Penanganan Batas Wilayah Negara Mata K

Penanganan Batas Wilayah Negara
MATA KULIAH:
MANAJEMEN PERBATASAN
Diajukan untuk memenuhi syarat
dalam Tugas Ujian Akhir Semester VI
pada Institut Pemerintahan Dalam Negeri Kampus Kalimantan Barat
Dosen Pengampu:
Dr. Erdi Abidin, M.Si

Oleh:
Kelompok 1 (Kelas A.1)
A. Ibnoe Ramadhani AD. AR.

Dimas Sulthon U. Lubis

Ahasyweros Simbolon

Aditya Fekhilian Ramadhan

Banyu Anugrah Ramadhan


Hafiz Edra Asfa

Erina Safitri

Faliani Oktori Sembina

M. Faishal Muchtar

Cyntia Devi Nugraheni

Program Studi : Manajemen Sumber Daya Aparatur

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
KAMPUS KALIMANTAN BARAT
2017

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bismillah, Alhamdulillah Segala Puji syukur atas segala nikmat dan ilmu dari Tuhan
Yang Kuasa Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan kesehatan dan pengatahuan

kepada seluruh umat manusia, sehingga umat manusia dapat menjadi beradab dapat menjadi
pemimpin dari seluruh makhluk di permukaan bumi
Sholawat dan Salam semoga tercurahkan kepada Nabi dan Rasul -Nya yang mulia
yakni Nabi Muhammad Shalallahu A’laihi Wasallam. Beliau adalah pembawa hidayah islam
kepada seluruh manusia dan beliau yang telah membawa ajaran yang benar. Semoga kita
menjadi umat yang mendapatkan syafa'at di yaumil akhir nanti.
Penulis yang merupakan mahasiswa (i) semester VI berusaha semaksimal mungkin
agar penyajian Makalah ini dapat bermanfaat, tidak hanya sekedar memenuhi tugas semester,
lebih jauh lagi dapat memberi manfaat kepada pembaca terkhusus kepada penyusun sendiri.
Seperti kata pepatah “Tak Ada Gading Yang Tak Retak” begitu pula dengan makalah
sederhana ini.
Dengan segala hormat, kami penyusun sangat membutuhkan koreksi dan masukan
dari Bapak Dr. Erdi selaku dosen kami pada mata kuliah ‘Manajemen Perbatasan’ Oleh
karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat perbaikan dari Bapak dosen pembimbing dan
teman-teman sekalian akan kami terima dengan senang hati.
Terima kasih,
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kubu Raya, 15 Mei 2017


Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................1
DAFTAR ISI .......................................................................................................................2
TUGAS PAPER : “Penanganan Batas Wilayah Negara”
BAB I : Pendahuluan
A. Latar Belakang.............................................................................................................4-5
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5
C. Tujuan..............................................................................................................................5
BAB II : Pembahasan
A. Paradigma Pembangunan Di Indonesia.......................................................................6-7
B. Perbandingan Kondisi Batas Negara Indonesia dengan Negara Lain.........................7-8
C. Masalah dan Isu Krusial Di Batas Wilayah Negara.....................................................8-9
D. Solusi Permasalahan Di Batas Wilayah Negara........................................................9-10
BAB III : Penutup
A. Kesimpulan...................................................................................................................11
B. Rekomendasi.................................................................................................................12
Referensi............................................................................................................................12


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaksanaan pemerintahan daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia telah
mengalami beberapa perubahan pada sistem pemerintahan yang dari awalnya bersifat
sentralistik menjadi desentalistik. Widjaja1 mendefinisikan otonomi daerah adalah salah satu
bentuk dari desentralisasi pemerintahan yang dasarnya ditujukan guna memenuhi
kepentingan bangsa secara menyeluruh, merupakan suatu upaya yang lebih mendekatkan
berbagai tujuan penyelenggaraan pemerintahan sehingga dapat mewujudkan cita-cita
masyarakat yang adil dan makmur.
Pembangunan yang bersifat sentralistik berdampak pada ketergantungan masyarakat
yang sangat besar terhadap pemerintah. Perencanaan, pengawasan serta program
pembangunan selalu ditentukan oleh pemerintah pusat sehingga menyebabkan rendahnya
partisipasi masyrakat . Disinilah letak esensi negara kesatuan bagi para pendiri negeri ini,
yaitu dengan menempatkan pemerintahan daerah sebagai satu kesatuan dari konsep sistem
pemerintahan Negara (Sadu & Mansyur, 2010; 2).
Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago state) terbesar di dunia. Wilayah
negara Indonesia sendiri terbagi atas wilayah daratan, wilayah perairan pedalaman, perairan
kepulauan dan laut teritorial. Kawasan perbatasan sendiri masuk dalam wilayah tersebut

dengan letak yang berada pada sisi dalam sepanjang batas wilayah Indonesia dengan negara
lain. ( Peraturan BNPP No.1/2015 pasal 1 ayat 9 & 10)
Sebagai negara demokrasi dengan sistem pemerintahan yang bersifat desentralistik,
Indonesia masih memiliki banyak ‘pekerjaan rumah’ yang harus diselesaikan. Hubungan
pusat dan daerah yang tidak solid akan mengakibatkan lambatnya pembangunan infrastruktur
diwilayah Indonesia, terlebih lagi dengan wilayah yang berbatasan langsung dengan negara
lain (border land). Erdi2 (2013) mengatakan bahwa selama ini, paradigma pembangunan
wilayah yang dikembangkan oleh pusat lebih menonjolkan pertimbangan penduduk, sehingga
daerah yang “tidak atau kurang” penduduknya, cenderung lambat dan bahkan terabaikan.
Penguatan semangat kebangsaan dan menjaga kedaulatan NKRI sangat erat kaitannya
dengan pemberdayaan kawasan batas wilayah negara (red: kawasan perbatasan). Karena itu
demi menjaga keutuhan NKRI dan memelihara semangat kebangsaan, sangatlah relevan dan
1 Lihat http://www.markijar.com/2016/06/12-pengertian-otonomi-daerah-menurut.html (posted 27062016)
2 Lihat “Perbatasan Berbenah, Kesejahteraan Rakyat Jadi Genah” , bagian Kolom Harian Equator Rakyat Kalbar pada
Jumat, 7 Juni 2013.

penting bagi pemerintah pusat dan daerah, masyarakat dan pihak swasta bekerja sama untuk
memberikan perhatian khusus atas kawasan-kawasan perbatasan.
Adapun tujuan penaganan batas wilayah negara selain untuk menjaga pertahanan dan
pemanfaatan sumber daya alam nasional, juga diharapkan dapat mengatasi ancaman seperti

narkotika, Women and Child trades (trafficking) dan terorisme. Isu kompleks dan krusial lain
yang sering terjadi di wilayah perbatasan negara adalah: 1) kesejangan ekonomi dengan
negara tetangga, 2) arus tenaga kerja Indonesia ilegal dan 3) lemahnya sarana dan prasarana
wilayah di kawasan perbatasan.
Daerah perbatasan yang awalnya disebut sebagai ‘Halaman Belakang’ sekarang
berganti paradigma menjadi ‘Beranda Terdepan’. Apabila konsep ‘Beranda Terdepan’ ingin
diwujudkan, maka kerja sama pemerintah dan semua pihak harus digiatkan untuk mengatasi
masalah-masalah yang sering terjadi di wilayah batas negara. Oleh karena itu, menarik untuk
dikaji “Penanganan Batas Wilayah Negara”. Harapannya adalah agar berbagai masalah
batas wilayah negara dapat diselesaikan dan disertai dengan pemberian solusi terhadap isuisu/masalah tersebut.
.B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1.
2.
3.
4.

Bagaimana paradigma pembangunan negara saat ini ?
Bagaimana kondisi batas negara Indonesia jika dibandingkan dengan negara lain ?
Apa saja hambatan dan isu-isu krusial yang dihadapi di batas wilayah negara ?

Apa langkah-langkah yang dapat ditempuh oleh pemerintah dan masyarakat untuk
menangani masalah yang terjadi di batas wilayah negara ?

C. Tujuan
Berkaitan dengan masalah diatas, tujuan penulis untuk menyusun makalah ini adalah:
1.
2.
3.
4.

Untuk mengetahui paradigma pembangunan negara Indonesia
Untuk mengetahui perbedaan batas negara Indonesia dengan negara lain
Untuk mengetahui apa saja isu-isu atau hambatan yang terjadi di batas negara
Untuk mengetahui langkah atau cara yang dapat menyelesaikan masalah yang terjadi.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Paradigma Pembangunan Di Indonesia

Wilayah Indonesia merupakan kawasan yang cukup strategis, perdagangan dunia

yang menghubungkan duasamudra ini dapat dengan mudah dinikmati dan dirasakan oleh
Negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Maka dari itu jika Indonesia sendiri mampu
menyediakan infrastruktur, menata diri maka dapat menyetarai bahkan mengungguli
dibandingkan dengan negara tetangga. Dalam kondisi seperti itulah Indonesia harus lebih
kritis dalam membenahi wilayah perbatasan untuk kita bangun.
Namun sangat disayangkan, paradigma pembangunan selama ini hanya berorientasi
atau memfokuskan pembangunan di daerah dengan tingkat pendudukan yang tinggi, seperti
di pulau Jawa dan Sumatra. Oleh sebabitu, timbulah suatu kesenjangan pembangunan di
wilayah perbatasan yang berdampak pada timbulnya permasalahan-permasalahan sosial,
ekonomi, politik, keamanan, dan kesejahteraan masyarakat yang terjadi dewasa ini.
Ketimpangan yang masih terjadi antara daerah pusat dan pinggiran yang menimbulkan
berbagai macam masalah di perbatasan merupakan kelalaian pemerintah dalam perencanaan
dan pelaksanaan pembangunan di Indonesia.
Dr. Erdi dalam papernya yang berjudul “JERITAN” MASYARAKAT SINTANG (The
Crying Out of People from Sintang’s Border) mengungkapkan bahwa masyarakat sintang –
secara khusus- (read: masyarakat perbatasan) membutuhkan empat bidang yang menjadi
kebutuhan penting di daerah batas wilayah negara atau daerah perbatasan. 4 (empat) bidang
tersebut yaitu jalan, pendidikan, kesehatan dan listrik. Selain itu, bidang pelayanan dasar
seperti pendidikan dan kesehatan juga harus menjadi perhatian khusu apabila ingin mengubah
paradigma perbatasan.

Pemerintah melalui programnya memerlukan adanya keterpaduan atau sinergi antara
kementrian dan lembaga. Hal itu terkait untuk mengubah paradigma lama yang berorientasi
pembangunan di daerah padat penduduk, sehingga meniggalkan wilayah batas negara.
Perumusan kebijakan-kebijakan harus berpihak kepada wilayah ‘beranda terdepan’. Hal ini
dengan tujuan untuk meminimalisir permasalahan yang telah terjadi serta menekan
kesenjangan sosial yang telah dirasakan oleh masyarakat sehingga wilayah perbatasan yang
merupakan “halaman depan bangsa” dapat menjadi prioritas utama pembangunan Indonesia
kedepan.
Menteri Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto dan Menteri Dalam Negeri Tjahjo
Kumolo telah memulai langkah antar kementerian dalam mewujudkan impian tersebut
dengan memcanangkan program Gerakan Pembangunan Terpadu Perbatasan (Gerbang
Dutas). Dimana program tersebut bertujuan untuk membangun infrastruktur ekonomi seperti
pasar tradisional, rumah sakit rujukan, dan infrastruktur pendukung lainnya.

B. Perbandingan Batas Negara Indonesia dengan Negara Lain
Infrastruktur merupakan salah satu prasyarat utama tercapainya pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan. Ketersediaan infrastruktur mencerminkan adanya
investasi dan investasi yang merata mencerminkan adanya pembangunan infrastruktur yang
memadai dan mampu melayani pergerakan ekonomi Kegagalan melakukan investasi
infrastruktur secara baik menandakan kegagalan menjaga dan meningkatkan kesejahteraan

sosial dan ekonomi suatu bangsa secara berkelanjutan.
Keberadaan infrastruktur sangat penting dalam mendukung pembangunan ekonomi
dan sosial karena infrastruktur yang baik dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi baik
bagi dunia usaha maupun bagi sosial kemasyarakatan. Dengan infrastruktur yang memadai,
biaya produksi, transportasi, komunikasi dan logistik semakin murah, jumlah produksi
meningkat, laba usaha meningkat, sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat
(Suroso, 2015).
Berdasarkan3 The Global Competitiveness Report 2013/2014 yang dibuat oleh World
Economic Forum (WEF), daya saing Indonesia (Global Competitiveness Index-GCI) berada
pada peringkat ke-38 dunia. Sementara itu kualitas infrastruktur Indonesia menempati
peringkat ke-61 dari 148 negara dunia yang disurvei atau berada pada peringkat ke 5 diantara
negara-negara inti ASEAN.

Dengan negara yang berbatasan dengan Indonesia yakni

Singapura mendapat GCI peringkat ke 2, Malaysia peringkat ke 26, Filipina ke 59, dan
Indonesia ke 38. Sedangkan dari segi penilaian infrastruktur, Singapura mendapat rangking
ke 2, Malaysia ke 29, Brunei Darussalam ke 58, Filipina ke 96 dan Indonesia ke 61.
Jika kita mengambil perbandingan dengan negara Malaysia, Indonesia masih sangat
jauh tertinggal dari negara Malaysia. Meskipun wilayah Malaysia hampir tidak sebanding

dengan wilayah Indonesia, namun pemerintah Malaysia mampu menyediakan sarana dan
prasarana yang begitu lengkap untuk warga negaranya. Di Malaysia hampir semua kebutuhan
masyarakat mendapat subsidi seperti rumah, air, listrik, keperluan pokok. Sumber lain 4
mengatakan bahwa dalam hal Infrastruktur, Malaysia menduduki peringkat ke-26, sedangkan
Indonesia menduduki peringkat ke 76.
Menurut World Bank (2009) dalam http://m.pulsk.com/140509/PerbandinganIndonesia-dengan-Malaysia. (16/05/2017), Malaysia menduduki urutan ke 79 dengan GNP
perkapita sebesar U$$ 13.740 per tahun. Disisi lain Indonesia menduduki peringkat ke 146
dengan GNP perkapita sebesar sebesar US$ 3.830 per tahun (dengan kata lain GNP Malaysia
3 Lihat http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/150-artikel-keuangan-umum/20517-infrastruktur-danpembangunan-ekonomi diakses 16 may 2017 pada pukul 10:46 PM
4 Lihat http://m.pulsk.com/140509/Perbandingan-Indonesia-dengan-Malaysia.html/ diakses 16 may 2017 pukul 10:54 PM

3x lipat lebih tinggi dibanding GNP Indonesia). Namun, secara Kekuatan Ekonomi Indonesia
jauh lebih besar dibanding dengan Malaysia, tetapi harus diakui bahwa Malaysia lebih unggul
dalam hal pemerataan ekonomi dan pembangunan, pendidikan, infrastruktur, ekonomi,
kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya.
C. Permasalahan dan Isu Krusial di Batas Wilayah Negara
1. Transaksi dan Penyelundupan Narkoba
Shabu yang merupakan salah satu jenis ATS (Amphetamine-Type Stimulants) yang
beredar di Indonesia sebagian besar berasal dari luar negeri. Laporan UNODC Asia Pasifik,
Global SMART Update 2012, sepertiga dari ATS global dan setengah dari metamfetamin
global yang disita pada tahun 2010 berasal dari Asia Timur dan Asia Tenggara.Kemudian,
sejumlah besar ATS adalah diproduksi di Tiongkok, Myanmar, dan Filipina (Jurnal Data
P4GN 2013 Edisi 2014, BNN RI)5. Karena itu, aparat penegak hukum Indonesia harus
melakukan upaya serius untuk mencegah masukanya narkoba ke Indonesia khususnya di
daerah perbatasan.
Motivasi utama dalam upaya penyelundupan narkoba adalah keuntungan besar dan
tingginya permintaan pasar. Daerah perbatasan lain antara Indonesia dengan Malaysia juga
mengalami persoalan yang tidak kalah buruknya. Pengungkapan kasus narkoba di
Kalimantan tergolong cukup besar dan hampir semua barang haram tersebut berasal dari
Malaysia. Bahkan, di Kalbar, ada daerah yang dikenal dengan daerah yang narkoba dapat
dijual secara bebas yaitu di Kampung Beting. Kondisinya sangat mengkhawatirkan karena
aparat pun seolah dibuat tidak berdaya untuk melakukan penindakan dengan berbagai alasan.
2. Kesenjangan Pembangunan Ekonomi
Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh Pemerintahan Indonesia merupakan
wujud nyata dalam usaha untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur berdasarkan
pancasila dan UUD 1945. Oleh karena itu, pembangunan haruslah memiliki sifat yang
multidimensional dalam berbagai bidang sektor yang tersebar di seluruh tanah air. Dalam
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas)
Program prioritas ini dijabarkan lagi dalam Rencana Pembangunan Tahunan (Repeta) yang
disusun setiap tahun dan bertujuan untuk menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) dan menjadikan wilayah perbatasan sebagai beranda depan
negara melalui delimitasi dan demarkasi batas, pengamanan wilayah perbatasan dan
pembangunan sosial ekonomi wilayah sepanjang perbatasan.
5 Lihat http://www.batasnegeri.com/permasalahan-narkoba-di-perbatasan-indonesia/ diakses 16 Mei 2017 pukul 11:07 PM

Selama beberapa puluh tahun ke belakang masalah perbatasan memang masih belum
mendapat perhatian yang cukup serius dari pemerintah. Hal ini tercermin dari kebijakan
pembangunan yang kurang memperhatikan kawasan perbatasan dan lebih mengarah kepada
wilayah-wilayah yang padat penduduk, aksesnya mudah, dan potensial, sedangkan kebijakan
pembangunan bagi daerah-daerah terpencil, terisolir dan tertinggal seperti kawasan
perbatasan masih belum diprioritaskan. Dengan adanya usaha dan kebijakan pemerintah
dalam percepatan pembangunan perbatasan maka pembangunan daerah perbatasan selama ini
merupakan salah satu kawasan yang perlu mendapatkan perhatian dan penanganan secara
khusus dalam berbagai bidang pembangunan di Indonesia Hal ini dikarenakan Daerah
Perbatasan memiliki permasalahan yang kompleks dalam penanganannya.
.

Ketertinggalan6 secara ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat perbatasan juga

dipicu oleh minimnya infrastruktur dan aksesibilitas yang tidak memadai, seperti jaringan
jalan dan angkutan perhubungan darat maupun sungai masih sangat terbatas, prasarana dan
sarana komunikasi seperti pemancar atau transmisi radio dan televisi serta sarana telepon
relatif minim, ketersediaan sarana dasar sosial dan ekonomi seperti pusat kesehatan
masyarakat, sekolah, dan pasar juga sangat terbatas. Kondisi keterbatasan tersebut akan
semakin nyata dirasakan oleh masyarakat perbatasan ketika mereka membandingkan dengan
kondisi pembangunan di negara tetangga Malaysia.
Pemerintah lebih giat dalam menekankan program-programnya hanya pada wilayah
tertentu, atau wilayah yang hanya terjangkau oleh mereka saja. Ini menimbulkan
kecemburuan sosial dari wilayah-wilayah lain yang belum terjangkau program dari
pemerintah tersebut. Dari situlah, bibit-bibit konflik mulai muncul, bahkan jika konflik atau
masalah tersebut tidak segera ditanggulangi, akan menjadikan suatu ancaman yang besar, dan
justru membahayakan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Human Trafficking
Perdagangan manusia (Human Trafficking) berkaitan erat dengan hubungan antar
negara, karena perdagangan tersebut biasanya dilakukan di daerah perbatasan negara dan
modus operasi yang dilakukan adalah pengiriman ke berbagai negara penerima seperti
Malaysia dan Singapura. Lemahnya penjagaan dan keamanan daerah perbatasan menjadikan
faktor utama perdagangan manusia, sehingga dengan mudah seseorang dapat melakukan
transaksi perdagangan tersebut.
Banyaknya negara yang berbatasan langsung dengan Indonesia ini memiliki banyak
keuntungan dan kerugian yang didapatkan dari daerah perbatasan tersebut. Seperti salah satu
6 Lihat http://permasalahanperbatasanindonesia.blogspot.co.id/ diakses 16 Mei 2017 pukul 11:15 PM

isu yang menjadi isu nasional maupun internasional untuk sekitar daerah perbatasan adalah
perdagangan manusia (Human Trafficking) yaitu perdagangan manusia terutama pada
perempuan dan anak-anak, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Banyak dampak yang
ditimbulkan dengan adanya perdagangan manusia tersebut tidak hanya merugikan negara saja
tetapi juga pada korban dari perdagangan manusia tersebut.
D. Solusi Permasalahan di Batas Wilayah Negara
1. Transaksi dan Penyelundupan Narkoba
Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat dibidang
pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, dan di sisi lain
dapat pula menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa
pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama. Upaya preventif merupakan
pencegahan yang di lakukan agar seseorang jangan sampai terlibat baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan narkoba.
BNN sebagai badan yang bertanggungjawab terhadap permasalahan narkoba wajib
mengerjakan tugasnya seperti dengan banyak mensosialisasikan bahaya penyalahgunaan
narkoba di kalangan masyarakat, baik itu melalui media komunikasi tradisional, cetak, dan
elektronik, menyampaikan pesan-pesan berisikan informasi, edukasi tentang bahaya
penyalahgunaan narkoba serta upaya-upaya untuk menghindarkan diri dari penyalahgunaan
narkoba. BNN diharapkan dapat menciptakan banyak kader anti narkoba di berbagai
provinsi, yang diharapkan bisa menjadi corong untuk menyampaikan pesan-pesan bahaya
penyalahgunaan narkoba pada orang lain di sekitarnya.
2. Kesenjangan Pembangunan Ekonomi
Rupidara (2010) dalam Heyn peter (2012), Kawasan perbatasan negara memiliki
potensi dan peluang untuk berkembang dengan baik, jikalau sejumlah kendala dan hambatan
mendasar yang juga telah menyebabkan berbagai dapat dikelola demi pemecahannya dengan
baik, melalui kebijakan yang lebih baik dalam arti lebih terintegrasi dan menyeluruh dengan
semangat pembaharuan dan perubahan pada berbagai aspek/dimensinya. Sedemikian rupa
proses dari semua hal itu, sehingga terciptanya kondisi yang lebih menjamin proses dan
pencapaian tujuan pembangunan nasional umumnya dan pengelolaan batas negara dan
kawasan perbatasan.
3. Human Trafficking

Masalah perdagangan manusia (human trafficking) sudah lama terjadi. Prof Irwanto,
Ketua ECPAT Affiliate Group of Indonesia7, mengatakan bahwa penyebab utama dari adanya
perdagangan anak dan perempuan ini adalah tingkat pendidikan yang rendah. Di Indonesia,
pendidikan yang cenderung rendah membuat anak susah untuk mengatakan "tidak". Orangtua
yang berpendidikan rendah, ditambah dengan desakan ekonomi, membuat mereka bersedia
melakukan apa saja untuk meningkatkan taraf hidupnya. Termasuk, "menjual" anak mereka
sendiri.
Untuk dapat mencegah masalah ini, perlu diadakan penyuluhan dan sosialisasi
masalah kepada masyarakat. Dengan sosialisasi secara terus-menerus, masyarakat akan
mengetahui bahayanya masalah ini, dan bagaimana solusinya. Setelah turut dalam sosialisasi
serta mengetahui dan mencoba memberitahu orang lain, dapat juga berperan aktif untuk
menanggulangi permasalahan ini.
Berperan aktif tersebut dapat dilakukan dengan cara melaporkan kasus yang diketahui
kepada yang berwajib. Mengarahkan anak, keponakan, atau anak muda lain yang gemar
beraktivitas di situs jejaring sosial untuk lebih berhati-hati dalam berteman, misalnya.
Mungkin hanya sesuatu yang kecil, tetapi bila semua orang tergerak untuk turut
melakukannya, bukan tak mungkin masalah yang berkepanjangan ini akan teratasi.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago state) terbesar di dunia. Wilayah
negara Indonesia sendiri terbagi atas wilayah daratan, wilayah perairan pedalaman, perairan
kepulauan dan laut teritorial. Kawasan perbatasan sendiri masuk dalam wilayah tersebut
7 Lihat http://megapolitan.kompas.com/read/2010/07/29/09450559/3.cara.mencegah.quothuman.traffickingquot diakses
16 Mei 2017 pukul 11:40 PM

dengan letak yang berada pada sisi dalam sepanjang batas wilayah Indonesia dengan negara
lain. Penguatan semangat kebangsaan dan menjaga kedaulatan NKRI sangat erat kaitannya
dengan pemberdayaan kawasan batas wilayah negara (red: kawasan perbatasan).
Karena itu demi menjaga keutuhan NKRI dan memelihara semangat kebangsaan,
sangatlah relevan dan penting bagi pemerintah pusat dan daerah, masyarakat dan pihak
swasta bekerja sama untuk memberikan perhatian khusus atas kawasan-kawasan perbatasan.
Adapun tujuan penaganan batas wilayah negara selain untuk menjaga pertahanan dan
pemanfaatan sumber daya alam nasional, juga diharapkan dapat mengatasi ancaman di batas
wilayah negara.
B. Rekomendasi
BNN sebagai badan yang bertanggungjawab terhadap permasalahan narkoba wajib
mengerjakan tugasnya seperti dengan banyak mensosialisasikan bahaya penyalahgunaan
narkoba di kalangan masyarakat, baik itu melalui media komunikasi tradisional, cetak, dan
elektronik, menyampaikan pesan-pesan berisikan informasi, edukasi tentang bahaya
penyalahgunaan narkoba serta upaya-upaya untuk menghindarkan diri dari penyalahgunaan
narkoba.
Kawasan perbatasan negara memiliki potensi dan peluang untuk berkembang dengan
baik, jikalau sejumlah kendala dan hambatan mendasar yang juga telah menyebabkan
berbagai dapat dikelola demi pemecahannya dengan baik, melalui kebijakan yang lebih baik
dalam arti lebih terintegrasi dan menyeluruh dengan semangat pembaharuan dan perubahan
pada berbagai aspek/dimensinya.
Untuk dapat mencegah segala masalah ini, perlu diadakan penyuluhan dan
sosialisasi masalah kepada masyarakat. Dengan sosialisasi secara terus-menerus, masyarakat
akan mengetahui bahayanya masalah ini, dan bagaimana solusinya. Setelah turut dalam
sosialisasi serta mengetahui dan mencoba memberitahu orang lain, dapat juga berperan aktif
untuk menanggulangi permasalahan ini.

REFERENSI
A. Buku Bacaan/Literatur/Artikel
Abidin, Erdi. 2013. Perbatasan Berbenah, Kesejahteraan Rakyat jadi Genah. Harian Rakyat
Kalbar, the new equator. Bagian kolom, pada hari Jumat, 7 Juni 2013.
Abidin, Erdi. 2015. Jeritan Masyarakat Perbatasan Sintang (The Crying Out People From
Sintang’s Border). Harian Pontianak Post. Kolom Opini, pada hari Senin, 22 Juni 2015.

Peter Ahab, Heyn. 2012. Perbatasan Negara Sebagai Teras Depan Bangsa. Badan Arsip
Daerah Provinsi NTT. http://www.kompasiana.com/peterahab/ (17 Mei 2017)
Wasistiono, Sadu & Mansyur. 2010. Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Jatinangor: Institut
Pemeritahan Dalam Negeri
Suroso, G.T. 2015. Infrastruktur dan Pembangunan Ekonomi. Badan Penddidikan dan
Pelatihan Kementeriaan keuangan Jatinangor: Institut
B. Internet
Markijar. 2016. 12 Pengertian Otonomi Daerah Menurut Para Ahli. 27 Juni 2016 diakses
tanggal 12 Desember 2016 10:34 WIB.
http://www.markijar.com/2016/06/12-pengertian-otonomi-daerah-menurut.html
Rezarifki. 2016. Perbandingan Indonesia dengan Malaysia. diakses tanggal 16 Mei 2017
10:54 PM.
http://m.pulsk.com/140509/Perbandingan-Indonesia-dengan-Malaysia.html/
Irawan, Irman. 2014. ”Pentingnya Kawasan Perbatasan Bagi Kedaulatan Bangsa”.
http://perbatasan-dev.unmul.ac.id/?p=10&a=&b=12

, diakses tanggal 19 Mei 2015

Pukul 14:00
Batas Negeri. 2016. Permasalahan Narkoba di Perbatasan (27/08/2016) diakses 16 Mei
2017 pukul 11:07 PM dari http://www.batasnegeri.com/permasalahan-narkoba-diperbatasan-indonesia/
Lumbis, Kecamatan. 2011. Permasalahan Perbatasan Di Indonesia (30/03/2011) diakses 16
Mei 2017 pukul 11:15 PM dari http://permasalahanperbatasanindonesia.blogspot.co.id/
Harian Kompas. 2010. 3 Cara mencegah Human Trafficking (29/07/2010) diakses 16 Mei
2017 pukul 11:40 PM

dari

http://megapolitan.kompas.com/read/2010/07/29/09450559/3.cara.mencegah.quothuman.
traffickingquot
C. Undang-undang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan BNPP Nomor 1 Tahun 2015