Kepribadian konsumen wanita tipe kepribadian

KEPRIBADIAN
Menurut Ujang Sumarwan (2011) menyatakan bahwa:
• Kepribadian berkaitan dengan adanya perbedaan karakteristik
yang paling dalam pada diri (inner psychological
characteristic) manusia, perbedaan karakteristik tersebut
menggambarkan ciri unik dari masing-masing individu.
Kepribadian menggambarkan perbedaan individu.
• Kepribadian menunjukkan karakteristik yang terdalam dari
pada diri manusia yang merupakan gabungan dari banyak
faktor yang unik. Kepribadian yang berbeda menunjukkan
perilaku seseorang yang menggambarkan perbedaan dengan
orang lain.

LANJUTAN
• Kepribadian menunjukkan konsistensi dan berlangsung
lama. Kepribadian menunjukkan karakteristik individu
telah berbentuk sejak kecil dan telah mempengaruhi
perilaku individu secara konsisten dan waktu yang lama.
• Kepribadian cenderung bersifat permanen. Sifat manusia
yang menyebabkan perilaku orang tersebut konsisten
sepanjang waktu.Kepribadian dapat berubah kepribadian

yang menununjak suata karakteristik yang dapat
berubah. Kepribadian bersifat permanen, bukan berarti
tidak bias berubah. Situasi bias menyebabkan seseorang
mengubah kepribdiannya.

LANJUTAN
• Kepribadian merupakan reaksi terhadap lingkunganà
berhubungan dengan respon seseorang/adaptasi terhadap
lingkungan sesuai karakteristik psikologis yg dimilikinya.
• Faktor pembentuk kepribadian meliputi
1. Keturunan : factor kepribadian orang tua
2. Lingkungan: lingkungan tertentu kepribadian bisa berubah
3. Situasi: kondisi tertentu kepribadian bisa berubah

TEORI KEPRIBADIAN
• FREUD
Teori ini menyatakan bahwa kebutuhan yang tidak disadari
(unconscious needs) atau dorongan dari dalam diri manusia
(drive), seperti dorongan seks dan kebutuhan biologis adalaj initi
dari motivasi dari kepribadian manusia. Menurut Freud,

kepribadian manusia terdiri atas 3 unsur yang saling berinteraksi,
yaitu Id, Ego, dan Superego.

LANJUTAN
• Aplikasi Teori Kepribadian Freud dalam Pemasaran
Secara naluriah laki laki menyukai wanita dan begitu juga
sebaliknya. Inilah unsur Id dari laki laki maupun wanita. Hal ini
sering digunakan oleh pemasaran dengan menggunakan artis,
model dll untuk menjadi model iklan produknya. Pada unsur
superego yang kuat pada pemerhati iklan mendorong mereka
mempertimbangkan norma norma dan etika, serta nilai nilai
agama sebagai landasan perilakunua, karena itu mereka sangat
tidak setuju dengan iklan iklan yang menonjolkan aspek seksual
tersebut.

TEORI KEPRIBADIAN
Teori Neo Feud (kebalikan dari Freud)
• Teori neo-freud (teori sosial psikologi menekankan bahwa
manusia berusaha untuk memenuhi apa yang dibutuhkan
masyarakat dan masyarakat membantu individu dalam

memenuhi kebutuhan dan tujuannya. Hubungan sosial adalah
faktor dominan dalam pembentukan dan pengembangan
kepribadian manusia.
• Teori sosial psikologi dipengaruhi oleh : lingkungan sosial,
motivasi perilaku. Model kepribadian menurut Hoorney:
Compient, Agresive, detected. Semua orang memiliki sifat ini
tapi yang paling dominan lah yang memberikan respon
terhadap lingkungan.

TEORI KEPRIBADIAN
Teori Cirri
• Teori Ciri (Trait) adalah teori yang mengklasifikasikan manusia
kedalam karakteristik atau sifat atau cirinya yang paling
menonjol. Teori ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dalam mengukur kepribadian. Teori ini yang paling banyak
digunakan dan diaplikasikan.

GAYA HIDUP (LIFESTYLE)
1. Gaya hidup didefinisikan sebagai pola dimana orang hidup
dan menggunakan uang dan waktunya.

2. Gaya hidup biasanya digunakan untuk mengekspresikan
kepribadian (internal) /perilaku (eksternal). Gaya hidup bisa
berubah /cepat berubah, mengubah pola konsumsi
seseorang.
3. Kaitan antara gaya hidup dan kepribadian ialah kepribadian
merefleksikan karakteristik internal dari konsumen
sedangkan gaya hidup menggambarkan manifestasi eksternal
dari karakteristik tersebut yaitu perilaku seseorang.

HUBUNGAN KEPRIBADIAN DAN PERILAKU
KONSUMEN
• Dogmatisme dalam Memasarkan Produk
Dogmatisme adalah sebuah kepribadian, ciri yang menggunakan tingkat
kekakuan seseorang dalam menerima segala sesuatu yang tidak dikenal atau
menerima informasi yang bertentangan dengan kepercayaan yang dimiliki.
Karakter sosial merupakan sebuah kepribadian ciri yang memiliki arti sebagai
inner directedness sampai kepada other directedness.
• Penggunaan Konsep Kepribadian dan Gaya Hidup dalam Memasarkan
Produk
Pemasar menggunakan konsep kepribadian dan gaya hidup dengan cara

menganalisis kepribadian dan gaya hidup masyarakat. Gaya hidup
digambarkan dengan kegiatan, minat, dan opini konsumen. Biasanya, gaya
hidup tidak permanen dan cepat berubah sehingga dengan menggunakan
konsep tersebut pemasar dapat mempromosikan produknya.

LANJUTAN
• Pendidik Konsumen Menggunakan Kepribadian dan Gaya
Hidup dalam Mengubah Kebiasaan dan Budaya Buruk
Pendidik konsumen menggunakan konsep kepribadian dan
gaya hidup dalam mengubah kebiasaan dan budaya buruk. Hal
ini dapat terjadi karena perubahan gaya hidup akan mengubah
pola konsumsi seseorang. Pendidik menggunakan menggunakan
pendekatan gaya hidup konsumen dalam berkomunikasi melalui
iklan yang mengungkapkan kebiasaan-kebiasaan positif sehingga
konsumen mengikuti kebiasaan baik yang diiklankan tersebut

Teori Konsep Diri :
Loudon dan Della Bitta (1993) menyatakan bahwa 4 teori utama tentang
konsep ciri, yaitu:
•Self-Appraisal. Teori ini menyatakan bahwa konsep diri seseorang terkait

dengan perilakunya yang diterima masyarakat atau ditolak masyarakat
•. Reflected Appraisal. Teori ini menyatakan bahwa konsep diri akan
terbentuk karena seseorang menerima penghargaan dari orang lain.
•Social Comparison. teori ini lebih menekankan bahwa konsep diri
seseorang sangat bergantung bagaimana dia memandang dirinya dalam
kaitannya dengan orang lain.
•Biased Scanning. teori ini mengemukakan bahwa konsep diri sangat
terkait dengan motivasi dan biased scanning, yaitu bagaimana
pandangan seseorang terhadap lingkungannya.

Dimensi Konsep Diri :
Konsep diri terdiri dari 5 komponen (Stuart & Sundeen, 2005 dalam Fatimah ) yaitu :
• Gambaran diri.
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar atau tidak sadar
termasuk persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk, fungsi penampilan dan
potensi tubuh saat ini dan masa lalu.
• Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku sesuai dengan
standar pribadi. Standar ini dapat berhubungan dengan tipe orang atau sejumlah aspirasi
cita-cita nilai yang di capai.

• Harga diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang akan dicapai dengan analisa
seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri.
• Peran
Peran adalah pola sikap, prilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang
berdasarkan posisinya di masyarakat.
• Identitas
Identitas adalah kesadaran akan diri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang
merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh.

Blyte (2008) menyebutkan lima komponen dari konsep diri, yaitu :
• Real Self adalah konsep diri yang sesungguhnya sebagaimana orang lain melihat
kita.
• Self-image adalah konsep diri yang subjektif sebagaimana kita melihat diri kita.
• Idela Self adalah konsep diri seperti apa yang kita inginkan.
• Looking-glass self adalah konsep diri sosial, yaitu bagaimana pikiran kita tentang
pandangan orang lain terhadap diri kita.
• Possible selves adalah konsep diri yang mungkin terjadi pada diri kita, yaitu
kontrol diri yang diinginkan untuk dapat terjadi.


Hubungan antar komponen konsep diri, yaitu :








Self-monitoring
Menurut Blythe(2008), seseorang akan memperbaiki konsep dirinya dengan memodofikasi
perilakunya sesuai dengan masukan dari orang lain
Independent dan Interdependent Slf-Concept
Hawkins dan Motherbaugh (2010) menyatakan bahwa para ahli membagi konsep diri menjadi
dua, yaitu independent self-concept dan interdependent self-concept. Independent self-concept
dipengaruhi oleh budaya Barat yang menyatakan bahwa tidak ada keterlibatan antarindividu.
Seseorang interdependent self-concept cenderung individualistis, otonom, percaya diri, dan
pendiam.
Extended Self atau Symbolic Interactionism
Solomon (2007) dan Hawkins and Mothersbaugh (2010) menyatakan terdapat dimensi lain yang

disebut extended selfI (diri yang diperluas). Dimensi ini memberikan penjelasan bahwa pilihan
produk tidak hanya dipengaruhi oleh citra diri. Selain itu menurut Mowen dan Minor (1998)
menyatakan bahwa konsep tersebut menjelskan citra diri konsumen yang dipengaruhi oleh
produk yang digunakan konsumen tersebut. Citra diri konsumen akan terbentuk karena
konsumen menggunakan produk yang memiliki nila simbolik (badge value).
The Person as Artwork
Blyte (2008) mengemukakan bahwa pada dasarnya seseorang memainkan banyak peran, dan ia
berusaha untuk mendapatkan pengakuan dari orang-orang sekelilingnya atas peran yang
dimainkannya tersebut.

Konsep Diri dan Budaya
konsep diri ada 2 kategori:

Konsep Diri yang
Bersifat Independent
(Barat)

Konsep Diri yang
Bersifat
Interdependent

(Asia)

Konsep Diri dan Prilaku Konsumen
citra produk atau
merek dengan
persepsi terhdap
dirinya

.

Konsep Cermin Diri dan Kesadaran Diri
proses terjadinya reaksi setelah melihat tindakan seseorang.
Reaksi orang lain terhadap perilaku yang telah dilakukan
seseorang sering kali dapat membantu seseorang untuk
mengenali identitas atau konsep dirinya.

Produk yang Membentuk Konsep Diri
Kita adalah Apa yang Kita Konsumsi

Teori symbolic self completion

seseorang yang menganggap konsep dirinya kurang sempurna
karena berbagai kelemahan

Hilangnya Konsep Jati Diri
Orang-orang yang kehilangan barang pendukung sosial

Hubungan Konsep Diri dan Strategi
Pemasaran
Gaya hidup didefinisikan sebagai
pola dimana orang hidup dan
menggunakan uang dan waktunya
(Engel, Blackwell dan Miniard,
1995).

Konsep
diri
Gaya Hidup
Merk
barang
dan
jasa

Gaya hidup mencerminkan
pola konsumsi yang
menggambarkan pilihan
seseorang bagaimana ia
menggunakan waktu dan uang
(Solomon, 1999)

RISET TENTANG KONSEP DIRI
Loudon dan Della Bitta (1993) menyimpulkan beberapa hasil penelitian yang dapat diringkaskan sebagai berikut :

• Beberapa hasil penelitian mendukung adanya hubungan antara persepsi merek dengan
persepsi diri. Konsumen lebih menyukai atau cenderung menggunakan merek yang
memiliki citra sesuai dengan konsep diri aktual konsumen tersebut.
• Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa konsumen lebih menyukai atau
cenderung menggunakan merek yang memiliki citra sesuai dengan konsep diri ideal
konsumen tersebut.
• Hubungan kesesuaian antara citra merek/konsep diri sosial konsumen dengan
preferensi merek, kecenderungan pembelian dan loyalitas belum dapat dibuktikan oleh
riset.
• Ada sedikit bukti yang menunjukkan adanya hubungan persepsi diri sebagai feminin
atau maskulin dengan pembelian produk yang dipandang memiliki citra feminin atau
maskulin.
• Tidak ada bukti yang kuat untuk mendukung argumentasi bahwa conspicuous produk
(produk yang diperlihatkan atau dikonsumsi dalam setting sosial) mempengaruhi
hubungan antara kesesuaian merek/ citra diri dengan preferensi sebuah merek.
• Beberapa hasil penelitian menyimpulkan adanya beberapa faktor yang mepengaruhi
hubungan antara kesesuaian citra diri/merek dengan perilaku terhadap merek.

Konsep Diri Virtual

Ada berbagai alasan mengapa seorang konsumen dapat mengganti
identitas dirinya di dunia maya :
• Untuk menyembunyikan identitas diri yang sebenarnya, agar ia dapat
berbicara bebas tanpa harus diketahui identitas diri yang sebenarnya.
• Mungkin dia ingin menutupi kelemahan dirinya, ia ingin tampil sabgai
diri yang sempurna di hadapan teman virtualnya.
• Konsumen tersebut menjadikan media chat sebagai uji coba apakah ia
mampu tampil dengan kepribadian yang baru di hadapan orang baru.
• Ada kemungkinan konsumen memiliki motif buruk untuk menipu atau
mengelabui konsumen lain dengan memberikan identitas palsu.

Hubungan Merk dengan Konsep Diri
Escalas, Jennifer, Anne Edson (1996 dalam Ujang ) dalam disertasinya
mengembangkan suatu kerangkan konseptual yang menggambarkan
bagaimana seseorang membangun hubungan personel dengan suatu
merek produk tertentu. Ide dasar dari konsep ini adalah bahwa
seseorang membangun hubungan dengan merek, dengan
menghubungkan narasi merek dan diri pribadi. Escalas (1996) juga
mengemukakan suatu konsep yang disebut meaningful self-brand
connections, yang terdiri atas tiga komponen :narrative though, the
self, and affect. Narrative though adalah suatu struktur berpikir yang
membantu kita untuk mengoraganisir dan memahami kejadian,
situasi, dan orang-orang, dan juga respons emosional terhadap
kejadian, situasi dan orang-orang tersebut dalam hal ini merk. The
self adalah diri yang dikonseptualisasikan. Affect adalah perasaan
seseorang tentang preferensi atau kesukaan terhadap suatu merek.