PSIKOANALISIS KLASIK Sigmund Freud yang
Tugas Individu
Psikologi Kepribadian
tentang
Teori Sigmund Freud
Disusun Oleh :
Nama
: Pera Agustina
NPM
: 1213052031
Mata Kuliah
: Psikologi Kepribadian
Dosen
: Shinta Maya Sari
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014
PSIKOANALISIS KLASIK SIGMUND FREUD
A. SEJARAH
Sigmund Freud, bapak psikoanalisis itu dilahirkan di Moravia pada
tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal di London pada tanggal 23 September
1939. Selama hampir 80 tahun Freud tinggal di Wina dan baru
meninggalkan kota ketika Nazi menaklukkan Austria. Pada tahun 1873
masuk fakultas kedokteran Universitas Wina dan tamat pada tahun 1881.
Freud
tertarik
pada
neurologi
yang
mendorongnya
mengadakan
spesialisasi dalam perawatan orang-orang yang menderita gangguan
syaraf. Kemudian Freud belajar selama satu tahun kepada seorang ahli
penyakit jiwa Prancis yang terkenal yaitu Jean Charcot yang menggunakan
metode hipnotis. Freud mencobanya tetapi tidak berhasil kemudian dia
menggunakan metode dengan mengajak pasien berbicara sama seperti cara
yang digunakan oleh Joseph Breuer seorang dokter di Wina. Mereka
bersama-sama menulis tentang histeria yang disembuhkan dengan
percakapan itu (Studien Ueber Hysterie, 1895).
Akan tetapi mereka bertentangan pendapat mengenai pentingnya faktor
seksual dalam histeria. Freud berpendapat bahwa konflik-konflik seksual
merupakan sebab daripada histeria. Kemudian Freud mengemukakan
gagasan-gagasannya yang akhirnya merupakan dasar daripada teori
psikoanalisis dan memuncak dengan terbitnya karya utamanya yang
pertama: “Traumdeutung (Takdir mimpi, The Interpretation of Dream,
1900).
B. STRUKTUR KEPRIBADIAN
Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni
sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious).
Baru pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain,
yakni id, ego, dan superego. Struktur baru ini tidak mengganti struktur
lama, tetapi melengkapi atau menyempurnakan gambaran mental terutama
dalam fungsi atau tujuannya.
1. Sadar (Conscious
Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati pada saat
tertentu. Menurut Freud, hanya sebagian kecil saja dari kehidupan
mental yang masuk ke kesadaran.
2. Prasadar (pereconscious)
Disebut juga ingatan siap (available memory), yakni tingkat kesadaran
yang menjadi jembatan antara sadar dan taksadar. Isi preconscious
berasal dari conscious dan dari unconscious. Materi taksadar yang
sudah berada di daerah prasadar itu bisa muncul kesadaran dalam
bentuk simbolik, seperti mimpi, lamunan, salah ucap, dan mekanisme
pertahanan diri.
3. Taksadar (Unconscious)
Bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan menurut Freud
merupakan bagian terpenting dari jiwa manusia. Ketidaksadaran berisi
insting, impuls, dan drives yang dibawa dari lahir, dan pengalamanpengalaman traumatik (biasanya pada masa anak-anak) yang ditekan
oleh kesadaran dipindah ke daerah taksadar.
a.
Id atau Das Es (Aspek Biologis)
Id adalah sistem kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir. Dari Id ini
kemudian akan muncul Ego dan Superego. Saat dilahirkan, Id berisi
semua aspek psikologik yang diturunkan seperti insting, impuls, dan
drives. Id berada dan beroperasi dalam daerah Unconscious,. Freud
juga menyebut Id dengan realitas psikis yang sebenar-benarnya ( The
True Physic Reality).
Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle)
yaitu: berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit.
Pleasure principle diproses dengan dua cara, tindak refleks (reflex
actions) dan proses primer (primary process). Tindak refleks adalah
reaksi otomatis yang dibawa sejak lahir seperti mengejapkan mata-
dipakai untuk menangani pemuasan rangsang sederhana dan biasanya
segera
dapat
dilakukan.
Proses
primer
adalah
reaksi
membayangkan/menghayal sesuatu yang dapat mengurangi atau
menghilangkan
tegangan-dipakai
untuk
menangani
stimulus
kompleks, seperti bayi yang lapar membayangkan makanan atau
puting ibunya. Sistem lain yang menghubungkan Id dengan dunia
objektif adalah Das Ich (ego).
b.
Ego atau Das Ich (aspek rasional)
Ego berkembang dari Id agar orang mampu menangani realita:
sehingga Ego beroperasi mengikuti prinsip realita (Reality Principle).
Prinsip itu dikerjakan melalui proses sekunder (Secondary Process),
yakni berfikir realistik menyusun rencana dan menguji apakah rencana
itu menghasilkan objek yang dimaksud. Proses itu disebut uji realita
(Reality Testing). Ego sebagian besar berada di kesadaran dan
sebagian kecil beroperasi di daerah prasadar dan taksadar.
Ego adalah eksekutif (pelaksana) dari kepribadian yang memiliki dua
tugas utama:
1. Memilih stimuli mana yang hendak direspon dan atau insting
mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan.
2. Menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai
dengan tersedianya peluang yang resikonya minimal.
Dalam
menjalankan
fungsinya
seringkali
Das
Ich
harus
mempersatukan pertentangan-pertentangan antara Das Es dan Das
Ueber Ich dan dunia luar.
c.
Superego atau Das Ueber Ich (aspek sosial atau moral)
Superego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang
beroperasi memakai prinsip idealistik (idealistic principle) sebagai
lawan dari prinsip kepuasan Id dan prinsip realistik dari Ego.
Prinsip idealistik mempunyai dua sub prinsip, yakni conscience dan
ego-ideal. Apapun tingkah laku yang dilarang, dianggap salah, dan
dihukum oleh orang tua, akan diterima anak menjadi suara hati
(conscience), yang berisi apa saja yang tidak boleh dilakukan. Apapun
yang disetujui, dihadiahi dan dipuji orang tua akan diterima menjadi
standar kesempurnaan (Ego-Ideal), yang berisi apa saja yang
seharusnya dilakukan. Proses mengembangkan konsensia dan egoideal, yang berarti menerima standar salah dan benar itu disebut
introyeksi (introjection). Sesudah terjadi introyeksi, kontrol pribadi
akan mengganti kontrol orang tua.
Tiga fungsi Superego:
1. Mendorong Ego menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan
tujuan-tujuan moralistik.
2. Merintangi impuls Id, terutama impuls seksual dan agresif yang
bertentangan denganstandar nilai masyarakat.
3. Mengejar kesempurnaan.
C. DINAMIKA KEPRIBADIAN
Kegiatan psikologik juga membutuhkan enerji, yang disebutnya enerji
psikik (psychic energy)-enerji yang ditransform dari enerji fisik melalui Id
beserta insting-instingnya.
Insting Sebagai Energi Psikis
Insting adalah perwujudan psikologik dari kebutuhan tubuh yang menuntut
pemuasan. Enerji insting dapat dijelaskan dari sumber (source), tujuan
(aim), obyek (object) dan daya dorong (impetus) yang dimilikinya:
1. Sumber Insting: adalah kondisi jasmaniah atau kebutuhan. Tubuh
menuntut keadaan yang seimbang terus menerus, dan kekurangan
nutrisi
misalnya
akan
mengganggu
keseimbangan
sehingga
memunculkan insting lapar.
2. Tujuan insting: berkaitan dengan sumber insting.Tujuan insting pada
dasarnya regressive (kembali asal); berusaha kembali ke keadaan
tenang seperti sebelum munculnya insting. Tujuan insting juga bersifat
konservatif;
mempertahankan
keseimbangan
organisme
dengan
menghilangkan stimulasi-stimulasi yang mengganggu.
3. Obyek insting: segala sesuatu yang menjembatani antara kebutuhan
yang timbul dengan pemenuhannya. Enerji insting dapat dipindahkan
(displacement) dari obyek asli ke obyek lain yang tersedia untuk
mereduksi tegangan. Jika pemindahan menjadi permanen maka proses
itu disebut derivatif insting (instinct derivative).
4. Daya dorong insting: kekuatan atau intensitas keinginan berbeda-beda
setiap waktu. Sebagai tenaga pendorong, jumlah kekuatan enerji dari
seluruh insting bersifat konstan.
Jenis-Jenis Insting
1. Insting Hidup
Insting hidup (eros) adalah dorongan yang menjamin survival dan
reproduksi, seperti lapar, haus, dan seks. Enerji yang dipakai oleh insting
hidup ini disebut libido. Freud mengakui adanya bermacam-macam bentuk
insting hidup, namun dalam kenyataannya yang paling di utamakan adalah
insting seks. Menurutnya, insting seks bukan hanya berkenaan dengan
kenikmatan organ seksual tetapi berhubungan dengan kepuasan yang
diperoleh dari bagian tubuh lainnya, yang dinamakan daerah erogen.
2. Insting Mati
Insting mati atau insting destruktif (destructive instincts, disebut juga
thanatos) bekerja secara sembunyi-sembunyi dibanding insting hidup.
Menurut Freud , tujuan semua kehidupan adalah kematian. Freud
berpendapat bahwa tiap orang mempunyai keinginan yang tidak
disadarinya untuk mati. Suatu derivatif insting-insting mati yang
terpenting adalah dorongan agresif (aggressive drive). Insting mati
mendorong orang untuk merusak diri sendiri, dan dorongan agresif
merupakan bentuk penyaluran agar orang tidak membunuh dirinya sendiri
(suicide).
Insting hidup dan insting mati dapat saling bercampur, saling menetralkan.
Makan misalnya merupakan campuran dorongan makan dan dorongan
destruktif, yang dapat dipuaskan dengan menggigit, mengunyah dan
menelan makanan.
Distribusi dan Pemakaian Energi
Dinamika kepribadian ditentukan oleh cara enerji psikis didistribusi dan
dipakai oleh id-ego-superego. Jumlah enerji psikis terbatas, dan ketiga unsur
struktur itu bersaing untuk mendapatkannya. Kalau salah satu unsur menjadi
lebih kuat maka dua yang lain menjadi lemah, kecuali ada enerji baru yang
ditambahkan atau dipindahkan ke sistem itu.
Pada mulanya, seluruh enerji psikis menjadi milik id dan dipakai untuk
memenuhi hasrat (wishfulfillment) melalui aksi refleks, proses primer.
Enerji itu diinvestasikan (cathects) kepada suatu objek untuk memuaskan
hasrat. Proses pemakaian enerji oleh id disebut pemilihan objek (object
cathexes id) atau instinctual object cathexes.
Ego tidak mempunyai enerji sendiri, sehingga harus menarik enerji dari id.
Proses pengalihan enerji ini disebut identifikasi yakni proses ego
mencocokkan gambaran mental dari id dengan kenyataan aktual. Id
berprinsip bahwa obyek nyata harus sama dengan gambaran atau fantasi
mengenai obyek yang diinginkan, sedang ego berprinsip gambaran obyek
bisa berbeda dengan obyek nyata, gambaran itu harus dikonfrontasi dengan
kenyataan dan peluang untuk memperolehnya. Konsep identitas ini sangat
penting karena semua kemajuan kognitif adalah ujud dari gambaran mental
mengenai dunia yang semakin mendekati kenyataan. Sebagian enerji juga
dipakai untuk mengekang id agar tidak bertindak impulsif dan irasional.
Daya kekang ini disebut anticathexes yang melawan dorongan cathexes id.
Antikateksis juga dipakai untuk melawan superego yang terlalu menindas
kebebasan rasional. Ego melindungi diri dengan mekanisme (defense
mechanism) di kala id dan superego menjadi ancaman. Ego sebagai
eksekutif kepribadian memakai enerji untuk mengatur aktifitas dari tiga
struktur itu dalam kesatuan.
Superego mendapat enerji dari id melalui proses identifikasi. Orang tua
menyalurkan nilai-nilai sosial kepada anaknya melalui pemberian hadiah
dan hukuman. Aturan moral mewakili usaha masyarakat untuk mengontrol
dan mencegah pengungkapan dorongan primitif, terutama dorongan seksual
dan agresi.
Kecemasan (anxiety)
Kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang
kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi
adaptif yang sesuai. Ada tiga jenis kecemasan:
1. kecemasan realistik (realistic anxiety)
adalah takut kepada bahaya yang nyata ada di dunia luar. Kecemasan
ini menjadi asal muasal timbulnya kecemasan neurotik dan kecemasan
moral.
2. kecemasan neurotik (neurotic anxiety)
adalah ketakutan terhadap hukuman yang bakal diterima dari orang tua
atau unsur penguasa lainnya kalau seseorang memuaskan insting
dengan caranya sendiri, yang diyakininya bakal menuai hukuman.
3. kecemasan moral (moral anxiety)
kecemasan moral timbul ketika orang melanggar standar nilai orang
tua. Perbedaan kecemasan moral dan kecemasan neurotik adalah
perbedaan prinsip yakni : tingkat kontrol ego. Pada kecemasan moral
orang tetap rasional dalam memikirkan masalahnya berkat enerji
superego, sedangkan pada kecemasan neurotik orang dalam keadaan
distres-terkadang panik-sehingga mereka tidak dapat berpikir jelas dan
enerji id menghambat penderita kecemasan neurotik membedakan
antara khayalan dengan realita.
Mekanisme Pertahanan (defense mechanism)
Bagi freud, mekanisme pertahanan adalah strategi yang dipakai individu
untuk bertahan melawan ekspresi impuls id serta menentang tekanan super
ego. Menurutnya, ego mereaksi bahaya munculnya impuls id memakai dua
cara:
a. membentengi
impuls
sehingga
tidak
dapat
muncul
menjadi
tingkahlaku sadar.
b.
membelokkan impuls itu sehingga intensitas aslinya dapat dilemahkan
atau diubah.
Freud
mendeskripsi
tujuh
mekanisme
pertahanan;
identification,
displacement, repression, fictation, regression, reaction formation,
projection. Pengikut-pengikutnya, Anna Freud menambah lebih dari 10
dinamika
mekanisme
pertahanan.
Semua
mekanisme
pertahanan
mempunyai tiga persamaan ciri:
1. mekanisme pertahanan itu beroperasi pada tingkat tak sadar.
2. mekanisme pertahanan selalu menolak, memalsu, atau memutarbalikkan kenyataan.
3. mekanisme pertahanan itu mengubah persepsi nyata seseorang,
sehingga kecemasan menjadi kurang mengancam.
Menurut Freud, jarang ada orang yang memakai hanya satu mekanisme
pertahanan untuk melindungi diri dari kecemasan. Umumnya orang
memakai beberapa mekanisme pertahanan, baik secara bersama-sama atau
secara bergantian sesuai dengan bentuk ancamannya.
Identifikasi(Identification)
Cara
mereduksi
tegangan
dengan
meniru(mengimitasi)
atau
mengidentifikasikan diri dengan orang yang dianggap lebih berhasil
memuaskan
hasratnya
dibanding
dirinya.
Anak
mula-mula
mengidentifikasi orang tuanya karena anak menganggap orang
tuanya omnipotent(maha kuasa), kemudian juga mengidentifikasi
guru, olahragawan, penyanyi rock, dan lain-lainnya. Apabila yang
ditiru itu sesuatu yang positif, secara khusus ini disebut Introyeksi.
Identifikasi sebagai sarana ego dan superego memperoleh enerji
psikis dari id. Konsep identifikasi sebagai mekanisme pertahanan
sejalan dengan konsep pemindahan enerji psikis itu. Ketika ego
mengidentifikasi khayalan mental dengan kenyataan hasil persepsi,
itu berarti suatu hal internal dicocokkan dengan eksternal.
Mekanisme pertahanan identifikasi umumnya dipakai untuk tiga
macam tujuan:
1. identifikasi merupakan cara orang dapat memperoleh kembali
sesuatu(obyek) yang telah hilang. Anak yang merasa ditolak
orangtuanya cenderung membentuk identifikasi yang kuat
dengan orangtuanya itu dengan harapan dapat memperoleh
penerimaan orangtuanya.
2. identifikasi
dipakai
untuk
mengatasi
rasa
takut.
Anak
mengidentifikasi larangan-larangan orangtuanya agar terhindar
dari hukuman.
3. melalui identifikasi orang memperoleh informasi baru dengan
mencocokkan khayalan mental dengan kenyataan. Proses
identifikasi sangat penting dalam dinamika dan perkembangan
kepribadian.
Pemindahan/reaksi kompromi(displacement/reactions compromise)
Manakala obyek kateksis asli yang dipilih oleh insting tidak dapat
dicapai karena ada rintangan dari luar(sosial, alami) atau dari
dalam(antikateksis), insting itu direpres kembali ke ketidaksadaran
atau ego menawarkan kateksis baru, yang berarti pemindahan enerji
dari obyek satu ke obyek yang lain, sampai ditemukan obyek yang
dapat mereduksi tegangan.
Sumber dan tujuan dari insting selalu tetap, obyeknya yang berubahubah melalui displacement. Obyek pengganti jarang dapat memberi
kepuasan atau mereduksi tegangan seperti obyek aslinya, dan
semakin obyek pengganti itu berbeda dengan yang asli, maka
semakin sedikit tegangan dapat direduksi. Proses mengganti obyek
kateksis untuk meredakan ketegangan di atas, adalah kompromi
antara tuntutan insting dengan realitas ego disebut reaksi
kompromi(reaction compromise).
Ada tiga macam reaksi kompromi, yakni sublimasi, substitusi, dan
kompensasi(sublimation, subtitution, compensation).
a. sublimasi adalah kompromi yang menghasilkan prestasi budaya
yang lebih tinggi, diterima
masyarakat sebagai kultural kreatif.
b. substitusi adalah pemindahan atau kompromi di mana kepuasan
yang diperoleh masih mirip dengan kepuasan aslinya.
c. kompensasi adalah kompromi dengan mengganti insting yang
harus dipuaskan. Gagal memuaskan insting yang satu diganti
dengan memberi kepuasan insting yang lain.
Kemampuan untuk membentuk obyek pengganti ini adalah
mekanisme yang paling kuat dalam perkembangan kepribadian.
Semua perhatian, minat, kegemaran, nilai-nilai, sikap, dan ciri
kepribadian orang dewasa menjadi ada berkat pemindahan obyek
ini.
Represi(Repression)
Represi adalah proses ego memakai kekuatan anticathexes untuk
menekan segala sesuatu(ide, insting, ingatan, fikiran) yang dapat
menimbulkan kecemasan keluar dari kesadaran. Dinamika campuran
antara represi dan pemindahan, sebagai berikut:
Fiksasi dan regresi(fixation and regression)
Fiksasi adalah terhentinya perkembangan normal pada tahap
perkembangan tertentu karena perkembangan lanjutannya sangat
sukar sehingga menimbulkan frustasi dan kecemasan yang terlalu
kuat.
Frustasi, kecemasan dan pengalaman traumatik yang sangat kuat
pada tahap perkembangan tertentu, dapat berakibat orang regresi;
mundur ke tahap perkembangan yang terdahulu, dimana dia merasa
puas di sana.
Pembentukan Reaksi(Reaction Formation)
Tindakan defensif dengan cara mengganti impuls atau perasaan yang
menimbulkan
kecemasan
dengan
impuls
atau
perasaan
lawan/kebalikannya dalam kesadaran, misalnya; benci diganti cinta,
rasa bermusuhan diganti dengan ekspresi persahabatan.
Pembalikan(Reversal)
Mengubah status ego dari aktif menjadi pasif, mengubah keinginan
perasaan dan impuls yang menimbulkan kecemasan menjadi ke arah
diri sendiri(seperti turning upon around self), atau seperti reaksi
formasi dengan obyek yang spesifik(pada reaksi formasi perasaan
yang dibalik digeneralisasikan kepada obyek yang luas).
Projection(Projeksi)
Projeksi adalah mekanisme mengubah kecemasan neurotik/moral
menjadi kecemasan realistik, dengan cara melemparkan impulsimpuls internal yang mengancam dipindahkan ke obyek di luar,
sehingga seola-olah ancaman itu terprojeksi dari obyek eksternal
kepada diri orang itu sendiri. Pengubahan ini mudah dilakukan
karena sumber asli kecemasan neurotik/moral itu adalah ketakutan
terhadap hukuman dari luar.
Reaksi Agresi(Aggressive Reactions)
Ego memanfaatkan drive agresif untuk menyerang obyek yang
menimbulkan
frustasi,
menutupi
kelemahan
diri
dengan
menunjukkan kekuatan drive agresinya, baik yang ditujukan kepada
obyek yang asli, obyek pengganti, maupun ditujukan kepada diri
sendiri. Ego membentuk antikateksis, dengan mempertentangkan
insting-insting agar insting yang menjadi sumber tegangan frustasi
dan anxiety tetap berada di bawah sadar.
Intelektualisasi(Intelectualization)
Ego menggunakan logika rasional untuk menerima kateksis obyek
sebagai realitas yang cocock dengan impuls asli. Mengatasi frustasi
dan
anxiety
dengan
memutarbalikkan
realitas
untuk
mempertahankan harga diri. Ada empat macam intelektualisasi
yaitu:
a. rasionalisasi(rationalization): menerima, puas dengan object
cathexes
dengan
mengembangkan
alasan
rasional
yang
menyimpangkan fakta. Ada dua macam rasionalisasi:
1. sour-grape rationalization: menganggap kateksis obyek
yang tidak dapat dicapai sebagai sesuatu yang jelek
2. sweet-lemon rationalization: menganggap kateksis obyek
yang dapat diperoleh sebagai yang terbaik.
b. Isolasi(Isolation): mempertentangkan antara komponen afektif
dengan kognitif, gejala neurosis obsesi kompulsi, di mana
dorongan insting(yang tidak dapat diterima ego) bertahan di
kesadaran, tetapi tanpa perasaan puas atau senang.
c. Undoing: kecemasan dan dosa akibat kegiatan negatif, ditutupi
atau dihilangkan dengan perbuatan positif penebus dosa dalam
bentuk “tingkah laku ritual”.
d. Denial: menolak kenyataan, menolak stimulus atau persepsi
realistik yang tidak menyenangkan dengan mnghilangkan atau
mengganti persepsi itu dengan fantasi atau halusinasi. Denial
menghilangkan “bahaya yang datang dari luar” dengan
mengingkari(mengganggap bahaya itu tidak ada).
Penolakan(escaping-avoiding)
Melarikan diri/menghindar atau menolak stimulus eksternal secara
fisik agar emosi yang tidak menyenangkan tidak timbul. Menghindar
dari ancaman dan menempatkan diri dibawah perlindungan patron.
Orang bisa menghindari ancaman dengan menarik diri menjadi
pertapa atau orang suci, ini disebut mekanisme ascetism.
Pengingkaran (Negation)
Impuls-impuls yang direpres diekspresikan dalam bentuk yang
negatif, semacam denial terhadap impuls/drive, impuls id yang
menimbulkan ancaman oleh ego diingkari dengan memikirkan hal
itu tidak ada.
Penahanan Diri (Ego Restriction)
Menolak usaha berprestasi, dengan menganggap situasi yang
melibatkan usaha itu tidak ada, karena cemas kalau-kalau hasilnya
buruk/negatif. Mempertahankan self-esteem (yang terancam dari
gambaran diri berprestasi negatif), dengan menolak aktivitas yang
dapat dibandingkan hasilnya dengan hasil orang lain, memilih
kedudukan sebagai pengamat atau penilai.
D. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Freud adalah teoritisi pertama yang memusatkan perhatiannya kepada
perkembangan kepribadian, dan menekankan pentingnya peran masa bayi
dan awal anak dalam membentuk karakter seseorang. Freud yakin bahwa
struktur dasar kepribadian sudah terbentuk pada usia 5 tahun, dan
perkembangan kepribadian sesudahnya sebagian besar hanya merupakan
elaborasi dari struktur dasar tadi.
Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi tiga tahapan, yakni
tahap infantil (0-5 tahun), tahap laten (5-12 tahun), dan tahap genital (>12
tahun). Tahap infantil yang paling menentukan dalam membentuk
kepribadian, terbagi menjadi tiga fase, yakni fase oral, fase anal, dan fase
falis. Pada umumnya kemasakan kepribadian dapat dicapai pada usia 20
tahun.
1. Fase Oral (usia 0;0 – 1;0)
Pada fase ini mulut merupakan daerah pokok aktivitas dinamik atau daerah
kepuasan seksual yang dipilih oleh insting seksual. Kepuasan yang
berlebihan pada fase oral, akan membentuk oral incorporation personality
pada masa dewasa, yakni orang menjadi senang/fiksasi mengumpulkan
pengetahuan atau mengumpulkan harta benda, atau gampang ditipu
(mudah menelan perkataan orang lain). Sebaliknya, ketidakpuasan pada
fase oral, sesudah dewasa orang menjadi tidak pernah puas, tamak
(memakan apa saja) dalam mengumpulkan harta.
Tahap ini secara khusus ditandai oleh berkembangnya perasaan
ketergantungan, mendapat perlindungan dari orang lain, khususnya ibu.
2. Fase Anal (usia 1;0 – 2/3;0)
Pada fase ini dubur merupakan daerah pokok aktivitas dinamik, kateksis,
dan antikateksis berpusat pada fungsi eliminer (pembuangan kotoran).
Freud yakin toilet training adalah bentuk mula dari belajar memuaskan id
dan superego sekaligus, kebutuhan id dalam bentuk kenikmatan sesudah
defekasi dan kebutuhan superego dalam bentuk hambatan sosial atau
tuntunan sosial untuk mengontrol kebutuhan defekasi. Semua bentuk
kontrol diri (self control) dan penguasaan diri (self mastery) berasal dari
fase anal.
3. Fase Falis (phallic) (usia 2/3;0 – 5/6;0)
Pada fase ini alat kelamin merupakan daerah erogen terpenting.
Masturbasi menimbulkan kenikmatan yang besar. Pada saat yang sama
terjadi peningkatan gairah seksual anak kepada orang tuanya yang
mengawali
berbagai
pergantian
kateksis
obyek
yang
penting.
Perkembangan terpenting pada masa ini adalah timbulnya Oedipus
complex, yang diikuti fenomena castration anxiety (pada laki-laki) dan
penis envy (pada perempuan).
Oedipus kompleks adalah kateksis obyek seksual kepada orang tua yang
berlawanan jenis serta permusuhan terhadap orang tua sejenis. Pada
mulanya, anak (laki dan perempuan) sama-sama mencintai ibu yang telah
memenuhi kebutuhan mereka dan memandang ayah sebagai saingan dalam
merebut kasih sayang ibu. Pada anak laki-laki, persaingan dengan ayah
berakibat anak cemas kalau-kalau ayah memakai kekuasaannya untuk
memenangkan persaingan merebut ibunya. Dia cemas penisnya akan
dipotong oleh ayahnya yang disebut cemas dikebiri atau castration anxiety.
Kecemasan ini mendorong anak laki-laki mengidentifikasi ayahnya.
Ketakutan ini juga menyebabkan ditekannya keinginan seksual terhadap
ibu dan rasa permusuhan terhadap ayahnya.
Pada anak perempuan rasa sayang kepada ibu berubah menjadi kecewa
dan benci ketika tahu kelaminnya berbeda dengan anak laki-laki. Ibunya
dianggap bertanggung jawab terhadap kastrasi kelaminnya, sehingga anak
perempuan mentransfer cintanya kepada ayahnya yang memiliki organ
berharga (yang juga ingin dimilikinya). Tetapi perasaan cinta itu
bercampur dengan perasaan iri penis (penis envy) baik kepada ayah
maupun kepada laki-laki secara umum. Oedipus kompleks pada wanita
tidak direpres, cinta kepada ayah tetap menetap walaupun mengalami
modifikasi karena hambatan realistik pemuasan seksual itu sendiri.
4. Fase Laten (Latency) (usia 5/6;0 – 12/13;0)
Dari usia 5 atau 6 tahun sampai remaja, anak mengalami periode peredaan
impuls seksual, disebut periode laten. Menurut Freud penurunan terjadi
karena tidak adanya daerah erogen baru yang dimunculkan oleh
perkembangan biologis.
Pada fase ini anak mengembangkan kemampuan sublimasi, yakni
mengganti kepuasan libido dengan kepuasan nonseksual, khususnya
bidang intelektual,atletik,keterampilan,dan hubungan teman sebaya. Anak
menjadi lebih mudah mempelajari sesuatu dibandingkan dengan masa
sebelum dan sesudahnya (masa pubertas).
5. Fase Genital (usia 12/13;0 – dewasa)
Fase ini dimulai dengan perubahan biokimia dan fisologi dalam diri
remaja. Sistem endokrin memproduksi hormon-hormon yang memicu
pertumbuhan tanda-tanda seksual sekunder (suara, rambut, buah dada, dll),
dan pertmbuhan seksual primer. Pada fase ini impuls seks mulai disalurkan
ke obyek di luar, seperti; berpartisipasi dalam kegiatan kelompok,
menyiapkan karir, cinta lain jenis, perkawinan dan keluarga. Pada fase
falis, kateksis genital mempunyai sifat narkistik terjadi perubahan dari
anak yang narkistik menjadi dewasa yang berorientasi sosial, realistik, dan
altruistik.
Psikologi Kepribadian
tentang
Teori Sigmund Freud
Disusun Oleh :
Nama
: Pera Agustina
NPM
: 1213052031
Mata Kuliah
: Psikologi Kepribadian
Dosen
: Shinta Maya Sari
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014
PSIKOANALISIS KLASIK SIGMUND FREUD
A. SEJARAH
Sigmund Freud, bapak psikoanalisis itu dilahirkan di Moravia pada
tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal di London pada tanggal 23 September
1939. Selama hampir 80 tahun Freud tinggal di Wina dan baru
meninggalkan kota ketika Nazi menaklukkan Austria. Pada tahun 1873
masuk fakultas kedokteran Universitas Wina dan tamat pada tahun 1881.
Freud
tertarik
pada
neurologi
yang
mendorongnya
mengadakan
spesialisasi dalam perawatan orang-orang yang menderita gangguan
syaraf. Kemudian Freud belajar selama satu tahun kepada seorang ahli
penyakit jiwa Prancis yang terkenal yaitu Jean Charcot yang menggunakan
metode hipnotis. Freud mencobanya tetapi tidak berhasil kemudian dia
menggunakan metode dengan mengajak pasien berbicara sama seperti cara
yang digunakan oleh Joseph Breuer seorang dokter di Wina. Mereka
bersama-sama menulis tentang histeria yang disembuhkan dengan
percakapan itu (Studien Ueber Hysterie, 1895).
Akan tetapi mereka bertentangan pendapat mengenai pentingnya faktor
seksual dalam histeria. Freud berpendapat bahwa konflik-konflik seksual
merupakan sebab daripada histeria. Kemudian Freud mengemukakan
gagasan-gagasannya yang akhirnya merupakan dasar daripada teori
psikoanalisis dan memuncak dengan terbitnya karya utamanya yang
pertama: “Traumdeutung (Takdir mimpi, The Interpretation of Dream,
1900).
B. STRUKTUR KEPRIBADIAN
Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni
sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious).
Baru pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain,
yakni id, ego, dan superego. Struktur baru ini tidak mengganti struktur
lama, tetapi melengkapi atau menyempurnakan gambaran mental terutama
dalam fungsi atau tujuannya.
1. Sadar (Conscious
Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati pada saat
tertentu. Menurut Freud, hanya sebagian kecil saja dari kehidupan
mental yang masuk ke kesadaran.
2. Prasadar (pereconscious)
Disebut juga ingatan siap (available memory), yakni tingkat kesadaran
yang menjadi jembatan antara sadar dan taksadar. Isi preconscious
berasal dari conscious dan dari unconscious. Materi taksadar yang
sudah berada di daerah prasadar itu bisa muncul kesadaran dalam
bentuk simbolik, seperti mimpi, lamunan, salah ucap, dan mekanisme
pertahanan diri.
3. Taksadar (Unconscious)
Bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan menurut Freud
merupakan bagian terpenting dari jiwa manusia. Ketidaksadaran berisi
insting, impuls, dan drives yang dibawa dari lahir, dan pengalamanpengalaman traumatik (biasanya pada masa anak-anak) yang ditekan
oleh kesadaran dipindah ke daerah taksadar.
a.
Id atau Das Es (Aspek Biologis)
Id adalah sistem kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir. Dari Id ini
kemudian akan muncul Ego dan Superego. Saat dilahirkan, Id berisi
semua aspek psikologik yang diturunkan seperti insting, impuls, dan
drives. Id berada dan beroperasi dalam daerah Unconscious,. Freud
juga menyebut Id dengan realitas psikis yang sebenar-benarnya ( The
True Physic Reality).
Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle)
yaitu: berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit.
Pleasure principle diproses dengan dua cara, tindak refleks (reflex
actions) dan proses primer (primary process). Tindak refleks adalah
reaksi otomatis yang dibawa sejak lahir seperti mengejapkan mata-
dipakai untuk menangani pemuasan rangsang sederhana dan biasanya
segera
dapat
dilakukan.
Proses
primer
adalah
reaksi
membayangkan/menghayal sesuatu yang dapat mengurangi atau
menghilangkan
tegangan-dipakai
untuk
menangani
stimulus
kompleks, seperti bayi yang lapar membayangkan makanan atau
puting ibunya. Sistem lain yang menghubungkan Id dengan dunia
objektif adalah Das Ich (ego).
b.
Ego atau Das Ich (aspek rasional)
Ego berkembang dari Id agar orang mampu menangani realita:
sehingga Ego beroperasi mengikuti prinsip realita (Reality Principle).
Prinsip itu dikerjakan melalui proses sekunder (Secondary Process),
yakni berfikir realistik menyusun rencana dan menguji apakah rencana
itu menghasilkan objek yang dimaksud. Proses itu disebut uji realita
(Reality Testing). Ego sebagian besar berada di kesadaran dan
sebagian kecil beroperasi di daerah prasadar dan taksadar.
Ego adalah eksekutif (pelaksana) dari kepribadian yang memiliki dua
tugas utama:
1. Memilih stimuli mana yang hendak direspon dan atau insting
mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan.
2. Menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai
dengan tersedianya peluang yang resikonya minimal.
Dalam
menjalankan
fungsinya
seringkali
Das
Ich
harus
mempersatukan pertentangan-pertentangan antara Das Es dan Das
Ueber Ich dan dunia luar.
c.
Superego atau Das Ueber Ich (aspek sosial atau moral)
Superego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang
beroperasi memakai prinsip idealistik (idealistic principle) sebagai
lawan dari prinsip kepuasan Id dan prinsip realistik dari Ego.
Prinsip idealistik mempunyai dua sub prinsip, yakni conscience dan
ego-ideal. Apapun tingkah laku yang dilarang, dianggap salah, dan
dihukum oleh orang tua, akan diterima anak menjadi suara hati
(conscience), yang berisi apa saja yang tidak boleh dilakukan. Apapun
yang disetujui, dihadiahi dan dipuji orang tua akan diterima menjadi
standar kesempurnaan (Ego-Ideal), yang berisi apa saja yang
seharusnya dilakukan. Proses mengembangkan konsensia dan egoideal, yang berarti menerima standar salah dan benar itu disebut
introyeksi (introjection). Sesudah terjadi introyeksi, kontrol pribadi
akan mengganti kontrol orang tua.
Tiga fungsi Superego:
1. Mendorong Ego menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan
tujuan-tujuan moralistik.
2. Merintangi impuls Id, terutama impuls seksual dan agresif yang
bertentangan denganstandar nilai masyarakat.
3. Mengejar kesempurnaan.
C. DINAMIKA KEPRIBADIAN
Kegiatan psikologik juga membutuhkan enerji, yang disebutnya enerji
psikik (psychic energy)-enerji yang ditransform dari enerji fisik melalui Id
beserta insting-instingnya.
Insting Sebagai Energi Psikis
Insting adalah perwujudan psikologik dari kebutuhan tubuh yang menuntut
pemuasan. Enerji insting dapat dijelaskan dari sumber (source), tujuan
(aim), obyek (object) dan daya dorong (impetus) yang dimilikinya:
1. Sumber Insting: adalah kondisi jasmaniah atau kebutuhan. Tubuh
menuntut keadaan yang seimbang terus menerus, dan kekurangan
nutrisi
misalnya
akan
mengganggu
keseimbangan
sehingga
memunculkan insting lapar.
2. Tujuan insting: berkaitan dengan sumber insting.Tujuan insting pada
dasarnya regressive (kembali asal); berusaha kembali ke keadaan
tenang seperti sebelum munculnya insting. Tujuan insting juga bersifat
konservatif;
mempertahankan
keseimbangan
organisme
dengan
menghilangkan stimulasi-stimulasi yang mengganggu.
3. Obyek insting: segala sesuatu yang menjembatani antara kebutuhan
yang timbul dengan pemenuhannya. Enerji insting dapat dipindahkan
(displacement) dari obyek asli ke obyek lain yang tersedia untuk
mereduksi tegangan. Jika pemindahan menjadi permanen maka proses
itu disebut derivatif insting (instinct derivative).
4. Daya dorong insting: kekuatan atau intensitas keinginan berbeda-beda
setiap waktu. Sebagai tenaga pendorong, jumlah kekuatan enerji dari
seluruh insting bersifat konstan.
Jenis-Jenis Insting
1. Insting Hidup
Insting hidup (eros) adalah dorongan yang menjamin survival dan
reproduksi, seperti lapar, haus, dan seks. Enerji yang dipakai oleh insting
hidup ini disebut libido. Freud mengakui adanya bermacam-macam bentuk
insting hidup, namun dalam kenyataannya yang paling di utamakan adalah
insting seks. Menurutnya, insting seks bukan hanya berkenaan dengan
kenikmatan organ seksual tetapi berhubungan dengan kepuasan yang
diperoleh dari bagian tubuh lainnya, yang dinamakan daerah erogen.
2. Insting Mati
Insting mati atau insting destruktif (destructive instincts, disebut juga
thanatos) bekerja secara sembunyi-sembunyi dibanding insting hidup.
Menurut Freud , tujuan semua kehidupan adalah kematian. Freud
berpendapat bahwa tiap orang mempunyai keinginan yang tidak
disadarinya untuk mati. Suatu derivatif insting-insting mati yang
terpenting adalah dorongan agresif (aggressive drive). Insting mati
mendorong orang untuk merusak diri sendiri, dan dorongan agresif
merupakan bentuk penyaluran agar orang tidak membunuh dirinya sendiri
(suicide).
Insting hidup dan insting mati dapat saling bercampur, saling menetralkan.
Makan misalnya merupakan campuran dorongan makan dan dorongan
destruktif, yang dapat dipuaskan dengan menggigit, mengunyah dan
menelan makanan.
Distribusi dan Pemakaian Energi
Dinamika kepribadian ditentukan oleh cara enerji psikis didistribusi dan
dipakai oleh id-ego-superego. Jumlah enerji psikis terbatas, dan ketiga unsur
struktur itu bersaing untuk mendapatkannya. Kalau salah satu unsur menjadi
lebih kuat maka dua yang lain menjadi lemah, kecuali ada enerji baru yang
ditambahkan atau dipindahkan ke sistem itu.
Pada mulanya, seluruh enerji psikis menjadi milik id dan dipakai untuk
memenuhi hasrat (wishfulfillment) melalui aksi refleks, proses primer.
Enerji itu diinvestasikan (cathects) kepada suatu objek untuk memuaskan
hasrat. Proses pemakaian enerji oleh id disebut pemilihan objek (object
cathexes id) atau instinctual object cathexes.
Ego tidak mempunyai enerji sendiri, sehingga harus menarik enerji dari id.
Proses pengalihan enerji ini disebut identifikasi yakni proses ego
mencocokkan gambaran mental dari id dengan kenyataan aktual. Id
berprinsip bahwa obyek nyata harus sama dengan gambaran atau fantasi
mengenai obyek yang diinginkan, sedang ego berprinsip gambaran obyek
bisa berbeda dengan obyek nyata, gambaran itu harus dikonfrontasi dengan
kenyataan dan peluang untuk memperolehnya. Konsep identitas ini sangat
penting karena semua kemajuan kognitif adalah ujud dari gambaran mental
mengenai dunia yang semakin mendekati kenyataan. Sebagian enerji juga
dipakai untuk mengekang id agar tidak bertindak impulsif dan irasional.
Daya kekang ini disebut anticathexes yang melawan dorongan cathexes id.
Antikateksis juga dipakai untuk melawan superego yang terlalu menindas
kebebasan rasional. Ego melindungi diri dengan mekanisme (defense
mechanism) di kala id dan superego menjadi ancaman. Ego sebagai
eksekutif kepribadian memakai enerji untuk mengatur aktifitas dari tiga
struktur itu dalam kesatuan.
Superego mendapat enerji dari id melalui proses identifikasi. Orang tua
menyalurkan nilai-nilai sosial kepada anaknya melalui pemberian hadiah
dan hukuman. Aturan moral mewakili usaha masyarakat untuk mengontrol
dan mencegah pengungkapan dorongan primitif, terutama dorongan seksual
dan agresi.
Kecemasan (anxiety)
Kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang
kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi
adaptif yang sesuai. Ada tiga jenis kecemasan:
1. kecemasan realistik (realistic anxiety)
adalah takut kepada bahaya yang nyata ada di dunia luar. Kecemasan
ini menjadi asal muasal timbulnya kecemasan neurotik dan kecemasan
moral.
2. kecemasan neurotik (neurotic anxiety)
adalah ketakutan terhadap hukuman yang bakal diterima dari orang tua
atau unsur penguasa lainnya kalau seseorang memuaskan insting
dengan caranya sendiri, yang diyakininya bakal menuai hukuman.
3. kecemasan moral (moral anxiety)
kecemasan moral timbul ketika orang melanggar standar nilai orang
tua. Perbedaan kecemasan moral dan kecemasan neurotik adalah
perbedaan prinsip yakni : tingkat kontrol ego. Pada kecemasan moral
orang tetap rasional dalam memikirkan masalahnya berkat enerji
superego, sedangkan pada kecemasan neurotik orang dalam keadaan
distres-terkadang panik-sehingga mereka tidak dapat berpikir jelas dan
enerji id menghambat penderita kecemasan neurotik membedakan
antara khayalan dengan realita.
Mekanisme Pertahanan (defense mechanism)
Bagi freud, mekanisme pertahanan adalah strategi yang dipakai individu
untuk bertahan melawan ekspresi impuls id serta menentang tekanan super
ego. Menurutnya, ego mereaksi bahaya munculnya impuls id memakai dua
cara:
a. membentengi
impuls
sehingga
tidak
dapat
muncul
menjadi
tingkahlaku sadar.
b.
membelokkan impuls itu sehingga intensitas aslinya dapat dilemahkan
atau diubah.
Freud
mendeskripsi
tujuh
mekanisme
pertahanan;
identification,
displacement, repression, fictation, regression, reaction formation,
projection. Pengikut-pengikutnya, Anna Freud menambah lebih dari 10
dinamika
mekanisme
pertahanan.
Semua
mekanisme
pertahanan
mempunyai tiga persamaan ciri:
1. mekanisme pertahanan itu beroperasi pada tingkat tak sadar.
2. mekanisme pertahanan selalu menolak, memalsu, atau memutarbalikkan kenyataan.
3. mekanisme pertahanan itu mengubah persepsi nyata seseorang,
sehingga kecemasan menjadi kurang mengancam.
Menurut Freud, jarang ada orang yang memakai hanya satu mekanisme
pertahanan untuk melindungi diri dari kecemasan. Umumnya orang
memakai beberapa mekanisme pertahanan, baik secara bersama-sama atau
secara bergantian sesuai dengan bentuk ancamannya.
Identifikasi(Identification)
Cara
mereduksi
tegangan
dengan
meniru(mengimitasi)
atau
mengidentifikasikan diri dengan orang yang dianggap lebih berhasil
memuaskan
hasratnya
dibanding
dirinya.
Anak
mula-mula
mengidentifikasi orang tuanya karena anak menganggap orang
tuanya omnipotent(maha kuasa), kemudian juga mengidentifikasi
guru, olahragawan, penyanyi rock, dan lain-lainnya. Apabila yang
ditiru itu sesuatu yang positif, secara khusus ini disebut Introyeksi.
Identifikasi sebagai sarana ego dan superego memperoleh enerji
psikis dari id. Konsep identifikasi sebagai mekanisme pertahanan
sejalan dengan konsep pemindahan enerji psikis itu. Ketika ego
mengidentifikasi khayalan mental dengan kenyataan hasil persepsi,
itu berarti suatu hal internal dicocokkan dengan eksternal.
Mekanisme pertahanan identifikasi umumnya dipakai untuk tiga
macam tujuan:
1. identifikasi merupakan cara orang dapat memperoleh kembali
sesuatu(obyek) yang telah hilang. Anak yang merasa ditolak
orangtuanya cenderung membentuk identifikasi yang kuat
dengan orangtuanya itu dengan harapan dapat memperoleh
penerimaan orangtuanya.
2. identifikasi
dipakai
untuk
mengatasi
rasa
takut.
Anak
mengidentifikasi larangan-larangan orangtuanya agar terhindar
dari hukuman.
3. melalui identifikasi orang memperoleh informasi baru dengan
mencocokkan khayalan mental dengan kenyataan. Proses
identifikasi sangat penting dalam dinamika dan perkembangan
kepribadian.
Pemindahan/reaksi kompromi(displacement/reactions compromise)
Manakala obyek kateksis asli yang dipilih oleh insting tidak dapat
dicapai karena ada rintangan dari luar(sosial, alami) atau dari
dalam(antikateksis), insting itu direpres kembali ke ketidaksadaran
atau ego menawarkan kateksis baru, yang berarti pemindahan enerji
dari obyek satu ke obyek yang lain, sampai ditemukan obyek yang
dapat mereduksi tegangan.
Sumber dan tujuan dari insting selalu tetap, obyeknya yang berubahubah melalui displacement. Obyek pengganti jarang dapat memberi
kepuasan atau mereduksi tegangan seperti obyek aslinya, dan
semakin obyek pengganti itu berbeda dengan yang asli, maka
semakin sedikit tegangan dapat direduksi. Proses mengganti obyek
kateksis untuk meredakan ketegangan di atas, adalah kompromi
antara tuntutan insting dengan realitas ego disebut reaksi
kompromi(reaction compromise).
Ada tiga macam reaksi kompromi, yakni sublimasi, substitusi, dan
kompensasi(sublimation, subtitution, compensation).
a. sublimasi adalah kompromi yang menghasilkan prestasi budaya
yang lebih tinggi, diterima
masyarakat sebagai kultural kreatif.
b. substitusi adalah pemindahan atau kompromi di mana kepuasan
yang diperoleh masih mirip dengan kepuasan aslinya.
c. kompensasi adalah kompromi dengan mengganti insting yang
harus dipuaskan. Gagal memuaskan insting yang satu diganti
dengan memberi kepuasan insting yang lain.
Kemampuan untuk membentuk obyek pengganti ini adalah
mekanisme yang paling kuat dalam perkembangan kepribadian.
Semua perhatian, minat, kegemaran, nilai-nilai, sikap, dan ciri
kepribadian orang dewasa menjadi ada berkat pemindahan obyek
ini.
Represi(Repression)
Represi adalah proses ego memakai kekuatan anticathexes untuk
menekan segala sesuatu(ide, insting, ingatan, fikiran) yang dapat
menimbulkan kecemasan keluar dari kesadaran. Dinamika campuran
antara represi dan pemindahan, sebagai berikut:
Fiksasi dan regresi(fixation and regression)
Fiksasi adalah terhentinya perkembangan normal pada tahap
perkembangan tertentu karena perkembangan lanjutannya sangat
sukar sehingga menimbulkan frustasi dan kecemasan yang terlalu
kuat.
Frustasi, kecemasan dan pengalaman traumatik yang sangat kuat
pada tahap perkembangan tertentu, dapat berakibat orang regresi;
mundur ke tahap perkembangan yang terdahulu, dimana dia merasa
puas di sana.
Pembentukan Reaksi(Reaction Formation)
Tindakan defensif dengan cara mengganti impuls atau perasaan yang
menimbulkan
kecemasan
dengan
impuls
atau
perasaan
lawan/kebalikannya dalam kesadaran, misalnya; benci diganti cinta,
rasa bermusuhan diganti dengan ekspresi persahabatan.
Pembalikan(Reversal)
Mengubah status ego dari aktif menjadi pasif, mengubah keinginan
perasaan dan impuls yang menimbulkan kecemasan menjadi ke arah
diri sendiri(seperti turning upon around self), atau seperti reaksi
formasi dengan obyek yang spesifik(pada reaksi formasi perasaan
yang dibalik digeneralisasikan kepada obyek yang luas).
Projection(Projeksi)
Projeksi adalah mekanisme mengubah kecemasan neurotik/moral
menjadi kecemasan realistik, dengan cara melemparkan impulsimpuls internal yang mengancam dipindahkan ke obyek di luar,
sehingga seola-olah ancaman itu terprojeksi dari obyek eksternal
kepada diri orang itu sendiri. Pengubahan ini mudah dilakukan
karena sumber asli kecemasan neurotik/moral itu adalah ketakutan
terhadap hukuman dari luar.
Reaksi Agresi(Aggressive Reactions)
Ego memanfaatkan drive agresif untuk menyerang obyek yang
menimbulkan
frustasi,
menutupi
kelemahan
diri
dengan
menunjukkan kekuatan drive agresinya, baik yang ditujukan kepada
obyek yang asli, obyek pengganti, maupun ditujukan kepada diri
sendiri. Ego membentuk antikateksis, dengan mempertentangkan
insting-insting agar insting yang menjadi sumber tegangan frustasi
dan anxiety tetap berada di bawah sadar.
Intelektualisasi(Intelectualization)
Ego menggunakan logika rasional untuk menerima kateksis obyek
sebagai realitas yang cocock dengan impuls asli. Mengatasi frustasi
dan
anxiety
dengan
memutarbalikkan
realitas
untuk
mempertahankan harga diri. Ada empat macam intelektualisasi
yaitu:
a. rasionalisasi(rationalization): menerima, puas dengan object
cathexes
dengan
mengembangkan
alasan
rasional
yang
menyimpangkan fakta. Ada dua macam rasionalisasi:
1. sour-grape rationalization: menganggap kateksis obyek
yang tidak dapat dicapai sebagai sesuatu yang jelek
2. sweet-lemon rationalization: menganggap kateksis obyek
yang dapat diperoleh sebagai yang terbaik.
b. Isolasi(Isolation): mempertentangkan antara komponen afektif
dengan kognitif, gejala neurosis obsesi kompulsi, di mana
dorongan insting(yang tidak dapat diterima ego) bertahan di
kesadaran, tetapi tanpa perasaan puas atau senang.
c. Undoing: kecemasan dan dosa akibat kegiatan negatif, ditutupi
atau dihilangkan dengan perbuatan positif penebus dosa dalam
bentuk “tingkah laku ritual”.
d. Denial: menolak kenyataan, menolak stimulus atau persepsi
realistik yang tidak menyenangkan dengan mnghilangkan atau
mengganti persepsi itu dengan fantasi atau halusinasi. Denial
menghilangkan “bahaya yang datang dari luar” dengan
mengingkari(mengganggap bahaya itu tidak ada).
Penolakan(escaping-avoiding)
Melarikan diri/menghindar atau menolak stimulus eksternal secara
fisik agar emosi yang tidak menyenangkan tidak timbul. Menghindar
dari ancaman dan menempatkan diri dibawah perlindungan patron.
Orang bisa menghindari ancaman dengan menarik diri menjadi
pertapa atau orang suci, ini disebut mekanisme ascetism.
Pengingkaran (Negation)
Impuls-impuls yang direpres diekspresikan dalam bentuk yang
negatif, semacam denial terhadap impuls/drive, impuls id yang
menimbulkan ancaman oleh ego diingkari dengan memikirkan hal
itu tidak ada.
Penahanan Diri (Ego Restriction)
Menolak usaha berprestasi, dengan menganggap situasi yang
melibatkan usaha itu tidak ada, karena cemas kalau-kalau hasilnya
buruk/negatif. Mempertahankan self-esteem (yang terancam dari
gambaran diri berprestasi negatif), dengan menolak aktivitas yang
dapat dibandingkan hasilnya dengan hasil orang lain, memilih
kedudukan sebagai pengamat atau penilai.
D. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Freud adalah teoritisi pertama yang memusatkan perhatiannya kepada
perkembangan kepribadian, dan menekankan pentingnya peran masa bayi
dan awal anak dalam membentuk karakter seseorang. Freud yakin bahwa
struktur dasar kepribadian sudah terbentuk pada usia 5 tahun, dan
perkembangan kepribadian sesudahnya sebagian besar hanya merupakan
elaborasi dari struktur dasar tadi.
Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi tiga tahapan, yakni
tahap infantil (0-5 tahun), tahap laten (5-12 tahun), dan tahap genital (>12
tahun). Tahap infantil yang paling menentukan dalam membentuk
kepribadian, terbagi menjadi tiga fase, yakni fase oral, fase anal, dan fase
falis. Pada umumnya kemasakan kepribadian dapat dicapai pada usia 20
tahun.
1. Fase Oral (usia 0;0 – 1;0)
Pada fase ini mulut merupakan daerah pokok aktivitas dinamik atau daerah
kepuasan seksual yang dipilih oleh insting seksual. Kepuasan yang
berlebihan pada fase oral, akan membentuk oral incorporation personality
pada masa dewasa, yakni orang menjadi senang/fiksasi mengumpulkan
pengetahuan atau mengumpulkan harta benda, atau gampang ditipu
(mudah menelan perkataan orang lain). Sebaliknya, ketidakpuasan pada
fase oral, sesudah dewasa orang menjadi tidak pernah puas, tamak
(memakan apa saja) dalam mengumpulkan harta.
Tahap ini secara khusus ditandai oleh berkembangnya perasaan
ketergantungan, mendapat perlindungan dari orang lain, khususnya ibu.
2. Fase Anal (usia 1;0 – 2/3;0)
Pada fase ini dubur merupakan daerah pokok aktivitas dinamik, kateksis,
dan antikateksis berpusat pada fungsi eliminer (pembuangan kotoran).
Freud yakin toilet training adalah bentuk mula dari belajar memuaskan id
dan superego sekaligus, kebutuhan id dalam bentuk kenikmatan sesudah
defekasi dan kebutuhan superego dalam bentuk hambatan sosial atau
tuntunan sosial untuk mengontrol kebutuhan defekasi. Semua bentuk
kontrol diri (self control) dan penguasaan diri (self mastery) berasal dari
fase anal.
3. Fase Falis (phallic) (usia 2/3;0 – 5/6;0)
Pada fase ini alat kelamin merupakan daerah erogen terpenting.
Masturbasi menimbulkan kenikmatan yang besar. Pada saat yang sama
terjadi peningkatan gairah seksual anak kepada orang tuanya yang
mengawali
berbagai
pergantian
kateksis
obyek
yang
penting.
Perkembangan terpenting pada masa ini adalah timbulnya Oedipus
complex, yang diikuti fenomena castration anxiety (pada laki-laki) dan
penis envy (pada perempuan).
Oedipus kompleks adalah kateksis obyek seksual kepada orang tua yang
berlawanan jenis serta permusuhan terhadap orang tua sejenis. Pada
mulanya, anak (laki dan perempuan) sama-sama mencintai ibu yang telah
memenuhi kebutuhan mereka dan memandang ayah sebagai saingan dalam
merebut kasih sayang ibu. Pada anak laki-laki, persaingan dengan ayah
berakibat anak cemas kalau-kalau ayah memakai kekuasaannya untuk
memenangkan persaingan merebut ibunya. Dia cemas penisnya akan
dipotong oleh ayahnya yang disebut cemas dikebiri atau castration anxiety.
Kecemasan ini mendorong anak laki-laki mengidentifikasi ayahnya.
Ketakutan ini juga menyebabkan ditekannya keinginan seksual terhadap
ibu dan rasa permusuhan terhadap ayahnya.
Pada anak perempuan rasa sayang kepada ibu berubah menjadi kecewa
dan benci ketika tahu kelaminnya berbeda dengan anak laki-laki. Ibunya
dianggap bertanggung jawab terhadap kastrasi kelaminnya, sehingga anak
perempuan mentransfer cintanya kepada ayahnya yang memiliki organ
berharga (yang juga ingin dimilikinya). Tetapi perasaan cinta itu
bercampur dengan perasaan iri penis (penis envy) baik kepada ayah
maupun kepada laki-laki secara umum. Oedipus kompleks pada wanita
tidak direpres, cinta kepada ayah tetap menetap walaupun mengalami
modifikasi karena hambatan realistik pemuasan seksual itu sendiri.
4. Fase Laten (Latency) (usia 5/6;0 – 12/13;0)
Dari usia 5 atau 6 tahun sampai remaja, anak mengalami periode peredaan
impuls seksual, disebut periode laten. Menurut Freud penurunan terjadi
karena tidak adanya daerah erogen baru yang dimunculkan oleh
perkembangan biologis.
Pada fase ini anak mengembangkan kemampuan sublimasi, yakni
mengganti kepuasan libido dengan kepuasan nonseksual, khususnya
bidang intelektual,atletik,keterampilan,dan hubungan teman sebaya. Anak
menjadi lebih mudah mempelajari sesuatu dibandingkan dengan masa
sebelum dan sesudahnya (masa pubertas).
5. Fase Genital (usia 12/13;0 – dewasa)
Fase ini dimulai dengan perubahan biokimia dan fisologi dalam diri
remaja. Sistem endokrin memproduksi hormon-hormon yang memicu
pertumbuhan tanda-tanda seksual sekunder (suara, rambut, buah dada, dll),
dan pertmbuhan seksual primer. Pada fase ini impuls seks mulai disalurkan
ke obyek di luar, seperti; berpartisipasi dalam kegiatan kelompok,
menyiapkan karir, cinta lain jenis, perkawinan dan keluarga. Pada fase
falis, kateksis genital mempunyai sifat narkistik terjadi perubahan dari
anak yang narkistik menjadi dewasa yang berorientasi sosial, realistik, dan
altruistik.