Aplikasi Psikologi Kognitif Tentang Lupa

TUGAS ANALISIS TEORI KOGNITIF
PADA FENOMENA “LUPA PADA BARANG-BARANG BAWAAN KESEHARIAN”

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas individu
Mata kuliah Psikologi Kognitif yang di bina oleh Ibu Ika Andrini Farida, S.Psi, M.Psi.

Oleh:
Atikah Az-Zahro

110112410067

Psikologi Off B

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI
MARET 2014

1. Fenomena Permasalahan
Kata “lupa” merupakan kata yang tidak asing ditelinga kita, dalam kehidupan sehari-hari
kita sering mendengarnya dan atau bahkan kita mengalami apa yang disebut lupa itu. Berangkat
dari pengalaman yang dialami penyusun, sikap lupa bisa menimbulkan kerugian yang cukup

disesalkan bagi orang-orang yang sering kali lupa terhadap barang-barang bawaannya. Meskipun
barang-barang tersebut setiap hari digunakan namun sering kali dijumpai, saat barang-barang
tersebut diletakkan disuatu tempat, si pemilik lupa jika harus mengambil kembali barang tersebut
dan bisa juga si pemilik lupa dimana dia meletakkannya. Karena sifat lupa yang seperti ini
orang-orang tertentu sring kali kehilangan barang bawaannya seperti misalnya, handphone, kunci
kendaraan, kunci rumah, surat-surat penting (SIM, KTP, KTM, STNK, dsb). Dari fenomena ini
penyesun akan mengkaji bagaimana peristiwa lupa pada konteks seperti diatas bisa terjadi.
2. Kajian Teori
2.1 Information-Processing Theory
Teori yang paling banyak diterima oleh para ahli adalah teori tentang tiga
proses memori. Tiga proses tersebut adalah proses encoding, proses storage dan proses retrieval.
Berikut penjelasannya:
1. Proses encoding (pengkodean terhadap apa yang dipersepsi dengan cara mengubah
menjadi simbol-simbol atau gelombang- gelombang listrik tertentu yang sesuai
dengan peringkat yang ada pada organisme). Jadi encoding
proses mengubah

sifat suatu informasi

merupakan suatu


ke dalam bentuk yang sesuai dengan

sifat-sifat memori organisme.
2. Proses

storage . (penyimpanan

terhadap

apa

yang

telah

diproses

dalam


encoding). Proses storage ini disebut juga dengan retensi yaitu proses mengendapkan
informasi yang diterimanya dalam suatu tempat tertentu. Penyimpanan ini sudah
sekaligus mencakup kategorisasi informasi sehingga tempat informasi disimpan
sesuai dengan kategorinya.
3. Proses retrieval (pemulihan kembali atau mengingat kembali apa yang telah disimpan
sebelumnya). Proses mengingat kembali merupakan suatu proses mencari dan
menemukan informasi yang disimpan dalam memori untuk digunakan kembali bila

dibutuhkan. Mekanisme dalam proses mengingat sangat membantu organisme dalam
menghadapi berbagai persoalan sehari-hari.
Proses mengingat erat hubungannya dengan memori jangka pendek dan panjang
karena dalam memori inilah informasi disimpan. Berdasarkan contoh diatas, maka teori
tentang memori yang melibatkan proses encoding, storage, dan retrieval ini paling banyak
disetujui oleh para ahli Teori yang umum digunakan adalah Teori Information-Processing
1.2 Lupa
Fenomena lupa merupakan kegagalan seseorang di dalam menggali kembali informasi
yang telah di simpan di gudang ingatan. Sebagian ahli beranggapan bahwa lupa terjadi karena
adanya kerusakan informasi yang disimpan di dalam ingatan akibat jarang digunakan. Sebagian
ahli yang lain khususnya ahli psikologi kognitif mempercayai bahwa lupa terjadi karena
interferensi atau terhalang oleh informasi yang lain. Informasi lain yang menghalangi itu dapat

berupa informasi baru (new informasion) atau informasi lama (old information). Pendapat yang
berbeda-beda itu dapat menimbulkan paradigma atau teori yang berbeda-beda pula di dalam
memahami fenomena lupa.
Ada lima teori lupa yaitu Decay Theory (Atropi), Teori Interferensi, Teori Retrieval
Failure, Teori Motivated Forgetting, Lupa Karena Sebab-sebab Fisiologis. Namun pada
pembahasan kali ini penyusun akan menekankan pada teori retrieval failure, karena teori tersebut
bisa mewakili penjabaran terjadinya lupa pada orang-orang yang sering lupa dimana dia
meletakkan barang-barangnya, padahal barang-barang tersebut adalah barang yang rutin
digunakan setiap harinya.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi seseorang lupa, yaitu :


Apa yang diamati



Bagaimana situasi dan proses pengamatan itu berlangsung




Apakah yang terjadi dalam jangka waktu berselang itu, dan



Bagaimana situasi ketika berlangsungnya ingatan itu.

2.3 Teori retrieval failure
Teori ini sebenarnya sepakat dengan teori interferensi bahwa informasi yang sudah
disimpan dalam memori jangka panjang selalu ada, tetapi kegagalan untuk mengingat kembali
tidak disebabkan oleh interferensi. Kegagalan mengingat kembali lebih disebabkan tidak adanya
petunjuk yang memadai. Dengan demikian, bila syarat tersebut dipenuhi (disajikan petunjuk
yang tepat), maka informasi tersebut tentu dapat ditelusuri dan diingat kembali.
Teori ini sebenarnya sepakat dengan teori interferensi bahwa informasi yang sudah
disimpan dalam memori jangka panjang selalu ada, tetapi kegagalan untuk mengingat kembali
tidak disebabkan oleh interferensi.
2.4 Failure To Encode
Jika informasi tidak masuk ke otak kita melalui reseptor-reseptor sensorik akibat
pengaruh system atensi, akibatnya tidak ada informasi yang dapat diingat. Hal inilah yang
disebut dengan failure to encode


(kegagalan pengkodean) dan mengacu pada kegagalan

masuknya informasi ke long term memori. Karena otak sedang mengalami kegagalan dalam
menyimpan informasi. Terkadang kita juga bisa menjawab, tapi tidak bisa menjelaskannya secara
detail.
1.5 Atensi
Atensi adalah memfokuskan pikiran pada satu objek tanpa merisaukan atau
memperhatikan hal-hal lain yang terjadi bersamaan dengan objek yang sedang dalam sorotan
pikiran. Bisa disebut juga atensi sebagai pemusatan pikiran, dalam bentuk yang jernih dan
gamblang, terhadap sejumlah objek simultan atau sekelompok pikiran Jadi atensi merupakan
satu-satunya fokus pikiran terhadap ribuan informasi yang terjadi pada satu waktu. Pemusatan
kesadaran adalah inti dari atensi. .Atensi memanfaatkannya adanya pengabaian objek-objek lain
agar kita sanggup menangani objek-objek tertentu secara efektif.
Berdasarkan sebuah studi penelitian terdapat lima aspek utama dalam atensi, yaitu
a. kapasitas pembrosesan dan selektifitas. Kita dapat memperhatikan sejumlah stimuli eksternal,
namun kita tidak dapat memperhatikan seluruh stumuli yang ada.
b. Kendali. Kita memiliki kendali terhadap pilihan stimuli yang kita perhatikan.

c. Pemrosesan otomatis. Sejumlah besar proses rutin telah menjadi proses yang amat familiar
sehingga memerlukan hanya sedikit atensi sadar dan dapat dilakukan saecara otomatis.

d. Neurosains kognitif. Otak dan sistem saraf pusat adalah pendukung anatomis bagi atensi,
sebagai man kognisi. Kapasitas neurologis kita terlalu terbatas untuk mendeteksi jutaan stimuli
eksternal, dan seandainya pun seluruh stimuli tersebut dapat terdeteksi, otak kita tidak akan
sanggup memproses jutaan stimuli, sebab kapasitas pembrosesan informassi pun terbatas.
e. Kesadaran. Atensi membawa peristiwa-peristiwa ke alam kesadaran.
Beberapa bidang penting terkait atensi:
1. Kesadaran
Kesadaran mempengaruhi pikiran dan persepsi, sedangkan ketidaksadaran mempengaruhi
ketakutan dan hasrat tidak senonoh.
2. Persepsi subliminal
Di bawah ambang batas sensorik”, atau tidak dapat diindra. Persepsi subliminal sering
kali mengacu pada stimuli yang berada diatas limen(artinya dapat dideteksi oleh indra), namun
tidak memasuki kesdaran
3. Lokasi filter
Model-model atensi kontemporer berfokus pada tempat informasi diseleksi dalam proses
kognitif. Teori-teori filter umumnya berisi gagasan bahwa manusia tidak menyadari keberadaan
sinyal-sinyal pada tahap-tahap awal pemrosesan informasi, namun setelah melalui sejumlah
keputusan atau penyeleksian, sejumlah sinyal dikirimkan ketahap pemrosesan selanjutnya.
2.5.1 Kapasitas Pemrosesan dan Atensi Kolektif
Fakta bahwa kita secara selektif memilih hanya sebagian kecil stimuli dari seluruh stimuli

yang ada di sekeliling kita. Selektifitas ini dipandang sebagai akibat kurangnya kapasitas saluran,
yakni ketidakmampuan kita memproses seluruh stimuli sensorik secara bersamaan. Gagasan ini
menyarankan bahwa terdapat suatu kondisi “kemacetan” (bottleneck) pada suatu tahap
pemrosesan informasi, yang sebagian diakibatkan oleh keterbatasan neurologis.

2.5.2 Sinyal-sinyal Auditori
Berbeda

dengan

mata

yang

mengirimkan

informasi

ke


kedua

hemisfer

kontralateral(telinga kiri menyampaikan informasi ke hemisfer kanan dan sebaliknya). Meskipun
kedua telinga kita menerima informasi secara bersamaan, otak secara otomatis menyesuaikan
perbedaan tentang rentang waktu tersebut dengan menggabungkan keduan input pendengaran
tersebut menjadi sebuah sinyal tunggal.
Kebutuhan untuk memusatkan perhatian pada satu pesan adalah kebutuhan yang kuat,
dan dengan kecualian pesan-pesan yang spesial, orang umumnya memusatkan perhatian hanya
pada satu pesan dan mengabaikan pesan lainnya. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa
kedua telinga tidak mendapatkan stimulasi seimbang dalam tataran sensorik(kedua telinga
memiliki kemampuan yang seimbang dalam menerima sinyal-sinyal sensorik)
2.5.3 Atensi selektif
Yaitu mengarahkan atensi kita, memproses informasi yang paling kita perhatikan, dan
mengabaikan informasi yang lain.
Model-Model Atensi Selektif
1. Penyaringan: broad bant
Model penyaringan ini berhubungan dengan teori saluran tunggal yang menyatakan
bahwa pemrosesan informasi dibatasi oleh kapasitas saluran yang tersedia. Broad bant

memberikan argumen bahwa pesan-pesan yang dikirimkan melalui saraf tertentu di bedakan
berdasarkan:
a. Serabut saraf yang distimulasi
b. Jumlah inpuls syaraf yang dihasilkan
Broad bant dan rekan-rekanya berjasa mengembangkan konsep tentang memori. Kita
semua menyimpan memori tentang peristiwa=peristiwa masa lalu misalnya ingatan tentang
anggota keluarga, pengalaman masa lalu dan sebagainya. Meskipun demikian, dalm setiap waktu
kita haya mampu mengingat sebagian kecil memori tersebut.

2. Atenuasi: treisman
Treismant mengajukan gagasan bahwa dalam “kamus” partisipan( penyimpanan kata
dalam memori), beberapa data atau kalimat memiliki ambang aktifasi yang lebih rendah.
Beberapa kata atau bunyi penting, seperti nama diri sendiri atau tangisan anak, dapat dikenali
jauh lebih mudah daripada sinyal-sinyal yang kurang penting.
Penyaringan tingkat pertama mengevaluasi sinyal berdasarkan karakteristik fisik kasar
dan selanjutnya penyaringan-penyaringan yang lebih canggih mengevaluasi sinyal berdasarkan
makna.
2.5.4 Atensi Visual
Treismant dan julesz mengajukan hipotesis bahwa dua proses yang berbeda bekerja
dalam atensi visual. Dalam tahap pertama, terdapat proses awal, proses praatentive yang

memindai medan penglihatan dan dengan cepat mendeteksi ciri-ciri utama objek, seperti ukuran,
warna, aurentasi(arah), gerakan. Kemudian, menurut treismant ciri-ciri yang berbeda tersebut
disandikan dalam peta fiktur yang terletak di area-area berbeda di korteks.
2.5.5 Pemrosesan Otomatis
Stetiap orang menghadapi stimuli tak terhitung jumlahnya saat secara bersamaan
melakukan beberapa tugas sekaligus. Aktivitas-aktivitas yang telah kita latih (sering kita
lakukan) akhirnya menjadi otomatis sehingga memerlukan sedikit atensi.

3. Analisis Teori Dan Pemecahan Masalah
Dari rangkaian teori yang di bahas pada bagian kajian teori bisa dibuat sebuah skema
sederhana sebagai berikut;
Skema Pemrosesan Informasi

P aP P
d
o oa o

m t
i
s
a

r r r

s s s i
ne e e
s s sf
o SER
n e rt
cr
o oa
e
da
v
i
g
en
g

r
i
l

Skema bagaimana terjadinya lupa.
(Dalam konteks permasalahan orang yang lupa meletakkan barang-barang bawaannya)

I n f o r ti d a k a d a p r o s e s a t e n s i f a i l u r t o R e t r i e v a l L U
m a s i t e r h a d a p a k ti v i t a s

e n c o d e F a ilt u r e P A

Teori pemprosesan informasi jika diaplikasikan pada fenomena permasalahan bisa

dijabarkan sebagai berikut. Saat selesai memarkirkan kendaraan, orang akan menarik
kunci/kontak kendaraannya. Saat orang mencabut kunci dari kendaraan bisa disebut itu sebuah
peristiwa (diterima oleh persepsi dan dibuat kode, dalam hal ini terjadi proses encoding),

kemudian o r a n g t e r s e b u t menyimpannya dalam otak (dimana kunci diletakkan, waktu
kita meletakkannya. Dalam hal ini berlangsung proses storage). Karena orang tersebut harus
menyalakan mesin sebelum berkendara kembali, orang akan mengambil kunci kendaraan
ditempat dia meletakkannya, dimana lokasi meletaknya sudah s e s u a i d e n g a n a p a y a n g
sudah

diasimpan

di

otaknya

(proses

retrieval). Karena adanya pemrosesan

informasi ini seharusnya orang yang memiliki kunci kendaraan akan mudah untuk mengingat
dimana dia melatakkannya, karena hamper setiap hari memang orang tersebut mengendarai
kendaraanya. Namun ternyata tidak semua orang yang melakukannya. Orang-orang tertuntu
justru lupa meletakkan dimana kunci kendarannya.
Saat orang yang lupa meletakkan barang-barang pribadinya sebenarnya dia sedang
mengalami retrieval failure. Sehingga informasi yang sudah disimpan dalam memori jangka
panjang miliknya selalu ada, tetapi dia mengalami kegagalan untuk mengingat kembali.
Kegagalan mengingat kembali karena lebih disebabkan tidak adanya petunjuk yang memadai.
Dengan demikian, bila orang tersebut mampu menyajikan petunjuk yang tepat, maka informasi
tersebut tentu dapat ditelusuri dan diingat kembali.
Kenapa orang tersebut tidak mampu menyajikan petunjuk yang tepat? Itu terjadi karena
orang lupa pada konteks ini mengalami failure to encode. Informasi yang dia miliki tidak masuk
ke otak kita melalui reseptor-reseptor sensorik akibat pengaruh system atensi, akibatnya tidak
ada informasi yang dapat diingat. Poin pentingnya Agar informasi itu masuk, orang harus
memberikan atensi pada barang-barang pribadi miliknya
Sebenarnya bagi orang-orang yang terbiasa lupa meletakkan barang-barangnya bisa
menanggulangi permasalahan jika dia mengetahui kenpa dia bisa lupa. Sehingga kecenderungan
untuk lupa bisa dihindari.
Saat

memang

seseorang

meletakkan

barang-barang

pribadinya,

orang

harus

memperhatikan barang-barangnya secara intensif. Tidak sekedar ya sudahlah, biarkan. Namun
memang benar-benar mengamati barang tersebut sepenuhnya. Kalaupun tidak sepenuhnya
jangan sampai tidak mengamati atau tidak memperhatikan sama sekali. Disini eratkaitannya
dengan atensi .Bagaimana orang akan memfokuskan pikiran pada satu objek (barang-barang
pribadinya) tanpa merisaukan atau memperhatikan hal-hal lain yang terjadi bersamaan dengan
objek yang sedang dalam sorotan pikiran. Diharapkan orang benar-benar pemusatan pikiran,
dalam bentuk yang jernih dan gamblang, terhadap barang-barang miliknya.

Entah hendak menggunakan atensi selektif atau atensi visual, itu tergantung pada si
pemilik barang. Jika orang henda menggunakan atensi selektif orang tersebut harus memproses
informasi yang paling diperhatikan dan mengabaikan informasi yang lain. Misalnya saat orang
yang hendak memasukkan handphone kedalam tasnya kemudian dia disapa atau dipanggil
temannya, sebaiknya orang tersebut memasukkan handphonenya sampai kedalam tas ditempat
yang akan dia ingat, jika dia sudah meletakkannya barulah bisa mengalihkan perhatiannya
kepada teman yang tadi menyapanya. Sehingga saat orang dia membutuhkan handphonenya dia
tidak harus mengobrak-abrik seluruh isi tas dan bahkan sampai mengeluarkan seluruh isinya
untuk mencari dimana handphone miliknya dia letakkan.
Ada dua proses yang berbeda bekerja di dalamnya atensi visual terdapat proses
praatentive yang memindai medan penglihatan dan dengan cepat mendeteksi ciri-ciri utama
objek, seperti ukuran, warna, aurentasi(arah), gerakan. Bila seseorang hendak menggunakan
atensi visualnya , orang diharapkan mampu memperhatikan hal-hal terkait barang-barang
bawaannya. Misalnya, seperti yang disebutkan diatas adalah ciri-ciri utama barang tersebut,
seperti ukuran, warna, gerakan bagaimana orang meletakkan barangnya, dengan posisi yang
seperti apa barang tersebut diletakkan harus menjadi perhatian. Agar saat orang tersebut mencari
barang yang dia cari tidak memerlukan waktu yang lama, karena dia mengingat secara tepat dan
akurat.

DAFTAR PUSTAKA
http://resplendentasinfinity.blogspot.com/2011/05/sensasi-persepsi-atensimemori.html
http://3lox.wordpress.com/2009/12/31/lupa-forgetting/
http://pendulangan.wordpress.com/2012/03/21/15/#respond
Matlin, M.w (1994). Cognition. (Six Edition e-book). New York: Hardcourt Brance
Publisher.
Solso, Robert L, dkk. 2009. Psikologi Kognitif. Jakarta : Erlangga