Presentasi Evaluasi Afektif.pptx

  Pekalongan, 12 April 2014 (Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pendidikan dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dari Dosen Dr. H. Muhlisin, M.Ag.

  Oleh : Tri Astuti (2052113022) Kudung Isnaini (2052113023)

  Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam Program Pasca Sarjana Strata Dua (S-2)

  1 Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam Negeri (STAIN) - Pekalongan

  STAIN - Pekalongan Pendahuluan

  1. Dalam pengertian sehari-hari, evaluasi (evaluation) dikonotasikan sebagai penilaian, meskipun evaluasi itu sebenarnya cakupan pengertiannya lebih luas dari penilaian. 2. pembelajaran dan evaluasi hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah harus menekankan keutuhan dan keterpaduan antara ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

  3. Hingga dewasa ini, ranah afektif merupakan kawasan pendidikan yang masih sulit untuk digarap secara operasional

  4. Afek merupakan karakteristik atau unsur afektif yang diukur, ia bisa berupa minat, sikap, motivasi, konsep diri, nilai, apresiasi, dan sebagainya. Afek merupakan traits psikologik yang tidak dapat diamati secara langsung.

  2

  STAIN - Pekalongan LANDASAN TEORI A. Pengertian Evaluasi Ranah Afektif.

  Tidak semua karakteristik afektif harus dievaluasi di sekolah. Beberapa karakteristik afektif yang perlu diperhatikan (diukur dan dinilai) terkait dengan mata pelajaran PAI di sekolah adalah sikap, minat, konsep diri, dan nilai.

  B. Teori Pengembangan Evaluasi Ranah Afektif

  Langkah-langkah ini dapat dijelaskan sebagai berikut: membuat defnisi konseptual, dalam hal ini kita perlu memahami konstrak (construct) teoretik; (1) membuat defnisi operasional, (2) menentukan metode pengukuran atau penskalaan, untuk mengukur sikap misalnya ada 3 metode utama yaitu : judgment method, response method, kombinasi kedua metode yakni judgment and response methods; (3) analisis instrument..

  3

  STAIN - Pekalongan

  Berkaitan dengan judul dalam makalah ini, maka pokok bahasan yang dapat diambil meliputi:

  A. Penilaian Teknik Evaluasi Ranah Afektif.

  B. Ciri-Ciri Penilaian Teknik Evaluasi Ranah Afektif.

  C. Pengembangan Teknik Evaluasi Ranah Afektif.

  D. Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Afektif.

  4

  STAIN - Pekalongan Penilaian Teknik Evaluasi Ranah Afektif

  1. Teknik evaluasi yang digunakan dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu: (1) Teknik non tes, terdiri dari: skala, kuesioner, daftar cocok, wawancara, pengamatan, riwayat hidup, dan (2) Teknik tes.

  2. Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Pengukuran ranah afektif tidak dapat dilakukan setiap saat (dalam arti pengukuran formal) karena perubahan tingkah laku siswa tidak dapat berubah sewaktu-waktu.

  3. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: (1) receiving (2) responding(3) valuing (4) organization (5) characterization by evalue or calue complex.

  5

  STAIN - Pekalongan Ciri-Ciri Penilaian Teknik Evaluasi Ranah Afektif

  1. Pertama, pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifkasikan sebagai ranah afektif,

  2. Ada 5 tipe karakteristik afektif yang penting berdasarkan tujuannya, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral; dan

  3. Ranah afektif lain yang penting adalah: (1) Kejujuran: peserta didik harus belajar menghargai kejujuran dalam berinteraksi dengan orang lain, (2) Integritas: peserta didik harus mengikatkan diri pada kode nilai, misalnya moral dan artistic, (3) Adil: peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama dalam memperoleh pendidikan. (4) Kebebasan: peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratis memberi kebebasan yang bertanggung jawab secara maksimal kepada semua orang

  6

  STAIN - Pekalongan Pengembangan Teknik Evaluasi Ranah Afektif

  1. Teknik pengukuran afektif dapat dilakukan dengan berbagai ragam misal: (1) skala bertingkat (rating scale; suatu nilai yang berbentuk angka terhadap suatu hasil pertimbangan; (2) angket (questionaire; sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh siswa); (3) swalapor (berupa sejumlah pernyataan yang menggambarkan respon diri terhadap sesuatu); (4) wawancara (interview; tanya jawab atau dialog untuk menggali informasi terkait dengan afek tertentu); (5) inventori bisa disebut juga sebagai interviu tertulis ; dan

  2. Pengembangan alat evaluasi atau instrumen afektif menuntut beberapa langkah: (1) Membuat defnisi konseptual, (2) Membuat defnisi operasional, (3) Menentukan metode pengukuran atau penskalaan, (4) Analisis instrumen.

  7

  STAIN - Pekalongan Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Afektif

  Sikap

  • Minat • Bakat • Motivasi • persepsi
  • 8

  STAIN - Pekalongan Pengertian Sikap

  Sikap pada hakikatnya adalah kecen-

  • derungan berperilaku pada seseo- rang. Ada tiga komponen sikap, yakni kog-
  • nisi, afeksi, dan konasi.

  Kognisi berkenaan dengan penge-

  • tahuan seseorang tentang objek atau stimulus yang dihadapinya.

  Afeksi berkenaan dengan perasaan

  • dalam menanggapi objek tersebut

  konasi berkenaan dengan kecenderun-

  • gan berbuat terhadap objek tersebut. Oleh sebab itu,

  9

  STAIN - Pekalongan Skala Likert

  • pernyataan positif
  • Pernyataan negatif

Dinilai oleh subjek

  • sangat setuju
  • setuju
  • tidak punya pendapat
  • tidak setuju
  • sangat tidak setuju

  10 Salah satu skala sikap yang sering digu- nakan adalah skala Likert. Dalam skala Likert Pernyataan-pernyataan yang diajukan

  STAIN - Pekalongan Menyusun Instrumen Dengan

Skala Likert

  Tentukan objek yang dituju, kemudian

  • tetapkan variabel yang akan diukur den-

    gan skala tersebut. Lakukan analisis variabel tersebut menjadi
  • beberapa subvariabel atau dimensi vari-

    abel, lalu kembangkan indikator setiap di-

    mensi tersebut.

    Dari setiap indikator di atas, tentukan ru-

  • ang lingkup pernyataan sikap yang berkenaan dengan aspek kognisi, afeksi, dan konasi terhadap objek. Susunlah pernyataan untuk masing-masing
  • aspek tersebut dalam dua kategori, yakni

  11 pernyataan positif dan pernyataan negatif,

  12

  STAIN - Pekalongan Skala Sikap

  • Mendukung (positif)
  • Menolak (negatif)
  • dan netral.

  STAIN - Pekalongan Pengembangan

Kisi-Kisi Sikap

  pilih ranah afektif yang akan dinilai, misal-

  • nya sikap tentukan indikator sikap
  • pilih tipe skala yang digunakan, misalnya;
  • skala Likert dengan lima skala, seperti sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak se- tuju, sangat tidak setuju. Tentukan nomor butir soal sesuai dengan
  • indikator sikap Buatlah kisi-ksi instrumen dalam bentuk
  • matrik telaah instrumen oleh teman sejawat atau
  • ahli di bidangnya

  13 perbaiki instrumen sesuai dengan hasil

  • telaah instrumen oleh teman sejawat/ahli

  STAIN - Pekalongan Variabel dan Sub Variabel

  Contoh variabel : Sikap guru PAI

  • dikembangkan menjadi sub variabel,
  • misalnya:

  sikap guru PAI terhadap kurikulum mata

  • pelajaran PAI, sikap guru PAI terhadap model pembela-
  • jaran PAI, sikap guru PAI terhadap media pembe-
  • lajaran PAI, sikap guru PAI terhadap strategi pembe-
  • lajaran PAI.

  14

  STAIN - Pekalongan Indikator

  

Setiap subvariabel tersebut kemudian di-

  • jabarkan menjadi indikato-indikator. Mis-

    alnya indikator untuk subvariabel sikap

    guru PAI terhadap kurikulum mata pelajaran

    PAI adalah:

  

kemauan mempelajari kurikulum PAI sebelum

  • mengajar

    kemauan untuk memperdalam penguasaan

  • materi pelajaran PAI sesuai dengan kuriku-

    lum

    kemauan untuk menjelaskan penggunaan

  • konsep-konsep PAI dalam kehidupan sehari-

    hari

    senang membaca buku yang berkaitan den-

  • 15

  gan materi PAI

  STAIN - Pekalongan Pengembangan Butir Instrumen

Mengembangkan butir instrumen sikap guru PAI adalah: Butir instrumen harus dibuat sesuai den-

  • gan komponen sikap yaitu kognisi, afeksi, dan konasi serta jumlah butirnya se- imbang. Butir soal dibuat dalam bentuk petanyaan
  • positif atau pernyataan negatif. Per- bandingan pernyataan positif dan negatif diusahakan seimbang jumlahnya. tentukan skala yang mau digunakan.
  • tentukan skoringnya.
  • >16 tentukan cara pengolahan hasil skoring.

  STAIN - Pekalongan Validasi

Teman Sejawat

  No Validasi konten Validasi konstruk Bahasa total butir

  3

  2

  1

  3

  2

  1

  3

  2

  1 2

  1

  3

  17

  STAIN - Pekalongan Penskoran

  18 PERNYATAAN SKOR Sangat Setuju

  5 Setuju

  4 Tidak punya pendapat/ ragu- ragu

  3 Tidak Setuju

  2 Sangat Tidak Setuju

  1 PERNYATAAN POSITIF

  STAIN - Pekalongan Penskoran

  19 PERNYATAAN SKOR Sangat Setuju

  1 Setuju

  2 Tidak punya pendapat/ ragu- ragu

  3 Tidak Setuju

  4 Sangat Tidak Setuju

  5 PERNYATAAN NEGATIF

  STAIN - Pekalongan

KESIMPULAN

   Berdasarkan pokok bahasan dan pembahasan di atas maka dapat diambil beberapa kesimpulan, sebagai berikut :

  

1. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang,

yaitu: (1) receiving (2) responding(3) valuing (4) organization (5) characterization by evalue or calue complex.

  

2. Langkah-langkah ini dapat dijelaskan sebagai berikut: membuat

defnisi konseptual, dalam hal ini kita perlu memahami konstrak (construct) teoretik; (1) membuat defnisi operasional, (2) menentukan metode pengukuran atau penskalaan dan (3) analisis instrument.

  

3. Teknik pengukuran afektif dapat dilakukan dengan berbagai

ragam, yaitu: (1) skala bertingkat (rating scale; suatu nilai yang berbentuk angka terhadap suatu hasil pertimbangan; (2) angket (questionaire; sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh siswa); (3) swalapor (berupa sejumlah pernyataan yang menggambarkan respon diri terhadap sesuatu); (4) wawancara (interview; tanya jawab atau dialog untuk menggali informasi terkait dengan afek tertentu); (5) inventori bisa disebut juga sebagai interviu tertulis.

  

4. Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif,

karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah: (1)

  20 Menerima (memperhatikan), (2) Merespon, (3) Menghargai dan (4) Mengorganisasi.

  STAIN - Pekalongan PENUTUP

  

Demikianlah makalah yang dapat Kami susun. Kami sadar

makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena

itu, kritik dan saran yang membangun sangat Kami

harapkan demi perbaikan makalah selanjutnya. Kami minta

maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan dan isi

makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita

semua. Amin.

  21

  STAIN - Pekalongan

  Anderson, L.W. (1980). Assessing afective characteristics in the schools. Boston: Allyn and Bacon, Inc. Arikunto, Suharsimi. 2011). Dasar-dasar evaluasi pen- didikan. Cetakan ke-V. Jakarta: Bina. Bloom, Bejamin S., et al. (Editor) (1974). Taxonomy of edu- cational objectives handbook I cognitive domain. Eighteenth Printing. New York: David McKay Com- pany, Inc. ---------------------. (2003). Standar kompetensi guru sekolah dasar. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan. Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 standar kompetensi mata pelajaran pendidikan agama Islam sekolah dasar dan ibtidaiyah. Jakarta: Puskur, Balitbang Depdiknas. Dikmenum Diknas. (2003). Kurikulum 2004 SMA pedoman khuus pengembangan silabus dan penilaian mata pelajaran pendidikan agama Islam, Buku 7.1.Jakarta. Hadi, utrisno. (1991). Analisis butir untuk instrumen

  22

  angket, tes, dan kala nilai denga basica. Yo- gyakarta: Andi Ofset. Shaw, Marvin E. & Wright, Jack M. (1967). Scales for the

Terima Kasih

  Thank you

  23 Oleh: Kami (Tri Astuti, Kudung Isnaini)