Tugas Aspek Hukum Ekonomi Hak kekayaan i (1)

MAKALAH
ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI
‘’Hak Kekayaan Intelektual’’

Dosen Pengajar : Dr. Rosdalina, MH

Disusun Oleh:
Kelompok 10
Lutfia Rauf
Ismiyati Nur

(15.4.1.057)
(15.4.1.046)

Prodi/Jurusan : Ekonomi Syariah B
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MANADO
2017/2018

1


1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap ide-ide yang cemerlang dan kreatif yang tercipta dari seseorang atau
sekelompok orang sebagai bentuk dari kemampuan intelektual manusia yang
berguna dan memberi dampakbaik dari berbagai aspek perlu di akui dan perlu
dilindungi, agar ide-ide cemerlang dan kreatifyang telah diciptakan tidak diklaim
atau di bajak oleh pihak lain. Untuk itu diperlukan wadahyang dapat membantu
dan menaungi ide-ide cemerlang dan kreatif tersebut. Untuk tingkatinternasional
organisasi yang mewadahi bidang HAKI (Hak atas Kekayaan Intelektual)
adalahWIPO (World Intellectual Property Organization).1
Di Indonesia sendiri untuk mendorong dan melindungi penciptaan,
penyebarluasan hasilkebudayaan di bidang karya ilmu pengetahuan, seni, dan
sastra serta mempercepatpertumbuhan kecerdasan kehidupan bangsa, maka
dirasakan perlunya perlindungan hukumterhadap hak cipta. Perlindungan hukum
tersebut dimaksudkan sebagai upaya untukmewujudkan iklim yang lebih baik
untuk tumbuh dan berkembangnya gairah mencipta dibidang ilmu pengetahuan,
seni dan sastra di tengah-tengah masyarakat Indonesia.2
Di Indonesia, Undang-undang yang melindungi karya cipta adalah
Undang-undang nomor 6 tahun 1982 tentang hak cipta, dan telah melalui
beberapa perubahan dan telah diundangkanUndang-Undang yang terbaru yaitu

Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yang mulai berlaku 12
(dua belas) bulan sejak diundangkan. Tidak hanya karya cipta, invensi di bidang
teknologi (hak paten) dan kreasi tentang penggabungan antara unsur bentuk,
warna,garis (desain produk industri) serta tanda yang digunakan untuk kegiatan
1

Sutedi, Adrian, S.H.2009. Hak Kekayaan Intelektual. (Jakarta: Sinar Grafika)

2

Sutedi, Adrian, S.H.2009. Hak Kekayaan Intelektual. (Jakarta: Sinar Grafika)

2

perdagangan dan jasa (merek) juga perlu diakui dan dilindungi dibawah
perlindungan hukum. Dengan kata lain Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI)
perlu didokumentasikan agar kemungkinan dihasilkannya teknologi atau karya
lainnya yang sama dapat dihindari atau dicegah.3

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Hak Cipta ?
2. Apa yang di maksud dengan Hak Paten ?
3. Apa yang di maksud dengan Hak Merek ?
4. Apa yang di maksud dengan Rahasia Dagang ?
5. Apa yang di maksud dengan Desain Industri ?

2. PEMBAHASAN
3

Sutedi, Adrian, S.H.2009. Hak Kekayaan Intelektual. (Jakarta: Sinar Grafika)

3

A. Hak cipta

Dalam pasal 1ayat 1 undang-undang Nmor 19 Tahun 2002 tentang hak
cipta, dnyatakan Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak
untuk mngumumkan atau memperbanyak ciptaanya atau memberikan izin untuk
itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturanperaturan perundang-undangan yang berlaku4
Sebagai perbandingan dalam tulisan ini tulis turunkan beberapa pengertian

hak cipta menurut Auteuswet 1912 dan Universal Copyright Convention.
Auteuntion 1912 dalam pasal 1-nya menyebutkan, “hak cipta adalah hak
tunggal dari pencipta, atau hak dari pendapat hak ersebut, atas hasil penciptaanya
dalam lapangan kesusasteraan, pengetahuan da kesenian, untuk mengumumkan
dan memperbanyak dengan mengingat pembatasan-pembatasan yang ditentukan
oleh undang-undang.5
Kemudian Universal Copyrigth Convention dalam pasal V menyatakan
sebagai berikut, “hak cipta menyatakan hak tunggal si pencipta untuk membuat,
menerbitkan dan memberi kuasa untuk membuat terjemahan dari karya yang
dilindungi perjanjian ini.6
Pencipta adalah serang atau beberapa orang yang secara bersama-sama
yang atas inspirasinya melahirkan ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran,
imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahllihan yang dituangkan ke dalam
bentuk yang khas dan bersifat pribadi. Leh karena itu, ciptaan merupakan hasil
4

Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 115
5


Ok. Sadin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, cetakan ke-7 (Jakarta; PT Raja
Grafindo Persada, 2010), hlm. 59
6

Ok. Sadin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, cetakan ke-7 (Jakarta; PT Raja
Grafindo Persada, 2010), hlm. 59

4

setiap karya pencipta yang menunjukkan keaslianya dalam lapangan ilmu
pengetahuan, seni atau sastra.7
Hak cipta terdiri dari atas hak ekonomi (acenomic rightss) dan hak moral
(moral right).
Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas
ciptaan atas produk hak terkait, sedangkan ak moral adalah hak yang melekat pada
diri pencipta atau pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan
apapun, walaupun hak ipta atau hak terkait teah diahlihkan.8
Dengan demikian, perlindungan hak cipta tidak diberikan kepada ide atau
gagasan karena karya cipta harus memiliki bentuk yang khas, bersifat pribadi, dan
menunjukkan keaslian sebagai ciptaan yang lahir berdasarkan kemampuan,

kreativitas, atau keahlian sehingga ciptaan itu dapat dilihat, dibaca, atau di dengar.
Menurut hutauruk ada dua unsur penting yang terkandung dari rumusan
pengertian hak cipta yang termuat dalam ketentuan UHC Indonesia, yaitu;
1. Hak ang dapat dipindahkan, diahlikan kepada puhak lai.
2. Hak moral dalam keadaan bagaimanapun, dan dengan jalan apapun tidak
dapat ditinggalkan dari padanya(mengumumkan karyanya, menetapkan
judulnya, mencantum nama sebenarnya atau nama samarannya dan
mempertahankan keutuhan dari integritas ceritanya).9

1. Fungsi dan Sifat Hak Cipta

7

Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 115
8

Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 115
9


Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 115

5

Berdasarkan pasal 2 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak
Cipta, hak cipta merupakan hak ekskusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta
untuk

mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya yang timbul secara

otomatif setela suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut
perundang-undangan yang berlaku.
Hak cipta dianggap sebagai benda bergerak sehingga hal cipta dapat
dialihkan, baik seluruhnya maupun sebagian karena pewarisan, hibah, wasiat,
perjanjian tertulis, atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan
perundang-undangan. 10
Sementara itu. Berdasarkan pasal 5 sampai dengan pasal 11 UndangUndang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, yang dimaksud dengan
pencipta adalah sebagai berikut.11

1. Jika suatu ciptaan terdiri atas bberapa bagian tersendiri yang diciptakan
oleh dua atau lebih, yang dianggap sebagai pencipta ialah orang yang
memimpin serta mengawasi penyelesaian seluruh ciptaan itu atau dalam
hal tidak ada orang tersebut yang dianggap sebagai pencipta adalah orang
yang menghimpunnya dngan tidak mengurangi hak cipta masing-masing
atas bagian ciptaanya itu.
2. Jika suatu ciptaan yang dirancang seseorang diwujudkan dan dikerjakan
oleh orang lain di bawah pimpinan dan pengawasan orang yang
merancang, penciptanya adalah orang yang merancang ciptaan itu.
3. Jika suatu ciptaan dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain dalam
lingkungan pekerjaannya, pemegang hak cipta adalah pihak yang untuk
dan dalam dinasnya ciptaan itu dikerjakan, kecuali ada perjanjian antara
kedua pihak dengan tidaj mengurangi hak pencipta apabila penggunaan
ciptaan itu diperluas sampai keluar hubungan dinas.
10

Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 116
11


Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 116

6

4. Jika suatu ciptaan dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan pihak
yang membuat karya cipta itu dianggap sebagai pencipta dan pemegang
hak cipta, kecuali apabila diperjanjian lain antara kedua pihak.
5. Jika suatu badan hukum mengumumkan bahwa ciptaan berasal dari
padanya dengan tidak menyebutkan seseorang sebagai penciptanya, badan
hukum tersebut dianggap sebagai penciptanya, keuali jika terbukti
sebaliknya.
6. Jika hak cipta atas ciptaan yang menciptanya tidk mengetahui maka
a. Negara memegang hak cipta atas karya peninggalan prasejarah,
sejarah, dan benda budaya nasional lainnya;
b. Negara memegang hak cipta atas folklor dan hasil kebudayaan
rakyat yang menjadi milik berama, seperti cerita, hikayat, dogeng,
legenda, babad, lagu, kerajinan tangan, koreografi, tarian, dan
karya seni lainnya;
c. Jika suatu ciptaan tidak diketahui penciptnya dan ciptaan itu belum

diterbitkan, negara memegang hak cipta atas ciptaan tersebut untuk
kepentingan penciptanya;
d. Jika suatu ciptaan telah diterbitkan, tetapi tidak diketahui
penciptanya atau pada ciptaan tersebut hanya tertera nama semaran
penciptanya, penerbit memegang hak cipa atas ciptaan tersebut
untuk kepentingan penciptanya;
e. Jika suatu ciptaan telah diterbitkan, tetapi tidak diketahui
penciptanya dan atau penerbitnya, negara memegang hak cipta atas
iptaan tersebut untuk kepentingan peniptanya.12

2. Pemegang Hak Cipta
Yang dimaksud dengan hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak
cipta, atau pihak yang menerima hak tersebut dari pencipta atau tercipta lain yang

12

Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 116-117

7


menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerimahak tersebut sebagaimana
yang dimaksudkan oleh pasal 1 butir (4) UHC Indnesia.13
3. Ciptaan yag Dilindungi
Dalam undang-undang ini, ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam
bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra yang mencakup
a. Buku, prigram, dan semua hasil karya tulis lain;
b. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu;
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan;
d. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
e. Drama atau drama musikal, tari, koregrafi, pewayangan, dan pantomim;
f. Seni rupa dalam segala bentuk, seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni
g.
h.
i.
j.
k.
l.

kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan;
Arsitektur;
Peta;
Seni batik;
Fotografi;
Sinematografi;
Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database dan karya lain dari
hasil pengalihwujudan.14

Sementara itu, yang tidak ada hak cipta meliputi
a.
b.
c.
d.

Hasil rapat terbuka lembaga-lembaga negara;
Peraturan perundang-undangan;
Pidato kenegaraan atau pidato pejabat pemerintah;
Putusan pengadilan atau penetapan haki; atau
e. Keputusan badan arbitrase atau keputusan badan-badan sejenis
lainnya.15
13

Ok. Sadin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, cetakan ke-7 (Jakarta; PT Raja
Grafindo Persada, 2010), hlm.69
14

Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 118
15

Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 118

8

4. Masa Berlaku Hak Cipta
Dalam pasal 29 sampai dengan pasal 34 Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2002 tentang Hak Cipt diatur masa/janglka waktu untuk suatu ciptaan. Dengan
demikian, jangka waktu tergantung dari jenis ciptaan.16
1. Hak cipta atas suatu ciptaan berlaku salama hidup pecipta dan terusmenerus berlangsung sehingga 50 tahun setelh pencipta meninggal dunia.
Ciptaan yang dimilii oleh dua orang atau lebih, hak cipta berlaku selama
hidup pencipta yang meninggal dunia paling akhir dan berlangsung hingga
50 tahun setela pencipta yang hidup teralama meninggal, antara lain
a. Buku, pamflet, dan smua hasil karya tulis lin,
b. Lagu atau musik dengan atau tanpa eks,
c. Drama atau drama musikal, tari, koreografi,
d. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir,
seni kaligrafi, seni pahat, seni patung,
e. Arsitektur,
2. Hak atas ciptaan dimiliki atau dipegang oleh suatu badan hukum berlaku
selama 50 tahun sejak pertama kali diumumkan, antara lain
a. Program komputer,
b. Sinematografi,
c. Fotografi,
d. Database, dan
e. Karya hasil pengalihan wujud.
3. Untuk perwajahan karya tulis yang diterbitkan berlaku selama 50 tahun
sejak pertama kali diterbitkan.
4. Untuk ciptaan yang tidak diketahui siapa penciptnya dan peninggalan
sejarah dan prasejarah benda budaya nasional dipegang oleh negara,
jangka waktu berlaku tanpa batas waktu.
5. Untuk ciptaan yang belum diterbitkan dipegang oleh negara, ciptaan yang
sudh diterbitkan sebagai pemegang hal cipta dan ciptaan sudah diterbitan
tidak diketaui pencipta dan penerbitnya dipegang oeh negara dengan

16

Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 118

9

jangka waktu selama 50 tahun sejak ciptaan tersebut pertama kali
diketahui secara umum.17

B. Hak Paten
Dalam pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang
Paten. Paten merupakan hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor
atas hasil invensinya di bidang teknologi unuk selama waktu tertebtu
melaksanakan sendiri investasinya atau memberikan persetujuan kepada pihak
lain untuk melaksanakan18.
Paten adalah bagian dari hak kekayaan intelektual, yang dalam kerangka
ini termasuk dalam kategori hak kekayaan perindustrian (industial Property
Right). Hak kekayaan Intelektual itu sendiri merupakan bagian dari benda, yaitu
benda tidak berwujud (benda immaterial).19
Dengan demikian, investi (penemuan)adalah ide investor yang dituangkan
kedalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik dibidang teknologi,
dapat berupa produk atau proses atau penyempurnaan dan pengembangan produk
atau proses.20

1. Objek Paten

17

Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 118-119
18

Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 121
19

Ok. Sadin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, cetakan ke-7 (Jakarta; PT Raja
Grafindo Persada, 2010), hlm.223
20

Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 121

10

Apabila kita berbicara tentang objek sesuatu, maka itu tidak dapat terlepas
dai pembicaraan tentang benda. Jika hal in kita kaitan dengan paten, maka objek
tersebut adalah suatu benda tidak berwujud, oleh karena paten itu adalah benda
tidak berwujud yang merupakan bagian dari hak atas kekayaan perindustrian.21

2. Subjek Paten
Mengenai subjek paten pasal 10 Undang-Undang Paten N0.14 Tahun 2001
menyebutkan:
1) Yang berhak memperoleh paten adalah investor atau yang menerima lebih
lanjut hak inventor yang bersangkutan.
2) Jika suatu invensi dihasilkan oleh beberapa orang secara bersama-sama,
hak atas invensi tersebut dimiliki secara bersama-sama oleh para investor
yang bersangkutan.22
3. Sistem Pendaftaran Paten
Dalam berbagai literatur ditemukan pula uraian-uraian dan istilah-istilah
lain mengenai sistem pendaftaran paten, yaitu:
1. Sistem konstitutif
2. Sistem Deklaratif23

4. Jangka Waktu Paten
Berdasarkan pasal 8 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang
Paten, paten diberikan untk jangka waktu selama 20 tahun, terhitung sejak tanggal

21

Art.1. Octrooiwet 1910, Nederland, S.1910-313

22

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta; PN, Balai Pustaka,
1976), hlm. 1012
23

Ok. Sadin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, cetakan ke-7 (Jakarta; PT Raja
Grafindo Persada, 2010), hlm.243

11

peneerimaan dan jangka waktu itu tidak dapat diperpanjag, sedangkan untuk paten
sederhana diberikan jangka waktu 10 tahun, terhitung sejak tanggal penerimaan
dan angka waktu tidak dapat diperpanjang. Oleh karena itu, tanggal dimulai dan
berakhirnya jangka waktu paten dicatat dan diumumkan. 24
5. Permohonan Paten
Dengan dimikian, permohonan paten diajukan dengan membayar biaya
kepada Direktorat Jenderal Hak Paten Departemen Kehakiman dan HAM untuk
memperoleh sertifikat paten sebagai bukti hak atas paten. Dengan dimikian, paten
mulai berlaku pada tanggal diberikan sertifikat paten dan berlaku surut sejak
tanggak penerimaan25.
Namun, permohonan dapat berubah dari paten menjadi paten sederhana.
Sebaliknya.

Perubahan

ini

dilakukan

oleh

permohonan

dengan

tatap

memperhatikan ketentuan dalam perundang-undangan.26

6. Pengalihan Paten
Berdasarkan Pasal 66 Undang-Undang Nomor 14 tahun 2001 tentang
Paten, paten dapat beralih atau dialihkan baik seluruh maupun sebagian karena
pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian tertulis, atau sebab lain yang dibenarkan oleh
peraturan perundang-undangan.

24

Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 122
25

Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 122
26

Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 122

12

Dengan demikian, pengalihan hak tidak menghapus hak inventor untuk
tetap dicantumkan nama dan identitasnya dalam paten yang bersangkutan.27
7. Paten Sederhana
Paten sederhana hanya diberikan untuk satu investi, dicatat, dan
diumumkan di Rektorat Jenderal sebagai bukti hak kepada pemegang hak
sederhana diberikan sertifikat paten sederhana. Selain itu, paten sederhana tidak
dapat dimintakan lisensi wajib.28

C. Hak Merek

Berdasarkan pasal 1 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang
Merek, merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angkaangka, susunan warna, atau kombinasi dari unsure-unsur tersebut yang memiliki
daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.29
Haka atas merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada
pemilik merek yang terdaftar dalam daftar umum merek untuk jangka waktu
tertentu dengan menggunakan sendiri merek atau memberikan izin kepada pihak
lain untuk menggunakannya.30
Dalam pasal 1 butir Undang-Undang Merek 2001 diberikan suatu definisi
tentang merek yaitu; tanda yang berupa gamar, nama, kata, huruf-huruf, angka-

27

Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 122
28

Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 123
29

Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 124
30

Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 124

13

angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki
daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.31
Selain menurut batasan juridis beberapa sarjana ada juga memberikan
pendapatanya tentang merek, yaitu:
1. H.M.N. Purwo Sutjipto, S.H., memerikan rumussan bahwa,
“Merek adalah suatu tanda, dengan nama suatu benda tertentu
dipribadikan, seingga dapat dibedakan dengan benda lain yang sejenis”.
2. Prof. R. `Soekardono, S.H., memberikan rumusan bahwa,
“Merek adalah sebuah tanda (Jawa: ciri atau tengger) dengan mana
dipribadikan sebuah barang tertentu, dimana perlu juga dipribadikan
asalnya barang atau menjamin kualitenya barang dalam perbandingan
dengan barang-barang sejenis yang dibuat atau di perdagangangkan oleh
orang-orang atau badan-badan perusahaan lain.32

1. Jenis-jenis Merek
Jenisjenis merek dapat dibagi menjadi merek dagang, merek jasa, dan merek
kolektif.
1. Merek Dagang
Merek dagang merupakan merek yang digunakan pada barang yang di
perdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama
atau badan hukum untuk membedakan dengan baranng-barang sejenisnya.
2. Merek Jasa
Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan
oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama ayau badan
hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.
3. Merek kolektif
Merek kolektif merupakan merek yang digunakan pada barang dan/atau
jasa dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa
31

butir 1.

Republik Indonesia, Lembaran Negara Tahun 2001, UU No. 15, Jakarta, Op.cit, pasal 1

32

H.M.N. Purwo Sutipjo, Pengertian pokok-pokok Hukum Dagang Indonesia,
(Djambatan,1984), hlm. 82.

14

orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan
barang dan/atau hal sejenis lainnya.33
Bentuk atau wujud merek itu menurut Suryatin dimaksudkan untuk
membedakannya dari barang sejenis milik orang lain. Olrh karena adanya
pembedaan itu, maka terdapat beberapa jenis merek yakni:
1)
2)
3)
4)
5)

Merek lukisan (beel mark)
Merek kata (word mark)
Merek bentuk (form mark)
Merek bunyi-bunyian (klank mark)
Merek judul (title mark)34

2. Pendaftaran Merek
Secara Internasional menurut Soegondo Soemodiredjo ada dikenal 4
sistem pendaftaran merek yaitu:
1. Pendaftaran merek tanpa pemeriksa merek terlebih dahulu.
2. Pendaftaran dengan pemeeriksaan merek terlebih dahulu.
3. Pendaftaran dengan pngumuman sementara.
4. Pendaftaran merek dengan pemberitahuan terlebih dahulu tentang adanya
merek-merek terdaftar lain yang ada persamaannya.35
3. Merek yang Tidak Dapat Didaftarkan
Apabila merek didasarkan atas permohonan dengan iktikad tidak baik
maka merek tidak dapat didaftar apabila mengndung salah satu unsur.
1) Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum;
2) Tidak memiliki daya pembeda;
3) Telah menjadi milik umum; atau

33

Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 124
34

Soeryatin, Op. Cit., hlm. 87.

35

Soegondo Soemodiredjo, Merek Perusahaan dan Perniagaan,(Jakarta; Lembaga
Administrasi Negara, 1963), hlm. 10-11.

15

4) Merupakan keterangan atau terkaitan dengan barang atau jasa yang

dimohon pendaftarannya.36

4. Merek yang Ditolak
Permohonan merek yang ditolak oleh Direktiorat Jenderal Merek antara
lain.
1) Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek
milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/atau
jasa yang sejenis;
2) Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek
yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis;
3) Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan
indikasih-geografis yang sudah dikenali;
4) Serupa atau menyerupai nama orang terkenal, foto atau nama badan
hukum yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari yang
berhak;
5) Merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera,
lambing,

symbol,

emblem

Negara,

lambing

nasional

maupun

internasional, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang.
6) Merupakan tiruan, menyerupai, tanda, cap atau stempel resmi yang
digunakan oleh Negara atau lembaga pemerintah, kecuali atas persetujuan
tertulis dari pihak yang berwenang.37

5. Merek Kolektif
Ketentuan merek kolktif ni merupakan hal yang baru dalam UndangUndang merek Tahun 2001.

36

Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 124-125
37

Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2008), hlm. 125

16

Permohonan pendaftaran merek dagang atau merek jasa sebagai merek
kolektif hanya dapat diterima apabila dalam permohanan dengann jelas
dinyatakan bahwa merek tersebut akan digunakan sebagai merek kolektif.
Semstara itu, penggunaan merek kolektif harus memenuhi persyaratan,
antara lain.
a. Sifat, cirri umum, mutu barang, atau jasa yang akan diproduksi dan
diperdagangkan;
b. Pengaturan bagi pemilik merek koloktif untuk melakukan pengawasan
yang efektif atas penggunaan merek tersebut;
c. Sanksi atas pelanggaran peraturan penggunaan merek koloktif, sementara
itu, merek kolektif terdaftar tidak dapat dilisensikan kepadapihak lain.38

6. Penghapusan dan Pembatalan Pendaftaran Merek
Penghapusan pendaftaran merek dari daftar umum merek dapat dilakukan
atas prakarsa Direktorat Jenderal berdasarkan permohonan pemilik merek yang
bersangkutan.
Penghapusan pendaftaran merk atas prakasra Direktorat Jenderal dapat
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut;
a. Merek tidak digunakan selama 3 tahun berturut-turut dalam perdagangan
barang/atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau pemakaian terakhir,
kecuali apabila ada alas an yang dapat diterima oleh Direktorat Jenderal.
b. Merek digunakan untuk jenis barang dan/atau jasa yang tidak sesuai
dengan jenis barang atau jasa yang dimohonkan pendaftaran, termasuk
pemakaian merek yang tidak sesuai dengan merek yang terdaftar.39

38

Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 126
39

Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 127

17

D. Rahasia Dagang
Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia
Dagang.
Rahasia dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum
dibidang teknologi dan/atau bisnis yang mempunyai nilai ekonomi karena berguna
dalam kegiatan usaha dan dijaga kerahasiaanya oleh pemilik rahasia dagang,
sedangkan pengertian Rahasi Dagang menurut unifrorm trade secret act (UTSA),
rahasia dagang didefinisikan sebagai informasi termasuk suatu rumus, pola-pola,
kompilasi, program, metoda teknik atau proses yang menghasilkan nilai ekonomi
secara mandiri, nyata, dan potensial. Oleh karena itu, hak rahasia dagang
merupakan hak atas rahasia dagang yang timbul berdasarkan undang-undang ini.40
1. Ruang Lingkup Rahasia Dagang
Perlindungan

rahasia

dagang

meliputi

metode

produksi,

metode

pengolahan, metode penjualan, tau informasi lain dibidang teknologi dan/atau
bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh masyarakat umum.41
Rahasia dagang akan mendapat perlindungan, apabila
a. Informasi dianggap bersifat rahasia hanya diketahui oleh sepihak;
b. Informasi dianggap memiliki nilai ekonomi apabila sifat kerahasiaan
informasi tersebut dapat digunakan untuk menjalankan kegiatan atau usaha
yang bersifat komersial atau dapat meningkatkan keuntungan secara
ekonomi;
c. Informasi dianggap dijaga kerahasiaannya apabila pemilik atau para pihak
yang menguasainya tela melakukan langka-langkah yang layak dan patut.42
Perbedaan antara rahasia dagang dan hak kekayaan intelektual lain
40

Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 134
41

Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 134
42

Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 134

18

Ada 3 perbedaan pokok antara rahasia dagang dengan bentuk HAKI lain
seperti sebagai hak cipta, paten, dan merek. Ketiga perbedaan itu dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Bentuk HAKI lain tidak dapat rahasia. Bentuk HAKI lain mendapat
perlindungan karena merupakan sejenis kekayaan yang dimiliki orang lain.
Memang, kecuali kalau informasi mengenai suatu penemuan diungkapkan,
perlindungan paten tidak dapat diperoleh dari negara.(3) kalau karya-karya
yang dilindungi hak cipta atau sebuah merek tidak digunakan secara
umum, maka tidak ada nilai komersialnya.
2. Rahasia dagang mendapat perlindungan meskipun tidak mengandung nilai
kreatifitas atau pemikiran baru.
3. Bentuk HAKI lain selalu berupa bentuk tertentu yang dapat ditulis,
digambar atau dicatat secara persis sesuai dengan syarat pendaftaran yang
di tetapkan oleh instansi pemerintah.43
2. Objek Rahasia Dagang
Didalam objek rahasia dagang yang dilindungi meliputi
1) Formula,
2) Metode pengelolaan bahan-bahan kimia dan makanan,
3) Metode dalam penyelenggarakan usaha, 44
4) Daftar konsumen,
5) Tingkat kemampuan debitur mengembalikan kredit (credit rating),
6) Perencanaan (blueprint),
7) Rencana arsitektur,
8) Tabulasi data,
9) Informasi teknik manufaktur,
10) Rumus-rumus perancangan.45
3. Objek Yang Dilindungi

43

Ok. Sadin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, cetakan ke-7 (Jakarta; PT Raja
Grafindo Persada, 2010), hlm. 453-454
44

Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 134
45

Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 135

19

Objek yang tidak dilindungi, meliputi
a. Semua informasi yang telah menjadi milik umum (public), dan
b. Perlindungan dibrikan selama kerahasiaan terjaga dan tidak di umumkan.46
4. Hak pemilik Rahasia Dagang
Pasal 4 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia dagang,
menyatakan bahwa pemilik rahasia dagang memilki hak untuk
a. Menggunakan sendiri rahasia dagang yang dimilkinya, berarti pemilik
rahasia dagang mempunyai hak monopoli untuk menggunakan sendiri
rahasia dagang yag dimilikinya dalam kegiatan bisnis untuk memperoleh
keuntungan ekonomis
b. Memberikan lisensi atau melarang pihak lain untuk menggunakan rahasia
dagang yang dimilikinya dapat dilakukan dengan perjanjian lisensi.
Dengan dimikian, pemberian izin kepada pihak lain untuk menggunakan
rahasia dagang yang dimilikinya dapat dilakukan dengan perjanjian
lisensi.47
5. Pengalihan Hak Rahasia Dagang
Dalam pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang
Rahasia Dagang, hk rahasia dagang dapat beralih atau dialihkan dengan cara
1)
2)
3)
4)

Perwarisan;
Hibah;
Wasiat;
Perjanjian tertulis, dioperlukan adanya suatu pengalihan hak yang

didasarkan pada akta otentik;
5) Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan,
misalnya putusan pengadilan yang menyangkut kepailitan.48
46

Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 135
47

Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 135
48

Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 136

20

Semesntara itu, pengalihan hak rahasia dagang harus disertai dengan
dokumen-dokumen yang menujukkan terjadinya pengalihan hak rahasia
dagang, namun rahadia dagang itu sendiri tetap tidak diungkapkan.49

E. Desain industri
Undang-undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang desain industri
Desain industri adalah suatu kreasi tentang bentuk konfigurasi, atau
komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan dari padanya
yang berbentuk 3 dimensi atau 2 dimensi yang memberikan kesan estetis dan
dapat diwujudkan dalam pola 3 dimensi atau 2 dimensi serta dapat dipakai untuk
menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan.50
Pendesain adalah seseorang atau beberapa orang yang menghasilkan
desain industri, sedangkan yang dimaksud dengan hak desain industri adalah hak
eksekutif yang diberikan oleh negara kepada pendesain atas hasil kreasinya
selama waktu tertentu dan melaksanakan sendiri atau memberikan persetujuannya
kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut.51
1. Lingkup Desain Industri
Hak desain industri diberikan untuk desain industri yang baru. Desain
industri dianggap baru apabila pada tanggal penerimaan desain industri tidak sama
pengungkapan yang telah ada sebelumnya.

49

Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 136
50

Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 138
51

Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 138

21

Hak desain industri tidak diberikam apabila desain industri bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, ketertiban umum, agama,
atau kesusilaan.52
2. Pendaftaran Desain Industri
Setiap hak desain industri diberikan atas dasar permohonan kepada
Direktorat Jendral Desain Industri secara tertulis dalam bahasa indonesia.
Sementara itu, setiap permohonan hanya dapat diajukan untuk
a. Satu desain industri, atau
b. Beberapa desain industri yang merupakan satu kesatuan desain industri
atau yang memiliki kelas yang sama.
Jika tidak terdapat keberatan terhadap permohonan maka direktorat
jenderal akan menerbitkan dan memberikan sertifikat desain industri dan
berlaku terhitung sejak tanggal peneeima sertifikat.53
3. Pembatalan Pendaftaran Desain Industri
Desain industri terdaftar dapat dibatalkan oleh direktorat jenderal atas
permintaan yang diajukan oleh pemegang hak desain industri. Dalam hal ini,
pembatalan hak desain industri tidak dapat dilakukan apabila penerima disensi
hak desain industri yang tercatat dalam daftar umum desain industri tidak
memberikan persetujuan secara tertulis.54
Sementara itu, gugatan pembatalan terhadap pendaftaran desain industri
diajukan kepada ketua pengadilan niaga dalam wilayah hukum tempat tinggal atau

52

Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 139
53

Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 140
54

Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 141.

22

domisili tergugat dan setiap putusan pengadilan niaga yang dapat dimohonkan
kasasi.55

KESIMPULAN
1. Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk
mngumumkan atau memperbanyak ciptaanya atau memberikan izin untuk itu
dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan-peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Paten merupakan hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas
hasil invensinya di bidang teknologi unuk selama waktu tertebtu melaksanakan
sendiri investasinya atau memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk
melaksanakan.
3. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angkaangka, susunan warna, atau kombinasi dari unsure-unsur tersebut yang memiliki
daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.
4. Rahasia dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum dibidang
teknologi dan/atau bisnis yang mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam
55

Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008), hlm. 141

23

kegiatan usaha dan dijaga kerahasiaanya oleh pemilik rahasia dagang, sedangkan
pengertian Rahasi Dagang menurut unifrorm trade secret act (UTSA), rahasia
dagang didefinisikan sebagai informasi termasuk suatu rumus, pola-pola,
kompilasi, program, metoda teknik atau proses yang menghasilkan nilai ekonomi
secara mandiri, nyata, dan potensial.
5. Desain industri adalah suatu kreasi tentang bentuk konfigurasi, atau komposisi
garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan dari padanya yang
berbentuk 3 dimensi atau 2 dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat
diwujudkan dalam pola 3 dimensi atau 2 dimensi serta dapat dipakai untuk
menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan.

DAFTAR PUSTAKA
Elsi Kartika Sari, Advendi Simanunsong, Hukum dalam Ekonomi, (Jakarta; Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2008),
H.M.N. Purwo Sutipjo, Pengertian pokok-pokok Hukum Dagang Indonesia,
(Djambatan,1984),
Ok. Sadin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, cetakan ke-7 (Jakarta; PT Raja
Grafindo Persada, 2010),
Soegondo Soemodiredjo, Merek Perusahaan dan Perniagaan,(Jakarta; Lembaga
Administrasi Negara, 1963),
Soeryatin, Op. Cit.,
Sutedi, Adrian, S.H.2009. Hak Kekayaan Intelektual. (Jakarta: Sinar Grafika)

24