Identifikasi dan Inventarisasi Jenis Tanaman Umbi-umbian yang Berpotensi Sebagai Sumber Karbohidrat Alternatif di Kabupaten Serdang Bedagai

(1)

IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI JENIS TANAMAN UMBI-UMBIAN YANG BERPOTENSI SEBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT ALTERNATIF

DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

SKRIPSI

SIHOL MARITO SIBUEA 080307010/PEMULIAAN TANAMAN

PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI JENIS TANAMAN UMBI-UMBIAN YANG BERPOTENSI SEBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT ALTERNATIF

DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

SKRIPSI

Oleh:

SIHOL MARITO SIBUEA 080307010/PEMULIAAN TANAMAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Skripsi : Identifikasi dan Inventarisasi Jenis Tanaman Umbi-umbian yang Berpotensi Sebagai Sumber Karbohidrat Alternatif di Kabupaten Serdang Bedagai

Nama : Sihol Marito Sibuea NIM : 080307010

Program Studi : Agroekoteknologi Minat : Pemuliaan Tanaman

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Ir. Emmy Harso Kardhinata, Msc) (Ir. Syafruddin Ilyas) Ketua Anggota

Mengetahui

(Ir. T. Sabrina, M. Agr. Sc. PhD.) Ketua Program Studi Agroekoteknologi


(4)

ABSTRAK

SIHOL MARITO SIBUEA: Identifikasi dan Inventarisasi Jenis Tanaman Umbi-umbian yang Berpotensi Sebagai Sumber Karbohidrat Alternatif di Kabupaten Serdang Bedagai dibimbing oleh EMMY HARSO KARDHINATA dan SYAFRUDDIN ILYAS.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang penyebaran jenis, penyebaran serta teknik budidaya tanaman umbi-umbian sumber karbohidrat alternatif di Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini dilaksanakan di kabupaten Serdang Bedagai dari Juli hingga Agustus 2013. Diambil 3 Kecamatan dengan ketinggian tempat yang berbeda, setiap kecamatan diambil 3 desa dan tiap desa dipilih 3 petani. Untuk mendapatkan data-data penelitian, dilakukan survey ke Kabupaten Serdang Bedagai. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan (judgemental sampling) dan pengambilan sampel petani dilakukan melalui rancangan sampling nonprobabilitas, yaitu sampling kebetulan (accidental sampling). Data primer diperoleh melalui wawancara kepada petani yang dijumpai di lokasi penelitian, dan data sekunder untuk mendukung data primer yang diperoleh dari berbagai sumber lainnya. Dari hasil penelitian dapat diketahui jenis umbi-umbian, penyebaran jenis umbi-umbian, dan tingkat pemeliharaan, budidaya dan penggunaan hasil di lokasi penelitian.


(5)

ABSTRACT

SIHOL MARITO SIBUEA: Identification and Inventory of Tuber Crops Potential as a Source of Alternative Carbohydrates in Serdang Bedagai supervised by

EMMY HARSO KARDHINATA and SYAFRUDDIN ILYAS.

This study aims to gain an overview of the type of deployment, deployment and cultivation techniques tubers alternative carbohydrate sources in Serdang regency. This research was conducted at the Serdang district from July to August 2013. Taken the District with a height of 3 different places, each district was taken 3 villages and each village selected three farmers. To obtain data intensive search, conducted a survey to Serdang regency. Sampling was done based considerations (judgmental sampling) and sampling of farmers conducted through nonprobabilitas sampling design, ie sampling accidental (accidental sampling). The primary data obtained through interviews to farmers that were found in the location of the research, and secondary data to support the primary data obtained from various other sources. From the results of this research is the type of bulbs, tubers deployment type, and level of maintenance, cultivation and use of the results of the research sites.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Sihol Marito Sibuea, lahir pada tanggal 17 juni 1990 di Tukka, anak ketiga dari lima bersaudara, putra dari Ayahanda Armansyah Sibuea dan Ibunda Nur Awani Tarihoran.

Pendidikan formal yang pernah diperoleh penulis antara lain : tahun 1996-2002 menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 152981 Tukka; tahun 1996-2002-2005 menempuh pendidikan di SMP Negeri 1 Tukka; tahun 2005-2008 menempuh pendidikan di SMA Negeri 1 Tukka dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2008 melalui jalur PMP di Departemen Budidaya Pertanian Program Studi Pemuliaan Tanaman.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten laboratorium di Laboratorium Dasar Pemuliaan Tanaman (2009-2013), Penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Budidaya Pertanian (HIMADITA). Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PP. PT LONSUM Tbk, Dolok 50’ Estate pada bulan Juni sampai Juli 2011.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Identifikasi dan Inventarisasi Jenis Tanaman Umbi-Umbian Yang Berpotensi Sebagai Sumber Karbohidrat Alternatif Di Kabupaten Serdang Bedagai” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Emmy Harso Kardhinata, MSc selaku ketua komisi pembimbing dan

Bapak Ir. Syafruddin Ilyas selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan masukan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang membutuhkan.

Medan, Desember 2013


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DARTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesis Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 9

Metode Penelitian ... 9

Pelaksanaan Penelitian ... 9

HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Penelitian ... 11

Jenis Umbi-umbian di Lokasi Penelitian ... 11

Penyebaran Jenis Umbi-umbian di Lokasi Penelitian ... 25

Tingkat Pemeliharaan, Budidaya dan Penggunaan Hasil ... 28

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 36

Saran ... 36 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1 Lokasi penelitian identifikasi umbi-umbian 11 2 Penyebaran jenis umbi-umbian di 3 desa dim kecamatan Sei

Rampah

25

3 Penyebaran jenis umbi-umbian di 3 desa di kecamatan Pantai Cermin

26

4 Penyebaran jenis umbi-umbi di 3 desa di kecamatan Dolok Marsihul

27


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1 Ubi kelapa(Dioscorea alata L.) yang ditemukan di kecamatan Sei Rampah, kecamatan Pantai Cermin dan kecamatan Dolok Marsihul

13

2 Gadung (Dioscorea hispida Dennstedt) yang ditemukan di desa Celawan di kecamatan Pantai Cermin dan di desa Pergulaan kecamatan Sei Rampah

14

3 Ganyong dari desa Pergulaan dan Desa Firdaus kecamatan Sei Rampah serta dari desa Kota Tengah kecamatan Dolok Marsihul

16

4 Suweg dari kecamatan Sei Rampah, kecamatan Pantai Cermin dan kecamatan Dolok Marsihul

17

5 Keladi dari kecamatan Sei Rampah, kecamatan Pantai Cermin dan kecamatan Dolok Marsihul

19

6 Talas hitam dan putih yang ditemukan dilapangan 21

7 Umbi talas putih dan hitam 21

8 Garut dari kecamatan Sei Rampah, kecamatan Pantai Cermin dan kecamatan Dolok Marsihul

23


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Peta kecamatan Sei Rampah 47

2. Peta kecamatan Pantai Cermin 48

3. Peta kecamatan Dolok Marsihul 49

4.

Tabel Ketinggian Lahan di Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai


(12)

ABSTRAK

SIHOL MARITO SIBUEA: Identifikasi dan Inventarisasi Jenis Tanaman Umbi-umbian yang Berpotensi Sebagai Sumber Karbohidrat Alternatif di Kabupaten Serdang Bedagai dibimbing oleh EMMY HARSO KARDHINATA dan SYAFRUDDIN ILYAS.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang penyebaran jenis, penyebaran serta teknik budidaya tanaman umbi-umbian sumber karbohidrat alternatif di Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini dilaksanakan di kabupaten Serdang Bedagai dari Juli hingga Agustus 2013. Diambil 3 Kecamatan dengan ketinggian tempat yang berbeda, setiap kecamatan diambil 3 desa dan tiap desa dipilih 3 petani. Untuk mendapatkan data-data penelitian, dilakukan survey ke Kabupaten Serdang Bedagai. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan (judgemental sampling) dan pengambilan sampel petani dilakukan melalui rancangan sampling nonprobabilitas, yaitu sampling kebetulan (accidental sampling). Data primer diperoleh melalui wawancara kepada petani yang dijumpai di lokasi penelitian, dan data sekunder untuk mendukung data primer yang diperoleh dari berbagai sumber lainnya. Dari hasil penelitian dapat diketahui jenis umbi-umbian, penyebaran jenis umbi-umbian, dan tingkat pemeliharaan, budidaya dan penggunaan hasil di lokasi penelitian.


(13)

ABSTRACT

SIHOL MARITO SIBUEA: Identification and Inventory of Tuber Crops Potential as a Source of Alternative Carbohydrates in Serdang Bedagai supervised by

EMMY HARSO KARDHINATA and SYAFRUDDIN ILYAS.

This study aims to gain an overview of the type of deployment, deployment and cultivation techniques tubers alternative carbohydrate sources in Serdang regency. This research was conducted at the Serdang district from July to August 2013. Taken the District with a height of 3 different places, each district was taken 3 villages and each village selected three farmers. To obtain data intensive search, conducted a survey to Serdang regency. Sampling was done based considerations (judgmental sampling) and sampling of farmers conducted through nonprobabilitas sampling design, ie sampling accidental (accidental sampling). The primary data obtained through interviews to farmers that were found in the location of the research, and secondary data to support the primary data obtained from various other sources. From the results of this research is the type of bulbs, tubers deployment type, and level of maintenance, cultivation and use of the results of the research sites.


(14)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kekurangan pangan bukanlah hal baru, sejarah manusia hampir selalu berkisar pada usaha mereka untuk memperoleh pangan dan mencegah penyakit. Persoalan baru tentang kekurangan pangan adalah berupa kecenderungan para petani di negara-negara bukan industri beralih ke tanaman perdagangan dan pada saat yang bersamaan jumlah pertambahan penduduk meningkat cepat. Petani yang khusus memproduksi beberapa hasil pertanian seperti beras, jagung atau ubi jalar untuk dijual jumlahnya semakin bertambah, sehingga untuk konsumsi keluarganya sendiri tidak cukup. Selanjutnya pola pembelian dan perdagangan mereka tidak dapat mengatasi kekurangan gizi yang diakibatkan oleh berkurangnya petani yang menanam tanaman pangan bagi kebutuhan rumah

tangganya. Berhubung orang perlu mengkonsumsi pangan yang beraneka ragam, perubahan pola pertanian ini menambah gawatnya masalah gizi yang sudah banyak terdapat pada tingkatan masyarakat dan rumah tangga

(Suhardjo, dkk., 1986).

Terletak di daerah tropis, Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Namun ironisnya, dengan kenaekaramgaman yang begitu kaya, ternyata Indonesia hanya mengandalkan satu jenis tanaman sebagai sumber pangan utamanya, yaitu beras. Sebagian besar penduduk mengkonsumsi beras, sehingga seiring dengan terus naiknya jumlah penduduk, semakin meningkat pula kebutuhan akan beras.

Upaya peningkatan swasembada pangan tidak hanya berorientasi pada beras dan gandum saja namun didukung pula oleh jenis-jenis komoditas strategis


(15)

lainnya seperti umbi-umbian, dan pohon-pohon penghasil pangan seperti sagu, sukun, aren serta pohon serba guna lainnya (multipurpose tree specieses). Dengan demikian diversifikasi bahan pangan melalui pemanfaatan komoditi pangan spesifik perlu diupayakan, karena ketergantungan pada satu jenis pangan dan pangan impor terbukti menyebabkan kerentangan pangan. Ketahanan pangan akan mantap bila konsumsi masyarakat berasal dari berbagai sumber, terutama komoditi spesifik sebagai sumber pangan lokal (Alfons, 2012).

Tingginya konsumsi beras tergambar dari besarnya alokasi pengeluaran. Dalam struktur pengeluaran keluarga, beras merupakan pengeluaran yang cukup besar. Menurut World Bank (1999) 70% pengeluaran keluarga miskin digunakan untuk pangan dan sebesar 34% pengeluaran rumah tangga dialokasikan untuk membeli beras sebagai makanan pokok (Dewan Ketahanan Pangan, 2005).

Sumatera Utara sebagai daerah agraris yang memprioritaskan pertanian sebagai sektor andalan pembangunan daerahnya, juga mengalami permasalahan kekurangan pangan khususnya beras setiap tahunnya. Ketergantungan terhadap beras sebenarnya dapat dikurangi dengan penganekaragaman pangan melalui perubahan citra bahan pokok selain beras, sedangkan perbaikan gizi sepenuhnya tergantung pada peningkatan pendapatan. Umbi-umbian sebagai sumber karbohidrat non beras dan kacang-kacangan yang dikenal sebagai sumber protein nabati, vitamin dan mineral belum optimal pemberdayaannya. Peningkatan kontribusi kacang dan ubi sebagai sumber pangan alternatif dalam pemenuhan kebutuhan pangan berkualitas dapat memberikan pengaruh signifikan terhadap ketahanan pangan dan kualitas sumberdaya masyarakat berpenghasilan rendah.


(16)

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan menyebutkan tentang pembangunan ketahanan pangan. Pembangunan pangan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas sumberdaya manusia sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional. Konsumsi pangan penduduk Indonesia masih belum memenuhi kecukupan gizi. Kuantitas, kualitas, dan keragaman pangan belum memenuhi kaedah berimbang, karena masih didominasi oleh serealia khususnya beras, sebaliknya kontribusi jagung, umbi-umbian, kacangan-kacangan, pangan hewani, sayur-sayuran dan buah-buahan masih sangat kurang. Ketergantungan terhadap beras dapat diperlonggar dengan penganekaragaman pangan melalui perubahan citra bahan pangan pokok

berbasis umbi-umbian yang diperkaya nutrisinya oleh kacang-kacangan (UU RI Nomor 7 tentang pangan, 1996).

Para ahli pertanian mempunyai peranan penting dalam menekan prevalensi kurang gizi yang dimulai dari keluarga petani sebagai anggota dari tim pembangunan desa atau kelompok yang bekerja dengan para petani dan pemimpin-pemimpin desa lainnya. Para ahli petani dapat membantu memutuskan lingkaran spiral yang berbahaya dari mata rantai produksi pangan yang rendah, kemiskinan dan kurang gizi. Mereka dapat membantu petani dengan cara :

1. memperbaiki cara bertani

2. meningkatkan jumlah tanaman pangan yang diusahakan 3. meningkatkan keragaman pangan yang ditanam

4. memperbaiki cara peranan, penyimpanan, pengawetan dan pengolahan pangan, dan lain-lain.


(17)

Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan indentifikasi sekaligus menginventarisasikan jenis umbi-umbian sebagai sumber karbohidrat alternatif yang dapat dijadikan sebagai bahan pangan.

Tujuan Penelitian

Untuk memperoleh gambaran tentang penyebaran jenis, penyebaran serta teknik budidaya tanaman umbi-umbian sumber karbohidrat alternatif di Kabupaten Serdang Bedagai.

Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.


(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan (1980) melaporkan selain ubi kayu dan ubi rambat, diperoleh berbagai jenis tanaman umbi-umbian yang potensial sebagai sumber karbohidrat. Berdasarkan hasil survey di beberapa Provinsi di Jawa diperoleh jenis umbi-umbian sebagaimana tertera pada tabel berikut :

Tabel 1. Daftar Nama Umbi-umbian sumber karbohidrat No Nama Daerah Nama Latin

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Ubi Kelapa Gembili Gadung Ganyong Garut Talas Bogor Talas Belitung Suweg Acung Iles-iles

Dioscorea alata L.

Dioscorea esculenta L.

Dioscorea hispida Dennstedt.

Canna edulis Ker.

Maranta arundinacea L.

Colocasia esculenta Xantosoma sagittifolium Amorphophallus campanulatus Amorphophallus variabilis Amorphophallus oncophyllus

Selain talas, di pedesaan Indonesia terdapat umbi-umbi lainya, yang dari segi ilmu botani umbi-umbi tersebut berkerabat jauh dengan talas. Ganyong misalnya, selain enak rasanya setelah direbus, tepungnya bagus sekali untuk penganan. Demikian pula garut, penghasil tepung pangan bayi. Dari segi pembuatan kue-kue kering, tepung garut mempunyai peran penting. Baik ganyong maupun garut bukan tanaman asli Indonesia. Diperkenalkan ke Indonesia pada zaman orang-orang Spanyol datang ke Asia (Sastrapradja, 2012).


(19)

Selain sebagai sumber bahan makanan, umbi-umbian juga memiliki berbagai khasiat lain. Hasil penelitian oleh peneliti PSPG UGM menunjukkan umbi-umbian mempunyai potensi meningkatkan kesehatan, antara lain, sebagai immunomodulator (meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi dan menurunkan risiko penyakit alergi serta hipersensitivitas), juga menurunkan risiko terjadinya penyakit degeneratif kanker, diabetes mellitus, dan penyakit kardiovaskular 2011).

Hasil penelitian Richana dan Sunarti (2004) menunjukkan bahwa ganyong, suweg, ubi kelapa, dan gembili mempunyai kadar pati yang tinggi

berkisar 39,36-52,25%, kandungan lemak (0,09-2,24%), dan protein (0,08-6,65%) pada tepung umbi dan tepung pati dapat meningkatkan manfaat

tepung dan pati tersebut sebagai tepung komposit. Ganyong dan ubi kelapa mempunyai ukuran granula pati lebih besar (22,5 dan 10 _m). Tepung suweg mempunyai absorbsi air maupun minyak tertinggi (2,69- 4,13 dan 2,34-2,98 g/g). Hasil rendemen menunjukkan bahwa ganyong lebih prospektif dikembangkan untuk produk tepung pati. Suweg dan gembili mempunyai prospek untuk produk tepung umbi maupun tepung pati sedangkan ubi kelapa untuk tepung umbi. Sifat fisikokimia ganyong dan suweg mempunyai amilosa rendah (18,6% dan 19,2%) dan viskositas puncak tinggi (900-1080 BU dan 780-700 BU).

Ubi Uwi (Dioscorea alata L.) merupakan tumbuhan yang menghasilkan umbi, hidup semusim dan merambat. Memilki sumber karbohidrat yang tinggi yaitu sekitar 27,06 gram per 100 gram bahan. Umbi Uwi memiliki kandungan karbohidrat yang cukup besar sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan bioetanol. Bioetanol adalah etanol yang dibuat dari biomassa yang


(20)

mengandung komponen gula, pati, maupun selulosa. Bioetanol biasanya dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat minuman keras, untuk keperluan medis, sebagai zat pelarut, dan yang sedang popular saat ini adalah pemanfaatan bioetanol sebagai bahan bakar alternatif. Penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar dicampur dengan bensin yang biasa disebut gasohol. Hasil penelitian bahwa pembuatan bioetanol dari umbi uwi dengan variabel penambahan ragi 7%, 8%, 9%, 10%, dan 11% didapatkan bioetanol dengan kadar alkohol tertinggi 51% yaitu pada variabel ke empat dengan penambahan ragi 10% dan didapatkan bioetanol dengan kadar alkohol terendah adalah 32% yaitu dengan penambahan ragi 10% (Dian, 2011).

Umbi gembili juga mempunyai prospek cerah untuk menggantikan beras. Dalam kondisi segar, gembili yang berasal dari Indocina ini mengandung air sebesar 75%. Akan tetapi, gembili yang dikeringkan seperti beras (giling) atau gandum (tepung terigu) memiliki gizi yang sepadan atau bahkan lebih baik daripada beras atau gandum. Selain itu, umbi ini memiliki kandungan vitamin C cukup tinggi (4 mg/100 g) sehingga bisa dimanfaatkan untuk mencegah sariawan dan menjaga stamina tubuh. Kelebihan ini tidak ditemukan pada beras, jagung atau terigu. Gembili mentah yang dimasak cepat dan langsung dimakan bisa menimbulkan gatal-gatal. Zat pemicu gatal-gatal ini berarti di dalam gembili mengandung khasiat obat, bisa untuk menyembuhkan luka dan bengkak-bengkak, koreng, payudara bengkak dan rasa sakit ( Saleh, Rahayuningsih dan Adie).

Suweg (Amorphophallus campanulatus BI.) merupakan tanaman herba yang dapat tumbuh pada naungan hingga 60%. Suweg mulai bertunas di awal musim kemarau dan pada akhir tahun di musim kemarau umbinya bisa


(21)

dipanen.Umbi suweg mengandung serat tinggi dan lemak rendah, masing-masing 13,71% dan 0,28%. Secara tradisional umbi suweg dikonsumsi setelah direbus. Umbi suweg dapat dibuat tepung yang memiliki IG (Indeks Glisemik) sebesar 42. Pangan dengan nilai IG di bawah 55 bisa menekan peningkatan kadar gula darah, sehingga sesuai bagi penderita diabetes mellitus. Tepung suweg dapat dibuat kue basah, kue kering. Suweg kaya serat dan konsumsi serat pangan dalam jumlah tinggi dapat menangkal berbagai penyakit seperti kanker usus besar, divertikular,

kardiovaskular, kegemukan, kolesterol tinggi dalam darah, dan kencing manis (Kasno et al,2009).


(22)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kabupaten Serdang Bedagai dari Juli hingga Agustus 2013. Diambil 3 Kecamatan dengan ketinggian tempat yang berbeda, setiap kecamatan diambil 3 desa dan tiap desa dipilih 3 petani.

Metode Penelitian

Untuk mendapatkan data tentang jenis umbi-umbian sumber karbohidrat dilakukan survey ke Kabupaten Serdang Bedagai. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan (judgemental sampling), antara lain: jarak tempuh dari Medan, keterwakilan daerah dataran rendah dan dataran tinggi. Demikian pula halnya dengan pengambilan sampel untuk kecamatan dan desa. Pengambilan sampel petani dilakukan melalui rancangan sampling nonprobabilitas, yaitu sampling kebetulan (accidental sampling). Berdasarkan petani pertama yang dijumpai ditetapkan petani kedua melalui informasi yang diperoleh.

Data primer diperoleh melalui wawancara kepada petani yang dijumpai di lokasi penelitian. Selain itu diperlukan juga data sekunder untuk mendukung data primer yang diperoleh berbagai sumber antara lain Dinas Pertanian, Dinas Ketahanan Pangan dan Studi Pustaka.

Pelaksanaan Penelitian

Survey ke lokasi penelitian dilakukan dengan mendatangi Dinas Pertanian Kabupaten untuk memperoleh gambaran lokasi yang akan di survey. Berdasarkan informasi dari Kabupaten ditetapkan kecamatan-kecamatan yang akan disurvey. Dari kantor kecamatan diperoleh gambaran desa yang diduga dapat ditemukan


(23)

jenis umbi-umbian yang akan dicari. Informasi juga diperoleh dari para penyuluh pertanian, kepala desa dan sumber-sumber lain.

Survey dilakukan di 9 desa yang ada di 3 Kecamatan dalam 1 Kabupaten dengan skema sebagai berikut :

Total : 1 Kabupaten, 3 Kecamatan, 9 desa.

Dari hasil penelitian ini diperoleh data primer tentang : a. Lokasi penelitian

b. Jenis tanaman umbi-umbian

c. Penyebaran jenis umbi-umbian yang dijumpai di lokasi penelitian d. Tingkat pemeliharaan, budidaya, dan penggunaan hasil dari tanaman

Sumatera Utara

Serdang Bedagai

Kec. Kec.

Desa. Desa.

3 petani 3 petani Kec.

Desa. 3 petani Desa.

Desa. 3 petani 3 petani Desa. 3 petani Desa.

Desa. 3 petani 3 petani Desa. 3 petani


(24)

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Lokasi penelitian

Identifikasi umbi-umbian dilaksanakan di Kabupaten Serdang Bedagai dengan mengambil 3 (tiga) kecamatan sebagai sampel, dan tiap kecamatan dipilih 3 desa. Lokasi sampel tertera pada tabel berikut :

Tabel 1. Lokasi Penelitian Identifikasi Umbi-umbian

Kabupaten Kecamatan Desa

Sergai 1. Sei Rampah 1. Simpang Empat 2. Cempedak lobang 3. Pergulaan

2. Pantai Cermin 1. Ujung Rambung 2. Celawan

3. Besar II Terjun 3. Dolok Marsihul 1. Pekan Dolok

2. KotaTengah 3. Kerapuh `

Penentuan kecamatan dan desa yang menjadi sampel pada penelitian ini dilakukan dengan menghubungi dinas penyuluhan dan ketahanan pangan kabupaten serdang bedagai untuk mendapatkan daftar lokasi yang berpotensi ditemukannya umbi-umbian yang diteliti serta lokasi tersebut dapat mewakili lokasi kabupaten dengan berdasarkan ketinggian tempat yaitu dataran tertinggi (kecamatan Dolok Marsihul), sedang (kecamatan Sei Rampah) dan pinggiran pantai (Kecamatan Pantai Cermin). Dilakukan juga pengamatan pada beberapa desa yang berada disekitar atau diluar wilayah penelitian untuk memperkaya hasil pengamatan, yaitu di desa Firdaus dan Sina Kasih Kecamatan Sei Rampah.

B. Jenis Umbi-umbian di Lokasi Penelitian

Beberapa dari tanaman umbi-umbian di lokasi penelitian rata-rata sudah sulit ditemukan sehingga target menemukan 3 (tiga) petani setiap desa tidak dapat


(25)

dilakukan untuk setiap jenis umbi-umbian yang diteliti. Untuk menemukan tanaman umbi-umbian dilakukan melalui kunjungan langsung ke lokasi sampel yang telah didapat dan juga dibantu oleh penyuluh untuk memperoleh informasi, dilanjutkan dengan kunjungan ke desa dan mencari informan atau key person yang mengetahui dan mengenal jenis umbi-umbian yang akan diteliti. Informan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah petugas Penyuluh Pertanian, dan petani yang dijumpai di lahan tempat mereka bekerja.

Dari pengamatan secara langsung yang di lakukan di lapangan diperoleh beberapa jenis tanaman umbi-umbian yang potensial sebagai sumber karbohidrat. Jenis-jenis tanaman umbi-umbian tersebut adalah suweg, ubi kelapa, gadung, gembili, ganyong, irut, dan beberapa jenis talas-talasan. Secara taksonomi tanaman umbi-umbian tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

1.

Ubi Kelapa (Dioscorea alata L.) Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Sub Kelas : Liliidae Ordo : Liliales

Famili : Dioscoreaceae Genus : Dioscorea

Spesies : Dioscorea alata L.

Nama lainnya adalah uwi payau, uwi batang bersayap, atau uwi ubi. Berasal dari Asia Tenggara, tetapi sekarang merupakan spesies yang paling tersebar luas. Batangnya membelit ke kanan. Daunnya ovate (bundar telur) dan tersusun saling berhadapan. Umbinya tunggal atau jamak, bermacam macam


(26)

ukuran, bentuk dan warnanya, dan memiliki masa dormansi yang panjang (Rubatzky dan Yamaguci,1998).

Untuk memperoleh panen yang maksimum, curah hujan yang baik adalah kisaran 100-1500 mm dan ini harus terbagi rata dalam7-8 bulan. Curah hujan dibawah 1000 mm biasanya menghambat pertumbuhan normal (Tindal, 1983).

Tanah subur yang gembur, dalam, dan berdrainase baik diperlukan agar hasil umbi tinggi, sistem perakaran uwi bersifat khas, dangkal dan menyebar dan pada tanah gersang, produktifitasnya terbatas, Uwi biasanya merupakan tanaman pertama yang ditanam dalam sistem pertanian ‘tebas dan bakar’ atau untuk memanfaatkan sistem nitrogen, tanaman ini ditanam setelah tanaman kacang-kacangan.

,

Gambar 1. Ubi kelapa (Dioscorea alata L.) yang ditemukan di kecamatan Sei Rampah, kecamatan Pantai Cermin dan Kecamatan Dolok Marsihul.


(27)

Selain ubi kelapa yang paling dikenal dengan nama uwi, dilapangan ditemukan juga jenis uwi yang mengandung racun tetapi bisa diolah untuk dikonsumsi yaitu Gadung (Dioscorea hispida Dennstedt.)

Jenis ini adalah jenis uwi penyebab mabuk, nama lainnya adalah uwi pati. Berasal dari India dan Asia Tenggara. Batangnya membelit ke kiri, tidak menghasilkan umbi laying. Umbi yang terbentuk dekat tanah sering berbentuk bulat, kadang juga memanjang. Beberapa klon harus dibuang dahulu racunnya sebelum bisa dimakan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Umbi yang dihasilkan gadung mengandung racun, yang menyebabkan rasa mual atau mabuk bagi pemakannya. Karena itu sebelum dimasak racun tersebut harus dihilangkan dengan cara merendamnya dalam air abu selama semalam, sesudah itu umbi dapat dimasak atau di iris-iris untuk dijadikan keripik gadung. Gadung memang termasuk jenis uwi, hanya saja daunnya bercangap liama

sehingga mudah dibedakan dengan uwi kelapa atau gembili. Tempat penyebaran aslinya ialah Asia. Dapat tumbuh dari ketinggian 500 -1000mdpl

(Sastrapradja, 2012).

Gambar 2. Gadung (Dioscorea hispida Dennstedt.) yang ditemukan di desa Celawan di kecamatan Pantai Cermin dan desa Pergulaan kecamatan Sei Rampah.


(28)

2.

Ganyong (Canna edulis Ker.) Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Sub Kelas : Commelinidae Ordo : Zingiberales Famili : Cannaceae Genus : Canna

Spesies : Canna edulis Ker.

Tanaman Ganyong atau Ganyong (Canna edulis Ker.) adalah tanaman ubi-ubian yang dapat dimakan dan kebanyakan digunakan sebagai makanan cadangan. Nama lainnya adalah Canna. Queensland arrow root, indian shot (Inggris). Ganyong (Jawa, Sunda), buah tasbeh (Jawa), ubi pikul (Sumatera), daun tasbeh, ganyong, pisang sebiak (Malaysia). Sampai saat ini, tanaman ganyong belum diusahakan secara serius dan intensif, tetapi memberikan harapan untuk menunjang program diversifikasi pangan dan gizi, memanfaatkan lahan kosong dan meningkatkan ketahanan pangan.

Ganyong tumbuh baik pada daerah dengan distribusi curah hujan 1000 mm sampai 1200 mm per tahun. Toleran terhadap kelebihan kadar air (tetapi tidak

tahan jenuh air) dan naungan. Pertumbuhan normal terjadi pada suhu di atas 10o C, tetapi dapat melalui suhu tinggi 30-32o C. Ganyol tumbuh sampai

ketinggian 1000 m di atas permukaan laut. Tumbuh subur pada berbagai macam tanah, termasuk tanah marginal bagi kebanyakan tanaman umbi. Tanah yang disukai adalah lempung berpasir dan kaya humus. Tanaman ini toleran terhadap interval pH 4,5-8,0 (Sukarsa, 2013).


(29)

Tepung pati ganyong mudah dicerna dan baik sekali untuk makanan bayi

atau orang yang sedang sakit. Di Amerika Selatan, umbi muda tanaman ini dimakan sebagai sayuran dan kadang-kadang digunakan

sebagai makanan ringan. Umbi yang sudah tua dapat dimakan dengan cara merebus dan memiliki rasa yang manis dan aroma yang wangi. Pucuk dan tangkai daun dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan

ternak (Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan, 1980).

Gambar 3. Ganyong dari desa Pergulaan dan desa Firdaus kecamatan Sei Rampah serta dari desa Kota Tengah Kecamatan Dolok Marsihul.

3.

Suweg (Amorphophallus campanulatus BI.) Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Sub Kelas : Arecidae

Ordo : Arales

Famili : Araceae

Genus : Amorphophallus


(30)

Sebagian besar spesies Amorphophallus diyakini berasal dari India atau Sri Lanka, atau mungkin dari Asia Tenggara. Tanaman ini adalah tanaman tropika dan subtropika. Dengan siklus vegetatif dan dorman semusim. Suweg menyukai

suhu antara 25o dan 35o C, kondisi kelembaban yang tinggi dan sangat lengas. Suhu dan kelengasan rendah cenderung merangsang dormansi dini.

Pertumbuhan daun-daun baru dimulai setelah dormansi. Struktur daunnya berbeda dengan talas-talas lain dan menyerupai struktur daun tanaman

dikotiledone (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Suweg dipelihara untuk dimakan umbinya. Parutan umbinya yang segar dapat dipakai untuk obat luka. Seperti halnya talas, umbi suweg mengandung kristal Kalsium Oksalat yang membuat rasa gatal, namun dapat hilang melalui perebusan.

Gambar 4. Suweg dari kecamatan Sei Rampah, kecamatan Pantai Cermin dan Kecamatan dolok Marsihul.


(31)

4.

Keladi (Colocasia esculenta (L.) Schott) Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Sub Kelas : Arecidae

Ordo : Arales

Famili : Araceae Genus : Colocasia

Spesies : Colocasia esculenta (L.) Schott

Tanaman keladi banyak tersebar di Indonesia , dapat dibudidayakan dengan baik karena umbinya banyak mengandung zat tepung (sebagai pembuat berbagai jenis makanan) maka akan sangat menunjang dalam mencukupi kebutuhan pangan. Tanaman ini bagi pertumbuhannya hanya memerlukan daerah dengan rata-rata curah hujan setahunnya sekitar 1.200 mm, daerah dengan ketinggian tempat antara 900 m sampai 1800 mdpl. Jenis colocasia dapat bertahan pada lahan yang tergenang air. Jenis colocasia sering kita dapati tumbuh ditepi sungai, ditanah yang banyak tergenang air atau rawa-rawa, di pinggir kolam, tetapi di tanah perkampungan pun dapat tumbuh dengan baik asal pengairan terjamin (kartasapoetra, 1988).

Di beberapa daerah Indonesia dimana padi tidak dapat tumbuh, antara lain di Kepulauan Mentawai dan Papua, keladi dimakan sebagai makanan pokok, dengan cara dipanggang, dikukus atau dimasak dalam tabung bambu. Saat ini keladi merupakan makanan pokok di banyak pulau di Pasifik termasuk Papua Nugini, yang berpengaruh secara ekonomi pada permainan tradisional dan upacara-upacara. Umbi keladi, dan helaian daun dan tangkai daun bila dimasak


(32)

lebih dulu dapat dimakan. Bubur keladi dapat melancarkan pencernaan sehingga dapat dikonsumsi untuk makanan bayi dengan tingkat alergi yang rendah.

Gambar 5. dari kecamatan Sei Rampah, kecamatan Pantai Cermin dan Kecamatan dolok Marsihul.

5.

Talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) H.W. Schott & Endl.) Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Sub Kelas : Arecidae Ordo : Arales Famili : Araceae


(33)

Genus : Xanthosoma

Spesies : Xanthosoma sagittifolium (L.) H.W.Schott&Endl.

Talas adalah jenis asli Indonesia. Entah kapan mulai ditanam dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, tidak diketahui secara pasti. Menurut para pakar, talas mulai dibudidayakan di papua yang kemudian menyebar ke seluruh pasifik, termasuk kawasan barat Indonesia (Sastrapradja, 2012).

Talas adalah tanaman herba monokotil tahunan, kecuali spesies

Amorphophallus, daun yang muncul dari apikal kormus berupa gulungan dengan tangkai daun panjang dan tegak yang menopang lembar daun dan besar, berbentuk peltate (tameng) atau sagittate (kepala anak panah), tangkai daunnya lembut panjang padat berisi, tetpai memiliki banyak rongga. Sifat umum talasan adalah

terdapatnya banyak getah menggigit yang ditemukan diseluruh bagian jaringan. Talas umumnya memiliki tinggi antara 1 hingga sekitar 2 m, dan lembar daun berbentuk tameng dengan panjang 20-50 cm. Tangkai daun

menempel pada sekitar bagian tengah agak ke atas pada permukaan bawah lembar daun (Rubatzky dan Yamaguci,1998).

Menurut Slamet Soeseno (1966) dalam http://lordbroken.wordpress.com (2011) ada 4 jenis kimpul yang terkenal diusahakan orang yaitu:

1. Kimpul hitam, tangkai daunnya ungu, sedangkan daunnya sendiri hijau tua bagian atasnya. Umbinya coklat dengan ujung merah. Rasanya agak getar kalau kurang matang merebusnya.

2. Kimpul hijau, batang dan daunnya berwarna hijau tua. Rasanya juga getar seperti kimpul hitam.


(34)

3. Kimpul belitung, daunnya hijau muda sering disebut kimpul belang, karena tangkai daunnya yang hijau muda mempunyai garis ungu. Umbinya berwarna coklat dan lebih besar dari pada kimpul yang hitam dan hijau, rasanya enak sekali.

4. Kimpul haji atau kimpul putih,daunnya berwarna hijau muda sampai hampir kuning keputih-putihan,bantuk umbinya besar, kira-kira 15 cm warna dari umbi hitam kecoklatan dan sedikit berambut, teksturnya padat.

Gambar 6. Talas hitam dan putih yang ditemukan dilapangan.


(35)

6.

Garut/Irut (Maranta arundinacea L.) Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophya Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Sub Kelas : Commelinidae Ordo : Zingiberales Famili : Marantaceae Genus : Maranta

Spesies : Maranta arundinacea L.

Tanaman garut atau irut bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Garut berasal dari daerah Amerika tropik yang kemudian menyebar ke daerah tropik termasuk Indonesia. Daerah penyebarannya merata, meliputi India, Indonesia, Sri Lanka, Hawai, Filipina, Australia, dan St. Vincent. Di Indonesia,tanaman garut dapat dijumpai di berbagai daerah seperti Jawa, Sulawesi, dan Maluku. Garut dikenal dengan nama daerah yang berbeda-beda, misalnya sagu Banban (Batak Karo), sagu rare (Minangkabau), sagu andrawa (Nias), sagu (Palembang),

larut/pata sagu (Sunda), arut/jelarut/irut/larut/garut (Jawa Timur), labia walanta

(Gorontalo), dan huda sula (Ternate). (Djaafar,T.F, dkk., 2008).

Umbi tanaman garut dapat diolah menjadi pati baha baku berbagai produk, seperti makanan, minuman, farmasi, kosmetik, tekstil, hingga kertas. Dengan bentuk serat yang pendek lebih mudah dicerna dan cocok sebagai bahan baku makanan bayi, penyandang autis, dan down syndrom.


(36)

desa

Gambar 8. Garut dari kecamatan Sei Rampah, kecamatan Pantai Cermin dan Kecamatan dolok Marsihul.

7.

Gembili (Dioscorea esculenta L.) Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Sub Kelas : Liliidae Ordo : Liliales

Famili : Dioscoreaceae Genus : Dioscorea

Spesies : Dioscorea esculenta L.

Nama lainnya adalah uwi kentang, uwi asia, uwi cina. Berasal dari indocina, tetapi ditemukan diseluruh wilayah asia.Dalam bahasa Latin, tanaman


(37)

gembili ini memiliki beberapa sinonim antara lain; Oncus esculentus Lour.

Dioscorea fasciculata Roxb. Dioscorea sativa Auct. Sedangkan di berbagai daerah namanya juga berbeda-beda, antara lain Lesser yam, Chinese yam, Asiatic yam (Inggris), ubi aung (Jawa Barat), ubi gembili (Jawa Tengah), kombili (Ambon).

Batangnya membelit ke kiri, ramping, berbentuk silinder, berbulu halus, dan berduri. Daunnya sedikit, tunggal, cordate, dan berselang seling. Tidak menghasikan umbi layang. Tanaman ini memiliki umbi banyak, berukuran kecil, ramping, berkulit, sebagian besar berbentuk silinder, dan dihasilkan didekat permukaan tanah sehingga mudah dipanen, beberapa forma menghasilkan umbi tunggal besar. Masa dormansi umbi pendek. Tanaman ini tergolong terna memanjat dan dapat mencapai tinggi antara 3-5 m, seringkali berduri. Setiap 1 tanaman terdapat 4-20 umbi; umbi tua berbentuk silinder, kadangkala berlobi, kulit lapisan luar coklat atau abu-abu-coklat, tipis, seringkali kasar; daging putih. Batang tegak, memanjat melingkar ke kiri, berduri di bagian dasar dan di bagian atas tidak berduri. Daun tunggal, berseling, menjantung, seringkali terdapat 2 duri di pangkal. Perbungaan jantan di ketiak, perbungaan betina melengkung ke bawah, bulir menyerupai tandan, soliter. Buah (sangat jarang ditemukan) kapsul, pipih. Biji bersayap membundar. Susunan senyawa umbi gembili bervariasi menurut spesies dan varietas menyatakan bahwa komponen terbesar dari umbi gembili adalah karbohidrat 27-33% (Rubatzky dan Yamaguci, 1998).

Tempat tumbuh terbaiknya adalah pada daerah dengan curah hujan 875 - 1750 mm per tahun, dengan suhu minimum 22oC.


(38)

Penyebarannya menurun pada daerah bersuhu 35°C atau di atasnya. (Dyta, 2011).

Gambar 9. Gembili dari desa Simpang Empat,kecamatan Sei Rampah. C. Penyebaran jenis umbi-umbian di lokasi penelitian

Dari hasil identifikasi di lapangan ditemukan penyebaran dari umbi-umbian tidak merata terdapat di seluruh desa yang menjadi sampel untuk daerah identifikasi. Penyebarannya adalah sebagai berikut :

a. Kecamatan Sei Rampah

Tabel 2. Penyebaran jenis umbi-umbian di 3 Desa di Kecamatan Sei Rampah N

o Desa

Jenis Umbi-umbian

1 2 3 4 5 6 7

1 Simpang Empat x X X x x x

2 Cempedak Lobang x X x x x

3 Pergulaan x x X x x x

1. Ubi Kelapa, 2 Gembili, 3. Ganyong, 4. Suweg, 5. Keladi, 6. Talas, 7. Garut

Dari tabel 2 diperoleh gambaran bahwa tanaman talas, keladi, garut dan suweg serta ubi kelapa masih dijumpai di seluruh desa yang diamati, sedangkan tanaman ganyong dan gembili hanya ditemukan masing-masing di satu desa saja.


(39)

Dari keterangan petani dan penyuluh setempat bahwa tanaman seperti suweg dan garut masih banyak tumbuh liar dan dibiarkan begitu saja karena beberapa alasan. Seperti suweg, di desa Simpang Empat menurut informasi yang disampaikan bapak Rusmadi selaku penyuluh yang bertugas di desa tersebut, suweg masih banyak tumbuh dan sering dijumpai secara tidak sengaja di lahan-lahan perkebunan kelapa sawit dan dibiarkan begitu saja karena tidak semua masyarakat tahu akan kegunaan suweg yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat, sehingga tanaman ini kadang masih di anggap tanaman yang tidak penting. Begitu juga tanaman ganyong, kemungkinan masih ada tumbuh liar, tetapi ditempat-tempat yang jelas karena tidak dibudidayakan lagi. Hal ini terbukti karena dari beberapa warga yang dijumpai masih mengenal tanaman ganyong.

Berdasarkan hasil identifikasi dilapangan, dibandingkan dengan kecamatan lain yang menjadi daerah sampel identifikasi, kecamatan Sei Rampah memiliki jenis-jenis umbian yang lebih lengkap. Dimana ditemukan 7 jenis umbian alternatif yang bisa dimanfaatkan.

b. Kecamatan Pantai Cermin

Tabel 3. Penyebaran jenis umbi-umbian di 3 Desa di Kecamatan Pantai Cermin

No Desa Jenis Umbi-umbian

1 2 3 4 5 6 7

1 Ujung Rambung x X x x x

2 Celawan X x x x

3 Besar II Terjun x X x x x

1. Ubi Kelapa, 2 Gembili, 3. Ganyong, 4. Suweg, 5. Keladi, 6. Talas, 7. Garut Dari tabel 3 diperoleh gambaran bahwa tanaman suweg, talas, keladi dan garut masih dijumpai di seluruh desa yang diamati. Untuk tanaman ubi kelapa


(40)

Besar II Terjun, sedangkan tanaman gembili dan ganyong tidak ada ditemukan saat identifikasi. Berdasarkan keterangan warga, tanaman gembili memang sepertinya sudah sangat sulit dijumpai di daerah ini, sedangkan untuk ganyong masih ada kemungkinan tumbuh beberapa tempat walaupun tidak dijumpai saat identifikasi. Untuk tanaman keladi dan garut masih banyak ditemukan tumbuh di kecamatan ini. Tanaman garut bahkan sangat banyak dan tumbuh liar tanpa perawatan.

c. Kecamatan Dolok Marsihul

Tabel 4. Penyebaran jenis umbi-umbian di 3 Desa di Kecamatan Dolok Marsihul

No Desa Jenis Umbi-umbian

1 2 3 4 5 6 7

1 Pekan Dolok X x x x

2 Kota Tengah x x X x x x

3 Kerapuh X x x x

1. Ubi Kelapa, 2 Gembili, 3. Ganyong, 4. Suweg, 5. Keladi, 6. Talas, 7. Garut Dari tabel 4 diperoleh gambaran bahwa tanaman keladi, talas, garut dan suweg masih dijumpai di seluruh desa yang diamati. untuk tanaman ganyong dan ubi kelapa hanya ditemukan di desa Kota Tengah, sedangkan tanaman gembili tidak dijumpai sama sekali. Berdasarkan keterangan petani dan warga yang dijumpai, tanaman ganyong kemungkinan masih ada tumbuh di desa yang tidak ditemukan tanaman ganyong walau pun sulit ditemukan saat identifikasi. Hal ini dikarenakan tanaman ganyong dianggap yang tidak kurang penting dan dibiarkan begitu saja. Beberapa warga hanya mengenalnya sebagai tanaman hias. Sedangkan tanaman gembili dan ubi kelapa kemungkinan sudah sangat sulit ditemukan karena memang tidak banyak yang mengenalnya.


(41)

D. Tingkat pemeliharaan, budidaya dan penggunaan hasil dari tanaman. Tanaman umbi-umbian yang dijumpai di lokasi penelitian umumnya tidak dibudidayakan secara khusus oleh petani sehingga tidak dilakukan pemeliharaan yang intensif untuk mencapai hasil tanaman yang maksimal .

1. Ubi Kelapa (Dioscorea alata L.)

Dari 9 desa yang disurvey, tanaman ubi kelapa ditemukan di 6 desa yaitu di semua desa sampel Kecamatan Sei Rampah meliputi desa Cempedak Lobang, Simpang Empat dan Pergulaan. Di kecamatan Pantai Cermin yaitu desa Besar II Terjun, Ujung Rambung dan di kecamatan Dolok Marsihul ditemukan di desa Kota Tengah. Hampir semua tanaman di seluruh lokasi penelitian ditemukan dalam jumlah sedikit yang dibudidayakan tanpa perawatan khusus oleh pemiliknya kecuali di desa Cempedak Lobang.

Tingkat budidaya masih sangat sederhana bahkan tanpa ada perlakuan pemupukan khusus, perlakuan jarak tanam dan pemeliharaan yang intensif. Tanaman yang tumbuh di areal pertanaman petani dibiarkan merambat ke tanaman yang ada disekitarnya. Sesekali pemilik melakukan penimbunan untuk menutupi umbi yang keluar kepermukaan tanah agar umbi tetap berkembang, selain itu jika umbi dibiarkan lama timbul kepermukaan akan mengalami perubahan warna dan rasa sehingga tidak enak lagi untuk dikonsumsi.

Hasil dari tanaman ini hanya untuk konsumsi rumah tangga, sebagai makanan tambahan atau selingan. Umbi dapat dipanen saat tanaman berusia kurang lebih 1 tahun. Kadang dipanen lebih lama lagi untuk hasil umbi yang lebih besar. Pengolahan untuk konsumsi biasa dilakukan hanya dengan mengukus atau merebus umbi.


(42)

Di desa Kota Tengah, pemilik tanaman menanamnya di bawah pohon kakao. Sebagian pemilik tanaman menanamnya hanya dalam karung goni atau pot yang di isi tanah bercampur kompos atau pupuk kandang dan membiarkannya merambat ke pagar pekarangannya seperti yang ditemukan di desa Besar II Terjun dan Ujung Rambung.

Khusus di desa Cempedak Lobang, berdasarkan identifikasi dan informasi yang diperoleh dari ibu Riani selaku penyuluh yang bertugas di desa ini bahwa tanaman ubi kelapa masih cukup banyak ditemukan. Bahkan beliau memiliki program tersendiri untuk menganjurkan setiap rumah memiliki setidaknya 1 tanaman ini. Beberapa tanaman sengaja ditanaman untuk tujuan hasil panen di hari-hari besar. Hal ini dibenarkan oleh ibu Afifah selaku ketua Kelompok Wanita Tani Cemerlang di desa Cempedak Lobang. Di desa ini tanaman ubi kelapa umumnya ditanaman di bawah tanaman karet dan juga pohon disekitar lokasi pertanaman petani. Tingkat budidaya masih sangat sederhana tanpa ada pemupukan dan perawatan khusus secara intensif. Hanya dibiarkan merambat kemudian akan dipanen apabila dibutuhkan. Kelompok Wanita Tani Cempaka juga sudah pernah mengolah Umbi tanaman ini sampai bahan jadi selain olahan basah seperti beberapa jenis kue juga olahan kering (ditepungkan) yang kemudian dipakai sebagai bahan untuk beberapa jenis kue dan pembuatan mie.

2. Ganyong (Canna edulis Ker.)

Di lokasi penelitian, tanaman ini hanya ditemukan di dua desa saja yaitu di desa Pergulaan kecamatan Simpang Empat dan di desa Kota tengah kecamatan Dolok Marsihul. Tanaman ada yang tumbuh secara liar dadan sebagian ditanam menumpuk disekitar lahan pertanaman petani (di desa Pergulaan) dan di pinggir


(43)

jalan sebagai tanaman hias (di Desa Kota Tengah), belum ada petani yang membudidayakan tanaman ini secara komersil. Hanya untuk sebagai makanan tambahan dan konsumsi keluarga.

Budidaya tanaman ganyong yang ada di dua desa di atas masih secara tradisional tanpa menggunakan jarak tanam yang jelas , pemupukan dan pemberantasan hama penyakit tanaman. Tanaman umumnya dibiarkan tumbuh dan berkembang sendiri tanpa perawatan khusus hingga tiba saat pemanenan. Beberapa tanaman diberi jarak tanam hanya karena fungsinya sebagai tanaman hias bukan untuk tujuan hasil panen umbi.

Pengolahan hasil umbi ganyong juga masih sederhana, biasanya petani hanya cukup dengan merebusnya saja. Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari pak Suroto, penyuluh di desa Pergulaan tempat yang masih ditemukannya keberadaan ganyong dan juga dari beberapa petani yang dijumpai dilapangan bahwa tanaman ini dapat diambil patinya dan dipernah dijual untuk diolah menjadi bahan pembuatan makanan seperti kue. Tanaman sudah bisa dipanen mulai berumur 4 sampai 8 bulan.

3. Suweg (Amorphophallus campanulatus BI.)

Di lokasi penelitian tanaman suweg masih dijumpai hampir di seluruh desa yang menjadi sampel identifikasi. Hanya di desa Ujung Rambung yang tidak dijumpai keberadaannya. Tanaman ini sudah dibudidayakan oleh beberapa petani. Seperti yang dilakukan oleh bapak Ramli, ketua Kelompok Tani MAKMUR di desa Simpang Empat kecamatan Sei Rampah. Budidaya dilakukan di lahan pekarangan rumah dan areal pertanaman disekitarnya. Penanaman dilakukan tanpa perlakuan jarak tanam yang jelas dan tanpa pemupukan yang intensif.


(44)

Beliau sengaja memindahkan anakan-anakan dari tanaman ini dan menanamnya di lokasi sekitar areal pertanamannya dan kemudian dibiarkan tumbuh begitu saja hingga tiba saat untuk dipanen. Beliau menanam tanaman suweg ini hanya untuk kebutuhan komsumsi sendiri, belum ada budidaya untuk tujuan komersil.

Kebanyakan tanaman tumbuh secara liar di bawah pohon-pohonan seperti pisang, rambutan, kelapa sawit, dan lain-lain. Hal ini seseuai dengan sifat dari tanaman suweg yang membutuhkan naungan. Umumnya yang mengenali tanaman ini adalah generasi lanjut usia, yang memperoleh pengetahuan dari leluhur mereka. Para generasi muda sangat jarang mengenal tanaman ini, apalagi mengkonsumsi.

Pengolahan untuk konsumsi juga masih sangat sederhana. Biasanya konsumsi dilakukan hanya dengan merebus umbi yang sebelumnya direndam terlebih dahulu untuk menghilangkan getah yang dapat menimbulkan rasa gatal saat dikonsumsi apabila tidak dibersihkan dengan baik.

4. Keladi (Colocasia esculenta (L.) Schott.)

Tanaman keladi ditemukan di semua desa yang menjadi lokasi penelitian. Para petani yang dijumpai hampir semua mengenal tanaman ini dengan nama lompong, bukan keladi. Hal ini dipengaruhi kultur petani yang kebanyakan adalah suku jawa. Tanaman ini ditanam di lahan pekarangan dan dibelakang-belakang rumah khususnya di tempat yang tanahnya basah seperti disekitar parit. Di kecamatan Pantai Cermin tanaman ini masih cukup banyak tumbuh dan ditanam dengan sengaja tetapi dalam jumlah yang tidak banyak. Seperti yang dijumpai di desa celawan, petani sengaja menanam di parit didepan rumahnya tetapi hanya beberapa rumpun.


(45)

Tingkat budidayanya masih tidak jelas dan masih sederhana. Meskipun dilakukan perawatan seperti mengatur pengairan lokasi penanaman dan membersihkan dari tanaman pengganggu tetapi umumnya masyarakat menanam menggunakan jarak tanam yang beragam dan tidak jelas yang disesuaikan dengan kondisi lahan yang tersedia, tanpa pemupukan dan perawatan khusus yang intensif.

Kebanyakan tanaman yang dijumpai dilokasi adalah tanaman yang sengaja ditanam oleh para pemilik, hanya saja tujuannya bukan usaha komersil. Kebanyakan hasil dari tanaman ini dikonsumsi sendiri sebagai makanan selingan atau tambahan. Ada juga beberapa petani yang menjual hasil panen dari tanaman keladi ini tetapi dalam jumlah yang sedikit dan tidak termasuk kedalam usaha pokok dari pertaniannya. Budidaya tingkat komersil yang serius belum dilakukan walaupun dipasar prospek dari tanaman ini tidaklah buruk karena keladi cukup dikenal dikalangan masyarakat sebagai umbi yang enak rasanya. Produksi yang rendah dan masih kurangnya pengetahuan petani akan tenik budidaya keladi yang tepat yang dilakukan dilakukan dalam skala besar dan juga waktu panen yang lama menjadi alasan utama petani enggan untuk melakukan budidaya skala besar. 5. Talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) H.W. Schott & Endl.)

Sama seperti keladi, tanaman talas juga masih dijumpai di semua lokasi penelitian. Masyarakat juga mengenal tanaman talas ini dengan nama entik. Di kecamatan Pantai Cermin talas masih cukup banyak tumbuh dan sengaja ditanam tetapi tidak dalam skala besar. Beberapa tanaman yang dijumpai juga masih ada yang dibiarkan tumbuh liar begitu saja.


(46)

Tanaman talas rata-rata ditemukan sebagai tanaman pinggir, ditanam dikebun-kebun kecil dibelakang rumah, di ladang, pembatas lahan dan dibiarkan berkembang tanpa perawatan khusus. Beberapa petani melakukan perawatan seperti pengendalian gulma, pembumbunan dan tetapi belum ada pemupukan yang jelas dan ditanam tanpa jarak tanam tertentu. Tujuan penanaman juga kebanyakan untuk konsumsi sendiri walaupun adabeberapa petani yang menjual hasil panennya ke pasar, karena dipasar peminat tanaman talas ini tidak banyak seperti umbi keladi yang cukup diminati masyarakat. Selain talas putih yang umum dijumpai, dilokasi penelitian ditemukan juga talas yang memiliki batang berwarna hitam yang juga dapat dikonsumsi.

Pengolahan umbi untuk konsumsi biasanya cukup dengan merebus saja kemudian dimakan dengan campuran gula yang dicairkan atau kelapa parut yang diberi gula. Ada juga yang mengolahnya menjadi keripik seperti yang dilakukan istri dari pak Abdul malik, salah satu warga yang masih memiliki beberapa koleksi umbi disekitar rumahnya seperti ubi kelapa dan gembili di dusun 8 di desa Simpang Empat kecamatan Sei Rampah . Pengolahan dilakukan dengan cara

membersihkan getah dari umbi terlebih dahulu dengan merendamnya selama 1 malam kemudian diiris lalu dijemur sampai kering.

6. Garut/Irut (Maranta arundinacea L.)

Tanaman garut masih dijumpai diseluruh lokasi penelitian. Di ketiga desa penelitian di kecamatan Pantai Cermin, tanaman ini dijumpai tumbuh liar tanpa perawatan dengan jumlah populasi yang cukup banyak. Begitu juga di desa dibelakang rumah seorang petani, Semula tanaman ini sengaja ditanam dan dibudidayakan, namum karena hasilnya tidak dapat dipasarkan akhirnya dibiarkan


(47)

tumbuh dan berkembang secara liar, bahkan dianggap menjadi tanaman penganggu karena sudah tumbuh sangat banyak dan sulit untuk dibersihkan. Di kecamatan Dolok Marsihul tanaman garut kebanyakan dijumpai sebagai tanaman pagar dan tanaman hias pinggir jalan.

Di desa Simpang Empat, bapak Ramli ketua kelompok Tani MAKMUR masih membudidayakan tanaman garut ini. Garut sengaja ditanam di lahan belakang rumahnya tetapi tidak ada perlakuan jarak tanam, pemupukan dan perawatan khusus. Hal ini karena garut tumbuh subur walau tanpa perawatan khusus. Hanya dibiarkan begitu saja dan dipanen saat ada keperluan. Garut ditanam hanya untuk kebutuhan keluarga karena pasarnya tidak jelas.

Pengolahan tanaman ini cukup dengan direbus saja atau dibakar lalu dimakan langsung dengan mengupas bagian luar umbinya. Pak Ramli juga pernah mengolah umbi garut ini menjadi tepung lalu digunakan untuk bahan pembuat kue karena pati dari garut ini cukup baik. Pengolahan untuk menbuat tepungnya juga sangat sederhana. Cukup dengan mengupas lalu kemudian ditumbuk halus atau diparut. Pengolahan ini belum ada tujuan tingkat komersil hanya untuk kebutuhan keluarga karena pasarnya tidak jelas.

7. Gembili (Dioscorea esculenta L.)

Diseluruh lokasi penelitian tanaman gembili hanya ditemui di satu desa saja, yaitu di dusun VIII desa Simpang Empat Kecamatan Sei Rampah. Tanaman ini ditanam di lahan pekarangan di samping rumah warga bernama bapak Abdul Malik. Tanaman yang dijumpai dalam kondisi kurang tertata. Pemeliharaan yang dilakukan hanya berupa pemasangan ajir yang terbuat dari bambu untuk tempat merambatnya tanaman dan dibiarkan tumbuh begitu saja. Sesekali sekitar tanaman


(48)

dibersihkan dari gulma tanpa ada pemupukan yang rutin. Hasil yang diperoleh tidak pernah dipasarkan, hanya dikonsumsi sebagai makanan tambahan.

Berdasarkan hasil yang didapat dilapangan saat identifikasi, tidak banyak yang mengenal tanaman ini bahkan sangat sedikit. Penanaman gembili ini juga terkait dengan warisan dari leluhur mereka dari Jawa. Kisaran usia yang masih mengenal tanaman ini adalah generasi lanjut usia yang mengenal tanaman ini waktu dulu masih dari orang tua mereka.


(49)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Ditemukan berbagai jenis tanaman umbi-umbian yang berpotensi sebagai sumber karbohidrat di lokasi penelitian, antara lain adalah Ubi Kelapa (Dioscorea alata L.), Gembili (Dioscorea esculenta L.), Ganyong (Canna edulis Ker.), Garut (Maranta arundinacea L.), Talas (Xantosoma sagittifolium (L.) H.W. Schott & Endl.)

Keladi (Colocasia esculenta (L.) Schott) dan juga Suweg (Amorphophallus campanulatus BI.).

2. Umumnya umbi-umbian yang temukan belum dibudidayakan dengan teknis yang jelas bahkan dalam keadaan liar, seperti tanaman garut, ganyong dan suweg dibeberapa lokasi.

3. Sebagian besar tanaman umbi-umbian hanya dimanfaatkan sebagai makanan selingan, bukan untuk tujuan komersial.

4. Masyarakat generasi muda umumnya kurang mengenal jenis dan manfaat tanaman umbi-umbian yang ditemukan, khususnya uwi, gembili, suweg dan irut.

5. Keengganan masyarakat dalam membudidayakan dan mengembangkan tanaman umbi-umbian antara lain adalah tidak adanya jaminan pemasaran. Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan di lokasi dan interval ketinggian tempat yang berbeda untuk memperoleh data penyebaran umbi-umbian dalam skala yang lebih besar.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Alfons, J. B., 2012. Inovasi Teknologi Umbi-Umbian Mendukung Ketahanan Pangan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku. maluku. litbang. deptan.go.id/ Diakses 13 Juli 2012.

Dewan Ketahanan Pangan, 2005. Peta Kerawanan Pangan Indonesia, Jakarta. Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan, 1980. Pengumpulan Data Sumber

Karbohidrat ubi-ubian lainnya. Direktorat Bina Produksi.

Dian, 2011. Pemanfaatan Umbi Uwi (Dioscorea alata L.) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Bioetanol Dengan Fermentasi Oleh Sacharomyces cereviceae ,

Djaafar, T.F., Sarjiman, dan Arlyna B.P. 2008. Pengembangan Budi Daya Tanaman Garut dan Teknologi Pengolahannya Untuk Mendukung Ketahanan Pangan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta.

Dyta, 2011. Gembili (Dioscorea esculenta). http://dityawan.blogspot.com

Gardjito, M., Djuwardi, A., Harmayani, E., 2013. Pangan Nusantara (karakteristik dan prospek untuk percepatan diversifikasi pangan). Kencana Prenada Media, Jakarta.

Kartasapoetra, V. A. G., 1988. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Daerah

Tropik. Bina Aksara, Jakarta.

Kasno, A., Trustinah, M. Anwari, dan B. Swasono, 2009. Prospek Suweg Sebagai Bahan Pangan Saat Paceklik, Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang.

Pemerintah Republik Indonesia, 2002. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 tahun 2002, Tentang Ketahanan Pangan. Sekretariat Negara Republik Indonesia, Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan.

Richana, N., dan T. C. Sunarti, 2004, Karakterisasi Sifat Fisikokimia Tepung Umbi Dan Tepung Pati Dari Umbi Ganyong, Suweg, Ubi kelapa Dan Gembili, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, J.Pascapanen 1(1)2004: 29-37.


(51)

Rubatzky, V. E., dan Yamaguchi, M., 1998. Sayuran Dunia 1 (prinsip, produksi dan gizi). Penerjemah C. Herison. Penerbit ITB, Bandung.

Saleh,N., St. A. Rahayuningsih dan M.M. Adie, Peningkatan Produksi Dan Kualitas Umbi-Umbian, Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi), P.O. Box 66.

Sastrapradja, S.D., 2012. Perjalanan Panjang Tanaman Indonesia. Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta.

Steenis,V. C. G. G. J., 2003. Flora. Pradnya Paramitha, Jakarta.

Suhardjo, Laura, J. H., Deaton, J. B., Driskel, A. J., 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian. Penerbit UI-Press, Jakarta.

Sukarsa, E., Widyaiswara., 2010. Tanaman Ganyong. BBPP Lembang. Tindal, H. D., 1983. Vegetables In The Tropics. Mac Millan Press, London. UU RI Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan.


(52)

(53)

(54)

(55)

Lampiran 4. Tabel Ketinggian Lahan di Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai

KECAMATAN KETINGGIAN LAHAN (METER)

0-7 M DPL 7-25 M DPL 25-100 M DPL 100-500 M DPL

Kotarih - - V V

Silinda

Bintang Bayu

Dolok Masihul - - V V

Serba Jadi

Sipispis - - V V

Dolok Merawan - - V V

Tebing Tinggi - V V -

Tebing Syahbadar

Bandar Khalipah V V - -

Tanjung Beringin - - V -

Teluk Mengkudu V V - -

Sei Rampah - V V -

Sei Bamban

Perbaungan V V V -

Pegajahan

Pantai Cermin V V - -


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Alfons, J. B., 2012. Inovasi Teknologi Umbi-Umbian Mendukung Ketahanan Pangan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku. maluku. litbang. deptan.go.id/ Diakses 13 Juli 2012.

Dewan Ketahanan Pangan, 2005. Peta Kerawanan Pangan Indonesia, Jakarta. Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan, 1980. Pengumpulan Data Sumber

Karbohidrat ubi-ubian lainnya. Direktorat Bina Produksi.

Dian, 2011. Pemanfaatan Umbi Uwi (Dioscorea alata L.) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Bioetanol Dengan Fermentasi Oleh Sacharomyces cereviceae ,

Djaafar, T.F., Sarjiman, dan Arlyna B.P. 2008. Pengembangan Budi Daya Tanaman Garut dan Teknologi Pengolahannya Untuk Mendukung Ketahanan Pangan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta.

Dyta, 2011. Gembili (Dioscorea esculenta). http://dityawan.blogspot.com

Gardjito, M., Djuwardi, A., Harmayani, E., 2013. Pangan Nusantara (karakteristik dan prospek untuk percepatan diversifikasi pangan). Kencana Prenada Media, Jakarta.

Kartasapoetra, V. A. G., 1988. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Daerah

Tropik. Bina Aksara, Jakarta.

Kasno, A., Trustinah, M. Anwari, dan B. Swasono, 2009. Prospek Suweg Sebagai Bahan Pangan Saat Paceklik, Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang.

Pemerintah Republik Indonesia, 2002. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 tahun 2002, Tentang Ketahanan Pangan. Sekretariat Negara Republik Indonesia, Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan.

Richana, N., dan T. C. Sunarti, 2004, Karakterisasi Sifat Fisikokimia Tepung Umbi Dan Tepung Pati Dari Umbi Ganyong, Suweg, Ubi kelapa Dan Gembili, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, J.Pascapanen 1(1)2004: 29-37.


(2)

Rubatzky, V. E., dan Yamaguchi, M., 1998. Sayuran Dunia 1 (prinsip, produksi dan gizi). Penerjemah C. Herison. Penerbit ITB, Bandung.

Saleh,N., St. A. Rahayuningsih dan M.M. Adie, Peningkatan Produksi Dan Kualitas Umbi-Umbian, Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi), P.O. Box 66.

Sastrapradja, S.D., 2012. Perjalanan Panjang Tanaman Indonesia. Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta.

Steenis,V. C. G. G. J., 2003. Flora. Pradnya Paramitha, Jakarta.

Suhardjo, Laura, J. H., Deaton, J. B., Driskel, A. J., 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian. Penerbit UI-Press, Jakarta.

Sukarsa, E., Widyaiswara., 2010. Tanaman Ganyong. BBPP Lembang. Tindal, H. D., 1983. Vegetables In The Tropics. Mac Millan Press, London. UU RI Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan.


(3)

Lampiran 1. Peta kecamatan Sei Rampah


(4)

(5)

Lampiran 3. Peta kecamatan Dolok Marsihul


(6)

Lampiran 4. Tabel Ketinggian Lahan di Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai

KECAMATAN KETINGGIAN LAHAN (METER)

0-7 M DPL 7-25 M DPL 25-100 M DPL 100-500 M DPL

Kotarih - - V V

Silinda

Bintang Bayu

Dolok Masihul - - V V

Serba Jadi

Sipispis - - V V

Dolok Merawan - - V V

Tebing Tinggi - V V -

Tebing Syahbadar

Bandar Khalipah V V - -

Tanjung Beringin - - V -

Teluk Mengkudu V V - -

Sei Rampah - V V -

Sei Bamban

Perbaungan V V V -

Pegajahan

Pantai Cermin V V - -