Faktor faktor Yang Mempengaruhi Pertahan

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertahanan
Nasional
E CO NO MI CS

UNHA N

Letak geografis Indonesia yang strategis memiliki potensi ancaman yang kedepannya
akan semakin kompleks. Sementara itu, di sisi lain stabilitas keamanan nasional belum kuat.
Indonesia masih mengalami masa-masa transisi dan konsolidasi (politik, ekonomi, sosial,
budaya, dan pertahanan keamanan) menuju negara yang demokratis. Bentuk ancaman terhadap
kedaulatan negara yang terjadi saat ini makin bersifat multidimensional seiring dengan
perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, dan komunikasi, Oleh karena
itu segenap bangsa Indonesia dituntut dapat mengatasi setiap ancaman, tantangan, hambatan, dan
gangguan, baik yang datang dari dalam maupun luar negeri.
Kedaulatan dan keutuhan NKRI merupakan harga mati, sehingga upaya untuk tetap
menjaga negara tetap utuh dan berdaulat menjadi sangat penting. Tulisan ini akan bertujuan
untuk menganalisis faktor-faktor apa saja dan bagaimana peranan faktor kunci tersebut dalam
menjaga pertahanan nasional. Pembahasannya meliputi pemaparan tentang pentingnya faktor
yang dianalisis dalam pertahanan nasional dan menjelaskan data-data relevan yang terkait
dengan faktor-faktor tersebut.
Penentuan Faktor Penting Dalam Pertahanan Nasional

Untuk dapat membangun strategi dan kebijakan yang efisien, perlu diperhatikan faktorfaktor apa saja yang berpengaruh terhadap pertahanan nasional. Berdasarkan penelitian LIPI
(2007), faktor yang mempengaruhi pertahanan yaitu: (1) anggaran pertahanan; (2) jumlah
penduduk suatu negara; (3) ancaman konvensional dan non konvensional; (4) anggaran
pertahanan negara lain; (5) kemampuan keuangan pemerintah; (6) harga alutsista; dan (7) jumlah
personil sistem pertahanan.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa anggaran pertahanan dipengaruhi secara
positif oleh keenam faktor di atas. Namun dalam tulisan ini hanya dibahas tiga dari tujuh faktor
penting yang perlu diperhatikan dalam upaya menjaga pertahanan yaitu ancaman konvensional
dan non konvensional, anggaran pertahanan, dan jumlah personil sistem pertahanan.
Faktor Ancaman Konvensional dan Non Konvensional
Ancaman merupakan segala bentuk gangguan langsung, tidak langsung, terlihat ataupun tidak
terlihat terhadap kedaulatan; basis-basis vital nasional (ekonomi, militer, dan informasi);
penduduk; teritorial, ataupun segala bentuk usaha serangan secara konvensional, inkonvensional,
maupun asimetrik terhadap suatu bangsa dalam skala nasional (Widodo, 2003). Berikut ini
merupakan tabel ancaman potensial yang menjadi sumber konflik.

Tabel 1. Ancaman Potensial Yang Menjadi Sumber Konflik

Sumber: Dispenad, Jakarta-Indonesia. 2003. http://mabesad.mil.id/artikel5/future_defence1.htm


Hampir semua ancaman potensial yang terdapat pada tabel 1 telah terjadi di Indonesia, misalnya
peredaran obat-obatan. Indonesia disebut sebagai Surga Narkoba Dunia karena jumlah pengguna
narkoba di Indonesia sekitar 3,8 juta orang (Statistik BNN, 2011) atau sekitar 1,5 persen dari
total jumlah penduduk. Ancaman lainnya berupa gerakan separatis seperti lepasnya Timor Leste
dari Indonesia, Gerakan Aceh Merdeka (GAM), upaya disintegrasi Papua, dan penguasaan Pulau
Sipidan dan Ligitan oleh Malaysia.
Koseptualisasi, operasionalisasi, dan kategori ancaman harus dapat dilihat secara holistik.
Tujuannya agar negara dapat melihat dan memformulasikan secara komprehensif mengenai
bentuk dan strategi pertahanan apa yang sesuai dalam upaya menghadapi ancaman. Adanya
persamaan persepsi dan kebutuhan akan pertahanan dan keamanan negara menjadi lebih penting
dari pada alutsista maupun personil pertahanan.
Sejatinya masyarakat adalah garda pertahanan terdepan yang dapat menjaga keamanan
negara. Kesadaran akan adanya ancaman konvensional dan non konvensional dapat menjadi
stimuli terbesar yang dapat membuat berbagai pihak memiliki pola berfikir dan sikap untuk
bersatu dan berusaha untuk melindungi tanah airnya secara bersama-sama.
Faktor Kekuatan Ekonomi
Kekuatan ekonomi dalam tulisan ini diukur menggunakan pendekatan (proxy) anggaran
pertahanan,Anggaran bersifat sangat penting karena akan menentukan kinerja sektor pertahanan.
Sesuai dengan teori ekonomi, insentive system akan mempengaruhi performance. Namun hal
tersebut sebenernya tidak akansufficient tanpa asumsi adanya rasa kebangsaan dan nasionalisme

yang tinggi.
Selain itu, anggaran pertahanan menjadi penting untuk mewujudkan pertahanan nasional
yang kuat, diperlukan prasyarat anggaran militer yang mencukupi. Namun, kemampuan
pemerintah dalam menyediakan anggaran pertahanan memang sangat terbatas jika dihadapkan
dengan kebutuhannya Efek negatifnya pembangunan pertahanan saat ini relatif belum dapat

diperhatikan secara optimal sehingga kapabilitas pertahanan belum mampu untuk mencegah,
mengantisipasi, dan mengatasi ancaman keamanan nasional.
Anggaran pertahanan yang dikeluarkan tergantung pada kemampuan ekonomi masingmasing negara. Oleh karena itu untuk mengetahui bagaimana posisi anggaran pertahanan
Indonesia jika dibandingkan dengan seluruh negara di dunia perlu dilakukan standardisasi
dengan menggunakan analisis Z-Score yang diolah dengan menggunakan SPSS17.
Tabel 2. Postur Anggaran Pertahanan Indonesia Terhadap 171 Negara Tahun 2000 – 2011

Sumber: SIPRI Military Expenditure Database, 2012. Diolah.

Berdasarkan hasil pengolahan data 171 negara, dapat diketahui bahwa dalam kurun waktu
sebelas tahun anggaran pertahanan Indonesia berada pada kisaran 0,20490 s.d. 0,13482 standar
deviasi di bawah rata-rata anggaran pertahanan negara lain di dunia. Jadi, anggaran pertahanan
Indonesia memang masih sangat minim jika dibandingkan dengan negara lain di seluruh dunia.
Pertanyaan yang mungkin timbul adalah negara mana saja yang memiliki anggaran

militer yang besar? kemudian adakah keterkaitan antara anggaran militer yang besar dengan
kekuatan ekonomi yang dimiliki suatu negara?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut dilakukan
analisis penghitungan menggunakan variabel anggaran militer dan total populasi di dunia.
Tabel 3. Postur Anggaran Pertahanan Global Tahun 2011

Sumber: Global Fire Power,2012. Diolah.

Berdasarkan postur anggaran pertahanan global di atas, pada tahun 2011 hingga saat ini
Amerika Serikat tetap merupakan “market of the last resort” untuk semua negara. Posisi
Amerika Serikat sebagai negara dengan kekuatan militer nomor satu mendorong dirinya
melaksanakan posisi unilateralisme (tindakan sepihak). Negara-negara yang tergabung dalam G7
juga menguasai 64% dari total anggaran pertahanan di dunia, fakta tersebut memperkuat
argumen hasil penelitian Pradhan (2010). Pradhan (2010) mengatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi mempengaruhi anggaran pertahanan dan anggaran pertahanan bisa mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi.
Perbedaan jumlah populasi dan kesenjangan Produk Domestik Bruto (PDB) yang
tercermin dari pengeluaran untuk anggaran militer menyebabkan terjadinya disparitas atau
kesenjangan antar negara. Negara anggota GNB, yang populasinya sekitar 28% memiliki
anggaran pertahanan 23%. Sedangkan negara BRIC + Indonesia, yang populasinya mencapai
58% penduduk dunia, total anggaran pertahanannya hanya14% saja. Jelas terlihat bahwa negara

dengan perekonomian tinggi (G7) sangat peduli dengan kekuatan militernya, hal ini tercermin
dari anggaran pertahanan yang mereka miliki.

Faktor Jumah Personil Sistem Pertahanan

Tabel 4. Rasio Personil Pertahanan per Total Populasi 2011 (Selected Country)

Sumber: Global Fire Power,2012. Diolah.

*) Total personil pertahanan, tidak termasuk pasukan cadangan.
**) Sumber: Wikipedia

Berdasarkan data pada tabel 4, dapat diketahui bahwa skor rasio ARMY/POP hampir sama untuk
tiap negara yang dijadikan observasi. Namun untuk skor rasio ARMY/REG, Italia dan Inggris
memiliki skor rasio tertinggi karena kuantitas personil pertahanan mereka miliki hampir sama
dengan luas wilayah negaranya.
Dalam ekonomi, kuantitas SDM yang banyak diperlukan, akan tetapi produktivitas
tenaga kerja juga merupakan salah satu aspek penting untuk diukur untuk menilai kinerja. Dalam
militer salah satu aspek yang harus mendapat perhatian adalah kuantitas tentara, tanpa
mengesampingkan kualitas tentara. Kualitas atau skilltentara harus ditingkatkan seiring dengan

upaya peningkatan kesejahteraannya.
Poin yang dapat dikaji dari tabel 4 yaitu ketersediaan personil pertahanan tidak perlu
terlalu banyak, namun jumlahnya harus optimal dalam memenuhi kebutuhan, dengan
memperhatikan periode peak dan off peak. Perlu kajian lebih lanjut mengenai berapa jumlah TNI
yang ideal harus tersedia untuk tiap luas wilayah dan jumlah penduduk. Untuk membantu
personil pertahanan, rakyat (bagian dari total populasi) harus dapat berperan aktif dalam menjaga
pertahanan negara, terutama dalam menghadapi perang non-militer.
Secara umum pembahasan dalam tulisan ini dapat disimpulkan dan direkomendasikan
sebagai berikut: (1) Dalam menghadapi ancaman, diperlukan persamaan persepsi dan kebutuhan
akan pertahanan dan keamanan negara Masyarakat menjadi garda pertahanan terdepan yang
dapat menjaga keamanan negara dari ancaman, oleh karena itu diperlukan kesadaran akan

adanya ancaman yang dapat membuat berbagai pihak memiliki pola berfikir dan sikap untuk
bersatu dan berusaha untuk melindungi tanah airnya secara bersama-sama; (2) pemerintah harus
meningkatkan tingkat perekonomian agar porsi anggaran untuk pertahanan dapat dialokasikan
lebih besar, mengingat rata-rata pengeluaran pertahanan Indonesia dalam kurun waktu 2000 –
2011 berada di bawah rata-rata dunia. Anggaran pertahanan yang optimal dan efisien dalam
penggunaannya sangat penting untuk mewujudkan pertahanan nasional yang kuat; (3) kuantitas
tentara perlu ditingkatkan sampai dengan tingkat yang ideal jika dibandingkan dengan jumlah
penduduk dan luas wilayah. Porsi kuantitas tentara yang optimal harus diikuti dengan

peningkatan kualitas dan kesejahteraannya. Jika ketiga faktor tersebut berhasil dengan baik,
maka pertahanan nasional akan semakin kuat dan dapat terpelihara.
Daftar Pustaka
Adi, Wijaya., Hasan , MDDA., Suryanto, J., & Darmawan, DA. (2007). Kebutuhan Dana Pengembangan Pertahanan
nasional, Bab IV. Analisis Anggaran Pertahanan, hlm. 58. Jakarta: Lipi Press.
Global Fire Power. (2012). World Military Strength by Country. Juli 27, 2012. http://globalfirepower.com
Pradgan, R.P. (2010). Modelling the Nexus Between Defense Spending and Economics Growth in ASEAN-5.Vinod Gupta
School of Management: Indian Institute of Technology, Kharagpur, pp 297-307.
Metro Pagi. (2012, Mei 30). Indonesia Surga Narkoba. Mei 31, 2012. http://metrotvnews.com/ mobilesite/read/newsprograms/2012/05/30/12732/347/Indonesia-Surga-Narkoba
SIPRI Military Expenditure Database, 2012.
Statistik Badan Narkotika Nasional (BNN), 2011.
Widodo, Wibawanto N. (2003). Future Defense System. Dispenad, JakartaIndonesia.http://mabesad.mil.id/artikel5/future_defence1.htm

"Letak Geografi Dan Kekuatan Pertahanan NKRI" by @GeopolitikNKRI

1. Kita bahas dulu letak Geografis NKRI.
2. NKRI (Negara Kesatuan Indonesia) Terletak diantara Dua Benua; Benua Australia-Asia
3. Diantara dua Samudera ; Hindia & Pasific
4. NKRI yang terletak di antara dua benua dan dua samudera memungkinkan menjadi persimpangan lalulintas
dunia, baik udara maupun laut

5. NKRI sebagai titik persilangan kegiatan perekonomian dunia, antara perdagangan negara2 industri & negara2
yang sedang berkembang
6. Karena letak geografisnya pula Indonesia mendapat pengaruh berbagai kebudayaan dan peradaban dunia

1. Mari kita membahas Kekuatan Militer
2. fungsi utama dari keberadaan militer adalah untuk mengisi dan menjaga kedaulatan wilayah
3. karena #NKRI yg berada di tengah dua samudera & dua benua, maka Indonesia merupakan negara yang sarat
akan ancaman @KepulauanNKRI
4. Berbentuk negara kepulauan terbesar, #NKRI merupakan negara yg sebagian besar celah pertahannya berada
dikawasan lautan @KepulauanNKRI
5.bebrapa indikator kekuatan militer; personil, sistem prsenjataan, kkuatan Maritim, kekuaatan logistik, SDA,
Kekuatan Geografis, Finansial

6.setidaknya tdpt 5 Negara yg berpotensi menjadi ancaman #NKRI, yaitu Australia, Malaysia, Singapura, Thailan &
Filiphina @TweetMiliter
7. Hal ini berdasarkan Fakta, misyalnya ada beberapa masalah sengketa Wilayah antar bberapa Negara tsb
dengan #NKRI @TweetMiliter
8.Persengketaan prbatasan akn sangat mmungkinkan memicu terjadinya pergesekan yg dpt memicu terjadinya
perang. @TweetMiliter @DuniaMiliter
9. sesuai dengan Beberapa Indikator Kekuatan Militer, berikut penilaian Global Fire Power untuk kekuatan

Militer @_fikr1 @_fikr1
10.Kekuatan Personil #NKRI : Total Population (245.613.043), Available Military Manpower (129.075.188), Man Fit for
Service (107.538.660)
11. Of Military Age (4.455.159), Activy Military Manpower (438.410), Active Reserve (400.000)
12.Kekuatan Udara #NKRI (Unit): Total Aircraft (510), Helicopters (168), Services Airports
(684). @DuniaMiliter @TweetMiliter @_fikr1
13.Kekuatan Darat #NKRI : Total Land Weapons (1.577), Tanks (335), APCs/IFVs (691), Towed Artillery (59), SelfPropelled Guns (0), MLRSs (42
14.Mortar (350), Anti-Aircraft Weapons (100), Logistic Vehicles (1.101) #NKRI
15. Kekuatan Laut #NKRI : Total Navy Ships (136), Merchant Marine Strenght (1.244), Major ports & Termnals
(9), @KepulauanNKRI
16 Aircraft Carriers(0),Destroyers(0),submarines(2), Frigates(6),Patrol Craft(31), Mine Warfare Craft(12),Amphibious
Craft(8)@KepulauanNKRI
17.Kekuatan Logistic #NKRI : Labor Forces(116.500.000), Roadway Coverage (Km)437.759, Railway coverage (km)
5.042. @DuniaMiliter
18. Kekuatan SDA #NKRI: Oil Production (bbl/day) 1.023.000, Oil Consumption (bbl/day) 1.115.000, Proven Reseves
(000 bbl) 4.050.000

Sistem Pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia -Bagian 4
Pertahanan NKRI merupakan masalah bangsa Indonesia yang akan dilakukan
dengan cara (Indonesia) sendiri (yang spesifik), dirancang dan dikembangkan

sesuai dengan kondisi obyektif bangsa dan negara Indonesia, pandangan hidup
bangsa dan budaya bangsa.

1.Umum
Pertahanan NKRI merupakan masalah bangsa Indonesia yang akan dilakukan
dengan cara (Indonesia) sendiri (yang spesifik), dirancang dan dikembangkan
sesuai dengan kondisi obyektif bangsa dan negara Indonesia, pandangan hidup
bangsa dan budaya bangsa. Pertahanan Negara Indonesia merupakan instrumen
dari politik nasional, terutama politik keamanan nasional.
Perjuangan Bangsa Indonesia dalam merebut, mempertahankan dan mengisi
kemerdekaan, memberikan pengalaman sejarah yang sangat berharga bagi
bangsa Indonesia dalam melaksanakan perjuangan selanjutnya. Pengalaman
sejarah perjuangan tersebut khususnya selama perang kemerdekaan telah
mewujudkan tradisi yang selanjutnya menjadi nilai penting sebagai dasar
penyelenggaraan pertahanan dan keamanan untuk melindungi segenap bangsa
dari berbagai kemungkinan ancaman baik yang bersifat kasar (ancaman militer)
maupun yang halus (ancaman terhadap pemikiran dan persepsi). Salah satu nilai
tadi adalah "Perang Wilayah/Perang Rakyat Semesta" (Perata) yang dirumuskan

dalam Seminar Seskoad II pada Januari 1962 dan ditetapkan pada Agustus 1966

dalam Seminar AD II sebagai Doktrin Perang Wilayah/Perang Rakyat Semesta.
Dalam rangka integrasi ABRI, pada Nopember 1966 Seminar Hankam menetapkan
Doktrin Hankamnas dan Doktrin Perjuangan ABRI "Catur Dharma Eka Karma"
disingkat Cadek. Seminar Hankam tersebut juga menghasilkan Wawasan
Nusantara sebagai Wawasan Hankamnas dan Wawasan Nasional. Dengan
Wawasan Nusantara ini ABRI tidak menonjolkan kepentingan suatu matra dan
kepentingan salah satu bidang perjuangan (politik, ekonomi, sosial budaya dan
hankam). Sepanjang perjalanan sejarahnya doktrin Hankam selalu mengalami
pengembangan. Pada tahun 1991 Cadek ditata kembali dan disesuaikan dengan
perkiraan perkembangan masa mendatang, menjadi dua doktrin yaitu: a. Doktrin
"Pertahanan Keamanan Negara" sebagai Doktrin Dasar yang disahkan oleh Menteri
Pertahanan, dan b. Doktrin "Perjuangan TNI ABRI (Catur Dharma Eka Karma)",
sebagai Doktrin Induk yang disahkan oleh Pangab.
Di era reformasi berdasarkan UUD RI 1945 (Amandemen) Bab III Pasal 10, 11, 12
dan Bab XII Pasal 30 telah ditetapkan UU No. 3 tahun 2002. Sishankamrata diubah
menjadi Sistem Pertahanan Semesta (Sishanta). Selanjutnya mengacu pada UU No.
3 Tahun 2002 tentang Pertahanan dan UU No. 34 Tahun 2004 tentang TNI Doktrin
Perjuangan TNI ABRI Cadek diubah menjadi Doktrin TNI "Tri Dharma Eka Karma"
(Tridek).
Dewasa ini Sishankamrata yang bertumpu pada perlawanan teritorial mengundang
tanggapan dari kalangan masyarakat khususnya mereka yang meragukan
relevansi Sishankamrata dengan TNI sebagai kekuatan utama menghadapi
tantangan di era globalisasi. Sebagai contoh dapat dikemukakan beberapa isu
yang dikemukakan pada Seminar "Democratic Total Defence" yang
diselenggarakan oleh beberapa LSM dengan Dephan RI pada tanggal 28 Agustus
2007 yang fokus bahasannya adalah perbandingan penyelenggaraan Sistem
Pertahanan Total di negara-negara demokratis. Isu-isu tersebut antara lain sebagai
berikut:
a.Gambaran tentang Sistem Pertahanan Total Indonesia.
b.Apakah Sistem Pertahanan Total di Indonesia telah memenuhi prinsip-prinsip
demokrasi?
c.Apakah Sistem Pertahanan Total yang ada mampu mengatasi hakikat ancaman
masa kini yang dapat berupa ancaman konvensional atau ancaman lainnya
(misalnya terorisme, kejahatan terorganisir, atau ancaman lintas nasional lainnya)?
d.Dengan melihat berbagai implementasi Sistem Pertahanan Total di negara lain
pelajaran apa yang dapat diperoleh yang dapat diimplementasikan di Indonesia.
Beberapa isu lain yang sering dikemukakan para pemikir di bidang
pertahanan NKRI antara lain adalah:
a.Adanya kekhawatiran bahwa Komando Teritorial yang mendampingi

Pemerintahan Sipil akan digunakan tidak hanya untuk maksud penyelenggaraan
pertahanan, tetapi juga sebagai tumpuan untuk memperkuat pemerintahan yang
berkuasa.
b.Apakah Sishankamrata dapat diimplementasikan? Padahal dalam jangka panjang
kondisi TNI sebagai kekuatan inti Sishankamrata jumlah dan kualitas pasukannya
yang dapat dikatagorikan profesional serta anggaran latihan, sistem senjata yang
tergolong modern masih terbatas dan tidak memadai dihadapkan pada luasnya
posisi-posisi strategis yang harus dipertahankan di seluruh Nusantara.
c.Apakah Sishankamrata masih relevan untuk dipertahankan sebagai konsep
pertahanan NKRI? Atau diambil konsep lain seperti yang dikehendaki oleh mereka
yang terobsesi oleh sistem pertahanan negara asing (adikuasa).
d.Menghadapi berbagai isu tersebut, dewasa ini diperlukan kejelasan bagaimana
kehendak bangsa dalam menjalankan pertahanan negara.
Tulisan hasil sarasehan Alumni Akmil ini diharapkan dapat menjawab berbagai
pertanyaan tersebut dan dapat pula memberikan pencerahan kepada generasi
muda TNI untuk dijadikan bekal pengabdiannya kepada Negara dan Bangsa dalam
menghadapi berbagai tantangan di masa depan.

2.Landasan Filosofis dan Landasan Hukum
Indonesia merupakan negara hukum, oleh sebab itu untuk memenuhi aspek
legalitas, sistem pertahanan keamanan yang merupakan bagian dari sistem
pemerintahan negara diselenggarakan berdasarkan ketentuan perundangundangan. Doktrin Hankamrata sebagai strategi dari Hankamnas yang merupakan
penjabaran dari Pancasila sebagai falsafah bangsa adalah doktrin dasar yang
digali, dikembangkan oleh TNI(AD) dari hasil pengalamannya dalam
memperjuangkan, merebut dan mengisi kemerdekaan NKRI yang diproklamasikan
pada tanggal 17 Agustus 1945. Sebagai ajaran, asas, prinsip serta konsep yang
mendasar dan diyakini kebenarannya, berdasarkan hasil pemikiran terbaik, doktrin
ini mengalir dari pandangan hidup bangsa dan dikembangkan secara nalar dan
dinamis dengan pengalaman dan teori sehingga kebenarannya bersifat relatif
hakiki dan berjangka panjang. Oleh karena itu Doktrin Hankamrata harus menjiwai
ketentuan perundang-undangan penyelenggaraan pertahanan negara.
Meskipun ketentuan perundang-undangan pada hakikatnya merupakan bagian tak
terpisahkan dari daya rangkum doktrin, dan keduanya bersumber dari nilai-nilai
falsafah, ajaran, dan konsep yang terkandung pada Pembukaan UUD 1945, namun
keduanya berkembang dengan sifat dan keberadaan fungsional yang berbeda.
Peraturan perundang-undangan mengalir dari Batang Tubuh UUD 1945 yang dijiwai
oleh Pembukaannya, merupakan sumber hukum yang melahirkan berbagai
ketentuan hukum, sedangkan doktrin TNI(AD) mengalir dari nilai-nilai falsafi,
ajaran, dan konsep yang terkandung pada Pembukaan UUD 1945 yang melahirkan

patokan, pegangan, pedoman, petunjuk. Dengan kata lain, apabila ketentuan
perundang-undangan memberikan kekuatan hukum terhadap upaya-upaya dalam
segenap dinamika tata kehidupan nasional sesuai doktrin, tetapi doktrin
memberikan panduan instrumental bagi proses mencapai sasaran. Seharusnya UU
memberikan kekuatan hukum pada pelaksanaan doktrin, tidak malahan
membatasi ruang gerak dan menghambat implementasi doktrin.
Di era reformasi ‘pesta-pora’ demokrasi yang kebablasan telah menghasilkan
berbagai ketentuan perundang-undangan di bidang Hankam yang mengalir dari
Batang Tubuh UUD 1945 yang sudah diamandemen sehingga mengandung pasalpasal yang rawan distorsi terhadap nilai-nilai dasar/falsafi yang terkandung dalam
Pembukaannya. Di pihak lain, doktrin dasar dan doktrin induk pertahanan
dikembangkan dan dijabarkan oleh TNI berdasarkan nilai-nilai yang mendasari
jatidiri bangsa yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945. Sebagai akibatnya
ruang gerak TNI dalam upayanya untuk mengimplementasikan Hankamrata akan
selalu terkendala oleh berbagai ketentuan perundang-undangan yang berlaku yang
disusun berdasarkan nilai-nilai yang tidak sesuai dengan jatidiri bangsa, terutama
yang mengarah pada demokrasi liberal, individualisme dan kapitalisme.
Ketentuan perundang-undangan di bidang Hankam yang diberlakukan di era
reformasi adalah:
a.UUD RI 1945 (Amandemen) BAB III Pasal 10, 11, 12 dan Bab XII Pasal 30;
b.UU No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara;
c.UU No. 34 tahun 2004 tentang TNI;
d.Keputusan Panglima TNI No. KEP/2/I/2007 tgl. 12 Januari 2007 tentang Tri Dharma
Eka Karma (Tridek).
3.Relevansi Sishankamrata Saat Ini
Sebagai landasan logis bagi pemahaman tentang Sishankamrata adalah persepsi
yang komprehensif bahwa sistem kehidupan berbangsa-bernegara mencakup
berbagai dimensi yang fundamental dan eksistensial seperti ideologi, ekonomi,
politik, sosial, budaya serta pertahanan dan keamanan (Hankam). Oleh karena
bersifat saling terkait dan tidak dapat saling meniadakan (mutually exclusive)
tetapi justru saling komplementer dan interdependen, maka pembangunan
dimensi-dimensi tersebut harus digulirkan secara maksimal untuk mencapai hasil
optimal dengan prinsip “saling mendukung dan menguatkan”. Misalnya
pembangunan politik dan ekonomi dapat berjalan baik manakala situasi
Hankamnas bersifat positif-kondusif. Sebaliknya, pembangunan Sishankamnas
tidak mungkin berjalan tanpa dukungan dimensi-dimensi lainnya.
Sishankamnas – sebagaimana sistem kehidupan bangsa lainnya (politik, ekonomi
dan sebagainya) – dibangun dan digerakkan untuk menunjang upaya
pembangunan atau transformasi nasional menuju tercapainya Cita-Cita/Tujuan
Nasional. Untuk mencapai Tujuan Nasional (Tunas) tersebut terdapat banyak aspek

yang harus dilindungi, dijaga/dikawal dan diimplementasikan yakni berbagai
Kepentingan Nasional (Kepnas). Dengan apakah Kepnas dikawal, dilindungi dan
diimplementasikan? Jawabannya, dengan sistem kehidupan nasional (Sisnas), dan
dalam konteks ini adalah Sishankamnas. Pertanyaan berikutnya, bagaimakanakah
Sishankamnas sebagai bagian integral dari Sisnas itu didesain? Ada dua hal yang
harus dijadikan bahan pertimbangan. Pertama, harus ada ada berbagai instrumen
bangsa yang memang perlu untuk digunakan dalam kerangka tersebut seperti
falsafah bangsa, falsafah bangsa tentang perang, politik luar negeri dan
sebagainya. Kedua, harus dilakukan penilaian (assesment) atau telah tajam
terhadap lingkungan strategis (Lingstra) yang terus berkembang secara dinamis
termasuk mengikuti kemajuan Ilpengtek, yang darinya kita dapat merumuskan
potensi ancaman atau ancaman potensial terhadap bangsa-negara, seperti
dipaparkan pada bab-bab sebelumnya.
Menghadapi kondisi kehidupan bangsa yang memiliki sekian banyak ancaman
potensial, niscaya perlu pembangunan dan pengerahan total potensi dan kekuatan
bangsa secara efektif. Dengan demikian, Sishankamrata merupakan konsep dan
doktrin yang tetap relevan dalam kehidupan bangsa kita sebagai wadah, isi dan
tata laku pertahanan nasional di masa depan dengan revisi nilai instrumental agar
tetap relevan dan kontekstual. Apalagi Sishan semacam ini juga dijadikan konsep
pertahanan di banyak negara maju seperti Swiss, Israel, Singapura, Prancis dan
lain-lain.
Logika atau basis argumentasi Sihankamrata dapat digambarkan sekilas dengan
mengacu pada kebiasaan umum (habitus universal) dalam Rekayasa Sishan.
Idealnya, sebuah negara memiliki Sishan di mana kekuatan riil yang dimilikinya
lebih unggul daripada kekuatan yang mengancam (ancaman potensial). Jika belum
dapat mencapai kekuatan ideal tersebut maka biasanya dibangun aliansi dalam
rangka memelihara balance of power. Namun bila hal itu pun tidak dapat dilakukan
maka tidak ada pilihan lain selain “Perang Rakyat”. Bagi Indonesia, membangun
kekuatan ideal masih jauh dari mungkin karena terhadang kendala anggaran.
Untuk beraliansi membangun pakta pertahanan pun tidak mungkin karena prinsip
politik luar negeri yang bebas-aktif. Dengan demikian, langkah realistis yang
merupakan pilihan logis adalah Sishankamrata (total defence).
Memang, isu tentang relevansi Sishankamrata dengan dinamika perubahan situasi
dan kondisi sudah terjadi sejak lama. Disadari bahwa Doktrin memang harus
berkembang sejalan dengan perkembangan situasi dan kondisi khususnya
perkembangan Ilpengtek, namun dari segi lain Sishankamrata yang merupakan
hakikat dari Doktrin Dasar Hankamnas dan dirumuskan berdasarkan pengalaman,
penghayatan para perumusnya yang langsung mengalami sendiri perjuangan
TNI(AD) dalam merebut, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan bangsa
Indonesia yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945 tetap harus
dipertahankan. Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta merupakan
pengembangan dari doktrin perang wilayah yang pertama kali dicetuskan pada

seminar Seskoad I pada Desember 1960. Dengan berpedoman pada pengalaman
perang merebut, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan NKRI yang
diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945, setelah disesuaikan dengan kondisi
baru dirumuskan Konsep Doktrin Perang Wilayah/Perang Rakyat Semesta.
Seperti disinggung di atas, sesungguhnya strategi perang wilayah/perang rakyat
semesta telah dilaksanakan di berbagai negara, khususnya negara-negara dunia
ketiga untuk menghadapi negara-negara adikuasa yang pada umumnya memiliki
keunggulan dalam sistem persenjataan dan profesionalisme. Beberapa negara
yang dijadikan acuan dalam perumusan hankamrata antara lain adalah
Yugoslavia1 yang pada Perang Dunia II, menggunakan pertahanan teritorial
(territorial defence) serta melakukan pertahanan rakyat semesta (total people’s
defence) berhasil mengalahkan tentara pendudukan fasis Jerman dan sekutusekutunya yang unggul dalam persenjataan dan profesionalisme. Setelah invasi
Sovyet ke Czechoslovakia tahun 1968, kepemimpinan Yugoslavia mewaspadai
ancaman yang sama sesewaktu dapat menjadi kenyataan terhadap Yugoslavia.
Invasi terhadap Czechoslovakia menunjukkan bahwa bala siap dari negara yang
lemah tidak mungkin dapat menghadapi serangan masif dari agresor yang secara
kualitatif dan kuantitatif lebih unggul. Berdasarkan pengalaman perjuangannya
menghadapi Jerman, pada tahun 1969 Yugoslavia menetapkan Undang-undang
Pertahanan yang didasarkan pada Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta.
Selain Yugoslavia, negara yang dijadikan acuan dalam perumusan Sistem
Hankamrata adalah Vietnam. Untuk itu TNI-AD pernah mengirimkan suatu misi
militer ke Hanoi mempelajari sistem pertahanan serta perlawanan rakyat sebagai
bahan perbandingan.2 Dengan menggunakan pertahanan teritorial, Vietnam
melakukan perang rakyat semesta berhasil mengusir tentara pendudukan Perancis.
Dengan mengandalkan kekuatan rakyat, pada Mei 1954 pejuang Vietnam di bawah
pimpinan Jenderal Vo Nguyen Giap dengan transportasi yang sederhana (sepeda
dan kuda) mengangkut artileri berat dan artileri pertahanan udara melalui hutan
lebat dimalam hari untuk menempati kedudukan di pegunungan sekitar Dien Bhien
Phu, kemudian menyerang dan mengusir tentara Perancis yang jauh lebih unggul
dalam teknologi dan persenjataan. Bahkan dengan melakukan Perang Rakyat
Semesta yang berkepanjangan (berlarut) dari tahun 1959 sampai tahun 1975,
berkat kepemimpinan Ho Chi Minh yang kharismatik, People's Army of Vietnam
(PAVN) berhasil mengusir tentara AS yang jauh unggul dalam persenjataan.
Di era globalisasi dimana hakekat ancaman telah berkembang menjadi
multidimensi mencakup semua bidang kehidupan bangsa (Ipoleksosbudhankam),
baik yang bersifat kasar (ancaman militer) maupun yang halus (ancaman terhadap
pemikiran dan persepsi). Oleh sebab itu maka kekuatan yang dikembangkan untuk
menghadapi ancaman tersebut juga harus mempunyai kemampuan yang multi
demensi pula, tidak hanya berupa kemampuan militer (Sistek), tetapi juga juga
kemampuan non-militer (Sissos) yang melibatkan seluruh potensi bangsa, baik fisik

maupun psikis.
Beberapa contoh perang terkini yang menjadi bukti keberhasilan
Sishanrata antara lain adalah:
a. Serangan masif yang dilakukan oleh tentara AS yang dilakukan untuk
menangkap pemimpin pemberontak Somalia ternyata gagal, bahkan tentara AS
yang unggul dalam persenjataan dan profesionalisme itu harus ditarik mundur
karena besarnya korban dan kerugian yang dialami.
b. Pasukan AS tidak dapat mentuntaskan hasil serangannya ke Irak, bahkan korban
besar terus berjatuhan. Korban tentara AS yang tewas dalam perang Irak dewasa
ini telah mendekati angka 3000 orang sebagian besar justru terjadi setelah
Saddam Hussein tertangkap. Bahkan dewasa ini Pemerintah AS dibayangi
kegagalan tujuan invasinya ke Irak karena ketidaksanggupannya mengatasi
kekacauan yang terus terjadi.
c. Meskipun pasukan NATO berhasil meruntuhkan pemerintahan Taliban di
Afghanistan namun sisa-sisa pasukan Taliban masih tetap aktif dan merupakan
ancaman aktual bagi pasukan NATO di Afganistan. Bahkan Afganistan berpotensi
untuk perang saudara kembali apabila pasukan NATO ditarik dari Afganistan.

d. Meskipun politis Rusia tetap menguasai Chechnya tetapi gangguan dari
gerilyawan Chechnya yang mengakibatkan korban-korban yang besar di pihak
pasukan Rusia terus terjadi.
e. Kekuatan bersenjata Palestina dari segi persenjataan dan profesionalisme militer
(Sistek), kalah jauh dari kekuatan bersenjata Israel, namun perlawanan rakyat
semesta Palestina yang berupa gerakan Intifada (Sissos) masih menyulitkan Israel
dalam mengendalikan wilayah Palestina di West Bank dan Gaza Strip. Di samping
korban fisik, dari aspek ekonomi, gerakan intifada yang berupa ketidakpatuhan
masyarakat terhadap hukum penjajah, pemogokan umum, grafitti, barikade di
jalanan, dan pelemparan batu dalam demonstrasi oleh para pemuda serta boikot
terhadap industri mikro, industri jasa dan pariwisata telah menimbulkan kerugian
dalam jumlah yang besar di pihak Israel.
Contoh-contoh tersebut di atas membuktikan bahwa keunggulan
persenjataan dan profesionalisme bukan satu-satunya faktor penentu
kemenangan. Pengalaman menunjukkan bahwa ternyata keunggulan teknologi
persenjataan dan profesionalisme dapat diimbangi oleh strategi perlawanan rakyat
semesta yang dilengkapi dengan patriotisme, daya juang dan semangat tidak
mengenal menyerah serta taktik dan strategi yang tepat dan cerdik. Menghadapi
kenyataan tersebut di atas, bagi Indonesia yang dalam jangka pendek masih
belum mampu mengembangkan sistek yang modern mengungguli negara-negara

adidaya, bahkan negara-negara jiran, doktrin Hankamrata bukan hanya relevan,
tetapi telah diyakini oleh TNI kebenarannya.
Sishankamrata erat kaitannya dengan jatidiri TNI sebagai kekuatan
utama. Bahwa pengalaman TNI dengan ke-khas-an jatidirinya dalam merebut,
mempertahankan dan mengisi kemerdekaan secara bersamaan telah melahirkan
suatu sistem pertahanan yang sesuai dengan kondisi geografi, demografi dan
budaya bangsa Indonesia yang dikenal dengan Pertahanan Keamanan Rakyat
Semesta (Hankamrata). Dengan demikian maka pada dasarnya antara jatidiri TNI
dengan doktrin Hankamrata terdapat kaitan timbal balik yang erat, karena doktrin
Hankamrata disusun dengan memperhatikan jatidiri TNI sebagai komponen utama
sistem, dan sebaliknya keberhasilan doktrin Hankamrata tergantung kepada kadar
komitmen TNI terhadap jatidirinya sebagai tentara rakyat, tentara pejuang, tentara
nasional dan tentara profesional.
Oleh sebab itu maka Sishankamrata yang dilaksanakan melalui Sistem
Perang Berlarut yang mengkombinasikan penggunaan Sistem Senjata
Teknologi (Sistek) didukung oleh sikap politik seluruh rakyat yang anti
agressor sebagai Sissos, diyakini mempunyai prospek untuk dapat
digunakan menghadapi musuh yang kuat yang berhasil menduduki
bagian-bagian tertentu dari wilayah darat NKRI.