Makalah Peradaban Awal Masyarakat Indone

MAKALAH TUGAS KELOMPOK SEJARAH PEMINATAN

PERADABAN AWAL MASYARAKAT
INDONESIA DAN LEMBAH SUNGAI INDUS

X. IIS 3
Oleh Kelompok 1:
1. Ahmad Abdul Jabbar (2)
2. Auliya Ramadhani (8)
3. Clarissa Dhea (11)
4. Dhia Novita Adristi (12)
5. M. Aziz Rafli Winandar (21)
6. Siti Vanya Maulidina Risha (33)

1

 DAFTAR ISI


DAFTAR ISI..........................................................................2




BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang.................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...........................................................3
1.3 Tujuan.............................................................................3
1.4 Manfaat...........................................................................3
 BAB II PEMBAHASAN
2.1

Peradaban Awal Masyarakat Indonesia.........................4

A. Ilmu Pengetahuan……………………………….…….4
B. Sosial…………………………………………….…….5
C. Teknologi……………………………………….……..5
D. Kepercayaan…………………………………….……..6
E. Pemerintahan………………………………….……….7
F. Pertanian…………………………………………….…7
2.2


Peradaban Awal Lembah Sungai Indus.…….………...7

A. Mahenjo Daro dan Harappa…………………..……….8
B. Bangsa Arya Memasuki India………………..……….10
C. Keagamaan……………………………………………11
 BAB III PENUTUP
3.1

Sumber………………………………………………...15

3.2

Kesimpulan....................................................................15

3.3

Saran...............................................................................15

2


 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Latar belakang dibuatnya makalah ini adalah antara lain sebagai berikut:
1) Pada dasarnya sebagian siswa masih ada yang belum memahami mengenai peradaban
masyarakat Indonesia dan peradaban masyarakat di lembah sungai Indus
2) Dengan diadakannya pembuatan makalah ini, timbul rasa kebersamaan siswa/siswi
dalam menyelesaikan suatu pengamatan atau makalah
3) Dengan memerhatikan masalah tersebut, kami merasa perlu melakukan pengamatan
untuk mengkajinya sehingga kita dapat mengetahui dan mengerti tentang hal-hal yang
diamati pada makalah ini

1.2 Rumusan Masalah
Untuk membatasi penguraian pembahasan, maka penyusun membuat beberapa rumusan
masalah berupa pertanyaan yaitu:
1. Bagaimanakah peradaban masyarakat Indonesia?
2. Bagaimanakah peradaban di Lembah Sungai Indus?

1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memperluas wawasan kita tentang halhal yang dikaji dalam makalah ini. Dimana dalam makalah ini telah dikaji pembahasan

mengenai peradaban masyarakat Indonesia dan masyarakat di lembah sungai indus

1.4 Manfaat
Dalam makalah ini penyusun berharap para pembaca dapat mengambil manfaat dari isi
makalah ini dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

3

 BAB II PEMBAHASAN
2.1 Peradaban Awal Masyarakat Indonesia
A. Ilmu Pengetahuan
1. Kehidupan Berburu dari Masyarakat Berpindah Tempat (nomaden)
Ciri hidup peradaban awal masyarakat Indonesia pada masa berburu dan
menggumpulkan makanan tingkat sederhana (Palaeolithikum) dan masa berburu
dan menggumpulkan makanan tingkat lanjut (Mesolithikum) adalah berpindah
pindah (nomaden). Mereka berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Tradisi hidup
seperti itu terus dilakukan dari generasi ke generasi dikenal dengan tradisi
mengumpulkan makanan (food gathering). Kepandaian mengumpulkan makanan
atau memburu binatang bagi mereka dapat menentukan status sosial dalam
kelompoknya. Melalui sistem primus interpares, mereka yang kuat kemungkinan

akan diangkat menjadi pemimpin kelompoknya.
2. Tradisi Bercocok Tanam
Sejak akhir masa Mesolithikum dan Neolithikum, kehidupan manusia Indonesia
ditandai dengan tradisi bercocok tanam dan menghasilkan makanan sendiri yang
biasa disebut food producing. Menurut hasil penelitian arkeologi diperkirakan
bahwa kemampuan berpikir serta proses evolusi berpengaruh terhadap timbulnya
tradisi baru tersebut. Begitu juga dengan percampuran dengan kelompok-kelompok
suku lain menyebabkan terjadinya pertukaran pengalaman di antara mereka. Dari
pertukaran pengalaman ini, lahirlah tradisi baru, yaitu tradisi untuk bertempat
tinggal menetap, bercocok tanam, beternak, dan memelihara ikan. Tradisi ini terus
berlangsung dalam proses evolusi hingga Masa Logam dan Masa Sejarah sekarang
dalam tingkatan yang semakin maju. Mereka juga mulai menjinakkan binatang
buruan, seperti babi, kerbau, sapi, dan ayam.
3. Ilmu Astronomi
Masyarakat sudah mulai mengenal ilmu astronomi (perbintangan), yaitu ilmu yang
digunakan sebagai petunjuk waktu yang tepat ketika akan memulai bercocok tanam
atau panen. Dalam hal ini, pertanda akan datangnya musim hujan mereka
memanfaatkan bintang waluku. Dengan demikian, masalah prakiraan cuaca atau
iklim telah dikenal oleh masyakarat Indonesia sejak zaman dahulu dan kondisi ini
terus berkembang setelah zaman Kerajaan Mataram yang memperkenalkan pranata

mangsa yang pada hakikatnya merupakan suatu cara prakiraan musim di Indonesia
khususnya di Pulau Jawa.
Ilmu astronomi juga dimanfaatkan sebagai petunjuk arah pelayaran. Dalam hal ini,

4

masyarakat pra-aksara memanfaatkan rasi bintang biduk selatan untuk
menunjukkan arah selatan dan rasi biduk utara untuk menentukan arah utara.

B. Sosial
1. Konsep Keluarga
Pada kehidupan awal peradaban di Indonesia belum ada konsep perkawinan. Pemimpin
kelompok memiliki hak untuk mengawini banyak perempuan anggota kelompoknya.
Ketika anak lahir, perempuan yang melahirkan berperan untuk menjaga bayinya
berdasarkan naluri kewanitaannya. Perempuan akan membesarkan dan menjaga
anaknya karena dialah yang melahirkannya. Ketika jumlah anggota kelompok semakin
banyak, kepala kelompok harus melindungi semua anggota kelompoknya. Dengan
demikian, konsep keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak belum dikenal pada
kehidupan awal masyarakat Indonesia. Keluarga inti terbentuk melalui proses evolusi
sejalan dengan perkembangan budaya.

2. Organisasi Sosial
Secara umum, ketua kelompok tidak sekedar primus interpares atau orang terkuat di
antara kelompoknya dan memiliki kedudukan istimewa. Ketua kelompok juga bekerja
bersama secara komunal (bersama-sama) dengan anggota kelompok lainnya. Kegiatan
bersama ini disebut tradisi gotong royong. Anak laki-laki berperan membantu orang
dewasa di ladang, dan berburu binatang untuk dipelihara. Adapun perempuan dewasa
memasak makanan dan memelihara anak selain bekerja di ladang. Untuk melindungi
anak-anaknya perempuan mulai membangun tempat berlindung yang kemudian
berkembang menjadi tempat tinggal menetap.

C. Teknologi
1. Teknik Peleburan Logam
Teknologi masyarakat awal mencapai titik kemajuannya ketika masa perundagian.
Pada masa ini masyarakat awal Indonesia telah mengenal teknik peleburan logam
yaitu teknik a cire perdue dan teknik bivalve.
Teknik a cire perdue yaitu teknik membuat alat dari logam yang menggunakan dua
buah cetakan lilin, cetakan tersebut dapat digunakan berkali-kali. Cara membuat
menggunakan teknik a cire adalah barang yang akan dicetak lebih dahulu dibuat
dari lilin. Lalu, lilin dibalut tanah liat lalu dibakar dan lilin meleleh keluar dari
lubang yang sengaja dibuat. Bekas lilin tadi diisi dengan perunggu. Setelah logam

menjadi keras, dipecahkan.
Teknik bivalve yaitu teknik membuat alat dari logam menggunakan cetakan kayu,
5

yang hanya bisa digunakan sekali saja. Tekniknya adalah cetakan dari tanah liat
dibakar. Cetakan terdiri dari 2 bagian yang digabungkan menjadi satu sebelum diisi
cairan perunggu. Setelah cairan membeku, cetakan dipisah. Lalu terdapat bekas
sambungan cetakan.
2. Teknik Pembuatan Perahu Bercadik
pembuatan perahu bercadik disesuaikan dengan keadaan alam Indonesia yang
terdiri atas berbagai pulau yang dihubungkan oleh lautan sehingga dengan kondisi
alam seperti ini mengharuskan orang menggunakan perahu untuk mencapai pulau
lain. Selain sebagai sarana transportasi, perahu bercadik juga digunakan untuk
sarana perdagangan.
3. Punden Berundak
masyarakat juga telah mampu membuat bangunan monumental yang berukuran
besar seperti pundek berundak-undak. Dinamakan pundek berundak-undak karena
bentuknya berupa tumpukan batu bertingkat seperti anak tangga dengan bagian
tertinggi sebagai bagian yang paling suci. Pundek berundak ini merupakan
peninggalan zaman megalitikum


D. Kepercayaan
Sistem kepercayaan masyarakat awal Indonesia diperkirakan mulai tumbuh dan
berkembang pada saat masa berburu dan mengumpulkan makanan. Hal ini dibuktikan
dengan ditemukannya bukti-bukti penguburan di gua-gua dan lukisan cap tangan.
Menurut para ahli, lukisan cap tangan ini mengandung permohonan hasil buruan
kepada nenek moyang. Lalu mereka mulai mempunyai konsep adanya alam kehidupan
setelah kematian, dan mereka yain bahwa roh tidak lenyap saat meninggal. Maka,
penghormatan terhadap roh nenek moyang atau kepala suku terus berlanjut sampai
mereka meninggal, bahkan menjadi pemujaan. Adapun peninggalan yang berkaitan
dengan kepercayaan, seperti:
-menhir, yaitu batu tunggal dari periode neolitikum yg berdiri tegak diatas tanah.
-dolmen, yaitu meja batu tempat meletakkan sesajen yg dipersembahkan kepada roh
nenek moyang.
-sarkofagus, yaitu keranda batu atau peti mayat yg terbuat dari batu.
-waruga, yaitu peti kubur peninggalan budaya minahasa pada zaman megalitikum.
-Animisme, yaitu kepercayaan manusia purba terhadap roh nenek moyang yang telah
meninggal dunia
-Dinamisme, yaitu kepercayaan bahwa semua benda mempunyai kekuatan gaib, seperti
gunung batu, dan api.


6

-Totemisme, yaitu kepercayaan atas dasar keyakinan bahwa binatang-binatang tertentu
merupakan nenek moyang suatu masyarakat atau orang-orang tertentu. Biasanya
binatang-binatang yang dianggap nenek moyang itu, tidak boleh diburu dan dimakan,
kecuali untuk keperluan upacara tertentu.

E. Pemerintahan
adanya pemerintahan diperkirakan setelah manusia memilih untuk menetap di suatu
tempat, hidup bersama dengan manusia lainnya dan membentuk suatu kelompok atau
masyarakat. Kelompok masyarakat ini dipimpin oleh seorang kepala suku. Proses
pemilihan kepala suku ini melalui musyawarah di antara sesame. Kepala suku tersebut
harus memiliki kelebihan dalam fisik, spiritual, dan keahlian dibandingkan manusia
lainnya. Seorang calon kepala suku haruslah orang yang berwibawa tanpa cela, kuat
dalam fisik, cerdas dalam berpikir, dan rohaniwan dalam agamanya. Yang seperti inilah
yang disebut dengan sistem primus interpares. Primus Interpares biasanya berhubungan
dengan wibawa seorang tokoh merangkum kepercayaan, mutu tokoh (kemampuan
mengorganisasi, tingkat visioner, kemampuan merekam dan memahami mimpi publik
dalam program publik kemudian melaksanakannya, menghormati keadilan, pandai

mendengar, memecahkan masalah dan pandai mempersatukan).

F. Pertanian
Awalnya masyarakat Indonesia masih menggunakan system pertanian ladang
(berpindah-pindah) atau huma. Sistem ini dilakukan dengan membuka hutan agar bisa
ditanami. Jika lahan tidak produktif lagi, mereka akan berpindah lahan ke yang tempat
lain. Sistem ini bisa dilaksanakan bila jumlah penduduk sedikit dan hutan sebagai lahan
pertanian sudah tidak efektif lagi. Namun, seiring dengan jalannya waktu, jumlah
penduduk pun bertambah, membuat sistem ini tidak efektif. Setelah berpikir cara
mengatasi masalah ini, akhirnya mereka mencoba pertanian menetap dan
mempertahankan kesuburan tanah dengan pemupukan.

2.2 Peradaban Awal Lembah Sungai Indus
Peradaban Lembah Sungai Indus, 2800 SM-1800 SM, merupakan sebuah peradaban
kuno yang hidup sepanjang Sungai Indus dan sungai Ghaggar-Hakra yang sekarang
merupakan wilayah Pakistan dan India barat. Peradaban ini sering juga disebut
sebagai Peradaban Harappan Lembah Indus, karena kota penggalian pertamanya disebut
7

Harappa, atau juga Peradaban Indus Sarasvati karena Sungai Sarasvati yang mungkin
kering pada akhir 1900 SM. Pemusatan terbesar dari Lembah Indus berada di timur Indus,
dekat wilayah yang dulunya merupakan Sungai Sarasvati kuno yang pernah mengalir.
Sungai Indus adalah nama salah satu sungai besar di India. Terletak di sekitar
daerah Punjab yang mana sekarang ini terbagi menjadi 2, sebagian di India dan sebagian
di Pakistan. Bagi bangsa Yunani sungai ini mempunyai sejarah khusus sebagai di inti dari
peradaban Veda kuno dan peradaban Lembah Indus.
Sejak 4.500 tahun yang lalu masyarakat yang hidup di lembah Sungai Indus telah memiliki
organisasi kemasyarakatan yang sangat tinggi. Cikal bakal peradaban India ini dikenal
dengan sebutan peradaban lembah Sungai Indus. Secara geografis, kawasan ini meliputi
rangkaian pegunungan Himalaya dan pegunungan Hindu Kush yang melindungi penduduk
lembah Sungai Indus dari serangan bangsa asing.
Penelitian tentang peradaban India kuno dilakukan oleh para arkeolog dari Inggris. Pada
tahun 1921, arkeolog Inggris bernama Sir John Marshall menemukan reruntuhan dua kota
kuno yang sangat indah dan rapi. Dua kota ini dikenal dengan nama Mahenjo Daro dan
Harappa. Dari reruntuhan dua kota ini, para ahli sejarah dapat menggambarkan berbagai segi
kehidupan masyarakat lembah sungai Indus.
Pada zaman prasejarah, di lembah sungai Indus yang subur terdapat sebuah
peradaban manusia. Peradaban manusia ini yang adalah kaum bangsa Arya ini masuk
melalui celah - celah pegunungan Hindu Kush lalu menetap pertama kali di
lembah Mahenjo-daro dan Harappa di barat laut India. Di sinilah lahirnya
agama Hindu yang akar katanya berasal dari nama sungai Sindhu tersebut. Aliran sungai
Sindhu sendiri yang dengan aliran anak - anak sungai yang lain kemudian bertemu dan
menyatu menjadi aliran sungai Gangga di India Utara.

A. Mahenjo Daro dan Harappa
Mahenjo Daro adalah salah satu situs dari sisasisa permukiman terbesar dari Kebudayaan
Lembah Sungai Indus, yang terletak di
provinsi Sind, Pakistan. Dibangun pada sekitar
tahun 2600 SM, kota ini adalah salah satu
permukiman kota pertama di dunia, bersamaan
dengan peradaban Mesir

8

Kuno, Mesopotamia dan Yunani Kuno. Reruntuhan bersejarah ini dimasukkan
oleh UNESCO ke dalam Situs Warisan Dunia. Arti dari Mohenjo-daro adalah "bukit
orang mati". Seringkali kota tua ini disebut dengan "Metropolis Kuno di Lembah Indus.
Mahenjo-daro terletak di Sindh, Pakistan di sebuah bubungan zaman Pleistosen di
tengah-tengah dataran banjir Sungai Sindhu. Bubungan tersebut kini terkubur oleh
pembanjiran dataran tersebut, tetapi sangat penting pada zaman Peradaban Lembah
Indus. Bubungan tersebut memungkinkan kota Mohenjo-daro berdiri di atas dataran
sekelilingnya. Situs tersebut terletak di tengah-tengah jurang di antara lembah Sungai
Sindhu di barat dan Ghaggar-Hakra di timur. Sungai Sindhu masih mengalir ke timur
situs itu, tetapi dasar sungai Ghaggar-Hakra kini sudah kering.
Pembangunan antropogenik selama bertahun-tahun dipercepat oleh kebutuhan
memperluas tempat. Bubungan tersebut diluaskan melalui platform bata lumpur
raksasa. Akhirnya, penempatan tersebut meluas begitu besar sehingga ada bangunan
yang mencapai 12 meter di atas permukaan dataran masa kini.
Mahenjo-daro memiliki bangunan yang luar biasa, karena memiliki tata
letak terencana yang berbasis grid jalanan yang tersusun menurut pola yang sempurna.
Pada puncak kejayaannya, kota ini diduduki sekitar 35.000 orang. Bangunan-bangunan
di kota ini begitu maju, dengan struktur-struktur yang terdiri dari batu-bata buatan
lumpur dan kayu bakar terjemur matahari yang merata ukurannya.
Bangunan-bangunan publik di kota ini adalah lambang masyarakat yang sangat
terencana. Bangunan yang bergelar Lumbung Besar di Mohenjo-daro menurut
interpretasi Sir Mortimer Wheeler pada tahun 1950 dirancang dengan ruang-ruang
untuk menyambut gerobak yang mengirim hasil tanaman dari desa, dan juga ada
saluran-saluran pendistribusian udara untuk mengeringkannya. Akan tetapi, Jonathan
Mark Kenoyer memperhatikan bahwa tidak ada catatan mengenai keberadaan hasil
panen dalam lumbung ini. Maka dari itu, Kenoyer mengatakan lebih tepat untuk
menjulukinya sebagai “Balai Besar”.
Di dekat lumbung tersebut ada sebuah bangunan publik yang pernah berfungsi
sebagai permandian umum besar, dengan tangga yang turun ke arah kolam berlapis bata
di dalam lapangan berderetan tiang. Wilayah permandian berhias ini dibangun dengan
baik, dengan lapisan tar alami yang menghambat kebocoran, di samping kolam di
tengah-tengah. Kolam yang berukuran 12m x 7m, dengan kedalaman 2.4m ini mungkin
digunakan untuk upacara keagamaan atau kerohanian.
Di dalam kota, air dari sumur disalurkan ke rumah-rumah. Beberapa rumah ini
dilengkapi kamar yang terlihat ditetapkan untuk mandi. Air buangan disalurkan ke
9

selokan tertutup yang membarisi jalan-jalan utama. Pintu masuk rumah hanya
menghadap lapangan dalam dan lorong-lorong kecil. Ada berbagai bangunan yang
hanya setinggi satu dua tingkat.
Sebagai kota pertanian, Mohenjo-daro juga bercirikan sumur besar dan pasar pusat.
Kota ini juga memiliki sebuah bangunan yang memiliki hypocaust, yang kemungkinan
digunakan untuk pemanasan air mandi.
Mohenjo-daro adalah sebuah kota yang cukup terlindungi. Walau tak ada tembok,
namun terdapat menara di sebelah barat pemukiman utama, dan benteng pertahanan di
selatan.
Harappa ialah sebuah kota di Punjab, timur laut Pakistan sekitar 35 km
tenggara Sahiwal. Kota ini terletak di bantaran bekas Sungai Ravi. Kota modernnya
terletak di sebelah kota kuno ini, yang dihuni antara tahun 3300 hingga 1600 SM. Di
kota ini banyak ditemukan relik dari masa Budaya Indus, yang juga terkenal sebagai
budaya Harappa.
Pada masa itu, Harappa berpenduduk sekitar 40.000 jiwa, yang dianggap besar pada
zamannya.Hubungan peradaban Indus kuno pada saat itu dikenal sebagai mitra dagang
dengan peradaban Mesir dan Mesopotamia. Situs kuno kota Harappa berisi reruntuhan
kota dari zaman perunggu yang merupakan bagian dari budaya Cemetery H dan
peradaban lembah Indus, berpusat di Sindh dan Punjab. Kota ini diperkirakan memiliki
penduduk berkisar 23.500 jiwa dan terbesar selama fase Mature Harappa pada tahun
2600 hingga 1900 SM. Dua kota terbesar saat itu, Mohenjodaro dan Harappa muncul
sekitar tahun 2600 SM di sepanjang lembah sungai Indus. Artefak batu di lokasi
Harappa terbuat dari pasir merah, tanah liat yang dipanggang pada suhu sangat tinggi.
B. Bangsa Arya Memasuki India
Nama arya berarti bangsawan atau tuan, yang terdapat dalam bahasa persia dan india.
Perpindahan Bangsa Arya di India terjadi bertahap-tahap, dan tidak terjadi langsung
dengan gelombang besar. Waktu yang dibutuhkan juga membutuhkan waktu yang
berabad-abad, itupun sambil membawa keluarga mereka. Bangsa Arya tiba di lembah
sungai indus setelah 200 tahun Harappa runtuh. (1757-1500 SM). Walaupun bangsa
arya suka berperang dan memiliki teknologi persenjataan dari besi, mereka berhasil
menguasai lembah sungai indus tanpa peperangan. Setelah beberapa abad Bangsa Arya
menempati wilayah dekat sungai gangga dan brahmaputra sampai ke delta. Wilayah
yang mereka tempati sangat subur sehingga hasil panen melimpah. Bangsa Arya
mengadopsi budaya penduduk asli (dravida) dan menggabungkan budayanya sendiri
sehingga terciptalah kebudayaan yang baru. Bangsa dravida dianggap golongan rendah
10

dalam pergaulan masyarakat india oleh bangsa arya, sehingga mereka masuk kedalam
kasta sudra. Pengkastaan ini dimaksudkan agar tidak tercampur antara penduduk asli
dengan bangsa arya.
C. Keagamaan
Kebudayaan yang menonjol dalam peradaban India kuno adalah agama Hindu dan
Buddha. Pada dasarnya, agama Hindu merupakan kelanjutan dari agama Weda
(Brahmanisme), yaitu kepercayaan yang dibawa oleh orang Arya (Indo jerman) dari
Persia. Kitab sucinya adalah kitab Weda yang merupakan hasil permikiran para pendeta
(Resi). Bagian-bagian kitabnya adalah:
a. Reg-weda, berisi syair-syair pemujaan kepada dewa
b. Sama-weda, berisi nyanyian-nyanyian untuk pemujaan dewa
c. Yajur-weda, berisi bacaan-bacaan yang diperlukan untuk keselamatan
d. Atharwa-weda, berisi ilmu sihir untuk menghilangkan marabahaya
Di dalam agama hindu terdapat banyak dewa seperti Agni (Dewa Api), Varuna (Dewa
Laut), Vayu (Dewa Angin), Surya (Dewa Matahari), dan Siwa (Dewa Pelebur). Namun,
dewa-dewa tersebut hanya manifestasi dan perwujudan Tuhan YME yang dipandang
sebagai pengatur tertib semesta.
Terdapat Pokok ajaran yang diajarkan dalam hindu, diantaranya:
 Kehidupan adalah samsara (penderitaan)
 Penderitaan adalah karma dari apa yang telah dilakukan sebelumnya.
 Manusia yang mengalami reinkarnasi (dilahirkan kembali) akan mendapatkan
kesempatan untuk memperbaiki diri.
 Apabila tidak memperbaiki diri,di kehidupan selanjutnya ia akan dilahirkan dalam
wujud yang rlebih rendah.
 Bila kehidupannya sudah sempurna ,ia tidak akan ber-reinkarnasi namun lepas dari
samsara dan abadi di nirwana.
Bagi umat hindu, tempat suci berada di tempat-tempat yang dikelilingi oleh alam yang
asri (hutan, gua, laut, pantai, dsb). Mereka menganggap tempat-tempat suci ini adalah
tempat yang disemayamkan oleh para dewa sehingga umat Hindu biasanya berziarah ke
tempat tersebut seperti Kota Benares yang dianggap sebagai tempat bersemayamnya
Dewa Siwa.
Tahun 599 SM, lahir Nataputta Vardhamana seorang pangeran suku Jnatrika, yang
kelak melakukan reformasi dalam tatanan kehidupan masyarakat India. Pada usia 30
tahun Ia menanggalkan segala kekayaan dan hak istimewa kelahirannya, dan bersemedi
11

dalam keheningan. Setelah 12 tahun lamanya, ia mendapat pencerahan bahwa
sebenarnya tujuan manusia bukan untuk berkomunikasi dengan dewa-dewi melalui
perantara pendeta atau melakukan tugas berdasarkan kastanya, melainkan harus
membebaskan diri dari belenggu hawa dan nafsu. Dia mengajar dan berkhotbah tentang
pengalaman spiritual nya selama 30 tahun. Ajarannya disebut Jainisme. Ajaran dasar
yang diajarkan yaitu lima sila:
 Ahimisa (tidak melakukan kekerasan)
 Satya (melakukan kebenaran)
 Asetya (tidak mencuri)
 Brachmacharya (tidak berzina)
 Aparigraha (menjauhi materi)
Setelah ia meninggal pada tahun 527 SM, dia memperoleh banyak pengikut yang
disebut kaum jain sehingga Nataputta disebut sebagai Mahavira atau pahlawan besar.
Sementara itu, adapula agama Buddha, yaitu agama yang disebarkan oleh Siddharta
Gautama dari Suku Sakia, yang termasuk kasta Ksatria karena ia merupakan seorang
putra mahkota dari Kerajaan Kapilawastu. Sejak kecil, Sidharta sudah dalam
kemewahan istana, namun hidupnya tidak bahagia. Ketika dewasa, dia kabur dari istana
untuk melihat kehidupan di luar istana. Sidharta meyaksikan langsung orang yang telah
renta, orang sakit, orang mati, dan orang suci yang membuat batinnya menjadi
tersentak. Setelah melihat hal-hal itu, dia merasa menderita di lingkungan istimewa.
Akhirnya sidharta kabur dan mencari ketenangan agar lepas dari samsara. Setelah 7
tahun mengalami cobaan hidup yang berat, akhirnya ia bermeditasi dibawah pohon
Bodhi dan mendapatkan sinar terang di hati danubarinya dan menjadikannya seorang
Buddha (Yang Disinari). Agama Buddha tidak mengakui kesucian kitab-kitabWeda dan
tidak mengikuti aturan pembagian kasta di dalam masyarakat. Oleh karena itu, ajaran
Buddha menarik minat golongan kasta rendah. Kitab suci agama Buddha adalah
Tripitaka (Sanskerta) yang berarti tiga keranajang. Bagian-bagian dari kitab suci
Tripitaka yaitu:


Suttapitaka: kumpulan khotbah dan ajaran pokok sang Buddha.



Vinayapitaka: aturan-aturan kehidupan



Abhidarmapitaka: filosofi agama

Menurut ajaran Buddha, hidup adalah samsara karena dikelilingi oleh hawa nafsu.
Samsara dapat dihilangkang dengan mengekang hawa nafsu. Untuk mengekang hawa
nafsu, manusia harus menempuh delapan jalur kebenaran yaitu berniat baik, tidak
berlebih-lebihan, berpikir baik, memerhatikan hal-hal yang baik, berkata-kata yang

12

baik, berusaha dengan cara yang baik, makan dan minum yang baik dan bersemedi
yang baik.
Setelah 100 tahun Buddha wafat, timbul aliran Buddha Hinayana dan Buddha
Mahayana. Hinayana melambangkan ajaran Buddha sebagai kereta kecil yang artinya
bersifat tertutup. Penganut ini hanya mengejar pembebasan bagi diri sendiri. Pada
aliran ini yang berhak menjadi Sanggha adalah para biksu dan biksuni yang berada di
wihara. Sedangkan aliran Mahayana melambangkan ajaran Buddha sebagai kereta
besar yang bersifat terbuka. Dalam aliran ini siapapun berhak menjadi Sanggha asalkan
sanggup menjalankan ajaran dan petunjuk Buddha.
Dari tahun 500 SM sampai 550 SM beberapa kerajaan muncul di India Utara. Namun,
setelah ekspansi pasukan Iskandar Zulkarnaen dari wilayah Persia ke daerah Punjab
tahun 327 SM, mereka bersatu melawan pasukan Iskandar Zulkarnaen. Gerakan
perlawanan ini dipimpin Chandragupta. Kemudian berdirilah Kerajaan Maurya yang
memiliki ibukota di Pattaliputra. Kerajaan ini dipimpin pertama kali oleh
Chandragupta. Ia menyatukan pemerintahan-pemerintahan daerah menjadi satu secara
terpusat. Daerah kekuasaan juga meluas yaitu sampati ke daerah Kashmir sebelah barat
dan Sungai Gangga di sebelah timur. Chandragupta masih berpegang teguh pada adat
istiadat Hindu Arya. Ketika masa akhir kekuasaannya ia menjadi pengikut Jain. Ia pun
menyerahkan kekuasaannya kepada anakanya, Bindursara. Bindusara kiat memperluas
wilayah kekaisaran. Namun, terdapat satu kerajaan yaitu Kalingga yang sampai akhir
pemerintahannya tetap memberontak. Selanjutnya, pada pemerintahan Ashoka (268232 SM), cucu Chandragupta, Kerajaan Maurya mencapai puncak kejayaannya.
Kalinga dan Dekkan berhasil dikuasai. Ashoka melakukan genosida terhadap orangorang Kalinga. Namun setelah menyaksikan korbannya, timbul penyesalan yang
mendalam dalam dirinya. Sejak itu, ita menjadi orang yang membenci kekejaman
sehingga ia menganut agama Buddha. Bahkan, ia mencita-citakan perdamaian dan
kebahagiaan bagi umat manusia. Ia juga menjadikan Buddha sebagai agama resmi
Negara, tetapi ia juga sangat toleran terhadap agama lainnya. Tidak hanya jadi
penganut, Ashoka menyebarluaskan agama Buddha dan ia mengabarkan agamanya
melalui para misionarisnya ke berbagai wilayah seperti Sri Lanka, Yunani, Indonesia,
Turki, dsb.
Setelah 50 tahun kematiannya, Maurya semakin meredup. Kematian Raja Brhadratha,
oleh Pusyamitra Sunga, seorang komandan angkatan perang Maurya telah mengakhiri
kekaisaran Maurya. Ia mengambil alih kekuasaan dan mengembalikan ajaran Hindu
13

ortodoks dengan cara menekan para penganut Buddha. Sejak runtuhnya Maurya,
keadaan menjadi kacau. Banyak terjadi peperangan kecil karena saling ingin menguasai
wilayah lembah Indus.
Namun, keaadaan ini dapat diamankan kembali setelah munculnya kerajaan Gupta
denan rajanya Candragupta I yang memiliki pusat di sungai Gangga. Pada masa
pemertintahan Raja Candragupta I, agama Hindu dijadikan agama Negara. Kerajaan
Gupta mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Samudragupta. Ia terkena
keras dan kejam serta tidak mengenal kasihan terhadap musuhnya. Tetapi, bagi
rakyatnya ia seorang raja yang murah hati serta selalu berusaha untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup rakyatnya. Setelah itu, ia digantikan oleh anaknya yang bernama
Candragupta II atau yang dikenal sebagai Wikramaditiya. Ia beragama Hindu, namun
tidak memandang rendah atau mempersulit agama Buddha. Bahkan, Universitas Gupta
sebagai perguruan tinggi agama Buddha di Nalanda berdiri. Pada masanya merupakan
kejayaan India, hal ini ditandai dengan rakyat yang makmur, banyak gedung megah
yang didirikan, perdagangan dan pelayaran yang mencapai wilayah Burma, Sri Lanka,
dll. Selain itu, kesenian, ilmu pengetahuan, kesusastraan juga berkembang pesat. Pada
masa ini terkenal pujangga besar yang bernama Kalidasa dengan karangan yang
berjudul Syakuntala. Tetapi setelah meninggalnya raja Candragupta II, kerajaannya
mulai mundur. Hampir 2 abad India mengalami masa kegelapan dan baru pada abad ke7 muncul raja kuat yang bernama Harshawardana.

 BAB III PENUTUP

14

3.1

Sumber-sumber
http://blogbyutisweet.blogspot.com/2013/01/kehancuran-peradabanmohenjo-daro.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Peradaban_Lembah_Sungai_Indus
http://id.wikipedia.org/wiki/Mohenjo-daro
http://id.wikipedia.org/wiki/Harappa
http://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Indus
http://pendidikan4sejarah.blogspot.com/2011/06/bangsa-arya-danpengaruhnya.html

3.2

Simpulan
Dari makalah ini dapat kita simpulkan bahwa masyarakat Indonesia yang awalnya
hidup nomaden dan food gathering menjadi hidup menetap dan food producing. Lalu timbul
organisasi sosial yang disebut gotong royong, dimana anak laki-laki berperan membantu
orang dewasa di ladang, dan berburu binatang untuk dipelihara. Adapun perempuan dewasa
memasak makanan dan memelihara anak selain bekerja di ladang. Berkembang juga
kepercayaan animisme dan dinamisme.
Lembah Sungai Indus adalah sungai yang terletak disekitar daerah Punjab.
Di lembah sungai Indus terdapat sebuah peradaban manusia. Kebudayaan Sungai Indus dan
Sungai Gangga menunjukkan eksistensi dari kebudayaan Hindu, yaitu kebudayaan hasil
percampuran bangsa Arya dan Dravida. Unsur kesusastraan dan kesenian merupakan
pengaruh bangsa Arya. Sementara dalam bidang seni arsitektur, astronomi, dan ilmu
pengetahuan merupakan unsusr dari kebudayaan Lembah Sungai Indur yang diserap oleh
bangsa Arya dari kebudayaan penduduk asli (Dravida).

3.3

Saran
Di sarankan kepada pembaca agar bias memahami lebih dalam dan memaparkan materi yang
telah kami dibahas yaitu mengenai peradaban awal masyarakat Indonesia dan masyarakat di
lembah sungai Indus.

15