Strategi implementasi new wave marketing pada perbankan syariah

(1)

PADA PERBANKAN SYARIAH

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah(S.E.Sy)

Oleh : Hidayat NIM : 103046128261

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1432 H/2011 M


(2)

ii Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Islam(S.E.Sy)

Oleh: Hidayat NIM : 103046128261

Menyetujui, Pembimbing

Fahmi Muhammad Ahmadi, S.Ag.,M.Si. NIP. 197412132003121002

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1432 H/2011 M


(3)

iii Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif (UIN) Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif (UIN) Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif (UIN) Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 30 Desember 2010


(4)

Syariah” telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 01 Februari 2011. Skripsi ini telah diteriam sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE. Sy) pada Program studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 01 Februari 2011 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM NIP. 1955 0505 1982 0310 12

PANITIA UJIAN

1. Ketua : Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH., MA., MM

NIP. 1955 0505 1982 0310 12 (………)

2. Sekretaris : Mu’min Rauf, MA

NIP. 150281979 (………)

3. Pembimbing : Fahmi Ahmadi, S.Ag, M.Si

NIP. 197412132003121002 (………)

4. Penguji I : Drs.H. Abdul Malik, MM

(………)

5. Penguji II : Mu’min Rauf, MA


(5)

iv Bismillahirahmanirahim.

Penulis Memanjatkan segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang senantisa memberi rahmat, taufiq dan hidayahNya kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita semua Nabi Muhammad Saw.

Dengan taufiq dan hidayah Allah SWT, serta dilakukan dengan sungguh-sungguh, penulis dapat menyusun skripsi hingga selesai yang berjudul “Strategi Implementasi New Wave Marketing Pada Perbankan Syariah. Dalam menyusun skripsi ini, penulis banyak menemukan berbagai kesulitan yang dirasakan menghambat penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H, M.A, M.M, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang secara langsung maupun tidak langsung membimbing penulis dalam setiap pertemuan, sehingga bias terselesaikannya skripsi ini.

2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, dan Bapak Mu’min Rauf, MA selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) yang telah memberi semangat dan dorongan serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, S.Ag.,M.Si., Selaku Dosen Pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah banyak memberi semangat dan dorongan serta arahan dalam membimbing baik secara lahir maupun batin, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.


(6)

v ekonomi Islam dalam perkuliahan.

5. Seluruh Staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah meluangkan waktu, memberikan fasilitas dan beberapa referensi untuk penyelesaian skripsi ini.

6. Kedua orang tuaku yang tercinta “Bapak Rohmani (alm) dan Ibu Khodijah

yang selalu membimbingku dengan segala kasih dan sayangnya dimanapun ananda berada, begitu juga Kakak tersayang “Kholid, Munani, Herman, ” dan untuk adik-adik ku tersayang “Shinta Oktalita, Irfan, Yusri, dan keponakan ku, “Mas Syafei, dan seluruh karyawan PT.BAF yang selalu memotivasiku secara langsung maupun secara tidak langsung.

7. Rekan-rekan angkatan 2003 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah menggoreskan banyak kenangan manis, canda serta tawa selama menjalankan perkuliah diantaranya.Lala latifa, Badi’u Rajab, Candra, Cipta, Nuril, Saidil Mursalin,

Ocim, Rini, Yayang, Habib, Remaja Perisai,

Akhirnya tiada untaian kata yang berharga kecuali ucapan Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin atas rahmat dan karunia serta ridho Allah SWT. Besar harapan penulis, dengan hadirnya skripsi ini semoga bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya, sekian dan terima kasih.

Jakarta, 17 Januari 2011


(7)

vii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 9

D. Review Terdahulu 11

E. Metode Penelitian 13

F. Sistematika Penulisan 14

BAB II. NEW WAVE MARKETING

A. Pengertian New Wave Marketing 15

B. Tren New Wave Marketing 16

C. Strategi New Wave Marketing 20

BAB III, METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian 37

B. Definisi Pemasaran 40

C. Strategi Pemasaran Perbankan Syariah 50

BAB IV, ANALISA TERHADAP MARKETING PERBANKAN SYARIAH A. Strategi Pengembangan Perbankan Syariah di Era New Wave


(8)

viii

C. Implementasi Strategi Taktik Pemasaran Perbankan Syariah 64 D. Implementasi Strategi Value Pemasaran Perbankan Syariah 68 BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan 75

B. Saran-saran 76


(9)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk–bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan fungsi bank tersebut, maka dana yang dihimpun seharusnya disalurkan ke masyarakat dalam bentuk kredit/pembiayaan untuk modal kerja, investasi maupun untuk konsumsi. Berdasarkan kegiatan usahanya, Bank Umum terdiri dari bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan bank berdasarkan prinsip Syariah.

Pada saat ini, perkembangan perbankan syariah sebagai bagian dari aplikasi sistem ekonomi syariah di Indonesia telah memasuki babak baru. Pertumbuhan industri perbankan syariah telah bertransformasi dari hanya sekedar memperkenalkan suatu alternatif praktik perbankan syariah menjadi bagaimana bank syariah menempatkan posisinya sebagai pemain utama dalam percaturan ekonomi di tanah air. Bank syariah memiliki potensi besar untuk menjadi pilihan utama dan pertama bagi nasabah dalam pilihan transaksi mereka.

Setelah diakomodasi Bank Syariah pada Undang–Undang Perbankan No. 10/1998, dan UU No. 21 tentang Perbankan Syariah dapat dirasakan pertumbuhan Bank Syariah cukup tinggi. Bahkan pada tahun 2010 Bank Indonesia (BI)


(10)

mencatat industri perbankan syariah nasional pada ini menunjukkan pertumbuhan yang solid yaitu naik 47% dengan total aset bank syariah per Desember 2010 mencapai Rp 100,26 triliun.1 Secara rinci jumlah asset tersebut adalah asset bank umum syariah (BUS) dan unit usaha syariah (UUS) sebesar Rp 97,52 triliun dan aset Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) sebesar Rp 2,74 triliun. Adapun jumlah nasabah syariah pada tahun 2010 ini mencapai 6 juta orang dan jumlah tenaga kerja yang diserap mencapai lebih dari 20 ribu orang. Bahkan saat ini terdapat 2 bank syariah yang masuk dalam kelompok 25 bank terbesar di tanah air. Secara keseluruhan jaringan operasional bank syariah meliputi 3321 kantor dari 11 BUS, 23 UUS dan 151 BPRS. Jaringan operasional tersebut juga telah didukung oleh lebih dari 6 ribu jaringan ATM Bersama, ATM Prima, dan 7 ribu jaringan ATM BCA, "Sehingga kemudahan dan kenyamanan bertransaksi yang ditawarkan tidak lagi berbeda dengan yang ditawarkan bank-bank konvensional.2

Bank Indonesia, sebagai pemegang kebijakan moneter, dan para stakeholder yang terlibat lainnya yakin bahwa pengembangan Bank Syariah dianggap masih mempunyai prospek yang tinggi. Hal tersebut diyakini karena peluang yang besar dan dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut:

1. Respon masyarakat yang antusias dalam melakukan aktivitas ekonomi dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah;

1

Choir, Target Kenaikan Market share Perbank Syariah, http://zonaekis.com di akses 10 Februari 2011

2

Nina Dwiantika, Bernadette C Munthe, Industri Bank Syariah, http: //keuangan.kontan. co.id di akses 10 Februari 2011


(11)

2. Kecenderungan yang positif di sektor non-keuangan/ekonomi, seperti sistem pendidikan, hukum dan lain sebagainya yang menunjang pengembangan ekonomi syariah nasional.

3. Pengembangan instrumen keuangan syariah yang diharapkan akan semakin menarik investor/pelaku bisnis masuk dan membesarkan industri Perbankan Syariah Nasional;

4. Potensi investasi dari negara-negara Timur Tengah dalam industri Perbankan Syariah Nasional.

Walaupun demikian, terdapat hal-hal yang masih menjadi kendala dalam pengembangan Bank Syariah di samping imbas kondisi makro-ekonomi, juga dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut:

1. Jaringan kantor pelayanan dan keuangan syariah masih relatif terbatas;

2. Sumber Daya Manusia yang kompeten dan professional masih belum optimal; 3. Pemahaman masyarakat terhadap bank syariah sudah cukup baik, namun

minat untuk menggunakannya masih kurang;

4. Sinkronisasi kebijakan dengan institusi pemerintah lainnya berkaitan dengan transaksi keuangan, seperti kebijakan pajak dan aspek legal belum maksimal; 5. Fluktuasi suku bunga masih berpengaruh terhadap loyalitas nasabah syariah;3

Menurut Ahmad dan Sudin (2002), pangsa pasar bank syariah (baik dari sisi total asset, pendanaan dan pembiayaan) merupakan refleksi penerimaan

3

Merza Gamal, Tantangan Bank Syariah Ke Depan, (http://www.ekonomisyariah.net diposting 3 November 2006), diakses 23 Desember 2010


(12)

masyarakat terhadap sistim perbankan Islam, yaitu dengan terlihatnya data yang menunjukkan masih rendahnya total asset bank syariah terhadap total asset perbankan Nasional. Dengan kata lain, masyarakat belum dapat sepenuhnya meninggalkan produk perbankan konvensional. Persaingan ketat baik antara sesama bank syariah maupun dengan bank konvensional, meningkatkan standar ekspektasi nasabah terhadap layanan jasa perbankan. Masyarakat yang sudah terbiasa dengan sistim konvensional dan memiliki image bahwa layanan bank konvensional lebih baik daripada bank syariah menjadi tantangan tersendiri untuk bank syariah dalam menemukan strategi yang lebih tetap untuk mempertahankan nasabah dan meningkatkan pangsa pasar.4

Pemulihan ekonomi global pasca resesi di akhir tahun 2009 memberikan out look yang optimis terhadap perkembangan perekonomian dunia di tahun 2010. Meskipun sempat dilanda oleh krisis Yunani yang terjadi di awal triwulan II pada tahun 2010 namun krisis tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap industri perbankan syariah di tanah air. Kondisi perbankan syariah nasional yang masih belum terintegrasi secara global terhadap sistem finansial dunia. Jumlah eksposur valas yang dimiliki belum terbilang signifikan berdampak pada terhindar nya bank syariah dari pengaruh langsung krisis tersebut. Kiprah industri perbankan syariah di Indonesia sungguh fantastis.

Sepanjang tahun 2010 perbankan syariah tumbuh dengan volume usaha yang tinggi sebesar 43.99% (yoy). Meningkat pada periode yang sama pada tahun

4

Norafifah Ahmad dan Sudin Haron, Perceptions Of Malaysian Corporate Customers Towards Islamic Banking Products & Services, (International Journal of Islamic Financial, Vol. 3, No. 4, January - March 2002)


(13)

sebelumnya yaitu sebesar (26.55%) dengan pertumbuhan funding dan juga financing yang cukup signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.5 Pertumbuhan bisnis perbankan syariah jauh lebih baik dibandingkan perbankan konvensional secara Nasional. Untuk pertumbuhan DPK perbankan syariah pada triwulan III 2010 mencapai 22.27% pada periode yang sama tahun sebelumnya dibandingkan perbankan konvensional yang hanya mencapai pertumbuhan di kisaran 8.67%. Sedangkan pertumbuhan pembiayaan bank syariah mencapai 30.04% dan bank konvensional hanya mencapai 15.38%.

Pertumbuhan yang lebih tinggi ini didukung oleh meningkatnya pelaku bisnis di industri perbankan syariah, yang berjumlah 10 Bank Umum Syariah (BUS), 23 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 145 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), serta 1388 jumlah kantor BUS dan UUS (Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia, 2010). Selain itu pertumbuhan bank syariah tidak lepas dari meningkatnya kepercayaan masyarakat untuk menyimpan dananya untuk diolah secara syariah. Hal ini dapat dilihat dari low cost fund dan deposito bank syariah yang tumbuh lebih tinggi dari bank konvensional. Untuk giro tumbuh sebesar 19.43%, tabungan tumbuh sebesar 18.12%, dan deposito tumbuh sebesar 25.17% periode Desember 2009 sampai dengan September 2010 (ytd). Bahwa ini merupakan suatu prestasi yang luar biasa apabila melihat pertumbuhan DPK bank konvensional secara nasional masih di bawah 10%.

5

Bank Indonesia, Outlook Perbankan Syariah 2011:Penguasaan Pasar Domestik Dengan Kualitas Pelayanan Berstandar Internasional, Direktorat Islamic Banking BI


(14)

Selain itu efektivitas intermediasi bank syariah juga lebih baik. FDR (Financing to Deposit Ratio) sebesar 95% dan secara geografis telah mencapai masyarakat di lebih dari 103 Kabupaten dan 33 Propinsi di Indonesia. Walaupun porsi pembiayaan terbesar masih berada di DKI Jakarta sebesar Rp 24.46T dari total pembiayaan perbankan syariah yang diberikan secara nasional setidaknya untuk efektivitas intermediasi perbankan syariah sudah cukup bagus. Apabila dibandingkan dengan LDR perbankan nasional yang masih hanya berkisar di range 60-70%. Walaupun ratio FDR bank syariah cukup tinggi perlu diperhatikan agar bank syariah tetap harus berhati-hati dalam menyalurkan dananya serta pengelolaan risiko yang harus ditingkatkan agar Non Performing Financing (NPF) bisa dijaga pada level yang reasonable. Selain itu CAR (Capital Adequacy Ratio) harus tetap dijaga di atas level 12% agar perbankan Syariah tetap dapat menyalurkan pembiayaan ke sektor-sektor produktif secara agresif dan sehat.6

Pada awal abad-21 ini, dunia teknologi semakin memberikan interaksi, partisipasi, dan peluang untuk berkolaborasi, sehingga membawa kita untuk melakukan praktek pemasaran yang bertumpu pada jejaring yang saling terhubung.7 Jaringan yang terhubung secara terus menerus ini akan bisa merubah segala sesuatu yang dahulu di anggap tidak mungkin bisa terjadi, namun sekarang

6

Andy Rio Wijaya MBA, Strategi Pengembangan Bisnis Pasca 2010, (Jakarta: Suarapembaca.detik.com, 2010), http://suarapembaca.detik.com

7

Hermawan Kartajaya,Waizly Darwin, Selamat Datang ke Orde Baru Dunia Pemasaran, (KOMPAS.com: Rabu, 9 Desember 2009 | 10:16 WIB), http://bisniskeuangan. kompas.com/ read/2009/12/09/10164560/ Selamat. Datang. ke.Orde.Baru.Dunia.Pemasaran.


(15)

sudah terbukti bisa terjadi. Mulai dari yang dewasa sampai dengan anak-anak bisa terhubung dimanapun dan kapanpun.

Terdapat beberapa perubahan paradigma dalam perkembangan dewasa ini, salah satunya adalah pergeseran fokus perbankan dari “alpha-market” ke “beta -market”. Alpha merupakan istilah untuk produk yang mempunyai profil high return / high risk. Menurut New York Times pada laporannya tanggal 16 April 2009, industri perbankan di Amerika Serikat telah menunjukkan tanda-tanda pemulihan, termasuk dua bank yang mendapat dampak sangat besar dari krisis ekonomi global, Citigroup dan Bank of America. Walaupun dikatakan beberapa sektor masih banyak mengalami kesulitan, antara lain layanan kartu kredit dan private equity.8

Marketing dan sharing marketing ideas dengan mencoba menerapkan new wave marketing dalam mendukung perkembangan perbankan syariah. Perkembangan yang juga harus menjadi perhatian kita adalah pasar atau pelanggan itu sendiri. Thomas L. Friedman, dalam bukunya mengungkapkan “The World is Flat” untuk menggambarkan dunia sebagai “level playing field” di mana semua kompetitor mempunyai kesempatan yang sama di pasar global. Kemudian Hermawan Kartajaya dalam bukunya “New Wave Marketing” mengungkapkan, “the world is still round, but the market is already flat”. Konsekuensinya terdapat perubahan paradigma dalam pemasaran menuju “many

8

JP Morgan Chase, Investors Remain Worried Over Citi, (New York: New Yok Times, 2009), diakses tanggal 20 Desember 2010.


(16)

to many marketing” atau New Wave Marketing”, di mana interaksi antar pelanggan menjadi penting. Interaksi ini sebelumnya dikenal dengan istilah words of mouth atau buzz. Fenomena buzz menjadi lebih dominan dengan adanya perkembangan telekomunikasi yang memungkinkan interaksi yang luar biasa, terutama didukung oleh perkembangan internet.

Karakter perbankan syariah yang spesifik dan citra layanan yang menentukan tingkat kepercayaan masyarakat memungkinkannya untuk lebih cepat diterima di beberapa komunitas, terutama di Indonesia. Sehingga seperti yang dirilis gulfnews.com pada tanggal 1 Agustus 2009, market share perbankan syariah Indonesia diprediksi akan mampu menggeser Malaysia di kawasan Asia Tenggara. Dalam many to many marketing, peran komunitas menjadi sangat penting. Potensi besar ini menjadi tantangan perbankan syariah untuk menerapkan New Wave Marketing. Melihat tantangan perbankan syariah tersebut maka penulis ingin membahas tentang: “Strategi Implementasi New Wave Marketing Pada Perbankan Syariah”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Karena terlalu luasnya permasalahan yang ada maka demi terselesaikannya penulisan ini maka, penelitian ini hanya membahas tentang New wave marketing yang diimplementasikan kepada perbankan syariah. Yang kemudian penelitiannya dibatasi hanya pada Strateginya saja.


(17)

Berdasarkan batasan masalah dan batasan penelitian di atas, maka untuk mempermudah pembahasan, penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut: 1. Bagaimana Perbankan Syariah menjawab tantangan perubahan di pasar? 2. Bagaimana implementasi spesifik dari konsep new wave marketing dalam

Perbankan Syariah?

3. Apa potensi spesifik yang bisa membedakannya dengan bank konvensional dalam menerapkan New Wave Marketing?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang penulis lakukan ini adalah:

a. Mengetahui bagaimana Perbankan Syariah menjawab tantangan perubahan di pasar;

b. Mengetahui implementasi spesifik dari konsep new wave marketing dalam Perbankan Syariah;

c. Mengetahui potensi spesifik yang bisa membedakannya dengan bank konvensional dalam menerapkan New Wave Marketing.

2. Manfaat Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat membawa daya guna bagi kedua belah pihak yang inheren berkaitan, yakni sebagai berikut:


(18)

a. Bagi Mahasiswa

1) Memperoleh tambahan pengetahuan yang relevan untuk meningkatkan kompetensi, kecerdasan intelektual dan emosionalnya.

2) Memperoleh kesempatan untuk menerapkan pengetahuan teoritis yang diperoleh di perkuliahan dalam berbagai kasus riil di dunia kerja. b. Bagi Institusi

1) Sebagai bahan masukan untuk perusahaan perbankan syariah.

2) Memberikan masukan yang relevan dengan perubahan iklim kerja modern bagi perusahaan perbaknakn syariah.

3) Dapat memberikan gambaran terhadap langkah-langkah yang strategis yang harus diambil dalam menghadapi persaingan dan perubahan jaman.

4) Dapat dipergunakan sebagai referensi dalam mengambil keputusan strategi pemasaran pada bank syariah.

c. Bagi pihak lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan bahan referensi untuk penelitian di masa yang akan datang.


(19)

D. Review Studi Terdahulu

Penelitian Tentang Manajemen Strategi Sudah banyak dilakukan terutama penelitian yang membahas tentang strategi marketing, beberapa tulisan tersebut adalah:

1. Skripsi Putri Kamilah NIM 206046103863 dengan judul Strategi Pemasaran Produk Pembiayaan Talangan Haji Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Rawamangun. Adapun yang dibahas dalam skripsi ini antara lain adalah. Strategi yang dilakukan oleh Bank Syariah mandiri dalam memasarkan produk talangan haji. Prosedur dan operasional pada produk talangan haji di Bank Syariah Mandiri cabang Rawamangun. Peluang dan tantangan produk talangan Haji pada Bank Syariah Mandiri cabang Rawamangun. Adapun hasil yang diperoleh pada skripsi ini adalah. Memasarkan produk pembiayaan talangan haji, BSM menggunakan strategi pemasaran yang sederhana yaitu pertama, memberikan informasi kepada nasabah melalui brosur dengan design dan inovesi yang unik dan menarik, yang kedua BSM meminimalisir harga serelatif mungkin agar terjangkau oleh masyarakat, yang ketiga sosialisasi secara langsung dan juga menggunakan media informasi. Prosedur dan operasinal pembiayaan talangan haji yang pertama adalah nasabah mendatangi BSM untuk membuka tabungan haji kemudian mengajukan pembiayaan talangan haji dengan mingisi formilir danmenyetorkan uang minimal Rp 500.000,- ditambah Rp 200.000,- untuk bagian administrasi, setelah itu bank melakukan proses pencairan dana yang kemudian disetorkan


(20)

ke Kementrian Agama. Setelah itu nasabah datang kembali untuk dibuatkan bukti setoran biaya penyelenggaraan haji dengan membawa buku tabungan haji danyang terakhir BSM meregristrasi bukti setoran Baiaya Penyelenggaraan Haji ke Kementrian Agama. Peluang yang ada untuk produk talangan haji adalah sangat banyak karena ibadah haji merupakan rukun Islam yang kelima. Dan tantangan pada produk ini adalah banyak bank syariah lain yang mengeluarkan produk yang sama.

2. Skripsi Rabiah Adawiah NIM 204046100636 dengan judul Setrategi Pemasaran BSM dalam meningkatkan Jumlah Nasabah Gadai Syariah (Studi Kasus Bank Syariah Mandiri Cabang Tanjung Priok). Pada skripsi ini di jelasakan tentang. Strategi pemasaran Eksternal dalam meningkatkan jumlah nasabah Gadai Syariah. Strategi Internal Bank Syariah Mandiri dalam meningkatkan jumlah nasabah. Faktor dominan yang mempengaruhi peningkatan jumlah nasabah gadai syariah. Tantangan dan peluang Bank Syariah Mandiri Cabang Tanjung Priok dalam meningkatkan jumlah Nasabah. Adapun pengaruh strategi pemasaran dalam meningkatkan jumlah nasabah gadai syariah. Hasil yang didapat dalam penelitian skripsi ini adalah (1) Pada BSM cabang Tanjung Priok ini ada 2 strategi eksternal yang dipergunakan yaitu strategi lingkungan mikro yang terdiri dari Nasabah, perantara bank, masyarakat serta pesaing; dan yang kedua adalah lingkungan makro yang terdiri dari lingkungan demografis, ekonomi, teknologi, politik dan kultur; (2) Strategi Pemasaran internal pada BSM cabang Tanjung Priok adalah keadaan


(21)

dimana dapat dikendalikan oleh manajemen secara internal yaitu lokasi, produk, pemasaran harga, dan promosi produk; (3) Strategi pemasaran bank dalam meningkatkan jumlah nasabah adalah didominasi oleh strategi Internal; (4) Tantangan yang dihadapi oleh bank adalah kurangnya SDM yang mempunyai keahlian dibidang Syariah, masyarakat juga kurang mengetahui tentang ekonomi syariah; (5) sehingga pihak perbankan melakukan strategi pemasaran dengan menggunakan promosi sehingga masyarakat mengetahui tentang gadai Syariah.

Dari beberapa skripsi tersebut penulis mendapatkan beberapa strategi dalam memasarkan produk perbankan syariah dan Asuransi, Namun pada skripsi-skripsi tersebut hanya salah satu strategi yang yaitu Strategi Produk yang hal ini adalah salah satu strategi dalam Marketing Mix yaitu Product. Padahal pada marketing mix ada 4 tiga lagi yaitu: Price (Harga), Place (Tempat) dan Promition (Promosi).

E. Metode Penelitian

Penelitian dalam skripsi ini merupakan penelitian Deskriptif. Penelitian deskriptif karena data-data yang digunakan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari seorang dan perilaku yang diamati tanpa menggunakan perhitungan dan bertujuan menemukan teori dari data.


(22)

F. Sistematika Penulisan

Adapun penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I, PENDAHULUAN

Yaitu meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah selanjutnya pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II, NEW WAVE MARKETING

Penulis membahas tentang pengertian New Wave Marketing, tren New Wave Marketing, dan Strategi New Wave Marketing.

BAB III, METODE PENELITIAN

Pada bab ini membahas tentang Metode penelitian untuk skripsi ini kemudian membahas pengertian pemasaran dan yang terakhir strategi pemasaran pada bank syariah.

BAB IV, ANALISA TERHADAP MARKETING PERBANKAN SYARIAH Bab ini membahas tentang strategi implementasi new wave marketing, serta potensi yang bisa membedakan dengan bank konvensional BAB V, PENUTUP


(23)

15

NEW WAVE MARKETING

A. Pengertian New Wave Marketing

Pengertian secara bahasa New Wave marketing adalah: New artinya Baru, Wave Artinya Gelombang, Marketing Artinya Pemasaran. Namun Istilah new wave muncul berawal dari kata I Nyoman G. Wiryanata (Direktur Konsumer PT Telkom Indonesia) yang melihat adanya pergeseran-pergeseran dari era ke era selanjutnya. Sehingga Beliau Menyatakan bahwa Era Legacy telah bergeser menjadi era New Wave.1 Hal ini terjadi karena Dunia Pemasaran saat ini tengah bergerak dan mengalami transformasi Besar-besaran akibat berbagai krisis dan juga akibat pergerakan dan perubahan yang sangat cepat.

Perkembangan Teknologi Informasi dan komunikasi, terutama dalam era Internet Web 2.0 dan berbagai kemajuan teknologi gadget yang ada telah mengubah praktek pemasaran dari yang tadinya bersifat top to down dan vertikal menjadi serba sejajar dan horizontal. Sebagai contoh nya Internet yang dahulunya ada google, yahoo dan lainnya kemudian bertambah lagi dengan Friendster dan yang sekarang populer adalah Facebook. Dari berbagai perubahan tersebut maka praktek pemasaran pada era ini oleh Hermawan Kertajaya di sebut dengan New Wave Marketing.

1

Hermawan Kertajaya, New Wave Marketing The World Is Still Round the Market is Already Flat, (Jakarta: Gramedia, 2010), Cet. 5, H. 3


(24)

B. Tren New Wave Marketing

1. Perubahan Kekuatan Teknologi (“From (one-to-many) Broadcasting to (many-to-many) networking)

Teknologi informasi dan komunikasi telah bergeser dari yang tadinya One-to-Many ke One-to-One dan sekarang di era Many-to-Many. Internet terus berubah dengan adanya teknologi Web 2.0 yang menyebabkan pertambahnya aplikasi berbasiskan jejaring Many-to-Many.

Di era New Wave, tekhnologi broadcasting yang bersifdat dari satu ke banyak (One-to-Many) tidak mati. Lewat Facebook, Twiter, Plurk, Blog, Online Forum, dan lain sebagainya, kita masih bisa menyiarkan atau membombardir sebuah pesan. Hanya saja kini teknologi broadcasting lebih canggih karena memberikan fasilitas platform untuk networking dalam jejaring pula.

Dulu di era One-to-Many, kita memang menyebarkan satu message ke mana-mana dengan tujuan hanya untuk mem-broadcast suatu hal. Sekarang, tujuannya bukan hanya sekedar untuk broadcast namun juga sekaligus ber-networking lewat jejaring sosial. Trickle down effect dari sebuah pesan menjadi sangat luar biasa karena ia kini dapat diteruskan secara real-time oleh siapa saja yang menerima, mendengar atau melihat.2

2

Hermawan Kartajaya, Connect! Surfing New Wave Marketing, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010), h. 35- 36


(25)

2. Perubahan Kekuatan Politik legal

New Wave adalah era ketika dunia politik juga ikut berubah. Pertama, menjual ideologi partai ke konstituen sudah tidak cukup lagi karena yang juga tak kalah penting adalah bagaimana tampil memesona dengan karakter yang kuat dan diferensiasi yang memang mengakar dalam DNA-nya dan bukan dibuat-buat. Ideologi partai tentu tetap diperlukan, terutama karena ia merupakan pooling factor untuk menjaring dan mengomunitaskan konstituen yang memiliki keyakinan yang sama.

Kedua, pendekatan yang sifatnya vertikal semakin lama semakin tidak laku karena yang dapat dijual adalah sikap politik yang horizontal. Pendekatan yang bersifat transaksional sekarang semakin bergeser menjadi relasional untuk menjamin adanya loyalitas dari para konstituen.3

Perkembangan internet dengan Web 2.0 telah melahirkan dunia politik baru, Politics 2.0. berkembangnya teknologi juga telah membuka dunia politik dan birokrasi yang lebih transparan. Sejak adanya televisi berita 24 jam sehari, 7 hari seminggu dan ditambah lagi internet, kini kita lebih mempunyai akses melihat gambaran politik secara nyata.

3. Perubahan Kekuatan Ekonomi

Perkembangan teknologi terus mempercepat proses globalisasi ekonomi, dimana kita semakin hidup dalam dunia yang serba terinterkoneksi. Resesi perekonomian global yang dimulai pada tahun 2008 lalu adalah contoh

3


(26)

bagaimana sakitnya perekonomian dan sistem finansial di AS secara horizontal menular ke negara-negara lain yang terhubung di jaringan perekonomian dan finansial global.

Oleh sebab itu, di dalam kondisi perekonomian global seperti sekarang kelompok G7 tampil lebih horizontal, menunjukkan sikap kompromi, dan kolaboratif dengan negara-negara berkembang. Semakin kompetitifnya negara-negara berkembang, permasalahan dunia global harus diselessaikan bersama-sama melalui G20. sebab di era globalisasi, kita semua saling terhubung. Satu tumbang, semua bisa-bisa ikut tumbang.

Pergesaran dari G7 ke G20 menunjukkan bahwa kekuatan perekonomian dunia diseimbangi oleh negara-negara maju dan berkembang, sehingga terjadi pula pergeseran kekuatan dari yang tadinya didominasi secara vertikal oleh G7 menjadi lebih horizontal.4

4. Perubahan Kekuatan Sosial dan Budaya

Di tengah berkembangnya dunia teknologi informasi dan komunikasi, kita semua saling terjaring dalam dunia sosial dan budaya baru dan lebih humanis. Contoh, dunia maya sudah membuktikan pula bahwa agama (belief) yang bersifat vertikal bisa hidup berdampingan dengan aspek kemanusiaan (humanity) dan sosial-budaya yang bersifat horizontal.

Di era New Wave, dengan segala platformnya yang kita gunakan, kita dapat menjelajah galaksi dan membuka cakrawala baru dimana manusia

4


(27)

semakin kecil dan tidak berarti. Pertentangan agama dan etnik yang sangat vertikal menjadi tidak ada artinya. Karena di era ini, embel-embel suku, agama, ras, dan etnis lantas nyaris tidak kelihatan lagi secara nyata. Yang terlihat adalah semangat horizontal yang berlandaskan kemanusiaan dan rasa persaudaraan.5

5. Perubahan Kekuatan Pasar

Penelitian yang baru-baru ini dilakukan mengungkapkan bahwa iklan bisnis disitus Web sebesar 27% dari total belanja iklan pada tahun 2002, naik dari 17% di tahun 1999.6 Dengan internet pasar global telah menjadi datar dan semua marketer memiliki kesempatan yang sama. Dengan adanya teknologi teruatama didorong oleh berbagai macam platform yang ada di dunia online dan mobile, penjual dapat menjangkau pembeli tanpa batas. Dan disisi lain, pembeli mendapatkan keleluasaan untuk memilih berbagai penawaran dari manapun untuk mendapatkan value yang terbaik. Pasar, secara gampang, dapat diartikan sebagai tempat ketemunya penjual dan pembeli, dimana ia diatur oleh hukum dan mekanisme supply dan demand.7

5

Hermawan Kartajaya, Connect! Surfing New Wave Marketing, h.47-48

6

David Fred F, Konsep-konsep Manajemen Strategis(terj),(Jakarta: Indeks, 2004), h.392

7


(28)

C. Strategi New Wave Marketing

Marketing terdiri atas tiga komponen yaitu Strategy, Tactic, dan Value. Di dalam pemasaran era legacy,8 marketing terdiri atas unsur utamanya yaitu Pada masa New wave marketing ada perubahan yaitu:

1. Segmentation is Communitization

Segmentasi adalah kegiatan membagi pasar yang bersifat heterogin dari suatu produk kedalam satuan-satuan pasar (segmen pasar) yang bersifat homogen.9 Di era New Wave seperti sekarang, kita melakukan praktik segmentasi yang lebih horizontal yaitu mengomunitisasikan konsumen

8

Awalnya, untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, manusia berperan sebagai pemburu binatang atau pengumpul tumbuh-tumbuhan. Karena itu mereka hidup berpindah-pindah alias nomaden, tergantung ada di mana hewan buruannya itu atau di mana tumbuh-tumbuhan yang bisa dimakan. Di tahap ini manusia hanya mengenal teknologi yang sangat primitif seperti tombak, panah, pisau, dan sebagainya, yang dipakai untuk aktivitasnya tadi. Kemudian, di tahap kedua, manusia mulai menetap dan bercocok tanam. Manusia sudah mengenal sistem pengairan dan cara membiakkan hewan ternak. Manusia sudah mampu mengolah lahan agar bisa subur untuk bercocok tanam. Pekerjaan manusia yang dominan di sini adalah bertani. Sampai pada masa inilah yang dikenal sebagai Era Agrikultural. Era agrikultural ini berlangsung kira-kira sampai pertengahan abad ke-19. Di tahap ketiga perkembangan peradabannya, mulai tumbuh berbagai industri dengan mesin-mesinnya. Revolusi industri yang dipelopori oleh penemuan mesin uap oleh James Watt pada pertengahan abad ke-18 menandai hal ini. Pada Era Industrial inilah orang mulai banyak yang bekerja di pabrik. Orang juga mulai sering bepergian jauh setelah dibangunnya kapal yang modern dan juga diciptakannya pesawat udara. Era Industrial ini berlangsung kira-kira sejak pertengahan abad ke-18 sampai pertengahan abad ke-20. Kemudian di tahap selanjutnya, mulai tumbuh adanya kebutuhan yang berbasis jasa (service-based) dan pengetahuan (knowledge-based). Karena itulah muncul berbagai bidang pekerjaan yang berhubungan dengan hal tersebut. Di bidang jasa tumbuh sektor perbankan untuk mendukung industri manufaktur dan juga bisnis penginapan/hotel untuk memenuhi kebutuhan orang yang mulai sering bepergian. Setelah itu, pada dasawarsa 1980-an, bidang teknologi informasi mulai berkembang pesat yang ditandai dengan kehadiran personal computer (PC). Kehadiran PC ini membuat pengetahuan berkembang dengan sangat pesat karena PC memudahkan orang untuk mengakses informasi. Perkembangan peradaban manusia yang ditandai oleh lahirnya sektor jasa dan teknologi informasi inilah yang disebut sebagai Era Informasi, yang berlangsung dari pertengahan abad ke-20 sampai awal abad ke-21. Era Informasi inilah yang juga disebut dengan era Legacy. Haikal, The 12 Cs of New Wave Marketing, (http://haikalworld.multiply.com/ journal/item/6/ The 12 Cs of New Wave Marketing) di akses 24 Desember 2010

9

Drs. Basu Swastha DH, MBA, Azas-azas Marketing, (Yogyakarta: Liberty, 2002, cet. 5, h. 65


(29)

sebagai kelompok orang yang saling peduli satu sama lain, dan memiliki kesamaan purposes, values, dan identity.

Kalau dalam Legacy Marketing langkah pertama untuk menyusun strategi marketing adalah dengan melakukan segmentasi. Di era New Wave ini, komunitisasi adalah langkah pertama dalam strategi. Dalam segmentasi, motivasi perusahaan adalah untuk memilah konsumen ke dalam satu kotak pasar dimana semua konsumen punya karakteristik yang sama dalam hal kenapa mereka membeli. Tujuan akhirnya adalah untuk mendapatkan gambaran langsung peta konsumen secara demografis, psikografis, dan perilakunya. Indikator yang digunakan adalah persamaan yang homogen dari segi preferensi dan kebutuhan dari si konsumen.10

Beda halnya dalam komunitasisi, motivasi perusahaan adalah untuk menyatukan atau bersatu dengan konsumen yang terkelompok atau dikelompokan karena mereka semua memiliki tujuan, nilai-nilai dan identitas yang sama satu sama lainnya. Tujuan akhir yang hendak dicapai oleh perusahaan dalam hal ini adalah bagaimana komunitas yang diciptakan baik secara by-default atau by-design tersebut bisa menjadi relevan dengan karaktert merek perusahaan. Indikator yang digunakan bukan lagi sekedar kesamaan yang homogen antar konsumen, tapi lebih dari itu, sejauh mana masing-masing anggota komunitas tersebut betul-betul kohesif, artinya saling lengket satu sama lain.

10

Drs. Basu Swastha DH, MBA, Azas-azas Marketing, (Yogyakarta: Liberty, 2002, cet. 5, h. 67-68


(30)

Perbedaan yang signifikan antara segmentasi dan komunitisasi adalah paradigmanya. Mindset yang digunakan oleh pemasar pada saat mensegmen pasar adalah bagaimana menjadikan mereknya sebagai pusat gravitasi. Karena intensinya adalah bagaimana pemasar dapat memuaskan preferensi dan kebutuhan dari masing-masing segmen yang dibidik atau yang pas untuk dieksploitasi.

Dalam komunitasisasi, pemasar meletakkan konsumen sebagai pusat gravitasinya, bukan sekedar mereknya yang menjadi sentral. Karena pada dasarnya langkah komunitisasi adalah bagaimana konsumen dalam komunitas ini diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dan berinteraksi dengan perusahaan yang berkarakter horizontal dan lebih humanis.

Dalam segmentasi, sebelum kita melakukan targeting atau pemilihan pasar mana yang mau kita tuju langkah yang digunakan adalah identifikasi.11 Sedangkan dalam komunitisasi, prosesnya adalah bagaimana kita melakukan eksplorasi yang mendalam terhadap konsumen-konsumen yang ada atau berpotensi untuk dibentuk. Setelah itu, karena sifatnya horizontal, perusahaan tidak lagi asal menarget atau membidik konsumen-konsumennya dalam komunitas, namun ia sekiranya “permisi” atau memohon izin terlebih dahulu sebelum mengajak mereka untuk bekerjasama dan berkolaborasi. Kalau sudah

11

Rambat Lupiyoadi, Manajemen Pemasaran Jasa: Teori dan Praktek, (Jakarta: Salemba empat, 2001), h. 40


(31)

dapat “izin” barulah bisa di-confirm bahwa komunitas tersebut menjadi confirmed community, bukan lagi target segment.12

2. Targeting is Confirmation

Targeting sesungguhnya adalah strategi mengalokasikan sumber daya perusahaan secara efektif. Hal karena sumber daya dalam perusahaan selalu terbatas. Ini menyangkut bagaimana melakukan „fitting’ perusahaan ke dalam segmen target market yang dipilih .

Sekadar mengulas sekilas mengenai konsep targeting, biasanya ada tiga kriteria yang harus dipenuhi perusahaan manapun pada saat mengevaluasi dan menentukan segmen mana yang mau dibidik. Yang pertama adalah memastikan bahwa segmen pasar yang dipilih itu cukup besar dan menguntungkan bagi perusahaan dan juga potensi pertumbuhan pasarnya. Kriteria kedua adalah strategi targeting ini harus didasarkan pada keunggulan kompetitif perusahaan yang bersangkutan. Keunggulan kompetitif merupakan cara untuk mengukur apakah perusahaan itu memiliki kekuatan dan keahlian yang memadai untuk mendominasi segmen pasar yang dipilih. Kriteria ketiga adalah bahwa segmen pasar yang dibidik itu harus didasarkan pada situasi persaingannya.

Dari penjelasan diatas, sudah terlihat betul bahwa praktik targeting tidak lagi relevan di era New Wave ini. Kenapa? Pertama, alasan yang paling mendasar adalah karena prinsip targeting tidak sejalan dengan nilai horizontal. Targeting

12


(32)

adalah langkah yang dilakukan oleh perusahaan. Jadi suka atau tidak suka, seseorang bia menjadi target market sebuah perusahaan.

Kedua, langkah strategi awal yang dilakukan oleh perusahaan di era New Wave ini bukan lagi sekedar mensegmen atau memetakan kelompok konsumen (segmentation), namun melakukn praktik komunitisasi (communitization). Artinya, kita melakukan eksplorasi dan meninjau lebih dalam komunitas konsumen yang sekiranya pas untuk diajak berhubungan secara horizontal dan strategis.13

3. Positioning is Clarification

Di tengah dunia yang berubah dari legacy ke New Wave seperti sekarang, langkah positioning sudah tidak lagi relevan. Karena sudah jelas. Positioning adalah praktik yang company-driven, artinya langkahnya dilakukan oleh perusahaan yang mencoba untuk membangun persepsi untuk merasuki benak konsumen.

Padahal dunia New Wave adalah dunia yang horizontal, dimana konsumen semakin kuat, semakin komunal dan tidak lagi dapat dipaksa untuk membeli. Di era yang syarat dengan teknologi yang canggih dan dunia yang connected seperti sekarang, perusahaan tidak lagi memegang kendali brand nya. Persepsi suatu merek akan cepat kabur, apalagi yang namanya positioning statement sebuah merek mungkin bisa diciptakan oleh siapapun yang menyebarkannya lewat Wikipedia, YouTube, Blog dan situs jejaring lainnya.

13


(33)

Dengan demikian, apa yang harus dilakukan bukanlah positioning lagi, tapi clarification. Perusahaan bukan lagi memosisikan merek mereka kepada target market, namun melakukan klarifikasi bersama dan terhadap komunitas dimana ia berada. Dengan melakukan klarifikasi, berarti kita memperjelas persona atau karakter kita kepada komunitas yang sudah kita konfirmasikan sebelumnya.14

4. Differentiation is Codification (of DNA15)

Di era New Wave ini, menonjolkan diferensiasi saja tidak cukup. Untuk menang, pemasar harus dapat mengidentifikasi aspek darinya yang betul-betul berbeda sampai ke tingkat DNA, bukan hanya dipermukaan. Kami sendiri berpendapat bahwa, differentiation is codification of DNA. Perusahaan juga harus mampu lebih terkoneksi dengan pelanggan sehingga mampu membuat produk yang benar-benar sangat personal bagi pelanggan sehingga tidak satu pun produk lainnya yang menyerupai produk tersebut.

Seperti yang dikatakan sebelumnya di era New Wave, yang menjadi nyawanya perusahaan adalah codification dari DNA-nya. Kode DNA ini adalah yang dicari konsumen. Karena mereka pada akhirnya akan melihat sejauh mana authenticity dari sebuah produk, merek atau perusahaan. Jika pelanggan

14

Hermawan Kartajaya, Connect! Surfing New Wave Marketing, h. 112

15

DNA dalam bahasa Inggris: deoxyribonucleic acid, adapun pengertian dalam bahasa Indonesia DNA adalah sejenis asam nukleat yang tergolong biomolekul utama penyusun berat kering setiap organisme. Di dalam sel, DNA umumnya terletak di dalam inti sel. Secara garis besar, peran DNA di dalam sebuah sel adalah sebagai materi genetik; artinya, DNA menyimpan cetak biru bagi segala aktivitas sel. Ini berlaku umum bagi setiap organisme (http://id.wikipedia.org/wiki /Asam_deoksiribonukleat, di akses tanggal 15 Februari 2011). Adapun maksud DNA dalam pengertian skripsi ini adalah Inti sel pembentuk perusahaan baik dari produk sampai dengan pemasaran produk perusahaan.


(34)

mempersepsikan apa yang pemasar tawarkan ke mereka sebagai tiruan atau palsu, pemasar akan kehilangan kredibilitas, pelanggan dan pada akhirnya penjualan pun akan turun.

Di dunia yang serba horizontal seperti sekarang, peluang menjadi tidak terbatas dan terbuka bagi setiap orang. Pesaing bisa bermunculan kapan saja dengan keunggulan-keunggulan yang mirip dengan yang kita miliki. Menonjolkan diferensiasi dan keunikan menjadi tidak cukup karena yang perlu ditonjolkan adalah kode DNA kita yang betul-betul autantik dan tidak bisa ditiru oleh para pesaing. Dengan demikian, kita tidak hanya di-respect oleh komunitas kita, namun juga dapat menjaga kredibilitas, integritas, dan autentisitas karakter mereka.16

5. Product is Co-Creation

Proses pengembangan produk baru selalu menarik untuk dikaji. Seperti proses melahirkan seorang bayi, pengembangan produk baru merupakan tahapan proses yang penuh tantangan dan resiko tinggi. Karena begitu beresikonya, proses pengembangan baru diperusahaan biasanya melibatkan berbagai lintas divisi atau departemen. Tidak hanya divisi pemasaran saja, tapi juga sampai bagian operasional lain.

Lain halnya dengan era New Wave dimana proses pengembangan produk tidak lagi dilakukan secara vertikal, namun secara horizontal. Di sini perusahaan memberikan peluang yang sebesar-besarnya kepada konsumen untuk ikut aktif

16


(35)

dalam pengembangn produk baru. Artinya produk adalah kreasi bersama antara perusahaan dan konsumennya. Prahalad dan Ramaswamy berpendapat apabila perusahaan sudah menjalankan proses co-creation seperti ini dengan baik, value dari produk tersebut akan lebih baik dari pada produk yang dihasilkan melalui NPD biasa di legacy.

Dalam menerapkan co-creation, ada beberapa hal yang harus dipenuhi. Pertama, identifikasi perilaku konsumen anda dalam membeli, yang mana secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu high involvement dan low involvement. Konsumen dengan proses pembelian produk high involvement adalah konsumen yang ketika membeli produk tersebut harus memperhatikan dengan teliti setiap fitur yang ada dalam produk tersebut dan biasanya proes pembeliannya membutuhkan waktu yang lama, sementara low involvement adalah produk-produk yang proses pembeliannya relatif singkat dan lebih bersifat “beli putus”.

Kedua, pilihlah konsumen terbaik yang akan dibatalkan dalam co-creation, atau konsumen yang memiliki kombinasi kriteria konsumen dengan tingkat loyalitas tinggi yang disebut sebagai promoters dan konsumen dengan sifat kreatif dan inovatif yang disebut sebagai innovator. Memang tipe konsumen yang co-creator ini tidak banyak.17

6. Price is Currency

Pricing atau harga merupakan komponen pemasaran yang langsung mempengaruhi persepsi konsumen, reaksi pemerintah, permintaan dan penawaran

17


(36)

serta berujung pada pencapaian sasaran profit perusahaan.18 Orang bisa beli karena harga. Dari yang tadinya tidak mau beli malah jadi beli karena melihat harganya yang menggiurkan. Orang bisa juga tidak jadi beli karena setelah lihat harganya yang tidak pas. Tapi, ada juga orang yang membeli karena harganya meskipun kemahalan ya nggak apa-apa, karena membantu meningkatkan statusnya dimata temannya.

Pricing adalah masalah antar fungsi dalam internal perusahaan. Untuk orang keuangan di perusahaan, pricing menjadi perhatian karena keterkaitannya untuk costing. Buat orang marketing, pricing menjadi perhatian orang marketing karena keterkaitannya dengan praktik promosi pemasaran di lapangan. Buat orang sales, pricing tentunya menjadi perhatian tersendiri karena harga menentukan penjualan.

Di era New Wave, praktek pricing juga berubah karena tiga hal. Pertama, new wave adalah era yang horizontal bukan lagi vertikal. Praktik perusahaan melakukan pricing akan lebih horizontal dengan melewati proses negosiasi dengan pelanggan. Di era legacy, pemasar dapat bergerak dari price taker menjadi price maker. Maka, di era new wave seperti ini, tugas dari pemasar adalah bagaimana bergerak dari price maker menjadi price facilitator, karena pada akhirnya, price akan ditentukan secara bersama dan tidak lagi satu pihak.

18

M. Ismail Yusanto dan MK. Widjajakusuma, Manajemen Strategis Perspektif Syariah,


(37)

Kedua, karena adanya Connect! (C kelima), dinamika harga dan biaya akan semakin naik turun secara transparan. Konsumen akan tahu harga yang pas sebetulnya berapa. Dan bukan itu saja, mereka pun akan tahu bahwa sedikit banyak elemen-elemen biaya yang sesungguhnya. Informasi tentang harga dan biaya toh sudah semakin gampang dilacak.

Ketiga, pemasar menjual produknya yang co-create bersama komunitas pelanggan. Artinya, produk yang di jual bisa saja di-customized sesuai dengan keinginan pelanggan dan bisa juga diciptakan sendiri oleh konsumen yang semakin komunal. Produk seperti ini pada akhirnya menjadi milik bersama, bukan yang sifatnya mass, namun milik komunitas tertentu.

Karena ketiga hal itu harga menjadi kian relatif, layaknya currency, yang nilai tukarnya ditentukan oleh lima hal yakni: supply dan demand, spekulasi, kekuatan fundamental, asumsi-asumsi, dan intervensi. Persis seperti dalam kondisi makro itulah harga sebuah produk akan bergerak-gerak bebas dari Nol sampai tak terhingga. From Free to Priceless! Semuanya tergantung pada kelima hal tadi yang diadopsi dari fenomena makro ke mikro.19

7. Place is Communal Activation

Place dalam new wave marketing mix adalah communal activation. Karena produknya melalui proses Co-create bersama dengan komunitas pelanggan untuk komunitas, sudah lumrah kalau distribusinya lewat komunitas pula. Communal activation bisa dilakukan selama Anda punya connecting

19


(38)

platform yang sifatnya mobile, experential dan juga sosial, yang ada di dunia online dan offline.

Dari sini kita lihat bahwa antara strategi dan implementasi pemasaran yang new wave adalah saling terkait dan singkron. Strateginya dimulai dengan communitilization atau langkah pemasar dalam melakukan praktik komunitisasi. Artinya, kita melakukan eksplorasai dan meninjau lebih dalam komunitas konsumen yang sekiranya pas untuk diajak berhubungan secara horizontal dan strategis. Setelah menemukan komunitas-komunitas konsumen yang ada, langkah selanjutnya adalah melakukan aktivitas pemasaran bersama mereka.

Place is Communal Activation, di mana perusahaan berusaha untuk mengaktifkan komunitasnya lewat connector yanga da di physical (offline) dan virtual (online). Kalau sudah ada connector untuk komunitas, tentunya melakukan aktivitas pemasaran apa saja akan lebih mudah.20

8. Promotion is Conversation

Promosi lebih luas dari sekedar iklan. Komponen ini menetapkan strategi komunikasi produk dan perusahaan dengan konsumen.21 Di era seperti sekarang, konsumen semakin memegang kendali dalam segi konteks dan juga konten. Mereka kini punya media. Mereka bisa bikin konten sendiri. Mereka bisa kasih input untuk pengembangan produk baru. Mereka bisa bikin iklan, yang mungkin

20

Hermawan Kartajaya, Connect! Surfing New Wave Marketing, h. 151-152

21

M. Ismail Yusanto dan MK. Widjajakusuma, Manajemen Strategis Perspektif Syariah,


(39)

lebih baik daripada biro iklan. Mereka bisa jadi reporter. Mereka bisa jadi promotor. Konsumen juga semakin komunal, saling terhubung di jaringannya dan lebih sosialis.

Beberapa perusahaan sudah semakin sadar akan berbagai perubahan yang terjadi di lanskap bisnis ini. Mulai dari Starbucks sampai Ducati, perusahaan tersebut adalah contoh bahwa berapa pemasar sudah semakin paham bahwa praktik promosi pemasaran yang sifatnya horizontal dan relasional akan lebih ampuh ditengah dunia yang berubah ini.

Pada dasarnya mereka juga paham bahwa langkah pemasaran akan lebih mudah apabila ia bisa masuk kedalam media yang dikendalikan dan dimiliki konsumen. Ataupun jika tidak masuk ke medianya konsumen, mereka juga bisa membuat connecting platform tersendiri dimana ia bisa menjadi penghubung antara masing-masing konsumen. Semua hal itu, dilandasi bukan atas orientasi untuk berpromosi yang sifatnya membujuki, namun untuk “berbincang-bincang” dengan konsumen, dan menjadikan brand-nya sebagai ide bahan perbincangan antara satu konsumen dengan yang lain.22

9. Selling is Commercialization

Setidaknya ada dua kompetensi utama yang harus dimiliki oleh seorang salesman di era New Wave ini. Pertama, kemampuan untuk memetakan dan membangun network yang efektif dalam mendukung proses penjualan (mapping and building effective network). Dan yang kedua, mengoptimalkan network

22


(40)

tersebut untuk mendapatkan penjualan melalui rekomendasi

(“commercializing”the network).

Untuk mempertegas pentingnya dua kompetensi tersebut, terminologi selling perlu kita ubah menjadi Commercialization. Dan jika saat ini sedang berpikir untuk mencari tenaga penjualan baru, ada dua hal yang perlu diperhatikan saat memasang iklan. Pertama, jangan hanya mensyaratkan mempunyai kendaraan, tapi tegaskan juga bahwa kandidat tersebut harus memiliki sekian network atau aktif disekian komunitas. Dan yang kedua, mungkin ini juga harus mengganti ”judul” iklannya menjadi: Dicari, seorang commercial executive.23

10.Brand is Character

Dulu istilah brand dianggap lebih suci dibanding marketing. Brand rasanya lebih abstrak, agung, dan magis.24 Tetapi, istilah brand juga sudah mulai dianggap negatif. Ada yang berpikir branding adalah kegiatan menghias diri dan mengosmetikkan sesuatu.

Konsep dasar dari peralihan segitiga PDB (brand-positioning-differentiation) menuju triple C (character-clarification-codification) mengacu pada pola pikir new wave di mana kebohongan tidak dapat lagi dilakukan di era yang serba transparan dan saling terhubung. Pertama, Tidak lagi bisa bohong,

23

Hermawan Kartajaya, Connect! Surfing New Wave Marketing, h. 176

24

Isita Lahiri; Amitava Gupta, Brand Extensions in Consumer Non-durables, Durables and Services: A Comparatif study, (South Asian Journal of Management; Oct-Dec 2005; 12, 4; ABI/INFORM Global), h.25


(41)

karena informasi benar atau salah mudah didapat. Kedua, konsekuensi dari berbohong semakin parah, nilai setitik rusak susu sebelanga.

Di era New Wave, Brand adalah karakter. Karakter ini adalah isi sesungguhnya(“the true self”). Brand adalah “the cover” atau bungkus. Contoh yang paling gampang, entitas dengan karakter playful dan free thinking seperti Google, MTV, Nickelodeon, W Hotels, Absolut, dan sebagainya tidak membatasi diri pada brand tertentu. Selama jiwa mereka tetap konsisten, brand atau bungkusnya itu bisa saja diubah-ubah. Logo-logo mereka terus berganti-ganti. Bahkan jika ke goglogo.com, otomatis bisa mengganti logo Google dengan (misalnya) Gogon, dan itu akan terlihat bukan seperti Gogon, tapi melainkan jiwanya Google.

Di era New Wave, Positioning adalah pengklarifikasian persona anda. Pola pikir sebelumnya adalah dalam positioning, kita didorong untuk mengucapkan janji karena positioning adalah bagaimana kita memposisikan diri kita kepada konsumen dan janji tersebut kelak akan ditagih oleh konsumen. Dalam clarification, yang penting bukan janjinya, tapi siapa anda sesungguhnya.25

11.Service is Care

Dalam sebuah penelitian, telah ditemukan urutan elemen-elemen dari yang paling berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan, yaitu pertama, reliability, responsivesness, assurance, emphaty, dan terakhir baru tangibles. Model yang

25


(42)

sederhana ini banyak mempermudah analisis kualitatif dari kualitas pelayanan, sehingga sangat populer digunakan di berbagai industri untuk mencapai service exellence.

Care yang disebut pada era new wave marketing, bukan sekedar service dengan bama berbeda, tapi ada perbedaan fundamental antara keduanya. Yang pertama, seperti disebutkan sebelumnya, fokusnya adalah pada “kebutuhan” konsumen, bukan “permintaan” mereka.

Perbedaan kedua adalah mengenai bagaimana pelaksanaanya. Dalam service, perusahaan diharapkan untuk melebihi ekspektasi pelanggan. Dalam care fokusnya adalah memberikan layanan yang paling relevan dengan kebutuhan dan hasrat konsumen. Ini akan menciptakan efek “Wow”, yang menjadikan konsumen benar-benar merasa terbantu oleh perusahaan.

Terakhir adalah mengenai pengukuran keberhasilan. Service seringkali dikaitkan dengan tingkat re-purchase. Sejauh mana konsumen akan tetap menjadi pelanggan, dan membeli lebih sering atau lebih banyak dari perusahaan. Care lebih fokus pada memberikan yang terbaik bagi konsumen sehingga mereka menjadi konsumen yang dengan sukarela merekomendasikan perusahaan tersebut ke orang lain. Disini, rekomendasi jauh lebih penting daripada repeat buying.

Ini tentunya tidak berarti bahwa RATER tidk lagi berguna. Model ini masih sangat baik digunakan untuk analisis umum terhadap kualitas layanan. Namun, di era New Wave, konsep ini tidaklah cukup. Perusahaan harus mulai


(43)

menerapkan konsep Care, yang kami percayai sebagai salah satu faktor kunci dalam persaingan di lanskap bisnis yang semakin horizontal.26

12.Process is Collaboration

Proses merupakan salah satu faktor pemasaran terpenting. Di dunia pemasaran, proses pada hakikatnya menentukan kualitas (quality), biaya (cost), dan pengiriman produk (delivery) dari perusahaan kepada pelangganya. Kualitas produk dan jasa merupakan buah hati proses yang baik, dimulai dari produksi sampai delivery kepada pelanggan secara tepat waktu, efektif, dan biaya yang efisien.

Dalam konteks kualitas, proses adalah bagaimana perusahaan mampu menciptakan suatu sistem yang pada akhirnya dapat memberikan nilai lebih bagi pelanggan. Dalam konteks cost, perusahaan perlu menciptakan efisiensi secara finansial dengan tetap mengedepankan kualitas yang terbaik bagi pelanggan. Sedangkan dalam konteks delivery proses adalah bagaimana melakukan penyampaian produk atau jasa secara tepat dan benar sehingga mampu memuaskan pelanggan. Proses delivery yang tepat waktu jelas dapat membawa nilai lebih tinggi bagi para pelanggan.

Untuk terciptanya kualitas yang baik, biaya yang efisien, dan delivery yang tepat waktu, diperlukan sebuah proses value chain yang tertata dan dikelola secara baik. Maka dari itu, elemen proses didalam pemasaran Legacy terkait dengan berbagai aktivitas yang terkait dengan penciptaan value yang

26


(44)

mengkoneksi supply (bahan baku, logistik ke dalam, proses produksi) dan sisi demand (logistik keluar dan langkah operasional pemasaran lainnya). Di era New Wave, aktivitas perusahaan dalam mendesain, membeli, membuat, dan mengirim sebuah barang atau jasa, tentunya akan lebih horizontal karena didukung oleh kekuatan connectivity dari teknologi informasi.27

Bagan dari era legacy ke era new wave marketing dibawah ini adalah hasil ilustrasi penulis.

Tabel 2.1

Era Legacy Era New Wave

Marketing Strategic

Segmentation Communitization

Targeting Confirmation

Positioning Clarification

Tactic

Differentiation Codification

Product Co-Creation

Price Currency

Place Communal Activation

Promotion Conversation

Selling Commercialization

Value

Brand Character

Secvice Care

Proces Collaboration

27


(45)

37

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Dari segi tujuannya penelitian ini merupakan penelitian deskriptif karena data-data yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari seorang dan perilaku yang diamati tanpa menggunakan perhitungan dan bertujuan menemukan teori dari data.

Menurut Marzuki penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan melukiskan keadaan obyek atau persoalan yang tidak dimaksudkan untuk mengambil atau menarik kesimpulan yang berlaku umum.1

Penelitian deskriptif (descriptive research) ini adalah metode penelitian yang bertujuan untuk membuat pemaparan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat pada objek penelitian sesuai dengan permasalahan yang diteliti Penelitian Deskriptif yang dilakukan adalah Penelitian Deskriptif Eksploratif.

Menurut Suharsimi Arikunto, penelitian deskriptif eksploratif adalah metode penggambaran dan penafsiran data mengenai keadaan di lapangan atau di tempat penelitian. Tujuan dari penelitian deskriptif eksploratif adalah

1


(46)

untuk membuat gambaran secara sistematis dan akurat mengenai fakta, sifat, dan hubungan antar aspek yang diteliti baik secara kualitatif maupun kuantitatif.2 Oleh karena itu, penelitian dilakukan dalam upaya mengidentifikasi faktor lingkungan perusahaan baik internal maupun eksternal.

2. Objek penelitian

Pada penelitian ini yang menjadi objeknya adalah perbankan syariah, yang selanjutnya adalah strategi yang digunakan dalam implementasi new wave marketing.

3. Jenis dan Sumber Data a. Jenis data

Data ini bersifat kualitatif. Data kualitatif ini didasarkan pada isi atau mutu suatu fakta, seperti data-data yang berdasarkan buku-buku, koran serta artikel yang dikumpulkan penulis yang berhubungan dengan new wave marketing yang dianalisa supaya bisa menjawab permasalahan yang ada.3

b. Sumber Data

Sumber data primer dalam penulisan ini adalah buku yang ditulis oleh Hermawan Kertajaya yang berjudul Conect! Surfing new wave

2

Arikonto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2002), Edisi Revisi V, hal. 209.

3

Husein umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis, Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada. 2003), h. 22. lihat juga lexy J. Maleong, Metode Penelitian kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002). H.18


(47)

marketing, Hermawan Kertajaya dengan Judul New Wave Marketing The World Is Stil Round, The Marketing Is Already Flat, M. Nur Ruanto al-Arif, SE, M.Si dengan judul Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah, Kasmir dengan Judul Pemasaran Bank, Sedangkan sumber data yang bersifat sekunder, Penulis mengambil karya-karya lainnya yang berbuhungan dengan masalah penulisan ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data merupakan salah satu tahapan dalam penelitian yang menentukan tingkat keakuratan hasil penelitian. Proses pengumpulan data yang sistematis akan membantu dalam proses penelitian selanjutnya.4

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah study documenter, yakni melakukan studi literatur terhadap buku-buku yang relevan, surat kabar, majalah, jurnal, artikel maupun penelitian atau tulisan ilmiah yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang dibahas pada skripsi.

5. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisa data yang telah terkumpul maka penulis memakai metode Contens analisis (riset dokumentasi), karena pengumpulan data dan informasi akan dilakukan pengujian arsip dan dokumen.

4


(48)

B. Definisi Pemasaran

Apabila terdengar kata pemasaran seringkali dikaitkan oleh banyak pihak dengan penjualan (sales), sales promotion girl, iklan promosi, atau produk. Bahkan seringkali orang menyamakan profesi marketer (pemasar) dengan sales (penjual). Namun sebenarnya pemasaran tidaklah sesempit yang diidentikkan oleh banyak orang, karena pemasaran berbeda dengan penjualan. Pemasaran lebih merupakan “suatu seni menjual produk”, sehingga pemasaran proses penjualan yang dimulai dari perancangan produk sampai dengan setelah produk tersebut terjual. Berbeda dengan penjualan yang hanya berkutat pada terjadinya transaksi penjualan barang atau jasa.

Dunia pemasaran sering pula diidentikkan dengan dunia yang penuh janji manis namun belum tentu terbukti apakah produknya sesuai dengan apa yang telah dijanjikan. Inilah yang harus dibuktikan dalam suatu manajemen pemasaran syariah baik pada penjualan produk barang atau jasa, bahwa pemasaran syariah bukanlah dunia yang penuh dengan tipu menipu. Sebab pemasaran syariah merupakan tingkatan paling tinggi dalam pemasaran, yaitu spiritual marketing, di mana etika, nilai-nilai dan norma dijunjung tinggi. Hal-hal inilah yang seringkali dilanggar oleh dalam pemasaran konvensional, sehingga menyebabkan konsumen pada akhirnya banyak yang kecewa pada produk barang atau jasa yang telah dibeli karena berbeda dengan apa yang telah dijanjikan oleh para pemasar.

Pemasaran berhubungan dan berkaitan dengan suatu proses mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat. Salah satu


(49)

dari definisi pemasaran yang terpendek adalah “memenuhi kebutuhan secara menguntungkan”. Asosiasi Pemasaran Amerika memberikan definisi formal5 yaitu: “pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya”.

Kotler memberikan definisi bahwa6 “manajemen pemasaran sebagai suatu seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga, dan menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul”. Kotler dan AB Susanto (2000) memberikan definisi pemasaran adalah7 “suatu proses sosial dan manajerial di mana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain”. Definisi ini berdasarkan pada konsep inti: kebutuhan, keinginan, dan permintaan; produk; nilai, biaya, dan kepuasan; pertukaran, transaksi, dan hubungan; pasar; pemasaran dan pemasar.

Sehingga secara umum pemasaran dapat diartikan sebagai suatu proses sosial yang merancang dan menawarkan sesuatu yang menjadi kebutuhan dan

5

Philip Kotler. Marketing Management. New Jersey: Prentice Hall. 2000, h. 8.

6

Philip Kotler. Marketing Management, h.8

7

Philip Kotler dan AB Susanto. Manajemen Pemasaran di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. 2000, h. 7


(50)

keinginan dari pelanggan dalam rangka mem-berikan kepuasan yang optimal kepada pelanggan.

Konsep pemasaran muncul pada pertengahan tahun 1950-an. Sebagai ganti filosofi “buat dan jual” yang berpusat pada produk, bergeser ke filosofi “pahami dan tanggapi” yang berpusat pada konsumen. Filosofi “buat dan jual” bertitik tolak bahwa konsumen akan membeli seluruh barang yang diproduksi oleh perusahaan, namun kelemahan dari filosofi ini adalah seringkali produk yang dibuat perusahaan tidak terserap oleh pasar, karena produk yang dibuat tidak berdasarkan kebutuhan dan keinginan konsumen. Hal ini mengakibatkan banyaknya produk perusahaan yang tidak laku dipasaran, meskipun betapa canggih dan bagusnya produk tersebut karena tidak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat.

Sementara filosofi “pahami dan tanggapi” bertitik tolak bahwa pembuatan suatu produk haruslah berdasarkan apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan dari konsumen, sehingga produk yang dibuat benar-benar menjadi kebutuhan konsumen. Riset pasar menjadi kunci utama dalam filosofi ini, agar pembuatan produk benar-benar berdasarkan pada kebutuhan dan keinginan konsumen. Seorang pemasar mampu memahami pelanggan secara emosi, sehingga kebutuhan dan keinginan konsumen dapat dipahami oleh pemasar dan akhirnya mampu menghasilkan produk yang dibutuhkan konsumen.

Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan adalah perusahaan tersebut harus menjadi lebih efektif


(51)

dinbandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih.

Konsep inti dari kegiatan pemasaran adalah8:

1. Kebutuhan, keinginan, dan permintaan

Konsep paling mendasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia. Manusia mempunyai banyak kebutuhan yang kompleks. Kebutuhan secara umum terbagi atas kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Semua ini termasuk kebutuhan fisik dasar akan makanan, pakaian, keamanan; kebutuhan sosial akan rasa memiliki dan kasih sayang; dan kebutuhan individual akan pengetahuan dan mengekspresikan diri. Semua kebutuhan ini tidak diciptakan oleh pemasar, semuanya merupakan bagian mendasar manusia. Sifat dari kebutuhan adalah sunatullah, artinya sudah built-in dalam setiap diri manusia.

Keinginan adalah bentuk kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaya dan kepribadian individual. Manusia mempunyai keinginan yang nyaris tanpa batas tetapi sumber daya yang dimiliki terbatas. Jadi, mereka ingin memilih produk yang memberi nilai dan kepuasaan paling tinggi untuk sumber daya yang mereka miliki, manusia menciptakan permintaan akan produk dengan manfaat yang mampu memberikan kepuasaan paling tinggi untuk sumber daya yang mereka miliki. Dengan keinginan dan sumber daya yang mereka miliki, manusia menciptakan permintaan akan produk dengan manfaat yang mampu memberikan kepuasaan paling tinggi. Sehingga setiap

8


(52)

orang mempunyai keinginan yang dapat berbeda antar individu satu dengan yang lainnya. Masalah yang muncul dalam ilmu ekonomi adalah keinginan yang tak terbatas namun dibatasi oleh sumber daya yang terbatas, sehingga timbulah masalah kelangkaan akibat lag yang terjadi antara keinginan dan sumber daya.

Permintaan adalah keinginan manusia yang didukung oleh daya beli. Keinginan dapat berubah menjadi permintaan bilamana disertai dengan daya beli. Konsumen memandang produk sebagai kumpulan manfaat dan memilih produk yang memberikan kumpulan terbaik untuk uang yang mereka keluarkan. Setiap orang dapat memiliki banyak keinginan, namun tidak semua keinginan tersebut menjadi suatu permintaan apabila tidak disertai dengan daya beli atas keinginan tersebut. Kita mungkin bisa menginginkan punya mobil sekelas “ferrari”, namun karena kita tidak mempunyai daya beli atas keinginan produk tersebut belum dapat dikatakan sebgai permintaan. Jadi dalam hal ini, pemasaran merupakan proses sosial dan manajerial yang menjadi sarana bagi individu dan kelompok untuk memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat pendapatan dan pertukaran produk serta nilai dengan pihak lain.

2. Produk (jasa dan barang)

Manusia memuaskan kebutuhan dan keinginan dengan produk. Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan


(53)

dan kebutuhan. Istilah produk mencakup barang fisik, jasa, dan berbagai sarana lain yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Proses pendefinisian produk ini akan mempengaruhi strategi pemasaran yang akan digunakan, sebab pemasaran barang akan berbeda dengan pemasaran jasa. Dalam pembahasan mengenai pemasaran bank, strategi pemasaran produk yang digunakan adalah strategi pemasaran jasa.

Perusahaan harus mampu menciptakan suatu produk yang mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen serta yang mampu memberikan kepuasan paling tinggi terhadap konsumen. Produk yang berkualitas tinggi akan mampu memberikan kepuasaan lebih tinggi kepada konsumen. Produk yang dijual pada industri perbankan adalah produk yang sifatnya jasa, sehingga pemasar harus mampu melakukan inovasi pemasaran yang cocok untuk pemasaran jasa.

3. Nilai, biaya, dan kepuasaan

Setelah mengetahui keinginan dan kebutuhan akan barang dan jasa, konsumen akan dihadapkan pada jajaran produk dan jasa yang beraneka ragam. Kepuasaan pelanggan berkaitan erat dengan nilai kegunaan. Nilai kegunaan mempunyai dampak langsung pada prestasi produk dan kepuasan pelanggan. Nilai dapat didefinisikan sebagai perbedaan antara nilai yang dinikmati pelanggan karena memiliki serta menggunakan suatu produk dan biaya untuk memiliki produk tersebut. Dan ada nilai intristik yaitu nilai guna


(54)

dari produk tersebut. Sementara kepuasan pelanggan adalah apa yang didapat oleh konsumen dibandingkan dengan persepsi konsumen atas produk tersebut.

4. Pertukaran, transaksi, dan hubungan

Pemasaran terjadi ketika orang memutuskan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan lewat pertukaran. Pertukaran yang merupakan konsep inti dari pemasaran, mencakup perolehan produk yang diinginkan dari seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai gantinya. Sifat pertukaran merupakan sifat yang sunatullah dari manusia, terlihat dari bentuk pertukaran yang dilakukan mulai dari barter-pertukaran barang dengan barang- sampai dengan pertukaran barang dengan uangyang kita lakukan saat ini dalam transaksi sehari-hari. Pertukaran disini dapat pula bermakna pertukaran manfaat produk yang dimiliki perusahaan kepada konsumen. Supaya muncul suatu potensi pertukaran, lima persyaratan berikut harus dipenuhi:

a. Sekurang-kurangnya ada dua pihak yang melakukan pertukaran

b. Masing-masing pihak memiliki sesuatu produk yang bernilai untuk ditukarkan dengan pihak lain.

c. Masing-masing pihak mampu berkomunikasi dan menyerahkan sesuatu. d. Masing-masing pihak bebas untuk menerima atau menolak tawaran untuk

melakukan pertukaran.

e. Masing-masing pihak yakin bertransaksi merupakan cara yang tepat dan diinginkan.


(55)

5. Pasar

Konsep pertukaran mengerah ke konsep suatu pasar, dimana pasar adalah perangkat pembeli yang aktual dan potensial dari sebuah produk. Ukuran suatu pasar tergantung pada jumlah orang yang menunjukkan kebutuhan, mempunyai sumber daya untuk terlibat dalam pertukaran dan bersedia menawarkan sumber daya. Untuk mencapai pasar sasaran, ada tiga jenis saluran pemasaran yang dapat digunakkan, yatu saluran komunikasi, saluran distribusi, dan saluran jasa. Saluran komunikasi digunakan untuk menyerahkan dan menerima pesan dari pembeli sasaran. Saluran komunikasi meliputi surat kabar, radio, reklame, dan berbagai media lainnya. Saluran distribusi digunakan untuk memamerkan atau menyerahkan produk fisik atau jasa kepada pembeli atau pengguna, termasuk distributor, subdistributor, groir, agen, dan pengecer. Saluran jasadigunakan untuk melakukan transaksi dengan pembeli potensial, mencakup pergudangan, perusahaan angkutan, perban-kan, dan perusahaan asuransi yang memudahkan transaksi.

6. Pemasaran, pemasar, dan prospek

Pemasaran berarti mengolah pasar untuk menghasilkan pertukaran dengan tujuan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Dalam situasi biasa pemasaran mencakup melayani pasar pengguna akhir bersama pesaing. Perusahaan dan pesaing mengirimkan produk dan pesan mereka langsung kepada konsumen atrau lewat perantara pemasaran kepada pengguna akhir. Sehingga pemasaran titik kuncinya adalah proses pertukaran yang terjadi


(56)

antara dua pihak atau lebih. Suatu proses pemasaran tidak dapat berjalan apabila adanya kehadiran seorang tenaga pemasar. Jika suatu pihak lebih aktif dalam mengusahakan terjadinya pertukaran dibandingkan dengan pihak lain, kita menamakan pihak pertama sebagai pemasar dan pihak kedua sebagai prospek atau calon pembeli. Pemasar adalah pihak yang memasarkan atau menawarkan manfaat suatu produk kepada pihak lain yang menjadi pasar sasaran dari produk tersebut. Sementara prospek adalah pihak yang merupakan target pasar potensial dari produk yang ditawarkan oleh pemasar.

Model komunikasi pemasaran secara garis besar ada dua jenis yaitu above the line- yaitu strategi komunikasi pemasaran menggunakan iklan baik iklan di media massa baik media elektronik, media catak atau media lainnya seperti papan reklame. Sementara model komunikasi kedua yaitu below the line, yaitu strategi komunikasi pemasaran menggunakan event atau kegiatan yang berkaitan dengan masyarakat, sehingga lebih menyentuh masyarakat.

Bagi perusahaan kegiatan pemasaran merupakan suatu hal yang pokok dalam mencapai tujuan karena kegiatan pemasaran diarahkan untuk menciptakan pertukaran yang memungkinkan perusahaan untuk memperoleh laba. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut perusahaan harus dapat menganalisa faktor permintaan yang mempengaruhi penjualan. Secara garis besar faktor permintaan terdiri dari faktor yang tidak dapat dikendalikan dan faktor yang dapat dikendalikan. Faktor yang tidak dapat dikendalikan yaitu faktor yang tidak dapat dikuasai oleh perusahaan, misalnya faktor konsumen,


(1)

75 BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dalam Perbankan Syariah tantangan perubahan di pasar bisa di didukung oleh dua pihak. Regulator dan juga pelaku bisnis Syariah. BI sebagai regulator bekerja sama dengan beberapa perguruan tinggi untuk melakukan penelitian dan mempersiapkan kurikulum dalam mengembangkan SDM berkualitas tinggi yang tidak hanya paham ilmu fiqh tetapi juga mendalami ilmu perbankan dan keuangan. Selain itu pelaku bisnis melakukan working group dengan beberapa pihak seperti Ikatan Akuntansi Indonesia dan Dewan Syariah Nasional agar dapat berjalan dengan baik sehingga inovasi dan pengembangan produk perbankan Syariah dapat berjalan dengan cepat dan efektif.

2. Perbankan Syariah bisa mengimplementasikan secara spesifik konsep new wave marketing diantaranya dengan strategi komunitas maka segmentasi pasar lebih fokus sebagai contohnya Tabungan Haji untuk komunitas dosen di UIN, setelah itu Di konfirmasikan kepada komunitas dosen tersebut, setelah itu di klarifikasi tentang bagaimana tingkat minat komunitas tersebut dalam talangan haji, sehingga produk tersebut bisa ditemukan Coding-nya atau DNA-nya yang kemudian benar menjadi produk yang tidak bisa ditiru oleh yang lain. Tidak berhenti disitu bank syariah mengkreasikan produk tersebut,


(2)

dan membuat karakter tersendiri dengan currency sehingga lebih fleksibel. Untuk penjualannya dengan komunikasi secara interaktif (Conversation) dengan komunitas tersebut.

3. Potensi spesifik yang bisa membedakannya dengan bank konvensional dalam menerapkan New Wave Marketing yang pertama adalah DNA-nya perbankan syariah ternyata memang sudah berbeda dengan karena DNA dan roh dari Perbankan Syariah berawal dari Agama. Yang agama itu sendiri adalah rahmat untuk seluruh alam. Secara produk DNA yang bisa dijadikan contoh adalah produk Shar-e. Produk ini sangat berbeda dengan produk perbankan yang lainnya. Sehingga tidak akan ditiru oleh perusahaan yang lainnya, tinggal pengelolaan dan kreatifitas dari Bank Muamalat untuk menjaga produk tersebut.

B. Saran-saran

Dikarenakan Strategi Pemasaran perbankan syariah yang masih mengikuti strategi konvensional, padahal perubahan zaman atau era terus terjadi maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Strategi baru dari hermawan kartajaya dengan 12 Cs untuk era baru ini sangatlah relefan dan bisa diterapkan dalam strategi pemasaran Bank Syariah. bagi para akademisi diharapkan bisa mengelupas lebih dalam dengan strategi baru tersebut.


(3)

77

2. Pada Lembaga Keuangan Syariah dalam hal ini Perbankan Syariah diharapkan para praktisi bisa menganalisa dan meneliti lebih lanjut lagi strategi pemasaran yang telah dilakukan untuk menghadapi era baru yang menakin kompetitif ini.

3. Bagi pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia diharapkan memberikan kebijakan yang tepat sehingga bisa membantu berkembangnya perbankan Syariah minimal berjalan seimbang dengan bank konvensional.


(4)

78 A. Buku

Alma, Buchari, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Bandung: Alfabeta, 2004

Antonio, M. Syarfii, Bank Syariah: Teori dan Praktik, Jakarta: Gema Insani Press, 2001

Arifin, Zainul, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Alfabet, 2006 Buchory, Herry Achmad dan Djaslim Saladin. Dasar-dasar Pemasaran Bank.

Bnadung: Linda Karya. 2006

Candra, Gregorius, Strategi Program Pemasaran, Yogyakarta: Andi Ofset, 2002 Karim, Adiwarman Azwar, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta:

Rajawali Press, 2004

Kartajaya, Hermawan dan Waizly Darwin, Connect! Surfing New Wave Marketing, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010

Kartajaya, Hermawan, New Wave Marketing: Theworld is Still Round The Market Is Already Flat., Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010, Cet. 5

Kasmir, Pemasaran Bank. Jakarta: Kencana, 2008, Ed.rev., cet.3

Kertajaya, Hermawan, New Wave Marketing The World Is Still Round the Market is Already Flat, Jakarta: Gramedia, 2010

Kotler, Philip dan AB Susanto. Manajemen Pemasaran di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. 2000

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. Manajemen Pemasaran. Jakata: Indeks. 2007

Kotler, Philip. Marketing Management. New Jersey: Prentice Hall. 2000 Lupiyadi, Rambat, Manajemen Pemasaran Jasa, Jakarta: Gramedia, 2002


(5)

79

Maleong, lexy J., Metode Penelitian kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002

Marzuki, Metodologi Riset, Yogyakarta: BPFE-UII, 2001

Perwataatmadja, Karnaen dan Muhammad Syafii Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, Yogyakarta: Dana Bhakti Prima yasa, 2002

Rianto Al-Arif, M. Nur, SE., M.Si, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah, Jakarta: Alfabeta, 2010

Suharsimi, Arikonto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2002, Edisi Revisi V

Sula, M. Syakir dan Hermawan kertajaya, Syariah Marketing, Jakarta: Mizan, 2006

Sumarni, Murti, Marketing Perbankan, Yogyakarta: Penerbit Liberty, 1996 Tjahjono, Fandy, Strategi Pemasaran, Yogyakarta: Andi Offset, 2002 Tjiptono, Strategi Pemasaran, Yogyakarta: Andi Offset, 2000

Umar, Husein, Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis, Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada. 2003)

B. Internet

Arif, Mencapai Keunggulan Bank Syariah melalui new wave marketing, (Kopicoklat.com: 13 Agustus 2010), di Akses 29 Desember 2010

Haikal, The 12 Cs of New Wave Marketing, (http://haikalworld.multiply.com/ journal/item/6/) di akses 24 Desember 2010

Jiwandaru, Rhanu, Gaet Nasabah Bank Syariah dengan Strategi Jaring Ikan, (http://ib-bloggercompetition.kompasiana.com: 22 May 2010) diakses 29 Desember 2010

Kartajaya, Hermawan,Waizly Darwin, Selamat Datang ke Orde Baru Dunia Pemasaran, (KOMPAS.com: Rabu, 9 Desember 2009, 10:16 WIB), http://bisniskeuangan. kompas.com, Diakses 21 Desember 2010


(6)

Subagijo, Evan Hendrata, S.E., ICPM, "Citizens" or "Criminals"?: The BBC World Case, (http://duniapemasaran.com: 16 December 2009) diakses 29 Desember 2010

Subagijo, Evan Hendrata, S.E., ICPM, The Value of Community: From Sarnoff's Law to Reed's Law, (http://duniapemasaran.com: 15 December 2009) diakses 29 Desember 2010

Wijaya MBA, Andy Rio, Strategi Pengembangan Bisnis Pasca 2010, (http://suarapembaca.detik.com/) diakses 21 Desember 2010