faktor yang mempengaruhi perkembangan in

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
INDIVIDU

Sebelum lebih jauh, perlu dipahami perbedaan dan persamaan antara,
perkembangan dan pertumbuhan. Dalam Santrock (2011, hal. 6) menjelaskan
bahwa perkembangan merupakan suatu pola perubahan yang dimulai sejak masa
konsepsi dan proses ini berlangsung sepanjang hayat manusia. Perubahan ini
meliputi

aspek

biologis/fisik,

kognitif,

dan

sosioemosional.

pertumbuhan, menurut Sunarto dan Agung (2008,


Sedangkan

34) banyak orang yang

menggunakan istilah pertumbuhan dan perkembangan secara bergantian. Pada
dasarnya

kedua proses ini berlangsung secara interdependensi, yang artinya

saling bergantung dan tidak bisa dipisahkan dalam bentuk terpilah berdiri senderi.
Pertumbuhan sendiri berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut
peningkatan ukuran dan strutur biologis. Pertumbuhan adalah perubahan secara
fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang
berlangsung secara normal pada anak yang sehat, dalam perjalanan aktu tertentu.
Pertumbuhan juga bisa dikatakan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik
yang herediter, dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan seorang indovidu.
Syamsu Yusuf, dan Juntika (hal 172-195) menyebutkan setidaknya ada 3 hal yang
mmepengaruhi perkembangan individu, yaitu 1) hederitas, 2) lingkungan, dan 3)
kematangan.

Setiap individu dilahirkan ke dunia ini membawa hereditas tertentu. Ini
berarti bahwa karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan dari pihak orang
tuanya. Karakteristik tersebut menyangkut fisik (seperti: struktur tubuh, warna
kulit, dan bentuk rambut) dan psikis atau sifat-sifat mental (seperti: emosi,
kecerdasan, dan bakat).
Hereditas atau keturunan merupakan aspek individu yang bersifat bawaan dan
memiliki potensi untuk berkembang. Seberapa jauh perkembangan individu itu
terjadi dan bagaimana kualitas perkembangannya, bergantung pada kualitas

hereditas dan lingkungan yang mempengaruhinya. Lingkungan merupakan faktor
penting disamping hereditas

yang menentukan

perkembangan individu.

Lingkungan itu meliputi fisik, psikis, sosial, dan religius.
a.

Hereditas (Keturunan )


Hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan
individu. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai “totalitas karakteristik individu
yang diwariskan orang tua kepada anaknya, atau segala potensi, baik fisik maupun
psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi (masa pembuahan ovum oleh
sperma) sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen-gen.”
Yang diturunkan orang tua kepada anak adalah sifat strukturnya, bukan
tingkah laku yang diperoleh (hasil belajar atau pengalaman). Penurunan sifat-sifat
dari satu generasi ke generasi berikutnya adalah melalui prinsip-prinsip berikut:
1)

Reproduksi, yaitu bahwa penurunan sifat itu hanya berlangsung dengan

melalui sel benih.
2)

Konformitas, yaitu proses penurunan sifat itu mengikuti pola dari jenis

(spesies) generasi sebelumnya, misalnya manusia menurunkan sifat-sifat manusia
pada anaknya.

3)

Variasi, yaitu bahwa proses penurunan sifat-sifat itu akan terjadi

beraneka (bervariasi). Antara kakak dengan adik akan terdapat perbedaan,
meskipun berasal dari orang tua yang sama.
4)

Regresi filial, yaitu bahwa penurunan sifat atau ciri-ciri itu cenderung

ke arah rata-rata.
b.

Lingkungan

Lingkungan adalah segala hal yang mempengaruhi individu, sehingga
individu itu terlibat/ terpengaruh karenanya. Semenjak masa konsepsi dan masamasa selanjutnya, perkembangan individu dipengaruhi oleh mutu makanan yang
diterimanya, temperatur udara sekitarnya, suasana dalam keluarga, sikap-sikap
orang sekitar, hubungan dengan sekitarnya, suasana pendidikan (formal, informal,
nonformal). Dengan kata lain, individu akan menerima pengaruh dari lingkungan,

memberi respon kepada lingkungan, mencontoh atau belajar tentang berbagai hal
dari lingkungan.

Urie Bronfrenbrenner & Ann Crouter (Sigelman & Shaffer, 1995:86)
mengemukakan bahwa lingkungan perkembangan merupakan “berbagai peristiwa,
situasi atau kondisi di luar organisme yang diduga mempengaruhi atau
dipengaruhi oleh perkembangan ndividu”. Lingkungan ini terdiri atas:
(a)

Fisik, yaitu meliputi segala sesuatu dari molekul yang ada sekitar janin

sampai sebelum lahir.
(b) Sosial,

yaitu

meliputi

seluruh


manusia

yang

secara

potensial

mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perkembangan individu.
Selanjutnya Urie Bronfrenbrenner (Sigelman & Shaffer, 1995: 87-88; Vasta,
Haith & Miller, 1992: 54-56) mengemukakan tentang lapisan lingkungan, yaitu
sebagai berikut:
a)

Microsystem, merupakan lingkungan yang paling dekat kepada

individu, seperti keluarga, sekolah, dan kelompok teman sebaya. Lapisan ini
terdiri dari lingkunag fisik dan orang (seperti menyangkut status sosial ekonomi
dan latar belakang pendidikan orang tua).
b)


Mesosystem, merujuk kepada hubungan antar microsystem, seperti

hubungan orang tua dengan guru, dan hubungan saudara dengan teman tetangga.
c)

Exosystem, seperti tempat kerja orang tua, dan lembaga-lembaga

kemasyarakatan.
d)

Macrosystem, yaitu lingkungan dalam konteks kebudayaan yang lebih

luas, seperti menyangkut keyakinan atau sistem kepercayaan, sikap-sikap, dan
tradisi.
Lingkungan perkembangan yang akan dibahas berikut adalah menyangkut
lingkungan keluarga, sekolah dan kelompok sebaya.
1)

Lingkungan Keluarga


Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembangkan
pribad anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan
tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikan
merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan
anggota masyarakat yang sehat.

Agama memberikan petunjuk tentang tugas dan fungsi orang tua dalam
merawat dan mendidik anak, agar dalam hidupnya berada dalam jalan yang benar,
sehingga terhindar dari malapeaka kehidupan, baik di dunia maupun di akhirat
kelak (kandungan QS Attahrim: 6). Rasulullah SAW dalam salah satu haditsnya
bersabda “setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (tauhiidullah), karena orang
tuanyalah anak itu menjadi yahudi, nasrani, dan majusi” (HR. Bukhori & Muslim,
dalam Panitia Mudzakarah Ulama, 1988).
Berkenaan dengan peran orang tua dalam mendidik anak, Imam Al- Ghazali
dalam kitab Ikhtisar Ihya Ulumuddin terjemahan Mochtar Rasjidi dan Mochtar
Jahja (1966: 189) mengemukakan bahwa anak merupakan amanat bagi orang
tuanya, dia masih suci laksana permata, baik atau buruknya pendidikan yang
diberikan kepadanya.
2)


Lingkungan Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematik
melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam membantu
siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek
moral-spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial.
Mengenai peranan sekolah dalam mengembangkan kepribadian anak,
Hurlock (1986: 322) mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu
bagi perkembangan kepribadian anak (siswa), baik dalam cara berfikir, bersikap,
maupun cara berprilaku.sekolah berperan sebagai substitusi keluarga, dan guru
substitusi orang tua. Ada beberapa alasan, mengapa sekolah memainkan peranan
yang berarti bagi perkembangan kepribadian anak, yaitu:
·

Para sisiwa harus hadir di sekolah.

·

Sekolah memberikan pengaruh kepada anak secara dini, seiring dengan


masa perkembangan “konsep diri” nya.
·

Anak-anak banyak menghabiskan waktunya di sekolah dari pada di

tempat lain di luar rumah.
·

Sekolah memberikan kesempatan kepada siswa untuk meraih sukses.

·

Sekolah memberi kesempatan pertama kepada anak untuk menilai

dirinya dan kemampuannya secara realistik.

Menurut Havighurst (1961: 5) sekolah mempunyai peranan atau tanggung
jawab penting dalam membantu para siswa mencapai tugas perkembangannya.
Sehubungan dengan hal itu, sekolah seyogianya berupaya untuk menciptakan

iklim yang kondusif, atau kondisi yang dapat memfasilitasi siswa (yang berusia
remaja) untuk mencapai tugas perkembangannya.
Tugas-tugas perkembangan remaja itu menyangkut aspek-aspek kematangan
dalam berinteraksi sosial, kematangan personal, kematangan dalam mencapai
filsafat hidup, dan kematangan dalam beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
3)

Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)

Kolompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial remaja (siswa)
mempunyai peranan yang cukup penting bagi perkembangan kepribadiannya.
Peranannya itu semakin penting, terutama pada saat terjadinya perubahan dalam
struktur masyarakat pada beberapa dekade terakhir in, yaitu:
·

Perubahan struktur keluarga, dari keluarga besar ke keluarga kecil.

·

Kesenjangan antara generasi muda.

·

Ekspansi jaringan komunikasi diantara kawula muda.

·

Panjangnya masa atau penundaan memasuki masyarakat orang dewasa.

Adapun kepribadian remaja yang berkembang secara menonjol dalam
pengalamannya bergaul dengan teman sebaya, adalah sebagai berikut:
a)

Sosial kognition: kemampuan untuk memikirkan tentang pikiran,

perasaan, motif dan tingkah laku dirinya dan orang lain. Kemampuannya
memahami orang lain, memungkinkan remaja untuk lebih mampu menjalin
hubungan sosial yang lebih baik dengan teman sebayanya.
b)

Konformitas: motif untuk memnjadi sama, sesuai, atau seragam dengan

nilai-nilai,

kebiasaan,

kegemaran

(hobi),

atau

budaya

teman

sebayanya.berdasarkan survei nasional terhadap remaja di Amerika, ditemukan
bahwa remaja memiliki kecenderungan yang kuat untuk menjadi populer dan
konformitas (Conger, 1983: 328-329).
Mengkaji persahabatan dikalangan teman sebaya, banyak hasil penelitian
menunjukkan, bahwa faktor utama yang menentukan daya tarik hubungan

interpersonal diantara remaja pada umumnya adalah adanya kesamaan dalam
minat, nilai-nilai, pendapat, dan sifat-sifat kepribadian. Penelitian Kandel (Adam
& Gulllota, 1983: 112) menunjukkan bahwa karakteristik persahabatan remaja
adalah dipengaruhi oleh kesamaan usia, jenis kelamin, dan ras. Sedangkan di
sekolah dipengaruhi oleh kesamaandalam faktor-faktor harapan/ aspirasi
pendidikan, nilai (prestasi belajar), absensi dan pengerjaan tugas-tugas atau
pekerjaan rumah. Kandel juga menemukan bahwa kesamaan dalam menggunakan
obat-obat

terlarang

(terutama

marijuana)

merokok,

dan

minuman

kerasmempunyai pengaruh yang kuat dalam pemilihan teman.
Hasil penelitian lainnya dikemukakan oleh Hans Sebald (Sigelman & Shaffer,
1995: 379) yaitu bahwa teman sebaya lebih memberikan pengaruh dalam memilih
cara berpakaian, hobi, perkumpulan, dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya.
Peranan kelompok sebaya bagi remaja adalah memberikan kesempatan untuk
belajar tentang: (1) bagaimana berinteraksi dengan orang lain, (2) mengontrol
tingkah laku sosial, (3) mengembangkan keterampilan, dan minat yang relevan
dengan usianya, dan (4) saling bertukar perasaan dan masalah.
Pengaruh kelompok teman sebaya terhadap remaja, ternyata berkaitan erat
dengan iklim keluarganya. Dalam iklim keluarga yang sehat, remaja cenderung
dapat menghindarkan diri dari pengaruh negatif temannya, dibandingkan dengan
remaja yang hubungan dengan orang tuanya kurang baik. Judith Brooks dan
koleganya menemukan, bahwa hubungan orang tua dengan remaja yang sehat
dapat meilndung remaja tersebut dari pengaruh temannya yang tidak sehat
(Sigelman & Shaffer, 1995: 380).
Terhadap dua faktor yang diatas (hereditas dan lingkungan), terdapat
perbedaan pendapat para ahli, mengenai faktor mana yang paling mempengaruhi
perkembangan individu. Perbedaan pendapat itu adalah:
1)

Nativisme (pembawaan)

Tokohnya Schoupenhower (Jerman). Pendapat aliran ini adalah bahwa
perkembangan individu itu semata-mata ditentukan oleh sesuatu yang telah ada di
dalam diri individu yang dibawa sejak lahir (pembawaan). Menurut pendapat ini
lingkungan tidak mempunyai peranan terhadap perkembangan individu tersebut.

2)

Empirisme (pengalaman)

Tokohnya John Locke (Inggris). Pendapatnya bahwa perkembangan individu
itu semata-mata ditentukan oleh lingkungan. John Locke, seorang tokoh yang
terkenal dengan teorinya “Tabularasa”, yaitu yang menganggap, bahwa anak yang
dilahirkan itu bagaikan meja lilin atau kertas putih bersih, yang belum kena
coretan apapun.
3)

Konvergensi

Tokohnya William Stern (Jerman). Pendapatnya bahwa pembawaan dan
lingkkungan merupakan dua faktor yang sama kuat menentukan perkembangan
individu.
c.

Kematangan

Faktor ketiga yang dipandang mempengaruhi perkembangan individu adalah
kematangan. Yang dimaksud dengan kematangan ini adalah “siapnya suatu fungsi
kehidupan, baik fisik maupun psikis untuk berkembang dan melakukan tugasnya”.
Untuk memudahkan pemahaman mengenai keterkaitan antara ketiga faktor
tersebut, dapat dilihat dari formula berikut.

P (I) = F (H.E.T/M)
Formula

diatas,

dapat

diterjemahkan

sebagai

berikut: Person

(individu) meruakan hasil (fungsi) dari interaksi antara faktor-faktor Hereditas,
Environtment (lingkungan), dan Time/ Maturation (kematangan).
E.

Masalah Perkembangan Individu

Setiap individu dilahirkan ke dunia dengan membawa hederitas tertentu. Hal
ini berarti bahwa karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan dari pihak
orangtuanya. Karakteristik tersebut menyangkut fisik (seperti stuktur tubuh, warna
kulit, dan bentuk rambut ) dan psikis atau sifat-sifat mental (seperti emosi, dan
kecerdasan).
Herderitas

merupakan

aspek

bawaan

dan

memiliki

potensi

untuk

berkembang. Seberapa jauh perkembangan individu itu terjadi dan bagaimana

kualitas perkembangannya, bergantung pada kualitas hereditas dan lingkungan
yang mempengaruhinya. Lingkungan (environment) merupakan faktor penting
disamping hereditas yang menentukan perkembangan individu.
Perkembangan dapat berhasil dengan baik, jika faktor-faktor tersebut saling
melengkapi. Untuk mencapai perkembangan yang baik harus ada asuhan terarah.
Asuhan dalam perkembangan dengan melalui proses belajar sering disebut
pendidikan.
Pendidikan sebagai salah satu bentuk lingkungan, bertanggung jawab dalam
memberikan asuhan terhadap proses perkembangan individu. Bimbingan dan
konseling sebagai komponen pendidikan merupakan pemberian layanan bantuan
kepada individu dalam upaya mengembangkan potensi diri atau tugas-tugas
perkembanganya (developmental task ) secara optimal.
Tugas-tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul pada priode
tertentu dalam rentang kehidupan individu apabila berhasil dituntaskan akan
membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas perkembangan
berikutnya. Apabila gagal, maka akan menimbulkan penolakan masyarakat dan
kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas perkembangan berikutnya
( Havighurst, 1961).
Tugas-tugas perkembangan ini berkaitan dengan sikap prilaku atau
ketrampilan yang seyogiyanya dimiliki oleh individu sesuai dengan usia atau fase
perkembanganya.

Hurlock

(1981)

mengemukakan

bahwa

tugas-tugas

perkembangan merupakan social expectation (harapan sosial masyarakat). Dalam
arti setiap kelompok budaya mengharapkan para anggota menguasai keterampilan
tertentu yang penting dan memperoleh pola perilaku yang di setujui bagi berbagai
usia sepanjang rentang kehidupan.
Munculnya tugas-tugas perkembangan bersumber pada faktor-faktor berikut:
a.

Kematangan fisik, misalnya (1) belajar berjalan karena kematangan

otot-otot kaki, dan (2) belajar bergaul dengan jenis kelamin yang berbeda pada
masa remaja ,karena kematangan hormon seksual
b.

Tuntutan masyarakat secara kultural ,misalnya (1) belajar membaca, (2)

belajar menulis , (3) belajar menghitung,dan (4) belajar berorganisasi.

c.

Tuntutan dari Dorongan dan cita-cita individu itu sendiri,misalnya (1)

memilih pekerjaan,dan (2) memilih tempat hidup.
d.

Tuntutan norma agama ,misalnya(1) taat beribadah kepada Allah, dan(2)

berbuat baik kepada sesama manusia.
Tugas-tugas perkembangan dalam rentang kehidupan individu dapan
diuraukan sebagai brikut:
a.

Tugas Perkembangan Usia Bayi dan Kanak-kanak (0 – 6 tahun)

1)

Berjalan berjalan.

2)

Belajar memakan makanan padat.

3)

Belajar berbicara.

4)

Belajar buang air kecil dan buang air besar (toilet training).

5)

Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin.

6)

Mencapai kestabilan jasmaniyah fisiologis.

7)

Belajar memahami konsep-konsep sederhana temtang kehidupan sosial

dan alam.
8)

Belajar melakukan hubungan emosional dengan orangtua, saudara, dan

orang lain.
9)

Belajar mengenl konsep baik dan buruk ( mengembangkan kata hati).

10) Mengenal konsep, norma atau ajaran agama secara sederhana.
b.

Tugas Perkembangan Usia Sekolah Dasar (7 – 12 tahun)

1)

Belajar memproleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan.

2)

Belajar membentuk sikap positif, yang sehat terhadap dirinya sendiri

sebagai mahluk biologis (dapat merawat keberhasilan dan kesehatan diri ).
3)

Belajar bergaul dengan teman sebaya.

4)

Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.

5)

Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung.

6)

Belajar mengembangkan konsep (agama, ilu pengetahuan adat istiadat)

sehari-hari.
7)

Belajar mengembangkan kata hati (pemahaman tentang benar, salah,

baik-buruk).

8)

Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi (bersikap

mandiri).
9)

Belajar mengembangkan sikap positif terhadap kehidupan sosial.

10) Mengenal dan mengamalkan ajaran agama sehari-hari.
c.

Tugas Perkembangan Usia Remaja (13 – 19 tahun)

1)

Menerima fisiknya sendiri beikut keragaman kualitasnya.

2)

Mencapai kenandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang

mempunyai otoritas (mengembangkan sikap respek terhadap orangtua dan orang
lain tampa tergantung padanya).
3)

Mengembangkan ketrampilan komunikasi imtrpesonal.

4)

Mampu bergaul dengan teman sebaya atau orang lain secara wajar.

5)

Menemukan manusia model yang dijaikan pusat idetifikasinya.

6)

Memerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadp

kemampun sendiri.
7)

Memperoleh self – control (kemampuan mengendalaikan sendiri) atas

dasar sekala nilai, prinip-prinsip atau falsafah hidup.
8)

Mampu meninggalkan reaksi dan penyesualan diri (sikap dan prilaku)

yang kekanak –kanakan.
9)

Bertingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.

10) Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang
diperlukan bagi warga negara.
11) Memilih dan mempwrsiapakn karir (pekejaan).
12) Memiliki sikap positif terhadap sikap pernikahan dan hihup berumah
tangga.
13) Mengamalkan ajaran agma yang dianutnya.
d.

Tugas Perkembangan Usia Dewasa Awal (20 – 40 tahun)

1) Mengembangkan sikap, wawasan dan pengamalan niai-nilai (ajaran) agama.
2) Memperoleh atau memasuki pekerjaan.
3) Memilih pasangan hidup.

4) Mulai memasuki masa pernikahan.
5) Mengasuh, merawat anak.
6) Mengelola hidup rumah tangga.
7) Memperoleh kemantapan karir.
8) Mengambil tanggungjawab dalam peranan sosial.
9) Mencari kelompok sosial yang menyenangkan.
e. Tugas perkembangan usia dewasa madya (40-60 tahun)
1) Memantapkan pemahaman tentang nilai agama.
2) Mencapai tanggungjawab sosial sebagai warga Negara.
3) Membantu anak dalam kehidupannya.
4) Menyesuaikan diri dengan perubahan fisik yang dialami.
5) Memantapkan keharmonisan rumah tangga.
6) Mempertahankan prestasi karir.
7) Memantapkan peranan sebagai orang dewasa.
f. Tugas perkembangan usia dewasa akhir (60 tahun-akhir hidup)
1) Lebih memantapkan diri dan mengalamkan ajaran agama.
2) Menyesuaikan dengan keadaan fisik yang jauh berubah.
3) Menyesuaikan diri dengan masa pensiun.
4) Menyiapkan mental jika ditinggalkan pasangan.
5) Membentuk hubungan lain dengn orang seusia.
6) Memantapkan hubungan harmonis dengan anggota keluarga baru dan yang
lebih besar (menantu, cucu)
Dalam mencapai tugas perkambangan ini, tidak sedikit yang mengalami
kegagalan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan tersebut antara
lain:
1) Tidak ada bimbingan tentang perkembangan individu yang harus dicapai.
2) Kuraung memiliki motivasi untuk mencapai perkembangan individu tersebut.
3) Mengalami kekurangan fisik.
4) Tingkat kecerdasan yang rendah.

5) Lingkungan yang kurang mendukung.
Kegagalan

tersebut

akan

menimbulkan

suatu

perikalu

menyimpang

(deliquency). Penyimpangan tersebut akan bervariasi sesuai dengan masa
perkembangannya.

Sumber:
Hurlock, Elizabeth B. 2002. Psikologi Perkembangan (terjemahan:
Development Psycology). Erlangga
Santrock, John W. 2011. Child Development, Thirtenth Edition. Mc Graw Hill
Sunarto, Prof, Dr, H & B. Agung Hartono, Dra. Ny. 2008. Perkembangan
Peserta Didik. Rineka
Syamsu Yusuf, Dr. M.Pd & A Juntika Nurihsan, Dr. M.Pd. 2010. Landasan
Bimbingan & Konseling. Rosda

LANDASAN PSIKOLOGIS: FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN INDIVIDU DAN
MASALAH PERKEBANGAN INDIVIDU
Tugas Mata Kuliah Landasan BK
Dosen pengampu: Prof. Dr. Syamsu Yusuf L N, M.Pd

Oleh:
Alfiandy Warih Handoyo NIM. 1402080
Nur Azmi Wianita

NIM. 1402454

Program Studi Bimbingan dan Konseling
Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

An Analysis of illocutionary acts in Sherlock Holmes movie

27 148 96

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan manajemen mutu terpadu pada Galih Bakery,Ciledug,Tangerang,Banten

6 163 90

The Effectiveness of Computer-Assisted Language Learning in Teaching Past Tense to the Tenth Grade Students of SMAN 5 Tangerang Selatan

4 116 138

Efek ekstrak biji jintan hitam (nigella sativa) terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diinduksi gentamisin

2 59 75

The correlation between listening skill and pronunciation accuracy : a case study in the firt year of smk vocation higt school pupita bangsa ciputat school year 2005-2006

9 128 37

Existentialism of Jack in David Fincher’s Fight Club Film

5 71 55