AKAD PEMBIAYAAN PD BANK SYARIAH

  AKAD-AKAD DAN OPERASIONAL BANK SYARIAH 2018

  Mudharib Hasil Usaha Sewa Bagi hasil/laba

  Lainnya(Model dsb) Prinsip Jual Beli Prinsip Ujroh Prinsip bgi hasil

  Wadiah wad dhamanah Jasa keuangan: Wakalah, kafalah, sharf

  P O L

  IN G D A N A Mudharabah Mutlakah (Dana Syirkah Temporer) Pendapatan Mdh Mutlaqah (investasi tidak terikat) Pendapatan Berbasis imbalan (fee base income)

  Agen : Mdh Muqayyadah / investasi terikat Margin TABEL

  Laporan Laba Rugi Penghimpunan dana Penyaluran dana pendapatan

  

Bagan Operasional Bank Syariah

  Penyaluran Dana 

  Prinsip Jual Beli Murabahah 

  Istishna, Istishna Paralel 

  Salam, Salam Paralel 

  Prinsip Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah 

  Pembiayaan Musyarakah 

  Ujroh Ijarah, Ijarah Muntahiya Bitamlik

  Prinsip Jual Beli

No Transaksi Syarat penyerahan brg Syarat pembayaran

  1 Murabahah Saat akad barang harus sudah ada (diserahkan pada saat akad)

   Tunai

   Tangguh, cicilan

  2 Salam Kemudian Seluruhnya saat akad ditanda tangani

   Di muka

3 Istishna Kemudian

   Selama dalam progres pembuatan barang

   Setelah penyerahan barang

  Murabahah

  Murabahah  Adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli

  

Jenis Murabahah M UR AB AH AH CARA PEMBAYARAN TUNAI TANGGUH JENIS TANPA PESANAN BERDASARKAN PESANAN MENGIKAT TIDAK MENGIKAT Alur Murabahah tanpa pesanan

PROSES PENGADAAN BARANG

  (dilakukan sebelum proses jual beli Murabahah dilakukan) LKS Ridho Gusti Sebagai Penjual LKS Ridho Gusti Sebagai Pembeli PROSES JUAL BELI MURABAHAH

  (1) Negosiasi dan persyaratan (2) Akad Murabahah (4) Pembayaran kewajiban (3) Penyerahan barang

  Membeli kas/tangguh (murabahah) Membuat sendiri/pesan (istishna) Membuat sendiri/pesan (salam)

  Barang mudaharabah / musyarakah Barang yang dibeli sebelum dijual dicatat dalam persediaan (akt istishna dlam penyelesaian/ persediaan dalam proses)

  PT Amanah PEMASOK

LKS

Ridho Gusti

  H. Abdullah PEMBELI Murabahah berdasarkan pesanan

PROSES PENGADAAN BARANG PROSES JUAL BELI MURABAHAH

  (dilakukan sebelum proses jual beli Murabahah dilakukan) (2) Pemesanan / (1) Negosiasi dan persyaratan pengadaan barang (4) Akad Murabahah

  (6) Pembayaran kewajiban

LKS

PT Al-Barkah

  H. Amin

Ridho

PEMASOK

  PEMBELI

Gusti

  (3) Penyerahan barang / (5) Penyerahan barang / pengiriman barang pengiriman barang

  LKS Ridho Gusti Sebagai Pembeli LKS Ridho Gusti Sebagai Penjual

  Ketentuan Umum Murabahah (Fatwa DSN : 04/DSN-MUI/IV/2000)

  1. Akad murabahah bebas riba

  2. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan

  3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang

  4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba

  5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian

  Ketentuan Umum Murabahah (Fatwa DSN : 04/DSN-MUI/IV/2000)

  6. Bank menjual barang kepada nasabah dengan harga jual senilai harga beli ditambah keuntungannya. Bank memberitahukan harga pokok barang berikut keuntungannya

  7. Nasabah membayar harga barang yang disepakati pada jangka waktu tertentu

  8. Untuk mencegah penyalahgunaan atau kerusakan akad maka bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.

  9. Jika bank mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik bank

  Uang Muka Murabahah (Fatwa DSN : 04/DSN-MUI/IV/2000)

1) Uang Muka dikenal dengan sebutan ‘URBUN

  2) Bank boleh meminta nasabah utuk membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan barang

  3) Besarnya uang muka ditentukan berdasarkan kesepakatan 4) Uang muka harus dibayarkan oleh nasabah kepada bank, bukan kepada pemasok 5) Apabila terdapat uang muka dalam transaksi murabahah berdasarkan pesanan, maka keuntungan murabahah didasarkan pada porsi harga barang yang dibiayai oleh bank

  Uang Muka Murabahah (Fatwa DSN : 04/DSN-MUI/IV/2000)

  6) Urbun menjadi bagian pelunasan piutang murabahah apabila murabahah jadi dilaksanakan (tidak diperkenankan sbg pembayaran angsuran)

  7) Tetapi apabila murabahah batal, urbun dikembalikan kepada nasabah setelah dikurangi dengan kerugian sesuai dengan kesepakatan, a. l. :

   Potongan urbun bank oleh pemasok;  Biaya administrasi;  Biaya yang dikeluarkan dalam proses pengadaan lainnya

  8) Jika nilai Urbun lebih kecil daripada kerugian bank maka bank dapat meminta pembayaran untuk menutupi sisa kerugiannya kepada nasabah

  Diskon Murabahah (fatwa DSN No : 16/DSN-MUI/IX/2000)

  

 Diskon disini maksudnya adalah potongan harga

dari pemasok (suplier)  Pada dasarnya diskon adalah hak nasabah  Diskon sebelum akad : mengurangi harga jual  Diskon setelah akad

   Pembagian diskon untuk Bank dan Nasabah sesuai perjanjian

  

 Nasabah yang tidak mampu disebabkan force majeur

tidak boleh dikenakan sanksi

 Nasabah mampu tapi tidak mempunyai kemauan dan

itikad baik => boleh dikenakan sanksi  Tujuan sanksi => agar nasabah lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibannya  Besarnya denda ditentukan atas dasar kesepakatan dan dibuat saat akad  Denda diperuntukkan sbg dana sosial, tidak boleh diakui sbg pendapatan operasional Bank

  Sanksi (denda) dalam Murabahah (fatwa DSN No : 17/DSN-MUI/IX/2000)

  Ganti Rugi (Ta’widh) - Ketentuan Umum (Fatwa DSN No. 43/DSN-MUI/VIII/2004)

  1. Hanya boleh dikenakan atas pihak yang dengan sengaja atau karena kelalaian melakukan sesuatu yang menyimpang dari ketentuan akad dan menimbulkan kerugian pihak lain

  2. Kerugian yang dapat dikenakan Ta’widh => kerugian riil yang dapat diperhitungkan dengan jelas

  3. Kerugian riil => biaya-biaya riil yang dikeluarkan oleh Bank dalam rangka penagihan hak yang seharusnya dibayarkan

  Ganti Rugi (Ta’widh) - Ketentuan Umum (Fatwa DSN No. 43/DSN-MUI/VIII/2004)

  

4. Besar => sesuai dengan nilai kerugian riil (real/loss) yang pasti

dialami (fixed cost) dalam transaksi tersebut dan bukan

kerugian yang diperkirankan akan terjadi (potential loss)

karena adanya peluang yang hilang (opportunity loss)

  5. Hanya boleh dikenakan pada transaksi (akad) yang

menimbulkan utang piutang (dain), yang pembayarannya

dilakukan tidak secara tunai

  6. Dalam akad mudharabah dan Musyarakah => hanya boleh dikenakan oleh shahibul maal atau salah satu pihak dalam musyarakah apabila bagian keuntungannya sudah jelas tetapi tidak dibayarkan

  Ganti Rugi (Ta’widh) - Ketentuan Khusus (Fatwa DSN No. 43/DSN-MUI/VIII/2004)

  1. Ganti rugi yang diterima => dapat diakui sebagai pendapatan Bank

  2. Jumlah ganti rugi besarnya harus tetap sesuai dengan kerugian riil dan tata cara pembayarannya tergantung kesepakatan para pihak

  3. Besarnya ganti rugi ini tidak boleh dicantumkan dalam akad

  4. Pihak yang cedera janji bertanggung jawab atas biaya perkara dan biaya lainnya yang timbul akibat proses penyelesaian perkara

  Potongan Pelunasan (Fatwa DSN No. 43/DSN-MUI/VIII/2004)

   Jika nasabah melakukan pelunasan pembayaran tepat waktu atau lebih cepat

dari waktu yang disepakati, Bank boleh

memberikan potongan dari kewajiban pembayaran  Syarat : tidak diperjanjikan dalam akad

   Besarnya potongan => diserahkan pada

  Potongan Tagihan Murabahah Fatwa DSN No. 46/DSN-MUI/II/2005

  

 Bank boleh memberikan potongan dari total kewajiban

pembayaran kepada nasabah dalam transaksi murabahah yang telah melakukan kewajiban pembayaran cicilannya dengan tepat waktu dan/atau

nasabah yang mengalami penurunan kemampuan

pembayaran

   Besar potongan sebagaimana dimaksud diatas diserahkan pada kebijakan Bank  Pemberian potongan tidak boleh diperjanjikan dalam akad

  Line facility (At-Tashilat) (Fatwa DSN No: 45/DSN/II/2005)

   Line facility boleh digunakan berdasarkan wa’d dan dapat digunakan untuk pembiayaan-2 tertentu  Akad yang digunakan dalam pembiayaan dapat berbentuk akad murabahah, Istishna, Mudharabah, Musyarakah, dan ijarah

   Bank hanya boleh mengambil margin, bagi hasil dan/atau fee atas akad-akad yang direalisasikan dari line facility  Penetapan margin, nisbah bagi hasil dan/atau fee (upah) => harus mengacu kepada ketentuan-ketentuan masing-masing akad dan ditetapkan pada saat akad dibuat

  CONTOH APLIKASI MURABAHAH  Pembiayaan Komersial :

   Investasi Alat-alat produksi : Pembelian mesin, kendaraan pengangkut, gedung, gudang, dsb.

   Perbaikan alat-alat produksi

   Pembiayaan Konsumer :

   Pembelian barang-barang kebutuhan Rumah Tangga : Mobil, sepeda motor, furniture, atau Alat-alat elektronik

   Pembelian atau Renovasi Rumah

  PENENTUAN MARJIN KEUNTUNGAN BANK  Harga beli = Harga Perolehan + Biaya-biaya

   Biaya-biaya mencakup seluruh biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan proses perolehan barang, mis. : Pajak, biaya notaris, dsb.

   Harga Jual = Harga Beli + Keuntungan Bank  Keuntungan Bank dihitung dari :

   Ekspektasi jumlah yang akan dibagihasilkan Bank kepada Nasabahnya (Deposan)

   Ditambah biaya-biaya operasional Bank

  Salam

  

Salam adalah …

Akad jual beli muslam fiih (barang pesanan) dengan penangguhan pengiriman oleh muslam ilaihi

(penjual) dan pelunasannya dilakukan

segera sebelum muslam fiih diterima

sesuai dengan syarat-syarat tertentu.

  Salam sebagai pembuat Salam LKS sebagai pembeli (1b.) pesan barang (akad 2) (2b.) penyerahan modal

  (3b) Penyerahan barang pesanan Bulog PEMBELI

  LKS Amanah Gusti KUD Berkah PEMBUAT

  (1a.) pesan barang (akad 1) (3a.) Penyerahan barang pesanan

  Salam Paralel – LKS sebagai pembeli dan sebagai pembuat (dengan akad terpisah) (2a.) penerimaan modal

  (dimuka seluruhnya saat akad)

Alur Transaksi Salam

  Karakteristik Salam (Fatwa DSN No. 05/DSN-MUI/IV/2000)

  • Ketentuan tentang pembayaran

   Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang, ataupun manfaat.  Pembayaran harus dilakukan pada saat kontrak disepakati.  Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang.

  • Ketentuan tentang barang  Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang.

   Harus dapat dijelaskan spesifikasinya.  Penyerahan dilakukan kemudian.  Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama.

   Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.  Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan

  

Karakteristik Salam

(Fatwa DSN No. 05/DSN-MUI/IV/2000)

  • Ketentuan tentang Salam paralel

   Dibolehkan melakukan salam paralel dengan syarat, akad kedua terpisah dari dan tidak berkaitan dari akad pertama.

  • Penyerahan barang sebelum atau pada waktunya:

  1) Penjual harus menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan kualitas dan jumlah yang telah disepakati.

  2) Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih

tinggi, penjual tidak boleh meminta tambahan harga.

  3) Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas lebih rendah, dan pembeli rela menerimanya, maka ia tidak boleh menuntut pengurangan harga (diskon)

  

Karakteristik Salam

(Fatwa DSN No. 05/DSN-MUI/IV/2000)

  • Penyerahan …. lanjutan

  

4) Penjual dapat menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang

disepakati dengan syarat => kualitas dan jumlah barang sesuai dengan kesepakatan, dan ia tidak boleh menuntut tambahan harga. 5) Jika semua atau sebagian barang tidak tersedia pada waktu penyerahan, atau kualitasnya lebih rendah dan pembeli tidak rela menerimanya, maka ia memiliki dua pilihan:

a) Membatalkan kontrak dan meminta kembali uangnya b) Menunggu sampai barang tersedia.

  • Pembatal kontrak

   Pembatalan Salam boleh dilakukan, selama tidak merugikan kedua belah pihak

  Istishna

  

Istishna adalah …

Jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang

dengan kriteria dan persyaratan

tertentu yang disepakati dengan

pembayaran sesuai dengan kesepakatan.

  

Istishna sebagai pembuat Istishna LKS sebagai pembeli

(1b.) pesan barang (akad 2) (2b.) penyerahan modal

  (3b) Penyerahan barang pesanan

  LKS Berkah Gusti PT. Anugrah Sub Kontraktor

  (1a.) pesan barang (akad 1) (3a.) Penyerahan barang pesanan

  

Istishna Paralel – LKS sebagai pembeli dan sebagai pembuat (dengan akad terpisah)

(2a.) penerimaan modal

  

Alur Transaksi Istishna

H. Syaifullah PEMBELI

  

Pembayaran Istishna

(Fatwa DSN No. 06/DSN-MUI/IV/2000)

   Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang, atau manfaat.  Pembayaran dilakukan sesuai dengan kesepakatan  Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang.

  Mekanisme Pembayaran Istishna

1. Pembayaran dimuka (seluruh harga barang)

   pembayaran dilakukan secara keseluruhan pada saat akad sebelum aktiva istishna diserahkan kepada pembeli

  2. Pembayaran saat penyerahan barang (dalam progres penyelesaian barang)  pembayaran dilakukan pada saat barang diterima oleh pembeli. Dimungkinkan adanya pembayaran termin sesuai dengan progres pembuatan aktiva Istishna

  3. Pembayaran ditangguhkan (stelah penyerahan barang)  pembayaran dilakukan setelah aktiva istishna diserahkan

  Penerimaan pembayaran harga barang (dimuka ) Pembayaran harga barang istishna (dimuka) pemesanan barang Istishna

  Penyerahan barang pesanan PEMBELI

  

BANK

Sub-Kont pemesanan barang Istishna

  Penyerahan barang pesanan

  Alur Istishna

=> Pembayaran dimuka

BANK SEBAGAI PENJUAL BANK SEBAGAI PEMBELI

  pemesanan barang Istishna Pembayaran ke sub-kont Penyerahan barang pesanan

  PEMBELI

BANK

  Sub-Kont pemesanan barang Istishna

  Penyerahan barang pesanan

  Pembayaran barang Alur Istishna

  

=> Pembayaran setelah penyerahan barang

BANK SEBAGAI PENJUAL BANK SEBAGAI PEMBELI

  4. Pembayaran termin ke sub-kont PEMBELI

  

BANK

Sub-Kont

  3. Penerimaan pembayaran termin dari pembeli

  BANK SEBAGAI PENJUAL BANK SEBAGAI PEMBELI Pesan Barang Pesan Barang

  1. Penerimaan tagihan termin

  5. Penerimaan barang Alur Istishna

  

=> Pembayaran angsuran dalam progres

2. Pengiriman Tagihan termin

6. Penyerahan barang

  

Ketentuan Istishna

(Fatwa DSN No.06/DSN-MUI/IV/2000)

  Ketentuan tentang barang  Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang.

   Harus dapat dijelaskan spesifikasinya.  Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan sesuai kesepakatan  Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya  Tidak boleh menukar barang kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan

 Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan,

pemesan memiliki hak khiyar (hak memilih) untuk melanjutkan atau

membatalkan akad

   Dalam hal pesanan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan, hukumnya mengikat