HASIL PENELITIAN Identifikasi Model Alternatif Pelayanan

  

MODEL PENGHANTARAN PELAYANAN PUBLIK

DI DAERAH OTONOM BARU

Studi Kasus Pelayanan Kesehatan dan Pendidikan

Di Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

  

Simon Sumanj aya Hutagalung dan Nana Mulyana

  St af Pengaj ar Jurusan Administ rasi Negara FISIP Universit as Lampung

  

ABSTRACT

Thi s resear ch wi t h qual i t at i ve met hod ai ms t o: (1). Est abl i shment of al t er nat i ve model s of

publ i c servi ce i n accor dance wi t h r eal condi t i ons of new aut onomous r egions and, (2). Can

di oper asi onal i sasi kannya concept of publ i c servi ce model chosen al t er nat i ve f or new

aut onomous r egi ons. The r esul t s of t he r esear ch process t o get a si ngl e servi ce model i s

del iver i ng a publ i c servi ce del i very model t hat assi gned t o one par t i cul ar par t y and t hen

pr of essi onal l y r esponsi bl e t o t he ot her par t y in t he f or m of cont r act i ng-out model . In

addi t i on, t he model al so ident i f i ed col abor at i ve servi ce whi ch i s a publ i c servi ce del ivery

model t hat consi st s of sever al act or s i n whi ch t hey j oi nt l y i mpl ement t he pr ovi sion of

ser vi ces and j oi nt l y r esponsi bl e t o each ot her t he same. The second model was a model of

mi xed publ i c-pr ivat e del iver y and user and communi t y coopr oduct i on. In t er ms of t he

oper at i onal izat i on of t he devel opment of al t er nat i ve model s t hat can be done t hr ough a

gr adual st r at egy i n t he handl i ng pr ocess of publ i c servi ce r at her t han choose one of t he

f ul l al t er nat i ve model s of publ i c servi ce. In t he shor t t er m st r at egi es l ocal gover nment s

can bet t er f ocus on usi ng publ i c-pr ivat e mi xed model of del i very. Meanwhi l e, l ong-t er m

st r at egy i s done t hrough a user model devel opment pl an - communi t y copr oduct i on and

cont r act i ng out model s gr adual l y.

  Keywor d: servi ce capaci t y, heal t h servi ce, new aut onomous r egi ons.

  PENDAHULUAN

  Al asan normat if pembent ukan daerah ot onom baru adal ah mendekat kan pel ayanan publ ik kepada masyarakat . Al asan l ain adal ah bahwa di ant ara kabupat en/ kot a t erdapat perbedaan kebut uhan pel ayanan publ ik dengan karakt erist ik yang berbeda ant ar kedua j enis daerah t ersebut . Karena it u, agar pel ayanan publ ik memenuhi kebut uhan yang berbeda t ersebut , daerah dapat dimekarkan dari kabupat en induknya agar dapat berspesial isasi dal am penyediaaan pel ayanan publ ik sesuai dengan karakt erist ik kebut uhan masyarakat nya (Fit rani, Hof man, Kaiser: 2005).

  Argument asi normat if peningkat an kapasit as l ayanan publ ik dengan pendekat an geograf is menj adi argumen yang berhasil mewuj udkan daerah ot onom baru. Namun, pemekaran daerah yang dil akukan j uga dapat menimbul kan impl ikasi negat if bagi pel ayanan publ ik, bil a dikait kan dengan al okasi anggaran pel ayanan publ ik yang berkurang. Hal ini disebabkan kebut uhan bel anj a aparat dan inf rast rukt ur pemerint ahan yang bert ambah dal am j uml ah signif ikan sej al an dengan pembent ukan DPRD dan birokrasi di daerah pemekaran (Prat ikno: 2008). Syahrial (2005) menunj ukkan bahwa peningkat an j uml ah kabupat en dal am sat u provinsi j ust ru meningkat kan

  shar e pengel uaran pemerint ah daerah

  t erhadap PDRB. Sebagian besar bel anj a pemerint ah daerah it u didominasi ol eh bel anj a rut in, art inya anggaran yang ada t adi j ust ru l ebih banyak dial okasikan unt uk non pel ayanan publ ik. St udi Worl d Bank (2006) dengan obj ek anggaran Pemerint ah Provinsi Nangroe Aceh Darusal am menunj ukkan pengurangan Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.4, No.2, Juli-Desember 2013 persent ase bel anj a pembangunan sekt or pekerj aan umum dan meningkat nya persent ase bel anj a unt uk administ rasi umum sej ak t ahun 2001.

  Persoal an pengganggaran t ersebut mempengaruhi penghant aran ( del i ver y) bent uk-bent uk pel ayanan publ ik pada daerah baru. Tidak maksimal nya kapasit as anggaran, mengakibat kan l emahnya kapasit as penyel enggaraan l ayanan publ ik yang dil aksanakan ol eh Pemerint ah Daerah baru it u. Art inya, Pemerint ah Daerah baru t ersebut t idak bisa hanya mengandal kan model penghant aran ( del i ver y) l ayanan publ ik yang umum dil aksanakan pada daerah yang sudah mapan. Banyaknya f akt or yang berkont ribusi dengan kondisi daerah baru t ersebut menghasil kan gagasan unt uk memuncul kan model -model penghant aran ( del ivery) l ayanan publ ik yang dapat menj adi sol usi yang baik bagi Pemerint ah Daerah.

  Dal am konsep pel ayanan publ ik t erdapat berbagai model l ayanan publ ik. Namun perl u di perhat ikan bahwa model - model t ersebut sangat t ergant ung kepada kondisi dan sit uasi yang t erj adi pada l okasi dimana pel ayanan t ersebut disel enggarakan. Pemil ihan at au pembangunan suat u model harus mempert imbangkan kondisi dan sit uasi t ersebut , sehingga dapat diserap dan berj al an dengan meminimal kan t ent angan at au rint angan yang mungkin t imbul .

  Dengan mel ihat kepada prospek yang akan t erj adi pada masa dat ang, sert a dengan memil ih Kabupat en Pesawaran di Provinsi Lampung yang dit et apkan pada t anggal 2 November 2007 berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2007 t ent ang Pembent ukan Kabupat en Pesawaran sebagai l okasi anal isis maka diharapkan dapat dihasil kan beberapa t emuan-t emuan yang dapat memberikan manf aat bagi pemerint ah pusat dan pemerint ah daerah dal am mengel ol a daerah ot onom baru t ersebut nant inya. Ol eh karena it u, maka dapat dirumuskan t uj uan dari kaj ian ini, yait u: (1). Tersusunnya model l ayanan publ ik al t ernat if yang sesuai dengan kondisi riil daerah ot onom baru. (2). Dapat dioperasional isasikannya konsep model pel ayanan publ ik al t ernat if t erpil ih bagi daerah ot onom baru.

  Penel it ian ini menggunakan pendekat an kual it at if yang hendak mendeskripsikan dan menj el askan gej al a- gej al a dan kecenderungan yang muncul dal am f okus kaj ian, unt uk kemudian digunakan membangun model ( model l i ng) pel ayanan publ ik pada daerah ot onom baru. Penel it ian ini dil akukan dal am bent uk l ongi t udi nal st udy yang berusaha menganal isis secara f okus pada suat u l okasi penel it ian dal am periode wakt u yang panj ang. Proses dil akukan dengan met ode kual it at if hingga dihasil kannya model yang diinginkan dari proses anal isis yang dil akukan secara bert ahap pada suat u l okasi penel it ian t erpil ih. Pencarian dat a l apangan dil akukan dengan t eknik- t eknik yang dikembangkan dal am pendekat an kual it at if sepert i wawancara,

  f ocus group di sscussi on (FGD), kuisioner,

  t el aah dokumen sekunder, dan sebagainya.

  HASIL PENELITIAN Identifikasi Model Alternatif Pelayanan

  Dari hasil anal isis t erhadap beberapa l it erat ur yang rel evan dan mendasarkan diri kepada kondisi f akt ual yang t erj adi pada wil ayah Pesawaran, maka di dapat kan beberapa model yang memil iki kemungkinan pal ing besar unt uk diel aborasi secara l ebih l anj ut pada penel it ian ini. Model Model Pel ayanan publ ik al t ernat if it u ant ara l ain adal ah: (1) Model pel ayanan si ngl e del iver , merupakan model penyampaian pel ayanan publ ik yang diserahkan kepada sat u pihak t ert ent u unt uk kemudian bert anggung j awab secara prof esional kepada pihak l ainnya. Model ini diant aranya adal ah Cont r act i ng Out ; (2) Model pel ayanan col abor at i ve, merupakan model penyampaian pel ayanan publ ik yang t erdiri dari beberapa pel aku dimana mereka secara bersama-sama mel aksanakan pemberian pel ayanan dan sal ing bert anggung j awab secara bersama sama. Model ini diant aranya adal ah: (a) Mi xed Publ i c Sim on S Hut agalung & Nana M ulyana; M odel Penghant aran Pelayanan Publik Pr i vat e Del i ver y, (b) User and Communi t y Coopr oduct i on

  Model Cont r act i ng Out berusaha menempat kan pihak swast a at au l embaga masyarakat sebagai pihak yang secara penuh menyel enggarakan pel ayanan publ ik. Pemerint ah dal am model ini memil iki peran yang l ebih kecil . Mengingat ket erbat asan yang dihadapi ol eh daerah ot onom baru, maka model ini l ayak unt uk menj adi sal ah sat u pil ihan, t ermasuk bagi Pemerint ah Kabupat en Pesawaran. Ada dua model pel ayanan yang dapat disusun menggunakan model ini, yait u model pel ayanan unt uk sekt or pendidikan dan model pel ayanan unt uk sekt or kesehat an. Gambar berikut adal ah model pel ayanan cont r act i ng out dal am sekt or pendidikan.

  Dal am gambar it u Dinas pendidikan memil iki peran merencanakan, mel akukan kont rak kepada pihak penyel enggara l ayanan dan monit oring t erhadap kegiat an pengel ol aan sumber daya yang dil akukan ol eh pihak penyel enggara l ayanan. Proses penyampaian l ayanan sel anj ut nya dil aksanakan ol eh pihak swast a at au l embaga masyarakat dengan berdasarkan kepada kont rak yang t el ah diset uj ui bersama dengan pemerint ah. Dal am proses ini pemerint ah bisa l ebih ef isien dal am mengelol a pel ayanan pendidikan karena semua kegiat an pel ayanan pendidikan dit angani ol eh pihak swast a/ NGO. Pemerint ah hanya perl u mengal okasikan dukungan sumber daya secara proporsional unt uk menj aga kel angsungan pel ayanan yang disel enggarakan t ersebut . Model yang serupa j uga bisa dit erapkan dal am sekt or pel ayanan kesehat an berikut ini: Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.4, No.2, Juli-Desember 2013 Dal am pel ayanan kesehat an it u, t ergambarkan pol a yang sama dengan model pel ayanan cont r act i ng out sekt or pendidikan yang t el ah diuraikan sebel umnya. Pemerint ah menj al ankan peran perencanaan, kont rak dan monit oring guna menj amin keberl angsungan kegiat an pel ayanan yang diserahkan kepada pihak swast a at au l embaga masyarakat . Peran swast a at au l embaga masyarakat yang besar dapat mengurangi beban kerj a pemerint ah yang memil iki berbagai ket erbat asan sumber daya. Ol eh karena it u, model ini j uga menj adi sal ah sat u al t ernat if bagi penyel enggaraan pel ayanan publ ik pada daerah ot onom baru, khususnya pada wil ayah Kabupat en Pesawaran yang menj adi lokasi penel it ian ini.

  Namun demikian, perl u ada perhat ian t erhadap j enis-j enis kegiat an pel ayanan yang dapat diberikan kepada pihak swast a at au l embaga masyarakat l ainnya. Hal ini perl u dil akukan unt uk mendapat kan gambaran t ent ang kompl eksit as yang mungkin muncul dal am upaya cont r act i ng out pel ayanan t ersebut . Jenis pel ayanan it u dapat dil ihat berdasarkan krit eria mudah at au sul it nya kegiat an pel ayanan t ersebut unt uk dikont rakkan.

  Gambar 3. Model mixed public privat e delivery pada pelayanan pendidikan dan kesehatan.

  Kemandirian Sumber Daya mandiri

  Kesehatan Swasta/NGO

  Monitoring Kontrak Kerjasama

  Pemerintah Pendidikan

  Penyampaian Layanan (delivery)

  Dari gambar it u dapat dil ihat j ika pemerint ah mel akukan kerj asama dengan pihak swast a/ NGO mel al ui suat u ikat an kerj asama berwuj ud kont rak kerj a. Pihak

  dihasil kan dari ident if ikasi t erhadap kondisi f akt ual pel ayanan sekt or pendidikan dan kesehat an di Kabupat en Pesawaran. Berikut adal ah gambar t ent ang model ini secara ringkas.

  Model mi xed publ i c pr i vat e del ivery t el ah muncul semenj ak konsep New

  publ i c pr i vat e del i ver y. Model ini

  membant u pemerint ah menj aga kapasit as int ernal sebagai pel aku di dal am pasar dan menj amin keamanan dari kegagal an penyampaian pel ayanan. Hal it u didorong dari ket erl ibat an pemerint ah dal am pel ayanan publ ik yang menj angkau hingga wil ayah penyampaian l ayanan. Pemerint ah dal am ket erl ibat an t ersebut sering dihadapkan kepada permasal ahan- permasal ahan pent ing yang mengakibat kan kegiat an penyampaian pel ayanan it u menj adi t idak berhasil. Dengan meruj uk kepada konsept ual isasi model ini dan berdasarkan ident if ikasi yang t el ah dil akukan t erhadap kondisi f akt ual pada l okasi penel it ian maka dapat dihasil kan suat u wuj ud model mi xed

  del iver y dikonsept ual isasi unt uk dapat

  secara det il t ent ang proses pel ayanan yang bisa dij al ankan mel al ui kerj asama ant ara pihak publ ik dan swast a. Pada prinsipnya model mi xed publ i c pr ivat e

  Managi ng Mar ket f or Publ i c Servi ce: The Rol e Of Mi xed Publ i c-Pr i vat e Del i ver y of Ci t y Ser vi ces. Art ikel it u menguraikan

  kedal am khasanah keil muan administ rasi publ ik. Diant aranya adal ah Warner & Hef et z (2008) mel al ui art ikel nya berj udul

  Publ i c Management diperkenal kan

  Pengguna (user) Sim on S Hut agalung & Nana M ulyana; M odel Penghant aran Pelayanan Publik

  swast a at au NGO yang t erl ibat dal am model ini adal ah yang sudah memil iki kemandirian sumber daya. Hal ini diperl ukan mengingat proses kerj a yang dil akukan mereka dal am model ini t idak bergant ung kepada dukungan dari pemerint ah. Pihak swast a at au NGO yang dipil ih unt uk mel aksanakan penyampaian l ayanan it u kemudian secara l angsung dapat menyediakan/ menyampaikan j enis-j enis l ayanan yang dit ent ukan kepada para pengguna j asa. Namun demikian, pemerint ah t idak secara l angsung mel epaskan perannya. Pemerint ah t et ap mel akukan monit oring t erhadap proses penyampaian l ayanan yang diberikan ol eh pihak swast a/ NGO kepada masyarakat . Dengan demikian pengguna l ayanan t et ap t erj aga kepent ingan/ kebut uhannya unt uk menerima l ayanan yang berkual it as dan berkel anj ut an.

  Sement ara it u dal am model User and

  Communi t y Cooproduct i on Produksi

  bersama pel ayanan publ ik ol eh pemakai j asa dan masyarakat adal ah produksi pel ayanan publ ik mel al ui kont ribusi pengguna j asa dan masyarakat yang memanf aat kan keahl ian sumber daya mereka dan kemauan unt uk memberikan l egit imasi bersama dengan penyedia l ayanan prof esional . Dengan meruj uk kepada konsept ual isasi model ini dan berdasarkan ident if ikasi yang t el ah dil akukan t erhadap kondisi f akt ual pada l okasi penel it ian maka dapat dihasil kan suat u wuj ud model produksi bersama pengguna dan komunit as ( user and

  communi t y copr oduct i on). Model ini

  dihasil kan dari ident if ikasi t erhadap kondisi f akt ual pel ayanan sekt or pendidikan dan kesehat an di Kabupat en Pesawaran. Berikut adal ah gambar t ent ang model ini secara ringkas.

  Gambar 4. Model produksi bersama pengguna dan komunitas ( user and communit y coproduct ion) Pada pelayanan pendidikan dan kesehatan.

  Dari gambar it u dapat dil ihat j ika pemerint ah t erl ebih dahul u mel aksanakan pemberdayaan kepada komunit as- komunit as pot ensial dal am penyampaian l ayanan publ ik. Pemberdayaan it u dil akukan sebagai st rat egi unt uk menguat kan kapasit as mereka yang nant inya akan berperan akt if dal am proses t eknis pel ayanan publ ik. Set el ah komunit as t ersebut memil iki kemampuan yang memadai barul ah mereka dapat bergerak dan mel aksanakan pengel ol aan sumber daya yang dimil ikinya guna t urut akt if dal am proses pel ayanan. Pemerint ah dan komunit as secara bersama-sama memberikan pel ayanan kepada masyarakat yang berada diwil ayahnya. Namun demikian, t idak semua j enis/ t ipe usaha pel ayanan dapat diserahkan kepada komunit as dal am masyarakat . Pemerint ah dal am model ini j uga perl u unt uk t erus memil ih j enis dan t ipe usaha t eknis yang dapat dil impahkan kepada masyarakat . Hal ini berkait an dengan keberl angsungan penyampaian j enis-j enis pel ayanan it u sendiri di dal am masyarakat . Ket iga j enis model al t ernat if t ersebut apabil a diperbandingkan akan memil iki beberapa perbedaan unik yang dapat menghasil kan impl ikasi berbeda. Ada beberapa ciri khas yang mengarahkan kepada peranan pemerint ah di dal am proses pel ayanan

  Pemerintah Produksi Pendidikan Kesehatan Penyampaian (delivery) Pemberdayaan Komunitas Pengguna (user) Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.4, No.2, Juli-Desember 2013 t ersebut , posisi pihak ket iga (swast a at au dal amnya. Perbandingan t ersebut dapat NGO) dan masyarakat pengguna j asa yang disaj ikan ke dal am t abel berikut ini: sal ing berint eraksi secara rut in di

  Sim on S Hut agalung & Nana M ulyana; M odel Penghant aran Pelayanan Publik ADMINISTRATIO

  Proses pelayanan yang diberikan oleh pihak swast a/ NGO dimungkinkan berdampingan at au berkompet isi dengan pelayanan yang dilaksanakan oleh pemerint ah.

  Nilai pokok yang mendasarinya adalah

  Nilai pokok yang mendasarinya adalah ef isiensi, pemerat aan dan kompet isi.

  Nilai pokok yang mendasarinya adalah ef ekt ivit as, ef isiensi dan produkt ivit as.

  Pengguna layanan bisa menerima layanan yang lebih dekat dengan mereka dan dimungkinkan j uga menj adi lebih ef isien ket imbang pelayanan dari pihak swast a.

  Pengguna layanan bisa memilih unt uk menerima layanan yang diberikan oleh pihak swast a/ NGO at au layanan yang diberikan oleh pemerint ah.

  Proses pelayanan yang diberikan oleh kelompok/ komunit as/ lembaga dimungkinkan saling melengkapi at au menunj ang pelayanan yang diberikan oleh pemerint ah. Pengguna layanan menerima layanan yang diberikan oleh pihak swast a/ NGO dalam ruang lingkup kont rak yang dilakukan.

  Proses pelayanan yang dilaksanakan/ diberikan oleh pihak swast a/ NGO dilaksanakan secara t erbat as berdasarkan kont rak-kont rak yang t elah disepakat i.

  ISSN : 2087-0825

Tabel 1. Perbandingan Ketiga Model Alternatif Pelayanan Publik di Kabupaten Pesawaran

  Pemerint ah dalam model ini t erus mengawal dan mengawasi pelayanan publik yang diselenggarakan kelompok/ komunit as/ lembaga t ersebut .

  Pemerint ah dalam model ini hanya melakukan monit oring t erhadap akt ivit as pelayanan yang diselenggarakan oleh pihak swast a/ NGO t ersebut .

  Kelompok/ Komunit as/ Lembaga yang t elah diberdayakan oleh pemerint ah pada awalnya memerlukan dukungan sumber daya dari pemerint ah. Set elah memiliki kemampuan unt uk mengerakkan pelayanan publik, mereka akan berusaha unt uk lebih mandiri. Pihak swast a/ NGO yang t erpilih it u bert anggung j awab kepada pemerint ah secara kont rakt ual.

  Pihak swast a/ NGO yang t erlibat sudah memiliki kemandirian sumber daya, t ermasuk adalah sumber daya keuangan sehingga mereka t idak t ergant ung kepada pembiayaan dari pemerint ah.

  Pemerint ah selain sebagai penyelenggara layanan publik, j uga berusaha unt uk memberdayakan kelompok/ komunit as/ lembaga yang memiliki pot ensi unt uk menj adi penyampai layanan publik. Set elah kelompok/ komunit as/ lembaga it u memiliki kapasit as yang lebih memadai mereka dapat menyelenggarakan layanan publik. Pihak swast a/ NGO yang dipilih unt uk melaksanakan beberapa j enis layanan publik menggunakan sumber daya yang mereka miliki dengan dukungan pembiayaan dari pemerint ah.

  Pemerint ah membuka kesempat an kepada pihak swast a/ NGO unt uk menyelenggarakan pelayanan publik secara langsung melalui suat u kont rak bersama yang mandiri. Pemerint ah dan swast a dalam model ini secara bersama-sama memberikan pelayanan kepada masyarakat .

  Model Cont r act i ng Out Model Mi xed Publ i c-Pr ivat e Model User -Communit y Copr oduct i on Pemerint ah secara selekt if melepaskan penyelenggaraan t eknis pelayanan publik kepada pihak swast a/ NGO melalui sist em kont rak dengan dukungan pembiayaan kepada mereka.

  part isipasi, pemberdayaan dan pemerat aan. Sumber: Anal isis Penel it i (2010) Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.4, No.2, Juli-Desember 2013 Ket iga model al t ernat if t ersebut dirasakan l ebih sesuai dal am rangka menghadapi kondisi ket erbat asan sumber daya sepert i yang dial ami ol eh daerah ot onom baru, khususnya wil ayah Kabupat en Pesawaran yang menj adi l okasi penel it ian. Namun demikian model al t ernat if t ersebut perl u l ebih memperhat ikan beberapa sit uasi yang mel ingkupi at au menj adi l at ar dari proses pel ayanan publ ik di Kabupat en Pesawaran. Hal ini pent ing, mengingat proses operasional isasi dari model al t ernat if t ersebut membut uhkan daya dukung ant isipat if yang berasal dari ident if ikasi sit uasi- sit uasi it u.

  Strategi Operasionalisasi Model Alternatif Pelayanan Publik

  Apabil a memperhat ikan kondisi f akt ual yang menj adi l at ar dari penyel enggaraan publ ik di Kabupat en Pesawaran, maka ket iga al t ernat if model it u memil iki deraj at apl ikat if yang berbeda-beda. Model cont r act i ng

  out memang dapat meringankan beban

  pemerint ah daerah dal am pengadaan dan penyel enggaraan pel ayanan publ ik, masal ah inf rast rukt ur dan sumber daya manusia dapat diat asi dengan model ini. Namun demikian, model ini membut uhkan komit men sumber daya f inansial yang j uga memadai mengingat pemerint ah daerah dal am model it u membiayai secara kont rakt ual kegiat an t eknis penyel enggaraan l ayanan publ ik yang disel enggarakan ol eh pihak swast a/ l embaga l ainnya. Pembiayaan yang dil akukan ol eh pemerint ah daerah merupakan konsekuensi impl ikat if yang harus dil akukan set el ah at au sebel um penyel enggaraan l ayanan publ ik it u dil aksanakan. Hal inil ah yang sedikit membut uhkan perhat ian dari pihak pemerint ah daerah j ika hendak memil ih model ini. Pemerint ah daerah perl u memperhat ikan ket ersediaan sumber dana dan keberl angsungan dana t ersebut .

  Model publ i c pr i vat e mi xed

  del iver y yang secara konsept ual

  berbeda dengan model cont r act i ng out bisa l ebih meringankan beban pemerint ah daerah dal am pengadaan dan penyel enggaraan l ayanan publ ik. Secara operasional model publ i c

  pr i vat e mi xed del iver y menempat kan

  pihak swast a dan pemerint ah daerah dal am posisi yang set ara dan mandiri meskipun t et ap menj al in koordinasi dan kerj asama. Pihak pemerint ah daerah dal am model ini memberikan kebij akan kepada pihak swast a dan l embaga masyarakat unt uk mengadakan dan menyel enggarakan kagiat an-kegiat an pel ayanan publ ik secara mandiri. Pihak pemerint ah daerah t idak membebankan dirinya mel al ui proses pembiayaan kepada pihak swast a. Pihak pemerint ah daerah dal am model ini hanya perl u mendesain kebij akan l okal yang membuka pel uang bagi pihak swast a at au l embaga l ain di dal am proses l ayanan publ ik, membuat sist em kordinasi, kerj asama dan pengawasan t erhadap akt ivit as pel ayanan publ ik yang dil akukan ol eh pihak swast a/ l embaga masyarakat it u. Model ini apabil a didesain secara baik berpot ensi unt uk menghasil kan manf aat bagi pihak pemerint ah daerah, swast a dan l embaga masyarakat sert a masyarakat pengguna l ayanan.

  Model user -communi t y

  copr oduct i on secara konsept ual sangat

  berbeda dengan dua model l ayanan publ ik yang sudah diuraikan sebel umnya. Model ini secara operasional merupakan model yang mendel egasikan sebagian kegiat an l ayanan publ ik it u kepada kel ompok at au komunit as yang secara l angsung sangat dekat dengan pengguna l ayanan t ersebut . Model ini merupakan st rat egi yang secara akt if mel ibat kan kel ompok/ komunit as masyarakat di dal am penyel enggaraan l ayanan publ ik. Model ini membut uhkan inisiat if pemerint ah daerah unt uk memberdayakan kel ompok/ komunit as Sim on S Hut agalung & Nana M ulyana; M odel Penghant aran Pelayanan Publik

  masyarakat agar memil iki kapasit as dan keberdayaan yang mampu menggerakan suat u akt ivit as pel ayanan publ ik. Meskipun membut uhkan int ervensi pemerint ah, namun model ini l ebih ef isien dibandingkan dengan mengkont rak pihak swast a at au l embaga masyarakat unt uk mel aksanakan suat u kegiat an pel ayanan publ ik. Pada sisi yang l ain, model ini j uga t idak secara j angka pendek dapat mengat asi masal ah penyampaian l ayanan publ ik di suat u daerah ot onom baru.

  Dari proses diskusi yang t el ah dil akukan dengan para st akehol der di Kabupat en Pesawaran t erungkap pandangan bahwa bagi suat u daerah ot onom baru yang menghadapi berbagai ket erbat asan dan permasal ahan, adanya suat u st rat egi yang secara bert ahap dal am penanganan proses pel ayanan publ ik menj adi l ebih pent ing ket imbang memil ih secara penuh sal ah sat u model pel ayanan publ ik al t ernat if yang t el ah diident if ikasi dal am riset ini. St rat egi yang dimaksudkan t ersebut berupa penggunaan model pel ayanan publ ik it u berdasarkan ident if ikasi perkembangan kapasit as pemerint ah daerah ot onom baru yang masih berusaha unt uk membangun sumber dayanya menj adi l ebih kuat dan mapan.

  St rat egi yang dimaksudkan t ersebut dapat dil akukan mel al ui suat u periodesasi wakt u pembangunan kapasit as pel ayanan publ ik. Hal ini pent ing agar pemerint ah daerah dapat menyesuaikan dirinya di dal am proses pengembangan model pel ayanan publ ik di wil ayahnya. Adapun st rat egi t ersebut dapat dibagi kedal am t ahapan sebagai berikut : a. St rat egi j angka pendek, dal am periodesasi ini pemerint ah daerah bisa l ebih f okus menggunakan model publ i c-pr i vat e mi xed

  del iver y. Model it u dipil ih karena

  pemerint ah daerah masih menghadapi ket erbat asan sumber daya manusia, f asil it as dan pembiayaan. Pemerint ah daerah dal am periode ini hanya perl u membuat kebij akan invest asi dan perizinan yang meringankan pihak swast a dan l embaga masyarakat unt uk menyediakan produk at au j asa l ayanan pendidikan dan kesehat an di wil ayah Kabupat en Pesawaran.

  b. St rat egi j angka panj ang, dal am periodesasi ini pemerint ah daerah bisa membuat suat u rencana pengembangan model user -

  communi t y coproduct i on dan

  model cont r act i ng out secara bert ahap. Model user -communi t y

  copr oduct i on yang memuat prinsip

  pemberdayaan memang l ebih menj anj ikan keberdayaan masyarakat di dal am proses pel ayanan publ ik, namun proses ini j uga membut uhkan wakt u agar dapat t erbangun secara siap dan baik. Ol eh karena it u, pemerint ah daerah perl u membuat rencana pengembangan model ini yang bersif at j angka panj ang. Sement ara it u, pada periode yang diperkirakan pemerint ah daerah akan l ebih memil iki kapasit as yang l ebih baik, pemerint ah daerah j uga perl u mempersiapkan diri unt uk mengembangkan model

  cont r act i ng out pada beberapa

  j enis akt ivit as pel ayanan pendidikan dan kesehat annnya.

  St rat egi operasional isasi model al t ernat if pel ayanan publ ik it u dil akukan dal am rent ang wakt u yang panj ang guna mencapai keseimbangan peran dan kapasit as diant ara para akt or yang t erl ibat dan supaya masyarakat sebagai pengguna j asa t et ap t erj amin dal am menerima j enis pel ayanan yang berkual it as. Inisiat if dan komit men dari pemerint ah daerah pada akhirnya merupakan modal yang pal ing pent ing mengingat posisi mereka yang pal ing ut ama pada ket iga model t ersebut . Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.4, No.2, Juli-Desember 2013

  pr i vat e mi xed del i ver y. Sement ara KESIMPULAN it u st rat egi j angka panj ang

  Dari pembahasan yang t el ah diuraikan dil akukan mel al ui suat u rencana sebel umnya, dapat dihasil kan pengembangan model user - beberapa kesimpul an sebagai berikut : communi t y coproduct i on dan

  1. Dari hasil anal isis t erhadap model cont r act i ng out secara beberapa l it erat ur yang rel evan bert ahap. dan mendasarkan diri kepada

  4. Pemerint ah daerah perl u kondisi f akt ual yang t erj adi pada mel akukan pemet aan t erl ebih wil ayah Pesawaran, maka di dahul u t erhadap j enis-j enis dapat kan model pel ayanan si ngl e pel ayanan yang dapat dij al in

  

del iver yang merupakan model secara impl ement at if mel al ui

  penyampaian pel ayanan publ ik ket iga model al t ernat if pel ayanan yang diserahkan kepada sat u pihak publ ik secara t erkelol a dan t ert ent u unt uk kemudian t erancang dengan baik. bert anggung j awab secara

  5. Pemerint ah daerah bersama prof esional kepada pihak l ainnya. dengan pihak l egisl at if daerah Model ini diant aranya adal ah perl u membahas dan mendesain

  

cont r act i ng out . Sel ain it u suat u st r at egi c map dal am rangka

  diident if ikasi j uga Model pengkaj ian, desain dan pel ayanan col abor at i ve yang pengembangan model al t ernat if merupakan model penyampaian l ayanan publ ik guna mengat asi pel ayanan publ ik yang t erdiri dari kondisi f akt ual penyel enggaraan beberapa pel aku dimana mereka l ayanan publ ik yang t erj adi di secara bersama-sama daerahnya. mel aksanakan pemberian

  6. Perl u adanya kaj ian l ebih l anj ut pel ayanan dan sal ing bert anggung t ent ang eval uasi kel ayakan dari j awab secara bersama sama. model al t ernat if l ayanan publ ik Model ini diant aranya adal ah yang t el ah dibahasa dal am

  

mi xed publ i c pr i vat e del ivery dan penel it ian ini secara komprehensif

user and communi t y

  dan sol ut if .

  cooproduct ion.

  2. Pengembangan operasional isasi DAFTAR PUSTAKA model al t ernat if dapat dil akukan mel al ui suat u st rat egi yang Barnes, M, S. Harrison, M. Mort , bert ahap dal am penanganan P. Shardl ow, and G. Wist ow, 1999, proses pel ayanan publ ik ket imbang The New Management of memil ih secara penuh sal ah sat u Communi t y Care: Users Gr oups, model pel ayanan publ ik al t ernat if Ci t i zenshi p and Co-Pr oduct i on . In yang t el ah diident if ikasi dal am The New Management of Br i t i sh riset ini. St rat egi yang Local Gover nance , edit ed by Gerry dimaksudkan t ersebut berupa St oker . penggunaan model pel ayanan publ ik it u berdasarkan ident if ikasi

  Besl ey, Timot hy dan Ghat ak, perkembangan kapasit as

  Incent i ves, Choi ce

  Mait reesh, 2003, pemerint ah daerah ot onom baru

  and Account abil i t y i n t he Provisi on

  yang masih berusaha unt uk

  of Publ i c Servi ces, The Inst it ut e

  membangun sumber dayanya For Fiscal St udies. menj adi l ebih kuat dan mapan.

  3. Pada st rat egi j angka pendek Bil l is, David and Howard Gl ennerst er, pemerint ah daerah bisa l ebih

  Human Servi ces and t he

  1998, f okus menggunakan model publ i c-

  Vol unt ar y Sect or : Towar ds a Sim on S Hut agalung & Nana M ulyana; M odel Penghant aran Pelayanan Publik Theor y of Compar at i ve Advant age,

  Journal of Social Pol icy, 27(1), Page 79-98

  Administ rat ion & Societ y 2003; 35; 52, SAGE Publ icat ions. Nj unwa, Muj wahuzi, 2007, Cooper at i ve

  Engagement and Par t i ci pat i on: User and Communi t y Copr oduct i on of Publ i c Ser vi ces, Publ ic

  Review: A Global Journal 3: 247- 267, Net herl and. Tony Bovaird , 2007, Beyond

  Publ i c Sect or i n Hong Kong: Cor e Gover nment , Quasi Gover nment and Pr i vat e Bodies Wi t h Publ i c Funct i on, Publ ic Organizat ion

  Scot t , Ian, 2003, Or gani zat i on i n The

  Kebi j akan Penat aan Daer ah (Pemekar an dan Penggabungan Daer ah), USAID dan Democrat ic Ref orm Support Program, Jakart a.

  134). Lexingt on, MA: Lexingt on Books. Prat ikno, 2008, Usul an Per ubahan

  l aw-enf or cement pol i cies (pp. 125-

  Jr. (Eds.), Eval uat i ng al t er nat i ve

  Coproduct i on of Communi t y Saf et y. In R. E. Baker & F. A. Meyer

  Percy, S. L, 1979, Ci t i zen

  Publ i c Ser vi ce i n Tanzani a: Is i t Cont r i but i ng t o Soci al and Human Devel opment , JOAAG, Vol 2. No 1,

  Or gani zat i ons And Del i ber at i ve Democr acy: Choi ce and Voi ce i n Publ i c Servi ce Del i ver y,

  Dawood, Tauf iq C, 2007, Pemekar an

  Nat ional Civic Review, 76, 191-198. Mint rom, Michael , 2003, Mar ket

  Ci t i zen par t i ci pat i on: Endur i ng i ssues f or t he next cent ur y.

  Evanst on, IL : Inst it ut e f or Pol icy Research . Kweit , M. G, & Kweit , R. W, 1987,

  Communi t i es f r om t he Insi de Out : A Pat h t owar d Fi ndi ng and Mobi l i zi ng a Communi t y’ s Asset s,

  McKnight , 1993, Buil di ng

  Publ ic Economics, 78(3), 275-299. Kret zmann, John P, and John L.

  Mot i vat i on as an Ar gument f or Gover nment Pr ovi si on, Journal of

  American Review of Publ ic Administ rat ion 36 (1): 9 – 40. Francois, Pat rick, 2000, Publ i c Servi ce

  Gover nance as Del i ber at i ve Empower ment : The Cul t ur al Pol i t i cs of Di scursi ve Space,

  Fischer, Frank, 2006, Par t i ci pat or y

  Daer ah dan Dampaknya Ter hadap Al okasi Anggar an Unt uk Pel ayanan Publ i k, Aceh Recovery Forum dan DANIDA. Aceh.

  Administ rat ion Review: Sept ember- Oct ober 2007. Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.4, No.2, Juli-Desember 2013