Landasan teori sistem metode PBP

Dalam Arends (1997 : 155) "pengajaran berbasis masalah
dikenal dengan nama lain seperti Problem–Based Instruction (Pengajaran
berbasis masalah), Project-Based Teaching (pengajaran berdasar proyek) dan
Experience-Based Education (Pendidikan berdasar pengalaman)"

seperti pernyataan Nurhadi (2004:77) bahwa :
"Pembelajaran berbasis proyek membutuhkan suatu pendekatan pengajaran
komprehensif di mana lingkungan belajar siswa didesain agar siswa dapat
melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah autentik termasuk
pendalaman materi dari suatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan tugas
bermakna lainnya"

Hal ini sesuai dengan pendapat
Djamarah, S. B ( 2005 : 226 ) bahwa :" Dari empat metode, yaitu pemberian
tugas, eksperimen, proyek dan diskusi dapat dikembangkan seluruh
ketrampilan proses, yaitu kemampuan mengamati, menggolongkan,
menafsirkan, menerapkan da mengkomunikasikan".

Metode proyek merupakan suatu teknik instruksional yang melibatkan
penggunaan alat dan bahan yang diusahakan oleh siswa secara perorangan atau
kelompok kecil siswa, untuk mencari jawaban terhadap suatu masalah dengan 211


perpaduan teori-teori dari berbagai bidang studi.(Dahar, R.W, 1986: 16 )

Metode proyek juga memiliki ciri pengajaran berbasis masalah,
salah satu diantaranya adalah didahului dengan menentukan masalah
seperti pendapat Rooijakkers (1991: 90) "bahwa pengajar terlebih dahulu
menentukan suatu pokok masalah kemudian murid mengerjakannya. Disitu
pengajar bertindak sebagai pengawas, sedangkan murid harus mencari hal
yang dapat mereka ketahui dari pokok masalah itu. Secara bersama- sama
murid menyusun tata kerja yang diperlukan, mencari sumber-sumber
keterangan, membagi tugas dan mengerjakannya" Jadi suatu proyek dapat
dilakukan dengan urutan langkah sebagai berikut: diawali dengan pengajar
mengajukan sejumlah masalah yang harus dipecahkan melalui kerja proyek,
sebelum pembentukan kelompok setiap siswa dapat mententukan pokok
masalah, misalnya dengan dasar minat siswa. Selanjutnya siswa membentuk
kelompok kecil, berdiskusi menentukan langkah penyelesaian masalah.
Bersama dengan kelompoknya, siswa menyusun cara kerja dalam
proyeknya. Selain hal itu siswa mencari sumber berupa buku-buku tertentu
yang diperlukan. atau menggunakan teknologi komunikasi (misalnya :
internet). Setelah menyiapkan alat, mereka mengadakan penyelidikan dan


mengumpulkan segala hal yang dipandang penting bagi masalah tersebut.
Setelah proyek dilaksanakan siswa menyusun laporan tertulis dan melakukan
publikasi dari hasil penyelesaian masalah, misalnya disampaikan dalam suatu
wawancara atau mengadakan pameran., majalah dinding ataupun acara tanya
jawab di kelas mereka.

Yudi Purnawan, 2007 (http://www. purnawan.wordpress.com) tentang
pengertian pembelajaran berbasis proyek (PBP) menurut beberapa ahli:
a. Pembelajaran berbasis proyek adalah pembelajaran sistematik yang
mengikutsertakan siswa ke dalam pembelajaran pengetahuan dan
keahlian yang kompleks, pertanyaan authenticdanperancangan produk
dan tugas [University of Nottingham, 2003].
b. Pembelajaran berbasis proyek adalah pendekatan cara pembelajaran
secara konstruktif untuk pendalaman pembelajaran dengan pendekatan
berbasis riset terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot,
nyata dan relevan bagi kehidupannya [Barron, B. 1998, Wikipedia].
c. Pembelajaran berbasis proyek adalah pendekatan komprehensif untuk
pengajaran dan pembelajaran yang dirancang agar siswa melakukan
riset terhadap permasalahan nyata.[Blumenfeld et Al. 1991].

d. Pembelajaran berbasis proyek adalah cara yang konstruktif dalam
pembelajaran menggunakan permasalahan sebagai stimulusdan
berfokus kepada aktifitas siswa. [Boud & Felleti, 1991].
Ada tiga kategori umum penerapan proyek untuk siswa, yaitu
mengembangkan keterampilan, meneliti permasalahan, dan menciptakan solusi.
Kreativitas dari suatu proyek membantu perkembangan pertumbuhan individu.
Pada pembelajaran berbasis proyek (PBP), siswa dilibatkan dalam memecahkan
permasalahan yang ditugaskan, mengizinkan siswa untuk aktif membangun dan
mengatur pembelajarannya, dan dapat menjadikan siswa yang realistis.
Pendekatan ini mengacu pada hal-hal sebagai berikut.

1. Kurikulum
Pembelajaran berbasis proyek (PBP) tidak seperti pada kurikulum
tradisional, karena memerlukan suatu strategi sasaran dimana proyek
sebagai pusat.
2. Responsibility
Pembelajaran berbasis proyek (PBP) menekankan responsibility dan
answerability para siswa ke diri dan panutannya.
3. Realisme
Kegiatan siswa difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi

yang sebenarnya. Aktivitas ini mengintegrasikan tugas otentik dan
menghasilkan sikap profesional.
4. Active-learning
Menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan dan keinginan
siswa untuk menemukan jawaban yang relevan, sehingga dengan
demikian telah terjadi proses pembelajaran yang mandiri.
5. Umpan Balik
Diskusi, presentasi, dan evaluasi terhadap para siswa menghasilkan
umpan balik yang berharga. Ini mendorong kearah pembelajaran
berdasarkan pengalaman.
6. Keterampilan Umum
Pembelajaran berbasis proyek (PBP) dikembangkan tidak hanya pada
ketrampilan pokok dan pengetahuan saja, tetapi juga mempunyai
pengaruh besar pada keterampilan yang mendasar seperti pemecahan
masalah, kerja kelompok, dan self management.

7. Driving Questions
Pembelajaran berbasis proyek (PBP) difokuskan pada pertanyaan atau
permasalahan yang memicu siswa untuk berbuat menyelesaikan
permasalahan dengan konsep, prinsip dan ilmu pengetahuan yang

sesuai.
8. Constructive Investigations
Sebagai titik pusat, proyek harus disesuaikan dengan pengetahuan
para siswa.
9. Autonomy
Proyek menjadikan aktivitas siswa sangat penting.

Dalam pelaksanaannnya pembelajaran berbasis proyek (PBP) memiliki
prinsip belajar yang berpusat pada siswa sehingga membuat siswa aktif, kreatif,
inovatif dalam mengikuti proses pembelajaran, adapun prinsip dari pembelajaran
berbasis proyek (PBP) yaitu sebagai berikut :
1. Siswa dituntut bertanggung jawab atas pendidikan yang mereka jalani,
serta diarahkan untuk tidak terlalu tergantung pada guru.
2. Membentuk siswa mandiri yang dapat melanjutkan proses belajar
pada kehidupan dan karir yang akan mereka jalani.
3. Guru lebih berperan sebagai fasilitator atau tutor yang memandu siswa
menjalani proses pendidikan.
4. Memberi tantangan pada siswa untuk lebih mengembangkan
ketrampilan berpikir kritis dan mampu meyelesaikan masalah secara
efektif.

5. Proses belajar dibentuk dari ketidak teraturan dan kompleksnya

masalah, hal tersebut digunakan sebagai pendorong bagi siswa untuk
belajar mengintegrasikan dan mengorganisasi informasi yang didapat
sehingga nantinya dapat selalu diingat dan diaplikasikan untuk
menyelesaikan masalah yang akan dihadapi.

Ada beberapa petunjuk dan langkah-langkah dalam pembelajaran berbasis
proyek (PBP) yang harus dilakukan pada saat proses pembelajaran diantaranya
yaitu menurut Sigit Antonius, 2009 (http://sigit-antonius.blogspot.com)
menjelaskan langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek sabagai berikut :
1. Memaparkan judul/topik proyek yang akan dibahas
Judul ini adalah suatu tema yang menarik dan kontekstual, yang
didalamnya akan didalami dengan multidisipliner dan dalam satu
kurikulum tingkat jenjang kelas.
2. Tinjauan proyek dari berbagai kompetensi dasar yang hendak dicapai
Dengan melihat kurikulum tentukan pelajaran apa saja yang bisa
diintegrasikan. Misalnya pelajaran IPA tentang panampakan alam dan
peristiwa alam yang ada di Indonesia, perilaku manusia yang
mempengaruhi peristiwa alam. Usaha untuk menjaga kelestarian alam.

3. Membagi siswa kedalam kelompok kecil (maksimal perkelompok 5
orang).
4. Siswa diminta untuk mencari data/bahan presentasi di berbagai
sumber misal buku, majalah, wawancara dengan orang dll.
5. Buat rubrik penilaiannya untuk menentukan matapelajaran yang di
integrasikannya.
6. Kelompok akan menyusun laporan sederhana tentang proyek yang

dilakukan.
7. Membuat batas waktu pengerjaan kapan dimulai dan kapan
mempresentasikannya.
8. Presentasi prodak. Penilaian berdasarkan rubrik yang telah dibuat.

Ada beberapa petunjuk dan langkah-langkah dalam pembelajaran berbasis
proyek (PBP) yang harus dilakukan pada saat proses pembelajaran diantaranya
yaitu menurut Sigit Antonius, 2009 (http://sigit-antonius.blogspot.com)
menjelaskan langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek sabagai berikut :
1. Memaparkan judul/topik proyek yang akan dibahas
Judul ini adalah suatu tema yang menarik dan kontekstual, yang
didalamnya akan didalami dengan multidisipliner dan dalam satu

kurikulum tingkat jenjang kelas.
2. Tinjauan proyek dari berbagai kompetensi dasar yang hendak dicapai
Dengan melihat kurikulum tentukan pelajaran apa saja yang bisa
diintegrasikan. Misalnya pelajaran IPA tentang panampakan alam dan
peristiwa alam yang ada di Indonesia, perilaku manusia yang
mempengaruhi peristiwa alam. Usaha untuk menjaga kelestarian alam.
3. Membagi siswa kedalam kelompok kecil (maksimal perkelompok 5
orang).
4. Siswa diminta untuk mencari data/bahan presentasi di berbagai
sumber misal buku, majalah, wawancara dengan orang dll.
5. Buat rubrik penilaiannya untuk menentukan matapelajaran yang di
integrasikannya.
6. Kelompok akan menyusun laporan sederhana tentang proyek yang

dilakukan.
7. Membuat batas waktu pengerjaan kapan dimulai dan kapan
mempresentasikannya.
8. Presentasi prodak. Penilaian berdasarkan rubrik yang telah dibuat.

Menurut Ignasius Irwan, 2011 (http//:ignasiusirwan.blokspot.com)

langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek sebagai berikut :
1. Persiapan : termasuk dalam langkah ini ialah penetapan masalah yang
akan dibahas. Dalam langkah ini guru merangsang anak-anak agar
mereka dapat memikirkan, mengusulkan dan mendiskusikan apa yang
perlu mereka pelajari. Setelah masalah itu ditetapkan persiapanpersiapan lebih lanjut dilakukan, seperti menetapkan jenis-jenis
kegiatan yang akan dilakukan, siapa-siapa yang akan melakukan
kegiatan itu masing-masing, peralatan yang diperlukan, jadwal
kegiatan. Persiapan ini perlu disusun dalam bentuk rencana yang
nyata, lengkap, dan jelas sangkut paut kegiatan yang satu dengan
yang lainnya. Dalam menyusun persiapan ini perlu di praktekkan
metode ilmiah berupa penyusunan hipotesis dan pengajuan alternatif
terdahulu.
2. Kegiatan Belajar : kegiatan ini pada dasarnya merupakan pelaksanaan
dari rencana yang telah disiapkan terdahulu itu. Kegiatan dapat
diawali dengan perjalanan sekolah, karyawisata, peninjauan, atau
pengamatan suatu objek, membaca buku, majalah dan membuat
catatan tentang apa yang diamati atau dibaca itu. Berdasarkan hasil
kegiatan seperti diskusi, membuat karangan, menyusun model,

menjawab pertanyaan, menyusun diagram, membuat laporan dan

sebagainya. Kegiatan belajar ini pada dasarnya merupakan usaha
mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan atau hipotesis-hipotesis
yang telah dikemukakan terdahulu.
3. Penilaian : bentuk penilaian yang sering dilakukan ialah dengan
mengadakan pameran. Semua hasil kegiatan yang dilakukan oleh
anak-anak dipamerkan. Seluruh warga kelas memperhatikan apa yang
dipamerkan itu, memberikan tanggapan, kritik, menambah hal-hal
yang dirasa masih kurang, dan sebagainya. Pada akhir kegiatan suatu
proyek, anak-anak diminta membuat catatan pada buku proyeknya
masing-masing. Buku proyek ini sifatnya perorangan sehingga bentuk
dan isi buku proyek anak satu dapat berbeda dengan anak yang lain.
Menurut Ignasius Irwan, 2011 (http//:ignasiusirwan.blokspot.com)
langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek sebagai berikut :
1. Persiapan : termasuk dalam langkah ini ialah penetapan masalah yang
akan dibahas. Dalam langkah ini guru merangsang anak-anak agar
mereka dapat memikirkan, mengusulkan dan mendiskusikan apa yang
perlu mereka pelajari. Setelah masalah itu ditetapkan persiapanpersiapan lebih lanjut dilakukan, seperti menetapkan jenis-jenis
kegiatan yang akan dilakukan, siapa-siapa yang akan melakukan
kegiatan itu masing-masing, peralatan yang diperlukan, jadwal
kegiatan. Persiapan ini perlu disusun dalam bentuk rencana yang

nyata, lengkap, dan jelas sangkut paut kegiatan yang satu dengan
yang lainnya. Dalam menyusun persiapan ini perlu di praktekkan
metode ilmiah berupa penyusunan hipotesis dan pengajuan alternatif

terdahulu.
2. Kegiatan Belajar : kegiatan ini pada dasarnya merupakan pelaksanaan
dari rencana yang telah disiapkan terdahulu itu. Kegiatan dapat
diawali dengan perjalanan sekolah, karyawisata, peninjauan, atau
pengamatan suatu objek, membaca buku, majalah dan membuat
catatan tentang apa yang diamati atau dibaca itu. Berdasarkan hasil
kegiatan seperti diskusi, membuat karangan, menyusun model,
menjawab pertanyaan, menyusun diagram, membuat laporan dan
sebagainya. Kegiatan belajar ini pada dasarnya merupakan usaha
mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan atau hipotesis-hipotesis
yang telah dikemukakan terdahulu.
3. Penilaian : bentuk penilaian yang sering dilakukan ialah dengan
mengadakan pameran. Semua hasil kegiatan yang dilakukan oleh
anak-anak dipamerkan. Seluruh warga kelas memperhatikan apa yang
dipamerkan itu, memberikan tanggapan, kritik, menambah hal-hal
yang dirasa masih kurang, dan sebagainya. Pada akhir kegiatan suatu
proyek, anak-anak diminta membuat catatan pada buku proyeknya
masing-masing. Buku proyek ini sifatnya perorangan sehingga bentuk
dan isi buku proyek anak satu dapat berbeda dengan anak yang lain. 1

1 http://repository.library.uksw.edu/bitstream/handle/123456789/1054/T1_292010603_BAB%20II.pdf?
sequence=3

Sesuai dengan ensiklopedia pendidikan bahwa yang dimaksud dengan proyek adalah suatu kesatuan
tugas yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan karenanya mendapat perhatiannya dan memaksanya
untuk mengerjakannya dengan teratur, bersama-sama dengan kawan / rekannya (Soegarda, 1981:296).

Model pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan
kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek, menurut Thomas
(dalam Wena, 2008:144). Pembelajaran berbasis proyek adalah sebuah model pembelajaran yang
inovatif dan lebih menekankan pada belajar kontektual melalui kegiatan-kegiatan yang komplek (Wena,
2008:145).

Definisi tersebut sejalan dengan uraian yang dipaparkan oleh Bell (2005) yaitu sebagai
berikut.
a. Project Based Learning is curriculum fueled and standards based.
Model pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang menghendaki adanya
standar isi dalam kurikulumnya. Melalui Pembelajaran berbasis proyek, proses inquiry dimulai
dengan memunculkan pertanyaan penuntun (aguiding question) dan membimbing peserta didik
dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam
kurikulum.
b. Project Based Learning asks a question or poses a problem that each student can
answer.
Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang menuntut pengajar dan atau
peserta didik mengembangkan pertanyaan penuntun (a guiding question). Mengingat bahwa
masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka pembelajaran berbasis
proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi)
dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen
secara kolaboratif. Hal ini memungkinkan setiap peserta didik pada akhirnya mampu menjawab
pertanyaan penuntun.
c. Project Based Learning asks students to investigate issues and topics addressing realworld problems while integrating subjects across the curriculum.
Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang menuntut peserta didik
membuat “jembatan” yang menghubungkan antar berbagai subjek materi. Selain itu,

pembelajaran berbasis proyek merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia
nyata.
d. Project Based Learning is a models that fosters abstract, intellectual tasks to explore
complex issues.
Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memperhatikan pemahaman
peserta didik dalam melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi dan mensintesis informasi
melalui cara yang bermakna. Pembelajaran berbasis proyek juga merupakan suatu model
pembelajaran yang menyangkut pemusatan pertanyaan dan masalah yang bermakna, pemecahan
masalah, pengambilan keputusan, proses pencarian berbagai sumber, pemberian kesempatan
kepada anggota untuk bekerja secara kolaborasi, dan menutup dengan presentasi produk nyata.
Pembelajaran berbasis proyek ini tidak hanya mengkaji hubungan antara informasi teoritis dan
praktek, tetapi juga memotivasi siswa untuk merefleksi apa yang mereka pelajari dalam
pembelajaran dalam sebuah proyek nyata serta dapat meningkatkan kinerja ilmiah mereka Grant
(2008).
Secara lebih rinci, model pembelajaran berbasis proyek mengikuti lima langkah utama,
yaitu:
1. Menetapkan tema proyek
2. Menetapkan konteks belajar
3. Merencanakan aktivitas
4. Memproses aktivitas, dan
5. Penerapan aktivitas (Santyasa, 2006).
1. Menetapkan tema proyek.
Tema proyek hendaknya memenuhi indikator-indikator berikut:
a. Memuat gagasan yang penting dan menarik
b. Mendeskripsikan masalah kompleks
c. Mengutamakan pemecahan masalah.
2. Menetapkan konteks belajar.
Konteks belajar hendaknya memenuhi indikator-indikator berikut:
a. Mengutamakan otonomi siswa
b. Melakukan inquiry
c. Siswa mampu mengelola waktu secara efektif dan efesien
d. Siswa belajar penuh dengan kontrol diri dan bertanggung jawab
3. Merencanakan aktivitas-aktivitas.
Pengalaman belajar terkait dengan merencanakan proyek adalah mencari sumber yang berkait
dengan tema proyek.
4. Memproses aktivitas-aktivitas.
Indikator-indikator memroses aktivitas meliputi antara lain:
a. Membuat sketsa
b. Melukiskan analisa rancangan proyek.
5. Penerapan aktivitas-aktivitas untuk menyelesaikan proyek. Langkah-langkah yang dilakukan,
adalah:

a. mengerjakan proyek berdasarkan sketsa
b. membuat laporan terkait dengan proyek, dan
c. mempresentasikan proyek

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Kelima langkah tersebut mengandung interpretasi bahwa dalam mengerjakan proyek,
siswa dapat berkolaborasi dan melakukan investigasi dalam kelompok kolaboratif antara 4-5
orang. Keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dan dikembangkan oleh siswa dalam tim
adalah merencanakan, mengorganisasikan, negosiasi, dan membuat konsensus tentang tugas
yang dikerjakan, siapa yang mengerjakan apa, dan bagaimana mengumpulkan informasi yang
dibutuhkan dalam berinvestigasi. Keterampilan yang dibutuhkan dan yang akan dikembangkan
oleh siswa merupakan keterampilan yang esensial sebagai landasan untuk keberhasilan proyek
mereka. Keterampilan-keterampilan yang dikembangkan melalui kolaborasi dalam tim
menyebabkan pembelajaran menjadi aktif, di mana setiap individu memiliki keterampilan yang
bervariasi sehingga setiap individu mencoba menunjukkan keterampilan yang mereka miliki
dalam kerja tim mereka. Pembelajaran secara aktif dapat memimpin siswa ke arah peningkatan
keterampilan dan kinerja ilmiah. Kinerja ilmiah tersebut mencakup prestasi akademis, mutu
interaksi hubungan antar pribadi, rasa harga diri, persepsi dukungan sosial lebih besar, dan
keselarasan antar para siswa.
Menurut Nolker & Schoenfeldt (1983) mengingat prinsip strategi proyek yang sangat
khas, maka da persyaratan tertentu yang harus dipenuhi agar strategi pembelajaran proyek dapat
diterapkan, antara lain:
Sasaran yang harus dicapai berupa penyelesaian suatu problem yang kompleks.
Para peserta proyek memiliki kebebasan seluas mungkin, untuk mengadakan penentuan
menganai subjek, perencanaan, pelaksanaan, serta penerapan proyek.
Dalam proyek, keputusan diambil berdasarkan konsensus.
Pengajar atau instruktur berintegrasi dalam kelompok proyek.
Diadakan pertalian antara teori dan praktik.
Diperlukan ketrampilan lebih dari satu bidang guna menyelesaikan problem yang ditimbulkan.
Pekerjaan proyek dibagi dalam kelompok – kelompok.
Sasaran proyek adalah menghasilkan sesuatu yang nyata dan berfaedah.

Berpijak pada uraian diatas, maka dalam pelaksanaan pembelajaran praktik keterampilan
kejuruan dengan strategis berbasis proyek, proyek kerja apa yang akan dibuat atau dikerjakan
siswa harus sudah jelas. Selain itu bentuk proyek yang dirancang tersebut harus memberi
kemungkinan bagi siswa untuk saling bekerja sama seoptimal mungkin antara sesama anggota
kelompok.
Pembelajaran berbasis proyek yang berpusat pada pebelajar dan memberikan kesempatan
kepada pebelajar untuk menyelidiki topik permasalahan, membuat pebelajar menjadi lebih
otonomi sehingga mereka dapat membangun pengetahuan mereka sendiri serta pembelajaran
menjadi lebih bermakna. Aplikasi model pembelajaran berbasis proyek ini mempunyai beberapa
alasan, yaitu:
1) Menawarkan potensi produksi dan tindakan pengetahuan kolektif di dalam proyek sosial.
2) Dalam tradisi pendidikan masyarakat radikal, pengajaran merupakan underpinned oleh
kepercayaan yang bermanfaat pada pengembangan pengetahuan yang melibatkan pengembangan
pemikiran
3) Proses kerja kelompok yang saling mendukung dapat membuka berbagai peluang untuk
kreativitas, karena para siswa mengadakan percobaan dengan penafsiran berpikir dan data

berbeda untuk menyelesaikan permasalahan dalam proyek mereka yang dapat diterapkan untuk
mengembangkan pembentukan masyarakat praktek Grant (2008).2

2 http://bank-elektronika.blogspot.com/2013/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html