BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - LERISA SOVINIA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang tidak selalu sempurna dalam hidupnya,
banyak terdapat masalah-masalah yang dihadapi oleh setiap manusia. Berbagai
masalah tersebut dapat saja membuat diri manusia itu berdampak postif dan
negative. Berdampak positif apabila seseorang mampu mengontrol diri dan
emosinya namun berbeda pula dengan dampak negative yang akan terjadi bahkan
akan berlanjut pula pada gangguan-gangguan psikologis yang perlu penanganan
khusus. Salah satunya adalah skizofrenia.
Skizofrenia merupakan gangguan psikologis yang berhubungan dengan
pandangan popular mengenai gila atau sakit mental (dalam Nevid, 2005 hal. 103).
Secara umum ditandai oleh distorsi pikiran, persepsi yang khas, dan gangguan
afek yang tidak wajar. Dalam skizofrenia terdapat beberapa tipe yaitu tipe tak
terorganisasi, tipe katatonik dan tipe paranoid (DSM-IV-TR; APA, 2000 dalam
Pilpala. 2013 ). Salah satu tipe skizofrenia adalah tipe paranoid yaitu bercirikan
focus terhadap suatu atau lebih waham atau adanya hausinasi auditoris yang
sering (APA, 2000, dalam Navid, 2005, hal 118 ). Pada penderita skizofren tipe
paranoid ini, tidak menunjukkan disorganisasi yang jelas seperti afek datar, atau
perilaku katatonik. Pada suatu kasus penderita skizofren paranoid mengalami
sering mendengar suara-suara baik suara perempuan maupun suara laki-laki yang
mengatakan “jelek, goblok, miskin”. Suara-suara tersebut sangat mengganggu
penderitasetiap saat kecuali klien sedang tidur, dan merasa heran karena suarasuara tersebut tidak memiliki wujud seperti manusia. Sehingga membuatnya
marah dan mencari-cari sumber suara-suara tersebut yang membuatnya semakin
gelisah dan khawatir. Pada akhirnya masuk RSJ karena akan mengancam ibuya
dengan senjata tajam. Peristiwa tersebut terjadi setelah ia menjadi korban broken
home orang tuanya yang kedua serta didukung pula dengan kondisi ekonomi yang
lemah serta ejekan teman-temannya.
Hasil dari beberapa penelitian dan salah satunya penelitian yang dilakukan
oleh Fallon (Davison et al., 1994; Rathus et al., 1991) menyatakan bahwa campur
tangan keluarga sangat membantu dalam proses penyembuhan, atau sekurangkurangnya mencegah kambuhnya penyakit penderita, dibandingkan dengan
terapi-terapi secara individual. Salah satu terapi yang mendukung pernyataan
tersebut yaitu dengan menggunakan terapi suportif, yang menitikberatkan pada
pemberian support (dorongan) pada penderita, guna membawa penderita ke dalam
keseimbangan emosional secepat mungkin dengan cara mmperbaiki simtomsimton, sehingga akan dapat berfungsi kembali secara normal.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari terapi support?
2. Efektifkah terapi support digunakan dalam menangani berbagai gangguan
psikologis?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk dapat memahami dan mengerti
definisi dari terapi support, dan memahami seberapa efektif terapi support ini
dapat mengurangi atau menangani berbagai gangguan psikologis yang terjadi
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi Terapi Suportif
Terapi Suportif merupakan suatu bentuk terapi alternatif yang mempunyai
tujuan untuk menolong pasien beradaptasi dengan baik terhadap suatu masalah
yang dihadapi dan untuk mendapatkan suatu kenyamanan hidup terhadap
gangguan psikisnya.
B. Tujuan dari terapi suportif adalah
Menaikkan fungsi psikologi dan social
Menyokong harga dirinya dan keyakinan dirinya sebanyak mungkin
Menyadari realitas, keterbatasannya, agar dapat diterima
Mencegah terjadinya relaps
Bertujuan agar penyesuaian baik
Mencegah ketergantungan pada dokter
Memindahkan dukungan profesional kepada keluarga
C. Jenis Terapi Suportif
1. Guidance/Bimbingan, yakni prosedur pemberian pertolongan secara aktif
dengan cara memberikan fakta dan interpretasi' dalam bidang pendidikan,
pekerjaan, hubungan sosial dan bidang-bidang Kesehatan
2. Manipulasi lingkungan, yakni usaha untuk menyelesaikan problem-problem
emosional klien dengan cara menghilangkan atau mengubah unsur-unsur
lingkungan yang tidak menguntungkan
3. Eksternalisasi perhatian, yakni usaha untuk mengalihkan perhatian klien yang
mengalami keeeinasan atau depresi dengan jalan memberikan dorongan agar
klien dapat memulai lagi aktivitas yang pernah disenanginya ataupun
mengembangkan kesenangan baru untuk mengisi waktu senggangnya. Jenisjenis eksternalisasi perhatian antara lain terapi kerja, terapi musik,terapi gerak
dan tari, terapi syair, terapi social
4. Sugesti-prestis,
yakni usaha terapis untuk mensugesti klien, yakni
memberikan pengaruh psikis tanpa daya kritik.
5. Meyakinkan kembali (reassurance), terapi ini biasanya menyertai pada setiap
terapi. Klien yang merasa dieengkam ketakutan yang irasional perlu
ditenangkan dan dihibur.Terapis perlu mendiskusikan ketakutan-ketakutan
tersebut secara terbuka dengan kliennya untuk menjelaskan bahwa ketakutan
itu tidak rasional atau tidak berdasar.
6. Dorongan dan paksaan, yakni dengan memberikan ren-'ara' dan punishment
untuk menstimulasi perilaku klien sesuai yang diharapkan. Di antaranya
dengan cara klien diberi tugas untuk melawan impuls-impuls yang
menimbulkan
neurotik,
berusaha
menghilangkan
atau
mengurangi
intcnsitasnya sampai di bawah titik kritis.
7. Persuasi, yakni mendasari diri pada anggapan bahwa dalam diri klien
mempunyai sesuatu kekuatan untuk proses emosinya yang patologis dengan
kekuatan dan kemampuan ataupun dengan menggunakan common sensenya
sendiri, sebab pada umumnya orang yang menderita gangguan jiwa dalam
keadaan intelek tertutup emosi.
8. Pengakuan dan penyaluran, yakni dengan cara mengeluarkan isi hati kepada
orang lain. Pendekatan ini untuk mengurangi tekanan yang ada pada klien,
sebab dengan adanya pengakuan dan penyaluran maka segala rasa tertekan
yang mengganjal dapat dilepaskan (katarsis).
9. Terapi kelompok pemberi inspirasi, yakni terapi kelompok yang terdiri dari
klien yang memiliki problem sejenis
D. Teori Psikoanalisa
Menurut Freud, kepribadian manusia berhubungan dengan alam kesadaran
(awareness). Alam kesadaran terbagi dalam tiga tingkatan, yaitu:
1. Alam sadar adalah bagian kesadaran yang memiliki fungsi mengingat,
menyadari dan merasakan sesuatu secara sadar. Alam sadar ini memiliki
ruang yang terbatas dan saat individu menyadari berbagai rangsangan
yang ada di sekitar kita.
2. Alam prasadar yaitu bagian dasar yang menyimpan ide, ingatan dan
perasaan yang berfungsi mengantarkan ide, ingatan dan perasaan tersebut
ke alam sadar jika kita berusaha mengingatnya kembali.
3. Alam bawah sadar adalah bagian dari dunia kesadaran yang terbesar dan
sebagian besar yang terpenting dari struktur psikis, karena segenap pikiran
dan perasaan yang dialami sepanjang hidupnya yang tidak dapat disadari
lagi akan tersimpan didalamnya.
Kesadaran merupakan suatu irisan tipis dari keseluruhan pikiran dan sebagian
besar dari pikiran terdapat dialam bawah sadar atau ketidaksadaran yang
menghimpun semua pengalaman, memori, serta materi yang tertekan.
Ketidaksadaran, biarpun tanpadisadari akan mempengaruhi perilaku. Proses dari
ketidaksadaran merupakan akar dari semua bentuk simtom neurotic dan perilaku.
Freud menyatakan pula mengenai kecemasan, yang merupakan keadaan
tegang
yang memaksa
kita
untuk
berbuat
sesuatu,
fungsinya
adalah
memperingatkan adanya bahaya yang segera dating. Terdapat tiga macam
kecemasan, yaitu kecemasan realita mengenai rasa takut akan bahaya dating dari
luar, kecemasan neurotic, dan kecemasan moral mengenai rasa takut mengenai
hati nurani sendiri.
E. Psikoterapi dalam Psikoanalisa
Terdapat beberapa teknik terapeutik dalam psikoanalisa, diantaranya yaitu
asosiasi bebas dimana terapis membarkan klien dengan bebas mengekspresikan
pikirannya, transferensi dimana terdapat hubungan emosional anata therapist
dengan klien untuk keberhasilan proses terapi, dan analisis mimpi.
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam fenomena yang terjadi yaitu mengenai gangguan skizofrenia tipe paranoid,
dapat menggunakan terapi suportif dengan teknik katarsis dengan menggunakan
teknik psikoanalisa. Berbagai jenis pendekatan psikoterapi suportif terus berkembang
yang salah satunya adalah katarsis emosional (Misch, 2000). Penderita diberi
penjelasan bahwa hampir semua orang pernah mengalami peristiwa yang tidak
menyenangkan dan disimpan dalam kehidupannya.
Terapi suportif dengan pendekatan katarsis emosional (ventilasi psikologis)
memiliki tujuan untuk mengeluarkan perasaan-perasaan yang direpres
di bawah
sadar pada masa lalu yang menjadi sumber masalah berupa kekecewaan, kepada
teman, kecemasan, serta konflik-konflik yang di repress kea lam bawah sadar.
Kerentanan yang terjadi pada diri klien, secara psikologis karena klien mempunyai
sifat yang introvert, cenderung menarik diri dari lingkungan, dan mudah frustasi
sehingga memilih mekanisme pertahanan ego terhadap masalah dengan cara represi
ketika di bawah tekanan yang berlebihan. Dengan katarsis ini melalui asosiasi bebas
maka
klien
bisa
mengeluarkan
perasaan-perasaan
yang
terpendam
dan
mengekspresikan pengalaman-pengalaman yang terpendam selama ini dengan bebas.
Sehingga dengan psikoterapi suportif yang dimaksudkan disin untuk memberikan
dorongan, semangat dan motivasi agar klien tidak merasa putus dan semangat
juangnya dalam menghadapi hidup ini tidak kendur dan menurun.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terapi Suportif merupakan suatu bentuk terapi alternatif yang mempunyai
tujuan untuk menolong pasien beradaptasi dengan baik terhadap suatu masalah
yang dihadapi dan untuk mendapatkan suatu kenyamanan hidup terhadap
gangguan psikisnya.
Dalam penanganan kasus gangguan psikologis salah satunya yaitu skizofrenia
dapat menggunakan terapi suportif dengan pendekatan katarsis emosional
(ventilasi psikologis) memiliki tujuan untuk mengeluarkan perasaan-perasaan
yang direpres di bawah sadar pada masa lalu yang menjadi sumber masalah
berupa kekecewaan, kepada teman, kecemasan, serta konflik-konflik yang di
repress kea lam bawah sadar.
Dalam penggunaan terapi suportif ini ini merupakan media dimana penderita
skizofrenia dapat mengeluarkan perasaan-perasaan yang terpendam dan
mengekspresikan pengalaman-pengalaman yang terpendam selama ini dengan
bebas. Sehingga dengan psikoterapi suportif yang dimaksudkan disin untuk
memberikan dorongan, semangat dan motivasi agar klien tidak merasa putus dan
semangat juangnya dalam menghadapi hidup ini tidak kendur dan menurun.
DAFTAR PUSTAKA
Pilpala, T. K. S. 2013. Terapi supportif dan psikoedukasi untuk meningkatkan
pemahaman diri pada penderita skizofrenia paranoid. Procedia Studi Kasus
dan Intervensi Psikologi 2013, Volume 1 (1), 46-51
Dewi, E. I., Hamid, A. Y. 2012. Pengaruh Terapi Kelompok Suportif Terhadap
Tingkat Ansietas Keluarga Dalam Merawat Anak Tunagrahita. Jurnal
Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 7,
No.1, Maret 2012
Selvera, N. R. 2013. Teknik asosiasi bebas dan psikoedukasi untuk mengenali gejala
penderita skizofrenia paranoid. Procedia Studi Kasus dan Intervensi Psikologi
2013, Volume 1 (1), 01-06
Nevid, J.S., Rathus. S.A., Greene. B. 2005. Psikologi Abnormal edisi kelima Jilid 2.
Jakarta : Erlangga.
Corey, Gerald. 1995. Teori dan Praktek Dari Konseling dan Psikoterapi. Semarang :
IKIP Semarang Press.
TERAPI SUPORTIF
Disusun Untuk Memenuhi Nilai Mata Kuliah Psikologi Psikoterapi
Disusun Oleh
LERISA SOVINIA
15010110120018
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang tidak selalu sempurna dalam hidupnya,
banyak terdapat masalah-masalah yang dihadapi oleh setiap manusia. Berbagai
masalah tersebut dapat saja membuat diri manusia itu berdampak postif dan
negative. Berdampak positif apabila seseorang mampu mengontrol diri dan
emosinya namun berbeda pula dengan dampak negative yang akan terjadi bahkan
akan berlanjut pula pada gangguan-gangguan psikologis yang perlu penanganan
khusus. Salah satunya adalah skizofrenia.
Skizofrenia merupakan gangguan psikologis yang berhubungan dengan
pandangan popular mengenai gila atau sakit mental (dalam Nevid, 2005 hal. 103).
Secara umum ditandai oleh distorsi pikiran, persepsi yang khas, dan gangguan
afek yang tidak wajar. Dalam skizofrenia terdapat beberapa tipe yaitu tipe tak
terorganisasi, tipe katatonik dan tipe paranoid (DSM-IV-TR; APA, 2000 dalam
Pilpala. 2013 ). Salah satu tipe skizofrenia adalah tipe paranoid yaitu bercirikan
focus terhadap suatu atau lebih waham atau adanya hausinasi auditoris yang
sering (APA, 2000, dalam Navid, 2005, hal 118 ). Pada penderita skizofren tipe
paranoid ini, tidak menunjukkan disorganisasi yang jelas seperti afek datar, atau
perilaku katatonik. Pada suatu kasus penderita skizofren paranoid mengalami
sering mendengar suara-suara baik suara perempuan maupun suara laki-laki yang
mengatakan “jelek, goblok, miskin”. Suara-suara tersebut sangat mengganggu
penderitasetiap saat kecuali klien sedang tidur, dan merasa heran karena suarasuara tersebut tidak memiliki wujud seperti manusia. Sehingga membuatnya
marah dan mencari-cari sumber suara-suara tersebut yang membuatnya semakin
gelisah dan khawatir. Pada akhirnya masuk RSJ karena akan mengancam ibuya
dengan senjata tajam. Peristiwa tersebut terjadi setelah ia menjadi korban broken
home orang tuanya yang kedua serta didukung pula dengan kondisi ekonomi yang
lemah serta ejekan teman-temannya.
Hasil dari beberapa penelitian dan salah satunya penelitian yang dilakukan
oleh Fallon (Davison et al., 1994; Rathus et al., 1991) menyatakan bahwa campur
tangan keluarga sangat membantu dalam proses penyembuhan, atau sekurangkurangnya mencegah kambuhnya penyakit penderita, dibandingkan dengan
terapi-terapi secara individual. Salah satu terapi yang mendukung pernyataan
tersebut yaitu dengan menggunakan terapi suportif, yang menitikberatkan pada
pemberian support (dorongan) pada penderita, guna membawa penderita ke dalam
keseimbangan emosional secepat mungkin dengan cara mmperbaiki simtomsimton, sehingga akan dapat berfungsi kembali secara normal.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari terapi support?
2. Efektifkah terapi support digunakan dalam menangani berbagai gangguan
psikologis?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk dapat memahami dan mengerti
definisi dari terapi support, dan memahami seberapa efektif terapi support ini
dapat mengurangi atau menangani berbagai gangguan psikologis yang terjadi
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi Terapi Suportif
Terapi Suportif merupakan suatu bentuk terapi alternatif yang mempunyai
tujuan untuk menolong pasien beradaptasi dengan baik terhadap suatu masalah
yang dihadapi dan untuk mendapatkan suatu kenyamanan hidup terhadap
gangguan psikisnya.
B. Tujuan dari terapi suportif adalah
Menaikkan fungsi psikologi dan social
Menyokong harga dirinya dan keyakinan dirinya sebanyak mungkin
Menyadari realitas, keterbatasannya, agar dapat diterima
Mencegah terjadinya relaps
Bertujuan agar penyesuaian baik
Mencegah ketergantungan pada dokter
Memindahkan dukungan profesional kepada keluarga
C. Jenis Terapi Suportif
1. Guidance/Bimbingan, yakni prosedur pemberian pertolongan secara aktif
dengan cara memberikan fakta dan interpretasi' dalam bidang pendidikan,
pekerjaan, hubungan sosial dan bidang-bidang Kesehatan
2. Manipulasi lingkungan, yakni usaha untuk menyelesaikan problem-problem
emosional klien dengan cara menghilangkan atau mengubah unsur-unsur
lingkungan yang tidak menguntungkan
3. Eksternalisasi perhatian, yakni usaha untuk mengalihkan perhatian klien yang
mengalami keeeinasan atau depresi dengan jalan memberikan dorongan agar
klien dapat memulai lagi aktivitas yang pernah disenanginya ataupun
mengembangkan kesenangan baru untuk mengisi waktu senggangnya. Jenisjenis eksternalisasi perhatian antara lain terapi kerja, terapi musik,terapi gerak
dan tari, terapi syair, terapi social
4. Sugesti-prestis,
yakni usaha terapis untuk mensugesti klien, yakni
memberikan pengaruh psikis tanpa daya kritik.
5. Meyakinkan kembali (reassurance), terapi ini biasanya menyertai pada setiap
terapi. Klien yang merasa dieengkam ketakutan yang irasional perlu
ditenangkan dan dihibur.Terapis perlu mendiskusikan ketakutan-ketakutan
tersebut secara terbuka dengan kliennya untuk menjelaskan bahwa ketakutan
itu tidak rasional atau tidak berdasar.
6. Dorongan dan paksaan, yakni dengan memberikan ren-'ara' dan punishment
untuk menstimulasi perilaku klien sesuai yang diharapkan. Di antaranya
dengan cara klien diberi tugas untuk melawan impuls-impuls yang
menimbulkan
neurotik,
berusaha
menghilangkan
atau
mengurangi
intcnsitasnya sampai di bawah titik kritis.
7. Persuasi, yakni mendasari diri pada anggapan bahwa dalam diri klien
mempunyai sesuatu kekuatan untuk proses emosinya yang patologis dengan
kekuatan dan kemampuan ataupun dengan menggunakan common sensenya
sendiri, sebab pada umumnya orang yang menderita gangguan jiwa dalam
keadaan intelek tertutup emosi.
8. Pengakuan dan penyaluran, yakni dengan cara mengeluarkan isi hati kepada
orang lain. Pendekatan ini untuk mengurangi tekanan yang ada pada klien,
sebab dengan adanya pengakuan dan penyaluran maka segala rasa tertekan
yang mengganjal dapat dilepaskan (katarsis).
9. Terapi kelompok pemberi inspirasi, yakni terapi kelompok yang terdiri dari
klien yang memiliki problem sejenis
D. Teori Psikoanalisa
Menurut Freud, kepribadian manusia berhubungan dengan alam kesadaran
(awareness). Alam kesadaran terbagi dalam tiga tingkatan, yaitu:
1. Alam sadar adalah bagian kesadaran yang memiliki fungsi mengingat,
menyadari dan merasakan sesuatu secara sadar. Alam sadar ini memiliki
ruang yang terbatas dan saat individu menyadari berbagai rangsangan
yang ada di sekitar kita.
2. Alam prasadar yaitu bagian dasar yang menyimpan ide, ingatan dan
perasaan yang berfungsi mengantarkan ide, ingatan dan perasaan tersebut
ke alam sadar jika kita berusaha mengingatnya kembali.
3. Alam bawah sadar adalah bagian dari dunia kesadaran yang terbesar dan
sebagian besar yang terpenting dari struktur psikis, karena segenap pikiran
dan perasaan yang dialami sepanjang hidupnya yang tidak dapat disadari
lagi akan tersimpan didalamnya.
Kesadaran merupakan suatu irisan tipis dari keseluruhan pikiran dan sebagian
besar dari pikiran terdapat dialam bawah sadar atau ketidaksadaran yang
menghimpun semua pengalaman, memori, serta materi yang tertekan.
Ketidaksadaran, biarpun tanpadisadari akan mempengaruhi perilaku. Proses dari
ketidaksadaran merupakan akar dari semua bentuk simtom neurotic dan perilaku.
Freud menyatakan pula mengenai kecemasan, yang merupakan keadaan
tegang
yang memaksa
kita
untuk
berbuat
sesuatu,
fungsinya
adalah
memperingatkan adanya bahaya yang segera dating. Terdapat tiga macam
kecemasan, yaitu kecemasan realita mengenai rasa takut akan bahaya dating dari
luar, kecemasan neurotic, dan kecemasan moral mengenai rasa takut mengenai
hati nurani sendiri.
E. Psikoterapi dalam Psikoanalisa
Terdapat beberapa teknik terapeutik dalam psikoanalisa, diantaranya yaitu
asosiasi bebas dimana terapis membarkan klien dengan bebas mengekspresikan
pikirannya, transferensi dimana terdapat hubungan emosional anata therapist
dengan klien untuk keberhasilan proses terapi, dan analisis mimpi.
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam fenomena yang terjadi yaitu mengenai gangguan skizofrenia tipe paranoid,
dapat menggunakan terapi suportif dengan teknik katarsis dengan menggunakan
teknik psikoanalisa. Berbagai jenis pendekatan psikoterapi suportif terus berkembang
yang salah satunya adalah katarsis emosional (Misch, 2000). Penderita diberi
penjelasan bahwa hampir semua orang pernah mengalami peristiwa yang tidak
menyenangkan dan disimpan dalam kehidupannya.
Terapi suportif dengan pendekatan katarsis emosional (ventilasi psikologis)
memiliki tujuan untuk mengeluarkan perasaan-perasaan yang direpres
di bawah
sadar pada masa lalu yang menjadi sumber masalah berupa kekecewaan, kepada
teman, kecemasan, serta konflik-konflik yang di repress kea lam bawah sadar.
Kerentanan yang terjadi pada diri klien, secara psikologis karena klien mempunyai
sifat yang introvert, cenderung menarik diri dari lingkungan, dan mudah frustasi
sehingga memilih mekanisme pertahanan ego terhadap masalah dengan cara represi
ketika di bawah tekanan yang berlebihan. Dengan katarsis ini melalui asosiasi bebas
maka
klien
bisa
mengeluarkan
perasaan-perasaan
yang
terpendam
dan
mengekspresikan pengalaman-pengalaman yang terpendam selama ini dengan bebas.
Sehingga dengan psikoterapi suportif yang dimaksudkan disin untuk memberikan
dorongan, semangat dan motivasi agar klien tidak merasa putus dan semangat
juangnya dalam menghadapi hidup ini tidak kendur dan menurun.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terapi Suportif merupakan suatu bentuk terapi alternatif yang mempunyai
tujuan untuk menolong pasien beradaptasi dengan baik terhadap suatu masalah
yang dihadapi dan untuk mendapatkan suatu kenyamanan hidup terhadap
gangguan psikisnya.
Dalam penanganan kasus gangguan psikologis salah satunya yaitu skizofrenia
dapat menggunakan terapi suportif dengan pendekatan katarsis emosional
(ventilasi psikologis) memiliki tujuan untuk mengeluarkan perasaan-perasaan
yang direpres di bawah sadar pada masa lalu yang menjadi sumber masalah
berupa kekecewaan, kepada teman, kecemasan, serta konflik-konflik yang di
repress kea lam bawah sadar.
Dalam penggunaan terapi suportif ini ini merupakan media dimana penderita
skizofrenia dapat mengeluarkan perasaan-perasaan yang terpendam dan
mengekspresikan pengalaman-pengalaman yang terpendam selama ini dengan
bebas. Sehingga dengan psikoterapi suportif yang dimaksudkan disin untuk
memberikan dorongan, semangat dan motivasi agar klien tidak merasa putus dan
semangat juangnya dalam menghadapi hidup ini tidak kendur dan menurun.
DAFTAR PUSTAKA
Pilpala, T. K. S. 2013. Terapi supportif dan psikoedukasi untuk meningkatkan
pemahaman diri pada penderita skizofrenia paranoid. Procedia Studi Kasus
dan Intervensi Psikologi 2013, Volume 1 (1), 46-51
Dewi, E. I., Hamid, A. Y. 2012. Pengaruh Terapi Kelompok Suportif Terhadap
Tingkat Ansietas Keluarga Dalam Merawat Anak Tunagrahita. Jurnal
Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 7,
No.1, Maret 2012
Selvera, N. R. 2013. Teknik asosiasi bebas dan psikoedukasi untuk mengenali gejala
penderita skizofrenia paranoid. Procedia Studi Kasus dan Intervensi Psikologi
2013, Volume 1 (1), 01-06
Nevid, J.S., Rathus. S.A., Greene. B. 2005. Psikologi Abnormal edisi kelima Jilid 2.
Jakarta : Erlangga.
Corey, Gerald. 1995. Teori dan Praktek Dari Konseling dan Psikoterapi. Semarang :
IKIP Semarang Press.
TERAPI SUPORTIF
Disusun Untuk Memenuhi Nilai Mata Kuliah Psikologi Psikoterapi
Disusun Oleh
LERISA SOVINIA
15010110120018
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013