinis. Edisi ke-5. Terjemahan. Jakarta:EGC
Potter, P. A., dan Perry, A.G. 2005. Fundamental of Nursing: Concept, Process, an Practice. Jakarta:
EGC.
Smeltzer, S. C dan Bary, B.G. 2002. Keperawatan Medikal Medah. Jakarta: EGC.
Diet Tinggi Serat
1. Pengertian
Diet tinggi serat merupakan diet seimbang yang dimodifikasi dengan kandungan
serat yang lebih tinggi. Serat ini berguna untuk memperlancar defekasi dan mencegah
timbulnya penyakit yang berbahaya pada saluran pencernaan. Dengan tidak adanya serat
kasar didalam makanan dapat merubah fungsi kolon sehingga menyebabkan apendisitis,
divertikulosis, dan tumor jinak serta ganas pada kolo. (Beck, 2000)
Keluhan konstipasi seing terjadi pada lansia, ditandai dengan sulitnya buang air
besar dan frekuensi yang tidak teratur. Konstipasi merupakan kelambatan dan kesulitan
dalam pengosongan isi perut (defekasi), yang terjadi akibat feses yang terlalu keras atau
volume feses yang terlalu kecil. Pada keadaan normal dalam 24 jam kolon harus
dikosongkan secara teratur. (Beck, 2000)
.
2. Tujuan Diet Tinggi Serat
Tujuan umum diet tinggi serat adalah untuk memberi makanan sesuai kebutuhan
gizi yang tinggi serat sehingga dapat.merangsang peristaltik usus agar defekasi (BAB)
dapat normal kembali.
3. Indikasi
Indikasi
Diet serat tinggi diberikan kepada pasien konstipasi kronis dan penyakit
divertikulosis. Lama pemberian diet disesuaikan dengan perkembangan penyakit
(Almatsier, 2004)
4. Alat dan Bahan
Makanan-makan yang mengandung serat tinggi, seperti:
Sereal atau biji-bijian utuh
Semua produk bekatul (bran) umumnya mengandung serat tidak larut seperti: roti
bekatul/whole grain bread, beras merah, beras tumbuk, havermount, jagung, kacang
hijau.
Buah-buahan. Sebagian besar buah mengandung serat larut dan tidak larut seperti
buah-buahan yang bisa dimakan bersama kulitnya seperti apel, peach, belimbing,
jambu.
Sayuran. Semua sayuran kaya akan serat makanan baik serat larut maupun tidak larut,
tetapi bayam, labu siam, lobak, oyong/gambas, pare, terong dan wortel lebih banyak
mengandung serat larut sedangkan sayuran daun seperti kangkung, daun papaya dan
daun ketela banyak mengandung serat tak larut.
Bahan makanan lain juga banyak mengandung serat seperti agar-agar, cincau, kolangkaling, nata de coco, rumput laut, selasih dan psylium (Hartono, 1999)
5. Prosedur Tindakan
Jelaskan kepada klien apa yang akan anda lakukan, mengapa diet tinggi serat ini perlu
dilakukan, dan bagaimana klien dapat bekerja sama. Diskusikan bagaimana hasilnya
akan digunakan untuk merencanakan perawatan dan terapi selanjutnya.
Jelaskan pengaruh serat makanan terhadap saluran pencernaan
Mulut : makanan yang tinggi serat harus dikunyah lebih lama, sehingga akan terjadi
peningkatan proses mengunyah dan peningkatan pengeluaran air liur. Hal ini akan
membantu mempertahankan kesehatan gigi dan gusi
Lambung : makanan yang tinggi serat akan lebih lama dalam lambung, perlambatan
pengosongan lambung akan menyebabkan lansia merasa kenyang setelah makan
Usus halus : serat akan meningkatkan viskositas isi usus halus dan memperlambat
laju penyerapan produk pencernaan. Prroduk pencernaan tersebut akan berjalan
lebih lama lagi hingga disebelah distal usus halus, dibandingkan dengan keadaan
dimana tidak terdapat serat.
Usus besar : sedikit serat yang diekskresi ke dalam feses tanpa mengalami
perubahan. Sebagian besar serat akan dipecah oleh bakteri dalam sekum dan kolon.
Hasil pemecahan tersebut bersifat menahan air pada pragmen serat yang tersisa
bersama-sama menghasilkan massa tinja yang lebih banyak dan lunak, maka akan
terjadi pengurangan waktu transit dalam kolon, penurunan tekanan intrakolon dan
peningkatan frekuensi buang air besar
Syarat-syarat Diet Tinggi Serat
1. Energi cukup sesuai dengan umur, gender, dan aktifitas.
2. Protein cukup yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.
3. Lemak cukup, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total.
4. Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total.
5. Vitamin dan mineral tinggi, terutama vitamin B untuk memelihara kekuatan
otot saluran cerna.
6. Cairan tinggi, yaitu 2-2,5 liter untuk membantu memperlancar defekasi.
7. Pemberian minum sebelum makan akan membantu merangsang peristaltik
usus.
8. Serat tinggi, yaitu 30-50 gram/hari terutama serat tidak larut air yang berasal
dari beras tumbuk, beras merah, roti whole wheat, sayuran, dan buah
Referensi :
Almatsier, Sunita (2004). Penuntut Diet. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Beck, Mary (2000). Ilmu Gizi dan Diet. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica
Hartono, Andri (1999). Asuhan Nutrisi Rumah Sakit. Jakarta: EGC
Menghitung Bising Usus dan Diet Tinggi Serat
Oleh Rachel Satyawati Yusuf, 1006666476
Mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 2010
A. Pengukuran Status Nutrisi Lansia
1. Pengertian
Pengkajian status nutrisi digunakan dalam berbagai situasi untuk mennetukan
kemungkinan seseorang mengalami defisiensi nutriens tertentu atau malnutrisi umum.
Pengkajian status nutrisi pada lansia penting karena nutrisi yang buruk mengganggu
penyembuhan luka, menurunkan daya tahan terhadap infeksi, dan karenanya
memperpanjang masa pemulihan dan waktu yang dihabiskan di rumah sakit.
2. Indikasi
Mengidentifikasi data yang perlu dikaji untuk menentukan status nutrisi lansia
(BB, TB, TSF, LLA, LOLA)
Menilai atau menentukan status nutrisi klien lansia
Menentukan kebutuhan kalori klien lansia berbagai usia dan kondisi.
Mengidentifikasi cara meningkatkan pemenuhan kebutuhan nutrisi klien lansia
(baik berupa tindakan keperawatan maupun kolaborasi).
3. Kontraindikasi
Tidak ada
4. Alat dan Bahan
Timbangan
Kaliper
Meteran
Jangka sorong
Alat Pengukur Tinggi Badan
Alat Pengukur Tinggi Lutut
5. Prosedur Penilaian Status Nutrisi Lansia
A. Antropometri
Untuk pengukuran anthropometri pada lansia digunakan pengukuran yaitu :
Umur (Tahun)
BB (BeratBadan)
TB (tinggi badan)
Mengukur Berat Badan (BB)
Penimbangan BB dilakukan secara teratur minimal satu minggu sekali, waspadai
peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0.5 Kg/minggu.
Peningkatan BB
lebih dari 0.5 Kg dalam 1 minggu beresiko terhadap
kelebihan berat badan dan
penurunan berat badan lebih dari 0.5 Kg /minggu
menunjukkan kekurangan berat
badan.
Jika seorang lansia masih sehat dan dapat berdiri tegak maka pengukuran tinggi
badan dapat dilakukan dengan mikrotoise. Namun apabila seorang lansia
tersebut
sudah tidak dapat berdiri tegak diperlukan alat untuk mengukur
tinggi badan yaitu
tinggi lutut dan panjang depan :
Pengukuran tinggi badan dengan tinggi lutut
Tinggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan, sehingga data tinggi
badan didapatkan dari tinggi lutut bagi orang tidak dapat berdiri atau
lansia. Pada
lansia digunakan tinggi lutut karena pada lansia terjadi penurunan
masa tulang
(bungkuk) sukar untuk mendapatkan data tinggi badan akurat.
Data tinggi badan lansia dapat menggunakan formula atau nomogram bagi
orang yang berusia >59 tahun.
Formula (Gibson, RS; 1993)
Pria
= (2.02 x tinggi lutut (cm)) – (0.04 x
umur (tahun)) + 64.19
Wanita
= (1.83 x tinggi lutut (cm)) – (0.24 x
umur (tahun)) + 84.88
Pengukuran tinggi badan dengan panjang depan
Panjang depan relative kurang dipengaruhi oleh pertambahan usia. Pada
kelompok lansia terlihat adanya penurunan nilai panjang depa yang lebih lambat
dibandingkan dengan penurunan tinggi badan sehingga dapat disimpulkan bahwa panjang
depa cenderung tidak banyak berubah sejalan penambahan usia. Panjang depa
direkomendasikan sebagai parameter prediksi tinggi badan, tetapi tidak seluruh populasi
memiliki hubungan 1:1 antara panjang depa dan tinggi badan.
Formula:
Pria
= 118,24 + (0,28 x Panjang Depa) –
(0,07 x Umur) cm
Wanita
= 63,18 + (0,63 x Panjang Depa) –
(0,17 x Umur) cm
B. Indeks Masa Tubuh (IMT)
Berat badan (cm)
Rumus IMT :
Tinggi (m)2
Dengan pengelompokan IMT maka status nurisi lansia adalah
Klasifikasi IMT
Interpretasi
< 17,0
17,0 – 18,4
Kurus (kekurangan berat badan tingkat berat)
Kurus (kekurangan berat badan tingkat ringan)
18,5 – 25,0
Normal
25,1 – 27,0
Gemuk (kelebihan berat badan tingkat ringan)
> 27,0
Gemuk (kelebihan berat badan tingkat berat)
Sumber : (DepKes RI, 2003)
C. Mengukur TSF, MAC, dan MAMC
Triceps skinfold (TSF)
Pengukuran lipatan kulit atau TSF menunjukkan jumlah lemak tubuh.
Informasi ini
bermanfaat
dalam
menentukan risiko dan modalitas
mempromosikan
pengobatan
terkait
kronis dan operasi. Sebuah kaliper khusus digunakan
kesehatan
dengan
untuk
dan
penyakit
mengukur
lipatan kulit. Kaliper harus memahami jaringan subkutan, tidak otot
yang
mendasarinya. Pengukuran dapat diambil dari trisep, subskapularis, bisep,
dan
lipatan kulit suprailiaka.
Ulurkan tangan pasien sehingga menggantung bebas pada sisi
mereka
Temukan lokasi dan tandai ujung dari proses akromion belikat
pada ujung paling
terluar dari bahu dan ujung proses olecranon
dari ulna (Gambar 6-3).
Ukur jarak antara kedua titik tersebut menggunakan pita
pengukur, dan tandai titik
tengahnya
pensil yang tidak dapat dihapus
dengan
pena
lunak
atau
Genggam lipatan vertikal kulit, termasuk lemak tersembunyi, 1
cm di atas titik tengah yang telah ditandai menggunakan ibu jari dan
jari tengah anda
Perlahan tarik lipatan kulit dari jaringan otot yang tersembunyi.
Tempatkan rahang jangka pada sudut yang benar, tepat pada
titik tengah yang telah
Pegang
lipatan
ditandai.
kulit
antara
jari-jari
selama
pengukuran
berlangsung
Ulangi pengukuran sebanyak tiga kali, kemudian hitung rata-rata
hasil
Rekam proses pengukuran hingga ketelitian 5mm (0.5 cm)
Mid-arm circumference (MAC)
Pengukuran lingkar pertengahan lengan atas (LLA/MAC) berfungsi
sebagai indeks untuk massa otot rangka dan protein cadangan.
Instruksikan klien untuk rileks dan lentur lengan bawah, dengan
pita pengukur, mengukur keliling pada titik tengah lengan atas.
Mid-arm muscle circumference (MAMC) dengan rumus:
MAMC (cm) = MAC(cm) – 3.14 x TSF(mm)
10
Nilai standar normal antropometri
Jenis pengukuran
Laki-laki
TSF (mm)
12.5
MAC (cm)
29.3
MAMC (cm)
25.3
Referensi :
Perempuan
16.5
28.5
23.2
Arisman. (2004). Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Brown, Judith et al. (2005). Nutrition Through Lyfe Cycle. USA: Thomson W.
Darmojo R. Boedhi, dkk, 1999. Buku Ajar Geriatri: Ilmu Kesehatan Lanjut Usia. Jakarta:
Balai Penerbit FK UI.
Potter & Perry. (2006).Fundamentals of Nursing. Jakarta: EGC
Watson, Roger. (2003). Perawatan Pada Lansia. Jakarta : EGC
Massage Abdomen
1. Pengertian
Tindakan pijatan atau masase yang dilakukan pada area perut untuk merangsang
pergerakan usus besar dan membantu menyembuhkan sembeliit serta rasa sakit perut intens.
Teknik ini sangat bermanfaat terutama saat terjadi masalah-masalah seperti masalah
pencernaan. Perut adalah pusat dan inti dari tubuh. Banyak kebudayaan di seluruh dunia telah
menggunakan teknik ini untuk membantu penyakit tertentu dan mempertahankan sirkulasi
yang tepat di organ visceral. Pijat ke daerah perut juga dapat mempengaruhi pusat
keseimbangan klien sehingga klien akan nyaman selama dan setelah masase diberikan.
2. Tujuan Massage Abdomen
menekal laju tekanan darah
meningkatkan sirkulasi darah
mengendurkan otot, sekaligus merangsang otot yang lemah untuk bekerja
menghilangkan nyeri
3. Indikasi, Kontraindikasi, Komplikasi
Indikasi:
Sakit Perut
Konstipasi
Saraf motorik bladder rendah
region pelvic
Inflamasi uterus, bladder, ovarium
dan tuba fallopi;
Batu ginjal;
Pijatan yang lurus dan keras setelah
Kontraindikasi:
Saraf motorik bladder tinggi
Mentruasi
Penggunaan IUD
Sesaat setelah pembedahan pada
bagian abdomen
Terdapat infeksi atau kanker pada
makan berat.
4. Alat dan Bahan
Minyak kayu putih, zaitun, baby oil, minyak terapi atau minyak sesuai dengan
selera.
Handuk
Stetoskop
Jam/stopwatch
5. Prosedur Tindakan
a. Siapkan alat dan bahan
b. Jaga privasi klien
c. Jelaskan prosedur dan tujuan intervensi
d. Auskultasi bising usus klien
e. Oleskan minyak pijat di sekitar abdomen. Buka hanya bagian tubuh yang akan
dilakukan pemijatan.
f. Klien posisi tidur telentang
g. Kemudian perawat menggosokkan kedua tangan sampai hangat, mulailah memijit
perut klien dengan pelan-pelan. Gunakan jari-jari dan telapak tangan untuk
menggosok dengan putaran berlawanan dengan arah jarum jam di sekitar daerah
perut, mengikuti jalur kolon yaitu mulai dari kanan ke kiri. Berikan tekanan secara
wajar dengan sedikit tegas ketika memberikan terapi abdominal massage (pastikan
bahwa klien merasa nyaman).
h. Remas seluruh abdomen, pemijatan tidak hanya pada otot perut tetapi juga
menstimulasi organ perut.
i. Untuk memijat usus besar secara keseluruhan, lakukan cicular friction untuk waktu
lama. Dimulai dari area bawah kuadran kiri abdomen sekitar 100 kali per menit.
Gerakan ini mendorong isis kolon menuju rectum.
j. Genggam sebanyak mungkin jaringan abdomen dengan cara mengangkatnya dan
menggetarkannya (gerakan mencubit)
k. Lakukan gerakan meluncur. Dimulai dari satu sisi klien dan raih sisi yang lain
(berlawanan). Tarik bagian tubuh (abdomen) klien ke arah pemijat. Ketika satu tangan
sudah selesai memijat, tangan yang lain memulainya
l. Pindah ke sisi lain dan ulangi langkah ke tujuh di sisi lain tubuh klien.
m. Setelah selesai auskultasi kembali bising usus klien
Referensi:
Abdominal Massage. http://www.mayamassage.co.uk/ (diakses pada 9 Mei 2013)
Beck, M.F. Theory and Practice of Therapeutic Massage.
Geriatric Massage. http://www.bellevuemassagetherapy.com/geriatric-massage.html (diakses pada 19
Maret 2013)
Ryan mcvay. Message Abdomen for healthy. http://healing.about.com/od/massagestyles/a/chi-neitsang.html. (diakses pada (9 Mei 2013)
Penilaian Bising Usus
1. Pengertian Tindakan
Bising usus adalah gemuruh atau suara-suara menggeram dari perut (abdomen)
yang disebabkan oleh kontraksi otot peristaltic (proses pergerakan isi lambung dan usus
ke bawah). Bising usus adalah normal. Ketidakhadiran bising usus dapat menunjukkan
ileus seperti yang terlihat sementara setelah operasi abdomen. Bising usus juga
menunjukkan mortilitas pada usus. Peningkatan bisisng usus dapat menunjukkan
obstruksi usus. Bising usus dapat diketahui atau didengar melalui pemeriksaan fisik
abdomen khususnya auskultasi abdomen.
2. Indikasi, Kontraindikasi, Komplikasi
Indikasi
Gangguan pola eliminasi baik fekal maupun urine
Trauma abdominal
Kanker Kolon
Gangguan atau penyakit lain pada daerah abdominal
Komplikasi
Penekanan yang berlebihan dapat menyebabkan ”nyeri” abdominal yang hebat
3. Alat dan Bahan
Stetoskop
4. Prosedur Tindakan
Jelaskan kepada klien apa yang akan anda lakukan, mengapa hal ini perlu dilakukan,
dan bagaimana klien dapat bekerja sama. Diskusikan bagaimana hasilnya akan
digunakan untuk merencanakan perawatan dan terapi selanjutnya.
Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi yang tepat
Beri privasi klien
Tanyakan apakah klien memiliki salah satu riwayat berikut: insiden nyeri abdomen:
lokasi, urutan, kronologis, kualitas nyeri, dan gejala yang dialami.
Hangatkan tangan dan diafragma stetoskop. (Tangan dan stetoskop yang dingin dapat
menyebabkan kontraksi otot abdomen dan kontraksi ini dapat terdengar selama
auskultasi.
Gunakan diafragma lempeng datar. Suara usus memiliki frekuensi tinggi dan paling
jelas didengar dengan diafragma lempeng datar. Cukup dengan memberikan sedikit
tekanan pada stetoskop.
Tanyakan kapan terakhir klien makan. Setelah baru atau lama selesai makan, bising
usus normalnya meningkat. Bising usus terdengar sangat keras ketika terlambat
makan, bising usus mungkin terdengar secara terus-menerus pada area katup ileosekal
yaitu saat isi saluran pencernaan dari usus halus melalui katup ke usus besar.
Letakkan diafragma lempeng datar stetoskop pada keempat kuadran abdomen di
seluruh sisi auskultasi
Dengarkan bising usus aktif (suara seperti bunyi berkumur) – suara deguk yang tidak
teratur terjadi kira-kira 5-20 detik. Durasi satu bising usus dapat memiliki rentang
kurang dari satu detik atau lebih dari beberapa detik
Bising usus normal yaitu dapat didengar. Penilaian bising usus yaitu (Kozier Erb,
2003)
Normoperistaltik (tiap 5-20 detik)
Tidak ada bising usus. Tidak adanya bising usus (tidak terdengar dalam 35menit) menunjukkan berhentinya motilitas usus
Hipoaktif (yaitu sangat halus dan jarang, misal 1x per menit). Bising usus
hipoaktif menunjukkan menurunnya motilitas dan biasanya karena manipulasi
usus selama pembedahan, inflamasi, ileus paralisis, atau obstruksi usus lanjut.
Hiperaktif/meningkat (yaitu bising usus bernada tinggi, keras, berisik yang
sering terjadi. misal setiap 3detik) juga disebut borborigmus. Bising hiperaktif
menunjukkan peningkatan motilitas usus dan biasanya pada klien yang
mengalami diare, obstruksi usus tahap awal, atau klien dengan penggunaan
laksatif.
Bila usus jarang sekali atau tidak ada, maka tahan selama 3 – 5 menit
-
Letakan bagian bel stetoskop di atas aorta, arteri renal, arteri iliaka untuk
mendengarkan suara pembuluh darah. Bising dapat terdengar pada fase
sistolik dan diastolik, atau kedua fase. Misalnya pada aneurisma aorta,
terdengar bising sistolik (systolic bruit). Pada hipertensi portal, terdengar
adanya bising vena (venous hum) di daerah epigastrium.
Aorta di bawah superior umbilikus
Arteri renal pada garis tengah perut atau ke arah kiri atau ke kanan dari
garis perut bagian atas mendekati panggul
Arteri iliaka pada area bawah umbilikus sebelah kiri atau kanan
Referensi :
Kelompok Keilmuan Keperawatan Dasar dan Keperawatan Dasar. 2006. Buku Panduan Kerja
Laboratorim Dasar Keperawatan. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI.
Kozier, B, et al. 1995. Fundamentals of Nursing : Concepts, Process, and Practice Fifth Edition.
California: Addison-Wesley Publishing Company, Inc.
Kozier, B, et al. 2003. Buku ajar praktik keperawatan klinis. Edisi ke-5. Terjemahan. Jakarta:EGC
Potter, P. A., dan Perry, A.G. 2005. Fundamental of Nursing: Concept, Process, an Practice. Jakarta:
EGC.
Smeltzer, S. C dan Bary, B.G. 2002. Keperawatan Medikal Medah. Jakarta: EGC.
Diet Tinggi Serat
1. Pengertian
Diet tinggi serat merupakan diet seimbang yang dimodifikasi dengan kandungan
serat yang lebih tinggi. Serat ini berguna untuk memperlancar defekasi dan mencegah
timbulnya penyakit yang berbahaya pada saluran pencernaan. Dengan tidak adanya serat
kasar didalam makanan dapat merubah fungsi kolon sehingga menyebabkan apendisitis,
divertikulosis, dan tumor jinak serta ganas pada kolo. (Beck, 2000)
Keluhan konstipasi seing terjadi pada lansia, ditandai dengan sulitnya buang air
besar dan frekuensi yang tidak teratur. Konstipasi merupakan kelambatan dan kesulitan
dalam pengosongan isi perut (defekasi), yang terjadi akibat feses yang terlalu keras atau
volume feses yang terlalu kecil. Pada keadaan normal dalam 24 jam kolon harus
dikosongkan secara teratur. (Beck, 2000)
.
2. Tujuan Diet Tinggi Serat
Tujuan umum diet tinggi serat adalah untuk memberi makanan sesuai kebutuhan
gizi yang tinggi serat sehingga dapat.merangsang peristaltik usus agar defekasi (BAB)
dapat normal kembali.
3. Indikasi
Indikasi
Diet serat tinggi diberikan kepada pasien konstipasi kronis dan penyakit
divertikulosis. Lama pemberian diet disesuaikan dengan perkembangan penyakit
(Almatsier, 2004)
4. Alat dan Bahan
Makanan-makan yang mengandung serat tinggi, seperti:
Sereal atau biji-bijian utuh
Semua produk bekatul (bran) umumnya mengandung serat tidak larut seperti: roti
bekatul/whole grain bread, beras merah, beras tumbuk, havermount, jagung, kacang
hijau.
Buah-buahan. Sebagian besar buah mengandung serat larut dan tidak larut seperti
buah-buahan yang bisa dimakan bersama kulitnya seperti apel, peach, belimbing,
jambu.
Sayuran. Semua sayuran kaya akan serat makanan baik serat larut maupun tidak larut,
tetapi bayam, labu siam, lobak, oyong/gambas, pare, terong dan wortel lebih banyak
mengandung serat larut sedangkan sayuran daun seperti kangkung, daun papaya dan
daun ketela banyak mengandung serat tak larut.
Bahan makanan lain juga banyak mengandung serat seperti agar-agar, cincau, kolangkaling, nata de coco, rumput laut, selasih dan psylium (Hartono, 1999)
5. Prosedur Tindakan
Jelaskan kepada klien apa yang akan anda lakukan, mengapa diet tinggi serat ini perlu
dilakukan, dan bagaimana klien dapat bekerja sama. Diskusikan bagaimana hasilnya
akan digunakan untuk merencanakan perawatan dan terapi selanjutnya.
Jelaskan pengaruh serat makanan terhadap saluran pencernaan
Mulut : makanan yang tinggi serat harus dikunyah lebih lama, sehingga akan terjadi
peningkatan proses mengunyah dan peningkatan pengeluaran air liur. Hal ini akan
membantu mempertahankan kesehatan gigi dan gusi
Lambung : makanan yang tinggi serat akan lebih lama dalam lambung, perlambatan
pengosongan lambung akan menyebabkan lansia merasa kenyang setelah makan
Usus halus : serat akan meningkatkan viskositas isi usus halus dan memperlambat
laju penyerapan produk pencernaan. Prroduk pencernaan tersebut akan berjalan
lebih lama lagi hingga disebelah distal usus halus, dibandingkan dengan keadaan
dimana tidak terdapat serat.
Usus besar : sedikit serat yang diekskresi ke dalam feses tanpa mengalami
perubahan. Sebagian besar serat akan dipecah oleh bakteri dalam sekum dan kolon.
Hasil pemecahan tersebut bersifat menahan air pada pragmen serat yang tersisa
bersama-sama menghasilkan massa tinja yang lebih banyak dan lunak, maka akan
terjadi pengurangan waktu transit dalam kolon, penurunan tekanan intrakolon dan
peningkatan frekuensi buang air besar
Syarat-syarat Diet Tinggi Serat
1. Energi cukup sesuai dengan umur, gender, dan aktifitas.
2. Protein cukup yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.
3. Lemak cukup, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total.
4. Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total.
5. Vitamin dan mineral tinggi, terutama vitamin B untuk memelihara kekuatan
otot saluran cerna.
6. Cairan tinggi, yaitu 2-2,5 liter untuk membantu memperlancar defekasi.
7. Pemberian minum sebelum makan akan membantu merangsang peristaltik
usus.
8. Serat tinggi, yaitu 30-50 gram/hari terutama serat tidak larut air yang berasal
dari beras tumbuk, beras merah, roti whole wheat, sayuran, dan buah
Referensi :
Almatsier, Sunita (2004). Penuntut Diet. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Beck, Mary (2000). Ilmu Gizi dan Diet. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica
Hartono, Andri (1999). Asuhan Nutrisi Rumah Sakit. Jakarta: EGC