Analisis Permasalahan dan Kebijakan Guna

ANALISIS PERMASALAHAN DAN KEBIJAKAN GUNA
MENANGGULANGI KENAKALAN REMAJA DI DESA
MRANGGEN

Disusun guna memenuhi Nilai Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Analisis
Kebijakan Publik
Dosen Pengampu:
Dr. KISMARTINI, Msi
Dra. DEWI ROSTYANINGSIH, Msi
THALITA RIFDA KHAERANI S.AP, M.Si
Oleh :
Gabriela Dhina Gutami
Zulaikha Sari Handayani
Rizky Arvianto Wibowo
Himawan Bagas Wirastomo
Yulia Karunianingsih
Indra Hadistia Kurniawan

/14020115120057 (25)
/14020115120058 (26)
/14020115130062 (27)

/14020115130070 (28)
/14020115130071 (29)
/14020115130074 (30)

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2017

Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................6
1.3 Tujuan Penilitian......................................................................................................6
1.4 Tinjauan Pustaka......................................................................................................6
1.4.1 Pengertian dan Fase Juvenile Deliquency..........................................................6
1.4.2 Jenis Juvenile Deliquen.....................................................................................8
BAB II GAMBARAN UMUM........................................................................................10
BAB III HASIL PENELITIAN........................................................................................11
3.1 Fenomena Kenakalan Remaja di Desa Mranggen..................................................11

3.1.1 Narkoba...........................................................................................................12
3.1.2 Miras...............................................................................................................13
3.1.3 Curanmor........................................................................................................14
3.1.4 Pernikahan Dini / Hamil Duluan.....................................................................14
3.2 Faktor Penyebab Kenakalan Remaja di Desa Mranggen........................................15
3.2.1 Culture Shock terhadap Teknologi terutama Smartphone................................15
3.2.2 Pendidikan yang Kurang mengenai Kenakalan Remaja..................................15
3.2.3 Penutupan Tempat Lokalisasi yang Ada di Jakarta dan Purwodadi.................16
3.2.4 Munculnya Karaoke dan Tempat Hiburan Lainnya.........................................16
3.2.5 Minuman Keras dan Narkoba yang Sudah Masuk Desa..................................17
3.3 Dampak Kenakalan Remaja di Desa Mranggen.....................................................17
3.3.1 Dampak bagi Diri Sendiri................................................................................18

2

3.3.2 Dampak bagi Keluarga....................................................................................19
3.3.3 Bagi Lingkungan Masyarakat..........................................................................19
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................................21
4.1 Tujuan Kebijakan guna Menanggulangi Kenakalan Remaja di Desa Mranggen....21
4.2 Kriteria Kebijakan guna Menanggulangi Kenakalan Remaja di Desa Mranggen...21

4.3 Usulan Alternatif Kebijakan guna Menanggulangi Kenakalan Remaja di Desa
Mranggen.....................................................................................................................22
4.3.1 Hotline Pengaduan..........................................................................................22
4.3.2 Pembuatan Taman (yang dapat digunakan oleh remaja untuk menyalurkan
bakat).......................................................................................................................23
4.3.3 Pelatihan Keterampilan...................................................................................23
4.4 Penilaian Alternatif................................................................................................24
4.4.1 Skoring Alternatif............................................................................................24
4.4.2 Alasan Skoring Akternatif...............................................................................26
Alternatif..................................................................................................................26
Kriteria.....................................................................................................................26
BAB V PENUTUP...........................................................................................................30
5.1 Kesimpulan............................................................................................................30
5.2 Saran......................................................................................................................30
Daftar Pustaka..................................................................................................................32
Interview Guide...............................................................................................................32
Dokumentasi....................................................................................................................33

3


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Desa Mranggen berada dalam wilayah Kecamatan Mranggen Kabupaten
Demak. Desa Mranggen berbatasan dengan Desa Brumbung di utara dan Desa
Batursari serta Desa Kangkung di selatan, untuk wilayah barat berbatasan dengan
Desa Bandung Rejo dan Desa Batursari sedangkan timur berbatasan dengan Desa
Kangkung serta Desa Kembangarum. Selain itu Desa Mranggen memiliki posisi
strategis di jalur utama Semarang – Purwodadi – Blora. Desa Mranggen juga baru
saja melaksanakan pemilihan kepala desa yang akhirnya terpilih Bapak Arifin,
beliau berusia enam puluh satu tahun sekaligus merupakan pensiunan guru
bimbingan dan konseling SMP Negeri 1 Mranggen.
Berdasarkan penuturan bapak Kepala Desa Mranggen bahwa Desa
Mranggen sekarang tergolong desa minus atau desa miskin dimana jatah raskin
yang disalurkan kepada Desa Mranggen tergolong tinggi. Kondisi ini sangat
terbalik dengan kondisi desa sebelah seperti Desa Brumbung yang

lebih

sejahtera. Kepala desa menyampaikan bahwa dulu Desa Mranggen terkenal
dengan perkebunan tembakau yang


disalurkan kepada PT. Djarum namun

sekarang telah tiada, dimana terjadi alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan
perumahan. Hal ini merupakan imbas Desa Mranggen yang merupakan daerah
penyangga Kota Semarang yang kemudian banyak masyarakat yang memilih
membeli rumah di daerah Mranggen.
Dengan adanya alih fungsi lahan pertanian ini menyebabkan banyak
masyarakat Desa Mranggen

yang berubah profesi yang sebelumnya petani

menjadi buruh pabrik baik di sekitar Mranggen atau ke Kota Semarang. Dimana
arus pekerja ini tampak ketika waktu berangkat kerja di pagi hari dan pulang kerja
di sore hari.
Hal yang menunjukan Desa Mranggen adalah desa minus adalah dari sisi
kesehatan karena Desa Mranggen merupakan daerah endemik dari demam
berdarah dengue ( DBD ) dan kaki gajah yang disebabkan lingkungan rumah
masyarakat yang kumuh dan jorok. Namun diantara berbagai permasalahan yang


4

muncul di Desa Mranggen. Kami menangkap satu permasalahan yang
menghinggapi pikiran bapak Kepala Desa Mranggen yaitu permasalahan
kenakalan remaja di Desa Mranggen.
Mengapa kenakalan remaja menjadi pikiran utama dari Bapak Arifin
selaku Kepala Desa Mranggen karena beliau selaku mantan pendidik atau guru
khawatir dengan kondisi remaja Desa Mranggen karena dari sisi jenjang
pendidikan jarang yang berhasil sampai sarjana dan kebanyakan sampai jenjang
SMP dan selanjutnya mereka memilih bekerja di pabrik, hal ini dibuktikan tingkat
pengurusan SKCK di Desa Mranggen tinggi. Selanjutnya kenakalan remaja ini
timbul karena ada pengaruh dari desa tetangga yang salah satu desa tersebut
terkenal dengan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor.
Efeknya adalah merambahnya pengaruh remaja desa sebelah tersebut
kepada remaja Desa Mranggen khususnya dalam tindak pidana pencurian
kendaraan bermotor,

salah satu contoh kasusnya adalah pernah diadakannya

pelatihan membobol kendaraan khususnya motor dalamwaktu 2 – 5 menit. Oleh

sebab itu menjadi kekhawatiran bapak kepala desa karena remaja Desa Mranggen
dapat terpengaruh untuk mencuri kendaraan bermotor. Selain itu adanya perilaku
seks bebas mulai melanda remaja Desa Mranggen, dimana ditemukan remaja
kelas 2 SMP perempuan yang telah hamil diluar nikah.
Selanjutnya adalah peredaran minuman keras atau alkohol seperti ciu dan
cong yang yang telah merambah remaja Desa Mranggen, setelah itu mulai
menjamurnya karaoke liar di

sekitar desa tetangga dari Desa Mranggen.

Ditambah mulai masuknya narkoba sejenispil. Hal ini sungguh ironis sekali bagi
Desa Mranggen dimana desa yang terkenal dengan Islaminya dan masuk wilayah
KabupatenDemak yang terkenal sebagai Kota Wali, generasi mudanya dapat
rusak karena efek pergaulan dan efek minuman keras serta narkoba.
Maka berbagai permasalahan tersebut perlu kita segera atasi agar tidak
meluas. Jika tidak ditemukan kebijakan yang

tepat dalam menanggulangi

kenakalan remaja tersebut maka kenakalan remaja tersebut dapat tumbuh subur di

DesaMranggen, apalagi dengan kondisi jenjang pendidikan remaja yang rendah
serta didorong pengaruh yang buruk maka permasalahan mengenai kenakalan

5

remaja di Desa Mranggen perlu segera diatasi agar generasi mudanya dapat
produktif bukan menjadi perlaku kriminal.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa penyebab dan dampak kenakalan remaja di Desa Mranggen ?
2. Apa solusi kebijakan untuk menyelesaikan persoalan kenakalan remaja di
Desa Mranggen ?

1.3 Tujuan Penilitian
1. Mengetahui penyebab dan dampak kenakalan remaja di Desa Mranggen.
2. Memberikan solusi atau alternatif kebijakan guna menyelesaikan persoalan
kenakalan remaja di Desa Mranggen.

1.4 Tinjauan Pustaka
1.4.1 Pengertian dan Fase Juvenile Deliquency

Juvenile deliquecy secara etimologi dapat dijabarka bahwa Juvenile adalah
anak dan deliquency adalah kejahatan , dengan demikian Juvenile Deliquency
adalah kejahatan anak. Bila dilihat dari segi pelakunya berarti penjahat anak atau
anak jahat.
Dalam studi inter disipliner ilmu pengetahuan sangat susah untuk
menjelaskan secara komprehensif juvenile deliquency, salah satu pakar sosio
kultural DRS. B. Simanjuntak, S.H (dalam Drs Sudarsono Sh. Msi) memberi arti
suatu perbuatan delikuen apabila perbuatan-perbuatan tersebut bertentangan
dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat di mana ia hidup, atau suatu
perbuatan yang anti-sosial dimana di dalamnya terkandung unsur-unsur anti
noratif. Secara psikologi Juvenile Deliquency ini berdampak negatif bagi anak
sebgai pelakunya, bila menjadi sebuah panggilan khusus.
DRS. B. Simanjuntak, S.H lebih menegasakan penggunaan kata kenakalan
remaja pada Juvenile Deliquency dari pada kata kejahatan itu sendiri, sedangkan
dalam arti anak anak disini termasuk juga anak terlantar yang membutuhkan
bantuan, pengemis dan gelandangan. Sedangkan pengertian yang lebih luas

6

mengenai kenakalan remaja adalah perbuatan / kejahatan / pelanggaran yang

dilakukan oleh anak remaja yang bersifat melawan hukum, anti sosial, anti susila
dan menyalahi norma agama.
Kenakalan remaja tmeliputi perbuatan yang meresahkan warga , sekolah
maupun keluarga. Contoh sederhana muncuri di perkampungan, perkelahian
anatar siswa maupun antar sekolah, perilakuaku memusuhi l keluargan, dan
kegaiatan lain seperti menghisap ganja, vandalisme. Dalam mengatasi kenaklan
remaja perlu klasifikasi dengan cara melacak rentan umur pada kehidupan
amnusia Drs. Andi Mappiare mengutip lengkap Elizabeth B harlock menulis
mengenai rentan kehidupan manusia:
Prenatal

: Saat konsepsi dapai lahir

Masa Neonatal

: Lahir sampai akhir minggu kedua

Masa bayi

: akhir minggu kedua sampai akhir tahun kedua


Masa kanak-kanak awal

: dua sampai enam tahun

Masa kanak-kanak akhir

: 6 – 10 tahun

Pubertas pra adolesen

: 10-14 tahun

Masa remaja awal

: 24-17 tahun

Masa remaja akhir

: 17-21 tahun

Masa dewasa awal

: 21-40 tahun

Masa setengah baya

: 40-60 tahun

Masa tua

: 60 sampai meninggal

Salah satu gejala awal anak anak telah masuk kepada fase remaja adalah
pubertas berdasarkan teori elizabeth harlock pada fase ketujuh dan dan delapan
adalah masuk keompok anak remaja.dengan demikian apabila seorang anak

7

masuk pada fase remaja dan melakukan sebuah pelanggaran norma yang ada pada
masyarakat perbuatan tersebut masih digolongkan pada kenakalan remaja.

1.4.2 Jenis Juvenile Deliquen
Secara umum delikuen yang dilakukan oleh remaja diba gi menjadi 2 yaitu
delikuen sosiolgis dan delikuen individual , pembagian ini berdasarkan oleh sifat
dan perbuatan :
Delikuen sosiologis : dimana anak memusuhi semua konteks masyarakat
kecuali masyarakatnya sendiri. Banyak anak tidak merasa bersalah dengan
mengambil hak orang lain, melakukan kerugian pada masyarakat, asal bukan
merugikan kelompoknya sendiri.
Delikuen individu : anak bertindak memusuhi semua orang baik itu
tetangga, kawan dan sekolah, bahkan keluarga dekatnya sendiri. Hal ini
menyebabkan rusaknya hubungan keluargan seiring dengan bertambahnya usia.
Kedua bentuk delikuen sama –sama bersifat merugikan dan meresahkan
dilingkungan masyarakat. Dua bentuk delikuen ini bersifat saling mendukung
dalam berkembang. dalam kehidupan sering kita jumpai tumbuhnya delikuen
yang disebabkan duahal ini, seperti halnya kenakalan remaja diakibatkan dari
masalah intern keluarga seperti Broken Home dan ditunjang dengan pergaulanya.
Tidak jarang pula anak menjadi delikuen dikarenakan meniru kebiasan pergaulan
teman sebayanya pada suatu lingkungan.
Untuk mengetahui sebuah tindakan anak dikatan sebagai delikuen atau
tidak, nisa dilakukan dengan cara memandang faktor hukum pidana sebagai
hukum positif di Indonesia dan faktor budaya di sekitar tempat tinggal anak
tersebut.
Hukum pidana merumuskan suatu tindakan dikatakan salah atau benar
melalui hukum dalam negara, sehingga di setiap negara memilikikonsekuensi
yang berbeda-beda dalam menilai suatu tindakan.

8

Menentukan delikuen melalui norma adat maupun budaya setempat, suatu
diakatakn delikuen apabila tidak sesuai adat tempat dimana dia tinggal. Sehingga
pandangan mengenai tindakan delikuen berbeda di setiap masyarakat. Seperti
contoh adat atau budaya masyarakat kota dan desa, keduanya memiliki norma
yang berbeda dan budaya hidup yang berbeda sehingga menghasilkan kebiasan
hidup yang berbeda bagi setiap individunya.

9

BAB II GAMBARAN UMUM
Desa Mranggen adalah salah satu desa yang ada di Kabupaten Demak,
tepatnya di Kecamatan Mranggen. Desa Mranggen ini berbatasan dengan Desa
Kembangarum di sebelah Timur, Desa Kanggung di sebelah Selatan, Desa
Bandung Rejo di sebelah Barat dan Desa Blumbung di sebelah Utara.
Bila Kecamatan Mranggen merupakan kecamatan di Kabupaten Demak
dengan

jumlah

penduduk

tertinggi,

maka

Desa

Mranggen

merupakan

desa/kelurahan dengan jumlah penduduk tertinggi ketiga setelah Desa Batursari
dan Desa Kebonbatur. Jumlah penduduk di desa ini mencapai 12.950 jiwa dengan
jumlah penduduk laki – lakinya berjumlah 6.468 jiwa dan penduduk
perempuannya mencapai 6.482 jiwa.
Desa Mranggen saat ini dipimpin oleh Kepala Desa yang bernama Bapak
H. Kemat Arifin, S.Pd. Untuk menunjang kegiatan desa, Desa Mranggen sendiri
memiliki anggaran pendapatan mencapai Rp. 1.549.527.795,00. Sedangkan
anggaran belanjanya mencapai Rp. 1.581.868.047,00. Anggaran ini berlaku
selama tahun anggaran 2017

10

BAB III HASIL PENELITIAN
3.1 Fenomena Kenakalan Remaja di Desa Mranggen
Remaja yang merupakan bagian dari generasi muda adalah aset Nasional
dan merupakan tumpuhan harapan bagi masa depan bangsa dan Negara serta
agama. Untuk mewujudkan semuanya sudah tentu semestinya ini merupakan
kewajiban dan tugas kita semua baik orang tua, pendidik pemerintah untuk
mempersiapkan generasi muda menjadi generasi yang tangguh dan berwawasan
atau berpengetahuan yang luas dengan jalan membimbing dan menjadikan mereka
semua sehingga menjadi warga Negara yang baik dan bertanggung jawab secara
moral.
Pembinaan dan pengembangan generasi muda merupakan tanggung jawab
bersama antara guru, keluarga, masyarakat, pemuda dan pemerintah serta di
tunjukkan untuk meningkatkan kualitas generasi,muda. Namun kenyataan telah
menunjukkan bahwa perubahan zaman di Era Globalisasi yang ditandai dengan
kemajuan (IPTEK) ilmu pengetahuan dan teknologi selalu mengakibatkan
perubahan sosial, dengan semakin canggihnya teknologi komunikasi, transportasi
dan sistem informasi membuat perubahan masyarakat semakin melaju dengan
cepat. Dalam menghadapi situasi yang demikian remaja sering kali memiliki jiwa
yang lebih sensitif, yang pada akhirnya tidak sedikit para remaja yang terjerumus
ke hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai moral, norma agama, norma sosial
serta norma hidup dimasyarakat oleh karena itu remaja akan cenderung
mempunyai tingkah laku yang tidak wajar dalam arti melakukan tindakkan yang
tidak pantas.
Salah satu penyebab sulit berkembangnya suatu bangsa adalah rendahnya
kualitas generasi muda disuatu negara. Kualitas generasi muda atau remaja saat
ini akan menentukan kualitas suatu bangsa di masa yang akan datang, karena
mereka merupakan subjek pembangunan yang perlu diarahkan dan ditingkatkan
dalam perkembangan hidupnya. Jika dalam suatu negara ataupun wilayah
ditemukan generasi muda dalam kondisi yang tidak baik maka dapat dipastikan

11

dimasa yang akan datang tidak akan terwujud suatu tujuan pembangunan yang
diharapkan. Berkaitan dengan hal tersebut, berdasarkan hasil penelitian kelurahan
Mranggen, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah ditemukan
bahwa terdapat fenomena yang menunjukkan rendahnya kualitas generasi muda di
desa tersebut yang berkaitan dengan kenakalan remaja. Menurut pernyataan
Bapak Arifin selaku Lurah di Kelurahan Mranggen, kenakalan remaja di daerah
tersebut menjadi permasalahan yang sangat meresahkan dan perlu mendapat
perhatian khusus dalam penangannya. Adapun didalamnya yang termasuk dalam
fenomena kenakalan remaja yang terjadi di daerah tersebut antara lain :

3.1.1 Narkoba
Narkoba (Narkotika dan obat-obatan terlarang) dapat dikatakan sebagai
pelaku utama dalam merusak generasi muda. Obat-obatan terlarang ini sebenarnya
obat legal yang digunakan dalam dunia kedokteran, namun dewasa ini Narkoba
banyak disalahgunakan. Bahkan kalangan anak muda tidak sedikit yang
menggunakan narkoba. Banyak dari mereka yang menggunakan Narkoba dengan
alasan untuk kesenangan batin, namun sayangnya tidak banyak yang mengetahuai
bahaya narkoba. Pengertian Narkotika secara umum adalah obat-obatan yang
mampu membius. Dengan kata lain, narkotika adalah obat-obatan yang mampu
menggangu sistem kerja saraf tubuh untuk tidak merasakan sakit atau rangsangan.
Ada beberapa dampak yang ditimbulkan penyalagunaan narkoba terhadap fisik
pemakai :
Gangguan pada Sistem Saraf Kejang-kejang, gangguan kesadaran, kerusakan
syaraf tepi, halusinasi
Gangguan pada Sistem

Gangguan peredaran darah, infeksi akut otot

Kardiovaskular

jantung.

Gangguan Pada Kulit

Eksim, penanahan (abses), alergi.

Gangguan pada Organ

Kesukaran bernafas, penekanan fungsi pernapasan,

Dalam

pengerasan jaringan paru-paru, pengecilan hati

12

Gangguan Pada Fisiologis

Mual-mual, sering sakit kepala, dan muntah,

Tubuh

murus-murus, suhu tubuh meningkat, sulit tidur.

Gangguan Pada Sistem

Aktivititas kerja kelenjar endokrin khususnya pada

Reproduksi

kelenjar testis dan ovarium berkurang.
Mengakibatkan berkurangnya produksi hormon
reproduksi seperti estrogen, progestron dan
testoteron dan terjadinya disfungsi seksual seperti
impoten. Khusus pada pengguna narkoba atau
narkotika wanita, dapat menyebabkan haid atau
menstruasi tidak teratur.

Jika mereka para remaja sekali saja menyentuh narkoba berarti mereka
sedang menemui jurang kehancuran di kehidupan mereka. Di desa Mranggen
sendiri, para remaja sudah mulai mengkonsumsi narkoba. Hal ini sangat
memprihatinkan karena bukan hanya remaja SMP ke atas yang telah
mengkonsumsi Narkoba, yang sangat memprihatinkan lagi bahwa anak usia SD
pun sudah mengkonsumsinya. Narkoba yang dikonsumsi biasanya berupa permen
yang sangat mudah didapatkan oleh mereka yang mengkonsumsinya. Pengedar
nya tidak lain adalah anak-anak SD sendiri dan para remaja yang putus sekolah.
Jadi mereka para remaja dan anak usia sekolah dasar tersebut membentuk suatu
jaringan untuk pengedaran narkoba tersebut.

3.1.2 Miras
Minuman

keras

adalah

minum-minuman

beralkohol

yang

dapat

menyebabkan si peminum mabuk dan hilang kesadarannya. Minuman beralkohol
ini dapat merusak pikiran, sehingga orang menjadi tidak sewajarnya atau tidak
normal.
Bila dikonsumsi berlebihan, minuman beralkohol dapat menimbulkan ganggguan
mental organik (GMO), yaitu gangguan dalam fungsi berpikir, merasakan, dan
berprilaku. Timbulnya GMO itu disebabkan reaksi langsung alkohol pada sel-sel
saraf pusat. Karena sifat adiktif alkohol itu, orang yang meminumnya lama-

13

kelamaan tanpa sadar akan menambah takaran/dosis sampai pada dosis keracunan
atau mabuk.
Di desa Mranggen, remaja yang mengkonsumsi minuman keras
merupakan anak usia sekolah yang berusia SMP sampai dengan tingkatan SMA
yang salah bergaul dan anak putus sekolah. Jika biasanya anak yang salah
pergaulan mengkonsumsi miras yang berupa miras oplosan, remaja di desa
Mranggen mulai mengkonsumsi miras jenis CY. Ada sebagian mereka yang
mengoplos minuman bersoda dengan obat-obatan seperti obat nyamuk, komix dan
lain-lain sehingga menjadi miras oplosan. Tujuan mereka adalah membuat mereka
merasa ngfly. Biasanya mereka berkumpul di suatu tempat misalnya seperti
tempat bilyard ataupun karaoke untuk melakukannya.

3.1.3 Curanmor
Dalam kasus ini remaja di desa Mranggen terikat dan terpengaruh dari
perkumpulan pencurian motor dari daerah lain, anak-anak remaja diberikan ilmu
berupa pelatihan untuk membuka kunci motor dengan alat-alat khusus sehingga
dalam membobol motor target dapat diselesaikan hanya dengan hitungan detik.

3.1.4 Pernikahan Dini / Hamil Duluan
Pernikahan dini diakibatkan karena pergaulan bebas oleh remaja di desa
Mranggen, mereka biasanya adalah anak-anak “punk” yang sering keluar malam
dan pulang pada dini hari yang tergabung dalam anak-anak yang putus sekolah.
Perkumpulan mereka tidak mengenal laki-laki dan perempuan, akibat kebebasan
pergaulan tersebut maka seks bebas menjadi hal yang biasa bagi mereka dan
akibatnya adalah terjadinya hamil diluar pernikahan. Dengan demikian mau tidak
mau

anak-anak

dibawah

umur

tersebut

harus

menikah

untuk

mempertanggungjawabkan kelakuannya tersebut.
Setiap masyarakat di manapun mereka berada pasti mengalami perubahan,
perubahan itu terjadi akibat adanya interaksi antar manusia. Perubahan sosial tidak
dapat dielakkan lagi, berkat adanya kemajuan ilmu dan teknologi membawa

14

banyak perubahan antara lain perubahan norma, nilai, tingkah laku dan pola-pola
tingkah laku baik individu maupun kelompok.

3.2 Faktor Penyebab Kenakalan Remaja di Desa Mranggen
Berdasarkan penuturan dari Kepala Desa Mranggen, Bapak Arifin selaku
narasumber, ada banyak faktor yang menyebabkan kenakalan remaja mulai marak
di Kecamatan Mranggen dan Desa Mranggen pada khususnya. Faktor tersebut
antara lain:

3.2.1 Culture Shock terhadap Teknologi terutama Smartphone
Belum siapnya warga masyarakat desa terhadap perkembangan dan
masuknya teknologi yang ada. Smartphone sesuai namanya berupa teknologi yang
bisa apa saja. Namun penggunaan smartphone ini justru disalahgunakan oleh
berbagai pihak. Tidak hanya akses terhadap ponografi. Penyalahgunaan
smartphone dalam hal negatif sudah mencapai tahap yang memprihatinkan.
Smartphone yang ada sudah digunakan untuk melakukan aktivitas yang berbau
free sex, narkoba dan minuman keras.

3.2.2 Pendidikan yang Kurang mengenai Kenakalan Remaja
Pendidikan yang didapat oleh masyarakat Desa Mranggen maupun
sekitarnya masih kurang. Banyak remaja yang tidak mau melanjutkan sekolah dan
memilih bekerja. Serta masih sedikit sekali remaja lulusan SMA/SMU/MA yang
mau melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi.
Pangkal dari masalah ini tentu saja adalah ekonomi. Namun tingkat
pengetahuan para remaja terhadap sesuatu juga berpengaruh terhadap kenakalan
remaja. Hal ini mengingat dengan pengetahuan yang minim tentu akan mudah
dipermainkan dengan sesuatu yang dikemas dengan baik dan menarik.
Banyak remaja putus sekolah juga menjadi penyebab lainnya. Hal tersebut
menjadi berkaitan karena dengan putusnya sekolah para remaja, maka remaja
tersebut akan minim kesibukan. Dan menjadi hal lumrah bahwa anak pasti akan
mencari kesibukan terutama dalam hal pencarian jatidiri. Jika pencarian jati diri

15

tersebut tidak dibarengi dengan pengetahuan yang kurang maka bukan tidak
mungkin hal negatiflah yang akan masuk pada diri remaja tersebut.

3.2.3 Penutupan Tempat Lokalisasi yang Ada di Jakarta dan
Purwodadi
Dengan ditutupnya lokalisasi yang ada di daerah lain membuat para pelaku
terkait untuk mencari tempat yang lebih potensial. Kawasan Mranggen sebagai
salah satu penyangga Kota Semarang menjadi tujuan para pelaku tersebut. Hal ini
dikarenakan pada saat itu masih minim penanganan atas hal itu. Ditambah dengan
arus informasi melalui teknologi semakin membuat aktivitas tersebut semakin
marak.
Tidak hanya melulu soal aktivitas yang berbau seksual. Berpindahnya
tempat lokalisasi tersebut juga membuat semakin menyebarnya bandar narkoba
dan minuman keras. Keterkaitan antara free sex, narkoba dan minuman keras jelas
lumrah adanya. Yaitu dimana ada tempat lokalisasi bukan tidak mungkin narkoba
dan minuman keras juga ada disana.
Lalu kaitannya dengan kenakalan remaja adalah ketika tempat-tempat
tersebut justru yang banyak masuk adalah remaja. Banyak faktor yang
mempengaruhi tentunya. Diantaranya adalah alasan pencarian jati diri, butuh
hiburan, dan alasan serupa lainnya.

3.2.4 Munculnya Karaoke dan Tempat Hiburan Lainnya
Seperti namanya, tempat hiburan merupakan tempat yang ditujukan bagi
orang-orang yang memang butuh hiburan. Tentu saja hal tersebut dikarenakan
adanya tuntutan dalam hidup misalnya karena bekerja sepanjang waktu.
Masalah muncul ketika tempat hiburan tersebut justru menjadi tempat
bertemunya hal-hal negatif. Remaja yang juga merupakan pekerja pabrik pun
tentu butuh hiburan. Sehingga bukan tidak mungkin tempat hiburan tadi justru
dimasuki oleh remaja.

16

3.2.5 Minuman Keras dan Narkoba yang Sudah Masuk Desa
Adanya tempat hiburan di sekitar Desa Mranggen membuat barang
semacam minuman keras dan narkoba menjadi lebih mudah beredar. Sasarannya
tentu saja tidak terikat umur maupun jenis kelamin. Remaja sebagai fase
pencarian jati diri tentu rawan menjadi salah satu sasaran dari barang-barang
tersebut. Ditambah dengan tuntutan hidup dan faktor lainnya bisa menjadikan
remaja-remaja tersebut justru mencari pelarian. Narkoba dan minuman keras
menjadi salah satu pelarian tersebut. Efek “nge-fly” dari narkoba dan minuman
keraslah yang membuat para remaja terus memburunya.

3.3 Dampak Kenakalan Remaja di Desa Mranggen
Sering kita temui fenomena tentang kenakalan remaja yang semakin hari
semakin meningkat jumlah presentasinya.Definisi dari kenakalan remaja itu
sendiri ialah, semua perilaku menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang
dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan
orang lain yang ada di sekitarnya. Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh
remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya,
baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan
masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan
emosi yang begitu cepat.
Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflikkonflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun
remaja para pelakunya. Seringkali didapati, ada trauma dalam masa lalunya,
perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma
terhadap kondisi lingkungannya, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya
merasa rendah diri.
Masuknya globalisasi ke Indonesia juga merupakan salah satu faktor
penyebab adanya kenakalan remaja. Globalisasi merupakan suatu era di mana
segala sesuatu yang tak mempunyai batas wilayah. Kebanyakan para remaja saat
ini banyak meniru gaya hidup orang barat yang segala sesuatu serba instan.

17

Remaja saat ini kebanyakan berperilaku dewasa sebelum waktunya. Seperti
contohnya anak Sekolah Dasar yang sudah mengenal dunia maya dan sudah
mengenal yang namanya asmara. Dampak dari kenakalan remaja itu sendiri ialah,
banyak anak zaman sekarang yang sudah mengenal seks bebas yang pada
akhirnya terjadi hamil di luar nikah.
Kenakalan remaja menimbulkan dampak yang sangat besar, baik bagi diri
sendiri, keluarga, maupun lingkungan. Dampak kenakalan remaja yang
ditimbulkan di desa Mranggen yaitu :

3.3.1 Dampak bagi Diri Sendiri
Akibat kenakalan remaja yang dilakukan akan berdampak bagi dirinya
sendiri dan sangat merugikan, baik fisik maupun mental. Walaupun perbuatan
kenakalan tersebut dapat memberikan suatu kenikmatan akan tetapi kenikmatan
tersebut hanya dapat dirasakan sesaat. Kenakalan yang dilakukan yang berdampak
pada fisik manusia yaitu seringnya terserang berbagai penyakit karena gaya hidup
yang tidak teratur. Contohnya,remaja perempuan di desa Mranggen sudah banyak
yang terkena penyakit HIV Aids bahkan menurut hasil wawancara yang kami
lakukan, narasumber kami mengatakan bahwa penyakit HIV Aids tersebut juga
menyerang ibu hamil, sehingga hal tersebut dapat membahayakan pada bayi yang
dikandungnya, karena apabila seorang ibu yang mengandung terkena penyakit
HIV Aids, maka kemungkinan besar anak yang dikandungnya nantinya juga akan
terkena penyakit tersebut. Kemudian remaja di desa mranggen banyak yang
mengkonsumsi narkoba, tidak hanya remaja tetapi anak – anak yang sedang
duduk di bangku SD pun banyak yang ikut mengkonsumsi narkoba bahkan ikut
menjualnya. Akibat yang ditimbulkan dari mengkonsumsi narkoba yaitu
kesehatan para konsumennya, seperti akan terkena penyakit kerusakan pada hati
dan kanker.
Sedangkan dalam segi mental, kenakalan remaja tersebut akan
mengantarnya pada mental yang buruk seperti berkepribadian buruk yang terus
menyimpang dari segi moral, pola berfikir yang tidak stabil, dan pada akhirnya

18

para pelaku kenakalan remaja ini akan menyalahi aturan etika dan estetika. Dan
hal tersebut akan terus mempengaruhinya selama tidak ada yang mengarahkan.
Banyak remaja di Desa Mranggen yang tidak dapat berkonsentrasi dengan baik
saat sekolah.

3.3.2 Dampak bagi Keluarga
Anak merupakan penerus keluarga yang nantinya dapat menjadi tulang
punggung keluarga apabila orang tuanya tidak mampu lagi bekerja. Dan oleh para
orang tuanya apabila anaknya berkelakuan menyimpang dari ajaran agama akan
berakibat terjadi ketidakharmonisan di dalam keluarga, komunikasi antara orang
tua dan anak akan terputus. Dan tentunya ini sangat tidak baik, Sehingga
mengakibatkan anak remaja sering keluar malam dan jarang pulang serta
menghabiskan waktunya bersama teman-temannya untuk bersenang-senang
dengan jalan minum-minuman keras, mengkonsumsi narkoba dan narkotika. Dan
menyebabkan keluarga merasa malu serta kecewa atas apa yang telah dilakukan
oleh remaja. Yang mana kesemuanya itu hanya untuk melampiaskan rasa
kekecewaannya saja terhadap apa yang terjadi dalam kehidupannya.
Para orang tua di Desa Mranggen, banyak yang terlalu sibuk bekerja
menjadi buruh tani atau buruh pabrik sehingga kurang memperhatikan kegiatan
anaknya sehari – hari. Sehingga komunikasi yang terjadi antara anak dan orang
tua kurang, dan banyak remaja di Desa Mrangen yang memilih untuk mencari
kesenangan di luar rumah seperti berkumpul untuk membuat minuman oplosan,
balap motor, bermain ke tempat karaoke, serta terkadang membuat onar di
lingkungannya. Dan hal tersebut mengakibatkan orang tua menanggung malu atas
perbuatan anak – anaknya tersebut.

3.3.3 Bagi Lingkungan Masyarakat
Di dalam kehidupan bermasyarakat sebenarnya remaja sering bertemu
orang dewasa atau para orang tua, baik itu ditempat ibadah ataupun ditempat
lainnya, yang mana nantinya apapun yang dilakukan oleh orang dewasa ataupun
orang tua itu akan menjadi panutan bagi kaum remaja. Dan apabila remaja sekali

19

saja berbuat kesalahan dampaknya akan buruk bagi dirinya, dan keluarga.
Sehingga masyarakat menganggap remajalah yang sering membuat keonaran,
mabuk-mabukkan

ataupun

mengganggu

ketentraman

masyarakat

mereka

dianggap remaja yang memiliki moral rusak. Dan pandangan masyarakat tentang
sikap remaja tersebut akan jelek Dan untuk merubah semuanya menjadi normal
kembali membutuhkan waktu yang lama dan hati yang penuh keikhlasan.
Di Desa Mranggen, terdapat perkumpulan remaja yang mempunyai
kegiatan untuk melatih membuka kunci motor selama kurang dari satu menit dan
hal tersebut sangat meresahkan warga karena hal tersebut melatih anak – anak
bahkan remaja untuk mencuri, namun saat ini perkumpulan tersebut telah
dibubarkan. Kegiatan – kegiatan negatif yang dilakukan oleh remaja di Desa
Mranggen seperti narkoba (miras, minuman oplosan) seringkali meresahkan
masyarakat di desa tersebut karena dianggap akan mempengaruhi anak – anak
kecil. Berawal ingin mencoba sehingga nantinya akan menjadi ketagihan.

20

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Tujuan Kebijakan guna Menanggulangi Kenakalan Remaja di
Desa Mranggen
Tujuan dari kebijakan ini adalah mengatasi atau menanggulangi
berkembangnya kenakalan remaja yang ada di Desa Mranggen. Hal ini
dimaksudkan sebagai tindakan agar anak-anak atau remaja yang ada di Desa
Mranggen mempunyai masa depan yang lebih baik serta terhindar dari hal-hal
negatif.

4.2 Kriteria Kebijakan guna Menanggulangi Kenakalan Remaja
di Desa Mranggen
Kriteria yang digunakan untuk penilaian alternatif kebijakan ini adalah
dari Bardach yang terdiri dari 4 indikator yaitu Technical Feasibility, Economic
and Financial Possibility, Political Viability, dan Administrative Operatibility.
Namun kriteria yang digunakan dalam penilaian ini hanya Technical Feasibility,
Political Viability, dan Administrative Operatibility yang dirasa sesuai dengan
alternatif kebijakan yang direkomendasikan.
KRITERIA

INDIKATOR

Technical Feasibility

Effectiveness (seberapa jauh suatu alternatif dapat
mencapai tujuan)
Adequacy (seberapa jauh alternatif dapat memecahkan
masalah : secara keseluruhan atau sebagian)

Political Viability

Acceptability (apakah alternatif dapat diterima oleh para
aktor politik, klien dan aktor lainnya)
Appropriatteness (apakah alternatif tidak bertentangan
dengan nilai-nilai dalam masyarakat)
Responsiveness (apakah alternatif mampu memenuhi

21

kebutuhan masyarakat yang ada)
Administrative

Authority (apakah organisasi yang akan melaksanakan

Operability

alternatif mempunyai otoritas yang jelas)
Capability

(apakah

organisasi

pelaksana

alternatif

mempunyai kemampuan baik skill, kemampuan staf dan
keuangan)
Organizational

Support

(dukungan

peralatan

dan

fasilitas)

4.3 Usulan Alternatif Kebijakan guna Menanggulangi Kenakalan
Remaja di Desa Mranggen
4.3.1 Hotline Pengaduan
Tujuan:

Mempermudah

penyaluran

arus

informasi

antara

warga

masyarakat dengan perangkat desa atau pihak berwenang
Hotline pengaduan ini berfungsi sebagai penyampaian arus informasi yang
nantinya bisa disalurkan kepada pihak yang berwenang. Dengan penyampaian
arus informasi ini, maka akan diketahui bahwa ada sesuatu yang memang tidak
sesuai. Hotline ini nantinya tidak hanya merespon kepada tindakan kenakalan
remaja, tapi juga kepada hal lainnya misalnya tindakan pencurian.
Namun untuk menjaga keamanan bagi kepala daerah beserta perangkatnya
maka ujung dari hotline ini haruslah bersifat anonymous. Dalam artian nomor
yang diberikan pada masyarakat adalah nomor baru yang memang tidak diketahui
siapa pemiliknya.
Untuk menambah keamanan, maka ada baiknya bahwa yang menyebarkan
hotline ini adalah pihak yang berwenang. Sehingga akan timbul suatu “ketakutan”
juga untuk tidak bertindak macam-macam.

22

4.3.2 Pembuatan Taman (yang dapat digunakan oleh remaja untuk
menyalurkan bakat)
Tujuan: Sebagai sarana para remaja untuk menyalurkan bakatnya dan
sebagai pengalihan kegiatan – kegiatan yang negatif ke kegiatan – kegiatan yang
positif.
Anak remaja di Desa Mranggen masih banyak yang mengikuti pergaulan
anak – anak punk karena kebanyakan dari mereka merupakan anak – anak yang
putus sekolah, sehingga mereka memiliki waktu luang yang lebih sehingga
menjadikan mereka mencari kegiatan untuk mengisi waktu luang mereka tetapi
karena adanya pengaruh negatif dari luar dan tidak adanya sistem control dalam
dirinya serta dipengaruhi oleh lingkungan luar yang bersifat negatif, sehingga
dengan mudah mereka akan melakukan hal – hal yang menyimpang (seperti seks
bebas, narkoba, miras, pergaulan bebas) dibanding anak – anak sekolah pada
umumnya yang memiliki banyak kegiatan di sekolah.
Dikarenakan di Mranggen tidak ada tempat untuk penyaluran bakat
mereka. Dan di Desa Mranggen hanya terdapat tempat – tempat hiburan yang
membawa pengaruh negatif bagi remaja di Desa Mranggen.
Di taman tersebut disediakan berbagai fasilitas seperti wifi, lapangan
basket, lapangan futsal. Arena skateboard, setiap weekend diadakan music corner
serta dilengkapi dengan dekorasi taman yang menarik bagi remaja. Dan
disediakan sarana ibadah serta dilengkapi dengan petugas yang bertanggung
jawab.

4.3.3 Pelatihan Keterampilan
Tujuan: Mengisi waktu luang remaja agar lebih produktif dan bermanfaat.
Untuk menanggulangi kenakalan remaja maka pemerintah desa perlu
mengadakan pelatihan keterampilan karena remaja dapat mengisi waktu luangnya
dengan mengikuti pelatihan seperti montir, menjahit, computer, sehingga dapat
menjadi bekal untuk bekerja seperti ingin mendaftar pabrik atau membuka usaha.

23

4.4 Penilaian Alternatif
4.4.1 Skoring Alternatif
KRITERIA
Technical
Administrative Operability

Feasibility

Effectiveness

Adequacy

Acceptability

Appropriatteness

Responsiveness

Authority

Capability

Organizational Support

Alternatif

Jumlah

Political Viability

Hotline (Pengaduan)

2

2

3

3

2

3

3

3

21

Pembuatan Taman

2

2

2

3

3

2

2

2

18

Pelatihan Keterampilan 2

3

3

3

3

2

3

3

22

24

Keterangan :
Nilai 4 = Sangat Tinggi
Nilai 3 = Tinggi
Nilai 2 = Sedang

Kategori Total Nilai :
 1–8
= Rendah
 9– 16

= Sedang

 17 – 24

= Tinggi

 > 25

= Sangat Tinggi

Nilai 1 = Rendah

25

4.4.2 Alasan Skoring Akternatif
Alternatif
1. Hotline pengaduan

Kriteria
Technical Feasibility
 Effectiveness
Efektif pada sebagian karena program ini
mempermudah dalam melindungi masyarakat
maupun meningkatkan ketertiban masyarakat,
namun tidak mencari akar permasalahan yang ada
di sana
 Adequancy
Hanya memecahkan sebagian maslaah yang ada
khususnya pada ketertiban masyarakat disana,
tidak dapat mnyelesaikan masalah secara informal
maupun mencari atau mencegah masalah
Political Feasibility
 Acceptability
tidak ada aktor yang benar-benar kontra pada
putusan ini, swasta juga bisa menjadi rekanan
kerja untuk memperluas jaringan keamanan selain
kamtibnas.
 Approprietness
tidak ada yang kontra dengan nilai budaya lokal
karena bersifat umum dan masyarakat telah
menggunakan teknologi disana.
 Reponsiveness
kebijakan ini mencoba memenuhi kebutuhan
masyarakat atas keamana dan ketertiban yang
cepat namun pelayanan ini juga memerlukan
persoel yang cukup banyak untuk siaga
Administrative Operability
 Authority
Otoritas yang terkait bisa dengan rekanan polisi
dan TNI sehingga memiliki otoritas jelas dalam
melakukan ketertiban dan keamanan di Indonesia,
serta personil kamtibnas
 Capability
Polisi sendiri merupakan orang yang telah
memenuhi standar keamanan di masyarakt karena

26

2. Pembuatan taman

telah melewati berbagai pelatihan yang ada
sebelum terjun melayani masyarakat
 Organizational Support
Kepolisian memiliki sarana prasarana yang
menunjang kebutuhan dan keamanan dari
kendaran maupun persenjatan baik sekala kecil
maupun kerusuhan besar.
Technical Feasibility
 Effectiveness
Masih kurang dalam menangani masalah terutama
berkaitan dengan penyelesaian masalah dan
pencarian masalah, alternatif ini berkaitan dengan
tahap rehabilitasi maupun preventif.
 Adequancy
Memecahkan sebagian masalah saja dan perlu
perluasan cakupan seperti pemanfaatan ruang yang
ada secara lebih maksimal
Political Feasibility
 Acceptability
Penggunaan taman ini dapat di terima semua
kalangan namun pemanfaatan yang sesungguhnya
lebih berfokus pada remaja dan anak-anak
 Approprietness
Pendirian taman tidak bertentangan dengan norma
masyarakat yang ada,taman akan menyediakan
ruang terbuka hijau dan penambah estetika sebuah
desa
 Responsiveness
Taman mencoba memenuhi ruang bagi anak anak
untuk mengaspirasikan ide idenya dimana tidak
ada larangan dalamnya selama kegiatan tersebut
positif
Administrative Operability
 Authority
Pembuatan taman ini kurang dalam pihak yang
membangun dan merawat karena terdapat dua
belah pihak yaitu desa atau atau DPU dalam sie
pertaman dan pemakaman kab. Demak
 Capability
Perlunya orang dalam perawatan taman

27

3. Pelatihan
keterampilan

selanjutnya untuk menjaga agar fasilitas yang ada
terus terawat, kegiatan lain juga haru memiliki staf
yang mengerti bagaimana adminitrasi dalam
penyewaaan maupun perawatan taman.
 Organizational Support
Dalam pemabangunan taman memerlukan tempat
atau lahan, sedangkan bengkok di desa maranggen
sudah berkurang, pembuatan taman dengan
berbagai fasilitas memerlukan lahan tidak sedikit.
Technical Feasibility
 Effectiveness
Masih kurangnya efektifitas dalam
menyelelesaikan masalah mengenai kenakalan
remaja terutama dalam menangani anak yang
belum direhabilitasi.
 Adequancy
Sebagian program namun telah mencakup tahap
preventif dan tahap rehabilitasi bagi pemudapemudi disana
Political Feasibility
 Acceptability
Kegiatan ini seharusnya dapat diterima masyarakat
pada semua golongan karena bersifat produktif dan
pengisian waktu luang
 Approprietness
Tidak ada sesuatu yang menyalahi norm masyrakat
selama pelatihan tersebut bersifat baik dan ilmu
dapat digunakan untuk yang baik
 Responsivenes
Baik, program ini menjawab kebutuhan akan
pengisian waktu luang dan meningkatkan
pendapatan anak
Administrative Operability
 Authority
Pihak desa memerlukan koordinasi dengan dinas
pemberdayaan masyarakat agar program dapat
berjalan dan memiliki cakupan lebih luas
 Capability
Di desa memiliki beberapa umkm yang dapat
dilakukan sebagai rekanan sebagai wadah

28

penyaluran pelatihan tanpa perlu membuka
kembali lahan usaha, serta dapat meningkatkan
pekerja umkm dan memiliki dana desa sebagai
suntikan modal.
 Organizational Support
Desa yang memiliki wadah UMKM maupun
koperasi sebagai tempat yang ada serta memiliki
aula desa maupun gedung pamer sebagai tempat
pemasaran.

29

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Desa Mranggen memiliki masalah berupa kenakalan remaja. Masalah ini
tentu memiliki efek negatif kedepannya bagi Desa Mranggen sendiri atau bahkan
berdampak pada masyarakat yang lebih luas.
Berbagai faktor menjadi penyebab timbulnya kenakalan remaja ini.
Diantaranya ada yang berasal dari faktor external berupa tempat hiburan hingga
faktor minimnya pendidikan yang ujung-ujungnya akibat perekonomian yang
lemah.
Kenakalan remaja tentu bukanlah sebuah masalah yang sepele. Dampak
yang dihasilkan akan sangat terasa di masa yang akan datang. Dampaknya pun
akan dirasakan oleh berbagai sudut pandang, mulai dari diri sendiri hingga
masyarakat secara luas.

5.2 Saran
Atas dasar adanya masalah timbulnya kenakalan remaja tersebut. Maka
diperlukan kebijakan yang bisa digunakan dan diimplementasikan dalam
masyarakat.
Kebijakan yang paling direkomendasikan adalah dengan mengadakan
pelatihan-pelatihan yang bisa meningkatkan kemampuan remaja-remaja Desa
Mranggen. Pelatihan ini selain guna meingkatkan kemampuan, juga berguna agar
remaja Desa Mranggen bisa memiliki kesibukan sehingga tidak terjerumus kepada
hal-hal negatif. Untuk melaksanakan kebijakan ini tentu dibutuhkan suatu momen
berupa musrenbang, sehingga bisa diusulkan kegiatan-kegiatan apa saja yang akan
diadakan kedepannya
Kebijakan lain yang bisa diterapkan adalah pengadaan hotline pengaduan.
Hotline pengaduan ini tentu saja berguna untuk mempermudah arus informasi
apabila terdapat hal-hal yang mencurigakan. Namun untuk melaksanakan

30

kebijakan ini perlu adanya kerjasama dengan pihak berwenang. Selain sebagai
pihak yang mempunyai kewenangan juga sebagai pihak yang menjadi pelindung
para perangkat desa agar tidak terancam.

31

Daftar Pustaka
Sudarsono. 2004. Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Subarsono, AG. 2011. Analisis Kebijakan Publik, Konsep, Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Data Agregat Kependudukan Kabupaten Demak Semester II Tahun 2016

Interview Guide
1. Secara umum, bagaimana gambaran permasalahan yang ada di Desa
Mranggen?
2. Bentuk-bentuk kenakalan remaja yang seperti apa yang bapak maksud?
3. Apa penyebab timbulnya kenakalan remaja di Desa Mranggen dan
sekitarnya?
4. Menurut bapak, apa dampak atas kenakalan remaja tersebut?
5. Bagaimana peran dari perangkat desa maupun masyarakat guna
menanggulangi kenakalan remaja tersebut?
6. Apa saja upaya yang sudah atau sedang dilakukan guna menanggulangi
kenakalan remaja tersebut?

32

Dokumentasi

33

34

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65