DESKRIPSI TENTANG AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH OLEH PT BANK SYARIAH MANDIRI KCP KALIANDA LAMPUNG SELATAN

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberadaan bank sebagai perusahaan yang bergerak di bidang keuangan memegang peranan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan akan dana. Sehubungan dengan hal tersebut sudah seharusnya bank hanya memberikan kredit kepada debitur yang layak serta dapat mengendalikan resiko kredit yang diberikan untuk menghasilkan laba yang optimal. Dilihat dari sisi nasabah, keberadaan bank sangat dibutuhkan untuk dapat memenuhi kebutuhan keuangan. Pada prakteknya keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua macam yaitu bank yang berdasarkan prinsip konvensional, dan bank yang berdasarkan prinsip syariah1

Pada dua macam jenis bank tersebut sama-sama memiliki aktivitas berupa penghimpunan dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan seperti giro, tabungan, sertifikat deposito, maupun deposito berjangka. Oleh karena itu, agar masyarakat mau menyimpan uangnya di bank, maka pihak perbankan memberikan rangsangan berupa balas jasa yang akan diberikan kepada nasabah dalam bentuk bunga pada bank yang berbasis konvensional maupun persentasi bagi hasil untuk bank yang berbasis syariah. Bagi hasil adalah suatu sistem

1 Iskandar Jusuf, Lembaga Keuangan Syariah dalam Teori dan Praktik, 2008, Rineka


(2)

pengolahan dana dalam perekonomian Islam yakni pembagian hasil usaha antara pemilik modal (Shahibul Maal) dan pengelola (Mudharib)2

Bank konvensional dan Bank Syariah dalam beberapa hal memiliki persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan, syarat-syarat umum memperoleh pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal, laporan keuangan, dan sebagainya. Perbedaan mendasar diantara keduanya yaitu menyangkut aspek legal, stuktur organisasi, usaha yang dibiayai dan lingkungan kerja.

Keuntungan utama dari bisnis perbankan yang berdasarkan prinsip konvensional diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada penyimpan dengan bunga pinjaman atau kredit yang disalurkan. Keuntungan dari selisih bunga ini dikenal dengan istilah spread based. Bagi bank yang berdasakan prinsip Syariah tidak dikenal istilah bunga dalam memberikan jasa kepada penyimpan maupun peminjam. Di bank ini jasa bank yang diberikan disesuaikan dengan prinsip syariah sesuai dengan hukum Islam.

Uraian di atas sesuai dengan kenyataan bahwa perusahaan atau badan usaha sering kali dihadapkan pada masalah kebutuhan dana (modal) untuk membiayai usahanya. Kebutuhan modal ini diperlukan baik untuk modal investasi atau modal kerja, dalam rangka memenuhi kebutuhan dana tersebut maka lembaga yang dapat memfasilitasi adalah perusahaan non Bank, seperti pegadaian dan leasing atau perusahaan bank yang memberikan kredit atau pembiayaan kepada nasabah. Perusahaan Bank atau non Bank memiliki prinsip yang sama yaitu memenuhi


(3)

kebutuhan nasabah dalam bentuk pembiayaan meskipun mekanisme dan perjanjian berbeda. Biasanya pada perusahaan non Bank produk pembiayaan lebih beragam dan bervariasi, sedangkan pada bank pembiayaan terbatas pada produk-produk tertentu saja.

Pembiayaan yang dilakukan bank dikarenakan bank tersebut berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang memiliki kelebihan dana (simpanan, tabungan, deposito, dan lain lain) dengan masyarakat yang kekurangan dana (kredit, pembiayaan). Bagi masyarakat yang kekurangan dana atau membutuhkan dana dalam rangka membiayai suatu usaha atau kebutuhan rumah tangga mereka dapat menggunakan pinjaman ke bank dengan berbagai persyaratan yang harus dipenuhi baik dalam bentuk bunga maupun biaya administrasi yang besarnya tergantung dari masing-masing bank.

Dalam praktek perbankan, Bank Syariah memiliki perbedaan dengan bank konvensional, diantaranya bahwa bank konvensional menaikkan tingkat suku bunga simpanan yang akan diikuti dengan suku bunga pinjamannya. Pada lembaga keuangan yang menerapkan sistem syariah, pengurangan uang beredar akan menekan laju inflasi dan menurunkan biaya produksi pada investasi Debitur sehingga Debitur akan memperoleh tambahan keuntungan yang akan dibagi hasilkan kepada bank. Tambahan keuntungan pada bank akan dibagihasilkan kepada nasabah penyimpan dana untuk mempercepat kegiatan ekonomi.3

3 Yusak Laksmana, Memahami Praktik Proses Pembiayaan Bank Syariah, 2009, Mizan


(4)

Bank Syariah dalam hal ini sebagai lembaga keuangan yang dalam aktivitasnya mempraktikkan konsep syariah Islam yang tidak memperbolehkan pengambilan bunga seperti dipraktikkan oleh lembaga keuangan konvensional. Kemunculan Bank Syariah didasari oleh adanya keinginan untuk mempraktikkan konsep transaksi di dalam syariah Islam yang tidak memperbolehkan pengambilan bunga seperti dipraktikkan oleh bank konvensional.

Dasar hukum pembiayaan oleh Bank Syariah adalah adalah Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (Selanjutnya disebut UU Perbankan Syariah). Pasal 1 Ayat (25) menyatakan bahwa pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:

1. Transaksi bagi hasil dalam bentuk Mudharabah dan musyarakah;

2. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik;

3. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, Salam, dan istishna’; 4. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan

5. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.

Dasar hukum lainnya adalah Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah, dalam Penjelasan Umum dinyatakan bahwa penerapan prinsip syariah pada Bank Syariah dipandang menjadi semakin


(5)

penting di mata semua stakeholder karena dalam kegiatan usahanya Bank Syariah menghindari transaksi keuangan yang bersifat spekulatif, mendorong transparansi, menghindari eksploitasi dan mendorong pertumbuhan sektor riil. Kegiatan operasional perbankan syariah mencakup seluruh aspek kehidupan ekonomi seperti kegiatan pembiayaan berbasis bagi hasil (mudharabah dan musyarakah), jual beli (murabahah, salam dan istishna), sewa (ijarah) dan jasa lainnya (rahn, sharf dan kafalah) telah menjadikan Bank Syariah lebih dapat memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat (universal banking).

Prinsip syariah yang diterapkan oleh Bank Syariah adalah pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip pernyertaan modal (musharakah) prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah) atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina). Dewasa ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (Selanjutnya disebut UU Perbankan), yang baru bank umum pun dapat menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah asal sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia4

PT Bank Syariah Mandiri sebagai lembaga keuangan bank berbasis syariah, melaksanakan aktivitas dalam bidang ekonomi dengan mengacu pada nilai-nilai dan syariah Islam dalam rangka mempercepat laju pertumbuhan ekonomi nasional dan kesejahteraan masyarakat. Salah satu aktivitas PT Bank Syariah Mandiri


(6)

adalah pemberian pembiayaan syariah atau yang dikenal dengan istilah mudharabah.

Pembiayaan dengan pola bagi hasil, memposisikan lembaga keuangan syariah dan nasabah untuk bekerja sama dalam suatu usaha. Lembaga keuangan terlibat dalam permodalan dan nasabah sebagai pelaku kegiatan ekonomi akan terlibat sebagai pelaksana usaha. Kedua belah pihak bersepakat apabila diperoleh hasil dari usaha tersebut akan dilakukan bagi hasil sesuai dengan nisbah atau proporsi bagi hasil yang disepakati. Apabila terdapat kerugian, maka lembaga keuangan akan menanggung kerugian berupa tidak diterimanya revenue (imbalan) sebagai bagi hasil yangsemestinya diterima. Pokok pembiayaan yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada nasabah menjadi tanggung jawab nasabah sepenuhnya untuk tetap dikembalikan kepada lembaga keuangan syariah.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mendeskripsikan akad pembiayaan Mudharabah kepada Usaha Kecil dan Menengah oleh PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan. B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah syarat dan prosedur pembiayaan Mudharabah kepada Usaha Kecil dan Menengah oleh PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan?


(7)

2. Bagaimanakah hak dan kewajiban para pihak dalam Pembiayaan Mudharabah kepada Usaha Kecil dan Menengah oleh PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan?

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis secara terperinci:

a. Syarat dan prosedur pembiayaan Mudharabah kepada Usaha Kecil dan Menengah oleh PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan b. Hak dan kewajiban para pihak dalam Pembiayaan Mudharabah kepada Usaha

Kecil dan Menengah oleh PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini terdiri dari: a. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran dan pengembangan pengetahuan di bidang ilmu hukum perdata ekonomi, khususnya yang berkaitan dengan implementasi pembiayaan Mudharabah kepada Usaha Kecil dan Menengah oleh lembaga keuangan perbankan berbasis syariah.


(8)

b. Kegunaan Praktis

Secara praktis, hasil penelitian diharapkan dapat berguna:

1) Menambah pengetahuan peneliti mengenai implementasi pembiayaan Mudharabah kepada Usaha Kecil dan Menengah oleh lembaga keuangan perbankan berbasis syariah.

2) Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak lain yang akan melakukan penelitian dengan kajian mengenai implementasi perjanjian pembiayaan Mudharabah oleh Bank Syariah di masa mendatang.


(9)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Bank Syariah

1. Pengertian Bank Syariah

Menurut Pasal 1 Angka 7 UU Perbankan Syariah, yang dimaksud dengan Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank umum syariah dan bank pembiayaan rakyat syariah.

Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang dalam aktivitasnya mempraktikkan konsep syariah Islam yang tidak memperbolehkan pengambilan bunga seperti dipraktikkan oleh lembaga keuangan konvensional. Kemunculan Bank Syariah didasari oleh adanya keinginan untuk mempraktikkan konsep transaksi di dalam syariah Islam yang tidak memperbolehkan pengambilan bunga seperti dipraktikkan oleh bank konvensional.5

Perbankan syariah adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) IIslam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam agama Islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram, seperti usaha yang berkaitan dengan produksi


(10)

makanan/minuman haram, usaha media yang tidak Islami dan sebagainya, dimana hal ini tidak dapat dijamin oleh sistem perbankan konvensional.6

2. Jenis-Jenis Bank Syariah

Berdasarkan Pasal 1 Angka 7 UU Perbankan Syariah, menurut jenisnya Bank Syariah terdiri atas dua jenis yaitu bank umum syariah dan bank pembiayaan rakyat syariah.

Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (Pasal 1 Angka 8 UU Perbankan Syariah). Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (Pasal 1 Angka 9 UU Perbankan Syariah).

B. Tinjauan Umum tentang Akad Mudharabah

Perjanjian adalah suatu peristiwa di mana sesorang berjanji kepada orang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu. Menurut Pasal 1313 KUH Perdata, perjanjian adalah perbuatan dengan mana seseorang atau lebih mengikatkan atau lebih untuk melakukan sesuatu.7

Ketentuan Pasal 1313 KUH Perdata kurang begitu memuaskan karena ada beberapa kelemahan, yaitu:

1) Hanya menyangkut sepihak saja

2) Kata perbuatan mencakup juga kata konsensus

6 Muhammad, Hukum dan Azas - Azas Ekonomi Islam, 2000, Gramedia, Jakarta, hal.4 7Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan,2001, Citra Aditya Bakti, Bandung, hal.22.


(11)

3) Pengertian perjanjian terlalu luas 4) Tanpa menyebut tujuan8

Berdasarkan hal tersebut dapat dirumuskan bahwa perjanjian adalah persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan dirinya untuk suatu hal dalam harta kekayaan. Dari rumusan perjanjian tersebut dapat diketahui unsur-unsur perjanjian yaitu ada pihak sedikitnya dua orang (subjek), ada persetujuan antara pihak (konsensus), ada objek berupa benda, adanya tujuan yang bersifat kebendaan (mengenai harta kekayaan) dan ada bentuk tertentu lisan dan tertulis. Perjanjian adalah suatu perbuatan hukum, di mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya atau saling mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih untuk melaksanankan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan. Dalam bentuknya perjanjian ini berupa rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. Perjanjian merupakan suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan yang mana pihak yang satu berhak menuntut suatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan itu. Pihak yang berhak menuntut sesuatu dinamakan kreditur sedangkan pihak yang berkewajiban untuk memenuhi dinamakan debitur atau si berhutang.9

8 Loc cit.


(12)

Pasal 1320 KUH Perdata menjelaskan syarat-syarat sah perjanjian adalah : 1) Ada persetujuan kehendak antara pihak-pihak yang membuat perjanjian.

Persetujuan kehendak adalah kesepakatan seia sekata antara pihak-pihak mengenai pokok perjanjian yang dibuat Di mana pokok perjanjian itu berupa objek perjanjian dan syarat-syarat perjanjian apa yang dikehendaki oleh pihak yang satu juga dikehendaki oleh pihak yang lain, mereka menghendaki sesuatu yang sama serta timbal balik. Persetujuan kehendak itu sifatnya bebas artinya betul-betul atas kemauan sukarela pihak-pihak, tidak ada paksaan sama sekali dari pihak manapun. (Pasal 1324, KUH Perdata)

a. Ada kecakapan pihak-pihak untuk membuat perjanjian

Pada umumnya orang itu dikatakan cakap melakukan perbuatan hukum apabila ia sudah dewasa, artinya sudah mencapai umur 21 tahun atau sudah kawin walaupun belum 21 tahun. Menurut ketentuan Pasal 1330 KUH Perdata dikatakan tidak cakap membuat perjanjian ialah orang yang belum dewasa, orang yang ditaruh dibawah pengampunan dan wanita bersuami.

b. Adanya suatu hal tertentu

Suatu hal tertentu merupakan pokok perjanjian merupakan prestasi yang perlu dipenuhi dalam suatu perjanjian merupakan objek perjanjian. Prestasi itu harus tertentu atau sekurang-kurangnya dapat ditentukan. Kejelasan mengenai pokok perjanjian atau objek perjanjian ialah untuk memungkinkan pelaksanaan hak dan kewajiban pihak-pihak.

c. Ada sebab yang halal

Sebab adalah suatu yang menyebabkan orang membuat perjanjian yang mendorong orang membuat perjanjian. Sebab yang halal dalam Pasal 1320


(13)

KUH Perdata itu bukanlah sebab dalam arti yang menyebabkan atau yang mendorong orang membuat perjanjian melainkan sebab dalam arti perjanjian itu sendiri yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai oleh pihak-pihak. 10 Perjanjian yang memenuhi syarat menurut undang-undang diakui oleh hukum dan sebaliknya perjanjian yang tidak memenuhi syarat tidak diakui hak, walaupun diakui oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Oleh karena itu selagi pihak-pihak mengakui dan mematuhi perjanjian maka perjanjian itu berlaku bagi mereka. Apabila sampai suatu ketika ada pihak yang tidak mengakuinya lagi, maka hakim akan membatalkan atau menyatakan perjanjian terebut batal demi hukum.

Perjanjian pada Bank Syariah disebut dengan akad, yaitu suatu peristiwa di mana seorang nasabah berjanji kepada Bank Syariah atau di mana dua pihak tersebut berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Perjanjian ini merupakan suatu perhubungan hak mengenai harta benda atau pihak dalam mana satu pihak dianggap berjanji untuk melaksanakan sesuatu dan pihak lain berhak menuntut pelaksanaan. 11

Akad mudharabah adalah satu akad kerja sama suatu usaha antara pihak pertama (shahibul mal atau Bank Syariah) yang menyediakan seluruh modal dan pihak kedua (mudharib atau Nasabah) yang bertindak selaku pengelola dana dengan membagi keuntungan usaha sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam akad. 12

10 Op.cit., hal. 7.

11 Kusnadi, Manajemen Keuangan Syariah, 2002, Erlangga, Jakarta, hal.76. 12Ibid. hal.77.


(14)

C. Tinjauan Umum tentang Pembiayaan

1. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan adalah suatu model perjanjian pembiayaan yang dilakukan oleh perusahaan finansial atau lembaga keuangan kepada konsumen, untuk berbagai keperluan baik konsumsi maupun usaha, di mana pengembalian pembiayaan dilaksanakan secara angsuran. Pembiayaan konsumen termasuk ke dalam jasa keuangan yang dapat dilakukan baik oleh bank ataupun lembaga keuangan non bank dalam bentuk perusahaan pembiayaan.13

Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 14

Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas pembiayaan adalah sebagai berikut:

a. Kepercayaan

Kepercayaan merupakan keyakinan pemberi pembiayaan bahwa pembiayaan yang diberikan (berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu dimasa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah baik secara intern maupun dari ekstern. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dari sekarang terhadap nasabah pemohon pembiayaan.

13Ibid, hal.87.


(15)

b. Kesepakatan

Selain unsur percaya di dalam pembiayaan juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi pembiayaan dengan penerima pembiayaan. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

c. Jangka waktu

Setiap pembiayaan yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian pembiayaan yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang.

d. Resiko

Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko tidak tertagihnya/macet pemberian pembiayaan. Semakin panjang suatu pembiayaan semakin besar resikonya demikian pula sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun oleh resiko yang tidak sengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya

e. Balas jasa

Merupakan keuntungan atas pemberian suatu pembiayaan atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi pembiayaan merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil. 15


(16)

2. Pembiayaan Bank Syariah

Berdasarkan Pasal 19 Ayat (1) UU Perbankan Syariah maka diketahui bahwa kegiatan usaha Bank Umum Syariah dalam hal pembiayaan terdiri dari:

a. Menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah, Akad musyarakah, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; b. Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad salam, Akad

istishna’, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah c. Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain yang tidak

bertentangan dengan Prinsip Syariah;

d. Menyalurkan Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk

ijarah muntahiya bittamlik atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

Pasal 36 UU Perbankan Syariah mengatur bahwa dalam menyalurkan Pembiayaan dan melakukan kegiatan usaha lainnya, Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan Bank Syariah dan/atau Unit Usaha Syariah dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya.

3. Dasar Hukum Pembiayaan pada Bank Syariah

Dasar Hukum Pembiayaan pada Bank Syariah adalah UU Perbankan Syariah, pada 19 Ayat (1) maka diketahui bahwa kegiatan usaha Bank Umum Syariah dalam hal pembiayaan diantaranya adalah menyalurkan Pembiayaan bagi hasil


(17)

berdasarkan Akad mudharabah, Akad musyarakah, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah

Dasar hukum lainnya adalah Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 Tentang Bank Umum Syariah, dalam Penjelasan Umumdisebutkan bahwa kegiatan operasional perbankan syariah yang mencakup seluruh aspek kehidupan ekonomi seperti kegiatan pembiayaan berbasis bagi hasil (mudharabah dan

musyarakah), jual beli (murabahah, salam dan istishna), sewa (ijarah) dan jasa lainnya (rahn, sharf dan kafalah) telah menjadikan Bank Syariah lebih dapat memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat (universal banking).

4. Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil

Prinsip Perbankan Syariah merupakan bagian dari ajaran Islam yang berkaitan dengan ekonomi. Salah satu prinsip dalam ekonomi Islam adalah larangan riba dalam berbagai bentuknya, dan menggunakan sistem antara lain prinsip bagi hasil. dengan prinsip bagi hasil, Bank Syariah dapat menciptakan iklim investasi yang sehat dan adil karena semua pihak dapat saling berbagi baik keuntungan maupun potensi risiko yang timbul sehingga akan menciptakan posisi yang berimbang antara bank dan nasabahnya, dalam jangka panjang, hal ini akan mendorong pemerataan ekonomi nasional karena hasil keuntungan tidak hanya dinikmati oleh pemilik modal saja, tetapi juga oleh pengelola modal.

Lembaga keuangan syariah memakai prinsip-prinsip operasional sebagaimana digunakan lembaga Perbankan Islam, yaitu:


(18)

a. Prinsip Bagi Hasil

Prinsip ini merupakan sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara pemilik (sahibul maal) dan pengelola dana (mudharib). Pembagian hasil usaha ini dapat terjadi antara lembaga keuangan syariah dengan nasabah. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah dana musyarakah.

Prinsip bagi hasil menjadi karakteristik umum dan landasan dasar operasional bank syari'ah secara keseluruhan secara prinsip dalam perbankan syari'ah yang paling banyak dipakai adalah akad utama al musyarakah dan al mudharabah, sedangkan al muzaro'ah dan al-musakoh dipergunakan khusus untuk pembiayaan oleh beberapa Bank Syariah.

Secara umum prinsip-prinsip bagi hasil yang digunakan dalam perbankan adalah mudharabah dan musyarakah. Mudharabah adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih dimana salah satu pihak menyediakan dana seluruhnya dan pihak lain menjadi pengelola dan apabila terjadi kerugian di tanggung oleh pihak yang mempunyai modal selama kerugian bukan kelalaian atau disengaja oleh pengelola. Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan. Keuntungan dan resiko akan di tanggung bersama sesuai dengan kesepakatan ditentukan di awal perjanjian.

b. Prinsip Jual Beli dengan Margin Keuntungan

Prinsip ini merupakan tata cara jual beli yang dalam pelaksanaannya, di mana lembaga keuangan syariah mengangkat anggota sebagai agen diberi kuasa


(19)

untuk melakukan pembelian barang atas nama lembaga keuangan syariah, kemudian lembaga keuangan syariah bertindak sebagai penjual yang menjual barang tersebut kepada anggota/mitra dengan sejumlah harga beli, ditambah dengan keuntungan bagi lembaga keuangan syariah (margin). Bentuk produk berdasarkan prinsip ini adalah Mudharabah dan Bai’ bi Tsaman Ajil.

c. Prinsip non profit

Prinsip ini merupakan pembiayaan kebajikan, lebih bersifat sosial dan tidak

profit oriented. Anggota tidak perlu membagi keuntungan kepada lembaga keuangan syariah, kecuali hanya membayar biaya riil yang tidak dapat dihindari untuk terjadinya suatu kontrak, misalnya administrasi pembiayaan 16 D. Tinjauan Umum tentang Pembiayaan Mudharabah

1. Pengertian Pembiayaan Mudharabah

Menurut Penjelasan Pasal 19 Huruf (c) UU Perbankan Syariah maka diketahui bahwa pembiayaan mudharabah adalah akad kerja sama suatu usaha antara pihak pertama (malik, shahibul mal, atau Bank Syariah) yang menyediakan seluruh modal dan pihak kedua (‘amil, mudharib, atau Nasabah) yang bertindak selaku pengelola dana dengan membagi keuntungan usaha sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam Akad, sedangkan kerugian ditanggung sepenuhnya oleh Bank Syariah kecuali jika pihak kedua melakukan kesalahan yang disengaja, lalai atau menyalahi perjanjian.

16 Muhammad, Op cit, hal.187-188


(20)

2. Karakteristik Pembiayaan Mudharabah

Beberapa karakteristik akad pembiayaan Mudharabah yang biasa dipraktekkan oleh lembaga keuangan syariah adalah sebagai berikut:

a. Akad yang digunakan dalam pembiayaan Mudharabah adalah akad

pembiayaan dengan sistem bagi hasil. Implikasinya adalah dari penggunaan

akad pinjam meminjam mengharuskan adanya rukun yaitu pemberi pinjaman, penerima pinjaman dan pembiayaan.

b. Besarnya nisbah atau bagi hasil yang ditetapkan oleh pihak lembaga keuangan syariah dan nasabah di dalam akad, tidak dipengaruhi oleh frekuensi waktu pembayaran, artinya, praktek Mudharabah menghendaki hanya ada satu besaran nisbah yang telah disepakati pihak Bank Syariah dan nasabah.

c. Keuntungan dengan syarat-syaratnya yakni: (a) proporsi jelas. Keuntungan yang akan menjadi milik pengelola dan pemilik modal harus jelas persentasenya, seperti 60% : 40%, 50% : 50%, 70% : 30% dan sebagainya menurut kesepakatan bersama. (b) Keuntungan harus dibagi untuk kedua belah pihak, yaitu investor (pemilik modal) dan pengelola (mudharib). (c)

Break Even Point (BEP) atau kembali modal harus jelas, karena BEP menggunakan sistem revenue sharing dengan profit sharing berbeda. Revenue sharing adalah pembagian keuntungan yang dilakukan sebelum dipotong biaya operasional, sehingga bagi hasil dihitung dari keuntungan kotor/ pendapatan. Sedangkan profit sharing adalah pembagian keuntungan dilakukan setelah dipotong biaya operasional, sehingga bagi hasil dihitung dari keuntungan bersih.


(21)

Contohnya adalah nasabah yang meminjam uang sebesar Rp.48.000.000 dari Bank Syariah dengan masa pinjaman selama 12 bulan dan nasabah akan memberikan bagi hasil pendapatan dari usahanya berdasarkan nisbah porsi bagi hasil dengan proyeksi bagi hasil dengan persentase nasabah 70% dan Bank Syariah 30% setiap bulan dan membayarkan angsuran pembiayaan pokok sebesar Rp4000.000.(empat juta) rupiah setiap bulan.

Berdasarkan ketentuan di atas maka perhitungan nisbah bagi hasil dan pembayaran antara nasabah dengan Bank Syariah dalam pembiayaan mudharabah selama satu tahun adalah sebagai berikut:

No Bulan Ke- Pembayaran Pokok (Rp)

Estimasi Laba Bersih Sebesar 5%

dari Total Pinjaman (Rp) Nisbah Nasabah Sebesar 70% (Rp) Bank Syariah Sebesar 30% (Rp)

1 Pertama 4.000.000 2.400.000 1.680.000 720.000

2 Kedua 4.000.000 2.400.000 1.680.000 720.000

3 Ketiga 4.000.000 2.400.000 1.680.000 720.000

4 Keempat 4.000.000 2.400.000 1.680.000 720.000

5 Kelima 4.000.000 2.400.000 1.680.000 720.000

6 Keenam 4.000.000 2.400.000 1.680.000 720.000

7 Ketujuh 4.000.000 2.400.000 1.680.000 720.000

8 Kedelapan 4.000.000 2.400.000 1.680.000 720.000

9 Kesembilan 4.000.000 2.400.000 1.680.000 720.000

10 Kesepuluh 4.000.000 2.400.000 1.680.000 720.000

11 Kesebelas 4.000.000 2.400.000 1.680.000 720.000

12 Keduabelas 4.000.000 2.400.000 1.680.000 720.000

Jumlah 48.000.000 28.800.000 20.160.000 8.640.000 Sumber: PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda Tahun 2012

Berdasarkan perhitungan nisbah di atas maka diketahui bahwa atas pinjaman sebesar Rp.48.000.000., dengan pembayaran pokok modalnya selama 1 tahun dan besar angsuran per bulan adalah Rp.4.000.000. Sementara itu dengan estimasi keuntungan sebesar 5% dari total pembiayaan, yaitu Rp.2.400.000


(22)

per bulan, maka pembagian nisbahnya adalah untuk nasabah sebesar 70% yaitu Rp 1.680.000., dan untuk Bank Syariah sebesar 30% yaitu Rp 720.000. Setelah satu tahun maka besarnya nisbah yang diperolehnya adalah Rp 20.160.000 dan untuk Bank Syariah adalah Rp.8.640.000. Dengan demikian maka total pembayaran pokok dan nisbah selama satu tahun untuk Bank Syariah adalah Rp.48.000.000., + Rp.8.640.000. = Rp.56.640.000.

d. Adanya Ijab Qobul, yaitu pemilik modal melafazkan ijab, misalnya: ”Aku serahkan uang ini kepadamu untuk dagang jika ada keuntungan akan dibagi dua” dan Pihak pengelola mengucapkan kabul sebagai tanda persetujuan atas diterimanya pembiayaan tersebut.

e. Tunai, maksudnya adalah hutang tidak dapat dijadikan modal Mudharabah. Tanpa adanya setoran modal, berarti shahibul maal tidak memberikan kontribusi apapun padahal mudharib telah bekerja. Para ulama Syafi’i dan Maliki melarang hal itu karena merusak sahnya akad dan merupakan riba, yaitu memberi tangguh kepada si berhutang yang belum mampu membayar hutangnya dengan kompensasi si berpiutang mendapatkan imbalan tertentu. f. Modal diserahkan sepenuhnya kepada pengelola secara langsung, apabila

tidak diserahkan kepada mudharib secara langsung dan tidak diserahkan sepenuhnya (berangsur-angsur) dikhawatirkan akan terjadi kerusakan pada modal, yaitu penundaan yang dapat mengganggu waktu mulai bekerja dan akibat yang lebih jauh mengurangi kerjanya secara maksimal. Apabila modal itu tetap dipegang sebagiannya oleh pemilik modal, dalam artian tidak diserahkan sepenuhnya, maka menurut ulama Hanafiyah, Malikiyah, dan


(23)

Syafi’iyah, akad Mudharabah tidak sah. Sedangkan ulama Hanabilah

menyatakan boleh saja sebagian modal itu berada di tangan pemilik modal, asal tidak mengganggu kelancaran usahanya. 17

3. Manfaat Pembiayaan Mudharabah

Manfaat pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut:

a. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat

b. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank hingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread

c. Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungannya yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.

d. Prinsip bagi hasil dalam mudharabah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun mengalami kerugian dan terjadi krisis ekonomi.18

E. Usaha Kecil dan Menengah

Pasal 1 Angka (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Selanjutnya disingkat UU Usaha Mikro, Kecil dan Menengah), yang dimaksud dengan usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif

17 Yusak Laksmana, op cit, hal. 72.


(24)

yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.

Sementara usaha menengah menurut Pasal 1 Angka (3) UU Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

Usaha kecil adalah suatu usaha yang mempekerjakan tenaga pelaksana dengan jumlah yang minimal dan dijalankan pemiliknya yang juga mengawasi sendiri sendiri semua fungsi pelaksana dengan jalan mendelegasikan pekerjaan kepada pegawai-pegawainya dari hari ke hari, selain itu, usaha kecil didefinisikan sebagai suatu usaha dalam mana pemiliknya langsung mengendalikan tenaga-tenaga pelaksana dan tetap memegang pengendalian yang ketat atas seluruh kegiatan19 Usaha kecil menengah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kelompok usaha kecil menengah yang berada di Kabupaten Lampung Selatan, sebagai wilayah operasional PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan.

19 Sukendar Sarwoto, Usaha Kecil Menengah Pilar Ekonomi Kerakyatan, 2003, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal. 44


(25)

F. Gambaran Umum PT Bank Syariah Mandiri

1. Sejarah Singkat PT Bank Syariah Mandiri

Pendirian PT Bank Syariah Mandiri (BSM) dimulai dari adanya penggabungan

(merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB. Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU Nomor 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).

Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999.SM didirikan dengan dasar aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain. Terutama berkaitan dengan penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya


(26)

yang sesuai dengan syariah. Sejumlah prestasi pernah diraih bank yang menganut prinsip keadilan, kesederajatan, dan ketentraman ini.

2. Produk Perbankan PT Bank Syariah Mandiri

Produk perbankan pada PT Bank Syariah Mandiri terdiri dari: a. BSM Implan

BSM Implan adalah pembiayaan konsumer dalam valuta rupiah yang diberikan oleh bank kepada karyawan tetap. Perusahaan yang pengajuannya dilakukan secara massal (kelompok).

b. Tabungan BSM

Tabungan dalam mata uang rupiah dengan akad Mudharabah Mutlaqah yang penarikannya berdasarkan syarat-syarat tertentu yang disepakati.

c. BSM Card

BSM Card merupakan sarana untuk melakukan transaksi penarikan, pembayaran, dan pemindahbukuan dana pada ATM BSM, ATM Mandiri, jaringan ATM Prima-BCA dan ATM Bersama, serta ATM Bankcard. BSM Card juga berfungsi sebagai kartu Debit yang dapat digunakan untuk transaksi belanja di seluruh merchant yang menggunakan EDC Prima-BCA dan NBSP.

d. Layanan Syariah Mandiri Prioritas

Yaitu nasabah menempatkan dana minimal Rp250juta dan berhak mendapatkan layanan personal dengan fasilitas yang mengutamakan kenyamanan dalam keseimbangan baik dalam layanan finansial maupun layanan non finansial. Personal Relationship Officer membantu nasabah


(27)

menentukan pilihan perencanaan keuangan, termasuk konsultasi zakat, waqaf hingga pembagian harta waris.

Selain itu PT Bank Syariah Mandiri juga memberikan pelayanan berupa pembiayaan usaha kecil, warung mikro dan gadai emas.

3. PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda

PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda didirikan pada tanggal 18 Agustus 2011 dan beralamat di Jl. Raden Intan No. 255 E. 6 Kelurahan Way Urang Kecamatan Kalianda Lampung Selatan. Adapun struktur organisasi PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2

Struktur Organisasi PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda Sumber: PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda Tahun 2012

Kepala Cabang

Operation Officer

Account Officer Kepala

Warung. Mikro

Asisten Analisis Mikro

Admin Pembiayaan

Mikro

Pelaksana Mikro

Teller Marketing

Support

Customer


(28)

G. Kerangka Pikir

Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada bagan sebagai berikut:

Gambar 1. Alur Pikir Penelitian

Berdasarkan Gambar 1 di atas maka dapat dijelaskan bahwa tersebut penelitian ini dilaksanakan untuk mendeskripsikan akad pembiayaan Mudharabah kepada Usaha Kecil dan Menengah oleh PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan, yang terdiri dari syarat dan prosedur pembiayaan serta hak dan kewajiban para pihak dalam pembiayaan Mudharabah. Alasannya adalah karena PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda merupakan salah satu Bank Syariah yang telah melaksanakan aktivitas pembiayaan Mudharabah di wilayah Lampung Selatan.

PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan

Pembiayaan Mudharabah kepada Usaha Kecil dan Menengah


(29)

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan normatif yaitu pendekatan masalah yang dilakukan dengan menganalisis secara mendalam akad pembiayaan mudharabah kepada Usaha Kecil dan Menengah oleh PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan, yang terdiri dari syarat dan prosedur pembiayaan serta hak dan kewajiban para pihak dalam Pembiayaan

Mudharabah.

B. Tipe Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan pokok dan bahasan dalam penelitian ini, maka tipe penelitian ini adalah tipe deskriptif. Penelitian hukum deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan secara jelas dan lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku ditempat tertentu dan pada saat tertentu, atau peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat.

C. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, meliputi bahan hukum primer yaitu Akad pembiayaan mudharabah antara PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan dengan Usaha Kecil dan Menengah, serta berbagai peraturan perundang-undangan lain yang berkaitan dengan


(30)

pembahasan. Bahan hukum sekunder diperoleh dari berbagai bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer berupa literatur-literatur hukum maupun literatur lainnya. Alasannya adalah data sekunder ini merupakan data lapangan yang diperoleh dalam rangka menjawab permasalahan penelitian.

D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah:

a. Studi pustaka, yaitu mempelajari, membaca, mencatat, memahami, dan mengutip data yang diperoleh dari beberapa literatur berupa buku-buku dan peraturan hukum yang berkaitan dengan pokok bahasan.

b. Studi dokumen, yaitu mencatat data yang berhubungan dengan pokok bahasan dalam penelitian dari berbagai dokumen, arsip, agenda atau sumber dokumentasi lainnya.

2. Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh atau terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Seleksi data, yaitu memeriksa data yang diperoleh secara selektif untuk mengetahui apakah ada data yang salah dan apakah data tersebut sudah sesuai dengan ketentuan dalam menjawab permasalahan dalam penelitian.

b. Klasifikasi data, yaitu menempatkan data-data sesuai dengan kelompok dan aturan yang telah diterapkan di dalam pokok bahasan sehingga diperoleh data yang benar-benar diperlukan dalam penelitian ini.


(31)

c. Sistematika data, yaitu menyusun data menurut tata urutan yang ditetapkan sesuai dengan konsep, tujuan dan bahasan sehingga mudah untuk dianalisis.

F. Analisis Data

Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. Analisis data adalah menguraikan data dalam bentuk kalimat yang tersusun secara sistematis, jelas dan terperinci yang kemudian diinterpretasikan untuk memperoleh suatu kesimpulan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induktif, yaitu menguraikan hal-hal yang bersifat khusus lalu menarik kesimpulan yang bersifat umum20

20 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, 1983, Universitas Indonesia Press, Jakarta, hal. 86

.


(32)

V. PENUTUP

B. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Syarat Pembiayaan Mudharabah kepada Usaha Kecil dan Menengah oleh PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan terdiri dari: menjadi nasabah PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda, mengisi formulir permohonan pembiayaan, mempunyai usaha, berdomisili di wilayah operasional PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda, menyerahkan persyaratan administrasi, bersedia disurvey dan menyerahkan jaminan. Prosedur Pembiayaan Mudharabah kepada Usaha Kecil dan Menengah oleh PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan adalah pengisian Formulir Permohonan oleh nasabah, pemeriksaaan kelengkapan berkas oleh PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda, penilaian kelayakan usaha nasabah, keputusan pembiayaan dan realisasi pembiayaan.

2. Hak dan kewajiban dalam Pembiayaan Mudharabah kepada Usaha Kecil dan Menengah oleh PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan adalah sebagai berikut:


(33)

c. Hak nasabah adalah menerima pembiayaan dan mengetahui secara jelas spesifikasi pembiayaan syariah, yang meliputi jumlah pembiayaan jangka waktu pembiayaan nisbah bagi hasil dan pembayaran pokok teknis pembayaran. Kewajiban nasabah adalah mengembalikan seluruh jaminan pokok pembiayaan berikut bagian dari pendapatan/keuntungan bank sesuai dengan nisbah, memberitahukan secara tertulis kepada bank dalam hal terjadinya perubahan identitas atau usahaa, melakukan pembayaran atas semua tagihan Pihak Ketiga, membebaskan seluruh harta kekayaan milik nasabah dari beban penjaminan terhadap pihak lain, mengelola dan menyelenggarakan pembukuan pembiayaan secara jujur dan benar, menyerahkan setiap dokumen yang diminta bank, menjalankan usahanya menurut ketentuan-ketentuan atau tidak menyimpang atau bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.

d. Hak PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda adalah melakukan penagihan atas keterlambatan pembayaran, mendapatkan nisbah atas usaha yang dijalankan nasabah dan menerima jaminan pembiayaan dari nasabah, memindahtangankan jaminan pembiayaan dari nasabah. Kewajiban PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda adalah memberikan penjelasan pembiayaan kepada nasabah merealisasikan pembiayaan kepada nasabah.

B. Saran

Saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kepada PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda diharapkan secara lebih optimal mensosialisasikan pemberian pembiayaan syariah kepada usaha kecil


(34)

dan menengah untuk memudahkan masyarakat yang memiliki usaha kecil dan menengah dalam rangka mengembangkan usaha yang ditekuninya.

2. Kepada masyarakat yang memiliki usaha kecil dan menengah hendaknya memanfaatkan secara optimal pembiayaan syariah yang diberikan oleh PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda, agar masyarakat yang memiliki usaha kecil dan menengah tidak terbebani dengan sistem bunga yang diterapkan bank konvesional.


(35)

i

MANDIRI KCP KALIANDA LAMPUNG SELATAN

Oleh

ABI AUFA ALQOHHAR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

Sarjana Hukum

Pada

Bagian Hukum Keperdataan

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(36)

ii

MANDIRI

KCP

KALIANDA

LAMPUNG

SELATAN

Nama Mahasiswa

:

ABI AUFA ALQOHHAR

No. Pokok Mahasiswa :

0642011008

Bagian

:

Hukum Keperdataan

Fakultas

:

Hukum

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Hj. Wati Rahmi Ria, S.H., M.Hum.

NIP 196504091990102001

Rohaini, S.H., M.H.

NIP 198102152008122001

2. Ketua Bagian Hukum Keperdataan

Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum.

NIP 19580527 198403 1 001


(37)

iii

1. Tim Penguji

Ketua

:

Hj. Wati Rahmi Ria, S.H, M.Hum.

...

…………

Sekretaris/Anggota

:

Rohaini, S.H., M.H.

………

Penguji

Bukan Pembimbing

:

Rilda Murniati, S.H, M.Hum.

………

2. Pj. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H, M.S.

NIP 19621109 198703 1 003


(38)

iv

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung 30 Oktober 1987, merupakan anak ketiga

dari lima bersaudara, buah hati pasangan Bapak Sahal Hasan, S.H dan Ibu

Herlina.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Kartini

Bandar

Lampung pada tahun 1994, Sekolah Dasar di SD Negeri 4 Sukajawa pada tahun

2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 13 Bandar Lampung

pada tahun 2003, dan Sekolah Menengah Atas di SMA YP Unila Bandar

Lampung pada tahun 2006. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai

mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung.


(39)

v

Syukurku pada-Mu ya Allah, atas segala nikmat yang tak hentinya

Kau limpahkan dalam hidupku

Bismillahirrahmanirrahim

Kupersembahkan skripsi ini

sebagai tanda bukti hormat dan cintaku

kepada:

Kedua orang tuaku Sahal Hasan, S.H., dan Herlina

yang selalu memberikan cinta dalam balutan doa

Kakak-kakaku Herfisa Apriani, S.H., dan Herfira Hasrini, S.T.,

Serta adik-adikku

Herfina Mutia Sari dan Herfilia Yulia Sari

Desy Anggraini, S.Si.


(40)

vi

“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah

menciptakan

manusia dari segunmpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.

Yang mengajar denganQalam. Dialah yang mengajar manusia

segala yang belum

diketahui”

(Q.S Al-

‘Alaq 1

-5).

Bersungguh-sungguhlah dalam menuntut apa yang bermanfaat bagimu

dan mohonlah pertolongan kepada Allah (dalam segala urusanmu)

serta janganlah sekali-kali kamu bersikap lemah

”.

(Abu Hurairah)

Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang.

Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh.


(41)

vii

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan sripsi ini dengan judul:

“Deskripsi

Tentang Akad Pembiayaan Mudharabah pada Usaha Kecil dan Menengah

Oleh PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan

Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu proses penyelesaian

skripsi ini, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung.

2. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum., Ketua Bagian Hukum

Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

3. Ibu Hj. Wati Rahmi Ria, S.H, M.Hum selaku Pembimbing Utama, atas segala

waktu, perhatian, bimbingan, serta ilmu yang telah diberikan.

4. Ibu

Rohaini, S.H., M.H. selaku Pembimbing Kedua, atas segala waktu,

perhatian, bimbingan, serta ilmu yang telah diberikan.

5. Ibu Rilda Murniati, S.H., M.Hum., selaku Pembahas I, atas seluruh masukan,

saran, serta kritikan-kritikan yang sangat membangun.

6. Ibu Nila Nargis, S.H., M.Hum., selaku Pembahas II, yang telah memberikan

kritik dan sarannya.


(42)

viii

dan berguna.

8. Pimpinan PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan yang

telah memberikan izin penelitian dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi.

9. Kakak-kakaku Herfisa, S.H., dan Herfira, S.T., serta adik-adikku Herfina dan

Herfilia yang selalu memberikan motivasi dan dukungannya.

10. Desy Anggraini, S.Si., beserta keluarga yang selalu memberikan motivasi dan

dukungannya

11. Teman-

teman kampus seperjuangan 06’ yang selalu memberikan motivasi d

an

dukungannya yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

akan tetapi sedikit harapan penulis semoga skripsi ini dapat menjadi sumber

bacaan yang bermanfaat bagi penulis khususnya bagi pembaca umumnya.

Bandar Lampung, Mei 2012

Penulis,


(43)

ABSTRAK

DESKRIPSI TENTANG AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA

USAHA KECIL DAN MENENGAH OLEH PT BANK SYARIAH

MANDIRI KCP KALIANDA LAMPUNG SELATAN

Oleh

ABI AUFA AL QOHHAR

Bank Syariah Mandiri merupakan lembaga keuangan bank berbasis syariah,

melaksanakan aktivitas dalam bidang ekonomi dengan mengacu pada nilai-nilai

dan syariah Islam, salah satu aktivitas tersebut adalah pemberian pembiayaan

syariah kepada nasabah atau

Mudharabah.

Alasan mengkaji pembiayaan

mudaharabah

adalah karena pembiayaan ini mencakup aspek kehidupan ekonomi

masyarakat yang menekuni usaha kecil dan menengah, tetapi mengalami

kekurangan dana dalam menjalankan usahanya. Perbedaannya dengan bank

konvensional adalah tidak diterapkannya sistem bunga, tetapi menerapkan

prinsip bagi hasil. Usaha kecil dan menengah merupakan usaha ekonomi

produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan

usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang

dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung

dengan usaha kecil atau usaha besar.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah syarat dan prosedur

pembiayaan

Mudharabah

kepada Usaha Kecil dan Menengah olehBank Syariah

Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan? Bagaimanakah hak dan kewajiban para

pihak dalam Pembiayaan

Mudharabah

kepada Usaha Kecil dan Menengah oleh

PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan? Tujuan penelitian ini

adalah untuk menganalisis secara terperinci: Syarat dan prosedur pembiayaan

Mudharabah

kepada Usaha Kecil dan Menengah oleh PT Bank Syariah Mandiri

KCP Kalianda Lampung Selatan. Hak dan kewajiban para pihak dalam

Pembiayaan

Mudharabah

kepada Usaha Kecil dan Menengah oleh PT Bank

Syariah Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan.

Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan normatif. Data yang

digunakan adalah data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan studi

pustaka dan studi dokumentasi. Analisis data dilakukan secara kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan: Syarat Pembiayaan

Mudharabah

kepada Usaha

Kecil dan Menengah adalah menjadi nasabah, mengisi formulir, mempunyai

usaha, berdomisili di Kalianda, menyerahkan persyaratan administrasi, bersedia

disurvey dan menyerahkan jaminan. Prosedurnya adalah pengisian formulir,

pemeriksaaan kelengkapan berkas, penilaian kelayakan usaha nasabah, keputusan


(44)

Abi Aufa Al Qohhar

dan realisasi pembiayaan. Hak nasabah adalah menerima pembiayaan dan

mengetahui secara jelas spesifikasi pembiayaan. Kewajiban nasabah adalah

mengembalikan seluruh jaminan pokok pembiayaan dan keuntungan sesuai

dengan nisbah, memberitahukan bank jika terjadi perubahan identitas atau usahaa,

melakukan pembayaran atas semua tagihan Pihak Ketiga, membebaskan seluruh

harta kekayaan dari beban penjaminan terhadap pihak lain, mengelola dan

menyelenggarakan pembukuan secara jujur dan benar, menyerahkan dokumen

yang diminta bank, menjalankan usahanya menurut prinsip-prinsip syariah. Hak

PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda adalah melakukan penagihan,

mendapatkan nisbah, dan menerima dan memindahtangankan jaminan

pembiayaan. Kewajiban Bank Syariah Mandiri adalah memberikan penjelasan dan

merealisasikan pembiayaan kepada nasabah.


(1)

v

Syukurku pada-Mu ya Allah, atas segala nikmat yang tak hentinya Kau limpahkan dalam hidupku

Bismillahirrahmanirrahim Kupersembahkan skripsi ini sebagai tanda bukti hormat dan cintaku

kepada:

Kedua orang tuaku Sahal Hasan, S.H., dan Herlina yang selalu memberikan cinta dalam balutan doa

Kakak-kakaku Herfisa Apriani, S.H., dan Herfira Hasrini, S.T., Serta adik-adikku

Herfina Mutia Sari dan Herfilia Yulia Sari

Desy Anggraini, S.Si.


(2)

vi MOTTO

“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telahmenciptakan manusia dari segunmpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.

Yang mengajar denganQalam. Dialah yang mengajar manusia segala yang belumdiketahui”

(Q.S Al-‘Alaq 1-5).

“Bersungguh-sungguhlah dalam menuntut apa yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah (dalam segala urusanmu)

serta janganlah sekali-kali kamu bersikap lemah”. (Abu Hurairah)

Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh.


(3)

vii

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan sripsi ini dengan judul: “Deskripsi

Tentang Akad Pembiayaan Mudharabah pada Usaha Kecil dan Menengah Oleh PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan”

Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum., Ketua Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

3. Ibu Hj. Wati Rahmi Ria, S.H, M.Hum selaku Pembimbing Utama, atas segala waktu, perhatian, bimbingan, serta ilmu yang telah diberikan.

4. Ibu Rohaini, S.H., M.H. selaku Pembimbing Kedua, atas segala waktu, perhatian, bimbingan, serta ilmu yang telah diberikan.

5. Ibu Rilda Murniati, S.H., M.Hum., selaku Pembahas I, atas seluruh masukan, saran, serta kritikan-kritikan yang sangat membangun.

6. Ibu Nila Nargis, S.H., M.Hum., selaku Pembahas II, yang telah memberikan kritik dan sarannya.


(4)

viii

7. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah membuka cakrawala ilmu dan memberikan pemikiran ilmu yang bermanfaat dan berguna.

8. Pimpinan PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan yang telah memberikan izin penelitian dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi. 9. Kakak-kakaku Herfisa, S.H., dan Herfira, S.T., serta adik-adikku Herfina dan

Herfilia yang selalu memberikan motivasi dan dukungannya.

10. Desy Anggraini, S.Si., beserta keluarga yang selalu memberikan motivasi dan dukungannya

11. Teman-teman kampus seperjuangan 06’ yang selalu memberikan motivasi dan dukungannya yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan penulis semoga skripsi ini dapat menjadi sumber bacaan yang bermanfaat bagi penulis khususnya bagi pembaca umumnya.

Bandar Lampung, Mei 2012 Penulis,


(5)

ABSTRAK

DESKRIPSI TENTANG AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH OLEH PT BANK SYARIAH

MANDIRI KCP KALIANDA LAMPUNG SELATAN Oleh

ABI AUFA AL QOHHAR

Bank Syariah Mandiri merupakan lembaga keuangan bank berbasis syariah, melaksanakan aktivitas dalam bidang ekonomi dengan mengacu pada nilai-nilai dan syariah Islam, salah satu aktivitas tersebut adalah pemberian pembiayaan syariah kepada nasabah atau Mudharabah. Alasan mengkaji pembiayaan mudaharabah adalah karena pembiayaan ini mencakup aspek kehidupan ekonomi masyarakat yang menekuni usaha kecil dan menengah, tetapi mengalami kekurangan dana dalam menjalankan usahanya. Perbedaannya dengan bank konvensional adalah tidak diterapkannya sistem bunga, tetapi menerapkan prinsip bagi hasil. Usaha kecil dan menengah merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah syarat dan prosedur pembiayaan Mudharabah kepada Usaha Kecil dan Menengah olehBank Syariah Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan? Bagaimanakah hak dan kewajiban para pihak dalam Pembiayaan Mudharabah kepada Usaha Kecil dan Menengah oleh PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan? Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis secara terperinci: Syarat dan prosedur pembiayaan Mudharabah kepada Usaha Kecil dan Menengah oleh PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan. Hak dan kewajiban para pihak dalam Pembiayaan Mudharabah kepada Usaha Kecil dan Menengah oleh PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda Lampung Selatan.

Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan normatif. Data yang digunakan adalah data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan studi dokumentasi. Analisis data dilakukan secara kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan: Syarat Pembiayaan Mudharabah kepada Usaha Kecil dan Menengah adalah menjadi nasabah, mengisi formulir, mempunyai usaha, berdomisili di Kalianda, menyerahkan persyaratan administrasi, bersedia disurvey dan menyerahkan jaminan. Prosedurnya adalah pengisian formulir, pemeriksaaan kelengkapan berkas, penilaian kelayakan usaha nasabah, keputusan


(6)

Abi Aufa Al Qohhar

dan realisasi pembiayaan. Hak nasabah adalah menerima pembiayaan dan mengetahui secara jelas spesifikasi pembiayaan. Kewajiban nasabah adalah mengembalikan seluruh jaminan pokok pembiayaan dan keuntungan sesuai dengan nisbah, memberitahukan bank jika terjadi perubahan identitas atau usahaa, melakukan pembayaran atas semua tagihan Pihak Ketiga, membebaskan seluruh harta kekayaan dari beban penjaminan terhadap pihak lain, mengelola dan menyelenggarakan pembukuan secara jujur dan benar, menyerahkan dokumen yang diminta bank, menjalankan usahanya menurut prinsip-prinsip syariah. Hak PT Bank Syariah Mandiri KCP Kalianda adalah melakukan penagihan, mendapatkan nisbah, dan menerima dan memindahtangankan jaminan pembiayaan. Kewajiban Bank Syariah Mandiri adalah memberikan penjelasan dan merealisasikan pembiayaan kepada nasabah.