Peranan United Nation Children's Fund (UNICEF) Dalam Penanganan Pekerja Seks Komersial Anak Di India

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Sidang Sarjana Pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

Eka Octaviana 44303024

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

BANDUNG 2011


(2)

iii ABSTRAK

Eka Octaviana 44303024. Peranan United Nations Children’s Fund (UNICEF) dalam Penanganan. Bandung, Prodi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia 2011.

India memperoleh keuntungan tambahan dari sektor pariwisata yang menyumbang banyak kepada ekonomi India dengan meningkatkan pekerja seks terhadap anak dengan kajiannya anak sebagai pekerja prostitusi yang menghubungkan dengan bidang pariwisata yang dikenal dengan sebutan child sex tourism.

UNICEF sebagai salah satu Organisasi Internasional yang menangani masalah Hak Asasi Manusia khususnya Hak-hak Anak. UNICEF membantu pemerintah India dalam penanganan pekerja seks anak. UNICEF melaksanakan program-programnya, di antaranya adalah program child protection and children

rights. Berdasarkan masalah tersebut, dirumuskan masalah sebagai berikut

“Bagaimana peranan yang dilakukan United Nations Children’s Fund (UNICEF) dalam penanganan pekerja seks anak di India?”

Sebagai acuan terhadap masalah penelitian, dikemukakan teori-teori dalam permis mayor dan minor. Adapun permis mayor yang digunakan adalah hubungan Internasional, pluralism, Kerjasama Internasional, Organisasi Internasional dan

Organized Crime. Sedangkan premis minornya adalah UNICEF dan prostitusi

anak. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis, yaitu menggambarkan masalah kemudian menganalisa permasalahan yang ada melalui data-data yang telah dikumpulkan kemudian diolah serta di susun dengan berlandaskan teori-teori dan konsep-konsep yang

digunakan, maka hipotesis yang diambil sebagai berikut “UNICEF berperan

melalui program Child Protection and children’s Rights dapat mengurangi

pekerja seks anak di India”.

Berdasarkan perolehan dan pengolahan data, dapat disimpulkan bahwa UNICEF kurang memberikan peranan dalam menjalankan program child

protection and children’s rights.


(3)

iv

International Relation, the School Sciences And Politics, the Indonesia computer University 2011.

India obtained the additional profit from the sector tourism that contributed many to Indian economics with the increase in the sex worker against the child by being made the child as the prostitution worker by him that connected with the tourism field that was know with term child sex tourism.

UNICEF as one of the International organization that handled the

problem of human rights especially the child’s rights. UNICEF helped the Indian government in the handling of the worker of the child’s sex, the child’s sex.

UNICEF carried out his program, including being the program child protection and the protection and children right. Was based on this problem, was formulated

by the problem as follows “how the role that was carried out United National

Childrens Found (UNICEF) in the handling” of the “worker of the child’s sex in

India?”.

As reference towards the problem of the research, was raised by theories

in the major’s premiss and minor. As for the major’s premiss that was used was

international relations. Pluralisme, The International co-operation, the International Organisation and Organized Crime. Whereas his minor premiss was

UNICEF and the child’s prostitution. The research method that was used in this

research was the descriptive method analytical, that is depicting the problem afterwards was processed as available problem thought the data that was gathered afterwards was processed as well as in compiled by being based on theories and the concepts that were used, then the hypothesis that was taken as

follows ”UNICEF played a role thought the child Protection program and

Children Right could reduce the worker of the child’s sex in India”.

Based n the receipt and data processing, could be concluded that UNICEF not all the gave the role in undertaking the program child protection, for children who became casualties of the sex worker.

The key word : the International Organisation of the Government, the Worker


(4)

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirabbil a’lamin dengan memanjatkan puji syukur kehadirat

Illahi Rabbi, atas segala rahmat, hidayah dan magfirahnya, akhirnya Penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Tidak lupa semoga salawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan Sahabatnya.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Hubungan Internasional dijurusan Hubungan Internasional Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung. Dengan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan tersebut, peneliti tidak akan dapat menyelesaikan tugas akhir ini tanpa peran serta pihak lain. Karena itu sudah sepantasnya peneliti menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Pembantu Rektor III Kemahasiswaan, Ibu Dr. Hj. Aelina Surya. 2. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs.,M.A, selaku Dekan

Fakultas Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Komputer Indonesia.

3. Bapak Andrias Darmayadi, S.IP., M.Si, selaku Ketua Prodi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Komputer Indonesia.

4. Dosen pembimbing Ibu Yesi Marince, S.IP., M.Si. Terima kasih banyak atas segala bantuan dan bimbingannya selama penyusunan skripsi ini sehingga peneliti dapat menyelesaikannya.

5. Dosen-dosen tetap HI UNIKOM bapak Budi Mulyana, S.IP., M.Si., Ibu Dewi Triwahyuni, S.IP., M.Si., Ibu Sylvia Octa Putri,


(5)

vi

6. Kesekretariatan jurusan HI UNIKOM Dwi Endah Susanti, SE, yang banyak membantu dalam hal penyelesaian kelengkapan administrasi.

7. Bapak dan mamah terima kasih atas kasih saying dan doanya selama ini, sehingga peneliti dapat menyelesaikannya.

8. Buat adik-adikku Kries Andieka, Abyan Fadhil. Terimakasih buat doa dan support kalian.

9. Buat “BALIMOON” Theodorus Albertus, Jemmy Eclast, Indriani

Susanti, Oki Aditia, Martin Permana. Yang sudah support dan

doanya, yang sudah temenin aku maupun senang atau sedih. “We

Are Soulmate…”

10.Buat anak-anak kosan Bang Eko, Bang Dodi, Adit, Edi, Mira, makasih udah support dan doanya.

11.Teman-teman HI angkatan 2003 Fransisca, Dadit, Endah, Nia, Toar, Jaja, Irwan, Hendarsyah, Salman, Alied. Makasih buat semuanya.

12.Buat Rizky Akbar, Elvin Oktavianus, Edo Aswara, Garry, Yogi, Bobi. Makasih buat support dan doanya.

13.Terimakasih buat para “sang mantan” yang udah support dan doanya.


(6)

vii

14.Terimakasih buat tante aku “Ibu Tiri” yang suka marah-marah tapi baik hati. Makasih atas support dan doanya.

15.Semua pihak yang telah membantu sehingga terselesaikan skripsi ini.

Bandung, Februari 2011


(7)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Melihat perkembangan yang terjadi di dalam isu-isu kajian ilmu Hubungan Internasional sekarang ini, masalah seputar politik dan keamanan (high

politic) mulai beralih ke masalah yang menyangkut lingkungan hidup,

permasalahan ekonomi, hak asasi manusia, dan juga buruh. Masalah mengenai buruh atau ketenagakerjaan ini mulai menjadi masalah global karena banyak masalah yang dihadapi oleh kaum buruh. Dari sekian banyak aspek kehidupan manusia di atas, dirasakan bahwa masalah pekerja pada umumnya dan pekerja anak pada khususnya perlu mendapat perhatian yang lebih mendalam. Dengan pertimbangan bahwa memperkerjakan seorang anak yang masih berada dibawah batas manusia minimum bekerja dapat diartikan sebagai salah satu bentuk pelanggaran Hak Asasi Manusia. Dimana anak masih dibawah usia bekerja, belum dapat memenuhi persyaratan untuk menjadi seorang pekerja baik secara fisik maupun secara moral. Anak karena umumnya, baik laki-laki maupun perempuan, dianggap belum mampu memberikan persetujuan secara sadar terhadap berbagai hal yang dianggap membutuhkan pilihannya. Mereka seharusnya belajar daripada bekerja, tetapi dalam kenyataan ekonomi dan kebudayaan diberbagai bangsa didunia terutama di Asia menyarankan dan memperbolehkan anak-anak memasuki dunia kerja.


(8)

2

Selain itu, saat ini banyak sekali anak-anak yang terlibat dalam jaringan bisnis seksual komersial, yang berada disekitar publik, tetapi jenis kegiatannya bersifat domestik. Isu-isu ini akan terangkat ke atas bukan oleh penderitaan anak-anak itu didalam kamar-kamar dirumah pelacuran, tetapi biasanya lebih oleh sindikasi dan modus operandi perdagangan anak-anak untuk keperluan itu, lingkungan tidak dapat melakukan kontrol sosial terhadap hal ini karena dianggap sebagai domestic affair yang tidak dapat di intervensi oleh pihak luar.

Terlibatnya anak-anak dalam jaringan bisnis seks komersial ini hampir terjadi disetiap negara di dunia ini. Ternyata masalah ini belum cukup mendapat perhatian dan penanganan yang serius dari negara yang bersangkutan. Negara-negara di asia selatan, khususnya di india juga tidak luput dari masalah ini, ternyata jaringan bisnis seks komersial anak-anak ini justru banyak terjadi di India dalam segala bentuknya. Masalah jaringan bisnis seksual komersial anak-anak di india seperti dibiarkan terus berkembang tanpa adanya usaha dari pemerintah India untuk menyelesaikannya. Adapun organisasi yang di maksud adalah UNICEF (United Nations Children’s Fund) yang merupakan organisasi yang khususnya dalam membantu masalah anak-anak diseluruh dunia, baik itu yang berkaitan dengan masalah anak-anak diseluruh dunia. Baik itu berkaitan dengan masalah kesehatan, pendidikan, malnutrisi, dan juga masalah eksploitasi seksual terhadap anak ini.

UNICEF memiliki keyakinan bahwa pembangunan dan perhatian terhadap anak-anak adalah dasar dari pembanguna manusia itu sendiri. UNICEF di ciptakan dengan tujuan dan pemikiran-pemikiran tersebut, yaitu untuk


(9)

bekerjasama khususnya dengan negara-negara di dunia ini untuk mengentaskan kemiskinan, kekerasan, penyakit dan eksploitasi anak menjadi prioritas utama untuk diselesaikan.

Sektor pariwisata menjadi tumpuan bagi pemulihan dan pembangunan perekonomian selanjutnya. Perekonomian India memperoleh keuntungan tambahan dari sektor pariwisata yang menyumbang banyak kepada ekonomi India dengan meningkatnya eksploitasi seks terhadap anak dengan dijadikannya anak sebagai pekerja prostitusi yang menghubungkan dengan bidang pariwisata yang dikenal dengan sebutan child sex tourism (Pariwisata Seks Anak). Pekerja anak merupakan suatu kenyataan hidup yang terjadi diberbagai belahan dunia. Akan tetapi definisi dari pariwisata, adalah sebagai kegiatan bepergian keluar dari daerah tempat tinggalnya ke suatu tempat yang jaraknya cukup jauh dan melewati suatu batas Negara dengan tujuan mencari ketenangan dan liburan.

Terdapat berbagai macam faktor mendukung meningkatnya jumlah pekerja seks anak di India, tetapi yang paling utama adalah faktor budaya dan pembangunan perekonomiannya. Pembangunan perekonomian India yang sekarang ini berorientasi pada sektor pariwisata. Dimana hal tersebut mendorong pertumbuhan pekerja seks anak di India. Karena, kebanyakan wisatawan yang datang ke India adalah laki-laki yang datang dengan satu tujuan yaitu seks, termasuk didalamnya adalah phedofilia (Pelaku seksual yang berorientasi pada anak-anak dibawah usia 18 tahun).

Terlibatnya anak-anak dalam jaringan bisnis seksual komersial ini hampir terjadi di setiap Negara di dunia ini. Negara di Asia Selatan, khususnya India juga


(10)

4

tidak luput dari masalah ini. Ternyata jaringan bisnis seksual komersial anak-anak ini justru banyak terjadi di India dalam segala bentuknya. Masalah jaringan bisnins seksual komersial anak-anak ini bukan merupakan masalah yang tersembunyi di India. Justru sudah menjadi suatu hal yang bersifat umum. Bahkan, masalah jaringan bisnis seksual komersial anak-anak India seperti di biarkan terus berkembang tanpa ada usaha dari pemerintah India untuk menyelesaikannya.

Adanya anggapan bahwa di India mempunyai seorang anak perempuan dianggap berkah yang tak ternilai harganya, karena anak perempuan mereka dapat mengangkat kondisi perekonomian keluarga mereka, walaupun anak perempuannya tersebut harus bekerja sebagai pekerja seks. Mereka tidak peduli dengan konsekuensi yang harus diterima oleh anak mereka yang bekerja sebagai pekerja seks. Ini merupakan lingkaran yang seolah-olah mendukung para

phedofilia melakukan tindakan yang sangat tidak terpuji.

UNICEF adalah sebuah organisasi internasional yang bernaung dibawah bendera PBB yang menangani masalah seputar kehidupan anak-anak. Tujuan yang paling utama dari UNICEF adalah menjungjung tinggi hak asasi manusia khususnya hak anak-anak dan mengatur serta memelihara jalannya pendidikan dan kesejahteraan anak-anak didunia maka UNICEF membantu menangani permasalahan yang ada di negara India dalam masalah eksploitasi seks komersial terhadap anak.

Ada beberapa program-program penting dan mendasar yang dilakukan oleh UNICEF, diantara lain:


(11)

1. Membuat suatu kebijakan-kebijakan dan solusi-solusi alternative untuk membantu mengatasi masalah-masalah yang menimpa anak-anak, khususnya berkaitan dengan bantuan advokasi

2. Memberikan nasehat-nasehat dan bantuan sebagai bentuk dan implementasi pelayanan UNICEF

3. Mendukung pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh agen-agen nasional suatu Negara

4. Mendukung proyek-proyek percobaan yang berkaitan dengan perluasan program-program UNICEF

5. Bekerjasama untuk membuat proyek yang berskala lebih besar 6. Bekerja sama dengan badan-badan bantuan internasional.

Syarat suatu organisasi dapat dikatakan sebagai Organisasi Internasional yaitu:

a. Mempunyai organ permanent.

b. Obyeknya harus untuk kepentingan semua orang atau Negara, bukan untuk mencari keuntungan.

c. Keanggotaannya terbuka untuk setiap individu atau kelompok dari setiap Negara. (Bowet D.W. 1985:19)

UNICEF bergabung dengan negara India pada tahun 1949, salah satu program UNICEF di India di fokuskan pada child health and nutrition. Sebagai contoh UNICEF menyediakan air minum dan menjaga kesehatan di daerah pedesaan untuk memperbaiki gizi anak melalui pemberian susu kedelai dan garam beryodium.


(12)

6

Program UNICEF India, UNICEF telah bekerja di India sejak tahun 1949. Organisasi PBB terbesar di negeri ini. UNICEF berkomitmen penuh untuk bekerja sama dengan Pemerintah India untuk memastikan bahwa setiap anak yang lahir di negara yang sangat luas dan kompleks mendapatkan awal yang terbaik dalam hidup, berkembang dan untuk mengembangkan potensi penuh nya.

Tantangannya adalah besar tetapi juga ditempatkan UNICEF untuk memenuhi kebutuhan itu. Organisasi menggunakan kualitas penelitian dan data untuk memahami masalah, menerapkan intervensi baru dan inovatif yang menjawab situasi anak-anak, dan bekerja dengan para mitra untuk membawa mereka inovasi untuk fruitition.

UNICEF menggunakan pengetahuan di tingkat masyarakat untuk mengembangkan intervensi yang inovatif untuk memastikan bahwa perempuan dan anak-anak dapat mengakses layanan dasar seperti air bersih, pengunjung kesehatan dan fasilitas pendidikan, dan bahwa layanan ini berkualitas tinggi. Pada saat yang sama, UNICEF menjangkau langsung ke keluarga untuk membantu mereka untuk memahami apa yang harus mereka lakukan untuk memastikan anak-anak mereka berkembang.Adapun program UNICEF di India yaitu:

1. Program Kesehatan Kesehatan Ibu Kesehatan Anak 2. Program Nutrisi

Gizi Ibu dan Anak Suplementasi Vitamin A


(13)

Fertifikasi tepung terigu Garam beryodium 3. Pendidikan

Manajemen berbasis sekolah Kampanye pendidikan dasar

Life skills education

4. Perlindungan Anak Perundang-undangan Pencacatan kelahiran Perlindungan Hukum

Peningkatan kapasitas institusi

Memerangi, seperti eksploitasi seksual komersial pada anak dan pekerja anak.

UNICEF bekerja di India untuk melindungi hak-hak semua anak di India, ini berarti hak untuk setiap anak yang tinggal di India. Langkah UNICEF dalam membahas pekerja seks anak di India, UNICEF mengkategorikan masalah prostitusi anak sebagai masalah yang berhubungan dengan perlindungan anak

(child protection), dan mempertegas Hak Asasi seorang anak (children rights).

Oleh karena itu program bantuan yang diberikan oleh UNICEF berkaitan erat dengan Hak Anak, Program Perlindungan Anak, Pekerja Anak, dan apa yang diberikan dan dikerjakan oleh UNICEF pada dasarnya disesuaikan dengan program yang diberikan oleh pemerintah Negara yang bersangkutan, akan tetapi


(14)

8

secara garis besar program yang diberikan oleh UNICEF hampir sama dengan program bantuan di Negara lainnya.

Di India, anak-anak terpapar kerentanan dan pelanggaran hak-hak perlindungan mereka tetap menyebar dan banyak di alam. Manifestasi pelanggaran ini adalah berbagai, berkisar dari kerja anak, anak memperdagangkan, sampai eksploitasi seksual yang komersial dan banyak bentuk lain kekerasan dan penyalahgunaan. Manifestasi dari pelanggaran ini beragam, mulai dari buruh anak, perdagangan anak, eksploitasi seksual komersial dan banyak bentuk-bentuk dibohongi kekerasan dan pelecehan. Dengan 12,6 juta anak yang diperkirakan dilibatkan di pekerjaan berbahaya, untuk kejadian, India mempunyai jumlah yang paling besar anak labourers di bawah umur sebanyak 14 pada dunia. Dengan perkiraan 12.6 juta anak-anak terlibat dalam pekerjaan berbahaya, misalnya, India memiliki jumlah terbesar pekerja anak di bawah usia 14 tahun di dunia. Walaupun kemiskinan sering disebutkan sebagai sebab yang mendasari kerja anak, faktor lain seperti diskriminasi, tidak diikutkannya sosial, serta kekurangan pendidikan mutu atau orang-tua yang sudah ada sikap dan persepsi tentang anak. Perdagangan anak-anak juga terus menjadi masalah serius di India. Sifat dan jangkauan memperdagangkan jajaran dari kerja industri dan rumah tangga, sampai perkawinan awal yang paksa dan eksploitasi seksual yang komersial. Sifat dan ruang lingkup berkisar dari industri perdagangan dan tenaga kerja dalam negeri, untuk memaksa awal pernikahan dan eksploitasi seksual komersial. Ada studi menunjukkan bahwa di atas 40 persen dari wanita memeriksa jenis kelamin karyawan mengambil bagian dalam pelacuran sebelum


(15)

umur sebanyak 18 tahun. Studi yang ada menunjukkan bahwa lebih dari 40 persen perempuan pekerja seks masuk ke dalam prostitusi sebelum usia 18 tahun. Selain itu, bagi anak yang sudah diperdagangkan dan diselamatkan, kesempatan untuk rehabilitasi tetap jarang dan re-integrasi proses sukar. Selain itu, untuk anak-anak yang telah diperdagangkan dan diselamatkan, kesempatan untuk rehabilitasi tetap langka dan proses re-integrasi sulit.

Data Sementara yang sistematis dan informasi tentang masalah-masalah perlindungan anak masih tidak selalu tersedia, bukti menunjukkan bahwa anak-anak membutuhkan perlindungan khusus milik masyarakat yang menderita kerugian dan pengucilan sosial seperti dijadwalkan gips dan suku, dan miskin. Kekurangan servis yang ada, serta celah yang berkanjang di pelaksanaan hukum dan di siasat rehabilitasi juga merupakan sebab utama keprihatinan. Kurangnya layanan yang tersedia, serta kesenjangan bertahan dalam penegakan hukum dan dalam skema rehabilitasi juga merupakan penyebab utama keprihatinan.

Anak-anak memiliki hak untuk kebebasan berekspresi, untuk membentuk dan bergabung asosiasi dan mencari dan menerima informasi yang tepat. Hak-hak ini seharusnya memberdayakan anak-anak untuk membawa tentang perubahan dalam hidup mereka sendiri, untuk membangun masa depan yang lebih baik. (http://www.unicef.org/india/children_2360.htm(08 april 2010))

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti masalah tersebut dan memilih Organisasi Internasional sebagai bahan seminar ujian penelitian dengan tema pokok UNICEF sebagai bahan penulisan. Dalam penelitian ini peneliti membuat skripsi dengan judul :


(16)

10

“Peranan United Nations Children’s Fund (UNICEF) dalam penanganan pekerja seks komersial anak di India”

Pembahasan dalam penelitian ini berdasarkan beberapa mata kuliah terkait dalam program studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia. Yaitu:

1. Hubungan Internasional, mata kuliah ini berisi kajian tentang hubungan interaksi antar aktor satu dengan aktor lain dimana hubungan internasional tidak hanya pada negara saja tetapi kerjasama dengan organisasi seperti UNICEF juga dapat menjadi aktor dalam hubungan internasional.

2. Organisasi dan Administrasi Internasional, mata kuliah ini di pakai untuk menganalisa UNICEF sebagai salah satu organisasi internasional yang di dalamnya termasuk struktur dan fungsi organisasi internasional maupun perannya dalam menangani prostitusi anak di India.

3. Organized Crime, mata kuliah ini digunakan untuk menjelaskan adanya

situasi kejahatan yang berkisar kepada peranan hubungan individu dan masyarakat, terlepas dari peranan hubungan antara negara dan masyarakatnya. Terjadinya prostitusi anak merupakan penyimpangan tingkah laku yang disebabkan kondisi ekonomi dalam masyarakat.

4. Isu-Isu Global, mata kuliah ini digunakan untuk menjelaskan mengenai isu-isu global yang terjadi saat ini, termasuk salah satunya isu Hak Asasi Manusia (HAM) yang mana didalamnya juga terdapat hak perlindungan terhadap prostitusi anak yang saat ini telah menjadi suatu fenomena di seluruh dunia khususnya bagi negara-negara miskin dan berkembang.


(17)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis mengidentifikasikan masalah yang akan diteliti sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kondisi dan penanganan pekerja seks komersial anak oleh pemerintahan India?

2. Program-program apakah yang menjadi prioritas UNICEF dalam penanganan pekerja seks komersial anak di India?

3. Kendala-kendala apakah yang dihadapi UNICEF dalam penanganan pekerja seks komersial anak di India?

4. Bagaimana tingkat keberhasilan program UNICEF child protection dan children’s rights dalam penanganan pekerja seks komersial anak di India?

1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.3.1 Pembatasan Masalah

Berkaitan dengan peranan UNICEF dalam penanganan masalah pekerja seks komersial anak di India ini, maka penulis akan membatasi masalah tersebut, yaitu dengan melakukan pembatasan tempat, dimana yang menjadi obyek penelitian penulis disini hanya salah satu kota di India, bombaylah yang memiliki

red light area terbanyak dalam kasus pekerja seks komersial anak ini. yaitu akan

dibicarakan disini hanya mengenai masalah peranan UNICEF dalam penanganan masalah pekerja seks komersial anak di India dari tahun 2001 sampai dengan 2004 pembatasan tahun ini berkaitan dengan program Master Plan of Operation

yang merupakan program kerjasama UNICEF dengan pemerintah India dan lembaga-lembaga lain dalam penanganan masalah pekerja seks komersial ini.


(18)

12

Selain itu, penulis memilih topik pekerja seks komersial anak ini bukan lagi masalah tersembunyi di India, tapi sudah diketahui publik.

1.3.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut diatas, maka penulis mengajukan perumusan masalah penelitian ini adalah

“Bagaimana peranan yang dilakukan United Nations Children’s Fund

(UNICEF) dalam penanganan pekerja seks komersial anak di India?”.

1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimanakah kondisi dan penanganan pekerja seks komersial anak di India

b. Untuk menggambarkan dan menganalisa peranan UNICEF dalam penanganan pekerja seks komersial anak di India.

c. Untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang dihadapi UNICEF dalam penanganan pekerja seks anak di India

d. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program UNICEF dalam penanganan pekerja seks komersial anak di India

1.4.2 Kegunaan Penelitian 1.4.2.1Kegunaan Teoritis

Dalam penelitian secara teoritis ini diharapkan sebagai bahan tambahan informasi dan pembelajaran bagi para penstudi masalah-masalah internasional khususnya yang terkait dengan topik penelitian yang dibahas kali ini, dan dapat


(19)

berguna juga bagi peneliti sendiri untuk menambah informasi dan pengetahuan Hubungan Internasional.

1.4.2.2Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah data-data empiris bagi para penstudi Hubungan Internasional yang berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai peranan UNICEF dalam mengatasi masalah pekerja seks komersial anak di India.

1.5 Kerangka Pemikiran,Hipotesis dan Definisi Operasional 1.5.1 Kerangka Pemikiran

Pada umumnya studi Hubungan Internasional merupakan suatu pola hubungan atau interaksi antar aktor yang melintasi suatu batas negara. Hubungan internasional juga berkaitan dengan politik, sosial, ekonomi, budaya dan interaksi lainnya di antara state actor dan non state actor.

Menurut Mc. Clelland, dalam Perwita, mendefinisikan bahwa Hubungan Internasional sebagai berikut:

“Hubungan Internasional sebagai studi tentang interaksi antara jenis-jenis kesatuan-kesatuan sosial tertentu, termasuk studi tentang keadaan-keadaan

relevan yang mengelilingi interaksi.”

(2004 : 4)

Kerjasama yang dibentuk tersebut, diharapkan dapat menjadi salahsatu usaha negara-negara untuk menyelaraskan kepentingan yang sama dan juga


(20)

14

merupakan perwujudan kondisi masyarakat yang saling tergantung satu sama lain, seperti yang dikatakan oleh Koesnadi Kartasasmita bahwa:

“Kerjasama Internasional merupakan suatu keharusan sebagai akibat

adanya hubungan interdependensi dan bertambahnya kehidupan manusia dalam masyarakat Internasional.” (Koesnadi Kartasasmita 1997:19)

Hal ini seperti yang telah dikemukakan oleh Bowett, dimana:

“Tidak ada suatu batasan mengenai organisasi internasional yang dapat

diterima secara umum. Pada umumnya, bagaimanapun juga organisasi ini adalah organisasi permanent (misalnya, dibidang postel atau administrasi kereta api), yang didirikan berdasarkan perjanjian internasional yang kebanyakan merupakan perjanjian multilateral daripada perjanjian bilateral

dan dengan tujuan tertentu.” (Bowett, 1985:3)

Menurut Starke dalam bukunya “An Introduction to International Law

juga tidak memberikan batasan yang khusus mengenai pengertian organisasi internasional. Ia hanya membandingkan fungsi, hak, dan kewajiban serta wewenang berbagai organ lembaga internasional dengan negara yang modern.

Pada awalnya seperti fungsi suatu negara moderns mempunyai hak, kewajiban, dan kekuasaan yang dimiliki beserta alat perlengkapannya, semua itu diatur oleh hukum nasional yang dinamakan hokum konstitusi negara sehingga dengan demikian organisasi internasional sama halnya dengan alat perlengkapan negara modern yang diatur oleh hukum konstitusi internasional. (Starke 1986: 3-4)

UNICEF (United Nation Children’s Fund) termasuk dalam IGO yang terbentuk pada tanggal 11 Desember 1946 untuk melindungi jiwa anak-anak dan mengatur segala hal mengenai kesejahteraan anak-anak di dunia dan bernaung di bawah PBB serta bermarkas besar di New York, melihat kenyataan dan tindakan yang telah terjadi terhadap anak-anak di India merupakan suatu bentuk


(21)

pelanggaran Hak Asasi Manusia, khususnya hak anak dan hal tersebut harus secepat mungkin ditekan agar kelangsungan hidup anak-anak di India dapat berjalan sebagaimana mestinya anak-anak di dunia.

Peranan UNICEF terhadap pekerja seks anak di India sangat membantu bagi pemerintah India dalam mengatasi pekerja seks anak, pengaruh UNICEF secara nyata memberi dukungan kepada kebijakan yang dibuat oleh pemerintah India terhadap kelangsungan hidup anak-anak.

Berdasarkan materi hukum yang tercakup ke dalam 54 Pasal Konvensi Hak Anak, dapat dikualifikasikan beberapa isi konvensi, yaitu :

Penegasan Hak-hak Anak. Perlindungan Anak oleh Negara.

Peran serta berbagai pihak (pemerintah, masyarakat dan swasta) dalam menjamin penghormatan terhadap Hak-hak Anak (Hadisuprapto, 1996:35).

Program UNICEF child protection, membangun lingkungan pelindung yaitu adanya jutaan anak-anak di seluruh dunia mengalami kekerasan, eksploitasi dan pelecehan termasuk bentuk-bentuk terburuk pekerja anak di masyarakat, sekolah dan lembaga, konflik bersenjata selama, dan praktek-praktek berbahaya seperti mutilasi genital perempuan atau pemotongan dan perkawinan anak. Jutaan lebih, belum korban, juga tetap tanpa perlindungan yang memadai.

Melindungi anak dari kekerasan, eksploitasi dan pelecehan merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari melindungi hak-hak mereka untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan kepada UNICEF.


(22)

16

Komitmen melindungi anak-anak kami digaris bawahi dalam rencana strategis Jangka Menengah dan Strategi Perlindungan Anak. Kami menggambar pada kami

Core Komitmen Perusahaan, yang Konvensi Hak Anak, yang Deklarasi Milenium, dan berbagai perjanjian internasional Hak Asasi Manusia sebagai dasar untuk respon kami.

Program children right untuk mencegah dan menanggapi kekerasan, eksploitasi dan pelecehan terhadap anak-anak termasuk eksploitasi seksual komersial, perdagangan, pekerja anak dan praktek-praktek tradisional yang merugikan, seperti perkawinan anak. Perlindungan anak juga menargetkan unik anak-anak yang rentan terhadap pelanggaran tersebut, seperti ketika hidup tanpa pengasuhan, bertentangan dengan hukum dan dalam konflik bersenjata pelanggaran terhadap hak anak untuk perlindungan terjadi di setiap negara dan besar, di bawah diakui dan tidak dilaporkan hambatan untuk kelangsungan hidup dan perkembangan anak, selain pelanggaran Hak Asasi Manusia.

Perlindungan anak merupakan masalah di setiap negara dan prioritas tinggi untuk UNICEF. Bawah Konvensi tentang Hak-hak Anak dan Perjanjian Internasional lainnya, semua anak mempunyai hak untuk dilindungi dari bahaya. Kegiatan UNICEF dipandu oleh kerangka normatif internasional yang ada terhadap Hak-hak anak, serta keputusan dan kebijakan Perserikatan Bangsa-Bangsa sepakat dalam Badan-badan antar pemerintah.

Organize crime adalah bentuk kejahatan yang terselubung dan terorganisir,

kriminologi yang memandang bahwa Negara (kekuasaan) adalah penyebab dari kejahatan dan seharusnya bertanggung jawab atas merebaknya kejahatan dalam


(23)

masyarakat yang dikenal sebagai kriminologi kritis, ini merupakan perkembangan studi kejahatan yang berkisar kepada peranan hubungan individu dan masyarakat, terlepas dari peranan hubungan antara negara dan masyarakatnya. (Atmasasmita, 1992: 3)

1.5.2 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan diatas, maka penulis mengambil hipotesis sebagai berikut :

“UNICEF berperan melalui program Child Protection dan Children Rights dapat mengurangi pekerja seks komersial anak di India”.

1.5.3 Definisi Operasional

Dan adanya definisi operasional yang ada didalam hipotesis dengan menggunakan variabel yaitu:

1. UNICEF merupakan sebuah Organisasi Internasional yang bernaung dibawah PBB dibentuk pada tanggal 11 Desember 1949 untuk menangani masalah kehidupan anak-anak dan hak-hak anak yang ada di dunia. Program UNICEF yang ada di India untuk masa depan anak-anak di India.

2. Child Protection, merupakan suatu program yang dijalankan oleh UNICEF

untuk melindungi anak-anak dari pekerja seks komersial yang ada di India. Maka anak-anak berhak mendapatkan perlindungan dari UNICEF.

3. Children’s Rights, merupakan suatu program yang dijalankan oleh UNICEF untuk meningkatkan kelangsungan hidup bagi anak-anak dari pekerja seks komersial, ekonomi dan sosial.


(24)

18

1.6 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 1.6.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam peneliti ini adalah metode deskriptif analitis, yaitu menggambarkan masalah kemudian menganalisa permasalahan yang ada melalui data-data yang telah dikumpulkan kemudian diolah serta di susun dengan berlandaskan pada teori-teori dan konsep-konsep yang dipergunakan. Dan bertujuan untuk memperdalam pengetahuan mengenai gejala itu dengan maksud untuk merumuskan masalah secara terperinci atau mengembangkan hipotesis.

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk menghimpun data, info, atau fakta yang berhubungan dan relevan dengan masalah yang hendak diteliti. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisa data sekunder yaitu dengan penelusuran literatur atau data-data dan berbagai informasi dengan berbagai macam materi melalui studi kepustakaan dan penelusuran data melalui internet.

Teknik pengumpulan data melalui studi dokumen atau kepustakaan, yakni bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan macam- macam material yang terdapat di ruang perpustakaan, misalnya berupa: buku-buku, majalah, naskah-naskah, catatan, kisah sejarah, dokumen-dokumen, dan lain-lain. Pada hakekatnya, data yang diperoleh dengan jalan penelitian perpustakaan tersebut dijadikan fondasi dasar dan alat utama bagi praktek penelitian di tengah lapangan.


(25)

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.7.1 Lokasi Penelitian

1. Perpustakaan Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM ) Bandung. Jl. Dipati Ukur 112 Bandung.

2. Perpustakaan Universitas Parahyangan (UNPAR ) Bandung. Jl. Ciumbuleuit Bandung.

3. Perpustakaan Universitas Pasundan (UNPAS ) Bandung. Jl. Lengkong Besar 68 Bandung.

4. Gedung UNICEF Wisma Metropolitan II, lantai 10, 11 & 12 Jalan Jenderal Sudirman kavling 31, Jakarta 12920

5. Kedutaan India Jl. H.R. Rasuna Said, S-1, Kuningan, Jakarta 12950

1.7.2 Waktu Penelitian

TABEL 1.1 WAKTU PENELITIAN No

Waktu

Kegiatan

Oktober 2010

November 2010

Desember 2010

Januari 2011

Februari 2011 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pengajuan Judul 2 ACC Judul 3 Bimbingan 4 ACC UP 5 Sidang UP 6 Penelitian 7 Sidang Skripsi 8 Wisuda Sarjana


(26)

20

1.8 Sistematika Penelitian

Penulisan terdiri dari lima bab, setiap bab terdiri dari sub bab yang disesuaikan dengan pembahasan yang dilakukan. Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Awal pembahasan dalam penelitian ini, dimulai dari : Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, dan Perumusan Masalah. Pada bagian selanjutnya peneliti akan membahas mengenai Tujuan dan Kegunaan Penelitian yang akan diikuti dengan kerangka pemikiran (teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini). Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data, serta lokasi dan Lama Penelitian.

Bab II Tinjauan Pustaka

Pada bab ini, penulis akan membahas gambaran tentang penjelasan teori teori dan konsep-konsep yang berkaitan dengan penyebab terjadinya pekerja seks komersial anak di India.

Bab III Obyek Penelitian

Penulis berusaha mendeskripsikan Latar Belakang, Fungsi, Tujuan dibentuknya organisasi tersebut, serta program yang dijalankan oleh UNICEF dari cara kerja sampai pada pelaksanaan program perlindungan anak.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dalam penulisan ini, penulis membahas peranan UNICEF sebagai aktor yang saling bekerjasama untuk mengurangi bentuk-bentuk ketidakadilan terhadap


(27)

kaum anak-anak. Sebagai aktor penting UNICEF dalam menangani pekerja seks komersial anak di India melakukan kerjasama dengan lembaga sosial yang ada di India.

Bab V Kesimpulan dan Saran

Merupakan bab yang berisikan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian dan saran dari peneliti yang dianjurkan berdasarkan penelitian.


(28)

22 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Hubungan Internasional

Hubungan Internasional menurut Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani Hubungan Internasional, adalah cabang dari Ilmu Politik, merupakan suatu studi tentang persoalan-persoalan luar negeri dan isu-isu global di antara negara-negara dalam Sistem Internasional, termasuk peran negara-negara-negara-negara, organisasi-organisasi antar-pemerintah, organisasi-organisasi-organisasi-organisasi non-pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat, dan perusahaan-perusahaan multinasional. (2005:47-50)

Konsep hubungan internasional berkaitan erat dengan subjek-subjek, seperti organisasi internasional, diplomasi, hukum internasional, dan politik internasional. Organisasi-organisasi seperti Persatuan Bangsa-bangsa (PBB), Perkumpulan Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN), Organisasi perdangangan dunia (WTO), dan sebagianya berperan besar untuk menjembatani kepentingan berbagai Negara.

Menurut Mas’oed pada tahun 1920-an sampai 1930-an, studi Hubungan Internasional berjalan menurut tiga jalur, yaitu :

1. Hubungan Internasional dipelajari melalui penelaahan kejadian-kejadian yang sedang jadi berita utama dan dari bahan itu dicoba dibuat semacam pola umum kejadian.

2. Hubungan Internasional dipelajari melalui studi tentang Organisasi Internasional.

3. Hubungan Internasional adalah model analisa yang menekankan Ekonomi Internasional (1990: 15).


(29)

Pada tahun 1980-an, pola Hubungan Internasional masih bersifat state

centric (dalam arti masih bipolar), tetapi muncul kekuatan-kekuatan sub groups

yang mengemuka. Studi Hubungan Internasional adalah interaksi yang terjadi antara negara-negara yang berdaulat di dunia, juga merupakan studi tentang actor bukan negara yang perilakunya mempunyai pengaruh terhadap kehidupan bangsa. Hubungan Internasional mengacu pada segala aspek bentuk interaksi.

Kemudian pada tahun 1990-an, runtuhnya Uni Soviet sebagai Negara komunis utama telah memunculkan corak perkembangan ilmu Hubungan Internasional yang khas. Menurut Perwita dan M. Yani, Berakhirnya Perang Dingin telah mengakhiri semangat sistem internasional bipolar dan berubah pada

multipolar atau secara khusus telah mengalihkan persaingan yang bernuansa

militer ke arah persaingan atau konflik kepentingan ekonomi di antara negara-negara di dunia ini. (2005: 2-5).

Pengertian Ilmu Hubungan Internasional menurut Mc. Clelland, adalah :

“Studi tentang interaksi antara jenis-jenis kesatuan sosial tertentu, termasuk studi tentang keadaan-keadaan relevan yang mengelilingi

interaksi” (1986:27).

Dalam Hubungan Internasional ini merupakan salah satu sejalan dengan perkembangan waktu dan ilmu pengetahuan, ruang lingkup HI pun berkembang. Pada awalnya, para pemikir yang tertarik pada masalah-masalah internasional, memfokuskan kajiannya hanya pada interaksi antar negara dan fenomena-fenomena militer (keamanan). Hubungan internasional bukan hanya mencakup hubungan antar negara atau antar pemerintah secara langsung namun juga


(30)

24

meliputi berbagai transaksi ekonomi dan perdagangan, strategi atau penggunaan kekuatan militer, serta langkah diplomasi yang dilakukan oleh pemerintah-pemerintah maupun pemerintah-pemerintah.

Sepanjang menyangkut aspek internasional adalah bidang hubungan internasional dengan kemungkinan dengan ekonomi, hukum, komunikasi, politik, dan lainnya. Demikian juga untuk menelaah Hubungan Internasional dapat meminjam dan menerapkan konsep-konsep sosiologi, psikologi, bahkan matematika untuk diterapkan dalam kajian hubungan internasional.

2 .2Paradigma Pluralis (Pluralism)

Paradigma bisa diartikan sebagai aliran pemikiran yang memiliki kesamaan asumsi dasar tentang suatu bidang studi, termasuk kesepakatan tentang kerangka konseptual, petunjuk metodelogis dan teknik analisis. Paradigma berfungsi untuk menentukan masalah-masalah mana yang penting untuk diteliti, menunjukkan cara bagaimana masalah itu harus di konseptualisasikan, metode apa yang cocok untuk penelitian dan bagaimana cara menginterpretasikan hasil

penelitian. Selain itu, menurut Mas’oed paradigma juga berfungsi untuk

menentukan batas-batas ruang lingkup suatu disiplin atau kegiatan keilmuan dan menetapkan ukuran untuk menilai keberhasilan disiplin tersebut. (1990: 8)

Salah satu pandangan dalam Hubungan Internasional adalah pandangan pluralisme, yang menyatakan bahwa Hubungan Internasional tidak hanya terbatas pada hubungan antar negara saja, tetapi juga merupakan hubungan antar individu


(31)

dan kelompok kepentingan dimana negara tidak selalu sebagai aktor utama. Paradigma pluralisme mempunyai 4 asumsi yaitu:

1. Aktor-aktor non-negara adalah entitas penting dalam Hubungan Internasional yang tidak dapat diabaikan, contohnya Organisasi Intrenaisonal baik yang pemerintahan maupun non-pemerintahan, actor tansnasional (MNCs), kelompok-kelompok bahkan individu.

2. Negara bukanlah aktor Unitarian, melainkan ada aktor-aktor lainnya yaitu individu-individu, kelompok kepentingan dan para birokrat.

3. Menentang asumsi realis yang menyatakan negara sebagai aktor rasional, dimana pluralis menganggap pengambilan keputusan oleh suatu Negara tidak selalu didasarkan pada pertimbangan yang rasional, akan tetapi demi kepentingan-kepentingan tertentu.

4. Agenda dalam Politik Internasional adalah luas, pluralis menolak bahwa ide Politik Internasional sering didominasi oleh dengan militer. Agenda Politik Luar Negeri saat ini sudah berkembang dan militer bukanlah satu-satunya hal yang paling utama, tetapi ada hal-hal utama lain didalam Hubungan Internasional seperti ekonomi dan sosial (Viotti dan Kauppi, 1990: 215).

Berdasarkan asumsi pluralisme, maka dalam perkembangan Hubungan Internasional semakin merebaknya isu-isu global yang terus merebak adalah pembangunan di Negara-negara berkembang, kegagalan pembangunan yang memunculkan kemiskinan, serta masalah-masalah yang kemudian timbul akibat semakin banyaknya masyarakat yang hidup dalam kemiskinan.

2.2.1 Kerjasama Internasional

Kerjasama yang dibentuk diharapkan dapat menciptakan suatu stabilitas yang dapat menunjang kepentingan nasional masing-masing negara dan sekaligus dapat meredakan permasalahan yang sedang terjadi.


(32)

26

“Kerjasama Internasional merupakan akibat dari adanya

Hubungan Internasional dan karena bertambah kompleksnya

kehidupan manusia didalam masyarakat internasional”. (1997: 9)

Pada masa sekarang ini tidak salah satu negara yang sanggup memenuhi kebutuhannya sendiri. Untuk memenuhi kepentingan-kepentingannya, suatu negara harus melakukan interaksi dengan negara lain atau aktor lain. Tanpa melakukan interaksi, maka negara akan sulit untuk mencapai dan memenuhi kepentingan nasionalnya. Suatu negara mengadakan interaksi dengan negara lain karena ingin mencapai tujuan nasionalnya ke arah luar batas negaranya. Kerjasama yang dibentuk tersebut, diharapkan dapat menjadi salah satu usaha negara-negara untuk menyelaraskan kepentingan yang sama dan juga merupakan perwujudan kondisi masyarakat yang saling tergantung satu sama lain, seperti yang dikatakan oleh Daniel S. Cheever dan H. Field Haviland Jr., dalam May T. Rudy, bahwa:

“Pengaturan bentuk kerja sama internasional yang melembaga antara

negara-negara, umumnya berlandaskan suatu perjanjian dasar, untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang memberi manfaat timbal-balik yang dijawantahkan melalui pertemuan-pertemuan serta kegiatan-kegiatan staf

secara berkala.” (1998: 2)

2.2.2 Organisasi Internasional

Organisasi internasional adalah suatu bentuk dari gabungan beberapa negara atau bentuk unit fungsi yang memiliki tujuan bersama mencapai persetujuan yg juga merupakan isi dari perjanjian. UNICEF merupakan sebuah Organisasi Internasional, yang keberadaannya sekarang semakin banyak baik


(33)

beranggotakan pemerintah atau non pemerintah menurut William, dapat didefinisikan sebagai:

“Pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara dengan didasari pada struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta diharapkan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antara sesama kelompok non pemerintah pada negara

yang berbeda”. (1992: 195-197)

Hubungan Internasional yang terjalin semakin berkembang, tidak hanya melibatkan Negara sebagai aktor utama tetapi juga individu, kelompok, organisasi internasional dan lain-lain.

Fungsi Organisasi Internasional sebagai:

1. National Interest articulation and aggregation: Organisasi juga menjalankan mekanisme alokasi nilai-nilai dan sumber-sumber daya yang dimiliki yang lebih banyak disandarkan pada perjanjian-perjanjian yang dihasilkan melalui perundingan oleh masing-masing negara anggota. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa organisasi internasional berfungsi sebagai instrument bagi negara untuk mengartikulasikan kepentingannya sendiri.

2. Norms: Terdiri dari norma-norma seperti penetapan, nilai-nilai, atau

prinsip-prinsip non diskriminasi, perdagangan bebas, mendelegitimasikan kolonialisme barat, mendorong pelucutan dan pengendalian senjata, dan lain-lain.

3. Rekruitmen: Merekrut partisipan baru ke dalam sistem internasional

dengan menyatukan kelompok dan individu untuk tujuan yang sama, mendukung pemerintah, mempromosikan aktivitas perdagangan, menyebarkan kepentingan komersial atau kepercayaan religius.

4. Sosialisasi: Bertujuan untuk menanamkan kesetiaan seseorang dalam sistem dimana dia tinggal atau untuk memperoleh penerimaan dari sistem itu dan institusinya.

5. Pembuatan Keputusan: Kebanyakan Organisasi Internasional mendasarkan pembuatan keputusan (menurut Paul Thurman) mereka seperti:

a. Pembuatan keputusan di formulasikan berdasarkan suara bulat atau mendekati dari konsensus anggota.

b. Para anggota mempunyai pilihan praktis untuk keluar dari organisasi dan mengakhiri persetujuan terhadap peraturan.


(34)

28

c. Walaupun dibatasi kenggotaan Negara dapat menyatakan hak untuk mengartikan peraturan unilateral yang di ijinkan.

d. Struktur birokratik eksekutif dari organisasi sedikit atau tidak memiliki kekuasaan untuk memformulasikan peraturan.

e. Delegasi organisasi badan pembuatan keputusan diatur oleh pemerintah mereka dan tidak bertindak sebagai perwakilan bebas. f. Organisasi internasional tidak memiliki hubungan langsung

dengan penduduk Negara anggota.

6. Penerapan keputusan: Dalam sistem politik Dalam Negeri penerapan keputusan dijalankan oleh sebagian besar agensi pemerintah dan dalam ekstremis oleh polisi, militer, dan pasukan bersenjata. Dalam sistem politik internasional, penerapan keputusan ditinggalkan sebagian besar Negara yang berkuasa karena tidak ada kewenangan dunia pusat dengan agen-agen untuk menjalankan bagian itu.

7. Pengawasan keputusan: Dibawa oleh kehakiman-pengadilan hukum, panel arbitrasi, pengadilan dan sebagainya. Tujuan utamanya untuk memperjelas keberadaan hukum dan institusi pengadilan yang tidak dilibatkan dalam proses politik pembuatan keputusan.

8. Informasi: Melalui peranan organisasi internasional sebagai forum dimana para anggota dapat saling bertemu dan bertukar pendapat dan para aktor memperkenalkan ide mereka mengenai informasi.

9. Pelaksanaan: Dapat berupa banking, pelayanan bantuan, pelayanan pengungsi, berkaitan dengan komoditi, dan menjalankan pelayanan teknis, (Archer, 1984: 154-168)

Dari kesembilan fungsi organisasi internasional diatas, secara spesifik UNICEF memiliki fungsi sebagai: informasi untuk dapat memberikan ide-ide dan pesan-pesan melalui pemerintah dengan bantuan diplomatis mereka dan juga melalui komunikasi media, serta sebagai pelaksanaan dengan membuat kontribusi khususnya dalam daerah yang memerlukan pertolongan.

Organisasi internasional juga memiliki fungsi ideal. Pada umumnya fungsi ideal setiap organisasi ini sama, menurut Syahmin antara lain yaitu:

1. Memelihara perdamaian dan keamanan internasional

2. Memajukan kepentingan umum dari warga masyarakat internasional dan mengembangkan kesejahteraan umum umat manusia

3. Mengembangkan hubungan persahabatan dan kerjasama di segala bidang antar bangsa-bangsa


(35)

4. Mengembangkan penghormatan atas hak dan kebebaan asasi manusia dan menghormati Rule of Law serta keadilan

5. Menyelenggarakan tata kehidupan masyarakat internasional sedemikian rupa sehingga memberikan kemungkinan bagi umat manusia untuk menyempurnakan kepribadiannya dan memajukan derajat kehidupannya di segala bidang bangsa yang beradab dan berbudaya. (1985: 10)

Organisasi internasional didefinisikan dari sudut institusinya, Menurut Steven organisasi internasional dikelompokkan menjadi 2 bagian besar, yaitu:

1. Organisasi Antar Pemerintah (International Governmental

Organization/IGO). IGO merupakan institusi yang beranggotakan

pemerintah atau instansi pemerintah suatu Negara secara resmi, yang mana kegiatannya berkaitan dengan masalah konflik, krisis dan penggunaan kekerasan yang menarik perhatian masyarakat internasional. Anggotanya terdiri dari delegasi resmi pemerintah Negara-negara.

2. Organisasi Non Pemerintah (International Non-Governmental

Organization/INGO)

3. INGO merupakan institusi yang terdiri dari atas kelompok-kelompok di bidang agama, kebudayaan, dan ekonomi. Anggotanya terdiri dari kelompok-kelompok swasta di bidang keilmuan, keagamaan, kebudayaan, bantuan teknik atau ekonomi dan sebagainya. (1995:408) Berdasarkan keanggotaan dan tujuan, menurut Columbis dan Wolfe, IGO dapat diklasifikasikan menjadi 4 kategori, yaitu:

1. Organisasi yang keanggotaan dan tujuannya bersifat umum, ruang lingkupnya global dan melakukan berbagai fungsi, seperti keamanan, kerjasama sosial-ekonomi, perlindungan hak-hak asasi manusia, dan pembangunan serta pertukaran kebudayaan. Contohnya PBB.

2. Organisasi yang keanggotaannya umum dan tujuannya terbatas, organisasi ini dikenal sebagai organisasi fungsional yang spesifik. Contohnya ILO, WHO, UNICEF,UNESCO.

3. Organisasi yang keanggotaannya terbatas dan tujuannya umum, organisasi ini merupakan organisasi regional yang fungsi dan tanggung jawab keamanan, politik, sosial, dan ekonomi berskala luas. Contohnya Organization of America States (OAS), Organization of

Africa Unity (OAU).

4. Organisasi yang keanggotaan dan tujuannya juga terbatas: organisasi ini terbagi atas organisasi sosial, ekonomi dan militer. Contohnya NATO. (1999: 279-281)


(36)

30

Salah satu bentuk dari IGO adalah UNICEF. UNICEF yang dibentuk pada tanggal 11 Desember 1946 bertujuan membantu anak-anak memperoleh pengertian dan stimulasi yang mereka butuhkan pada tahun-tahun awal kehidupan mereka. UNICEF berusaha mengurangi angka kematian dan penyakit anak, melindungi anak-anak yang berada dalam kodisi perang dan bencana alam serta berusaha keras untuk membangun sebuah dunia dimana semua anak hidup dalam kondisi yang aman. (The United Nations and Human Rights, Departement of

Public Information, 1984: 12)

2.2.3 Peranan Organisasi Internasional

Peranan Organisasi Internasional menurut Perwita, dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu: Sebagai instrumen.

1. Organisasi Internasional digunakan oleh negara-negara anggotanya untuk mencapai tujuan tertentu berdasarkan tujuan politik luar negerinya.

2. Sebagai arena. Organisasi Internasional merupakan tempat bertemu bagi anggota saja untuk membicarakan dan membahas masalah dalam negeri lain dengan tujuan untuk mendapat perhatian internasional. 3. Sebagai aktor independen. Organisasi Internasional dapat membuat

keputusan-keputusan sendiri tanpa dipengaruhi oleh kekuasaan atau paksaan dari luar organisasi (2005: 95).

Peranan merupakan aspek dinamis. Apabila seseorang melaksanakan Hak dan Kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan (Soekanto, 2001: 268).

Peranan (role) menurut Kantaprawira, dapat dikatakan sebagai berikut :

“Seperangkat perilaku yang diharapkan dari seorang atau struktur tertentu

yang menduduki suatu posisi didalam suatu sistem. Suatu organisasi memiliki struktur organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah di sepakati bersama. Apabila struktur-struktur tersebut telah menjalankan


(37)

fungsi-fungsinya, maka organisasi itu telah menjalankan peranan tertentu. Dengan demikian, Peranan dianggap sebagai fungsi dalam rangka mencapai tujuan-tujuan kemasyarakatan” (1987: 32).

Menurut Mochtar Mas’oed dalam Perwita menyatakan bahwa peranan

(role) adalah :

“Peranan adalah perilaku yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang

yang menduduki suatu posisi. Ini adalah perilaku yang dilekatkan pada posisi tersebut, diharapkan berperilaku sesuai dengan sifat posisi tersebut.” (2005: 30)

2.3 Organized Crime

Menurut Artasasmita Organized crime adalah bentuk kejahatan yang terselubung dan terorganisir, kriminologi yang memandang bahwa negara (kekuasaan) adalah penyebab dari kejahatan dan seharusnya bertanggung jawab atas merebaknya kejahatan dalam masyarakat yang dikenal sebagai kriminologi kritis, ini merupakan perkembangan studi kejahatan yang berkisar kepada peranan hubungan individu dan masyarakat, terlepas dari peranan hubungan antara negara dan masyarakatnya.(1992: 3)

Hal ini mungkin terjadi dalam masyarakat menghadapi masa-masa kekacauan politik, ekonomi atau sosial atau transisi, seperti perubahan pemerintah atau periode perkembangan ekonomi yang pesat, terutama jika masyarakat tidak memiliki institusi yang kuat dan mapan dan aturan hukum. Dalam organisasi kriminal terakhir telah alami terbatas diri dengan kebutuhan mereka untuk berkembang. Organisasi kejahatan adalah kejahatan kerah putih yang dilakukan


(38)

32

dengan dukungan dan dorongan dari organisasi formal dan ditujukan setidaknya sebagian untuk memajukan tujuan organisasi tersebut. Hal ini menempatkan mereka dalam kompetisi dengan satu sama lain. Kompetisi ini, yang sering menimbulkan kekerasan, menggunakan sumber daya yang berharga seperti tenaga kerja, peralatan dan keuangan. Transnasional kejahatan terorganisir dianggap sebagai salah satu ancaman utama bagi keamanan manusia, menghambat perkembangan sosial, ekonomi, politik dan budaya masyarakat di seluruh dunia. (http://en.wikipedia.org/wiki/Organized_crime, diakses 09 Desember 2010))

Transnasional kejahatan terorganisir dianggap sebagai salah satu ancaman utama bagi keamanan manusia, menghambat perkembangan sosial, ekonomi, politik dan budaya masyarakat di seluruh dunia. Ini adalah fenomena

multi-faceted dan telah terwujud dalam kegiatan yang berbeda, antara lain, perdagangan

narkoba, perdagangan manusia, perdagangan senjata api, penyelundupan migran; pencucian uang dan lain-lain. Dalam perdagangan obat tertentu merupakan salah satu kegiatan utama kejahatan terorganisir kelompok, menghasilkan keuntungan yang sangat besar. Adanya kejahatan yang terorganisir yaitu Keanggotaan eksklusif, Non-ideologis, Hirarkis, Pembagian kerja atau spesialisasi, Mengabadi Kesediaan mempergunakan kekerasan atau penyuapan, Monopolistik. UNODC bekerja erat dengan Pemerintah, organisasi internasional dan masyarakat sipil untuk memperkuat kerjasama untuk melawan pengaruh meresap kejahatan terorganisir dan perdagangan narkoba.

Sebagai globalisasi telah memperluas perdagangan internasional, sehingga berbagai kegiatan kejahatan terorganisir telah memperluas dan diversifikasi.


(39)

Bentuk hirarki tradisional kelompok kejahatan terorganisir telah berkurang; diganti dengan jaringan longgar yang bekerja sama untuk mengeksploitasi peluang pasar baru. Untuk kelompok kejahatan terorganisir contoh yang terlibat dalam perdagangan narkoba umumnya terlibat dalam penyelundupan barang ilegal lainnya. Hubungan antara perdagangan narkoba dan bentuk-bentuk kejahatan terorganisir transnasional panggilan untuk pendekatan yang lebih terintegrasi untuk menangani perhubungan ini. Penandatanganan Konvensi PBB terhadap Kejahatan Transnasional Terorganisir pada tahun 2000 adalah langkah maju bersejarah dalam melawan ancaman ini. Perdagangan manusia adalah ilegal perdagangan pada manusia untuk tujuan komersial eksploitasi seksual atau kerja paksa , suatu hari bentuk modern dari perbudakan.

2.3.1 Perlindungan terhadap Anak dalam Hukum Internasional

Anak, demi pengembangan kepribadiannya secara penuh dan serasi, harus tumbuh dalam suatu lingkungan keluarga, dalam iklim kebahagiaan, cinta kasih dan pengertian. Mengingat bahwa perlunya perluasan perawatan khusus bagi anak telah dinyatakan dalam Deklarasi Jenewa tentang Hak-Hak Anak tahun 1924 dan dalam Deklarasi Hak-Hak Anak yang disetujui Majelis Umum PBB pada tahun 1959 dan diakui dalam Dekiarasi Universal tentang Hak-Hak Asasi Manusia, dalam Perjanjian Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik, dalam Perjanjian Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi Sosial dan Budaya dan dalam ketentuan-ketentuan dan perangkat-perangkat yang terkait dan badan-badan khusus dan organisasi-organisasi internasional yang berkepentingan dengan kesejahteraan anak.


(40)

34

Hak-hak untuk anak-anak diakui dalam Konvensi Hak Anak yang dikeluarkan oleh badan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1989. Menutur konvensi tersebut, semua anak, tanpa membedakan ras, suku bangsa, agama, jenis kelamin, asal usul keturunan maupun bahasa memiliki 4 hak dasar yaitu:

1. Hak atas kelangsungan hidup (survival)

Termasuk di dalamnya adalah hak atas tingkat kehidupan yang layak, dan pelayanan kesehatan. Artinya anak-anak berhak mendapatkan gizi yang baik, tempat tinggal yang layak dan perawatan kesehatan yang baik bila ia jatuh sakit.

2. Hak untuk berkembang (development)

Termasuk di dalamnya adalah hak untuk mendapatkan pendidikan, informasi, waktu luang, berkreasi seni dan budaya, juga hak asasi untuk anak-anak cacat, dimana mereka berhak mendapatkan perlakuan dan pendidikan khusus.

3. Hak partisipasi (participation)

Termasuk di dalamnya adalah hak kebebasan menyatakan pendapat, berserikat dan berkumpul serta ikut dalam pengambilan keputusan yang menyangkut dirinya. Jadi, seharusnya oang-orang dewasa khususnya orang tua tidak boleh memaksakan kehendaknya kepada anak karena bisa jadi pemaksaan kehendak dapat mengakibatkan beban psikologis terhadap diri anak.

4. Hak perlindungan (protection)

Termasuk di dalamnya adalah perlindungan dari segala bentuk eksploitasi, perlakuan kejam dan sewenang-wenang dalam proses peradilan pidana maupun dalam hal lainnya. Contoh eksploitasi yang paling sering kita lihat adalah memperkerjakan anak-anak di bawah umur. (UNICEF, 1995: 4)

Mencakup juga dalam hak-hak tersebut untuk kesejahteraan dan kesehatan anak. UU No. 4 tahun 1979 mengatur tentang kesejahteraan anak, mendefinisikan:

“Kesejahteraan anak merupakan suatu tata kehidupan anak yang dapat

menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik

secara rohani, jasmani, maupun sosial”.

Selain itu, ada juga UU No.23 tahun 2002 mengenai undang-undang perlindungan anak. Dalam bab 2, pasal 1, nomor 15, disebutkan bahwa:


(41)

“Perlindungan khusus adalah perlindungan yang diberikan kepada anak

dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza), anak korban penculikan, perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik ataupun mental, anak yang menyandang cacat, dan anak korban

perlakuan salah dan penelataran”.

PBB dan UNICEF merupakan suatu wadah dari Kerjasama Internasional yang melibatkan aktor-aktor Negara. Menurut Charles H. Cooley, kerjasama dapat diartikan sebagai:

“Kerjasama timbul apabila orang-orang yang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut, kesadaran akan kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta

penting dalam kerjasama yang berguna”.

2.3.2 Konvensi Internasional Hak Anak

Konvensi Hak-Hak Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations

Convention on the Rights of the Child) adalah sebuah Konvensi Internasional

yang mengatur hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan kultural anak-anak. Negara-negara yang meratifikasi konvensi internasional ini terikat untuk menjalankannya sesuai dengan hukum internasional. Pemerintah Negara yang telah meratifikasi konvensi ini diharuskan untuk melaporkan dan hadir di hadapan Komite Hak-Hak Anak secara berkala untuk mengevaluasi kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam mengimplementasikan konvensi ini dan status hak-hak anak dalam negara tersebut. Selain itu konvensi tersebut juga menyebutkan hak perlindungan atas eksploitasi ekonomi maupun seksual, hak perlindungan dari penyalahgunaan obat, hak perlindungan dari kekerasaan, baik yang terjadi pada


(42)

36

masa perang dan kerusuhan maupun tidak. Selain itu juga dirinci hak-hak anak yang menjadi pengungsi, anak-anak korban perang, anak-anak korban kerusuhan, dan anak-anak terlantar lain. Pelaksanaan konvensi ini diawasi oleh Komite Hak-Hak Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa yang anggota-anggotanya terdiri dari berbagai negara di seluruh dunia. Setiap tahun, Komite ini memberikan laporan kepada Komite Ketiga Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa yang juga akan mendengar pernyataan ketua Komite Hak-Hak Anak dan mengadopsi resolusi mengenai Hak-Hak Anak.

2.3.3 Isi Konvensi Hak Anak

Konvensi Hak Anak merupakan instrumen internasional dibidang Hak Asasi Manusia dengan cakupan hak yang paling komprehensif. Terdiri atas 54 pasal, Konvensi Hak Anak hingga saat ini dikenal sebagai satu-satunya konvensi di bidang Hak Asasi Manusia yang mencakup baik Hak-hak Sipil dan Politik maupun Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya. Dalam Hak Asasi Manusia, manusia memiliki hak, sedang kewajiban berada di tangan Negara. Kekhususan Konvensi-Konvensi di bidang Hak Asasi Manusia sebagai suatu bentuk Perjanjian Internasional ialah bahwa Negara yang melakukan ratifikasi konvensi dimaksud saling berjanji untuk terikat pada kewajibannya guna memberikan hak kepada manusia yang berada di dalam wilayah hukum negara bersangkutan.

Bidang hak asasi manusia yang mencakup baik hak-hak sipil dan politik maupun hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya. Konvensi ini merupakan instrument internasional di bidang Hak Asasi Manusia dengan cakupan hak yang paling komprehensif. Konvensi Hak Anak menegaskan pentingnya peranan


(43)

keluarga dalam upaya pemenuhan hak anak. Oleh karena itu, maka lingkungan keluarga memperoleh perhatian khusus dalam Konvensi.

Berdasarkan strukturnya, Konvensi Hak Anak dibagi menjadi 4 bagian sebagai berikut:

a.Mukadimah : Berikan konteks Konvensi Hak Anak b.Bagian 1 (pasal 1-41) : Mengatur hak bagi semua anak c.Bagian 2 (pasal 42-45) : Mengatur masalah pemantauan dan

pelaksanaan Konvensi Hak Anak d.Bagian 3 (pasal 46-54) : Mengatur masalah pemberlakuan

Konvensi

Bagian isinya, setidaknya ada 4 dalam Konvensi Hak Anak, yaitu:

1. Kategori yang didasarkan atas konvensi induk hak asasi manusia, dikatakan bahwa Konvensi Hak Anak mengandung:

a. Hak-hak sipil dan politik, meliputi:

Hak untuk memperoleh identitas (pasal 7) Hak untuk mempertahankan identitas (pasal 8) Kebebasan berekspresi (pasal 13)

Kebebasan berpikir, beragama, dan berhati nurani (pasal 4) Kebebasan berserikat (pasal 15)

Perlindungan atas kehidupan pribadi (pasal 16)


(44)

38

b. Perlindungan dari aniaya dan perenggutan kemerdekaan (pasal 37a) c. Hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya.

2. Kategori yang didasarkan pada sisi yang berkewajiban melaksanakan Konvensi Hak Anak dan bertanggung jawab untuk memenuhi hak anak. Untuk memahami isi Konvensi Hak Anak, maka ada tiga kata kunci yang dapat dipakai untuk memahaminya, yaitu:

a. Penuhi (fulfil) b. Lindungi (protect) c. Hargai (respect)

3. Kategori berdasarkan cakupan hak yang terkandung dalam Konvensi Hak Anak, yaitu:

a. Hak atas kelangsungan hidup (survival), yaitu Hak-hak Anak untuk mempertahankan hidup dan hak untuk memperoleh standar kesehatan dan perawatan yang sebaik-baiknya.

b. Hak untuk berkembang (development), yang meliputi hak-hak untuk mendapatkan pendidikan dan untuk mendapatkan standar hidup yang layak bagi perkembangan fisik, mental, moral, dan spiritual anak. c. Hak untuk mendapatkan perlindungan (protection), yang meliputi

perlindungan dari diskriminasi, tindak kekerasan dan keterlantaran bagi anak-anak yang tidak mempunyai keluarga dan bagi anak-anak pengungsi.


(45)

d. Hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat (participation), yang meliputi hak-hak untuk menyatukan pendapat dalam segala hal yang mempengaruhi anak.

4. Kategori berdasarkan cara bagian yang dirumuskan oleh Komite Hak Anak PBB. Konvensi Hak Anak dibagi menjadi 8 kategori, yaitu:

a. Langkah-langkah implementasi umum b. Definisi anak

c. Prinsip-prinsip umum d. Hak sipil dan kemerdekaan

e. Lingkungan keluarga dan pengasuhan alternative f. Kesehatan dan kesejahteraan dasar

g. Pendidikan, waktu luang dan kegiatan budaya h. Langkah-langkah perlindungan khusus.

(UNICEF, 1990:4)

Pasal 1 Konvensi Hak Anak secara umum mendefinisikan anak sebagai orang yang belum mencapai usia 18 tahun, namun dalam pasal tersebut juga mengakui kemungkinan adanya perbedaan atau variasi dalam penentuan batas usia kedewasaan di dalam peraturan perundang-undangan dari tiap-tiap Negara Peserta. Misalnya, untuk bekerja, untuk ikut pemilihan umum, untuk mengkonsumsi minuman beralkohol, untuk bertanggung jawab secara pidana atau untuk bisa dijatuhi hukuman mati dan sebagainya. Idealnya negara peserta memperlakukan standar yang ditetapkan dalam Standar Konvensi Hak Anak


(46)

40

sebagai standar terendah dan sedikit demi sedikit mulai menyesuaikan batasan umur anak yang terdapat dalam perundang-undangan nasional agar sesuai dengan standar Konvensi Hak Anak. Negara berarti pihak yang diberi mandat untuk mewakili negara untuk menyelenggarakan negara, untuk membuat atau mengubah undang-undang dan peraturan-peraturan, untuk merumuskan dan menjalankan kebijakan administrative serta mengatur kehidupan masyarakat. Ini berarti mencakup pihak eksekutif (pemerintah), legislatif dan yudikatif. Suatu Negara yang meratifikasi Konvensi Hak Anak wajib memenuhi semua ketentuan dalam Konvensi Hak Anak, kecuali bila negara tersebut melakukan reservasi ketentuan dalam Konvensi Hak Anak.


(47)

41 3.1 Gambaran Umum UNICEF

UNICEF dibangun dalam rangka untuk merawat anak-anak di seluruh dunia dan bekerja pada menyelesaikan masalah-masalah seperti kekerasan terhadap anak. UNICEF mendukung gagasan bahwa agar seorang anak untuk memiliki masa depan yang kuat, mereka membutuhkan kualitas awal. Semenjak saat itu gagasan lain mengenai cara-cara perlindungan terhadap anak-anak mulai dilakukan termasuk diantaranya mendirikan suatu lembaga khusus yang menangani anak-anak. Pada awal tahun pembentukannya, sumber-sumber dana digunakan untuk kebutuhan darurat anak-anak korban perang untuk pengadaan pangan, obat-obatan dan sandang pangan atau pakaian di Eropa dan Cina. Pada bulan desember 1950, Sidang Umum PBB mengubah mandat organisasi ini untuk menanggapi berbagai kebutuhan yang sangat mendesak dari sekian anak yang tidak terhitung jumlahnya di negara berkembang. Kemudian sekitar akhir tahun 1953, sidang umum memutuskan bahwa UNICEF harus meneruskan tugasnya sebagai badan tetap PBB. Badan ini kemudian disebut the “United Nations

Children’s Fund” (Dana PBB untuk anak-anak).

UNICEF berupaya melalui berbagai kegiatannya untuk melindungi anak-anak dan memungkinkan anak-anak-anak-anak tersebut mengembangkan potensinya secara penuh. Pemberian nobel kepada UNICEF pada tahun 1965 merupakan salah satu bukti tindakan langsung dari dunia internasional terhadap kepedulian dan


(48)

42

pengakuan bahwa kesejahteraan anak tidak dapat dipisahkan dari perdamaian dunia itu sendiri.

3.1.1 Sejarah UNICEF

Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dibuat UNICEF pada tahun 1946, setelah Perang Dunia II dalam rangka untuk menyediakan kebutuhan seperti makanan dan pakaian untuk anak-anak di Eropa. Pada tahun 1953, UNICEF menjadi bentuk usaha tetap dari Perserikatan Bangsa-Bangsa. Enam tahun kemudian, sidang umum PBB menciptakan Deklarasi Hak Anak, yang dokumen dan mengidentifikasi hak anak untuk kebutuhan seperti gizi, pendidikan dan tempat tinggal. Pada bulan Desember 1950, majelis Umum PBB memberikan mandate kepada UNICEF untuk membantu anak-anak yang hidup dalam kekurangan, khususnya dinegara-negara yang sedang berkembang hingga akhirnya, pada bulan Oktober 1953, Majelis Umum PBB memutuskan bahwa UNICEF ditetapkan menjadi suatu badan permanen dalam PBB yang menangani masalah anak. UNICEF kemudian lebih dikenal sebagai United Nations

Children’s Fund.

3.1.2 Fungsi UNICEF

Melihat fungsi-fungsi tersebut, nampak bahwa UNICEF sangat perduli dengan kaum anak-anak. UNICEF melihat situasi anak-anak dari tiap Negara berbeda-beda. Antara kesejahteraan anak-anak di Negara berkembang sangat berbeda dengan kesejahteraan anak-anak di Negara maju. Hal-hal ini selalu berkaitan baik dengan sistem pemerintahan dan sistem perekonomian Negara


(49)

bersangkutan. Oleh karena itu, kesejahteraan anak-anak di Negara berkembang lebih mendapatkan perhatian khusus oleh UNICEF untuk dapat melakukan kerjasama-kerjasama dengan berbagai pihak untuk mendapatkan keseimbangan tersebut dalam menangani masalah seputar anak. Bahwa UNICEF sangat perduli dengan kaum anak-anak. UNICEF melihat situasi anak-anak dari tiap Negara berbeda-beda. Antara kesejahteraan anak-anak di Negara berkembang sangat berbeda dengan kesejahteraan anak-anak di Negara maju. Hal-hal ini selalu berkaitan baik dengan sistem pemerintahan dan sistem perekonomian Negara bersangkutan. Oleh karena itu, kesejahteraan anak-anak di Negara berkembang lebih mendapatkan perhatian khusus oleh UNICEF untuk dapat melakukan kerjasama-kerjasama dengan berbagai pihak untuk mendapatkan keseimbangan tersebut dalam menangani masalah seputar anak.

UNICEF ini adalah sebuah organisasi anak perusahaan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa yang didirikan setelah Perang Dunia II pada bulan Desember 1946. Tujuan utama organisasi ini adalah untuk memberikan perawatan kesehatan yang layak dan makanan untuk anak-anak dan perempuan di dunia. Fungsi UNICEF ini yaitu, Penyediaan Infrastruktur Pendidikan Dasar untuk dunia, Meningkatkan tingkat Anak Hidup di negara berkembang, Kesetaraan jender melalui pendidikan bagi anak perempuan, Perlindungan anak-anak dari segala bentuk kekerasan dan pelecehan, Melindungi dan advokasi hak anak. Imunisasi bayi dari berbagai penyakit. Penyediaan gizi yang memadai dan air minum yang aman untuk anak-anak.


(50)

44

Pengembangan Analisis Situasi Anak dan Wanita adalah fungsi sentral dari mandat UNICEF. Ini adalah output program yang sangat mendukung upaya nasional dan lembaga ini adalah bagian dari upaya menyeluruh PBB untuk mendukung kapasitas nasional untuk mempromosikan pembangunan manusia dan memenuhi hak asasi warga negara. Pengkajian dan analisis menunjukkan dimensi anak relevan dari masalah pembangunan nasional dan poin cara untuk kemungkinan solusi dan tindakan prioritas (yang beberapa di antaranya dapat didukung oleh PBB). Hal mempromosikan nilai tambah luas dalam penggunaan data yang tersedia analitis dan studi kualitatif dari Pemerintah mitra kerjasama pembangunan internasional dan masyarakat sipil. (http://www.unicef.org/sitan/ index_43348.html, (diakses 28 desember 2010))

3.1.3 Tujuan UNICEF

Tujuan UNICEF yaitu membantu anak-anak dan kaum perempuan diseluruh dunia yang paling membutuhkan pertolongan dalam krisis kemanusiaan. Sebagai salah satu organisasi internasional yang secara khusus memberikan perhatian terhadap anak-anak, Untuk menyediakan kebutuhan hidup bagi jutaan anak-anak lahir dalam kemiskinan di daerah termiskin di Negara berkembang.

Tujuan UNICEF ini adanya memberikan anak-anak mulai terbaik dalam hidup, Dapatkan semua anak ke sekolah, Pastikan bahwa semua anak diimunisasi terhadap penyakit anak yang umum dan bergizi baik, Mencegah penyebaran HIV / AIDS di kalangan muda, Melibatkan semua orang dalam menciptakan lingkungan protektif bagi anak-anak, Mencapai kesetaraan bagi mereka yang di diskriminasi,


(51)

pada anak perempuan dan wanita khususnya. (http://www.unicef.com.au/ LinkClick.aspx?link=106&tabid=71, (diakses 14 agustus 2010))

Walaupun ada pola yang berbeda dari eksploitasi di berbagai belahan dunia, anak-anak diperdagangkan untuk beberapa tujuan, termasuk:

1. Eksploitasi seksual 2. Adopsi

3. Pekerja anak (misalnya, pekerjaan rumah tangga, mengemis, bekerja kriminal seperti menjual narkoba)

4. partisipasi dalam konflik bersenjata 5. Perkawinan

6. Unta balap

7. Perdagangan Organ

3.1.4 Tugas UNICEF

Tugas UNICEF adalah menyediakan bantuan darurat bagi anak-anak setelah Perang Dunia II dan sumber dana digunakan untuk kebutuhan darurat anak-anak di Eropa dan Cina pasca perang untuk pengadaan pangan, obat-obatan dan sandang atau pakaian. UNICEF adalah salah satu badan di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa yang memberikan pelayanan teknis, pembangunan kapasitas, advokasi, perumusan kebijakan, dan mempromosikan isu-isu mengenai anak. Selama lebih dari 60 tahun, UNICEF memainkan peranan penting dalam membantu pemerintah memajukan hidup anak-anak dan wanita.

Pada bulan Desember 1950, Sidang Umum mengubah mandat UNICEF untuk menanggapi kebutuhan-kebutuhan yang tidak terungkap tetapi sangat


(52)

46

mendesak dari sekian banyak anak yang tak terhitung jumlahnya di negara-negara berkembang. Untuk memenuhi mandatnya, UNICEF berkerjasama dengan badan-badan PBB lainnya, yang memiliki beberapa misi, antara lain:

1. Menciptakan situasi dunia yang sehat

2. Mengentaskan kemiskinan dan kekurangan gizi

3. Mengentaskan buta huruf dan berusaha agar anak-anak mendapatkan pendidikan dasar

4. Menciptakan suatu lingkungan fisik, sosial, dan psikologis yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.

Tugas dan kekuasaaan Majelis Umum dapat dibagi dalam 8 golongan, yaitu mengenai :

1. Pelaksaan perdamaian dan keamanan internasional

2. Kerjasama di lapangan perekonomian dan masyarakat internasional 3. Sistem perwakilan internasional

4. Keterangan-keterangan mengenai daerah-daerah yang belum mempunyai pemerintah sendiri

5. Urusan keuangan

6. Penerapan keanggotaan dan penerimaan anggota 7. Perubahan piagam

8. Hubungan dengan alat-alat perlengkapan lain

(http://id.wikipedia.org/wiki/Majelis_Umum_Perserikatan_Bangsa-Bangsa,(diakses, 28 desember 2010))


(53)

3.1.5 Struktur Organisasi UNICEF

UNICEF adalah di lapangan, dengan staf di lebih dari 190 Negara dan wilayah. Lebih dari 200 kantor negara melaksanakan misi UNICEF melalui program kerjasama yang unik yang dikembangkan dengan pemerintah setempat. Tujuh kantor wilayah Pedoman pekerjaan mereka dan memberikan bantuan teknis kepada kantor negara yang diperlukan. Secara keseluruhan manajemen dan administrasi organisasi berlangsung di kantor pusatnya di New York.

Bagan I

Struktur Organisasi UNICEF

(http://www.unicef.org,(di akses 19 juli 2010))

3.1.6 Strategi UNICEF

Strategi utama UNICEF adalah UNICEF bekerjasama dengan pemerintah Negara yang bersangkutan yang mengepalai dan bertanggung jawab atas

program-Headquarters GMT New York Copenhagen Geneua RO National Commites For UNICEF 7 Regional Offices RMT TACRO CEENS WCARO ESARO MONARO ROSA EAPRO

132 Area & Country Offices

CMT

Units ± Zone

Offices Sections


(1)

menjadi tujuan utama dari seluruh program UNICEF tersebut dapat terwujud. Selain itu, adanya kerja sama tersebut juga nantinya dapat memonitor dan mengevaluasi apakah program yang diterapkan oleh UNICEF di India tersebut telah berjalan sebagaimana mestinya atau belum.

Dalam menjalankan peranannya sebagai advokat, UNICEF berupaya untuk mencari suatu keteraturan yang baru dengan cara mencari pembelaan dan dukungan terhadap hak anak-anak di India yang terjerat kasus pelacuran seks komersial. Orientasi dari advokasi dan memperkuat peran dan posisi anak-anak yang terdiskriminasi di India, khususnya anak-anak perempuan, yang juga sering kali menjadi korban dalam jaringan bisnis seksual komersial.

UNICEF dalam upayanya untuk mementaskan masalah pekerja seks komersial di India memiliki beberapa faktor pendukung. Faktor-faktor pendukung inilah yang akhirnya banyak memberikan jalan bagi tercapainya tujuan UNICEF itu sendiri. Adanya kerja sama antara UNICEF dengan pemerintah India dan beberapa LSM, seperti centre of concern of child labor (CCL), organisasi kesehatan Inelia, hag centre, sanlaap, prajwala, centre for child right, frelana, yayasan savadhan, dan kelompok hare khrisna, menjadi faktor-faktor pendukung penting. Pemerintah India sendiri juga mengambil peran dalam program kerja sama dengan UNICEF untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan anak-anak ini, yaitu national plan of action for children. Berkaitan dengan hal ini, pemerintah india mengeluarkan piagam nasional untuk anak-anak pada tahun 2003. Piagam tersebut dibuat sebagai jaminan dari pemerintah india akan perlindungan terhadap anak-anak secara khusus, sehubungan dengan masalah


(2)

86

pekerja seks komersial ini, pemerintah India menekankan pada pasal 9, 10 dan 11 dari piagam tersebut, yaitu mengenai komitmen negara India dalam memberikan perlindungan terhadap adanya eksploitasi dan segala bentuk kekerasan yang menimpa anak-anak serta perlindungan anak perempuan. Sedangkan bersama dengan LSM dan yayasan terkait lainnya, UNICEF berupaya sebagai penyuluh yang berupaya untuk membangun inisiatif dan melakukan sosialisasi visi yang kemudian di paparkan melalui pendekatan strategis agar masyarakat lokal lebih peka terhadap masalah pekerja seks anak ini. Dalam kesempatan itu pula, UNICEF berusaha untuk memperkenalkan program-programnya mengenai bagaimana cara memberikan perlindungan dan perhatian khusus terhadap anak dan bahaya-bahaya apa saja yang dapat terjadi jika anak sampai terjerumus dunia prostitusi. Permasalahan yang paling menyedihkan dalam pekerja seks komersial anak ini adalah pelaku perdagangan anak adalah orang tuanya sendiri. Mereka menjual anaknya untuk mendapatkan uang. Hal ini disebabkan karena banyak faktor-faktor utama adalah ekonomi dan moral.

Adapun salah satu LSM yang membantu UNICEF dalam menerapkan programnya ini adalah the centre of concern for child labour (CCL). LSM ini membantu UNICEF untuk mendapatkan data mengenai pekerja seks komersial anak ini. Dan data yang dibangun itulah, UNICEF biasa memberikan pembuatan UU dan implementasi dari hukum dan program di Negara India.

Dengan menjalin jaringan kerja yang bersifat pluralistik pada tingkatan multi-level (menjalin linkage dan net working). Semua kemungkinan dapat di atasi secara tepat dan cepat. Kemungkinan keberhasilan dalam berbagai upaya


(3)

advokasi terbukti lewat suatu jaringan. Simpul-simpul kekuatan dalam masyarakat lebih mudah tergalang dan sangat efektif. Berdasarkan hipotesisnya yaitu: UNICEF berperan melalui program Child Protection dan Children Rights dapat mengurangi pekerja seks komersial anak di India, UNICEF kurang memberikan peranan dalam menjalankan program child protection dan children’s rights.

5.2 Saran

Dalam konteks subtansial, dengan adanya kerjasama antara pemerintah India dengan UNICEF dalam mengatasi prostitusi anak di India, diharapkan munculnya peningkatan perlindungan dan hak-hak anak di India yang juga dapat memberikan kontribusi untuk negara-negara lainnya yang mempunyai permasalahan yang sama dengan India untuk lebih memperhatikan kondisi anak-anak di masing-masing negara sehingga prostitusi anak-anak dapat dihindari. Lebih meningkatkan kerjasama yang lebih baik antar negara dan semua sektor masyarakat untuk mencegah anak memasuki perdagangan seks serta memperkuat peran serta keluarga dalam melindungi anak-anak dari prostitusi. Pemerintah India harus segera menciptakan suatu pendidikan, mobilisasi sosial, juga aktivitas pengembangan untuk menjamin agar orang tua bertanggung jawab atas anak-anak untuk memenuhi hak anak, kewajiban dan tanggung jawab untuk melindungi anak-anak dari prostitusi.

Pemerintah India harus segera menciptakan suatu pendidikan, mobilisasi sosial, juga aktivitas pengembangan untuk menjamin agar orang tua bertanggung jawab atas anak-anak untuk memenuhi hak anak, kewajiban dan tanggung jawab


(4)

88

untuk melindungi anak-anak dari prostitusi. Penelitian ini berusaha untuk menggambarkan mengenai peranan UNICEF dalam penanganan pekerja seks komersial anak di India, dimana peneliti telah berusaha untuk mengkaji dan mengolah data-data yang tersedia. Namun demikian, sehingga bagi peneliti lain yang mengangkat permasalahan yang sama hendaknya lebih sering untuk memantau perkembangan terbaru mengenai data-data yang tersedia sehingga didapatkan data yang lebih valid.


(5)

89

Atmasasmita. 1992. Teori dan Perkapita Selekta Kriminologi. Bandung. PT. Rafika Aditama.

Benson. 1990. A UNICEF Contribution to The World Summit For Children. Oxfordshire: P&LA.

Bowett D. W., dalam Syahmin A.K. 1985. Pokok-Pokok Hukum Organisasi Internasional. Bandung: Binacipta.

Couloumbis, Theodore A dan J. H Wolfe. 1999. Pengantar Hubungan Internasional: Keadilan dan Power. Jakarta: Putra Abardin

Hadisuprapto, Paulus. 1996. Peranan Orangtua dalam Pengimlementasian Hak-Hak Anak dan Kebijakan Pananganan Anak Bermasalah. Jakarta.

Herlina, Apong (et. all). 2003. Perlindungan Anak. Jakarta: PT. Harapan Prima.

Mas’oed. 1994. Ekonomi Politik Internasional : Tiara Wancana. Yogya

Perwita, Anak Agung Banyu dan Yanyan Mochamad Yani. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Strake, J. G., dalam J. Pareira Mandalangi. 1986. Segi-Segi Hukum Organisasi Internasional. Bandung: Binacipta

Steven, L. Spiegel. 1995. World Politics in a New Era. Florida: Harcourt Brace and Company.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Eka Octaviana

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 20 Oktober 1985

NIM : 44303024

Prodi : Ilmu Hubungan Internasional

Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jl. Jati Timur E13/11 Rt 06/08 Margaasih- Bandung 40215

No Tlp : 081931321605

Status : Belum Kawin

Nama Orang Tua :

a. Ayah : Edi Supriadi

b. Ibu : Mariana

Pendidikan : SDN 1 Nanjung

SMP Negeri 1 Margaasih SMA YWKA


Dokumen yang terkait

Hubungan Sosiodemografi, Pengetahuan, dan Sikap Pekerja Seks Komersial (PSK) dengan Upaya Pencegahan HIV/AIDS di Kecamatan Bangko Kabupaten Rokan Hilir Propinsi Riau

0 80 120

Pengetahuan Dan Sikap Pekerja Seks Komersial (PSK) Tentanginfeksi Menular Seksual (IMS) Di Desa Naga Kesiangan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010

4 49 92

Peran United Nations Children’s Fund (UNICEF) dalam menangani kasus pernikahan anak di India periode Tahun 2010-2012

18 78 116

Peranan united nations of children's fund (UNICEF) melalui kampanye women and children first pada Tahun 2004 dalam mengurangi dampak kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak di Cina

2 21 144

Peranan United Nation Children's Fund (UNICEF) Dalam Penanganan Masalah Pendidikan Dasar Di Jawa Barat (Studi Program Depdiknas Manajemen Berbasis Sekolah )

2 9 132

PERANAN UNITED NATIONS CHILDREN'S FUND (UNICEF) DALAM MENANGANI CHILD TRAFFICKING DI ACEH PASCA TSUNAMI

0 9 1

Peranan united nation children's fund (UNICEF) dalam menangani child soldier di Sierra Leone Bandung.

2 10 47

Peranan United Nation Children's Fund (UNICEF) Dalam Penanganan Masalah Pendidikan Dasar Di Jawa Barat (Studi Program Depdiknas Manajemen Berbasis Sekolah )

0 16 132

Peranan united nations of children's fund (UNICEF) melalui kampanye women and children first pada Tahun 2004 dalam mengurangi dampak kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak di Cina

1 8 144

Peranan United Nation Children's Fund (UNICEF) Dalam Penanganan Pekerja Seks Komersial Anak Di India

1 5 96