359582886 Laporan Akhir Pembekalan Peserta Plpg 2017 Arif Eka

LAPORAN AKHIR PEMBEKALAN PESERTA PLPG 2017

DISUSUN OLEH:
NAMA

:

ARIF EKA SUPRAYITNO

NUPTK

:

8742765666200002

NO. PESERTA

:

17121202710063


BIDANG STUDI SERTIFIKASI

:

(027) GURU KELAS

ASAL SEKOLAH

:

SDN 01 BAKEM SUKA MULYA

KABUPATEN
PROVINSI

:

TULANG BAWANG BARAT
:


LAMPUNG

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PEMBEKALAN PESERTA

PLPG TAHUN 2017

Disusun Oleh :
Nama

:ARIF EKA SUPRAYITNO

NUPTK

: 742765666200002

No. Peserta

: 17121202710063


Bidang Studi Sertifikasi

: (027) GURU KELAS

Sekolah Asal

: SDN 01 BAKEM SUKA MULYA

Telah disahkan pada tanggal 18 September 2017, oleh Kepala Sekolah Dasar
Negeri 01 Bakem Suka Mulya, kecamatan Pagar Dewa, kabupaten Tulang
Bawang Barat.

Kepala SDN 01 Bakem Suka Mulya

SYARKOWI , A.Ma.Pd
NIP. 197101042000071002

KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kepada ALLAH SWT karena rahmat
dan karunia Nya, saya dapat menyelesaikan penyususan laporan akhir

pembekalan peserta PLPG tahun 2017 ini.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat akhir pembekalan dalam proses
mengikuti PLPG tahun 2017.
Dalam penyusunan laporan ini, saya menyadari bahwa laporan ini banyak sekali
kekurangan dan jauh dari sempurna. Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan
terima kasih kepada:
1.Syarkowi, A.Ma.Pd, selaku Kepala SDN 01 Bakem Suka Mulya
2.Maman Surahman, selaku mentor/pembimbing dalam pembekalan PLPG tahun
2017
3.Orang tua saya, istri dan anak saya, yang selalu memberikan motivasi dalam
kehidupan saya.
4.Teman sejawat maupun teman kelompok dalam pembekalan ini yang selalu
memberi saran membangun terhadap laporan ini.
Harapan saya, laporan ini dapat membantu pembaca dalam pemenuhan
tugas-tugas pembekalan PLPG selanjutnya, terutama dalam memenuhi syarat
yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
saya harapkan demi laporan yang lebih baik lagi.

DAFTAR ISI
Halaman Judul

Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I. Sumber Belajar Pedagogik
A.Ringkasan Materi
B.Deskripsi Kemajuan yang diperoleh Setelah Pembekalan/Mentoring
C.Materi EssensialTetapi Tidak Ada Dalam Sumber Belajar
D.Materi Tidak Essensial Tetapi Ada Dalam Sumber Belajar
E.Saran Dan Masukan Yang Diberikan Mentor Saat Pembekalan
BAB II. Sumber Belajar Bidang Studi
A.Ringkasan Materi
B.Deskripsi Kemajuan Setelah Pembekalan/Mentoring
1.Materi yang sudah dikuasai
2.Materi yang belum dikuasai
C. Materi EssensialTetapi Tidak Ada Dalam Sumber Belajar
D. Materi Tidak Essensial Tetapi Ada Dalam Sumber Belajar

E.Kemajuan Menyelesaikan Latihan Soal Uraian
1.Soal Uraian Yang Dapat Diselesaikan Tanpa Bantuan Mentor
2. Soal Uraian Yang Dapat Diselesaikan Setelah Mendapat Bantuan Mentor

3.Soal Uraian Yang Belum Dapat Diselesaikan Atau Belum Sempat Dilakukan
Pembimbingan Oleh Mentor
BAB III. PENUTUP

BAB I. SUMBER BELAJAR PEDAGOGIK
A.Ringkasan Materi
1. Pengembangan Pendidikan Karakter dan Potensi Peserta Didik
Siswa sebagai subyek pembelajaran merupakan individu
aktif dengan berbagai karakteristiknya, sehingga dalam proses
pembelajaran terjadi interaksi timbal balik, baik antara guru
dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa. Oleh karena itu,
salah satu dari kompetensi pedagogik yang harus dikuasai guru
adalah memahami karakteristik anak didik, sehingga tujuan
pembelajaran, materi yang disiapkan, dan metode yang dirancang
untuk menyampaikannya sesuai dengan karakteristik siswa.
Teori perkembangan menurut Jean Piaget (Harre dan Lamb,
1988). Teori-teorinya lebih memfokuskan kajiannya dalam aspek
perkembangan kognitif anak dan mengelompokkannya dalam
empat tahap, yaitu:
a. Tingkat Sensori-motor

Tahap ini juga disebut masa discriminating dan labeling.
Pada masa ini kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak
reflex, bahasa awal, dan ruang waktu sekarang saja. Tingkat
sensori-motor menepati dua tahun pertama dalam kehidupan.
b. Tingkat Pra-operasional
Pada tahap praoperasional, atau prakonseptual, atau disebut
juga dengan masa intuitif, anak mulai mengembangkan
kemampuan menerima stimulus secara terbatas. Kemampuan
bahasa mulai berkembang, pemikiran masih statis, belum dapat
berfikir abstrak, dan kemampuan persepsi waktu dan ruang
masih terbatas. Tingkat ini ialah umur antara 2 hingga 7 tahun.
c. Tingkat Operasional Konkret
Tahap ini juga disebut masa performing operation. Pada
masa ini, anak sudah mampu menyelesaikan tugas-tugas
menggabungkan,

memisahkan,

menyusun,


menderetkan,

melipat, dan membagi. Periode operasional konkret adalah
antara umur 7 – 11 tahun.
d. Tingkat Operasional Formal
Tahap ini disebut masa proportional thinking. Pada masa
ini, anak sudah mampu berfikir tingkat tinggi, seperti berfikir
secara deduktif, induktif, menganalisis, mensintesis, mampu
berfikir secara abstrak dan secara reflektif, serta mampu
memecahkan berbagai masalah. Pada umur kira-kira 11 tahun.
Kemajuan utama pada anak selama periode ini ialah bahwa
ia tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda-benda atau
peristiwa-peristiwa konkret; ia mempunyai kemampuan untuk
berpikir abstrak.
Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasional
konkret mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut:
-

mulai memandang dunia secara objektif,


-

mulai berpikir secara operasional,

-

mempergunakan

cara

berpikir

operasional

untuk

mengklasifikasikan benda-benda,
-

membentuk

aturan-aturan,

dan

mempergunakan

prinsip

ilmiah

keterhubungan
sederhana,

dan

mempergunakan hubungan sebab akibat
-

memahami konsep 10 substansi, volume zat cair,
panjang, lebar, luas, dan berat.

Sedangkan perkembangan emosi anak usia sekolah dasar

antara lain anak telah dapat :
-

mengekspresikan reaksi terhadap orang lain

-

mengontrol emosi

-

berpisah dengan orang tua dan

-

belajar tentang benar dan salah.

Kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki
tiga ciri, yaitu: konkrit, integratif, dan hirarkis. Konkrit
mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang

nyata, yakni segala sesuatu yang dapat dilihat, didengar, dibaui,
diraba, dan dikotak-katik, dengan titik penekanan pada
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Integratif, pada
tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang
dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu
memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini
melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal
umum ke bagian demi bagian. Sedangkan hirarkis, pada tahapan
usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara
bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih
kompleks.
Berdasarkan karakteristik perkembangan peserta didik anak
usia sekolah dasar tersebut, maka guru sekolah dasar harus
mampu mengidentifikasi potensi, pengetahuan awal, dan
mendiagnosis kesulitan peserta didik dalam pembelajaran lima
mata pelajaran sehingga pembelajaran menjadi bermakna.
2. Teori Belajar
Ada beberapa teori belajar yang melandasi guru-guru
sekolah dasar dalam merancang, melaksanakan, dan menilai
pembelajaran lima mata pelajaran, yaitu :
1. Teori belajar Vygotsky
Menurut pandangan konstruktivisme tentang belajar,
individu akan menggunakan pengetahuan siap dan pengalaman
pribadi yang telah dimilikinya untuk membantu memahami
masalah atau materi baru.
Lev Semenovich Vygotsky menyatakan bahwa siswa dalam
mengkonstruksi suatu konsep perlu memperhatikan lingkungan
sosial. Ada dua konsep penting dalam teori Vygotsky, yaitu
1)

Zone of Proximal Development (ZPD) merupakan jarak
antara tingkat perkembangan aktual (yang didefinisikan
sebagai kemampuan pemecahan masalah secara mandiri).

2)

Scaffolding

merupakan

pemberian

sejumlah

bantuan

kepada siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran,
kemudian

mengurangi

bantuan

dan

memberikan

kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang
semakin besar setelah ia dapat melakukannya.
2. Teori Belajar Van Hiele
Van Hiele adalah seorang guru bangsa Belanda yang
mengadakan

penelitian

dalam

pembelajaran

geometri.

Penelitian yang dilakukan Van Hiele melahirkan beberapa
kesimpulan mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif anak
dalam memahami geometri, yaitu :
a) Tahap Visualisasi (Pengenalan)
b) Tahap Analisis (Deskriptif)
c) Tahap Deduksi Formal (Pengurutan atau Relasional)
d) Tahap Deduksi
e) Tahap Akurasi (tingkat metamatematis atau keakuratan)
Selain

mengemukakan

mengenai

tahap-tahap

perkembangan kognitif dalam memahami geometri, Van Hiele
juga mengemukakan bahwa terdapat tiga unsur yang utama
pembelajaran geometri yaitu waktu, materi pembelajaran dan
metode penyusun yang apabila dikelola secara terpadu dapat
mengakibatkan meningkatnya kemampuan berpikir anak
kepada tahap yang lebih tinggi dari tahap yang sebelumnya.

3. Teori Belajar Ausubel
Ausubel (dalam Dahar, 1988:137) mengemukakan bahwa
belajar bermakna adalah suatu proses dikaitkannya informasi
baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur
kognitif seseorang. Suatu pembelajaran dikatakan bermakna
apabila melalui prasyarat belajar, yaitu:

a.

Materi yang akan dipelajari bermakna secara potensial.
Dikatakan bermakna secara potensial apabila materi
tersebut memiliki kebermaknaan secara logis dan gagasan
yang relevan harus terdapat dalam struktur kognitif siswa.

b.

Anak yang akan belajar harus bertujuan melaksanakan
belajar bermakna sehingga mempunyai kesiapan dan niat
dalam belajar bermakna.

Kondisi-kondisi atau ciri-ciri belajar bermakna sebagai berikut:
-

Menjelaskan hubungan atau relevansi bahan-bahan baru
dengan bahan-bahan lama.

-

Lebih dulu diberikan ide yang paling umum dan
kemudian hal-hal yang lebih terperinci

-

Menunjukkan persamaan dan perbedaan antara bahan baru
dengan bahan lama

-

Mengusahakan

agar

ide

yang

telah

ada

dikuasai

sepenuhnya sebelum ide yang baru disajikan.
Ausubel (Dahar , 1989 : 141) menyebutkan ada tiga kebaikan
dari belajar bermakna yaitu:
-

Informasi yang dipelajari lebih lama untuk diingat.

-

Memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi
pelajaran yang mirip.

-

Mempermudah belajar hal-hal yang mirip walaupun telah
terjadi lupa.

Untuk menerapkan teori Ausubel dalam mengajar, ada
beberapa prinsip-prinsip dan konsep-konsep yang perlu kita
perhatikan, yaitu :
a.

Pengatur awal

b.

Diferensiasi Progresif

c.

Belajar Superordinat

d.

Penyesuaian integrative

4. Teori Belajar Bruner

Bruner (1966) mengemukakan bahwa terdapat tiga sistem
keterampilan

untuk

menyatakan

kemampuan-kemampuan

secara sempurna. Ketiga sistem keterampilan itu adalah yang
disebut tiga cara penyajian (modes of presents), yaitu:
1)

Cara penyajian enaktif
Cara penyajian enaktif adalah melalui tindakan, anak
terlibat secara langsung dalam memanipulasi (mengotakatik ) objek, sehingga bersifat manipulatif. Anak belajar
sesuatu pengetahuan secara aktif, dengan menggunakan
benda-benda konkret atau situasi nyata.

2)

Cara penyajian ikonik
Cara penyajian ikonik didasarkan pada pikiran internal
dimana

pengetahuan

gambar-gambar

atau

disajikan
grafik,

melalui
yang

serangkaian

dilakukan

anak

berhubungan dengan mental, yang merupakan gambaran
dari objek-objek yang dimanipulasinya.
3)

Cara penyajian simbolik
Cara penyajian simbolik didasarkan pada sistem berpikir
abstrak, arbitrer, dan lebih fleksibel. Dalam tahap ini anak
memanipulasi simbol-simbol atau lambang-lambang objek
tertentu.

3. Model – Model Pembelajaran
1) Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem - Based Learning)
Pembelajaran

Berbasis

Masalah

(PBM)

adalah

pembelajaran yang menggunakan masalah nyata sehari-hari
(otentik) yang bersifat terbuka (open-ended) untuk diselesaikan
oleh peserta didik dalam rangka mengembangkan keterampilan
berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah, keterampilan sosial,
keterampilan untuk belajar mandiri, dan membangun atau
memperoleh pengetahuan baru. Pemilihan masalah dilakukan atas
pertimbangan kesesuaiannya dengan pencapaian kompetensi dasar.
Prinsip – prinsip Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu :

1.

Penggunaan masalah nyata (otentik)

2.

Berpusat pada peserta didik (student – centered)

3.

Guru berperan sebagai fasilitator

4.

Kolaborasi antarpeserta didik

5.

Sesuai dengan paham kontruktivisme yang menekankan pada
peserta didik untuk secara aktif memperoleh pengetahuannya
sendiri

Tahap-tahap pembelajaran berbasis masalah, sebagai berikut:
1. Orientasi terhadap masalah
2. Organisasi belajar
3. Penyelidikan individual maupun kelompok
4. Pengembangan dan penyajian hasil penyelesaian masalah
5. Analisis dan evaluasi proses penyelesaian masalah
2) Pembelajaran Berbasis Projek (Project-Based Learning)
Pembelajaran Berbasis Projek (PBP) adalah kegiatan
pembelajaran yang menggunakan projek/kegiatan sebagai proses
pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Pembelajaran Berbasis Projek merupakan model
pembelajaran yang menggunakan projek sebagai langkah awal
dalam mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan baru
berdasarkan pengalaman nyata.
Tujuan Pembelajaran Berbasis Projek (PBP) adalah sebagai
berikut:
a. Memperoleh pengetahuan dan ketrampilan baru dalam
pembelajaran
b. Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan
masalah projek.
c. Membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah
projek yang kompleks dengan hasil produk nyata berupa
barang atau jasa.

d. Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta didik
dalam mengelola sumber/bahan/alat untuk menyelesaikan
tugas/projek.
e. Meningkatkan kolaborasi peserta didik khususnya pada PBP
yang bersifat kelompok.
Prinsip-prinsip pembelajaran berbasis projek adalah sebagai
berikut:
a. Pembelajaran berpusat pada peserta didik yang melibatkan
tugas-tugas projek pada kehidupan nyata untuk memperkaya
pembelajaran.
b. Tugas projek menekankan pada kegiatan penelitian berdasarkan
suatu tema atau topik yang telah ditentukan.
c. Tema atau topik yang dibelajarkan dapat dikembangkan dari
suatu kompetensi dasar tertentu atau gabungan beberapa
kompetensi dasar dalam suatu mata pelajaran, atau gabungan
beberapa kompetensi dasar antarmata pelajaran.
d. Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara otentik dan
menghasilkan produk nyata yang telah dianalisis dan
dikembangkan berdasarkan tema/topik yang disusun dalam
bentuk produk (laporan atau hasil karya).
e. Pembelajaran dirancang dalam pertemuan tatap muka dan tugas
mandiri dalam fasilitasi dan monitoring oleh guru.
Langkah – langkah dalam pembelajaran PBP, yaitu:
1. Penentuan projek
2. Perancangan langkah – langkah penyelesaian projek
3. Penyusunan jadwal pelaksanaan projek
4. Penyelesaian projek dengan fasilitasi dan monitoring guru
5. Penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil projek
6. Evaluasi proses dan hasil projek
3) Pembelajaran Menemukan (Discovery Learning)
Pembelajaran menemukan (Discovery Learning) adalah
pembelajaran untuk menemukan konsep, makna, dan hubungan

kausalmelalui pengorganisasian pembelajaran yang dilakukan oleh
peserta didik.
Ciri – ciri pembelajaran menemukan (Discovery Learning), yaitu:
1. Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan,
menggabungkan, dan menggeneralisasi pengetahuan
2. Berpusat pada peserta didik
3. Kegiatan yang menggabungkan pengetahuan baru dengan
pengetahuan yang sudah ada
Karakteristik pembelajaran menemukan (Discovery Learning),
yaitu:
1. Guru sebagai pembimbing
2. Peserta didik sebagai seorang ilmuwan
3. Bahan ajar disajikan dalam bentuk informasi dan peserta didik
melakukan

kegiatan

menghimpun,

membandingkan,

mengkategorikan, menganalisis serta membuat kesimpulan.
Langkah – langkah pembelajaran menemukan, yaitu:
1. Persiapan
2. Stimulasi/pemberian rangsangan
3. Identifikasi masalah
4. Mengumpulkan data
5. Pengolahan data
6. Pembuktian
7. Menarik kesimpulan
8.
4.MEDIA PEMBELAJARAN
5.Evaluasi Hasil Belajar
Berdasarkan Permendikbud No. 23 Tahun 2016 Standar
Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan,
manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian
hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam
penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan
pendidikan menengah. Penilaian adalah merupakan pengumpulan

dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil
belajar peserta didik. Pembelajaran adalah proses interaksi antar
peserta didik, antara peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Ulangan adalah proses yang
dilakukan untuk mengukur pencapaian Kompetensi Peserta Didik
secara berkelanjutan dalam proses Pembelajaran untuk memantau
kemajuan dan perbaikan hasil belajar Peserta Didik.
a) Penilaian Pembelajaran
Aspek yang dinilai dalam penilaian matematika meliputi
pemahaman konsep (comprehension), melakukan prosedur,
representasi dan penafsiran, penalaran (reasoning), pemecahan
masalah dan sikap.
Penilaian aspek penalaran dan bukti meliputi identifikasi
contoh dan bukan contoh, menyusun dan memeriksa kebenaran
dugaan

(conjecture),

generalisasi,

menjelaskan

menggunakan

contoh

hubungan,

membuat

kontra,

membuat

kesimpulan, merencanakan dan mengkonstruksi argumenargumen matematis, menurunkan atau membuktikan kebenaran
rumus dengan berbagai cara.
Penilaian

pemecahan

masalah

dalam

matematika

merupakan proses untuk menilai kemampuan menerapkan
pengetahuan matematika yang telah diperoleh sebelumnya ke
dalam situasi baru yang belum dikenal, baik dalam konteks
matematika maupun di luar matematika. Penilaian hasil belajar
oleh pendidik dilaksanakan dalam bentuk penilaian autentik
dan non-autentik.
b) Fungsi dan Tujuan Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik
Secara umum, penilaian hasil belajar oleh pendidik
dilaksanakan untuk memenuhi fungsi formatif dan sumatif
dalam penilaian. Secara lebih khusus penilaian hasil belajar
oleh pendidik berfungsi untuk:
-

memantau kemajuan belajar;

-

memantau hasil belajar; dan

-

mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik
secara berkesinambungan.
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan dalam

bentuk ulangan, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain
yang diperlukan. Penilaian ini digunakan oleh pendidik untuk:
-

mengukur dan mengetahui pencapaian kompetensi Peserta
Didik;

-

memperbaiki proses pembelajaran; dan

-

menyusun laporan kemajuan hasil belajar harian, tengah
semester, akhir semester, akhir tahun. dan/atau kenaikan
kelas.

c) Prinsip-prinsip Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik
Prinsip umum penilaian hasil belajar oleh pendidik meliputi :
-

Sahih, berarti didasarkan pada data yang mencerminkan
kemampuan yang diukur.

-

Objektif, berarti didasarkan pada prosedur dan kriteria yang
jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.

-

Adil, berarti tidak menguntungkan atau merugikan peserta
didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar
belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial
ekonomi, dan gender.

-

Terpadu, artinya merupakan salah satu komponen yang tak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

-

Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan
dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak
yang berkepentingan.

-

Holistik/menyeluruh

dan berkesinambungan, berarti

penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan
menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk
memantau perkembangan kemampuan peserta didik.

-

Sistematis, berarti dilakukan secara berencana dan bertahap
dengan mengikuti langkah-langkah baku.

-

Beracuan

kriteria,

artinya

didasarkan

pada

ukuran

pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
-

Akuntabel, penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik
dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.

Prinsip khusus untuk penilaian autentik meliputi :
-

materi penilaian dikembangkan dari kurikulum;

-

bersifat lintas muatan atau mata pelajaran;

-

berkaitan dengan kemampuan peserta didik;

-

berbasis kinerja peserta didik;

-

memotivasi belajar peserta didik;

-

menekankan pada kegiatan dan pengalaman belajar peserta
didik;

-

memberi kebebasan peserta didik untuk mengkonstruksi
responnya;

-

menekankan

keterpaduan

sikap,

pengetahuan,

dan

keterampilan;
-

mengembangkan kemampuan berpikir divergen;

-

menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran;

-

menghendaki balikan yang segera dan terus menerus;

-

menekankan konteks yang mencerminkan dunia nyata;

-

terkait dengan dunia kerja;

-

menggunakan data yang diperoleh langsung dari dunia
nyata; dan

-

menggunakan berbagai cara dan instrument.

d) Lingkup dan Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik
Lingkup penilaian hasil belajar oleh pendidik mencakup
kompetensi

sikap

spiritual,

kompetensi

sikap

kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan.

sosial,

Sasaran penilaian hasil belajar oleh pendidik terhadap
kompetensi sikap spiritual dan kompetensi sikap sosial meliputi
tingkatan

sikap:

menerima,

menanggapi,

menghargai,

menghayati, dan mengamalkan nilai spiritual dan nilai sosial.
Sasaran penilaian hasil belajar oleh pendidik terhadap
kompetensi pengetahuan meliputi tingkatan kemampuan
mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, dan
mengevaluasi pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual,
pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif.
Sasaran penilaian hasil belajar oleh pendidik terhadap
kompetensi keterampilan mencakup keterampilan abstrak dan
keterampilan konkrit.
e) Skala Penilaian dan Ketuntasan
1. Skala Penilaian
Penilaian hasil belajar oleh pendidik untuk kompetensi
sikap,

kompetensi

pengetahuan,

dan

kompetensi

keterampilan menggunakan skala penilaian. Predikat untuk
sikap spiritual dan sikap sosial dinyatakan dengan A =
sangat baik, B = baik, C = cukup, dan D = kurang.
Skala penilaian untuk kompetensi pengetahuan dan
kompetensi keterampilan diperoleh dengan cara merataratakan hasil pencapaian kompetensi setiap KD selama satu
semester. Nilai akhir selama satu semester pada rapor
ditulis dalam bentuk angka 0 – 100 dan predikat serta
dilengkapi dengan deskripsi singkat pencapaian KD yang
menonjol dan yang belum tercapai.
2. Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar merupakan tingkat minimal
pencapaian kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan,
dan kompetensi keterampilan meliputi: (1) ketuntasan
penguasaan substansi; dan (2) ketuntasan belajar
f) Instrumen Penilaian

Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilaksanakan dengan
menggunakan instrumen penilaian. Dalam Permendikbud
Nomor 53 Tahun 2015 dinyatakan bahwa instrumen penilaian
harus

memenuhi

persyaratan:

(1)

substansi

yang

merepresentasikan kompetensi yang dinilai; (2) konstruksi
yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk
instrumen yang digunakan; dan (3) penggunaan bahasa yang
baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
Instrument yang di gunakan untuk menilai kompetensi
pengetahuan yaitu, tes tulis, tes lisan, dan penugasan.
Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban
singkat, benar- salah, menjodohkan, dan uraian.
Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui
penilaian kinerja, yaitu:
-

Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon
berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau
perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi.

-

Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang
meliputi

kegiatan

perancangan,

pelaksanaan,

dan

pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu
tertentu.
-

Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan
dengan cara menilai kumpulan seluruh karya peserta
didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektifintegratif

untuk

mengetahui

minat,

perkembangan,

prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun
waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan
nyata yang mencerminkan kepedulian peserta didik
terhadap lingkungannya.
g) Prosedur Penilaian

Pelaksanaan penilaian diawali dengan merumuskan
indikator

pencapaian

kompetensi

pengetahuan

dan

keterampilan yang dijabarkan dari Kompetensi Dasar (KD).
h) Teknik penilaian
Teknik penilaian dipilih sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar. Penilaian sikap
dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, penilaian diri, dan penilaian
antar teman. Penilaian pengetahuan menggunakan teknik penilaian tes tertulis,
penugasan dan portofolio (sebagai bahan guru mendeskripsikan capaian
pengetahuan di akhir semester). Penilaian keterampilan menggunakan teknik
penilaian kinerja, projek, dan portofolio.
B.Deskripsi Kemajuan yang diperoleh Setelah Pembekalan/Mentoring
C.Materi EssensialTetapi Tidak Ada Dalam Sumber Belajar
Materi essensial yang tidak terdapat dalam sumber belajar pedagogik ini yaitu,
Memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk kepentingan
pembelajaran. TIK merupakan salah satu cara dalam mengembangkan
pembelajaran yang lebih mudah dan hemat. Dengan TIK pembelajaran terasa
lebih menyenangkan dan lebih mnghemat waktu sehingga apa yang menjadi
tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai.
D.Materi Tidak Essensial Tetapi Ada Dalam Sumber Belajar
Materi yang tidak essensial namun dijelaskan dalam sumber belajar pedagogik ini
adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pada materi ini sudah dapat diketahui
melalui evaluasi proses dan hasil belajar.
E.Saran Dan Masukan Yang Diberikan Mentor Saat Pembekalan

BAB II. Sumber Belajar Bidang Studi
A.Ringkasan Materi
ARIMATIKA/BILANGAN
1. Pengertian Bilangan
Bilangan ialah suatu konsep yang ada dalam pikiran (abstrak) yang memberi
gambaran tentang banyaknya suatu benda. Dalam dunia nyata bilangan
digambarkan dengan angka-angka, yakni: 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9.
2. Bilangan Bulat
Bilangan bulat merupakan gabungan bilangan nol, bilangan asli, dan negatif
bilangan asli. Dengan demikian bilangan bulat meliputi bilangan bulat positif
(positive integers), 0, dan bilangan bulat negatif (negative integers). Setiap
bilangan bulat mempunyai lawan (opposites), misalnya 4 lawannya (-4). Dalam
bentuk himpunan, adalah � = integers{…,−3,−2,−1,0,1,2,3,…},
Operasi pada Bilangan Bulat:
a. Operasi Penjumlahan
Penjumlahan bilangan bulat mempunyai sifat:
1) Tertutup, yaitu setiap �,�∈� berlaku �+�∈�
2) Komutatif (pertukaran), yaitu setiap �,�∈� artinya �+�=�+ �
3) Assosiatif (pengelompokan) yaitu �,�,� ∈ � artinya (� + �) + � = � + (� + c)
4) Mempunyai elemen identitas 0 yaitu untuk setiap �∈� berlaku � + 0 = 0 + �
= �.
5) Setiap bilangan bulat mempunyai invers aditif. Invers dari bilangan bulat �
adalah –� dan berlaku �+(−�)=(−�)+�=0
b. Operasi Pengurangan
Misal �,� dan k bilangan bulat. Jika � dikurangi �, ditulis � – � adalah bilangan
bulat k jika �= � + �.
Sifat-sifat yang berkaitan:
1) Bilangan bulat tertutup terhadap pengurangan, yaitu jika a dan b
bilangan bulat
maka � − � harus bilangan bulat.
2) Jika � dan � bilangan bulat maka � + (−�)=a-b
3) Jika � dan b bilangan bulat maka �− (−�) = � + �.
4) Jika � bilangan bulat maka −(−�) = �.
Artinya pengurangan dua buah bilangan bulat sama dengan penjumlahan dengan
lawannya.
c. Operasi Perkalian
Sifat-sifat operasi perkalian pada bilangan bulat:
1) Tertutup, setiap �,�∈� berlaku � × �∈�
2) Komutatif (pertukaran), setiap �,�∈� berlaku �×�=�× �
3) Assosiatif (pengelompokan), setiap �,�,� ∈�, berlaku: (� × �) × � = � × (� ×
�)

4) Adanya elemen identitas 1, yaitu untuk setiap bilangan bulat � berlaku � ×
1=1 × �=�.
5) Sifat bilangan nol yaitu � � 0=0× �= 0, untuk setiap bilangan bulat �
6) Sifat distributif (penyebaran)
a) � × (� + �) = (� × �) + (� × �), distributif kiri perkalian terhadap
penjumlahan.
b) (� + �) × � = (� × �) + (� × �), distributif kanan perkalian terhadap
penjumlahan.
d. Operasi Pembagian
1). Positif : atau x positif
2). Positif : atau x negatif
3). Negatif : atau x positif
4). Negatif : atau x negatif

=
=
=
=

positif
negatif
negatif
positif

e. Operasi Perpangkatan
Bilangan berpangkat merupakan perkalian suatu bilangan a secara berulang
sebanyak n faktor.
Misalnya:
D7 = D x D x D x D x D x D x D
55 = 5 x 5 x 5 x 5 x 5 = 3.125
Urutan Hitung Operasi
Operasi hitung campuran adalah operasi yang melibatkan lebih dari satu operasi
dalam suatu perhitungan. Beberapa kesepakatan pada operasi perhitungan
campuran:
a. Pada operasi perkalian dan pembagian lebih kuat daripada operasi
penjumlahan dan pengurangan.
b. Operasi hitung perkalian dan pembagian sama kuat. Jika muncul secara
bersama-sama, urutan operasinya adalah sebelah kiri dioperasikan terlebih dahulu.
c. Operasi penjumlahan dan pengurangan sama kuat. Tetapi jika muncul secara
bersama-sama, maka urutannya di sebelah kiri harus dioperasikan lebih dahulu.
d. Jika dalam operasi terdapat tanda kurung “( )” maka dikerjakan terlebih dahulu.
Misal:
1). 48 – 25 + 72 : (12 x 3) = ....
48 – 25 + 72 : (12 x 3) = 48 – 25 + 72 : 36 = 48 –25 + 2 = 23 + 2 = 25.
2). 3 � (−6)=⋯. maka 3 � (−6)=−18.
Berdasarkan jawaban tersebut, diperoleh lebih dari satu jawaban benar, maka soal
semacam ini disebut open ended (banyak jawaban / cara menjawab).
3. Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) dan Kelipatan Persekutuan Terkecil
(KPK)
Faktor suatu bilangan yaitu bilangan pembagi habis bilangan tersebut.
Kelipatan suatu bilangan adalah bilangan-bilangan yang merupakan hasil
perkalian dari bilangan itu sendiri dengan himpunan bilangan asli.

Bilangan prima merupakan bilangan Asli yang lebih besar dari satu dan
mempunyai dua faktor, yaitu bilangan 1 dan bilangan itu sendiri.
Bilangan komposit adalah bilangan yang mempunyai faktor lebih dari dua.
Cara Menentukan FPB dan KPK
a. Dengan faktorisasi prima
b. Metode Tabel
4. Pecahan
Pengertian Pecahan
Pecahan ialah suatu bilangan yang ditulis melalui pasangan terurut dari bilangan
bulat � dan �, dan diberi lambang �/� , dengan � ≠0 . Lambang � disebut
pembilang dan � disebut penyebut. Pecahan digunakan untuk menyatakan
beberapa bagian dari sejumlah bagian yang sama. Jumlah seluruh bagian yang
sama ini membentuk satuan (unit).
Seperempat bagian, setengah bagian, dan tiga perempat bagian.
Jenis Pecahan:
a. Pecahan Biasa
Pecahan biasa yaitu pecahan dengan pembilangnya lebih kecil dari penyebutnya.
a/b dimana ��. Misal: 8/ 3 = 2 2/3
c. Pecahan Desimal
Pecahan desimal adalah pecahan yang ditulis menggunakan tanda koma. Misal:
0,1 , 0,25
d. Pecahan Persen
Pecahan persen adalah pecahan yang menggunakan lambang % yang berarti
perseratus. Misal: � % berarti a/100.
e. Pecahan Senilai
Pecahan senilai adalah pecahan yang mempunyai nilai yang sama. Suatu pecahan
yang diperoleh dari pecahan lain dengan mengalikan pembilang dan penyebut
dengan bilangan asli yang sama, maka diperoleh pecahan senilai. Untuk a, b, n
bilangan-bilangan bulat maka pecahan a/b dan pecahan � � � / � � � itu senilai.
Operasi Hitung Bilangan Pecahan
a. Operasi Penjumlahan pada Bilangan Pecahan
1) Operasi penjumlahan pada bilangan pecahan dengan penyebut yang sama
2) Operasi penjumlahan pada pecahan dengan penyebut yang tidak sama
b. Operasi Pengurangan pada Bilangan Pecahan
1) Operasi pengurangan pada pecahan biasa dengan penyebut yang sama
2) Operasi pengurangan pada pecahan biasa dengan penyebut yang tidak
sama

c. Operasi Perkalian Bilangan Pecahan
Untuk operasi perkalian pada bilangan pecahan, kalikanlah pembilang dengan
pembilang serta penyebut dengan penyebut.
d. Operasi Pembagian Bilangan Pecahan
Pembagian pecahan berlaku cara
LOGIKA, PENALARAN, DAN ALJABAR
1. Logika dan Penalaran
a. Logika
Logika matematika adalah cabang matematika yang merupakan gabungan dari
ilmu logika dan ilmu matematika. Cabang ini memberikan landasan tentang
bagaimana cara mengambil kesimpulan dan menguasai kemampuan dalam
mengambil dan menentukan kesimpulan mana yang benar atau salah.
Pernyataan dalam logika matematika adalah sebuah kalimat yang di dalamnya
terkandung nilai kebenaran yang dinyatakan (benar = B) atau(salah = S), tetapi
tidak keduanya benar dan salah.
Sebuah kalimat tidak bisa dinyatakan sebagai sebuah pernyataan apabila tidak
bisa ditentukan nilai kebenarannya (benar atau salah). Pernyataan yang bernilai
benar saja atau salah saja disebut proposisi.
Misalnya:
3 + 5 = 8 proposisi bernilai benar (B).
5 + 3 = 9 proposisi bernilai salah (S).
“Bandar Lampung adalah ibukota Provinsi Lampung,”: proposisi bernilai benar
(B).
“Tolong ambilkan buku itu!” : bukan proposisi.
b. Proposisi Majemuk
Beberapa proposisi yang dihubungkan dengan perangkai logika “tidak”, “dan”,
“atau” disebut proposisi majemuk. Proposisi yang tanpa perangkai logika disebut
proposisi sederhana.
c. Negasi
Suatu Negasi proposisi P (ditulis -P) yaitu suatu proposisi yang menyatakan “tidak
benar bahwa P”.
d. Konjungsi
Pada konjungsi digunakan kata “dan”. Untuk sembarang proposisi p dan q,
(ditulis pɅq atau p&q) disebut konjungsi yang hanya benar jika dua pernyataan
bernilai benar, selain itu bernilai salah.
e. Disjungsi
Disjungsi menggunakan kata “atau”. Untuk sembarang proposisi p dan q,
proposisi “p atau q” (ditulis pVq) disebut suatu disjungsi yang hanya bernilai
salah jika dua pernyataan bernilai salah, selain itu bernilai benar semua.

f. Implikasi (Kondisional) dan Biimplikasi (Bikondisional)
Implikasi (kondisional) menggunakan “jika ..., maka ..... . “Jika p, maka q”
(ditulis p → q). Suatu implikasi yang hanya bernilai salah jika pernyataan
pertama bernilai benar dan pernyataan kedua bernilai salah.
Biimplikasi menggunakan “ ... jika dan hanya jika ...”. “p jika dan hanya jika q”
(ditulis p ↔ q), bernilai salah jika pernyataan pertama bernilai benar dan
pernyataan kedua bernilai salah atau sebaliknya jika pernyataan pertama bernilai
salah dan pernyataan kedua bernilai benar.
g. Ekuivalen
Ekuivalen adalah dua pernyataan majemuk atau lebih yang memiliki nilai
kebenaran yang sama.
h. Tautologi dan Kontradiksi
Pernyataan majemuk yang selalu bernilai benar disebut tautologi
Kontradiksi yaitu pernyataan majemuk yang selalu bernilai salah.
i. Kalimat Berkuantifikasi
Proposisi yang memuat kata-kata seperti “semua, beberapa, ada, tidak ada”
disebut kuantifikasi. Misalnya: Semua dosen itu cerdik, dan Beberapa siswa
berminat menulis.
j. Penalaran
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera
(empirik) yang menghasilkan sejumlah pengertian dan konsep. Berpikir kritis
merupakan kegiatan berpikir diawali dengan mengungkapkan permasalahan,
merencanakan penyelesaian, mengkaji langkah penyelesaian, menduga karena
informasi yang tak lengkap,
dan membuktikan teori. Beberapa penalaran dalam berfikir kritis:
Penalaran Induktif
Menyusun kebenaran suatu yang diperoleh dari sejumlah terbatas hasil
pengamatan/ eksperimen ( khusus – umum).
Latihan penalaran induktif!
2+4=
1+3=
2+4+6=
1+3+5=
2+4+6+…=
1+3+5+…=
100 suku
100 suku
Penalaran Deduktif
Kebenaran dari pernyataan baru harus berdasarkan kepada unsur yang
didefinisikan/tidak didefinisikan, aksioma, sifat, atau teori yang telah dibuktikan
kebenarannya ( umum - khusus, atau rumus ke contoh soal).
2. Relasi
Relasi adalah suatu aturan yang memasangkan anggota dari satu himpunan ke
anggota himpunan yang lain. Cara menyatakan relasi dapat dinyatakan dengan 3
cara yaitu diagram panah, himpunan pasangan berurutan, dan diagram Cartesius.
3. Fungsi

Fungsi yaitu relasi khusus yang memasangkan setiap anggota (domain)
dengan tepat satu anggota (kodomain).
4. Fungsi Linier
Suatu fungsi f(x) dikatakan fungsi linier jika fungsi itu ditentukan oleh �(�) = �� +
�,
dimana a ≠ 0, a dan b bilangan konstan dan grafiknya berupa garis lurus.
5. Persamaan Linear
Persaman adalah kalimat terbuka yang mengandung hubungan sama dengan.
Persamaan linear yaitu suatu persamaan yang pangkat tertinggi dari variabelnya
adalah berderajat satu.
a. Persamaan linear satu variabel
b. Persamaan Linear Dua Variabel
c. Himpunan Penyelesaian Persamaan Linear
artinya mencari harga yang memenuhi untuk pengganti variabel pada persamaan
linear yang bersangkutan.
6. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Bentuk Umum:
�� + �� = �
�� + �� = �
�, �, �, �, �, � �
�, � = ��������� ���� �
�, � = ��������� ���� �
�, � = ���������
�, � = ��������
7. Persamaan Kuadrat
adalah persamaan berderajat dua dalam � yang dinyatakan dengan:
��2 + �� + � = 0; �,�,� E � ; � ≠ 0
� = �oefisien dari x2
� = koefisien dari �
� = konstanta
8. Pertidaksamaan Linear
Pertidaksamaan linear yaitu suatu pertidaksamaan dengan variabel paling
tinggi berderajat satu.
Bentuk umum :
�� + � ≠ 0 ; �, � E �, � ≠ 0
� = koefisien dari �
� = variabel
� = konstanta
≠ berarti salah satu relasi dari pertidaksamaan bertanda ,
9. Pertidaksamaan Kuadrat
Pertidaksamaan kuadrat adalah suatu pertidaksamaan yang mempunyai variabel

paling tinggi berderajat dua dan koefisien variabel pangkat duanya tidak sama
dengan
nol. Bentuk umum:
ax2 + bx + c ≠ 0; a, b, cR ; a  0
a = koefisien dari x2
b = koefisien dari x
c = konstanta
Himpunan Penyelesaian Pertidaksamaan Kuadrat
Langkah menentukan himpunan penyelesaian pertidaksamaan kuadrat, yaitu:
(i) Ubah bentuk pertidaksamaan ke dalam bentuk umum.
(ii) Tentukan pembuat nol ruas kiri.
(iii) Letakkan pembuat nol pada garis bilangan.
(iv) Substitusi sembarang bilangan pada pertidaksamaan kecuali pembuat nol. Jika
benar, maka daerah yang memuat bilangan tersebut merupakan daerah
penyelesaian.

GEOMETRI DAN PENGANTAR TRIGONOMETRI
1. Sudut
Sudut merupakan suatu daerah yang dibentuk oleh dua buah sinar garis yang
bertemu di satu titik pangkal yang sama. Panamaan sudut di atas adalah < AOB,
atau < O, atau < BOA.
Jenis-jenis Sudut:
a. Sudut lancip, sudut yang besarnya antara 0⁰ dan 90⁰ atau 0⁰< �< 90⁰.
b. Sudut siku-siku, sudut yang besarnya 90⁰.
c. Sudut tumpul, sudut yang besarnya 90⁰