sistem operasional perbankan syariah indonesia
SISTEM OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH
Disusun oleh
1. Karlena Aprianti
(13820029)
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS NEGERI ISLAM SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
I. PENDAHULUAN
Bank adalah badan usaha yang mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan dana tersebut disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk
pembiayaan, pinjaman dan bentuk lainya yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat. Menurut ensiklopedia Islam, bank islam adalah lembaga keuangan yang
usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam sistem pembayaran serta
penyebaran pengoprasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syaria'ah Islam.1
Menurut ensiklopedia, berarti bank islam adalah bank yang tata cara beroperasi atau
kegiatan operasionalnya harus berlandasankan dengan hukum Islam yang berpedoman
kepada Al-Qur'an dan Hadist.
Menurut UU No.21 Tahun 2008 pasal 1 ayat (1) tentang Perbankan Syariah adalah
segala sesuatu yang menyangkut tentang
Bank syariah dan Unit Usaha Syariah,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan usahanya. Dalam Pasal 1 Ayat (7) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
Tentang Perbankan Syariah disebut bahwa Bank Syariah adalah bank yang menjalakan
kegiatan usahanya berdasakan prinsip syariah. Dalam Pasal 1 Ayat (12), menyebutkan
bahwa prinsip syariah adalah prinsip hukum islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan
fatwa yang dikeluarakan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan
fatwa di bidang syariah.2
Di perbankan syariah terdapat banyak peranan, salah satunya adalah kegiatan
operasional. Kegiatan operasional perbankan syariah di Indosnesia dimulai pada tahun
1992 melalui pendirian PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. (PT. BMI).
Operasional perbankan syariah di Indonesia didasarkan pada Undang-undang No. 7
tahun 1992 tentang Perbankan yang kemudian diperbaharui dengan Undang-Undang
No.10 tahun 1998.
Peranan perbankan syariah dalam perekonomian relatif masih sangat kecil degan
pelaku tunggal, ada beberapa kendala pengembangan perbankan syariah saat ini salah
satunya adalah kurangnya pemahaman masyarakat terhadap kegiatan operasional bank
syariah. Secara kelembagaan bank syariah dibedakan ke dalam Bank Umum Syariah dan
1 Hasab Muarif Ambari (VIA Sumar'in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, hlm 49
2 Mardani, Ekonomi Syariah di Indonesia, hlm 117
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), masing-masing bentuk bank syariah ini
memiliki sistem operasional sendiri-sendiri, namun dari aspek mekanisme kerjanya ada
beberapa persamaannya. Makalah ini dibuat untuk menjelaskan sistem operasional bank
syariah.
Pembahasan makalah ini secara umum akan dikembangkan dalam beberapa topik
pembahasan yaitu : Filsafat operasional perbankan syariah, Sistem kelembagaan bank
syariah, Ciri-ciri dan landasan Operasional Bank Syariah, dan Kegiatan operasional bank
syariah.
II. PEMBAHASAN
A. Filsafat Perbankan Syariah
Falsafah operasional Bank Syari’ah bertujuan untuk mencari keridhoan Allah,
memperoleh kebajikan di dunia akhirat, dan untuk menghindari adanya penyimpangan
didalam bank yang keluar dari tuntutan agama. Berikut ini adalah falsafah yang harus
diterapkan oleh Bank Syari’ah :
1. Menjauhkan diri dari unsur riba, dengan cara :
a. Menghindari penggunaan system yang menetapkan dimuka secara pasti
keberhasilan suatu usah (QS. Luqman, ayat : 34)3
ث توي تدعل تمم تما رفي ال دأ تدرتحارم توتما تتددرري
عرة توي من ترززمل ال دتغي د ت
رإ زتن الل زتته رعن دتدمه رعل دمم ال زتسا ت
عرليمر تخربيرر
ب ت
غددا توتما تتددرري ن تدفرس ربأ ترزي أ تدرضض تتممو م
ت رإ زتن الل زتته ت
ن تدفرس تماتذا تتك درس م
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan
Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada
seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok.
Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya
Allah
Maha
Mengetahui
lagi
Maha
Mengenal.4
QS:Luqman | Ayat: 34
b. Menghindari penggunaan system peresentasi untuk pembebanan biaya terhadap
hutang atau pemberian imbalan terhadap simpanan yang mengundang unsur melipat
gandakan secara otomatis hutang/simpanan terhadap hanya karena berjalanya waktu
(QS. Ali’Imron, 130)5
حوتن
عتفدة تواتزتمقوا الل زتته ل تتعل زتك مدم تمدفلر م
تيا أ تي زمتها ال زترذيتن آتممنوا تلا تتأ دك مملوا الرزرتبا أ تدضتعادفا ممتضا ت
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.6
QS:Ali Imran | Ayat: 130
3 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, hlm 2
4 Sheikh Mishary bin Rashed Al-Afasy,( VIA Qur'an-Terjemah.org), QS:Luqman ayat 34
5 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, hlm 2
6 Sheikh Mishary bin Rashed Al-Afasy,(VIA Qur;an-Terjemah.org), QS:Ali Imran ayat: 130
c. Menghindari penggunaan system perdagangan/penyewaan barang ribawi dengan
imbalan barang ribawi lainya dengan memperoleh kelebihan baik kualitas maupun
kuantitas (HR. Muslim Bab Riba No. 1551 s/d 1567)
d. Menghindari penggunaan system yang menetapkan dimuka tambahan atas hutang
yang bukan atas prakarsa yang mempunyai hutang secara sukarela (HR. Muslim,
Bab Riba No. 1569 s/d 1572)7
2. Menetapkan sistem bagi hasil dan perdagangan.
Pada dasarnya perbedaan antara bank syari’ah dengan bank non syari’ah adalah
terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah
kepada lembaga keuangan atau yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada nasabah.
Didalam bank syari’ah dan konvensioanal terdapat istilah bunga dan bagi hasil.
Adapun perpedaan sistem bunga dan bagi hasil adalah sebagai berikut : 8
Hal
Sistem Bunga
Penentuan besarnya Sebelumnya.
Sistem Bagi Hasil
Sesudah berusaha sesudah ada
hasil
Yang menetukan
untungnya.
Menyepakati proporsi pembagian
Bunga, besarnya nilai rupiah.
sebelumnya
untung
untuk
masing-masing
pihak, misalnya 50:50, 40:50,
Ditanggung nasabah saja.
35:65, dst
Ditanggung kedua pihak, nasabah
Asal perhitungan
Dari dana pinjaman, fixed, tetap.
dan lembaga.
Dari untung yang bakal diperoleh,
Titik perhatian
belum tentu besar.
Besarnya bunga yang harus dibayar Keberhasilan proyek/usaha jadi
proyek/usaha
nasabah/pasti diterima bank.
Besarnya
dan lembaga.
Pasti: (%) kali jumlah pinjaman Proporsi (%) kali jumlah untung
Jika terjadi kerugian
yang telah pasti diketahui.
Status hukum
perhatian bersama antara nasabah
yang belum diketahui = belum
diketahui
Berlawanan dengan QS. Luqman : Melaksanakan QS. Luqman : 34
34
B. Sistem Operasional Kelembagaan Bank Syariah
7 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, hlm 2
8 Ibid, hlm 3
Lembaga keuangan (financial institution) adalah perusahaan yang usahanya
bergerak dalam bidang jasa keuangan. Yang juga diartikan sebagai segala kegiatan
lembaga keuangan ini akan selalu berkaitan dengan bidang keuangannya, perhimpunan
dananya, menyalurkan dana dan juga jasa-jasa keuangan lainnya. Dalam dunia
bisnis,lembaga keuangan ini mempunyai fungsi sangat penting yang terutamanya
lembaga keuangan ini sebagai lembaga intermediasi (financial intermediary) antara pihak
pemilik modal dengan pihak lainnya yang membutuhkan jasa lembaga keuangan.
Hubungan antara pihak pihak yang berkaitan dengan lembaga keuangan ini harus selalu
dibentuk atas dasar kontrak perjanjian atau perikatan.
Di dalam aspek hukum lembaga keuangan syariah, pada waktu akan melakukan
penyusunan kontrak perjanjian atau perikatan, masing-masing pihak diwajibkan untuk
mengacu pada hukum dan ketentuan syariah. Keterikatan ini perwujudan dari fitrah
perbuatan manusia yang selalu terikat dalam hkum syara’. Lembaga-lembaga keuangan
yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip-prinsip syari’ah maka dapat
disebut Lembaga Keuangan Syariah.
Lembaga keuangan syariah berfungsi menyediakan jasa dan perantara bagi
pemilik modalnya dengan perusahan-perusahaan yang membutuhkannya dana. Dapat
dikatakan kehadiran lembaga keuangan yang memfasilitasi arus peredaran uang didalam
dunia bisnis, sehingga uang-uang yang berasal dari masyarakat dapat dikumpulkan
melalui berbagai bentuk bentuk produk penghimpunan dana , sebelum disalurkannya
kembali kepada orang-orang yang membutuhkan didalam bentuk biaya.9
Sistem operasional lembaga keuangan syariah sebenarnya membicarakan tentang
bagaimana kinerja dan optimalisasi masing-masing bagian dalam menjalankan tugas dan
fungsinya. Berkaitan dengan itu, maka adanya Job description dan job spesification,
kedua hal ini sangat penting dalam sistem operasional di bank syariah.10
1. Deskripsi Tugas (description)
Dalam deskripsi tugas dijelaskan apa tugas dan wewenang masing-masing
bagian yang terikat dalam sisitem operasional bank syariah.
a) Dewan Pengawas Syariah
9 Burhannudin S, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, hlm 1-2
10 Muhammad, Manajemen Bank Syari'ah, hlm 150
Dewan pengawas syariah terdapat 3 orang atau lebih, mulai dari profesi
yang ahli dalam hukum islam, yang dipimpin oleh Ketua Dewan Pengawas
Syariah, berfungsi memberikan fatwa Agama terutama dalam produkproduk bank syariah. Kemudian, bersama Dewan Komisaris mengawasi
pelaksanaannya.11
b) Dewan Komisaris
1. Dewan Komisaris terdiri dari 3 orang atau lebih yang dipimpin oleh
seorang
Komisaris
Utama,
tugasnya
pengawas
intern
Bank
Syariah,mengarahkan pelaksaan yang dikerjakan oleh Direksi supaya tetap
mengikuti kebijaksanaa Perseroaan dan kententuan yang berlaku.
2. Tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris :
Mempertimbangkan, menyempurnakan, dan mewakili para
pemegang saham dalam memutuskan perumusan kebijaksaan
umum yang baru yang diusulkan oleh Direksi untuk
dilaksanakan pada masa yang akan datang.
Menyelenggarakan rapat umum bagi para pemegang saham
untuk pembebasan tugas dan kewajiban Direksi.
Mempertimbangkan dan menyetujui rancangan kerja untuk
tahun buku baru yang diusulkan Direksi.
Mempertimbangkan dan memutuskan permohonan pembiayaan
yang diajukan keoada perusahaan yang jumlahnya melebihi
maksimum yang dapat diputuskan Direksi.12
c) Direksi
1. Direksi yang terdiri dari seorang Direktur Utama, yang bertugas
dalam memimpin dan mengawasi kegiatan Bank Syariahsehari-hari, sesuai
dengan kebijaksanaan umum yang telah disetujui Dewan Komisaris dalam
RUPS.
2. Tugas dan Tanggung Jawab Direksi
Merumuskan dan mengusulkan kebijaksanaan umum Bank
Syariah untuk masa yang akan datang yang disetujui oleh
11 Burhannudin S, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, hlm 50-51
12 Muhammad, Manajemen Bank Syari'ah, hlm 151
Dewan Komisaris serta disyahkan dalam RUOS, agar tercapai
tujuan serta kontinuitas operasional perusahaan.
Menyusun dan mengusulkan Rencana Anggaran Perusahaan
dan Rencana Kerja untuk tahun buku yang baru disetujui oleh
Dewan Komisaris.
Mengajukan Neraca dan Laporan Laba Rugi tahunan serta
laporan-laporan berkala lainya kepada Dewan Komisaris untuk
memdapatkan penilaian.
3. Tugas dan Tanggung Jawab Direktur Utama
Mewakili Direksi atas nama Perseroan
Memimpin dan mengelola Perseroan sehingga tercapai tujuan
Perseroan
Bertanggung jawab terhadap operasional perseroan khususnya
dalam hubungan dengan pihak ekstern perusahaan.
Bertanggung jawab kepada Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS)
4. Tugas dan Tanggung Jawab Direktur
Mewakili Direktur Utama atas nama Direksi
Membantu Direktur Utama dalam mengelola perseroan
sehingga tercapai tujuan perseroan
Bertanggung Jawab terhadap operasional perseroan, khususnya
dalam hubungan dengan pihak intern perusahaan.13
d) Bidang Marketing
1. Fungsi bidang marketing adalah sebagai aparat manajemen yang
ditugaskan untuk mambantu Direksi dalam menangani tugas-tugas
khususnya yang menyangkut bidang marketing dan pembiayaan (kredit).
2. Tugas-tugas Pokok Bidang Marketing
Melakukan
koordinasi
setiap
pelaksanaan
tugas-tugas
marketing dan pembiayaan (kredit) dari unit/bagian yang
berada dibawah supervisi-nya, hingga dapat memberikan
13 Burhannudin S, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, hlm 49-51
pelayanan kebutuhan perbankan bagi nasabah secara efesien
dan efektif tang dapat memuaskan dan menguntungkan baik
bagi nasabah maupun Bank Syariah.
Melakukan Monitoring, evaluasi, review, dan supervisi
terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi bidang Marketing
(perkreditan) pada unit/bagian yang ada dibawah supervisi-nya.
Bertindak
sebagai
Komite
Pembiayaan
dalam
upaya
pengambilan keputusan pembiayaan (kredit).
Berkewajiban unutk meningkatkan mutu pelayanan perbankan
terhadap nasabah maupun calon nasabah.
Melayani, menerima tamu (calon nasabah atau nasabah) secara
aktif yang memerlukan pelayanan jasa perbankan.14
e) Bidang Operasional
1. Fungsi Bidang Operasional sebagai aparat manajement yang
ditugaskan untuk membantu Direksi dalam melakukan tugas-tugas di bidang
operasional bank.
2. Tugas-tugas pokok Bidang Operasional :
Melaksanakan supervisi terhadap setiap pelayanan dan
pengamanan jasa-jasa perbankan dari setiap unit/bagian yang
berada dibawah tanggumg jawabnya.
Melakukan monitoring, evaluasi, review dan kondisi terhadap
pelaksanna tugas-tugas pelayanan di bidang operasional.
3. Turut membantu pelayanan secara aktif atas tugas-tugas harian setiap
unit/bagian yang berada dibawah tanggung jawabnya.
4. Aktif memberikan saran, pendapat kepada Direksi mengenai
masalah-masalah yang berkaitan dengan tugasnya sehari-hari termasuk
mengusulkan produk-produk perbankan yang diperlukan nasabah.
f) Bidang Umum
1. Fungsi Bidang Umum adalah sebagai staf/karyawan bank bertugas
untuk membantu penyediaan sarana kebutuhan karyawan atau perusahaan
14 Muhammad, Manajemen Bank Syari'ah, hlm 153
agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
2. Tugas-tugas pokok Bidang Umum
Menginvestasikan
kebutuhan-kebutuhan
karyawan
atau
perusahaan dan kemudian sepanjang sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Memelihara/menjaga harta inventaris kantor agar tetap dalam
kondisi yang baik, dan bertanggung jawab atas keamanan
harta/peralatan tersebut.
Memberikan informasi kepada seluruh karyawan mengenai hak
dan kewajiban karyawan sesuai dengan ketentuan Direksi.
g) Bidang Pengawasan
Bidang pengawasan adalah penegasan manajerial yang ditangani oleh
Direksi (Direktur Utama), agar perusahaan dapat berjalan sesuai dengan
ketentuan serta dapat mencapai keberhasilan yang optimal.
Tugas pokok Bidang Pengawasan tersebut mengawasi seluruh kegiatan
Bank Syariah agar dapat berjalan lancar sehingga dapat mencapai
kebarhasilan secara baik.15
2. Tugas-tugas Khusus (job Spesification)
Bagian-bagian yang termasuk dalam menangani secara khusus pada
operasional bank syariah meliputi :
a) Mobilisasi Dana (Funding)
Bagian Mobilisasi Dana bertugas dalam pengumpulan dana masyarakat
sesuai dengan funding yang ada, seperti saham, deposito mudharabah,
tabungan mudharabah. Titipan Wadi'ah yad dhomanah, infaq, dan
shadaqah.16
b) Account Officer (A/O)
A/O bertugas memproses calon Debitur atau permohonan pembiayaan
sehingga menjadi Debitur. Selain membina Debitur agar bisa memenuhi
kesanggupannya terutama dalam pembayaran kembali pinjamanya A/O juga
menyelesaikan khasus Debitur yang mungkin terjadi, dengan demikian A/O
15 Ibid, hlm153-155
16 Ibid , hlm 155
sangat berperan mulai dari memperoses calon Debitur, membina, sampai
menyelesaikan masalah Debitur ketika ada khasusu yang menimpa Debitur
nantinya.
c) Bagian Support Pembiayaan
Bagian support pembiayaan ini bekerjasama dengan A/O dalam
mengadakan penilaian pemohon pembiayaan sehingga memenuhi kreteria
dan persyaratanya. Tapi walaupun mereka bekerjasama mereka memproses
calon Debitur itu berbeda, A/O dalam memperoses calon Debitur dilihat dari
keandalannya (kelayakannya), sedangkan bagian Support pembiayaan dari
segi keabsahanya, seperti kebenaran lampiranya, usaha maupun penggunaan
pembiayaan, transaksi jaminan, keabsahan jaminan, dan kelayakan lainnya.17
d) Bagian Administrasi Pembiayaan
Di dalam proses pembiayaan terdapat administrasi yang ditangani oleh
A/O ataupun Bagian support Pembiayaan. Tetapi setelah calon Debitur
menjadi Debitur segala urusan pembayaran mulai dari pencairan dana
sampai pelunasan ataupun penbayaran-pembayaran para debitur itu semua
akan ditangani oleh Bagian Administrasi Pembiayaan.
e) Bagian Pengawasan Pembiayaan
Tugas pengawas pembiayaan untuk memantau pembiayaan antara lain
membuat surat peringatan kepada debitur apabila peminjaman yang
dipinjam debitur belum dibayar oleh Debitur tersebut dan debitur harus
dibuatkan surat peringatan. Bagian Pengawasan pembiayaan ini selain
membuat surat-surat peringatan mereka juga melakukan penagihanpenagihan, tetapi penagihan disini bukan menggunakan Depkoletor karena
bank Syariah diharamkan untuk menggunakan hal seperti itu.18
f)
Service Assistance (S/A)
S/A ini memberikan informasi dalam hal operasional kantor bank
syariah, jadi apa bila ingin mengetahui info-info operasional bank syariah
langsung ke S/A. Di samping itu S/A juga mengadministrasikan nasabah
Funding yang baru.
17 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, hlm 33
18 Ibid, hlm 34
g) Kas dan Teller
Kas dan Teller bertugas untuk melakukan pekerjaan yang berkaitan
dengan penerimaan dan penarikan pembayaran uang. Selain itu tugas Kas
dan Teller juga mengatur dan memilihara saldo atau mengatur posisi uang di
kas bagi yang penarikan, posisi uang kas yang melakukan penerimaan yang
semua itu tersimpan dalam khasanah bank.
h) Bagian Jasa Nasabah (Janas)
Janas bertugas untuk melakukan pencatatan transaksi pembayaran
nasabah (Funding) kemudian melakukan penjurnalan. Penjurnalan janas ini
dimulai dari ikhtisar,jurnal umum, sampai kebuku besar.
i)
Bagian Pembukuan
Bagian pembukuan bertugas di dalam pembuatan neraca, membuat
daftar laba-rugi, dan bagian pembukuan ini juga bertugas dalam pembuatan
laporan ke Bank Indonesia dan tugas lain yang sesuai dengan policy
perusahaan.19
j)
Sekertariat
Tugas sekertariat adalah pengelolaan surat-menyurat, arsip-arsip, dan
dokumen yang penting yang berpengaruh terhadap perkembangan atau
kemajuan disuatu perusahaan. Selain itu sekertariat dapat juga diserahi tugas
lain sesuai dengan kebijakan perusahaan.
k) Personalia
Personalia bertugas di pekerjaan yang terkait dengan kepegawaian,
seperti urusan kesejaterahan karyawan (gaji dan tunjangan), kenaikan
pangkat, pendidikan latihan, dan urusan kesejatrahan yang lain.
l)
Perbekalan/Perlengkapan
Perbekalan bertugas mempersiapkan sarana serta perlengkapan kantor.
Dapat pula diberi tugas sesuai kebijakan perusahaan.
m) Bagian Keamanan dan urusan Rumah Tangga Kantor
Bagian keamanan dan urusan rumah tangga kantor bertugas
mengamankan kekayaan kantor serta pemeliharaannya, dan urusan rumah
19 Muhammad, Manajemen Bank Syari'ah, hlm 157
tangga lainya.
n) Bagian Pengawasan Personalia
1. Bagian pengawasan personalia bertugas mengawasi personalia
karyawan dan kegiatan tugasnya di Bank Syariah, kemudian melaporkan
kepada Direksi.
2. Tugas-tugas pokok bagian pengawasan Personalia :
a) Menyelenggarakan daftar hadir
b) Membuat kartu pegawai untuk tiap karyawan, kemudian
penyelenggaraanya
c) Menyelenggarakan penilaian karyawan20
o) Bagian Pengawasan Marketing
1. Berfungsi mengamati kegiatan
Bidang Marketing,
kemudian
melaporkan kepada Direksi yang membidanginya
2. Tugas-tugas pokok bagian pengawasan marketing
a) Menyelenggarakan Register calon Debitur dan Kreditur
b) Pencatatan kasus-kasus yang timbul di dalam marketing, baik
personalia yang menangani maupu tugas Marketing
c) Secara periodis memberikan laporan kepada Direksi yang
membidangi.
3. Memberikan masukan, opini,pendapat dan cara pemecahannya.
p) Bagian pengawasan Operasional
1. Berfungsi mengamati kegiatan dibidang operasional, kemudian
melaporkan kepada Direksi yang Membidanginya
2. Tugas-tigas pokok bagian Bidang Operasional
a) Pencatatan kasus-kasus yang terjadi di Bidang Operasional
Kantor.
b) Memberikan masukan,opini, pendapat serta cara pemecahanya.
q) Bagian Pengawasan Umum
1. Berfungsi mengamati kegiatan bidang umum dalam operasional,
seperti di Bagian Perbekalan, Bagian Keamanan dan Urusam Rumah Tangga
20 Ibid, hlm 157-158
Kantor,
kemudian
memberikan
laporan
kepada
Direksi
yang
membidanginya.
2. Tugas-tugas pokok Bagian Pengawasan Umum
a) Pencatatan kasus-kasus yang terjadi dibidang Pengawasan
Umum terutama di Bagian Perbekalan, Bagaian Keamanan dan di
Bagian Urusan Rumah Tangga
b) Secara periodik memberikan laporan kepada direksi yang
membidanginya.
3. Memberikan masukan, opini maupun pendapat serta cara pemecahan
masalahnya,
r)
Bagian Pembukuan / Akuntansi
Bagian ini secara langsung berhadapan dengan persoalan Akuntansi
adalah pembukuan.21
C. Ciri-ciri dan Landasan Opersional Bank Syariah
Perbankan syariah merupakan bank yang beroperasi berdasarkan hukum islam
dan berdasarkan prinsip-prinsip syariah menurut kententuan al-qur'an dan hadist
perbankan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian di
wujudkan dalam bentuk jumlah nominal, yang besarnya tidak kaku (tidak rigit)
dan dapat dilakukan dengan kebebasan untuk tawar-menawar dalam batas wajar.
2. Penggunaan
presentase
dalam
hal
kewajiban
untuk
melakukan
pembayaran harus dihindari, karena presentase sangat berhubungan pada sisa
hutang meskipun batas waktu perjanjiannya telah berakhir.
3. Dalam kontrak-kontrak pembiayaan proyek bank Islam tidak boleh
menerapkan perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti yang ditetapkan
dimuka.
4. Pengarahan dana masyarakat dalam bentuk deposit/tabungan oleh
penyimpan dianggap sebagai titipan, sedangkan bagi bank dianggap sebagai
titipan yang diamanatkan sebagai penyertaan dana pada proyek-proyek yang
dibiayaai bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah islam sehingga
21 Ibid, hlm 157-158
kepada nasabah tidak dijanjikan imbalan yang pasti.
5. Bank islam tidak menerapkan jual-beli atau sewa-menyewa uang dari
mata uang yang sama.
6. Adanya pos pendapatan "rekening pendapatan non halal" sebagai hasil
dari transaksi dengan bank konvesionalyang menerapkan sistem bunga.
7. Ciri lain bank Islam adalah adanya dewan pengawas
syariah yang
bertugas untuk mengawasi sistem operasional bank dari sudut syariah.
8. Produk-produk dalam Bank Syariah menggunakan sebutan-sebutan dari
istilah arab.
9. Adanya produk yang tidak terdapat di dalam bank konvesional, yaitu
kredit tanpa beban yang murni bersifat sosial, dimana nasabah tidak ada
kewajiban untuk mengembalikannya.
10. Fungsi kelembagaan bank islam selain menjabatani antara pihak pemilik
modal dengan pihak yang membutuhakan dana, juga mempunyai fungsi khusus
yaitu fungsi amanah.22
Ciri-ciri bank Islam seperti yang dijelaskan tersebut bersifat universal dan
kumulatif, artinya bank Islam yang beroperasi dimana saja harus memiliki ciri
seperti yang telah dijelaskan. Adapun landasan operasioanal bank syariah :
1. Menghindari riba, karena memang riba mengandung ketidak-adilan dan
dapat merusak prinsip kemitraan.23
2. Memperlakukan uang hanya sebagai alat tukar dan bukan sebagai
komoditi yang diperdagangkan.
3. Pembiayaan hanya dilakukan terhadap aktivitas ekonomi maupun
kebutuhan nasabah lainnya yang disamping Bankable , juga tidak bertentangan
dengan syariah.
4. Tidak membenarkan transaksi spekulatif (masyir), jual-beli atas suatu
barang yang belum dimiliki (garar) dan jual-beli bersyarat (mengandung unsur
riba)24
5. Dalam berinteraksi dengan nasabah, bank syariah memposisikan diri
22 Hamid. Basyaib,dkk, Bank Tanpa Bunga, hlm 9-12
23 Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, hlm 67
24 Sumar'in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, hlm 55
sebagai mitra investor dan pedagang, bukan dalam hubungan Lender &
borrower sebagaimana yang berlaku pada bank konvensional.25
6. Akad transakasi yang sudah disepakati dengan nasabah tidak akan
mengalami perubahan sampai dengan berakhirnya.26
D. Kegiatan Operasional Perbankan Syariah
A. Bidang Marketing
1.
Sebagai langkah awal bidang marketing membuat rencana target, baik
unutk produk funding maupun produk financing. Dalam membuat target
tersebut haruslah disesuaikan dengan Rencana Kerja Operasional Bank
Syariah yang dibuat oleh Direksi.27
2.
Kegiatan Operasionalnya
a) Pemasaran produk dengan melalui bermacam-macam media
pemasaran, baik media elektronik, cetak, pertemuan-pertemuan,
pengajian-pengajian, khutbah jum'at dan sebagainya
b) Kegiatan funding officer dan anggotanya terutama dalam mobilisasi
dana, hasilnya :
i.
Funding : saham, deposito mudharabah, tabungan mudharabah,
titipan (wadi'ah) atau zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS)
ii. Setelah diadministrasikan oleh FO, funding yang baru
diserahkan kepada SA dan bagian jasa nasabah (janas),
sedangkan funding kelanjutan langsung diserahkan kepada
teller/kasir.
iii. Hasil pembiayaan diserahkan kepada A/O unutk diproses
selanjutnya.
c) Operasioanl accounts officer (A/O) atau pembina pembiayaan
i.
Membuat struktur dana dan alokasi dana dari dana mobilisasi
tersebut untuk memenuhi permohonan pembiayaan yang
masuk.
25 Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, hlm 67(5)
26 Sumar'in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, hlm 56
27 Muhammad, Manajemen Bank Syari'ah, hlm 159
ii. Memproses calon Debitur yang masuk
iii. Membina Debitur agar lancar pengembalian pembiayaannya
serta mengurangi risiko (menekankan risiko) atas pembiayaan
yang diberikan.28
d) Operasional Bagian support Pembiayaan (BSP)
i.
Memproses Calon Debitur dari segi keabsahan (legal)
ii. Mengatasi permasalahan Debitur yang mungkin terjadi.
e) Operasional Bagian Administrasi Pembiayaan
i.
Menyiapkan surat persetujuan pembiayaan (SPP)
ii. Menyiapkan Aqad pembiayaan serta persetujuan jaminan
iii. Menyiapkan slip-slip pencairan pembiayaan
iv. Menyiapkan kartu angsuran untuk Debitur
v.
Menyiapkan kartu pembiayaan (untuk bank)
vi. Menyiapkan slip-slip pembayaran kembali, angsuran atau
pelunasan
vii. Menyelenggarakan file Debitur
viii. Pengamanan Jaminan
ix. Khusus untuk mudharabah atau musyarakah
x.
Membuat table rencana pembayaran
xi. Membuat aktualisasi pembayaran
f)
Operasional bagian Pegawasan Pembiayaan
i.
Membuat Regestrasi Calon Debitur
ii. Membuat Registrasi Debitur
iii. Membuat daftar Rencana angsuran/Pembayaran Debitur dan
Aktualisasinya
iv. Membuat surat-surat Peringatan
v.
Pemecahan Permasalahan Debitur
vi. Execusi Jaminan.29
B. Bidang Operasional
1) Service Operasional
28 Ibid, hlm 160
29 Ibid, 160
a) Informasi kegiatan Bank Syariah terutama bidang Marketing dan bidang
Operasional
b) Pencatatan nasabah Funding yang baru.
2) Teller/Kasir
a) Transaksi Keuangan Tunai : setoran dan pembayaran
b) Laporan Kas harian
3) Jasa Nasabah
Penyelenggaran funding : deposito mudharabah, tabungan mudharabah,
wai'da yad dhomanah, zakat, infaq (ZIS)
a) Pembuatan Kartu Tabungan
b) Pembuatan Register Deposito
c) Jurnal Funding
d) Penghitungan Bagi Hasil Deposito dan Tabungan Mudharabah
e) Bonus wadi'ah yad Dhomanah
4) Bagian Tata Buku
a) Pembukuan transaksi fisik pada Kasir/Teller
b) Pembukuan transaksi Rekening Bank
c) Pembuatan Neraca dan Daftar Rugi/Laba Harian
d) Pembuatan Neraca dan Daftar Rugi/Laba Bulanan
e) Laporan ke Bank Indonesia
C. Bidang Umum
1) Sekertariat
a) Surat-menyurat
b) Arsip dan Dokumen
2) Perbekalan
a) Inventarisasi kebutuhan sesuai dengan anggaran
b) Belanja Barang Investasi dan Biaya
c) Urusan Inventaris dan Penyusutan (cadangan penyusutan)
3) Personalia
a) Daftar Hadir Karyawan, Surat-surat Ijin dan Surat-surat Tugas
b) Urusan Gaji Karyawan dan Jaminan Sosial
c) Penyelenggaran kartu pegawai dan data pegawai
d) Kenaikan gaji dan pangkat
e) Pendidikan dan pembinaan karyawan
4) Urusan Rumah Tangga Kantor
a) Keamanaan dan Tata Tertib Kantor
b) Pemeliharaan
Kantor
dan
Pemeliharaan
Inventarisasi
Kantor
serta
perlengkapan/perbekalan kantor.30
D. Bidang Pengawasan
1) Pengawasan Marketing
a) Pengawasan sesuai dengan Syariah
b) Pengawasan prosedural
c) Publik opini, masukan untuk pemecahan masalah
2) Pengawasan Personil
a) Pengawasan dalam Dinas dan Pengawasan di luar Dinas
Pengamalan Islam
Kedisplinan
Keterampilan Kerja
Kreativitasnya
Kerjasama
b) Penilaian secara Periodik
3) Pengawasan Umum
a) Pengawasan kekayaan/Inventaris
b) Pengawasan perbekalan/biaya kantor
c) Pengawasan akuntansi.31
E.
DASAR
1.
HUKUM
PERIODE
OPERASIONAL
SEBELUM
BANK
SYARIAH
TAHUN
1992
Sebelum tahun 1992 di Indonesia telah berdiri bank syariah dalam bentuk BPR
Syariah yaitu : BPRS Mardhatillah, BPRS Berkah Amal Sejahtera, Al-Mukaromah
dimana sebagai pendiri adalah alumni ITB atau Masjid Salman (Masjid dalam lingkungan
30 Ibid , hlm 161
31 Ibid, hlm 162
kampus ITB, Bandung). Pada periode ini BPRS didirikan sesuai dengan perundangundang perbankan yang berlaku saat itu (bank konvensional), dan tidak ada ketentuan
yang mengatur tentang bank syariah disamping masyarakat yang belum memungkinkan
untuk diajak bertransaksi syariah, sehingga BPR-Syariah tersebut mati secara pelanpelan.
2.
PERIODE
TAHUN
1992
–
1998
Dalam periode ini lahir puluhan BPR Syariah dan satu Bank Umum Syariah, yaitu
Bank Muamalat Indonesia. Dijelaskan pada Undang-undang nomor 7 tahun 1992
mengenai bank syariah yaitu mengatur tentang usaha bank syariah sebagai berikut :
Usaha Bank Umum : “Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkanv prinsip bagi
hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah (pasal 6 huruf
m).”
Usaha Bank Pengkreditan Rakyat : “Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan
prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah
(pasal
13
huruf
c).”
Berdasarkan ketentuan dalam Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan
tersebut
pemerintah
mengeluarkan
dua ketentuan
perbankan
syariah
yaitu
:
a) Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Bagi Hasil.
Sehingga undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang Peraturan Pemerintah tersebut
sebagai
landasan
hukum
berdirinya
Bank
Umum
Syariah.
b) Peraturan Pemerintah nomor 73 tahun 1992 tentang Bank Pengkreditan Rakyat
Berdasarkan Bagi Hasil. Sehingga undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang
perbankan dan Peraturan Pemerintah tersebut sebagai landasan hukum berdirinya Bank
Pengkreditan
3.
Rakyat
PERIODE
dalam
TAHUN
1998
periode
ini.
–
2008
Dalam Undang-undang nomor 10 tahun 1998 tersebut telah dibahas ketentuanketentuan
bank
syariah
misalnya
:
a) Dalam pasal 1 angka 13 disebutkan “prinsip syariah adalah aturan perjanjian
berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau
pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan usaha lainnya yang dinyatakan sesuai dengan
syariah, antara lain, pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah),
pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musbarakah), prinsip jual beli barang
dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal
berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan
pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah
wa
iqtina)
b) Pasal 6 huruf m ” menyediakan pembiayaan dan/atau melakukan kegiatanlain
berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia
“.
Dalam penjelasan pasal ini disebutkan “ pokok-pokok ketentuan yang ditetapkan oleh
Bank
Indonesia
1)
usaha
Kegiatan
2)
dan
Pembentukan
memuat
produk-produk
dan
tugas
antara
bank
lain
berdasarkan
Dewan
prinsip
Pengawas
:
syariah
Syariah
3) Persyaratan baik pembukaan kantor cabang yang melakukan kegiatan usaha secara
konvensional
untuk
melakukan
kegiatan
usaha
berdasarkan
prinsip
syariah
c) Masih banyak pasal lain yang mengatur tentang perbankan syariah oleh karena dalam
undang-undang nomor 10 tahun 1998 telah dibahas bank syariah, pemerintah mencabut
dua peraturan pemerintah tersebut diatas dengan peraturan pemerintah nomor 30 tahun
1998. Sebagai peraturan pelaksanaannya Bank Indanesia mulai tahun 1999 banyak
mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia yang mengatur bank syariah. Ketentuanketentuan ini yang merupakan landasan hukum berdirinya Bank Perkreditan Rakyat
Syariah dan Bank Umum Syariah seperti Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah dan
beberapa cabang syariah dari bank konvensional, seperti BRI Syariah, BNI Syariah, BTN
Syariah,
Bank
4.
Periode
Jabar
setelah
Syariah
dsb.
tahun
2008
Mulai tahun 2008 perbankan syariah di Indonesia memiliki Undang-undang
tersendiri, yaitu Undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Undang-undang ini secara lengkap sebagaimana tercantum dalam lampiran buku ini.
Bank Syariah yang didirikan dan/atau menjalankan kegiatan usahanya mulai tahun 2008,
sudah
tentu
berdasarkan
Undang-undang
nomor
21
dan
seluruh
peraturan
pelaksanaannya. Ketentuan-ketentuan yang diatur berdasarkan Undang-undang nomor 10
tahun 1998 dan peraturan pelaksanaannya tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan ketentuan Undang-undang nomor 21 tahun 2008. Hal ini sesuai ketentuan dalam
pasal
69
undang-undang
tersebut
yaitu:
“Pada saat Undang-undang ini mulai berlaku, segala ketentuan mengenai Perbankan
Syariah yang diatur dalam Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1992 nomor 31, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia nomor 3472) sebagaimana telah diubah dengan Undangundang nomor 10 tahun 1998 (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1998 nomor
182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 3790) beserta peraturan
pelaksanaannya dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undangundang ini”.32
F. FAKTOR-FAKTOR DALAM MENENTUKAN STRUKTUR ORGANISASI
PERBANKAN SYARIAH.
III. PENUTUP
Kegiatan operasional perbankan syariah harus dilakukan oleh suatu bank yang
seluruh kegiatan operasionalnya berdasarkan syariah Islam, maka dari itu diperlukan
suatu lembaga yang bertugas untuk memberikan nasehat kepada bank tersebut mengenai
produk-produk pelayanan perbankan yang menyimpang dari ketentuan syariah islam.
Dalam melaksanakan tugasnya, lembaga tersebut diharapkan dapat memberikan saransaran kepada Bank Indonesia didalam pengawasan dan pembinaan bank syariah.
Agar terdapat kemurnian dalam pelaksanaan operasinya, bank yang beroperasi secara
32 Nadi Samawa, Landasan Hukum Perbankan Syariah, http://nadisamawa.blogspot.com, 19 maret 2014
Syariah Islam tidak boleh dilakukan oleh Bank konvensional, melainkan oleh lembaga
bank yang terpisah. Agar masyarakat dapat membedakan mana yang Syariah dan mana
yang Konvensional.
DAFTAR PUSTAKA
Basyaib,Hamid.,dkk, Bank Tanpa Bunga, Yogyakarta: PT.MITRA GAMA WIDYA,1992.
Burhanuddin, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: GRAHA
ILMU,2010.
Mardani, Hukum Ekonomi Syariah Di Indonesia, Jakarta: PT Refika Aditama,2011.
Muhammad, Manajemen Bank Syariah,Yogyakarta:Unit Pernebitan dan Percetakan
(UUP)AMPYKPN,2002.
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta:Unit Penerbitan dan
Percetakan UUP,2005.
Soemitra,Andri, Bank & Lembaga Keuangan Islam, Jakarta: Kencana,2009.
Sumar'in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, Yogyakarta: Graha Ilmu,2012.
Sheikh Mishary bin Rashed Al-Afasy,Quran-Terjemah.Org,1976.
http://nadisamawa.blogspot.com/2013/01/landasan-hukum-perbankan-syariah.html
Disusun oleh
1. Karlena Aprianti
(13820029)
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS NEGERI ISLAM SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
I. PENDAHULUAN
Bank adalah badan usaha yang mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan dana tersebut disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk
pembiayaan, pinjaman dan bentuk lainya yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat. Menurut ensiklopedia Islam, bank islam adalah lembaga keuangan yang
usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam sistem pembayaran serta
penyebaran pengoprasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syaria'ah Islam.1
Menurut ensiklopedia, berarti bank islam adalah bank yang tata cara beroperasi atau
kegiatan operasionalnya harus berlandasankan dengan hukum Islam yang berpedoman
kepada Al-Qur'an dan Hadist.
Menurut UU No.21 Tahun 2008 pasal 1 ayat (1) tentang Perbankan Syariah adalah
segala sesuatu yang menyangkut tentang
Bank syariah dan Unit Usaha Syariah,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan usahanya. Dalam Pasal 1 Ayat (7) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
Tentang Perbankan Syariah disebut bahwa Bank Syariah adalah bank yang menjalakan
kegiatan usahanya berdasakan prinsip syariah. Dalam Pasal 1 Ayat (12), menyebutkan
bahwa prinsip syariah adalah prinsip hukum islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan
fatwa yang dikeluarakan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan
fatwa di bidang syariah.2
Di perbankan syariah terdapat banyak peranan, salah satunya adalah kegiatan
operasional. Kegiatan operasional perbankan syariah di Indosnesia dimulai pada tahun
1992 melalui pendirian PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. (PT. BMI).
Operasional perbankan syariah di Indonesia didasarkan pada Undang-undang No. 7
tahun 1992 tentang Perbankan yang kemudian diperbaharui dengan Undang-Undang
No.10 tahun 1998.
Peranan perbankan syariah dalam perekonomian relatif masih sangat kecil degan
pelaku tunggal, ada beberapa kendala pengembangan perbankan syariah saat ini salah
satunya adalah kurangnya pemahaman masyarakat terhadap kegiatan operasional bank
syariah. Secara kelembagaan bank syariah dibedakan ke dalam Bank Umum Syariah dan
1 Hasab Muarif Ambari (VIA Sumar'in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, hlm 49
2 Mardani, Ekonomi Syariah di Indonesia, hlm 117
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), masing-masing bentuk bank syariah ini
memiliki sistem operasional sendiri-sendiri, namun dari aspek mekanisme kerjanya ada
beberapa persamaannya. Makalah ini dibuat untuk menjelaskan sistem operasional bank
syariah.
Pembahasan makalah ini secara umum akan dikembangkan dalam beberapa topik
pembahasan yaitu : Filsafat operasional perbankan syariah, Sistem kelembagaan bank
syariah, Ciri-ciri dan landasan Operasional Bank Syariah, dan Kegiatan operasional bank
syariah.
II. PEMBAHASAN
A. Filsafat Perbankan Syariah
Falsafah operasional Bank Syari’ah bertujuan untuk mencari keridhoan Allah,
memperoleh kebajikan di dunia akhirat, dan untuk menghindari adanya penyimpangan
didalam bank yang keluar dari tuntutan agama. Berikut ini adalah falsafah yang harus
diterapkan oleh Bank Syari’ah :
1. Menjauhkan diri dari unsur riba, dengan cara :
a. Menghindari penggunaan system yang menetapkan dimuka secara pasti
keberhasilan suatu usah (QS. Luqman, ayat : 34)3
ث توي تدعل تمم تما رفي ال دأ تدرتحارم توتما تتددرري
عرة توي من ترززمل ال دتغي د ت
رإ زتن الل زتته رعن دتدمه رعل دمم ال زتسا ت
عرليمر تخربيرر
ب ت
غددا توتما تتددرري ن تدفرس ربأ ترزي أ تدرضض تتممو م
ت رإ زتن الل زتته ت
ن تدفرس تماتذا تتك درس م
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan
Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada
seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok.
Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya
Allah
Maha
Mengetahui
lagi
Maha
Mengenal.4
QS:Luqman | Ayat: 34
b. Menghindari penggunaan system peresentasi untuk pembebanan biaya terhadap
hutang atau pemberian imbalan terhadap simpanan yang mengundang unsur melipat
gandakan secara otomatis hutang/simpanan terhadap hanya karena berjalanya waktu
(QS. Ali’Imron, 130)5
حوتن
عتفدة تواتزتمقوا الل زتته ل تتعل زتك مدم تمدفلر م
تيا أ تي زمتها ال زترذيتن آتممنوا تلا تتأ دك مملوا الرزرتبا أ تدضتعادفا ممتضا ت
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.6
QS:Ali Imran | Ayat: 130
3 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, hlm 2
4 Sheikh Mishary bin Rashed Al-Afasy,( VIA Qur'an-Terjemah.org), QS:Luqman ayat 34
5 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, hlm 2
6 Sheikh Mishary bin Rashed Al-Afasy,(VIA Qur;an-Terjemah.org), QS:Ali Imran ayat: 130
c. Menghindari penggunaan system perdagangan/penyewaan barang ribawi dengan
imbalan barang ribawi lainya dengan memperoleh kelebihan baik kualitas maupun
kuantitas (HR. Muslim Bab Riba No. 1551 s/d 1567)
d. Menghindari penggunaan system yang menetapkan dimuka tambahan atas hutang
yang bukan atas prakarsa yang mempunyai hutang secara sukarela (HR. Muslim,
Bab Riba No. 1569 s/d 1572)7
2. Menetapkan sistem bagi hasil dan perdagangan.
Pada dasarnya perbedaan antara bank syari’ah dengan bank non syari’ah adalah
terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah
kepada lembaga keuangan atau yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada nasabah.
Didalam bank syari’ah dan konvensioanal terdapat istilah bunga dan bagi hasil.
Adapun perpedaan sistem bunga dan bagi hasil adalah sebagai berikut : 8
Hal
Sistem Bunga
Penentuan besarnya Sebelumnya.
Sistem Bagi Hasil
Sesudah berusaha sesudah ada
hasil
Yang menetukan
untungnya.
Menyepakati proporsi pembagian
Bunga, besarnya nilai rupiah.
sebelumnya
untung
untuk
masing-masing
pihak, misalnya 50:50, 40:50,
Ditanggung nasabah saja.
35:65, dst
Ditanggung kedua pihak, nasabah
Asal perhitungan
Dari dana pinjaman, fixed, tetap.
dan lembaga.
Dari untung yang bakal diperoleh,
Titik perhatian
belum tentu besar.
Besarnya bunga yang harus dibayar Keberhasilan proyek/usaha jadi
proyek/usaha
nasabah/pasti diterima bank.
Besarnya
dan lembaga.
Pasti: (%) kali jumlah pinjaman Proporsi (%) kali jumlah untung
Jika terjadi kerugian
yang telah pasti diketahui.
Status hukum
perhatian bersama antara nasabah
yang belum diketahui = belum
diketahui
Berlawanan dengan QS. Luqman : Melaksanakan QS. Luqman : 34
34
B. Sistem Operasional Kelembagaan Bank Syariah
7 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, hlm 2
8 Ibid, hlm 3
Lembaga keuangan (financial institution) adalah perusahaan yang usahanya
bergerak dalam bidang jasa keuangan. Yang juga diartikan sebagai segala kegiatan
lembaga keuangan ini akan selalu berkaitan dengan bidang keuangannya, perhimpunan
dananya, menyalurkan dana dan juga jasa-jasa keuangan lainnya. Dalam dunia
bisnis,lembaga keuangan ini mempunyai fungsi sangat penting yang terutamanya
lembaga keuangan ini sebagai lembaga intermediasi (financial intermediary) antara pihak
pemilik modal dengan pihak lainnya yang membutuhkan jasa lembaga keuangan.
Hubungan antara pihak pihak yang berkaitan dengan lembaga keuangan ini harus selalu
dibentuk atas dasar kontrak perjanjian atau perikatan.
Di dalam aspek hukum lembaga keuangan syariah, pada waktu akan melakukan
penyusunan kontrak perjanjian atau perikatan, masing-masing pihak diwajibkan untuk
mengacu pada hukum dan ketentuan syariah. Keterikatan ini perwujudan dari fitrah
perbuatan manusia yang selalu terikat dalam hkum syara’. Lembaga-lembaga keuangan
yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip-prinsip syari’ah maka dapat
disebut Lembaga Keuangan Syariah.
Lembaga keuangan syariah berfungsi menyediakan jasa dan perantara bagi
pemilik modalnya dengan perusahan-perusahaan yang membutuhkannya dana. Dapat
dikatakan kehadiran lembaga keuangan yang memfasilitasi arus peredaran uang didalam
dunia bisnis, sehingga uang-uang yang berasal dari masyarakat dapat dikumpulkan
melalui berbagai bentuk bentuk produk penghimpunan dana , sebelum disalurkannya
kembali kepada orang-orang yang membutuhkan didalam bentuk biaya.9
Sistem operasional lembaga keuangan syariah sebenarnya membicarakan tentang
bagaimana kinerja dan optimalisasi masing-masing bagian dalam menjalankan tugas dan
fungsinya. Berkaitan dengan itu, maka adanya Job description dan job spesification,
kedua hal ini sangat penting dalam sistem operasional di bank syariah.10
1. Deskripsi Tugas (description)
Dalam deskripsi tugas dijelaskan apa tugas dan wewenang masing-masing
bagian yang terikat dalam sisitem operasional bank syariah.
a) Dewan Pengawas Syariah
9 Burhannudin S, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, hlm 1-2
10 Muhammad, Manajemen Bank Syari'ah, hlm 150
Dewan pengawas syariah terdapat 3 orang atau lebih, mulai dari profesi
yang ahli dalam hukum islam, yang dipimpin oleh Ketua Dewan Pengawas
Syariah, berfungsi memberikan fatwa Agama terutama dalam produkproduk bank syariah. Kemudian, bersama Dewan Komisaris mengawasi
pelaksanaannya.11
b) Dewan Komisaris
1. Dewan Komisaris terdiri dari 3 orang atau lebih yang dipimpin oleh
seorang
Komisaris
Utama,
tugasnya
pengawas
intern
Bank
Syariah,mengarahkan pelaksaan yang dikerjakan oleh Direksi supaya tetap
mengikuti kebijaksanaa Perseroaan dan kententuan yang berlaku.
2. Tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris :
Mempertimbangkan, menyempurnakan, dan mewakili para
pemegang saham dalam memutuskan perumusan kebijaksaan
umum yang baru yang diusulkan oleh Direksi untuk
dilaksanakan pada masa yang akan datang.
Menyelenggarakan rapat umum bagi para pemegang saham
untuk pembebasan tugas dan kewajiban Direksi.
Mempertimbangkan dan menyetujui rancangan kerja untuk
tahun buku baru yang diusulkan Direksi.
Mempertimbangkan dan memutuskan permohonan pembiayaan
yang diajukan keoada perusahaan yang jumlahnya melebihi
maksimum yang dapat diputuskan Direksi.12
c) Direksi
1. Direksi yang terdiri dari seorang Direktur Utama, yang bertugas
dalam memimpin dan mengawasi kegiatan Bank Syariahsehari-hari, sesuai
dengan kebijaksanaan umum yang telah disetujui Dewan Komisaris dalam
RUPS.
2. Tugas dan Tanggung Jawab Direksi
Merumuskan dan mengusulkan kebijaksanaan umum Bank
Syariah untuk masa yang akan datang yang disetujui oleh
11 Burhannudin S, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, hlm 50-51
12 Muhammad, Manajemen Bank Syari'ah, hlm 151
Dewan Komisaris serta disyahkan dalam RUOS, agar tercapai
tujuan serta kontinuitas operasional perusahaan.
Menyusun dan mengusulkan Rencana Anggaran Perusahaan
dan Rencana Kerja untuk tahun buku yang baru disetujui oleh
Dewan Komisaris.
Mengajukan Neraca dan Laporan Laba Rugi tahunan serta
laporan-laporan berkala lainya kepada Dewan Komisaris untuk
memdapatkan penilaian.
3. Tugas dan Tanggung Jawab Direktur Utama
Mewakili Direksi atas nama Perseroan
Memimpin dan mengelola Perseroan sehingga tercapai tujuan
Perseroan
Bertanggung jawab terhadap operasional perseroan khususnya
dalam hubungan dengan pihak ekstern perusahaan.
Bertanggung jawab kepada Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS)
4. Tugas dan Tanggung Jawab Direktur
Mewakili Direktur Utama atas nama Direksi
Membantu Direktur Utama dalam mengelola perseroan
sehingga tercapai tujuan perseroan
Bertanggung Jawab terhadap operasional perseroan, khususnya
dalam hubungan dengan pihak intern perusahaan.13
d) Bidang Marketing
1. Fungsi bidang marketing adalah sebagai aparat manajemen yang
ditugaskan untuk mambantu Direksi dalam menangani tugas-tugas
khususnya yang menyangkut bidang marketing dan pembiayaan (kredit).
2. Tugas-tugas Pokok Bidang Marketing
Melakukan
koordinasi
setiap
pelaksanaan
tugas-tugas
marketing dan pembiayaan (kredit) dari unit/bagian yang
berada dibawah supervisi-nya, hingga dapat memberikan
13 Burhannudin S, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, hlm 49-51
pelayanan kebutuhan perbankan bagi nasabah secara efesien
dan efektif tang dapat memuaskan dan menguntungkan baik
bagi nasabah maupun Bank Syariah.
Melakukan Monitoring, evaluasi, review, dan supervisi
terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi bidang Marketing
(perkreditan) pada unit/bagian yang ada dibawah supervisi-nya.
Bertindak
sebagai
Komite
Pembiayaan
dalam
upaya
pengambilan keputusan pembiayaan (kredit).
Berkewajiban unutk meningkatkan mutu pelayanan perbankan
terhadap nasabah maupun calon nasabah.
Melayani, menerima tamu (calon nasabah atau nasabah) secara
aktif yang memerlukan pelayanan jasa perbankan.14
e) Bidang Operasional
1. Fungsi Bidang Operasional sebagai aparat manajement yang
ditugaskan untuk membantu Direksi dalam melakukan tugas-tugas di bidang
operasional bank.
2. Tugas-tugas pokok Bidang Operasional :
Melaksanakan supervisi terhadap setiap pelayanan dan
pengamanan jasa-jasa perbankan dari setiap unit/bagian yang
berada dibawah tanggumg jawabnya.
Melakukan monitoring, evaluasi, review dan kondisi terhadap
pelaksanna tugas-tugas pelayanan di bidang operasional.
3. Turut membantu pelayanan secara aktif atas tugas-tugas harian setiap
unit/bagian yang berada dibawah tanggung jawabnya.
4. Aktif memberikan saran, pendapat kepada Direksi mengenai
masalah-masalah yang berkaitan dengan tugasnya sehari-hari termasuk
mengusulkan produk-produk perbankan yang diperlukan nasabah.
f) Bidang Umum
1. Fungsi Bidang Umum adalah sebagai staf/karyawan bank bertugas
untuk membantu penyediaan sarana kebutuhan karyawan atau perusahaan
14 Muhammad, Manajemen Bank Syari'ah, hlm 153
agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
2. Tugas-tugas pokok Bidang Umum
Menginvestasikan
kebutuhan-kebutuhan
karyawan
atau
perusahaan dan kemudian sepanjang sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Memelihara/menjaga harta inventaris kantor agar tetap dalam
kondisi yang baik, dan bertanggung jawab atas keamanan
harta/peralatan tersebut.
Memberikan informasi kepada seluruh karyawan mengenai hak
dan kewajiban karyawan sesuai dengan ketentuan Direksi.
g) Bidang Pengawasan
Bidang pengawasan adalah penegasan manajerial yang ditangani oleh
Direksi (Direktur Utama), agar perusahaan dapat berjalan sesuai dengan
ketentuan serta dapat mencapai keberhasilan yang optimal.
Tugas pokok Bidang Pengawasan tersebut mengawasi seluruh kegiatan
Bank Syariah agar dapat berjalan lancar sehingga dapat mencapai
kebarhasilan secara baik.15
2. Tugas-tugas Khusus (job Spesification)
Bagian-bagian yang termasuk dalam menangani secara khusus pada
operasional bank syariah meliputi :
a) Mobilisasi Dana (Funding)
Bagian Mobilisasi Dana bertugas dalam pengumpulan dana masyarakat
sesuai dengan funding yang ada, seperti saham, deposito mudharabah,
tabungan mudharabah. Titipan Wadi'ah yad dhomanah, infaq, dan
shadaqah.16
b) Account Officer (A/O)
A/O bertugas memproses calon Debitur atau permohonan pembiayaan
sehingga menjadi Debitur. Selain membina Debitur agar bisa memenuhi
kesanggupannya terutama dalam pembayaran kembali pinjamanya A/O juga
menyelesaikan khasus Debitur yang mungkin terjadi, dengan demikian A/O
15 Ibid, hlm153-155
16 Ibid , hlm 155
sangat berperan mulai dari memperoses calon Debitur, membina, sampai
menyelesaikan masalah Debitur ketika ada khasusu yang menimpa Debitur
nantinya.
c) Bagian Support Pembiayaan
Bagian support pembiayaan ini bekerjasama dengan A/O dalam
mengadakan penilaian pemohon pembiayaan sehingga memenuhi kreteria
dan persyaratanya. Tapi walaupun mereka bekerjasama mereka memproses
calon Debitur itu berbeda, A/O dalam memperoses calon Debitur dilihat dari
keandalannya (kelayakannya), sedangkan bagian Support pembiayaan dari
segi keabsahanya, seperti kebenaran lampiranya, usaha maupun penggunaan
pembiayaan, transaksi jaminan, keabsahan jaminan, dan kelayakan lainnya.17
d) Bagian Administrasi Pembiayaan
Di dalam proses pembiayaan terdapat administrasi yang ditangani oleh
A/O ataupun Bagian support Pembiayaan. Tetapi setelah calon Debitur
menjadi Debitur segala urusan pembayaran mulai dari pencairan dana
sampai pelunasan ataupun penbayaran-pembayaran para debitur itu semua
akan ditangani oleh Bagian Administrasi Pembiayaan.
e) Bagian Pengawasan Pembiayaan
Tugas pengawas pembiayaan untuk memantau pembiayaan antara lain
membuat surat peringatan kepada debitur apabila peminjaman yang
dipinjam debitur belum dibayar oleh Debitur tersebut dan debitur harus
dibuatkan surat peringatan. Bagian Pengawasan pembiayaan ini selain
membuat surat-surat peringatan mereka juga melakukan penagihanpenagihan, tetapi penagihan disini bukan menggunakan Depkoletor karena
bank Syariah diharamkan untuk menggunakan hal seperti itu.18
f)
Service Assistance (S/A)
S/A ini memberikan informasi dalam hal operasional kantor bank
syariah, jadi apa bila ingin mengetahui info-info operasional bank syariah
langsung ke S/A. Di samping itu S/A juga mengadministrasikan nasabah
Funding yang baru.
17 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, hlm 33
18 Ibid, hlm 34
g) Kas dan Teller
Kas dan Teller bertugas untuk melakukan pekerjaan yang berkaitan
dengan penerimaan dan penarikan pembayaran uang. Selain itu tugas Kas
dan Teller juga mengatur dan memilihara saldo atau mengatur posisi uang di
kas bagi yang penarikan, posisi uang kas yang melakukan penerimaan yang
semua itu tersimpan dalam khasanah bank.
h) Bagian Jasa Nasabah (Janas)
Janas bertugas untuk melakukan pencatatan transaksi pembayaran
nasabah (Funding) kemudian melakukan penjurnalan. Penjurnalan janas ini
dimulai dari ikhtisar,jurnal umum, sampai kebuku besar.
i)
Bagian Pembukuan
Bagian pembukuan bertugas di dalam pembuatan neraca, membuat
daftar laba-rugi, dan bagian pembukuan ini juga bertugas dalam pembuatan
laporan ke Bank Indonesia dan tugas lain yang sesuai dengan policy
perusahaan.19
j)
Sekertariat
Tugas sekertariat adalah pengelolaan surat-menyurat, arsip-arsip, dan
dokumen yang penting yang berpengaruh terhadap perkembangan atau
kemajuan disuatu perusahaan. Selain itu sekertariat dapat juga diserahi tugas
lain sesuai dengan kebijakan perusahaan.
k) Personalia
Personalia bertugas di pekerjaan yang terkait dengan kepegawaian,
seperti urusan kesejaterahan karyawan (gaji dan tunjangan), kenaikan
pangkat, pendidikan latihan, dan urusan kesejatrahan yang lain.
l)
Perbekalan/Perlengkapan
Perbekalan bertugas mempersiapkan sarana serta perlengkapan kantor.
Dapat pula diberi tugas sesuai kebijakan perusahaan.
m) Bagian Keamanan dan urusan Rumah Tangga Kantor
Bagian keamanan dan urusan rumah tangga kantor bertugas
mengamankan kekayaan kantor serta pemeliharaannya, dan urusan rumah
19 Muhammad, Manajemen Bank Syari'ah, hlm 157
tangga lainya.
n) Bagian Pengawasan Personalia
1. Bagian pengawasan personalia bertugas mengawasi personalia
karyawan dan kegiatan tugasnya di Bank Syariah, kemudian melaporkan
kepada Direksi.
2. Tugas-tugas pokok bagian pengawasan Personalia :
a) Menyelenggarakan daftar hadir
b) Membuat kartu pegawai untuk tiap karyawan, kemudian
penyelenggaraanya
c) Menyelenggarakan penilaian karyawan20
o) Bagian Pengawasan Marketing
1. Berfungsi mengamati kegiatan
Bidang Marketing,
kemudian
melaporkan kepada Direksi yang membidanginya
2. Tugas-tugas pokok bagian pengawasan marketing
a) Menyelenggarakan Register calon Debitur dan Kreditur
b) Pencatatan kasus-kasus yang timbul di dalam marketing, baik
personalia yang menangani maupu tugas Marketing
c) Secara periodis memberikan laporan kepada Direksi yang
membidangi.
3. Memberikan masukan, opini,pendapat dan cara pemecahannya.
p) Bagian pengawasan Operasional
1. Berfungsi mengamati kegiatan dibidang operasional, kemudian
melaporkan kepada Direksi yang Membidanginya
2. Tugas-tigas pokok bagian Bidang Operasional
a) Pencatatan kasus-kasus yang terjadi di Bidang Operasional
Kantor.
b) Memberikan masukan,opini, pendapat serta cara pemecahanya.
q) Bagian Pengawasan Umum
1. Berfungsi mengamati kegiatan bidang umum dalam operasional,
seperti di Bagian Perbekalan, Bagian Keamanan dan Urusam Rumah Tangga
20 Ibid, hlm 157-158
Kantor,
kemudian
memberikan
laporan
kepada
Direksi
yang
membidanginya.
2. Tugas-tugas pokok Bagian Pengawasan Umum
a) Pencatatan kasus-kasus yang terjadi dibidang Pengawasan
Umum terutama di Bagian Perbekalan, Bagaian Keamanan dan di
Bagian Urusan Rumah Tangga
b) Secara periodik memberikan laporan kepada direksi yang
membidanginya.
3. Memberikan masukan, opini maupun pendapat serta cara pemecahan
masalahnya,
r)
Bagian Pembukuan / Akuntansi
Bagian ini secara langsung berhadapan dengan persoalan Akuntansi
adalah pembukuan.21
C. Ciri-ciri dan Landasan Opersional Bank Syariah
Perbankan syariah merupakan bank yang beroperasi berdasarkan hukum islam
dan berdasarkan prinsip-prinsip syariah menurut kententuan al-qur'an dan hadist
perbankan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian di
wujudkan dalam bentuk jumlah nominal, yang besarnya tidak kaku (tidak rigit)
dan dapat dilakukan dengan kebebasan untuk tawar-menawar dalam batas wajar.
2. Penggunaan
presentase
dalam
hal
kewajiban
untuk
melakukan
pembayaran harus dihindari, karena presentase sangat berhubungan pada sisa
hutang meskipun batas waktu perjanjiannya telah berakhir.
3. Dalam kontrak-kontrak pembiayaan proyek bank Islam tidak boleh
menerapkan perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti yang ditetapkan
dimuka.
4. Pengarahan dana masyarakat dalam bentuk deposit/tabungan oleh
penyimpan dianggap sebagai titipan, sedangkan bagi bank dianggap sebagai
titipan yang diamanatkan sebagai penyertaan dana pada proyek-proyek yang
dibiayaai bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah islam sehingga
21 Ibid, hlm 157-158
kepada nasabah tidak dijanjikan imbalan yang pasti.
5. Bank islam tidak menerapkan jual-beli atau sewa-menyewa uang dari
mata uang yang sama.
6. Adanya pos pendapatan "rekening pendapatan non halal" sebagai hasil
dari transaksi dengan bank konvesionalyang menerapkan sistem bunga.
7. Ciri lain bank Islam adalah adanya dewan pengawas
syariah yang
bertugas untuk mengawasi sistem operasional bank dari sudut syariah.
8. Produk-produk dalam Bank Syariah menggunakan sebutan-sebutan dari
istilah arab.
9. Adanya produk yang tidak terdapat di dalam bank konvesional, yaitu
kredit tanpa beban yang murni bersifat sosial, dimana nasabah tidak ada
kewajiban untuk mengembalikannya.
10. Fungsi kelembagaan bank islam selain menjabatani antara pihak pemilik
modal dengan pihak yang membutuhakan dana, juga mempunyai fungsi khusus
yaitu fungsi amanah.22
Ciri-ciri bank Islam seperti yang dijelaskan tersebut bersifat universal dan
kumulatif, artinya bank Islam yang beroperasi dimana saja harus memiliki ciri
seperti yang telah dijelaskan. Adapun landasan operasioanal bank syariah :
1. Menghindari riba, karena memang riba mengandung ketidak-adilan dan
dapat merusak prinsip kemitraan.23
2. Memperlakukan uang hanya sebagai alat tukar dan bukan sebagai
komoditi yang diperdagangkan.
3. Pembiayaan hanya dilakukan terhadap aktivitas ekonomi maupun
kebutuhan nasabah lainnya yang disamping Bankable , juga tidak bertentangan
dengan syariah.
4. Tidak membenarkan transaksi spekulatif (masyir), jual-beli atas suatu
barang yang belum dimiliki (garar) dan jual-beli bersyarat (mengandung unsur
riba)24
5. Dalam berinteraksi dengan nasabah, bank syariah memposisikan diri
22 Hamid. Basyaib,dkk, Bank Tanpa Bunga, hlm 9-12
23 Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, hlm 67
24 Sumar'in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, hlm 55
sebagai mitra investor dan pedagang, bukan dalam hubungan Lender &
borrower sebagaimana yang berlaku pada bank konvensional.25
6. Akad transakasi yang sudah disepakati dengan nasabah tidak akan
mengalami perubahan sampai dengan berakhirnya.26
D. Kegiatan Operasional Perbankan Syariah
A. Bidang Marketing
1.
Sebagai langkah awal bidang marketing membuat rencana target, baik
unutk produk funding maupun produk financing. Dalam membuat target
tersebut haruslah disesuaikan dengan Rencana Kerja Operasional Bank
Syariah yang dibuat oleh Direksi.27
2.
Kegiatan Operasionalnya
a) Pemasaran produk dengan melalui bermacam-macam media
pemasaran, baik media elektronik, cetak, pertemuan-pertemuan,
pengajian-pengajian, khutbah jum'at dan sebagainya
b) Kegiatan funding officer dan anggotanya terutama dalam mobilisasi
dana, hasilnya :
i.
Funding : saham, deposito mudharabah, tabungan mudharabah,
titipan (wadi'ah) atau zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS)
ii. Setelah diadministrasikan oleh FO, funding yang baru
diserahkan kepada SA dan bagian jasa nasabah (janas),
sedangkan funding kelanjutan langsung diserahkan kepada
teller/kasir.
iii. Hasil pembiayaan diserahkan kepada A/O unutk diproses
selanjutnya.
c) Operasioanl accounts officer (A/O) atau pembina pembiayaan
i.
Membuat struktur dana dan alokasi dana dari dana mobilisasi
tersebut untuk memenuhi permohonan pembiayaan yang
masuk.
25 Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, hlm 67(5)
26 Sumar'in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, hlm 56
27 Muhammad, Manajemen Bank Syari'ah, hlm 159
ii. Memproses calon Debitur yang masuk
iii. Membina Debitur agar lancar pengembalian pembiayaannya
serta mengurangi risiko (menekankan risiko) atas pembiayaan
yang diberikan.28
d) Operasional Bagian support Pembiayaan (BSP)
i.
Memproses Calon Debitur dari segi keabsahan (legal)
ii. Mengatasi permasalahan Debitur yang mungkin terjadi.
e) Operasional Bagian Administrasi Pembiayaan
i.
Menyiapkan surat persetujuan pembiayaan (SPP)
ii. Menyiapkan Aqad pembiayaan serta persetujuan jaminan
iii. Menyiapkan slip-slip pencairan pembiayaan
iv. Menyiapkan kartu angsuran untuk Debitur
v.
Menyiapkan kartu pembiayaan (untuk bank)
vi. Menyiapkan slip-slip pembayaran kembali, angsuran atau
pelunasan
vii. Menyelenggarakan file Debitur
viii. Pengamanan Jaminan
ix. Khusus untuk mudharabah atau musyarakah
x.
Membuat table rencana pembayaran
xi. Membuat aktualisasi pembayaran
f)
Operasional bagian Pegawasan Pembiayaan
i.
Membuat Regestrasi Calon Debitur
ii. Membuat Registrasi Debitur
iii. Membuat daftar Rencana angsuran/Pembayaran Debitur dan
Aktualisasinya
iv. Membuat surat-surat Peringatan
v.
Pemecahan Permasalahan Debitur
vi. Execusi Jaminan.29
B. Bidang Operasional
1) Service Operasional
28 Ibid, hlm 160
29 Ibid, 160
a) Informasi kegiatan Bank Syariah terutama bidang Marketing dan bidang
Operasional
b) Pencatatan nasabah Funding yang baru.
2) Teller/Kasir
a) Transaksi Keuangan Tunai : setoran dan pembayaran
b) Laporan Kas harian
3) Jasa Nasabah
Penyelenggaran funding : deposito mudharabah, tabungan mudharabah,
wai'da yad dhomanah, zakat, infaq (ZIS)
a) Pembuatan Kartu Tabungan
b) Pembuatan Register Deposito
c) Jurnal Funding
d) Penghitungan Bagi Hasil Deposito dan Tabungan Mudharabah
e) Bonus wadi'ah yad Dhomanah
4) Bagian Tata Buku
a) Pembukuan transaksi fisik pada Kasir/Teller
b) Pembukuan transaksi Rekening Bank
c) Pembuatan Neraca dan Daftar Rugi/Laba Harian
d) Pembuatan Neraca dan Daftar Rugi/Laba Bulanan
e) Laporan ke Bank Indonesia
C. Bidang Umum
1) Sekertariat
a) Surat-menyurat
b) Arsip dan Dokumen
2) Perbekalan
a) Inventarisasi kebutuhan sesuai dengan anggaran
b) Belanja Barang Investasi dan Biaya
c) Urusan Inventaris dan Penyusutan (cadangan penyusutan)
3) Personalia
a) Daftar Hadir Karyawan, Surat-surat Ijin dan Surat-surat Tugas
b) Urusan Gaji Karyawan dan Jaminan Sosial
c) Penyelenggaran kartu pegawai dan data pegawai
d) Kenaikan gaji dan pangkat
e) Pendidikan dan pembinaan karyawan
4) Urusan Rumah Tangga Kantor
a) Keamanaan dan Tata Tertib Kantor
b) Pemeliharaan
Kantor
dan
Pemeliharaan
Inventarisasi
Kantor
serta
perlengkapan/perbekalan kantor.30
D. Bidang Pengawasan
1) Pengawasan Marketing
a) Pengawasan sesuai dengan Syariah
b) Pengawasan prosedural
c) Publik opini, masukan untuk pemecahan masalah
2) Pengawasan Personil
a) Pengawasan dalam Dinas dan Pengawasan di luar Dinas
Pengamalan Islam
Kedisplinan
Keterampilan Kerja
Kreativitasnya
Kerjasama
b) Penilaian secara Periodik
3) Pengawasan Umum
a) Pengawasan kekayaan/Inventaris
b) Pengawasan perbekalan/biaya kantor
c) Pengawasan akuntansi.31
E.
DASAR
1.
HUKUM
PERIODE
OPERASIONAL
SEBELUM
BANK
SYARIAH
TAHUN
1992
Sebelum tahun 1992 di Indonesia telah berdiri bank syariah dalam bentuk BPR
Syariah yaitu : BPRS Mardhatillah, BPRS Berkah Amal Sejahtera, Al-Mukaromah
dimana sebagai pendiri adalah alumni ITB atau Masjid Salman (Masjid dalam lingkungan
30 Ibid , hlm 161
31 Ibid, hlm 162
kampus ITB, Bandung). Pada periode ini BPRS didirikan sesuai dengan perundangundang perbankan yang berlaku saat itu (bank konvensional), dan tidak ada ketentuan
yang mengatur tentang bank syariah disamping masyarakat yang belum memungkinkan
untuk diajak bertransaksi syariah, sehingga BPR-Syariah tersebut mati secara pelanpelan.
2.
PERIODE
TAHUN
1992
–
1998
Dalam periode ini lahir puluhan BPR Syariah dan satu Bank Umum Syariah, yaitu
Bank Muamalat Indonesia. Dijelaskan pada Undang-undang nomor 7 tahun 1992
mengenai bank syariah yaitu mengatur tentang usaha bank syariah sebagai berikut :
Usaha Bank Umum : “Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkanv prinsip bagi
hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah (pasal 6 huruf
m).”
Usaha Bank Pengkreditan Rakyat : “Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan
prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah
(pasal
13
huruf
c).”
Berdasarkan ketentuan dalam Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan
tersebut
pemerintah
mengeluarkan
dua ketentuan
perbankan
syariah
yaitu
:
a) Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Bagi Hasil.
Sehingga undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang Peraturan Pemerintah tersebut
sebagai
landasan
hukum
berdirinya
Bank
Umum
Syariah.
b) Peraturan Pemerintah nomor 73 tahun 1992 tentang Bank Pengkreditan Rakyat
Berdasarkan Bagi Hasil. Sehingga undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang
perbankan dan Peraturan Pemerintah tersebut sebagai landasan hukum berdirinya Bank
Pengkreditan
3.
Rakyat
PERIODE
dalam
TAHUN
1998
periode
ini.
–
2008
Dalam Undang-undang nomor 10 tahun 1998 tersebut telah dibahas ketentuanketentuan
bank
syariah
misalnya
:
a) Dalam pasal 1 angka 13 disebutkan “prinsip syariah adalah aturan perjanjian
berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau
pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan usaha lainnya yang dinyatakan sesuai dengan
syariah, antara lain, pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah),
pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musbarakah), prinsip jual beli barang
dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal
berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan
pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah
wa
iqtina)
b) Pasal 6 huruf m ” menyediakan pembiayaan dan/atau melakukan kegiatanlain
berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia
“.
Dalam penjelasan pasal ini disebutkan “ pokok-pokok ketentuan yang ditetapkan oleh
Bank
Indonesia
1)
usaha
Kegiatan
2)
dan
Pembentukan
memuat
produk-produk
dan
tugas
antara
bank
lain
berdasarkan
Dewan
prinsip
Pengawas
:
syariah
Syariah
3) Persyaratan baik pembukaan kantor cabang yang melakukan kegiatan usaha secara
konvensional
untuk
melakukan
kegiatan
usaha
berdasarkan
prinsip
syariah
c) Masih banyak pasal lain yang mengatur tentang perbankan syariah oleh karena dalam
undang-undang nomor 10 tahun 1998 telah dibahas bank syariah, pemerintah mencabut
dua peraturan pemerintah tersebut diatas dengan peraturan pemerintah nomor 30 tahun
1998. Sebagai peraturan pelaksanaannya Bank Indanesia mulai tahun 1999 banyak
mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia yang mengatur bank syariah. Ketentuanketentuan ini yang merupakan landasan hukum berdirinya Bank Perkreditan Rakyat
Syariah dan Bank Umum Syariah seperti Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah dan
beberapa cabang syariah dari bank konvensional, seperti BRI Syariah, BNI Syariah, BTN
Syariah,
Bank
4.
Periode
Jabar
setelah
Syariah
dsb.
tahun
2008
Mulai tahun 2008 perbankan syariah di Indonesia memiliki Undang-undang
tersendiri, yaitu Undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Undang-undang ini secara lengkap sebagaimana tercantum dalam lampiran buku ini.
Bank Syariah yang didirikan dan/atau menjalankan kegiatan usahanya mulai tahun 2008,
sudah
tentu
berdasarkan
Undang-undang
nomor
21
dan
seluruh
peraturan
pelaksanaannya. Ketentuan-ketentuan yang diatur berdasarkan Undang-undang nomor 10
tahun 1998 dan peraturan pelaksanaannya tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan ketentuan Undang-undang nomor 21 tahun 2008. Hal ini sesuai ketentuan dalam
pasal
69
undang-undang
tersebut
yaitu:
“Pada saat Undang-undang ini mulai berlaku, segala ketentuan mengenai Perbankan
Syariah yang diatur dalam Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1992 nomor 31, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia nomor 3472) sebagaimana telah diubah dengan Undangundang nomor 10 tahun 1998 (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1998 nomor
182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 3790) beserta peraturan
pelaksanaannya dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undangundang ini”.32
F. FAKTOR-FAKTOR DALAM MENENTUKAN STRUKTUR ORGANISASI
PERBANKAN SYARIAH.
III. PENUTUP
Kegiatan operasional perbankan syariah harus dilakukan oleh suatu bank yang
seluruh kegiatan operasionalnya berdasarkan syariah Islam, maka dari itu diperlukan
suatu lembaga yang bertugas untuk memberikan nasehat kepada bank tersebut mengenai
produk-produk pelayanan perbankan yang menyimpang dari ketentuan syariah islam.
Dalam melaksanakan tugasnya, lembaga tersebut diharapkan dapat memberikan saransaran kepada Bank Indonesia didalam pengawasan dan pembinaan bank syariah.
Agar terdapat kemurnian dalam pelaksanaan operasinya, bank yang beroperasi secara
32 Nadi Samawa, Landasan Hukum Perbankan Syariah, http://nadisamawa.blogspot.com, 19 maret 2014
Syariah Islam tidak boleh dilakukan oleh Bank konvensional, melainkan oleh lembaga
bank yang terpisah. Agar masyarakat dapat membedakan mana yang Syariah dan mana
yang Konvensional.
DAFTAR PUSTAKA
Basyaib,Hamid.,dkk, Bank Tanpa Bunga, Yogyakarta: PT.MITRA GAMA WIDYA,1992.
Burhanuddin, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: GRAHA
ILMU,2010.
Mardani, Hukum Ekonomi Syariah Di Indonesia, Jakarta: PT Refika Aditama,2011.
Muhammad, Manajemen Bank Syariah,Yogyakarta:Unit Pernebitan dan Percetakan
(UUP)AMPYKPN,2002.
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta:Unit Penerbitan dan
Percetakan UUP,2005.
Soemitra,Andri, Bank & Lembaga Keuangan Islam, Jakarta: Kencana,2009.
Sumar'in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, Yogyakarta: Graha Ilmu,2012.
Sheikh Mishary bin Rashed Al-Afasy,Quran-Terjemah.Org,1976.
http://nadisamawa.blogspot.com/2013/01/landasan-hukum-perbankan-syariah.html