51087819 Prinsip Belajar dan Keterampilan Mengajar serta Manajemen Mengajar

Prinsip Belajar dan Mengajar
Belajar adalah proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan
lingkungan. Interaksi ini biasanya berlangsung secara sengaja. Kesengajaan
tercermin dari adanya faktor kesiapan, motivasi, dan tujuan yang ingin dicapai.
Beberapa prinsip umum tentang belajar, yakni :
1.
2.
3.
4.

Proses belajar adalah kompleks namun terorganisasi
Motivasi penting dalam belajar
Belajar berlangsung dari yang sederhana meningkat kepada yang kompleks
Belajar melibatkan proses perbedaan dan penggeneralisasian berbagai proses
Mengajar merupakan upaya yang disengaja dalam rangka memberi

kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan
yang dirumuskan. Dalam prosesnya aktivitas yang menonjol dalam pengajaran
ada pada siswa. Guru berperan bukan sebagai penyampai informasi, tetapi
bertindak sebagai pengarah dan pemberi fasilitas untuk terjadinya proses belajar.
Beberapa prinsip umum tentang mengajar, yakni :

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa
Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis
Mengajar harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa
Kesiapan dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam mengajar
Tujuan pengajaran harus diketahui siswa
Mengajar harus mengikuti rpinsip psikologis tentang belajar
Jenis-jenis keterampilan mengajar mempunyai rentangan dari yang sederhana

sampai yang kompleks, dari yang mengimplementasikan guru sebagai pusat
keaktifan sampai kepada penciptaan situasi yang memberi kesempatan kepada
siswa untuk melakukan kegiatan secara optimal. Jenis–jenis keterampilan
mengajar, meliputi keterampilan bertanya (dasar dan lanjutan), keterampilan
memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan,

keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan memimpin diskusi
kelompok kecil, keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, serta
keterampilan mengelola kelas.
Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan
dan memelihara kondisi belajar yang optimal, dan keterampilan untuk

mengembalikan kondisi belajar yang optimal, apabila terdapat gangguan dalam
proses belajar baik yang bersifat gangguan kecil dan sementara maupun gangguan
yang berkelanjutan. Keterampilan ini akan berdampak positif, baik pada siswa
maupun pada guru yang bersangkutan.
Keterampilan mengelola kelas bagi siswa mempunyai tujuan untuk
mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah
lakunya dan sadar untuk mengendalikan dirinya, membantu siswa agar mengerti
akan arah tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas dan melihat atau
merasakan teguran guru bukan sebagai kemarahan, serta menimbulkan rasa
berkewajiban melibatkan diri dalam tugas dan bertingkah laku yang wajar sesuai
dengan aktivitas-aktivitas kelas.
Bagi guru, tujuan keterampilan mengelola kelas adalah untuk melatih
keterampilannya dalam mengembangkan pengertian dan keterampilan dalam
memelihara kelancaran penyajian dan langkah-langkah proses belajar mengajar

secara efektif, memiliki kesadaran terhadap kebutuhan siswa dan mengembangkan
kompetensinya dalam memberikan pengarahan yang jelas kepada siswa, serta
memberi respon secara efektif terhadap tingkah laku siswa yang menimbulkan
gangguan-gangguan kecil atau ringan, memahami dan menguasai seperangkat
strategi yang dapat digunakan dalam hubungan dengan masalah tingkah laku
siswa yang berlebihan atau terus menerus melawan di kelas.
Keterampilan mengelola kelas terbagi menjadi :
1. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi
belajar yang optimal
a. Menunjukan sikap tanggap, yaitu guru memperlihatkan sikap positif
terhadap setiap perilaku yang muncul pada siswa dan memberikan
tanggapan-tanggapan atas perilaku tersebut.
b. Membagi perhatian, tidak hanya terfokus pada satu orang atau satu
kelompok tertentu yang dapat menimbulkan kecemburuan, tetapi terbagi
dengan merata kepada setiap anak yang ada di dalam kelas.

c. Memusatkan perhatian kelompok, terutama ketika kelompok harus
terpusat perhatiannya pada tugas yang harus diselesaikan.
d. Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas, selain untuk memusatkan
perhatian kelompok, juga memudahkan anak menjalankan tugas-tugas

yang dibebankan kepadanya.
e. Menegur, bukan merupakan hal yang memberikan efek menimbulkan
ketakutan pada siswa, tetapi bagaimana siswa bisa menyadari kesalahan
yang dilakukannya.
f. Memberi penguatan, dalam upaya agar prestasi yang dicapai dan perilakuperilaku yang baik dapat dipertahankan oleh siswa atau bahkan mungkin
ditingkatkan dan dapat ditularkan kepada siswa lainnya.
2. Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang
optimal
a. Memodifikasi tingkah laku, yaitu menyesuaikan bentuk-bentuk tingkah
laku kedalam tuntutan kegiatan pembelajaran sehingga tidak muncul
prototipe pada diri anak tentang peniruan perilaku yang kurang baik.
b. Pengelolaan kelompok, untuk kelancaran pembelajaran dan pencapaian
tujuan pembelajaran.
c. Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah,
mengingat permasalahan bersifat perennial dan nurturant effect sehingga
permasalahan akan muncul didalam dan akan diikuti oleh dampak
pengiring yang besar bila tidak bisa diselesaikan.
Beberapa hal yang perlu dihindari guru dalam mempraktekkan keterampilan
mengelola kelas adalah :
1. Campur tangan yang berlebihan

Campur tangan yang berlebihan dari guru kepada setiap perilaku siswa akan
memberikan dampak yang kurang baik. Campur tangan hendaknya dilakukan
sesuai dengan tugas dan tanggungjawab sebagai pendidik di kelas.
2. Kesenyapan
Proses kesenyapan memang diperlukan di kelas, tetapi tidak berjalan dengan
akumulasi yang cukup panjang karena dapat menimbulkan perilaku yang
berlebihan dari siswa dan dimanfaatkan untuk berinteraksi dengan temannya.
3. Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan

Awal dan akhir kegiatan adalah hal yang krusial bagi guru. Awal adalah
pembuka jalan dalam mengorganisasikan pikiran anak untuk menemukan dan
melakukan berbagai hal di kelas dan akhir adalah bentuk akumulasi tentang
pemahaman atas kegiatan dan kegiatan lanjutan yang akan dilakukan siswa.
4. Penyimpangan
Perilaku menyimpang kaitannya dalam pelaksanaan pembelajaran.
5. Bertele-tele
Kata atau kalimat dan kegiatan yang bertele-tele akan menimbulkan
kebosanan dan ketidaknyamanan ketika hal itu tertuju pada satu orang atau
satu pokok bahasan saja.
6. Pengulangan penjelasan yang tidak perlu

Pengulangan bisa menimbulkan kesan yang kurang baik pada diri siswa.
Fungsi guru dalam pembelajaran, meliputi :
1. Fungsi instruksional
Fungsi intruksional yang selalu diutamakan oleh guru, yaitu menyampaikan
sejumlah keterangan-keterangan dan fakta-fakta kepada murid, memberikan
tugas-tugas, dan mengoreksi atau memeriksanya.
2. Fungsi Edukasional
Fungsi guru sesungguhnya bukan hanya mengajar, tetapi juga mendidik.
Fungsi edukasional ini merupakan fungsi sentral guru. Dalam fungsi ini setiap
guru harus berusaha mendidik murid-muridnya menjadi manusia dewasa.
3. Fungsi Managerial
Fungsi kepemimpinan atau managerial guru dalam administrasi sekolah tidak
hanya terbatas di dalam kelas, akan tetapi juga menyangkut situasi sekolah,
bahkan menyangkut kegiatan-kegiatan di masyarakat.
Manajemen kelas di Sekolah Dasar tidak hanya pengaturan belajar, fasilitas
dan rutinitas, tetapi menyiapkan kondisi kelas dan lingkungan sekolah agar
tercipta kenyamanan dan suasana belajar yang efektif. Oleh karena itu, sekolah
dan kelas perlu dikelola secara baik untuk menciptakan iklim belajar yang
menunjang.
Guru harus memahami beberapa faktor yang dapat mempengaruhi belajar,

antara lain :
1. Kondisi fisik

Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil
pembelajaran. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat
minimal mendukung meningkatnya intensitas proses pembelajaran dan
mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran.
Lingkungan fisik yang dimaksud meliputi ruangan tempat berlangsungnya
proses belajar mengajar, pengaturan tempat duduk, ventilasi dan pengaturan
cahaya, serta pengaturan penyimpanan barang-barang.
2. Kondisi sosio emosional
Kondisi sosio emosional dalam kelas mempunyai pengaruh yang cukup besar
terhadap proses belajar mengajar, kegairahan siswa dan efektifitas tercapainya
tujuan pengajaran. Kondisi sosio emosional meliputi tipe kepemimpinan,
sikap guru, suara guru, dan hubungan timbal balik.
3. Kondisi organisasional
Kegiatan rutin secara organisasional akan mencegah timbulnya masalah dalam
pengelolaan kelas. Kegiatan rutin yang telah diatur secara jelas dan telah
dikomunikasikan kepada semua siswa secara terbuka akan menyebabkan
tertanamnya pada diri setiap siswa kebiasaan yang baik. Di samping itu,

mereka akan terbiasa bertingkah laku secara teratur dan penuh disiplin.
Pembelajaran yang Efektif
Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan interaksi antara guru dan
peserta didik yang sebagian besar ditentukan oleh pribadi pendidik dalam
mengajar dan peserta didik dalam belajar. Kualitas hubungan antara guru dan
peserta didik menentukan keberhasilan proses belajar yang efektif.
Belajar adalah proses aktif yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang dalam berbagai bentuk, seperti berubahnya pengetahuan, pemahaman,
sikap dan tingkah laku, kecakapan, serta kemampuan. Proses belajar mengajar
adalah proses melihat dan mengalami, mengamati dan memahami sesuatu untuk
memperoleh hasil yang ditentukan melalui pembinaan, pemberian penjelasan,
pemberian bantuan dan dorongan dari pendidik.
Mengingat begitu pentingnya peranan hubungan antara guru dan peserta didik
dalam menentukan keberhasilan pembelajaran, guru dituntut untuk mampu

menciptakan hubungan yang positif. Guru juga dituntut untuk mampu
menciptakan suasana kondusif agar siswa terlibat sepenuhnya pada kegiatan
pembelajaran. Fungsi guru dalam proses pembelajaran, antara lain sebagai
manajer, fasilitator, moderator, motivator, dan evaluator. Sebagai manajer, guru
pada hakekatnya berfungsi untuk melakukan semua kegiatan-kegiatan yang perlu

dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan dalam batas-batas kebijaksanaan
umum yang telah ditentukan. Sebagai fasilitator, seorang guru berfungsi untuk
memberi kemudahan kepada siswa untuk belajar. Sebagai moderator, guru
bertugas mengatur, mengarahkan, mendorong dan mempengaruhi kegiatan
pembelajaran. Sebagai motivator, guru harus bisa memotivasi siswa, menciptakan
lingkungan dan suasana yang mendorong siswa untuk mau belajar dan memiliki
keinginan

untuk

belajar.

Sedangkan

sebagai

evaluator,

guru


bertugas

mengevaluasi proses belajar mengajar dan memberikan umpan balik hasil belajar
siswa, baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Untuk melaksanakan fungsinya tersebut, guru dituntut untuk memiliki
kemampuan yang memadai, baik kemampuan pribadi, kemampuan profesional,
maupun kemampuan sosial. Kemampuan pribadi meliputi berbagai karakteristik
kepribadian, seperti integritas pribadi, adil, jujur, kreatif, berwibawa, dan lain-lain.
Kemampuan profesional meliputi penguasaan materi pelajaran dan kemampuan
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses pembelajaran. Sedangkan
kemampuan sosial meliputi keterampilan berkomunikasi dengan siswa dan dapat
bekerjasama dengan semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung
dalam pembelajaran.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan peserta didik dan guru agar memperoleh
hasil yang memuaskan dalam proses belajar mengajar, yaitu :
1. Menciptakan suasana yang menyenangkan dan merangsang aktivitas proses
belajar mengajar
2. Mengoptimalkan hasil melalui proses belajar mengajar yang berdaya guna dan
berhasil guna
3. Mengerjakan tugas dengan baik

4. Merumuskan tujuan pembelajaran secara nyata

5. Melihat kembali hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai
6. Mencari jalan agar dalam proses belajar mengajar lebih aktif dan kreatif
Pembelajaran yang optimal terjadi dalam sekuen yang terprediksi. Secara garis
besar, sekuen terdiri atas lima tahap. Pertama tahap pra-pemaparan atau persiapan
yang memberi kerangka bagi otak untuk mengoneksikan pengalaman baru. Kedua
adalah tahap akuisisi yang dapat dicapai, baik melalui sarana langsung seperti
dengan penyediaan lembar informasi atau sarana tidak langsung seperti dengan
menempatkan visual-visual yang terkait. Tahap ketiga yakni elaborasi,
mengeksplorasi interkoneksi dari topik-topik dan mendorong terjadinya
pemahaman lebih dalam. Tahap keempat adalah formasi memori, pembelajaran
yang merekatkan agar apa yang telah dipelajari dapat dipanggil kembali pada
kesempatan lain. Yang terakhir adalah tahap integrasi fungsional, mengingatkan
untuk menggunakan pembelajaran baru tersebut agar diperkuat dan diperluas.
Banyak kegiatan yang harus ditempuh dan dilakukan dalam proses belajar
mengajar. Untuk memperoleh keberhasilan proses pembelajaran, guru dan peserta
didik perlu mengetahui, memahami, dan terampil dalam melaksanakan prosedur
pembelajaran yang terdiri dari :
1. Tahap pra pembelajaran
a. Menganalisis materi belajar yang tersedia dengan mempertimbangkan
aspek ruang lingkup dan urutan materi dikaitkan dengan tujuan belajar dan
dampak iring yang hendak dicapai.
b. Menganalisis potensi, pengalaman, dan kebutuhan peserta didik dikaitkan
dengan tujuan yang hendak dicapai dan materi yang harus dikuasai.
c. Menganalisis jenis kecakapan hidup yang dapat dipelajari secara langsung
maupun tidak langsung dari setiap materi belajar yang akan disajikan.
d. Menganalisis sumber belajar dan fasilitas pembelajaran yang tersedia atau
dapat disediakan untuk mendukung proses pembelajaran.
e. Menyusun program pembelajaran untuk waktu tertentu.
2. Tahap pelaksanaan pembelajaran
a. Mengaitkan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan apa yang
sudah dipelajari dan dengan pengalaman atau pemahaman yang sudah
dimiliki peserta didik.

b. Menginformasikan tujuan dan program pembelajaran yang dirancang guru
pada tahap pra pembelajaran.
c. Mengorganisasikan pelaksanaan kegiatan belajar peserta didik.
d. Penyajian bahan belajar melalui pemanfaatan sumber dan fasilitas belajar
yang tersedia.
e. Memotivasi kegiatan belajar peserta didik melalui penguatan, penjelasan,
penghargaan, maupun apresiasi.
f. Menyesuaikan kegiatan belajar peserta didik berdasarkan analisis aktual
kondisi proses pembelajaran yang terjadi.
3. Tahap penilaian pembelajaran
a. Melakukan penilaian proses belajar sesuai dengan prosedur yang
dirancang.
b. Melakukan penilaian hasil belajar yang dicapai peserta didik untuk
mengukur ketercapaian tujuan serta dampak iringnya.
c. Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar dikaitkan dengan
tujuan pembelajaran.
d. Menggunakan hasil analisis sebagai referensi peningkatan kualitas proses
pembelajaran mendatang.
Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari cara pendidik mengajar
dan peserta didik belajar. Untuk kegiatan pembelajaran yang efektif dan
memperoleh hasil yang memuaskan, maka perlu digunakan cara belajar yang
efektif pula. Komponen yang perlu diperhatikan dalam menciptakan pembelajaran
yang efektif, yaitu :
1. Tujuan yang diharapkan merupakan tugas, tuntutan atau kebutuhan yang harus
dipenuhi atau sistem nilai yang harus nampak dalam perilaku dan merupakan
karakteristik kepribadian peserta didik.
2. Pembelajaran berusaha mengembangkan peserta didik seoptimal mungkin
melalui berbagai kegiatan.
Adapun kriteria pembelajaran efektif, di antaranya :
1. Target pembelajaran yang ditetapkan dalam tujuan pembelajaran khusus
minimum tercapai 80%
2. Waktu yang dibutuhkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah
tepat atau kurang dari seluruh waktu kegiatan pembelajaran

3. Berkembangnya rasa ingin tahu dan siswa terangsang untuk melakukan
kegiatan belajar
4. Kegiatan guru dan siswa mampu menciptakan suasana dan lingkungan
kondusif untuk aktivitas belajar
5. Pengembangan keterampilan peserta didik sebagai hasil dari proses
pembelajaran yang semakin meningkat dan berkembang secara baik dan wajar

DAFTAR PUSTAKA

Gumelar, Eva. (2010). Faktor dan Tahap Pembelajaran. [Online]. Tersedia:
http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/09/faktor-dan-tahappembelajaran [13 Maret 2011]

Kapludin,

Yusran.

(2010).

Manajemen

Kelas.

[Online].

Tersedia:

http://titalama.wordpress.com/2010/03/18/manajemen-kelas [13 Maret
2011]

Rukmana, Ade dan Asep Suryana. (2006). Pengelolaan Kelas. Bandung : UPI
Press