Mainan dan Film Seorang Anak dalam Memah

TUGAS SOSIOLOGI KOMUNIKASI

DISUSUN OLEH :

DIORITANIA PUTRI ANDINY
(20130530192)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POOLITIK
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
2013

Mainan dan Film :

Seorang Anak dalam
Memahami Arti “Superhero”
yang Sebenarnya
Zaman sekarang, siapa yang tidak punya mainan? Hampir semua orang
mempunyai mainan. Mainan bukan hanya dijadikan sebagai pajangan di rumah
ataupun untuk menghibur diri sendiri. Tapi tahukah anda, jika mainan bisa
dijadikan sebagai bahan pembelajaran bagi anak? Hampir semua mainan dapat
dijadikan bahan pembelajaran bagi anak. Salah satu contohnya yaitu miniatur

superhero yang diangakat dari film dibioskop. Seperti Spiderman, Batman,
Superman, dan X-man. Satu hal yang pasti, semua tokoh tersebut ialah seorang
superhero.
Superhero ialah seorang atau sekelompok orang yang menjadi pahlawan
dalam memberantas kejahatan di dunia dalam cerita fiksi. Dalam kata lain,
superhero bisa diartikan sebagai pahlawan. Superhero sangat digandrungi oleh
banyak kalangan. Mulai dari anak kecil, remaja, dewasa, bahkan hinggak orang
yang telah berusia lanjut. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa penggemar tebanyak
superhero ialah anak kecil.
Sebenarnya, banyak sisi positive dari yang kita dapat dari mainan. Seperti
kita menjadi lebih kretif. Namun, mainan bisa memberikan suatu pemikiran yang
dapat disalah artikan oleh anak anak. Kebanyakan mainan ada karena adanya
sebuah film. Film merupakan salah satu bentuk seni audio-visual hasil dari
perkembangan ilmu dan teknologi informasi yang bersifat kompleks, menghibur,
dan universal. Di dalam realitas, film adalah bentuk kesenian yang merupakan
media hiburanmassa. Dalam kapasitasnya, film mempunyai empat fungsi dasar:
fungsi informasi,instruksional, persuasif dan hiburan (Siregar, 1985: 29).
Sebagian besar film menggambarkan sosok superhero identik dengan
maskulinitas. Sosok superhero laki-laki yang ditampilkan adalah berparas tampan,
berkulit putih, muda, dan bertubuh kekar. Superhero ditampilkan sebagai

seseorang yang memerangi kejahatan dan selalu menang. Seorang superhero juga
selalu benar di mata orang lain. Simbol hero dalam film-film yang
direpresentasikan melalui tokoh protagonis lebih sering ditampilkan sebagai sosok
yang kuat dengan tubuh berotot karena seorang hero harus melakukan tindakantindakan berani dan berbahaya untuk melindungi yang lemah (Adi, 2008:104)

Semua superhero merupakan sebuah ideologi , serangkaian ide dan
pandangan dunia . Karena superhero mewakili cita-cita budaya kita, moralitas dan
kekuasaan. Superhero membuat pandangan individu tentang idealitas. Semua itu
terdapat di dalam film superhero. Setelah anak-anak menonton film superhero
tersebut, mereka akan menjadikan apa yang mereka liat menjadi persepsi bagi
mereka. Karena anak kecil belum bisa menyaring informasi yang mereka dapat.
Apalagi jika mereka melihat film tersebut berulang ulang kali. Ada beberapa
faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi. Salah satunya, pengulangan atau
repetition.
Pengulangan-pengulangan tindakan dalam menanggapi situasi baru itu
sangat penting sehingga seseorang mampu menemukan tindakan yang tepat dan
dilakukan secara terus menerus agar lebih tajam dalam tindakan atau respon
terhadap sesuatu.
Jadi, dapat kita ketahui, sesuatu yang kita lihat terus
menerus akan menjadikan hal tersebut menjadi sebuah konsep bagi kita. Anakanak sering menonton film superhero, dan mereka juga memainkan mainan

superhero tersebut. Sedikit demi sedikit mereka memahami apa arti seorang
superhero. Arti superhero yang ada di film pastinya. Mereka akan memahami
bahwa seorang pahlawan itu ialah seseorang yang selalu menang saat bertarung.
Padahal apakah itu sebenarnya arti pahlawan? Tidak bukan?
Pahlawan berarti orang yang dari dirinya menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Jadi, superhero atau pahlawan bukan
hanya orang yang berperawakan tinggi, ganteng, berkulit putih, dan menang dalam
sebuah pertarungan. Tapi siapapun yang berjuang atas nama kebenaran, keadilan
dan sesuatu yang dicintainya asal tidak diwujudkan dengan cara-cara yang
bertentangan dengan norma yang berlaku dalam masyarakatnya, pantas disebut
sebagai pahlawan. Seperti seorang guru, para ulama, dan orang tua kita.
Anak anak yang sering menonton film film tersebut takutnya susah untuk
menerima arti dari pahalawan yang sesungguhnya, karena dari kecil, ia sudah
disuguhi “pahlawannya” sendiri. Maka, akan lebih bagus jika sebuah miniatur atau
mainan tidak hanya berupa tokoh tokoh superhero yang ada di film. Tapi, seorang
pahlawan yang sebenarnya. Dengan begitu, anak-anak tidak hanya terpatok
terhadap “pahlawan fiksi” tersebut.

Justice League adalah tim superhero komik di DC Comics Universe.
Selama bertahun-tahun mereka telah menampilkan sejumlah besar karakter dalam

berbagai kombinasi. Pahlawan yang terdapat dalam justice league sangatlah
banyak. Beberapa diantaranya ialah superhero yang berada pada gambar di atas.
Nama nama superhero yang terdapat digambar di atas dari kiri ke kanan ialah,
AquaMan, Green Lantern, Wonder Women, Superman, Batman, Flash, dan Cyborg.
Walaupun karakter mereka berbeda satu sama lain, namun mereka mempunyai
banyak kesamaan. Dari bentuk tubuh misalnya. Dapat kita lihat, bentuk tubuh
mereka tegap, berotot, dan mempunyai kulit berwarna putih.

Hampir semua superhero memiliki wajah putih dan berparas tampan. Seperti
Superman, dan Spiderman.

DAFTAR PUSTAKA



Siregar, Ashadi. 1985. Film, Sebuah Pengantar. Yogyakarta, Universitas
Gadjah Mada
Adi, Ida Rochani. 2008. Mitos di Balik Film Laga Amerika. Yogyakarta,
Gadjah Mada University Press


Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24