PENGELOLAAN DANA KAMPUNG DI KAMPUNG MENGGALA KECAMATAN MENGGALA TIMUR YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG Jurnal Penelitian

  PENGELOLAAN DANA KAMPUNG DI KAMPUNG MENGGALA KECAMATAN MENGGALA TIMUR YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG Jurnal Penelitian Oleh PUTU SUDIARTE

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

  

ABSTRAK

PENGELOLAAN DANA KAMPUNG DI KAMPUNG MENGGALA

KECAMATAN MENGGALA TIMUR YANG BERSUMBER

DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA

DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG

Oleh

Putu Sudiarte, Nurmayani, Marlia Eka Putri

   Kampung Menggala adalah salah satu kampung yang memperoleh dana dari APBD, berdasarkan Peraturan Bupati Tulang Bawang Nomor 7.A Tahun 2015 tentang Penetapan Besaran Alokasi Dana Kampung Setiap Kampung, Tunjangan Badan Permusyawaratan Kampung Serta Insentif Rukun Tetangga di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2015 memperoleh dana sebesar Rp 47.854.660.000 yang bersumber dari APBD Kabupaten Tulang Bawang. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengelolaan dana kampung di Kampung Menggala Kecamatan Menggala Timur yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tulang Bawang dan bagaimanakah faktor pendukung dan penghambat pengelolaan dana kampung di Kampung Menggala Kecamatan Menggala Timur yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tulang Bawang. Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan normatif. Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan cara analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan pengelolaan dana desa yang bersumber dari APBD di Kampung Menggala Kecamatan Menggala Timur yang Bawang belum dilaksanakan secara maksinal. Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan dana kampung di Kampung Menggala Kecamatan Menggala Timur yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah adanya kekhawatiran terjadi penyelewengan Dana. Tidak ada anggaran untuk membiayai penyusunan desain dan RAB serta Kurangnya kapasitas dan personalia dalam mengelola keuangan desa. Saran, diharapkan agar aparatur Pemerintah Desa khususnya Kepala Kampung Menggala Kecamatan Menggala Timur yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tulang Bawang memperbaiki proses penyampaian laporan pertanggungjawaban tentang pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) sehingga masyarakat dapat melihat bagaimana pengelolaan ADD akan lebih baik dan transparan.

  Kata Kunci: Pengelolaan, Dana kampung, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

  

ABSTRACT

PENGELOLAAN DANA KAMPUNG DI KAMPUNG MENGGALA

KECAMATAN MENGGALA TIMUR YANG BERSUMBER

DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA

DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG

  By

  

Putu Sudiarte, Nurmayani, Marlia Eka Putri

  

  

Menggala Village is one of the villages that get fund from APBD, based on

Regulation of Tulang Bawang Regent Number 7.A Year 2015 on Stipulation of

Allocation Fund Allocation Village Every Village and Incentives and Incentives

Neighborhood in Kabupaten Tulang Bawang Year 2015 get fund equal to Rp

47.854. 660.000 sourced from Tulang Bawang District Budget. The problem of

this research is how is the management of village fund in Menggala Village,

Menggala Timur Subdistrict, which is sourced from Tulang Bawang District

Budget and Expenditure and how are the supporting and inhibiting factors of

village fund management in Menggala Village, East Menggala Sub-district,

sourced from Tulang Bawang District Revenue and Expenditure Budget. The

problem approach used in this research is done by normative approach. Data that

have been processed then analyzed by using descriptive qualitative method. The

results showed that the management of village funds sourced from APBD in

Menggala Village, East Menggala District, sourced from Tulang Bawang District

Budget Revenue and Expenditure has not been implemented maximally. Fund

Allocation System management accountability village in the subdistrict of East

responsibility, though not fully in accordance with existing regulations.

Constraints faced in the management of village funds in Village Menggala

District East Menggala sourced from Tulang Bawang District Income and

Expenditure Budget is the existence of concerns of misappropriation Fund.

Suggestion, it is expected that the Village Government apparatus, especially the

Head of Menggala Village, East Menggala Sub-district, which is sourced from the

Tulang Bawang District Revenue and Expenditure Budget, improves the process

of reporting on the management of the Village Fund Allocation and the

accountability values to the villagers so that people can see How the management

of ADD will be better and transparent. Researchers recommend to set up an

independent regulatory body monitoring the Village Fund Allocation (ADD), so

that the implementation will be better and be able to avoid abuse by the executive

management of ADD The ADD manager.

Keywords: Management, Village Fund, Regional Revenue and Expenditure

Budget

A. Latar Belakang Masalah

  Tujuan umum pada suatu negara adalah menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya dengan berdasarkan keadilan dan pemerataan pada berbagai bidang, sebagaimana yang diatur dalam pembukaan Undang- Undang Dasar Republik Indonesia 1945 alenia keempat. Kemakmuran dan kesejahteraan yang dicapai oleh masyarakat tidak saja membuktikan bahwa negara dapat menjalankan perannya sebagai stabilisator dibidang pemerintahan, politik ekonomi, dan sosial budaya, melainkan juga sebagai implikasi dari kemampuan negara untuk merumuskan kebijakan- kebijakan yang benar-benar ditujukan untuk meningkatkan prikehidupan rakyat yang lebih baik dalam suatu bangsa dan Negara.

  Pasal 1 ayat (3) jo Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 28 D ayat (1) Undang Undang Dasar Republik Indonesia 1945 (UUD 1945) menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. hukum bertujuan menciptakan adanya ketertiban, keamanan, keadilan dan kesejahteraan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Perlindungan terhadap hak asasi manusia di negara Indonesia dijamin dan diiringi dengan kewajiban asasinya untuk mewujudkan adanya ketertiban, keamanan, keadilan dan kesejahteraan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Pasal 18 ayat (1) UUD 1945 disebutkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah- daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang. Pasal 18 ayat (2) UUD 1945 menyatakan pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah (UU No.9/2015), yang telah memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Menurut Rozali Abdullah mengatakan bahwa pembentukan sistem Pemerintahan di daerah sangat diperlukan, mengingat Negara kita adalah Negara Kesatuan sesuai dengan penjelasan Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 tersebut menyebutkan “Negara Indonesia tidak mungkin menyelenggarakan pemerintahan yang hanya dilakukan Pemerintahan Pusat saja. Selain itu pembentukan sistem Pemerintahan di Daerah sangat diperlukan untuk memperlancar pembangunan tersebar di seluruh pelosok secara merata”.

  1 Desa salah satu ujung tombak

  organisasi pemerintah dalam mencapai keberhasilan dari urusan pemerintahan yang asalnya dari pemerintah pusat. Perihal ini disebabkan desa lebih dekat dengan masyarakat sehingga program dari pemerintah lebih cepat tersampaikan. Desa mempunyai peran untuk mengurusi serta mengatur sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (UU No.6/2014) yang salah satu pasalnya dijelaskan bahwa desa memiliki kewenangan dalam bidang penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pembinaan 1 Rozali Abdullah, Pelaksanaan

  Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung , PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm. 8. kemasyarakatan dan pemberdayaan desa. Pada penyelenggaraan pemerintahan desa masih mengalami kendala khususnya dalam hal keuangan. Hal ini disebabkan beberapa faktor seperti sumber pendapatan yang rendah baik dari pendapatan asli desa maupun bantuan dari pemerintah, selain itu juga masuknya program yang tidak didukung oleh pemerintah di tingkat atasnya. Pemerintah desa memiliki hak otonomi dalam mengelola keuangannya sendiri. Adanya hak otonomi desa dalam pengelolaan keuangan desa tersebut menjadi pedoman sebuah desa dapat mengelola keuangannya secara mandiri. Akan tetapi, pada kenyataannya masih sedikit desa yang menyadari keistimewaan dan memanfaatkan otonomi keuangan sebaik-baiknya. Banyak desa yang masih tergantung pada pendanaan pusat maupun daerah. Ketergantungan pemerintahan desa kepada pemerintah kabupaten yang demikian mengakar ketergantungan struktural. Dalam pelaksanaan dan penatausahaan keuangan desa, administrasi desa belum terselenggara dengan baik, pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan desa juga belum dilakukan dengan baik.

  Berbagai kendala dan permasalahan desentralisasi dan otonomi daerah secara umum pada tataran pemerintahan desa, antara lain: (a) terbatasnya ketersediaan sumberdaya manusia yang baik dan profesional; (b) terbatasnya sumber-sumber pembiayaan yang memadai, baik yang berasal dari kemampuan desa itu sendiri (internal) maupun sumber dana dari luar (eksternal); (c) belum tersusunnya kelembagaan sosial- ekonomi yang mampu berperan secara efektif; (d) belum terbangunnya sistem dan regulasi yang jelas dan tegas; dan (e) kurangnya kreativitas dan partisipasi masyarakat secara lebih kritis dan rasional. Sebagai konsekuensi logis adanya kewenangan dan tuntutan dari pelaksanaan otonomi desa adalah tersedianya dana yang cukup.

  2 Wasistiono menyatakan bahwa

  pembiayaan atau keuangan merupakan faktor essensial dalam mendukung penyelenggaraan otonomi desa, sebagaimana juga pada penyelenggaraan otonomi daerah. Sejalan dengan pendapat yang mengatakan bahwa autonomy indentik dengan auto money, maka untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri desa membutuhkan dana atau biaya yang memadai sebagai dukungan pelaksanaan kewenangan yang dimilikinya. Kewenangan pemerintah desa untuk mengurus, mengatur dan menyelenggarakan beban tanggung jawab dan kewajiban desa namun demikian penyelenggaraan pemerintahan tersebut tetap harus dipertanggungjawabkan.

  3 Pertanggungjawaban yang dimaksud

  diantaranya adalah pertanggungjawaban dalam pengelolaan anggaran desa. Pengelolaan keuangan desa secara umum mengacu pada Permendagri Nomor 113 tahun 2014 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa 2 Maryunani dkk, Penguatan

  Keuangan dan Perekonomian , SPOD FE UNIBRAW-PGRI-UNDP-EU, Malang. 2006, hlm. 115 3 Wasistiono, Perkembangan Organisasi

  Kecamatan dari Masa ke Masa . Penerbit: Fokusmedia, Bandung, 2008, hlm. 2

  (Permendagri No. 113/2014). Menurut peraturan ini, keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban desa tersebut. Keuangan desa dikelola berdasarkan azas-azas transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran.

  Adanya alokasi dana dari kabupaten menimbulkan kewajiban bagi pemerintah desa di Kabupaten Tulang Bawang untuk melaporkan pertanggungjawaban penggunaan dana tersebut. Pertanggungjawaban penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) terintegrasi dengan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) dilaporkan oleh pemerintah desa secara berkala. Bentuk pertanggungjawabannya adalah pertanggungjawaban APBDesa. Monitoring pelaksanaan APBDesa desa/kepala desa untuk melakukan pencatatan dan melaporkannya secara berkala (setiap bulan) dan setiap akhir periode dalam laporan realisasi APBDesa.

  Kewajiban untuk melaporkan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan desa ini menuntut kepala desa dan perangkat desa untuk mampu menginterpretasikan peraturan- peraturan yang mengikat dalam proses pertanggungjawaban tersebut. Berdasarkan prasurvei pada salah seorang staf subbagian pemerintah desa pada Kantor Daerah Kabupaten Tulang Bawang mengatakan bahwa sebagian besar pemerintah desa masih kurang memahami proses pertanggungjawaban ini. Hal ini ditandai dengan masih adanya beberapa desa yang masih terkendala pada penyajian laporan dan waktu pelaporan. Dampaknya, perencanaan pemerintahan desa terhambat karena tidak bisa dipungkiri bahwa seluruh pelaksanaan kegiatan memerlukan pendanaan. Kepala desa sebagai pemegang kekuasaan pengelola keuangan desa memiliki kewenangan menetapkan bendahara desa untuk melaksanakan penatausahaan keuangan desa. Bendahara adalah perangkat desa yang ditunjuk oleh kepala desa untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, membayarkan dan mempertanggungjawabkan keuangan desa dalam rangka pelaksanaan APBDesa. Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Kabupaten Tulang Bawang melalui 3 tahapan yaitu mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga pelaporan. dimana ketiga- tiganya dilaksanakan pemerintah desa desa dalam penyelenggaraan pengelolaan keuangan khususnya pengelolaan ADD, dari setiap tahapan tersebut telah dilaksanakan dengan mematuhi setiap aturan yang tertera dan tertulis dalam Peraturan Bupati. Meskipun demikian masih ditemukan kesalahan walaupun tidak merupakan masalah yang besar yakni jumlah penggunaan sasaran yang sedikit melebihi dari yang telah ditentukan dalam peraturan, dimana penggunaan dana yang digunakan untuk biaya aparatur dan operasional pemerintah desa melebihi sekitar 32% dari 30% yang tertulis dan diamanatkan dalam Pasal 72 ayat (1) huruf d UU No 6/ 2014 tentang Desa. Perihal ini menjadikan jumlah dana untuk pemberdayaan juga berkurang menjadi

  68% yang harusnya 70% dari jumlah yang ditentukan. Pelaksanaan Alokasi Dana Kampung adalah untuk menggerakkan ekonomi kampung tersebut, pemanfaatan Alokasi Dana Kampung ini melalui pembangunan fisik dan pembangunan non fisik. Pembangunan non fisik dilakukan melalui pemberian bantuan kepada masyarakat kampung yang berhak untuk menerimanya yakni para perempuan, anak-anak, petani, buruh, nelayan dan kaum miskin kampung yang lainnya. Selain pemanfaatan untuk pembangunan non fisik, alokasi dana kampung juga digunakan untuk pembangunan fisik kampung yang meliputi pembangunan sarana dan prasarana produksi, perhubungan dan sosial. Hal ini karena sebagian besar kampung kondisinya cukup memprihatinkan sehingga perlu diadakan pembenahan seperti yang telah disebutkan di atas. Secara keseluruhan kebijakan Alokasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kampung, juga dapat mendorong bekerjanya demokrasi di tingkat kampung, memperkuat otonomi kampung dan menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan kampung. Kebijakan Alokasi Dana Kampung disusun oleh pemerintah Kabupaten/kota untuk melindungi, meningkatkan kesejahteraan rakyat kampung, sekaligus untuk memenuhi hak-hak kampung. Kampung Menggala adalah salah satu kampung yang memperoleh dana dari APBD, berdasarkan Peraturan Bupati Tulang Bawang Nomor 7.A Tahun 2015 tentang Penetapan Besaran Alokasi Dana Kampung Setiap Kampung, Tunjangan

  Badan Permusyawaratan Kampung Serta Insentif Rukun Tetangga di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2015 memperoleh dana sebesar Rp 47.854.660.000 yang bersumber dari APBD Kabupaten Tulang Bawang.

  B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Permasalahan Penelitian

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengangkat permasalahan sebagai berikut: a.

  Bagaimanakah pengelolaan dana kampung di Kampung Menggala Kecamatan Menggala Timur yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tulang Bawang? b. Bagaimanakah faktor pendukung dan penghambat pengelolaan dana kampung di Kampung Menggala Kecamatan Menggala Timur yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tulang Bawang?

   Ruang Lingkup Penelitian a.

  Pengelolaan dana kampung di Kampung Menggala Kecamatan Menggala Timur yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tulang Bawang.

  b.

  Faktor pendukung dan penghambat pengelolaan dana kampung di Kampung Menggala Kecamatan Menggala Timur yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tulang Bawang.

  C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian a. Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian dalam skripsi ini, pada garis besarnya adalah untuk menjawab permasalahan, yaitu: a.

  Mengetahui pengelolaan dana kampung di Kampung Menggala Kecamatan Menggala Timur yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tulang Bawang?.

  Studi Pustaka (Library Research) b. Studi Lapangan (Field Research) 2.

   Perencanaan

  Pengelolaan dana kampung di Kampung Menggala Kecamatan Menggala Timur yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tulang Bawang, dimana dari total dana desa yang disalurkan kepada kampung hingga saat ini telah mencapai sebesar 60% dari total pagu anggaran Dana Desa Kabupaten Tuba, sebesar Rp.93.032.836.000 Milyar, pada saat ini yang telah disalurkan berjumlah sebesar Rp.55.819.701.600 Milyar, sementara untuk Alokasi Dana Desa (APBD Kabupaten) hingga saat ini pertama, mencapai hingga sebesar 40% dari total pagu sebesar Rp.51.579.660.000 Milyar, artinya sekitar Rp.20.611.528.000, yang telah tersalurkan, atau dicairkan. Pengelolaan dana kampung terdiri dari beberapa tahapan, yang selanjutnya secara rinci dijelaskan sebagai berikut: a.

  H. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Pengelolaan Dana Kampung di Kampung Menggala Kecamatan Menggala Timur yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tulang Bawang

  Setelah diperoleh data kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis secara kualitatif yaitu setelah data didapat diuraikan secara sistematis dan disimpulkan dengan cara pikir induktif sehingga menjadi gambaran umum jawaban permasalahan berdasarkan hasil penelitian.

   Analisis Data

  Editing Data b. Klasifikasi Data c. Sistematika Data G.

   Prosedur Pengolahan Data a.

   Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Prosedur Pengumpulan Data a.

  b.

  Data Primer 2. Data Sekunder F.

   Sumber dan Jenis Data 1.

  Pendekatan Yuridis Normatif 2. Pendekatan Empiris E.

   Pendekatan Masalah 1.

  Manfaat Teoritis ii. Manfaat Praktis D.

  Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian adalah sebagai berikut: i.

  b.

  Mengetahui faktor pendukung dan penghambat pengelolaan dana kampung di Kampung Menggala Kecamatan Menggala Timur yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tulang Bawang.

  Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bersumber dari Belanja Pusat dengan mengefektifkan program yang berbasis desa secara merata dan berkeadilan. Anggaran bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tersebut adalah anggaran yang diperuntukkan bagi Desa dan Desa Adat yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota yang digunakan untuk membiayai penyelenggaran pemerintahan, pembangunan, serta pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan. Besaran alokasi anggaran yang peruntukannya langsung ke Desa ditentukan 10% (sepuluh perseratus) dari dan di luar dana Transfer Daerah (on top) secara bertahap. Dalam akuntabilitas kepemimpinan dalam pengelolaan ADD di Kampung Menggala Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang ada beberapa hal yang dinilai adalah penghindaran penyalahgunaan pengelolaan ADD dan kepatuhan terhadap peraturan yang mengatur pengelolaan ADD. Pada pengelolaan ADD di Kampung Menggala Kecamatan Menggala Timur setiap kegiatan yang dilakukan disesuaikan dengan jadwal dan standar operasional yang ditetapkan dan hasil evaluasi pelaksanaan pengelolaan ADD di Kampung Menggala Kecamatan Menggala Timur diketahui bahwa didapatkan telah sesuai. Namun ditemukan ada sedikit penyalahgunaan pengelolaan ADD, terutama dalam hal pelaporan hasil pelaksanaan program ADD, dimana data laporan yang ada kurang sesuai dengan hasil pelaksanaannya.

  Pada pelaksanaan pengelolaan ADD perlu dilihat bahwa akuntabilitas kepemimpinan sangat diperlukan dalam pengelolaan ADD yang benar dan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Kesesuian tersebut dilihat dari penghindaran penyalahgunaan pengelolaan ADD dan kepatuhan terhadap peraturan yang mengatur pengelolaan ADD. Kepatuhan terhadap peraturan yang ada terlihat dari proses dan hasil evaluasi pelaksanaan pengelolaan ADD di Kampung Menggala Kecamatan Menggala Timur.

  Kaitannya dengan komitmen pemerintah untuk menumbuhkan tingkat partisipasi masyarakat, pelaksanaan kebijakan yang ditetapkan oleh tingkat kabupaten untuk memberikan pembelajaran kepada masyarakat desa sehingga lebih berdaya dalam mengelola pembangunan di desa masing-masing sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya. Program ADD ini benar-benar mendukung pemberdayaan masyarakat desa, sedangkan di tingkat kecamatan hanya melakukan fasilitasi seperlunya mengarahkan agar tidak menyimpang dari Peraturan Bupati tentang Petunjuk Pelaksanaan. Untuk menumbuhkan tingkat partisipasi masyarakat desa, khususnya dalam implementasi program ADD harus dilaksanakan secara bahu membahu semua stakeholders dan komprehensif di desa. Pelaksanaan tersebut dalam rangka penerapan prinsip partisipatif pembangunan masyarakat desa yang didukung oleh prinsip-prinsip transparan, akuntabel dan responsif. Berdasarkan uraian wawancara di atas, dengan demikian akuntabilitas kepemimpinan dalam pengelolaan ADD di Kampung Menggala Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang didukung pula penerapan prinsip transparan, akuntabel dan responsif. Oleh karena itu untuk mengetahui secara lebih jelas, implementasi prinsip-prinsip tersebut perlu diketahui mulai dari perencanaan, mekanisme penentuan arah penggunaan dana, pelaksanaan dan sistem pertanggungjawaban dan pengawasan ADD secara lengkap.

b. Pelaksanaan

c. Penatausahaan

  Hasil yang dicapai di Kampung Menggala Kecamatan Menggala Timur sudah cukup baik sehingga secara fisik dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan secara administrasi perlu adanya perbaikan dan pembenahan untuk kesempurnaan penerapan prinsip akuntabilitas. Dengan dilakukanya prinsip akuntabilitas secara bertahap akhirnya akan mendukung kepercayaan masyarakat terhadap pelaksanaan pembangunan desa yang pada akhirnya akan tercapai tingkat partisipasi masyarakat desa yang secara komulatif akan mendukung keberhasilan pembangunan daerah. Pelaksanaan prinsip akuntabilitas tersebut juga didukung dengan laporan pertanggungjawaban ADD yang diambil dari pertanggungjawaban APBDes.

  Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas dapat dirangkum bahwa sistem akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana kampung di Kampung Menggala Kabupaten Tulang Bawang sudah berdasarkan pada prinsip tanggunggugat maupun prinsip tanggungjawab, walaupun belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan yang ada. Dengan demikian perlu dilakukan penyempurnaan secara berkelanjutan dengan tetap menyesuaikan situasi dan kondisi serta perkembangan peraturan perundang- undangan yang belaku. Sedangkan yang berkaitan dengan pengelola Alokasi Dana kampung yang melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan belum sesuai dengan ketentuan Pasal 72 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 disebabkan beberapa hal, antara lain kurang efektifnya sistem pembinaan dari pemerintah kecamatan dan pemerintah kabupaten terhadap pengelola ADD di tingkat desa dan rendahnya kompetensi maupun tingkat penddidikan aparat pemerintah desa yang merupakan ujung tombak pelaksanaan ADD.

  d. Pelaporan

  Penggunaan Alokasi Dana kampung (ADD) di Kampung Menggala Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang secara umum digunakan untuk biaya publik dan pemberdayaan masyarakat serta biaya operasional pemerintahan desa dan BPD.

  Perubahan status desa menjadi kelurahan, maka kekayaannya menjadi kekayaan daerah dan dikelola oleh kelurahan yang bersangkutan. Tugas pembantuan dari Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah, kabupaten/kota kepada desa disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumberdaya manusia. Untuk hal ini perlu tingkat desa, mengingat bahwa tugas pembantuan tersebut sesungguhnya dapat ditolak oleh pemerintah desa sepanjang tidak disertai pembiayaan, sarana dan prasarana, ataupun sumberdaya manusia.

  e. Pertanggungjawaban

  Pengelolaan keuangan dan ekonomi desa yang senantiasa berorientasi pada pemerataan pembangunan dalam memenuhi prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan akuntabilitas tidaklah mudah. Sekalipun demikian, dengan tersusunnya formula ADD, misalnya, maka pembangunan di setiap desa ke depan diharapkan berimplikasi penting terhadap beberapa hal, yaitu: terwujudnya hubungan pemerintahan yang lebih harmonis antara Pemerintah Kebijakan publik adalah suatu keputusan yang dimaksudkan untuk tujuan mengatasi permasalahan yang muncul dalam suatu kegiatan tertentu yang dilakukan oleh instansi pemerintah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan. Studi kebijakan publik mempelajari keputusan-keputusan pemerintah dalam mengatasi suatu masalah yang menjadi perhatian publik. Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah sebagian disebabkan oleh kegagalan birokrasi dalam memberikan pelayanan dan menyelesaikan persoalan publik. Kegagalan tersebut adalah information failures, complex

  side effects, motivation failures, rentseeking, second best theory, implementation failures .

  tersebut juga membimbing masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam memberikan masukan dan koreksi pelaksanaan ADD. Dalam hal ini pemerintah desa juga harus merespon tersebut sehingga tercipta kesempurnaan pelaksanaan ADD. Implementasi pelaksanaan ADD ini sesuai dengan Prinsip partisipatisi (Tjokroamidjojo, 2000: 78) adalah keterlibatan setiap warga Negara dalam pengambilan keputusan baik secara langsung maupun melalui institusi yang mewakili kepentingannya. Pemberian informasi secara terbuka terhadap kritik yang dilihat sebagai partisipasi untuk melakukan perbaikan pembangunan. Oleh karena itu perlu dikembangkan manajemen interaksi antar semua stakeholders pembangunan dengan tetap berpegang pada prinsip partisipatif, responsif, 4 Leo Agustino, Dasar-dasar Kebijakan

  Publik , Alfabeta, Bandung, 2008, hlm. 7

  transparan, dan akuntabel mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pertanggungjawaban sehingga hasil dari tingkat partisipasi tersebut cukup membanggakan. Namun demikian penerapan prinsip-prinsip tersebut harus dilakukan evaluasi dari waktu ke waktu guna mencapai kesempurnaan implementasi program Alokasi Dana kampung secara umum di Kabupaten Tulang Bawang.

  Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas dapat dapat analisis bahwa implementasi Pasal 72 Undang-Undang Nomor

  6 Tahun 2014 tentang Pengalokasian dana desa yang bersumber dari APBD di Desa Toto Katon Kabupaten Tulang Bawang belum dilaksanakan secara maksinal.

4 Evaluasi pelaksanaan program ADD

  Sistem akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana kampung di wilayah Kampung Menggala Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang sudah berdasarkan pada prinsip tanggunggugat maupun prinsip tanggungjawab, walaupun belum yang ada. Dengan demikian perlu dilakukan penyempurnaan secara berkelanjutan dengan tetap menyesuaikan situasi dan kondisi serta perkembangan peraturan perundang- undangan yang belaku. edangkan yang berkaitan dengan pengelola Alokasi Dana Deas yang melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan belum sesuai dengan ketentuan disebabkan beberapa hal, antara lain kurang efektifnya sistem pembinaan dari pemerintah kecamatan dan pemerintah kabupaten terhadap pengelola ADD di tingkat desa dan rendahnya kompetensi maupun tingkat penddidikan aparat pemerintah desa yang merupakan ujung tombak pelaksanaan ADD.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengelolaan Dana Kampung di Kampung Menggala Kecamatan Menggala Timur yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tulang Bawang

  Faktor penghambat pengelolaan dana kampung di Kampung Menggala Kecamatan Menggala Timur yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah tidak ada anggaran untuk membiayai penyusunan desain dan RAB. Selain itu, insentif untuk Tim Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD) juga tidak ada, termasuk TPK Desa. Padahal mereka adalah para pelaksana teknis. Sukses tidaknya pengelolaan keuangan desa terletak pada kontribusi mereka. Pengabaian atas jasa mereka bisa saja jadi masalah bagi pemerintah desa itu sendiri. Kurangnya kapasitas dan personalia dalam mengelola keuangan desa tidak hanya mengandalkan kuasa butuh keterlibatan berbagai

  stakeholders yang ada di desa. Apalagi

  saat ini desa telah mengelola dana dalam jumlah besar. Untuk itu, desa perlu memiliki orang yang mahir agar membantu menyusun RPJMDes, RKPDes, Design & RAB serta APBDes.

  Sedangkan faktor pendukungan faktor pendukung dalam pengelolaan ADD salah satunya adalah partisipasi masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang telah dilakukan pada Kampung Menggala, bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan dalam pelaksanaan dalam ADD cukup tinggi. Hasil penelitian menunjukkan tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan ADD yakni dalam musyawarah desa dapat dilihat dari tingkat kehadiran dan jumlah usulan oleh masyarakat cukup tinggi. Tingginya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan ADD pada Kampung Menggala sesuai dengan teori pemberdayaanyang menjelaskan bahwa pemberdayaan dapat berupa ide dan gagasan yakni kemampuan mengekspresikan dan menyumbangkan gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas dan tanpa tekanan. Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang telah dilakukan, budaya gotong-royong masyarakat merupakan salah satu faktor pendorong dalam pengelolaan ADD di Kampung Menggala. Budaya gotong-royong masyarakat yang tinggi dapat mendukung pengelolaan ADD khususnya pada tahap pelaksanaan kegiatan

  I. Kesimpulan

  Berdasarkan uraian pembahasan dan hasil penelitian di atas, penulis

  1. Pengelolaan dana kampung yang bersumber dari APBD di Kampung Menggala Kecamatan Menggala Timur yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tulang Bawang yang meliputi proses perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban.

  2. Faktor penghambat dalam pengelolaan dana kampung di Kampung Menggala Kecamatan Menggala Timur yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah adanya kekhawatiran terjadi penyelewengan Dana. Pemerintah Daerah sendiri harus memberikan pembinaan yang kontinue sehingga (ADD). Peneliti merekomendasikan Aparatur di Desa benar-benar dapat untuk dibentuk badan pengawas menggunakan dana tersebut secara independen pengawasan Alokasi akuntabel. Selain itu masalah yang Dana Desa (ADD), sehingga dalam muncul adalah keterbatasan pelaksanaanya akan lebih baik dan regulasi, Tidak ada anggaran untuk dapat menghindari penyalahgunaan membiayai penyusunan desain dan pengelolaan ADD oleh pihak RAB serta Kurangnya kapasitas pelaksana pengelola ADD tersebut. dan personalia dalam mengelola keuangan desa.

  DAFTAR PUSTAKA J. Saran

  1. agar aparatur Amrah Muslimin, Aspek-aspek Hukum Diharapkan

  Pemerintah Desa khususnya Kepala Otonomi Daerah , Alumni, Kampung Menggala Kecamatan Bandung. 1986. Menggala Timur yang bersumber Leo Agustino, Dasar-dasar Kebijakan dari Anggaran Pendapatan dan Publik , Alfabeta, Bandung, 2008, Belanja Daerah Kabupaten Tulang Maryunani dkk, Penguatan Bawang memperbaiki proses Keuangan dan Perekonomian , penyampaian laporan SPOD FE UNIBRAW-PGRI- pertanggungjawaban tentang UNDP-EU, Malang. 2006. pengelolaan Alokasi Dana Desa Mochtar Kusumaatmadja, Teori

  • - (ADD) dan nilai-nilai akuntabilitas Hukum Pembangunan

  kepada masyarakat desa, sehingga Eksistensi dan Implikasi , masyarakat dapat melihat Epistema Institute, Jakarta, 2012. pengelolaan ADD akan lebih baik Rozali Abdullah, Pelaksanaan dan transparan.

  Otonomi Luas dengan Pemilihan

  Diharapkan kepala desa untuk memberikan informasi atas segala Langsung , PT. RajaGrafindo bentuk dokumen Alokasi Dana Persada, Jakarta, 2005. Desa (ADD) kepada masyarakat, Wasistiono, Perkembangan Organisasi sehingga akan meminimalkan

  .

  Kecamatan dari Masa ke Masa

  terjadinya kecurangan dalam Penerbit: Fokusmedia, Bandung, pengelolaan Alokasi Dana Desa 2008.