NILAI KONTRIBUSI HIDROLOGIS KAWASAN TAMA

ISSN : 1412-8381

Volume 10
Nomor 2
April 2010

ISI/CONTENT
PERTUMBUHAN AKAR PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER STEK BATANG BIBIT
SURIAN (Toona sinensis Roem)

(Growth of primary, secondary and tertiary roots of seedling-stem cuttings of Toona
sinensis Roem)
Yayat Hidayat
EFEKTIFITAS ZAT PENGATUR TUMBUH IBA DAN ROOT UP PADA STEK MANGLID
(Manglietia glauca Bl) dan SONOKELING (Dalbergia latifolia ROXB
Alimudin Yusuf
PENGARUH PENGATURAN PANAS DAN PROSES PEMADATAN KAYU KAMPER
(Dryobalanops aromatic) TERHADAP STABILISASI DIMENSI
(Effects of heating and densifying treatment of Kamper Wood (Dryobalanops aromatic) to
dimensional stability)
Rudi

SIFAT MEKANIS LVL (Laminated Veneer Lumber) SENGON (Paraserianthes falcataria)
(L) Nielsen) PADA VARIASI JARAK SAMBUNGAN VENIR
(Mechanical Property Of Lvl (Laminated Veneer Lumber) From Sengon Wood At Various
Veneer Joint Distance)
Tati Karliati
PERKECAMBAHAN BENIH Paraserianthes falcataria (L) Nielsen HASIL PENYERBUKAN
BEBAS DI SUMBER BENIH UJI PROVENANS UNIVERSITAS WINAYA MUKTI
[Germination of Paraserianthes falcataria (L) Nielsen Seeds as Mix Pollination at
Provenances Test Seed Source at Winaya Mukti University]
Sopandi Sunarya
SIFAT PAPAN PARTIKEL SERBUK BATANG JAGUNG (Zea mays) YANG DILAPISI
DENGAN PLASTIK POLYPROPYLENE (PP) DAUR ULANG
Sutrisno

FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS WINAYA MUKTI
Jl. Winaya Mukti 01 Jatinangor 45363 Telp/Fax 022-7798260
Jawa Barat - Indonesia
e-mail : [email protected]

ISSN : 1412-8381


Volume 10
Nomor 2
April 2010

ANALISIS NILAI EKONOMI HUTAN KOTA DI KOTAMADYA BANDUNG
Sofyan H. Nur dan Tendi, S.R
VARIASI MORFOLOGI TRAKEID KAYU Agathis loranthifolia Salisb.
(Variation of Tracheid Morphologyl of Agathis loranthifolia Salisb.)
Atmawi Darwis
EFIKASI CUKA KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria L.Nielsen) DAN KAYU
KIHIYANG (Albizzia procera Bennth) TERHADAP SERANGAN RAYAP KAYU KERING
(Cryptotermes cynocephalus Light)
Noor Rahmawati
NILAI KONTRIBUSI HIDROLOGIS KAWASAN TAMAN WISATA ALAM GUNUNG
TAMPOMAS
Hikmat Ramdhan
PENGGOLONGAN Fusarium oxysporum PATOGEN LODOH PADA SEMAI Pinus
merkusii BERDASARKAN VEGETATIVE COMPATIBILITY GROUPS
(The classification of Fusarium oxysporum of damping- off pathogen on Pinus

merkusii based on vegetative compatibility groups )
Mustika Dewi
PENDUGAAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGUNAKAN METODE
TOPOGRAPHIC WETNESS INDEKS (TWI)
Prasetyo Widodo
ANALISIS PERILAKU PETANI DI PROPINSI RIAU DALAM KAITANNYA DENGAN
PERATURAN REDIT MIKRO PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN RAKYAT (HTR)
Entin Hendartin

FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS WINAYA MUKTI
Jl. Winaya Mukti 01 Jatinangor 45363 Telp/Fax 022-7798260
Jawa Barat - Indonesia
e-mail : [email protected]

WANA MUKTI Forestry Research Journal

Volume 10 No. 2. April 2010; 73- 80

NILAI KONTRIBUSI HIDROLOGIS
KAWASAN TAMAN WISATA ALAM GUNUNG TAMPOMAS

Hydrological Contribution Value of Recreation Forest of Mount Tampomas
Oleh/by
Hikmat Ramdan
Abstract
Recreation forest (RF) has hydrological benefit to supply water for domestic and
economic activities. This research is to estimate hydrological value of FR Mount
Tampomas. The RF Mount Tampomas has hydrologica l contribution value to
community around the forest is about Rp.1,37 milions/ha/bulan.
Kewyword : recreation forest, hydrological value
.
PENDAHULUAN

Taman wisata alam (TWA) merupakan kawasan konservasi yang keberadaannya penting dalam
mendukung kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Pengelolaan kawasan konservasi, termasuk
TWA dapat dipandang sebagai institusi ekonomi yang berperan penting dalam pembangunan ekonomi
masyarakat yang sekaligus pula mempertahankan sistem penyangga kehidupan masyarakat. Perubahan
paradigma di dalam pemanfaatan hutan yang berbasis sumberdaya hutan (forest resources based
management) saat ini telah membuka peluang bagi pemanfaatan jasa lingkungan hutan yang selama ini
masih terabaikan ( Johnson et.al., 2001).
Jasa lingkungan (environmental services) dapat dinyatakan sebagai output ekosistem yang

dihasilkan dari interaksi komponen penyusun ekosistem hutan dengan komponen non hayati lainnya yang
berjalan secara sinergis. Air merupakan salah satu jasa lingkungan unggulan dari TWA yang sejauh ini
belum mendapatkan apresiasi nilai yang memadai dari pengguna air yang memanfaatkannya, padahal air
sangat berperan dalam menyangga keberlangsungan ekosistem dan memenuhi kebutuhan masyarakat
akan air. Jasa lingkungan air yang keluar dari kawasan TWA digunakan untuk memenuhi berbagai
kebutuhan, baik kebutuhan rumah tangga (domestik), pertanian, industri dan kegiatan ekonomi lainnya.
Jasa lingkungan air yang belum diapresiasi dengan baik telah menyebabkan meningkatnya laju degradasi
ekosistem hutan, padahal makin tinggi laju degradasi ekosistem hutan maka nilai jasa lingkungan (air) pun
makin menurun. Dalam hal ini jasa lingkungan air dan jasa lingkungannya dapat dianggap sebagai output
dari kualitas kinerja ekosistem hutan (Ramdan et.al.,2003; Ramdan, 2004; Verweij, 2002).
Taman Wisata Alam (TWA) Tampomas merupakan hutan konservasi di Jawa Barat yang selama ini
menjadi resapan air (recharge area) dan memasok kebutuhan air masyarakat yang tinggal di sekitarnya..
73
Nilai Kontribusi Hidrologis Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tampomas
Dr. Hikmat Ramdhan, S.Hut, MSi Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Unwim-Jatinangor-Jawa Barat

WANA MUKTI Forestry Research Journal

Volume 10 No. 2. April 2010; 73- 80


Jasa lingkungan air yang keluar dari kawasan tersebut digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan,
baik kebutuhan rumah tangga (domestik), pertanian, industri dan kegiatan ekonomi lainnya. Kelompok
Hutan Gunung Tampomas ditetapkan sebagai kawasan hutan berdasarkan Goaverments Besluit Tanggal
27 Juli 1927 Nomor: 27. Kemudian, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Tanggal 5 Juli 1949
Nomor: 423/Kpts/Um/7/79, sebagian kawasan Gunung Tampomas ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam
dengan luas ± 1.250 ha. TWA Gunung Tampomas terletak di 3 (tiga) kecamatan, yaitu: Kecamatan
Buahdua, Cimalaka, dan Tanjungkerta, Kabupaten Sumedang - Jawa Barat. TWA Gunung Tampomas yang
berada wilayah Kecamatan Buahdua terletak di Desa Cibitung, Desa Cilangkap, dan Desa Cikurubuk.
Kawasan TWA Gunung Tampomas di wilayah Kecamatan Cimalaka terletak di Desa Padasari serta di
Kecamatan Tanjungkerja terletak di Desa Baros dan Mulyamekar.
Jasa lingkungan air merupakan output hidrologis dari kinerja ekosistem TWA Tampomas yang
dipengaruhi oleh kondisi penutupan lahan dan karakteristik bio-fisik lainnya. Apabila ekosistem TWA
Tampomas sebagai resapan air yang menjadi sumber air terganggu, maka akan berdampak langsung
terhadap kegiatan konsumsi dan produksi masyarakat yang menggunakan air dari kawasan tersebut.
Kontribusi hidrologis TWA Tampomas yang dinikmati sepanjang waktu oleh masyarakat belum
mendapatkan apresiasi yang memadai, terutama dari pengguna air (Hoekstra, 1998).
Jasa lingkungan air yang belum diapresiasi dengan baik telah menyebabkan meningkatnya laju
degradasi ekosistem hutan, padahal makin tinggi laju degradasi ekosistem hutan maka nilai jasa lingkungan
(air) pun makin menurun. Apresiasi nilai yang masih rendah tersebut disebabkan oleh belum diketahuinya
nilai kontribusi hidrologis kawasan tersebut. Oleh karena itu upaya untuk menilai kontribusi hidrologis

diperlukan untuk membangkitkan kepedulian pengguna air bahwa keberadaan TWA tersebut sangat
penting, sehingga apabila fungsi hidrologisnya terganggu akan meningkatkan biaya pengadaan air oleh
pengguna air.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi nilai kontribusi hidrologis TWA Tampomas.
METODOLOGI

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah di sekitar TWA Tampomas pada bulan September sampai
dengan Desember 2009. Sebelum dilakukan pengukuran debit, terlebih dahulu dilakukan kegiatan analisis
sebaran sumber air di tiga lokasi TWA/CA yang akan dikaji dengan memanfaatkan teknologi GIS. Peta-peta
yang digunakan dalam analisis spasial adalah : peta hidrogeologi, peta RBI, peta penunjukkan kawasan
hutan dan perairan Jawa Barat, peta topografi, peta jenis tanah, dan informasi lainnya yang mendukung.
Berdasarkan hasil analisis spasial akan dihasilkan peta sebaran sumber air berikut dengan informasi spasial
penunjang, seperti : posisi geografis mata air, aliran sungai, ketinggian tempat, jenis tanah, geologi,
hidrogeologi, status kawasan, penutupan lahan, dan kelas kemiringan lahan. Pengukuran debit dilakukan
langsung di lapangan. Debit (discharge), atau besarnya aliran sungai (stream flow) adalah volume aliran
yang mengalir melalui suatu penampang melintang sungai persatuan waktu dan dinyatakan dalam satuan
meter kubik per detik (m3/det) atau liter per detik (l/det).
Nilai manfaat air dalam kajian ini digunakan pula metode Biaya Pengadaan Air (BPA). Metode BPA
ini merupakan modifikasi dari metode biaya perjalanan (travel cost method) yang menghitung biaya-biaya

yang dikorbankan untuk memperoleh air, dan meliputi biaya pengadaan alat untuk mengalirkan air, biaya
operasi, dan biaya pemeliharaan (Darusman, 1995). Analisis data dilakukan dengan membuat pola
74
Volume 10 No. 2. April 2010; 73- 80

WANA MUKTI Forestry Research Journal

Volume 10 No. 2. April 2010; 73- 80

hubungan antara beberapa peubah bebas yang mempunyai pengaruh terhadap jumlah permintaan air
untuk setiap penggunaan. Selanjutnya dilakukan pemilihan model regresi yang cocok dengan
menggunakan nilai koefisien determinasi (R2) dan hasil uji F. Model terpilih digunakan untuk menentukan
kurva permintaan air dari setiap penggunaan air dan nilai manfaat air Gunung Ciremai, misalnya untuk kurva
permintaan air rumah tangga dibuat dengan menghubungkan antara besarnya biaya pengadaan (X 1) dan
jumlah air yang dikonsumsi (Y). Kurva permintaan air dibatasi oleh biaya pengadaan minimum dan biaya
pengadaan maksimum. Nilai manfaat air sebagai nilai manfaat ekonomi hidrologis untuk setiap rumah
tangga adalah nilai kuantitatif dari kurva permintaan air yang dibatasi oleh konsumsi air minimum dan
konsumsi air maksimum.
Metode yang digunakan adalah pendekatan pembayaran jasa lingkungan (payment for
environmental services, PES) oleh pengguna jasa yang mendapatkan manfaatnya secara langsung.

Metode penilaian manfaat dilakukan menggunakan metode penilaian kontingensi. Metode ini merupakan
model pasar hipotetik untuk mengestimasi kesediaan pengguna air minum untuk memberikan sejumlah
dana sebagai biaya tambahan (additional fee) yang digunakan secara khusus untuk membiayai kegiatan
konservasi kawasan sumber air minum. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu berkas
kuesioner yang berisi sejumlah pertanyaan untuk mengestimasi besarnya nilai kesediaan membayar dari
pengguna air minum di sekitar kawasan TWA(Acreman, 2004; ADB, 2001).
Pengumpulan data dilaksanakan secara langsung terhadap responden melalui wawancara langsung
beserta pengisian kuesionernya, sehingga diharapkan dapat mengungkap preferensi responden dengan
mengungkapkan kesediaannya untuk membayar dana kompensasi konservasi kawasan sumber airnya
dalam bentuk nilai uang. Sampel pengguna air (responden) adalah pengguna air yang diambil secara
purposif dengan pertimbangan bahwa responden terpilih dalam memenuhi kebutuhan airnya selalu
menggunakan air yang bersumber dari mata air di kawasan TWA. Selain data primer, data sekunder lainnya
diperoleh dari penelusuran hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan kajian misalnya data
kependudukan dan jumlah pelanggan air minum (PDAM).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kawasan TWA Tampomas di bagian puncaknya merupakan wilayah dengan air tanah langka atau
tidak berarti, sementara sesudahnya merupakan akuifer produktif dengan sebaran mulai setempat sampai
luas. Tipologi akuifernya merupakan akuifer endapan vulkanik, dengan sistem aliran melalui celah atau
rongga antar butir. Berdasarkan peta hidrogeologi lembar Kabupaten Sumedang, pada bagian puncak
merupakan daerah dengan akuifer produktivitas rendah atau tak berarti. Pada bagian badan gunung api

sampai pada lekuk topografi, merupakan daerah dengan akuifer produktif, dengan sebaran terbatas dan
sebagian merupakan daerah keluaran air tanah (discharge) area sehingga terdapat mata air. Pada daerah
lekuk topografi sampai daerah landai merupakan daerah dengan akuifer produktif sedang tetapi
penyebarannya luas dan merupakan daerah discharge area sehingga banyak dijumpai mata air. Sebaran
sumber mata air di Kawasan TWA Tampomas disajikan pada Gambar 1.

75
Nilai Kontribusi Hidrologis Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tampomas
Dr. Hikmat Ramdhan, S.Hut, MSi Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Unwim-Jatinangor-Jawa Barat

WANA MUKTI Forestry Research Journal

Volume 10 No. 2. April 2010; 73- 80

Akuifer produktif dengan
penyebaran luas

Akuifer produktif, setempat

Daerah air tanah langka

atau tidak berarti

Gambar 1. Sebaran Titik Sumber Mata Air di TWA Tampomas
Sumber mata air yang berada di dalam TWA Tampomas adalah mata air Ciemutan, sedangkan mata
air lainnnya berada di sekitar TWA Tampomas tetapi resapan airnya berada di kawasan TWA
Tampomas.Hasil survey dan pengukuran lapangan pada beberapa lokasi sumber mata air menunjukkan
potensi debit air yang paling tinggi terdapat pada sumber mata air Cikandung dengan rata-rata debit
sebesar 14.40 m3/detik. Sumber mata air ini secara geofrafis terletak pada koordinat 6° 47’ 27.6” LS dan
107° 55’ 26.5” BT. Potensi debit air pada sumber mata air Narimang, Cigirang, Padayungan, dan Ciemutan
adalah 9.47, 1.41, 9.49, dan 3.50 m 3/detik. Proyeksi volume air hasil pengukuran di lapangan selengkapnya
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Potensi Beberapa Sumber Mata Air di Kawasan TWA Tampomas
Potensi Sumber Mata Air
Sumber Mata Air
Proyeksi Volume Air
Debit (m3/detik)
(m3/hari)
Narimang
9,47
818.208
Cigirang
1,41
121.824
Padayungan
9,49
819.936
Cikandung
14,4
1.244.160
Ciemutan
3,5
302.400
JUMLAH

38,27

3.306.528

Sumber: Hasil Survey dan Pengukuran Lapangan

Sumber-sumber mata air yang berada di dalam dan sekitar Kawasan TWA Tampomas memberikan
kontribusi dalam memenuhi kebutuhan air bagi masyarakat di sekitar kawasan tersebut. Hasil analisis
spasial pada Kawasan TWA Tampomas menunjukkan sebaran luas areal kontribusi dari sumber mata air di
Kawasan TWA Tampomas meliputi 113 (seratus tiga belas) desa di 15 (lima belas) kecamatan yang secara
76
Volume 10 No. 2. April 2010; 73- 80

WANA MUKTI Forestry Research Journal

Volume 10 No. 2. April 2010; 73- 80

administratif seluruhnya berada di Kabupaten Sumedang (Gambar 2). Luas areal kontribusi sumber mata air
dari TWA Tampomas adalah 49.402 ha dengan jumlah penduduk sebanyak 394.195 jiwa. Proyeksi jumlah
kebutuhan air penduduk di sekitar kawasan TWA Tampomas mencapai 2.119.950 liter/hari atau sekitar
2.120 m3/hari.
Selama ini jasa lingkungan air yang keluar dari kawasan konservasi TWA Tmpomas sebenarnya
telah memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap berbagai kegiatan masyarakat, mulai dari
kebutuhan domestik, pertanian, industri, dan lain sebagainya. Walaupun kontribusinya senantiasa berjalan,
tetapi apresiasi pengguna air terhadap nilai ekonomi dan sosial dari aliran air yang keluar dari kawasan
TWA/CA masih rendah. Dengan jumlah penduduk yang mengandalkan pasokan air dari wilayah TWA/CA
yang dikaji sudah menunjukkan bahwa kontribusi jasa lingkungan air dari TWA/CA terhadap aktifitas
ekonomi masyarakat sangatlah besar. Namun sayangnya belum banyak yang menyadari hal tersebut.
Pendekatan ekonomi lingkungan sebenarnya dapat menjelaskan fenomena tersebut (Cruz et.al.,2000).
Secara finansal besarnya nila ekonomi jasa lingkungan air dari hasil wawancara dan kuisioner
terhadap responden sulit untuk diukur secara moneter. Hampir semua responden menyatakan bahwa air
adalah barang sosial (publik) yang nilainya tidak terhingga, karena tanpa air maka kehidupannya akan
sangat terganggu. Masyarakat yang berada di sekitar kawasan hutan yang dikaji tidak pernah mengalami
kekurangan air dengan kata lain air tersedia dalam jumlah melimpah dibandingkan dengan kebutuhannya
saat ini. Oleh karena itu pendekatan biaya pengadaan air yang diterapkan memberikan hasil yang bias
untuk dijadikan dasar estimasi nilai ekonomi air yang dilakukan. Walaupun air dinilai berharga bagi
kehidupan masyarakat, tetapi dengan jumlah yang masih melimpah dan kualitas yang baik untuk air baku
minum, maka nilai moneter yang diberikan cenderung mendekati nol. Kondisi ini juga disebabkan oleh akses
untuk mendapatkan sumberdaya air sangat terbuka. Oleh karena itu pendekatan penilaian ekonomi
lingkungan air selanjutnya didekati dengan besarnya nilai kesediaan individu/kelurga untuk memberikan
kontribusi finansialnya dalam membantu kegiatan konservasi kawasan konservasi yang menjadi resapan
airnya. Walaupun masyarakat tidak secara eksplisit menyebutkan besaran nilai pengadaan airnya, mereka
menjelaskan secara tidak langsung bahwa air yang berasal dari kawasan konservasi selama ini menjadi
input bagi kegiatan konsumsi dan produksi yang dijalankannya sehari-hari.

77
Nilai Kontribusi Hidrologis Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tampomas
Dr. Hikmat Ramdhan, S.Hut, MSi Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Unwim-Jatinangor-Jawa Barat

WANA MUKTI Forestry Research Journal

107 °52 '0 0"

107 °54 '0 0"

107 °56 '0 0"

107 °58 '0 0"

108 °00 '0 0"

108 °2'00 "

108 °4'00 "

6°40'00"

6°40'00"

107 °50 '0 0"

Volume 10 No. 2. April 2010; 73- 80

SUR IA N

6°42'00"

6°42'00"

BUA HD UA

CO NG G E AN G

6°44'00"

6°44'00"

TAN JU NG
ME DA R

°

°

°

°

°

°

°

°

°

°

°

°

7°15' 7°00' 6°45' 6°30'

°
°
°

7°45' 7°30'

°

6°48'00"

°

6°48'00"

PA S EH

°

CIM AL AK A
RAN CA KA L ON G

°

6°15' 6°00'

6°46'00"

6°46'00"

TAN JU NG K ER TA

°

SUM E DA NG
U TAR A

6°50'00"

6°50'00"

SITU RA JA

6°52'00"

6°52'00"

CIS AR UA

GA NE A S

SUM E DA NG
SE LA TA N
107 °50 '0 0"

107 °52 '0 0"

107 °54 '0 0"

107 °56 '0 0"

107 °58 '0 0"

108 °00 '0 0"

108 °2'00 "

108 °4'00 "

Gambar 2. Wilayah Kontribusi Aliran Air TWA Tampomas
Hasil wawancara terhadap responden di sekitar Kawasan TWA Tampomas menunjukkan bahwa
umumnya (99,36% dari total responden 157 orang) pengguna air menyadari pentingnya upaya konservasi
untuk menjaga kawasan TWA/CA sebagai daerah resapan air. Responden memahami bahwa konservasi
kawasan konservasi (TWA/CA) perlu dilakukan, terutama dalam upaya untuk menjaga perubahan bentang
lahan yang akan berpengaruh terhadap tata hidrologis kawasan. Selain itu, 99,36% dari total responden
(157 orang) pun menyadari bahwa upaya perlindungan TWA/CA Tampomas sebagai daerah resapan air
memerlukan dana konservasi, dan responden sependapat untuk memberikan kontribusi berupa Dana
Kompensasi Konservasi (DKK).
Masyarakat pengguna jasa lingkungan air sebenarnya telah menyadari pentingnya upaya konservasi
resapan air, khususnya di TWA/CA yang dikaji. Masyarakat pun bersedia untuk memberikan kontribusinya
berupa Dana Kompensasi Konservasi (DKK) untuk membantu kegiatan konservasi daerah resapan airnya
yang berada di hutan konservasi tersebut. Nilai DKK identik dengan nilai WTP (willingness to pay) dari
pengguna air untuk memberikan kontribusi finansialnya bagi upaya konservasi air di kawasan hutan yang
menjadi resapan airnya. Eestimasi total nilai DKK dari pengguna air di TWA Tampomas adalah sekitar
Rp.1,714 milyar/bulan serta apabila nilai masing-masing DKK di dibagi dengan luasnya, maka rata-rata nilai
DKK untuk TWA Tampomas dengan luas 1.250 ha Rp. 1.371.608,82/ha/bulan. Nilai ini dapat digunakan
sebagai nilai kontribusi hidrologis kawasan TWA Tampomas.
Tabel 3 Estimasi Dana Kompensasi Konservasi di TWA Tampomas
78
Volume 10 No. 2. April 2010; 73- 80

WANA MUKTI Forestry Research Journal

Kawasan Konservasi
TWA Tampomas

Keterangan
WTP rata-rata
Jumlah (KK)
Total WTP/bulan (Rp)

Volume 10 No. 2. April 2010; 73- 80

Sektor
Rumah Tangga
9,729
141,733

Sektor
Pertanian
4,241
75,575

Sektor
Industri
4,125
3,623

Sektor
Fasilitas Publik
4,722
28

1,378,920,357

320,513,575

14,944,875

132,216

Total DKK per bulan

1,714,511,023

KESIMPULAN

Masyarakat pengguna jasa lingkungan air sebenarnya telah menyadari pentingnya upaya konservasi
resapan air dan bersedia untuk memberikan kontribusinya berupa Dana Kompensasi Konservasi (DKK)
untuk membantu kegiatan konservasi daerah resapan airnya Nilai DKK identik dengan nilai WTP
(willingness to pay) dari pengguna air untuk memberikan kontribusi finansialnya bagi upaya konservasi air di
kawasan hutan yang menjadi resapan airnya. Estimasi total nilai DKK dari pengguna air di TWA Tampomas
adalah sekitar Rp.1,714 milyar/bulan. Apabila nilai DKK dibagi dengan luas, maka rata-rata nilai DKK untuk
TWA Tampomas adalah Rp. 1.371.608,82/ha/bulan. Apabila nilai rata-rata DKK per ha tersebut diasumsikan
sebagai nilai keberadaan kawasan tersebut, maka nilai kontribusi kawasan TWA Tampomas dalam
menyediakan jasa lingkungan air terhadap masyarakat di sekitar dan bagian hilirnya adalah sekitar Rp.1,37
juta/ha/bulan.

DAFTAR PUSTAKA

Acreman, M. 2004. Water and Ecology. United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organizations
(UNESCO). Paris
Asian Development Bank (ADB). 2001. Handbook for Economic Analysis of Water Supply Projects. Http :
//www.adb.org//. [20 Dec 2001].
Cruz, R.V.O. , L.A. Bugayong, P.C. Dolom, and N.O.Esperitu. 2000. Market-Based Instruments for Water
Resource Conservation in Mt Makiling, Philippines : A Case Study. Paper for the 8th Biennal
Conference of The International Association for the Study of Common Property, 31 May – 4 June 2000
at Bloomington, Indiana.
Hoekstra, A.Y. 1998. Appreciation of water : four perspectives. Water Policy 1 (1998) : 605-622.
Johnson, N., A.White, and D.P. Maitre. 2001. Developing Markets for Water Services from Forests : Issues
and Lessons for Innovators. Forest Trends. Washington, DC.
79
Nilai Kontribusi Hidrologis Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tampomas
Dr. Hikmat Ramdhan, S.Hut, MSi Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Unwim-Jatinangor-Jawa Barat

WANA MUKTI Forestry Research Journal

Volume 10 No. 2. April 2010; 73- 80

Ramdan, H., Yusran, dan D. Darusman. 2003. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Otonomi Daerah :
Perspektif Kebijakan dan Valuasi Ekonomi. Penerbit Alqa Print. Jatinangor, Sumedang.
Ramdan, H. 2004. Analisis Kebijakan Prospek Alokasi Air Lintas Wilayah dari Gunung Ciremai Propinsi
Jawa Barat. Jurnal Penelitian Kehutanan Wana Mukti, 2 (2) : 28-35.
Verweij, P.2002. Innovative Financing Mechanisms for Conservation and Sustainable Management of
Tropical Forest : Issues and Perspective. Paper for International Seminar on Forest Valuation and
Innovative Financing Mechanisms for Consevation and Sustainable Management of Tropical Forests.
Tropenbos International, The Hague, 20-21 March 2002.

80
Volume 10 No. 2. April 2010; 73- 80