OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN SURAT KABAR PAD

JURNAL

OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN SURAT KABAR PADA BERITA
KECELAKAAN MOBIL LISTRIK TUCUXI
(Analisis Isi Kuantitatif pada Jawa Pos dan Kompas periode Januari 2013 )

TITAH MRANANI
0911220035

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2014

OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN SURAT KABAR PADA BERITA
KECELAKAAN MOBIL LISTRIK TUCUXI
(Analisis Isi Kuantitatif pada Jawa Pos dan Kompas periode Januari 2013 )

Oleh :
Titah MrananiFISIP,
Universitas Brawijaya


Abstrak
Objektivitas merupakan hal yang penting karena berkaitan dengan syarat
sebuah berita dan menunjukkan kredibilitas media. Tujuan penelitian ini adalah
melihat objektivitas surat kabar Jawa Pos dan Kompas tentang berita kecelakaan
mobil listrik Tucuxi yang dikendarai Dahlan Iskan. Selain itu, penelitian ini juga
ingin menguji asumsi dari Shoemaker dan Reese tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi proses pembuatan berita. Karena ada kecenderungan bahwa
sumber berita dalam kejadian ini adalah Dahlan Iskan, berpotensi mempengaruhi
isi berita. Untuk melihat objektivitas berita, peneliti menggunakan konsep
Objektivitas Berita Westertahl. Konsep tersebut dibagi menjadi dua dimensi yaitu
Dimensi Faktualitas dan Dimensi Imparsialitas.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dan jenis
penelitian yang digunakan adalah analisis isi. Teknik sampling yang digunakan
adalah total sampling, dengan hasil 13 berita sesuai dengan indikator. Adapun
teknik yang digunakan pada penelitian ini adalah table distribusi frekuensi. Dari
tabel distribusi frekuensi dapat dilhat berapa besaran frekuensi pada masingmasing indikator yang terdapat pada berita di Jawa Pos dan Kompas.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari delapan indikator yang
digunakan pada penelitian ini, Kompas lebih objektif pada enam indikator,
sedangkan Jawa Pos objektif pada dua indikator. Hal tersebut berarti Kompas

lebih objektif dibandingkan Jawa Pos pada berita yang terkait dengan kecelakaan
mobil listrik yang dialami oleh Dahlan Iskan. Selain itu, hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa asumsi yang dikemukakan Shoemaker dan Reese tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan berita benar adanya.
Kata kunci : Objektivitas berita, Jawa Pos, Kompas, Westertahl

2

Dalam
beberapa
tahun
terakhir objektivitas berita menjadi
major issue atau topik yang banyak
diperdebatkan di kalangan praktisi
jurnalistik dan menjadi kajian
penelitian. Seperti yang diungkapan
Santoso
(2011,
h.1)
dalam

penelitiannya, “Bahan perdebatan
yang sering mengemuka tentang
objektivitas adalah tentang definisi
objektivitas itu sendiri, kriteria
objektivitas,
hingga
pertanyaan
pesimis
tentang
apakah
ada
objektivitas di dunia ini?” Selain itu
masih ada pertanyaa lagi tentang
objektivitas berita, misalnya saja
tentang sejauh mana objektivitas
media dapat diukur? Apakah
objektivitas berarti wartawan sama
sekali tidak boleh berpihak? Apakah
objektivitas berarti segala-galanya
bagi kredibilitas sebuah media?


Pengertian dari objektivitas
dalam dunia media massa adalah
suatu metode yang digunakan untuk
menghadirkan suatu gambaran dunia
yang sedapat mungkin jujur dan
cermat dalam batas-batas praktik
jurnalistik.
Pengertian
tersebut
sebagaimana diungkapkan McQuail
(2000), bahwa objektivitas pada
umumnya berkaitan dengan berita
dan informasi. Informasi dikatakan
objektif jika akurat, jujur, lengkap,
sesuai dengan kenyataan, bisa
diandalkan dan memisahkan antara
fakta dan opini. Informasi juga harus
seimbang dan adil, dalam artian
melaporkan

perspektif-perspektif
alternatif dalam sifat yang tidak
sensasional dan tidak bias.
Pada dasarnya objektivitas
berita merupakan suatu hal yang
penting. Seperti yang diungkapkan
Puspita (2011, h. 3) mengutip dari
McQuail, “Objektivitas bisa jadi
hanya merupakan salah satu syarat
sebuah berita, namun objektivitas
pun memiliki peranan penting
sebagai kunci bagi khalayak untuk
menilai apakah berita tersebut dapat
dipercaya dan reliabel.”

Taufiq (n.d) juga mengatakan
bahwa konsep objektivitas
dalam
jurnalisme
berkembang hampir satu abad

yang lalu, sebagai reaksi
terhadap pelaporan yang
sensasional dan didorong
oleh opini yang merupakan
hal biasa pada kebanyakan
surat kabar zaman itu. Istilah
“objektivitas” pada mulanya
dipakai
untuk
menggambarkan
sebuah
pendekatan atau metode
jurnalistik, wartawan akan
berusaha
menyampaikan
berita dengan cara yang
objektif, tanpa mencerminkan
bias
pribadi
maupun

kelompok.

Objektivitas media massa
menjadi sebuah hal yang penting dan
menarik karena dalam setiap media
massa
terdapat
penulis
atau
wartawan, yang memiliki pandangan
tersendiri dalam menyikapi sebuah
peristiwa atau berita yang akan
disajikan.
Objektivitas
menjadi

3

sangat penting karena nantinya
berita-berita yang dimuat pada surat

kabar akan dibaca oleh khalayak.

Hal tersebut sejalan dengan
pernyataan yang diungkapkan oleh
Ardinanto dan Erdinaya (2005),
bahwa media massa mempunyai
peran untuk mengubah sikap,
kepercayaan atau nilai seseorang
terhadap nilai objek yang diberikan
dalam media massa. Pemberitaan
dikatakan tidak objektif jika terdapat
keberpihakan kepada salah satu
pihak saja. Wartawan dituntut untuk
menggunakan objektivitasnya sebaik
mungkin, karena hal tersebut akan
mempengaruhi keakuratan berita
yang disajikan. Sebagai pemberi
berita yang memberikan data-data
mengenai situasi dan kondisi yang
terjadi di dalam negeri, seorang

wartawan diharapkan khalayak akan
mampu menetapkan sikap serta
minatnya, dimana ia harus berdiri,
apakah mengikuti arus, menentang
arus atau netral.
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Fransiska (2009) dan
Puspita (2011), keduanya lebih
banyak
membahas
tentang
objektivitas suatu media dalam
memberitakan sesuatu fenomena atau
kejadian. Puspita menggunakan satu
media
untuk
menggambarkan
tentang bagaimana pemberitaan
tentang virus H5N1 di Indonesia
pada surat kabar internasional.

Penelitian Fransiskan menggunakan

empat media untuk menggambarkan
tentang tingkat objektivitas pada
berita Pemilu 2009. Pada penelitian
ini, peneliti menggunakan dua media
untuk melihat objektivitas berita
tentang kecelakaan mobil listrik
Tucuxi yang dikendarai Dahlan
Iskan. Pemilihan media berdasarkan
faktor-faktor yang mempengaruhi
pemberitaan
seperti
yang
diungkapkan Shoemaker dan Reese.
Hal ini dikarenakan ada asumsi
bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi objektivitas berita.
Karena tidak bisa dipungkiri,
berita pada dasarnya juga tidak dapat

mutlak objektif. Seperti yang dikutip
Puspita (2011) dari Gaye Tuchman
meragukan bahwa objektivitas dapat
diterapkan oleh seorang jurnalis
dalam
upayanya
menghasilkan
liputan yang bebas nilai dan
komprehensif berdasarkan “peristiwa
nyata”.
Banyak
faktor
yang
mempengaruhi pembuatan berita.
Seperti yang diungkapkan Pamela J.
Shoemaker dan Stephen D. Reese
(1996) dalam bukunya yang berjudul
Mediating The Message: Theories of
Influences on Mass Media Content,
faktor-faktor yang mempengaruhi
pembuatan berita bisa berasal dari
tingkatan individual, rutinitas media,
organisasi media, ekstra media
maupun dari ideologi perusahaan.
Perlu diketahui bahwa media
massa memiliki kekuasaan dan hak

untuk menentukan apa saja yang
akan
disajikan
dalam
pemberitaannya kepada khalayak.
Saat ini, media akan menggunakan
kekuasaannya untuk membentuk
opini
publik
sesuai
dengan
keinginannya, sehingga redaksi dan
jurnalis dikontrol dan didikte harus
memberitakan apa saja sesuai dengan
ideologi media. Altschull (dalam
McQuail, 2000) mengatakan bahwa
isi dari media selalu merefleksikan
kepentingan
orang-orang
yang
membiayainya. Intervensi pemilik
dari industri media semakin kuat,
dengan memasukkan kepentingan
pemilik atau perusahaan dalam
konten berita. Hal ini tercermin
dalam informasi publik yang dapat
dikonstruksikan oleh pemilik media
sebagai komoditi yang menjual,
sehingga warga terekspos pada
informasi
yang
terbatas
dan
cenderung
homogen,
serta
objektivitas yang sulit didapat.

Hal tersebut sesuai dengan
yang disampaikan Shoemaker dan
Reese tentang pengaruh kepemilikan
media dengan berita berkaitan sangat
erat. Hal ini dikarenakan saat ini
media bekerja sebagai suatu sistem
yang terintegrasi dengan sub sistem
lainnya.
Sehingga
apa
yang
diungkapkan oleh Atkins (dalam De
Beer dan Merrill 2004, h.168) bahwa
“Perspektif mengenai objektivitas
yaitu
jurnalis
haruslah
tidak
memihak dalam mengumpulkan,
memproses dan memberikan berita

yang dapat menjadi nyata dan
konkrit sehingga dapat dibuktikan
oleh pembacanya”. Namun, hal
tersebut saat ini sangat sulit
didapatkan
karena
ada
kecenderungan bahwa pemilik media
juga memiliki kontrol untuk melihat
bagaimana isi pemberitaan terkait
sebuah peristiwa.
Berdasarkan
penjelasan
tentang faktor kepemilikan media
dan pengaruhnya tersebut, dalam
penelitian tentang objektivitas ini
peneliti ingin melihat bagaimana
kecenderungan objektivitas berita
media massa yaitu Jawa Pos dan
Kompas. Alasan pemilihan Jawa Pos
sebagai objek pada penelitian ini
adalah Dahlan Iskan merupakan
mantan CEO dari Jawa Pos. Selain
itu, saat ini Jawa Pos dipimpin oleh
orang yang memiliki hubungan
keluarga dengan Dahlan Iskan. Topik
yang dipilih untuk melihat gambaran
objektivitas media adalah kecelakaan
yang dialami Dahlan Iskan ketika
mengendarai mobil listrik Tucuxi
pada Januari 2013 yang lalu.
Pemilihan topik penelitian ini
dikarenakan peneliti tertarik untuk
mengetahui tentang pemberitaan
Dahlan Iskan terkait kecelakaan yang
dialami. Dengan adanya latar
belakang pernah memimpin Jawa
Pos dan masih ada hubungan dengan
pemimpin yang sekarang, peneliti
tertarik untuk menguji apakah asumsi
Shoemaker
dan
Reese
yang
disampaikan sebelumnya tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi
pembuatan berita terbukti atau tidak.
Penelitian ini tidak meneliti
tentang proses pembuatan berita.
Fokus dari penelitian ini hanya ingin
membuktikan kecenderungan isi
komunikasi atau berita dalam
penelitian ini, tentang kecelakaan
yang dialami Dahlan Iskan. Menurut
Shoemaker dan Reese, salah satu
faktor yang mempengaruhi isi berita
adalah struktur organisasi media dan
sumber berita. Dalam struktur
organisasi, Dahlan Iskan merupakan
mantan CEO Jawa Pos. Kemudian
dari segi sumber berita, Shoemaker
dan Reese menyebutkan bahwa
“Sumber berita, dalam hal ini bukan
dipandang sebagai pihak yang netral
dalam memberikan informasi, namun
memiliki kepentingan tersendiri serta
memberlakukan politik media dalam
informasinya”
(1996,
h.64).
Berdasarkan pendapat Shoemaker
dan
Reese
tersebut,
peneliti
mengasumsikan bahwa pemberitaan
tentang Dahlan Iskan di Jawa Pos
akan dipengaruhi oleh figur Dahlan
Iskan.
Untuk
menguji
kecenderungan tersebut, peneliti
menggunakan analisis isi. Hal
tersebut
sesuai
dengan
yang
diungkapkan Wimmer dan Dominick
(dalam Kriyantono, 2006), fungsi
dari analisis isi adalah untuk
menggambarkan isi komunikasi yang
tampak, dan menguji hipotesa

tentang karakter isi pesan, atau dalam
penelitian ini peneliti tertarik untuk
menguji tentang asumsi yang
diungkapkan Shoemaker dan Reese
tentang faktor yang mempengaruhi
pembuatan berita.
Sebagai pembanding pada
penelitian ini, peneliti sekarang ini
juga memilih Kompas untuk melihat
objektivitas
berita
tentang
kecelakaan mobil listrik Tucuxi.
Pemilihan Kompas berdasarkan
grafik pembaca surat kabar pada
tahun 2009 seperti yang dilansir dari
website Jawapos.com. Berdasarkan
grafik yang ditampilkan sebelumnya,
Kompas berada pada peringkat kedua
pembaca terbanyak di wilayah
Surabaya dan sekitaran Jawa Timur.

Untuk mengukur objektivitas
berita,
peneliti
menggunakan
kerangka konsep Westertahl. Dalam
konsep tersebut, untuk menilai
objektivitas media massa dilihat
dengan menggunakan dua dimensi
yaitu dimensi faktualitas dan dimensi
imparsialitas. Dari dua jurnal
penelitian yang dirujuk peneliti,
keduanya menggunakan kerangka
konsep Westertahl ini untuk melihat
objektivitas sebuah berita. Hasil yang
diperoleh kedua penelitian, yaitu
penelitian yang dilakukan Fransiska
(2009) dan Puspita (2011), dapat
menggambarkan tentang objektivitas
berita dibantu dengan menggunakan
analisis isi kuantitatif.

Dari hasil berbagai penelitian
yang dilakukan oleh peneliti
terdahulu tentang objektivitas dan
pernyataan
tentang
bagaimana
pengaruh pemilik media, serta sesuai
dengan Kode Etik Jurnalistik pasal 1
bahwa
“Wartawan
Indonesia
bersikap independen, menghasilkan
berita yang akurat, berimbang dan
tidak beritikad buruk” (Dewan Pers,
2011), peneliti ingin melihat
bagaimana gambaran komunikasi
Jawa Pos dan Kompas terkait berita
kecelakaan yang dialami Dahlan
Iskan. Diharapkan dengan semakin
jelasnya keobjektivitasan sebuah
berita, media dapat memberikan
informasi yang sesuai dengan realitas
dan fakta yang ada dan tidak
mengaburkan fakta kejadian dengan
ideologi
masing-masing
media
massa.
TINJAUAN PUSTAKA
Seperti yang diungkapkan
Westerthal (dalam McQuail, 2000)
objektivitas setidaknya mengandung
faktualitas
dan
imparsialitas.
Faktualitas yang berarti kebenaran
yang ada di dalamnya memuat
akurasi (tepat dan cermat), serta
mengaitkan sesuatu yang relevan
untuk diberitakan (relevansi). Selain
itu,
imparsialitas
mensyaratkan
adanya keseimbangan dan kenetralan
dalam mengungkapkan sesuatu.
Model yang paling mendekati
objektivitas yang ideal adalah model

yang dibuat oleh Westersthal, yang
mengadopsi peraturan penyiaran di
Swedia, meski menghindari istilah
objektivitas
yang
menghendaki
ketidakberpihakan. Secara umum
model objektivitas tersebut kedalam
dua dimensi, yakni dimensi kognitif
dan dimensi imparsialitas.

Sumber : Dikutip dari McQuail (dalam
Eriyanto, 2011, h. 195-196)

Dimensi
faktualitas
berhubungan dengan kualitas infomasi
dari suatu berita. Dua subdimensi besar
dari faktualitas yaitu, truth (kebenaran)
dan relevan. Dari subdimensi tersebut,
diperkecil lagi menjadi variabel yang
lebih
ringkas
untuk
menilai
keobjektivitasan sebuah berita.
Subdimensi truth dibagi menjadi
tiga turunan lagi yaitu faktual, akurasi
dan lengkap. Untuk turunan relevan
terdiri dari normatif, jurnalistik, khlayak
dan real-world, namun dalam penelitian
ini peneliti hanya menggunakan
jurnalistik saja.

Westerstahl
menjabarkan
subdimensi berimbang (balance)
dapat diturunkan menjadi variabel
yang lebih kecil lagi, yaitu akses
proporsional dan (apakah masingmasing pihak dan sisi telah diberikan

kesempatan yang sama) dan dua sisi
(Eriyanto, 2011). Variabel netral,
terbagi menjadi non-evaluatif (berita
tidak memberikan penilaian atau
judgement). Serta variabel nonsensasional (berita tidak melebihlebihkan fakta yang diberitakan), jadi
dalam pemberitaan penulis berita
tidak menggunakan kata-kata yang
berlebihan atau terlalu bertele-tele
pada berita yang ditayangkan.
(Eriyanto, 2011).
METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan
adalah analisis isi, yaitu suatu teknik
sistematis untuk menganalisis dan
mengolah pesan, atau suatu alat
untuk
mengobservasi
dan
menganalisis isi perilaku komunikasi
yang terbuka dari komunikator yang
dipilih. Peneliti ingin mengungkap
kecenderungan yang ada pada isi
komunikasi, baik pada media cetak
maupun media elektronik (Suyanto,
2005, h.127). Sementara teknik
analisis yang digunakan adalah
analisis deskriptif kuantitatif, untuk
mendapatkan gambaran tentang
pemberitaan Dahlan Iskan pada surat
kabar Jawa Pos dan Kompas dalam
13 berita yang digunakan sebagai
data primer pada penelitian ini.
Penggunaan metode analisis
isi, seperti yang diungkapkan
Wimmer dan Dominick (dalam
Kriyantono, 2006) bahwa penelitian
dengan menggunakan analisis isi

banyak
digunakan
untuk
menggambarkan isi komunikasi yang
nampak.
Dalam melakukan analisis isi,
peneliti mengamati objektivitas
pemberitaan dari dua dimensi yaitu
dimensi faktualitas dan dimensi
imparsialitas. Kemudian membuat
lembar pencatatan (lembar coding),
langkah ini dilakukan dengan
mengumpulkan berita-berita yang
sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan oleh peneliti.
Jenis analisis yang dilakukan
untuk
riset
deskriptif
dan
menggunakan statistik deskriptif
(Kriyantono, 2006, h.168). Kategori
statistik deskriptif yang akan
digunakan pada penelitian ini adalah
Tabel
(Distribusi)
Frekuensi.
Kegunaan dari tabel ini adalah
membantu peneliti untuk mengetahui
bagaimana (distribusi) frekuensi dari
data penelitian. Tabel distribusi
frekuensi
dibuat
setelah
membandingkan hasil penelitian
yang dilakukan peneliti dan dua
koder yang telah dipilih.
PEMBAHASAN
Tabel Hitungan Indikator Per Berita
pada Jawa Pos

Indikator
Pemberitaan
Kelengkapan unsur
5W+1H

Jawa Pos
F

%

45

52,94
%

Pemenuhan aspek
Jurnalistik berdasarkan
news value

19

22,35
%

Pemenuhan aspek
Jurnalistik
berdasarkan news
value

9

16,67%

Pemenuhan Cover All
Side pada Setiap Berita

13

15,3%

9

16,67%

9,41%

Pemenuhan Cover All
Side pada Setiap
Berita

Jenis Fakta yang
Digunakan

8

JUMLAH

85

100%

Jenis Fakta yang
Digunakan

6

11,11%

JUMLAH

54

100%

Sumber : Diolah oleh Peneliti
Tabel Hitungan Indikator Per Paragraf
pada Jawa Pos

Indikator
Pemberitaan

Jawa Pos
F

%

Akurasi Dalam
Pemberitaan

31

29,8%

Dua Sisi Dalam
Penyajian Berita

40

38,46
%

Penggunaan NonSensasional Dalam
Pemberitaan

2

Non-Evaluatif pada
Opini Narasumber
JUMLAH

Indikator
Pemberitaan

Kompas
%

Akurasi Dalam
Pemberitaan

21

33,3%

1,92%

Dua Sisi Dalam
Penyajian Berita

21

33,3%

0

0

31

29,8%

Penggunaan NonSensasional Dalam
Pemberitaan

104

100%

Non-Evaluatif pada
Opini Narasumber

21

33,3%

JUMLAH

63

100%

Tabel Hitungan Indikator Per Berita
pada Kompas

Kelengkapan unsur
5W+1H

Tabel Hitungan Indikator Per Paragraf
pada Kompas

F

Sumber : Diolah oleh Peneliti

Indikator
Pemberitaan

Sumber : Diolah oleh Peneliti

Kompas
F

%

30

55,5%

Sumber : Diolah oleh Peneliti
Pada tabel frekuensi tersebut
menunjukkan proporsi objektivitas
berita kecelakaan mobil listri Tucuxi
yang dikendarai Dahlan Iskan pada
surat kabar Jawa Pos dan Kompas
periode Januari 2013. Dari total 13
berita yang didapat peneliti terkait

berita kecelakaan Dahlan Iskan pada
bulan Januari 2013, kemudian dibagi
menjadi dua cara perhitungan, yaitu
per berita dan per paragraf.
Berdasarkan perhitungan per
berita, indikator kelengkapan berita
menempati urutan pertama dengan
skor
Kompas
lebih
tinggi
dibandingkan dengan Jawa Pos. Dari
lima berita yang membahas tentang
kecelakaan mobil listri Tucuxi,
Kompas memperoleh 30 poin dan
presentase 55,5%. Pada Jawa Pos,
dari delapan berita yang membahas
tentang kecelakaan tersebut hanya
mendapat 45 poin 52,94%. Pada
kategori ini, Kompas lebih objektif
dibandingkan Jawa Pos.
Kategori relevansi berita
dengan kaidah jurnalistik, Jawa Pos
lebih objektif dibandingkan Kompas.
Dari delapan berita mengenai
kecelakaan yang dialami Dahlan
Iskan tersebut Jawa Pos mendapat
skor 19 poin dengan presentase
22,35%, sedangkan Kompas hanya
mendapat 9 poin dengan presentase
16,67%.
Pada cover all side atau
penyajian
narasumber
secara
seimbang, Kompas terhitung lebih
objektif dibandingkan Jawa Pos.
Karena dari empat narasumber yang
ditetapkan pada penelitian ini,
Kompas mendapat sembilan poin
dengan
presentase
16,67%,
sedangkan Jawa Pos mendapatkan 13

poin dari delapan berita dengan
presentase 15,3%.
Indikator
terakhir
pada
perhitungan berdasarkan per berita
yaitu faktualitas berita, yaitu
pemisahan antara fakta sosiologis
dan fakta psikologis berita. Namun,
pada penelitian ini, perhitungan
kategori faktual berdasarkan sifat
fakta bahan baku berita, yang terdiri
dari fakta sosiologis dan fakta
psikologis tersebut. Pada kategori ini,
koran Jawa Pos lebih objektif karena
mampu menjaga keseimbangan fakta
sosiologis pada fakta psikologis pada
delapan berita yang membahas
tentang kecelakaan mobil listrik
Tucuxi, dengan poin masing-masing
empat pada fakta sosiologis maupun
fakta psikologis. Pada koran Kompas
yang
berjumlah
lima
berita,
penulisan berdasarka fakta psikologis
lebih banyak dibandingkan dengan
fakta sosiologis, yaitu dua poin untuk
fakta sosiologis dan tiga poin untuk
fakta psikologis.
Pada
kategori
dengan
peritungan berdasarkan per paragraf,
indikator dua sisi merupakan
kategori yang menempati nilai
tertinggi. Pada kategori dengan
sistem
penilaian
berdasarkan
komposisi kalimat positif dan
kalimat negatif pada setiap paragraf
ini,
Kompas
lebih
objektif
dibandingkan Jawa Pos. Dari lima
koran Kompas yang terdiri dari 21
paragraf, 16 paragraf menuliskan
kalimat positif, dan lima paragraf

menuliskan kalimat negatif. Pada
Jawa Pos, dari delapan berita yang
40 paragraf, 37 paragraf menuliskan
kalimat positif dan tiga paragraf
menuliskan kalimat negatif.
Pada
indikator
akurasi
pemberitaan dan non-evaluatif berita,
penilaian berdasarkan kesesuaian
antara fakta sosiologis dan fakta
psikologis. Koran Kompas pada
kategori
ini
lebih
objektif
dibandingkan dengan Jawa Pos. Pada
koran Kompas seluruh paragraf yang
berjumlah 21 tersebut memiliki
kesesuaian antara fakta sosiologis
dan fakta psikologisnya. Tetapi, pada
koran Jawa Pos, dari 40 paragraf,
hanya 30 paragraf saja yang
memiliki kesesuaian antara kedua
jenis fakta tersebut.
Kategori terakhir adalah
kategori non-sensasional pada berita.
Penilaian tersebut berdasarkan pada
setiap paragraf yang mengandung
kata-kata yang berlebihan atau
bertele-tele.
Kompas
kembali
menjadi yang lebih objektif, karena
dalam
setiap
paragraf
yang
memberitakan tentang kecelakaan
mobil listrik ini tidak menggunakan
kata-kata yang berlebih-lebihan atau
bertele-tele. Sedangkan pada Jawa
Pos, dari 40 paragraf berita tentang
kecelakaan yang menimpa Dahlan
Iskan tersebut, terdapat dua paragraf
yang
menggunakan
kata-kata
sensasional.

Berdasarkan
hasil
pembahasan
masing-masing
indikator, kedua media memenuhi
syarat-syarat objektivitas berita.
Mulai dari unsur kelengkapan, dua
sisi, akurasi data, non-evaluatif,
kefaktualan berita, relevansi berita
dengan news value, cover all side
dan juga non-sensasional. Namun
jika dilihat berdasarkan hasil
perhitungan, Kompas lebih objektif
dibandingkan Jawa Pos.
Dari
analisis
indikator
objektivitas berita tersebut terlihat
bahwa Kompas menuliskan berita
dengan lebih objektif dibandingkan
dengan Jawa Pos. Berdasarkan
model tingkatan pengaruh dalam
penulisan berita yang dituliskan oleh
Shoemaker dan Reese (1996), berita
yang dituliskan oleh Kompas
dipengaruhi oleh faktor individual
yang berhubungan dengan latar
belakang
kehidupan
wartawan.
Selain itu juga dipengaruhi oleh
rutinitas media yang berhubungan
dengan mekanisme dan proses
penentuan berita yang terdiri dari
proses pembuatan berita. Serta level
organisasi yang berhubungan dengan
struktur organisasi yang meliputi
wartawan,
editor,
layouter,
fotografer, dan lain-lain. Hal ini
terlihat dari berita yang dituliskan
oleh Kompas menekankan pada
aspek seimbang dan netral dalam
pemberitaannya.
Sedangkan pada Jawa Pos,
berita tentang kecelakaan mobil
listrik tersebut dipengaruhi oleh

faktor individual, faktor rutinitas
media, level organisasi, serta level
ideologis. Hal tersebut terlihat dari
berita yang disampaikan oleh Jawa
Pos terkait kecelakaan tersebut lebih
banyak menampilkan sosok Dahlan
Iskan. Termasuk salah satu berita
yang dituliskan langsung oleh
Dahlan Iskan terkait kecelakaan
tersebut dan rencana pengembangan
selanjutnya tentang mobil listrik. Hal
tersebut bisa saja berhubungan
dengan sejarah yang dimiliki Dahlan
Iskan yang pernah menjabat sebagai
CEO dari Jawa Pos.
Selain sejarah Dahlan Iskan
dengan Jawa Pos, ada faktor lain
yang membuat berita tentang Dahlan
Iskan menjadi tidak objektif, yaitu
hubungan keluarga antara Dahlan
Iskan dengan salah satu Direktur
Jawa Pos, bisa mempengaruhi isi
pemberitaan Jawa Pos terkait
kecelakaan mobil listrik Tucuxi.
Seperti yang dijelaskan pada bab II
dan gambaran umum media terkait
pendekatan untuk menjelaskan isi
berita, pendekatan politik-ekonomi
yang disampaikan Sudibyo (2004)
menjadi faktor utama bagaimana
media menentukan isi media. Selain
itu juga faktor politik-ekonomi ini
pula yang mempengaruhi bagaimana
tampilan dan kecenderungan media,
dalam penelitian ini adalah Jawa Pos
dalam menyajikan berita tentang
Dahlan Iskan. Sehingga, berita yang
berkaitan dengan Dahlan tersebut
lebih banyak diekspos dibandingkan
dengan koran Kompas.

SIMPULAN

Kedua
media
sudah
memenuhi unsur konsep objektivitas
Westertahl. Namun, dari hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
Kompas lebih objektif dibandingkan
Jawa Pos. Hal tersebut membuktikan
bahwa asumsi Shoemaker dan Reese
tentang faktor yang mempengaruhi
pembuatan berita terjadi pada berita
tentang kecelakaan mobil listrik
Tucuxi yang dikendarai Dahlan
Iskan. Faktor sumber berita dan level
organisasi merupakan faktor yang
menunjukkan berita kecelakaan
mobil listrik Tucuxi tersebut tidak
objektif.

DAFTAR PUSTAKA
JURNAL
Fransiska, N. K. E. (2009). Objektivitas pemberitaan peserta partai politik tahun 2009 dalam
periode kampanye pemilihan legislatif di koran nasional. Jurnal Ilmiah
SCRIPTURA,
Vol.
3,
No.
2,
152

160.
Diakses
dari
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/iko pada 20 November 2013.
Halim, S. (2013). Berita televisi, kontruksi “objektivitas” yang tergesa-gesa. Paper dimuat
pada jurnal academia.edu yang dimuat pada bulan September 2013. Diakses dari
https://www.academia.edu/1432656/Berita_Televisi_Konstruksi_Objektivitas_yan
g_Tergesa-gesa pada 17 Desember 2013.
Puspita, B. B. (2011). Kecenderungan objektivitas pemberitaan epidemi virus H5N1 dalam
international herald tribune online. Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 8, No.1,
1-16.
Diakses dari http://jurnal.uajy.ac.id/jik/2012/05/29/volume-8-nomor-1-juni-2011-2/
pada 20 November 2013.
Santoso, E. (2011). Memaknai ulang obyektivitas dalam media massa (sebuah apresiasi pada
praktik jurnalisme subyektif. Jurnal Acta diurnA Vol. 7, No. 1, 1-6. Diakses dari
http://komunikasi.unsoed.ac.id/id/node/66 pada 20 Desember 2013.
BUKU
Ardinanto, E. & Erdinaya, L. K. (2005). Komunikasi massa : suatu pengantar. Bandung :
Simbiosa Rekatama Media.
Assegaf, D. H. (1982). Jurnalistik masa kini. Jakarta : Ghalia.
Bungin, B. (2001). Metode penelitian kualitatif : aktualisasi metodologis ke arah ragam
varian kontemporer. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
De Beer, A. S. & John, C. M. (2004). Global jurnalism : topical issue and topical systems.
USA : Pearson Education.
Eriyanto. (2011). Analisis isi : pengantar metodologi untuk penelitian ilmu komunikasi dan
ilmu-ilmu sosial lainnya. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Ghozali, I. (2001). Analisis multivariate dengan program SPSS. Semarang : Badan Penerbit

Universitas Diponegoro.
Junaedi, F. (2007). Komunikasi massa pengantar teoritis. Yogyakarta : Santusta.
Kriyantono, R. (2006). Teknik praktis riset komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media
Group.
Kriyantono, R. (2008). Public relations writing. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Kusumaningrat, H. (2007). Jurnalistik teori dan praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Martono, N. (2011). Metode penelitian kuantitatif analisis isi dan analisis data sekunder.
Jakarta : Rajawali Pers.
McQuail, D. (1992). Media performance mass communication and the public interest.
London : SAGE Publications.
McQuail, D. (2000). McQualis’s communication theory (4th Edition). London : SAGE
Publications.
Nurudin. (2007). Pengantar komunikasi massa. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Shoemaker, P. J. & Reese, S.D. (1996). Mediating the message : theories of influence on
mass media content. USA : Longman.
Singarimbun, M. & Effendi, S. (1995). Metode penelitian survey. Jakarta : LP3ES.
Sumadiria, H. (2005). Jurnalistik indonesia menulis berita dan feature. Bandung : Simbiosa
Rekatama Media.
Sumadiria, H. (2006). Jurnalistik indonesia. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Suyanto, B. (2005). Metode penelitian sosial. Jakarta : Kencana.
Turow, J. (2009). Media today an introduction to mass communication. New York :
Routledge.

LAIN-LAIN
Aswat, A.T. (2010). Objektivitas Berita Film Dokumenter “Cowboys In Paradise” di
Media Online Kompas.Com (Analisis Objektivitas Berita Film Documenter
“Cowboys in Paradise” di media online kompas.com edisi 26 April – 30 April
2010). Diakses dari http://digilib.upnjatim.ac.id/files/disk1/4/jiptupn-gdl-anditrilan154-7-bab4.pdf
Dewan Pers. (2011). Kode Etik Jurnalistik . Diakses pada 11 Oktober 2013, dari
http://www.dewanpers.or.id/page/kebijakan/peraturan/?id=513
Jawa

Pos.

(n.d).

Profil

jawa

pos.

Diakses

pada

14

April

2014,

dari

2014,

dari

http://www.jawapos.co.id/profile/index.php
Kompas.

(n.d).

Sejarah

kompas.

Diakses

pada

14

April

http://print.kompas.com/about/sejarahkompas.html
Prihandini, F. (2011). Konstruksi Media Terhadap Pansus Century (Analisis Framing

Atas Berita-Berita Mengenai Pansus Century di Kompas dan Jawa Pos).
Diakses dari
http://eprints.undip.ac.id/29017/1/SUMMARY_SKRIPSI_Fransiska_P.pdf
Putra, J. D. (2010). Barack Obama dalam berita (Analisis Framing Berita Rencana
Kedatangan dan Penundaan KedatanganBarack Obama Ke Indonesia Pada Surat
Kabar Jawa Pos dan Republika Edisi Maret 2010). (Skripsi, Universitas Brawijaya,
2010)
Taufiq, V. (n.d). Jurnalisme Dasar (Objektivitas dan Keadilan). Diakses pada 11 Juni 2014,
dari http://vivixtopz.wordpress.com/modul-kuliah/jurnalistik-2/jurnalisme-dasar/.