PELAKSANAAN KEBIJAKAN PEMBUATAN KARTU IDENTITAS ANAK DI KOTA BANDAR LAMPUNG

  PELAKSANAAN KEBIJAKAN PEMBUATAN KARTU IDENTITAS ANAK DI KOTA BANDAR LAMPUNG JURNAL ILMIAH Oleh CHANDY AFRIZAL Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM Pada Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

  ABSTRAK

PELAKSANAAN KEBIJAKAN PEMBUATAN KARTU IDENTITAS

ANAK DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Chandy Afrizal, Nurmayani, S.H., M.H., Hj. Upik Hamidah, S.H., M.H.

  

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145

Email : chandy.afrizal@gmail.com

  Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) memberlakukan Kartu Identitas Anak (KIA) yang diharapkan menjadi kartu identitas bagi anak. KIA wajib dimiliki setiap anak. Hal ini tercantum dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2016. Sesuai dengan Pasal 2,penerbitan KIA bertujuan untuk me- ningkatkan pendataan, perlindungan, dan pemenuhan hak konstitusional warga negara. KIA memiliki dua jenis, yaitu kartu identitas untuk anak berusia 0-5 tahun dan 5-17 tahun. Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini ialah Bagaimanakah Pelaksanaan Kebijakan Kartu Identitas Anak dikota Bandar Lampung ? dan Apakah Faktor Pendorong dan Penghambat dalam Pelaksanaan Kabijakan Kartu Identitas Anak diKota Bandar Lampung ? Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif empiris. Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder.

  Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan penelitian studi kepustakaan dan penelitian lapangan berupa wawancara. Analisis data menggunakan analisis deskriftif kualitatif. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa tahun 2016 lalu pemerintah provinsi Lampung melakukan penerapan ketentuan tersebut dengan mengerahkan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil atau disdukcapil untuk melakukan sosialisasi mengenai pembuatan KIA kepada masyarakat Kota Bandar Lampung melalui camat dan lurah setempat. KIA dibagi menjadi dua macam kartu yaitu untuk anak umur 0-5 tahun dan anak umur 5-17 tahun. Pelayanan pembuatan kartu identitas anak ini dilayani oleh dinas kependudukan dan pencatatan sipil dengan sistem satu atap dan tidak dipungut biaya apapun. Faktor penghambat dalam pelaksanaan kartu identitas anak ini adalah masih banyak masyarakat yang menganggap KIA ini tidak penting, kurangnya sosialisasi dan akta masih dianggap cukup untuk identitas anak. Penulis menyarankan bahwa perlunya sosialisai ulang terhadap peran penting KIA ,memprioritaskan kepada sekolah, rumah sakit maupun fasilitas umum untuk menerapkan KIA. Mensosialisasikan saja tidak cukup jika tidak di monitoring, jadi monitoring juga harus dilakukan agar penerapannya dapat dilakukan dengan baik.

  

Kata Kunci: Kebijakan, Kartu Identitas Anak, Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil.

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Pemerintah melalui Kementerian Da-

  memberlakukan Kartu Identitas Anak (KIA) yang diharapkan menjadi kartu identitas bagi anak.

  Sejak program ini dimunculkan, ber- bagai pandangan dan tanggapan sudah mulai mengemuka dalam rangka mengkritisinya. Sebagian kalangan menganggap bahwa program ini sangat penting. Namun demikian, sebagian lagi memandang bahwa program ini tidak memiliki alasan yang kuat untuk diterapkan. Berbagai pandangan tersebut semes- tinya mampu dilihat pemerintah sebagai masukan dalam rangka mematangkan kebijakan yang satu ini. Namun apapun perdebatan yang muncul, tampaknya hal itu tidak berpengaruh besar terhadap niat dan rencana pemerintah untuk member- lakukan KIA terhadap anak. Mendasari pemerintah memunculkan program ini, namun pemerintah sudah mengesahkan pem- berlakuannya melalui sejumlah re- gulasi. Hal demikian tentu berpotensi menjadi polemik berkepanjangan di tengah-tengah masyarakat. Selain itu, sebagaimana diketahui bahwa sampai saat ini, sosialisasi akan program KIA ini juga sangat minim dan bahkan hampir tidak memiliki gema di tengah-tengah masyarakat. Kondisi demikian tentunya menjadi salah satu ancaman dan kendala akan efektivitas kebijakan pemerintah tersebut. Memang dalam berbagai penjelasan yang dikemukakan pemerintah, bahwa kartu yang berfungsi layaknya Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi anak di bawah 17 tahun ini bisa digunakan untuk berbagai hal, seperti membuka tabungan di bank, kartu sehat, kartu pintar, dan lainnya atas nama sendiri.

  KIA ternyata wajib dimiliki anak. Hal ini tercantum dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2016. Namun, kartu ini hanya diterbitkan oleh Dinas Kependudu- kan dan Pencatatan Sipil Kabupaten/Kota. Sesuai dengan Pasal 2 dalam peraturan itu, penerbitan KIA bertujuan untuk me- ningkatkan pendataan, perlindungan, dan pemenuhan hak konstitusional warga negara. KIA memiliki dua jenis, yaitu kartu identitas untuk anak berusia 0-5 tahun dan 5-17 tahun. Syarat penerbitan, bagi anak yang baru lahir, KIA akan diterbitkan bersamaan dengan akte kelahiran. Namun, bagi anak yang belum berusia 5 tahun dan belum memiliki KIA, persyaratannya meliputi salinan kutipan akte kelahiran dan menunjukan kutipan akte kelahiran asli. Selain itu, perlu kartu keluarga orang tua atau wali dan KTP asli kedua orang tua atau wali.

  Bagi anak berusia 5-17 tahun kurang satu, tapi belum memiliki KIA, persyaratannya adalah salinan kutipan akta kelahiran dan menunjukkan kutipan akte kelahiran asli. Selain itu, perlu KK asli orang tua atau wali dan KTP asli kedua orang tua atau wali. Ada persyaratan tambahan berupa pas foto anak berwarna ukuran 2 x 3 sebanyak dua lembar. Peraturan tersebut berlaku mulai 19 Januari 2016. Pembuatan KIA ini gratis. Namun, pemerintah telah mengalokasikan dana di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2016 sebesar menyediakan anggaran 8,79 miliar rupiah. Dana ini merupakan tahap awal bagi pem- buatan KIA di di 50 kabupaten/kota. Sepintas KIA tidak terlalu mendesak pemerintahan. Lagi pula, ada KIA atau tidak pun tidak akan mengubah nasib bangsa. Malah, KIA menimbulkan kecurigaan sebab terkesan dipaksakan. Itulah sebab, ada yang menilai KIA merupakan proyek akal-akalan untuk membuang-buang APBN supaya lebih mudah untuk dikorupsi seperti proyek e-KTP sebelumnya. KIA bahkan dianggap sebagai bagian dari rencana proyek-proyek baru yang ha- nya menghambur-hamburkan uang negara. KIA memang penting mengingat hingga kini tidak ada kartu identitas bagi anak. Namun begitu, lebih penting pemerintah menuntaskan permasalahan e-KTP yang masih mendera. Sebab im- plementasi e-KTP saat ini belumlah sesuai yang diharapkan agar data ganda tidak lagi ditemukan. Artinya, KIA penting tapi tidak sepenting e- KTP. Lagi pula, anak sudah teridentifikasi di akta kelahiran.

  Lalu juga terdaftar di kartu keluarga dan tentunya ada kartu pelajar. , sebab pemerintah sudah begitu serius menggarap KIA. Ya, kita hanya bisa menuruti apa maunya pemerintah. Kita pun hanya bisa berharap KIA sesuai dengan tujuannya, yakni seba- gai identifikasi anak. Melalui KIA seharusnya pemerintah segera mewujudkan single identity number atau nomor identitas pribadi yang terintegrasi dengan gabungan data dari berbagai macam institusi pemerintah dan swasta.

  Melalui KIA pula segera terwujud data penduduk Indonesia yang akurat dan terintergrasi sehingga tidak me- munculkan kepentingan daerah maupun kepentingan orang tidak ingin adanya pihak-pihak yang memanfaatkannya untuk kepentingan sendiri. Sesungguhnya, pemberlakuan KIA ini akan sangat rentan dengan berbagai program. Kita tahu selama ini bahwa birokrasi kita belum sepenuhnya mampu be- rubah dan meninggalkan kebiasaan buruknya. Birokrasi kita lebih cenderung mempersulit daripada mempermudah.

  Oleh sebab itu,. Seharusnya, jika program KIA pemerintah merupakan program matang, maka yang harus dibenahi terlebih dahulu adalah masalah birokrasi yang sarat dengan praktik korupsi. Kalau pemerintah tidak melakukan pembenahan mengenai perilaku birokrasi, khsususnya yang berhubungan dengan pelayanan publik, maka program KIA hanya akan menimbul- kan program baru di tengah-tengah masyarakat. kondisi KIA dikota Bandar lampung saat ini terkait pelaksanaanya adalah dimana Kota Bandarlampung siap menerbitkan Kartu Identitas Anak bagi sekitar 300 ribu anak di bawah umur, kata Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Disdukcapil

  1.2. Rumusan Masalah a.

  Bagaimanakah Pelaksanaan

  Kebijakan Kartu Identitas Anak dikota Bandar Lampung ? b.

  Apakah Faktor Pendorong dan Penghambat dalam Pelaksanaan Kabijakan Kartu Identitas Anak diKota Bandar Lampung ?

BAB II METODE PENELITIAN

  Pada penelitian ini peneliti dengan cara normatif empiris. Suatu penelitian hukum normatif adalah pendekatan yang dilakukan berdasarkan bahan hukum utama, menelaah hal-hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas hukum, konsepsi hukum, pandangan dan doktrin-doktrin hukum, peraturan dan sistem hukum.

  dengan meneliti secara langsung ke lokasi penelitian pada diskupcapil Kota Bandar Lampung serta untuk melihat secara langsung penerapan peraturan perundang-undangan atau antara hukum yang berkaitan dengan penegakan hukum, serta melakukan wawancara dengan beberapa responden yang dianggap dapat memberikan informasi mengenai pelaksanaan penegakan hukum tersebut.

  2.2 Sumber Data

  Sumber data penelitian ini berasal dari data lapangan dan data kepustakaan.Sedangkan jenis data terdiri atas data primer dan data sekunder.

  2.3 Prosedur Pengumpulan Data

  Untuk membantu dalam proses penelitian, maka peneliti menggunakan dua macam teknik pengumpulan data, yaitu : studi pustaka dan wawancara untuk mendapatkan data yang sesuai dengan peneltian. 1 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan

  Penelitian Hukum. Bandung:Citra Aditya

  2.4 Analisis Data

  Untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang ada maka data tersebut perlu dianalisis. Metode yang digunakan adalah analisis mengangkat fakta keadaan, variable, dan fenomena-fenomena yang terjadi selama penelitian dan menyajikan apa adanya. Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian yang bersifat sosial adalah analisis secara deskriptif kualitatif, yaitu proses pengorganisasian dan mengurutkan ke dalam pola, kategori, dan satu uraian dasar sehingga dapat dirumuskan sesuai dengan tujuan penelitian. Dengan kata lain analisis deskriptif kualitatif, yaitu tata cara penelitian yang menghasilkan data dalam bentuk uraian kalimat.

2.1 Pendekatan Masalah

1 Penelitian hukum empiris dilakukan

BAB III PEMBAHASAN

  3.1 Pelaksanaan Kebijakan Kartu Identitas Anak di Kota Bandar Lampung

  Kemendagri membuat kebijakan baru pada tahun 2016 melalui Permendagri No 2 Tahun 2016 yang memuat ketentuan bahwa semua anak berusia di bawah 17 tahun diwajibkan memiliki Kartu Identitas Anak atau yang disebut dengan KIA. Kebijakan kartu identitas anak ini dikatakan sebagai salah satu bentuk perlindungan dan pengawasan terhadap anak.

  Administrasi kependudukan di indonesia sudah diatur di dalam undang-undang No 24 Tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan, yakni rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan mealui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi serta pendayagunaan hsilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan pemerintah provinsi Lampung melakukan penerapan ketentuan tersebut dengan mengerahkan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil atau disdukcapil untuk melakukan sosialisasi mengenai pembuatan KIA kepada masyarakat Kota Bandar Lampung melalui camat dan lurah setempat.

  Kartu Identitas Anak ini ditujukan untuk anak dibawah usia 17 tahun yakni mulai dari umur 0-17 tahun. KIA dibagi menjadi dua macam kartu yaitu untuk anak umur 0-5 tahun dan anak umur 5-17 tahun. Kedua kartu ini memiliki perbedaan terdapat foto untuk anak umur 5-17 tahun dan tidak menggunakan foto pada anak umur 0-5 tahun. Pelayanan pembuatan kartu identitas anak ini dilayani oleh dinas kependudukan danpencatatan sipil dengan sistem satu atap dan data terakhir yyang diperoleh sudah sekitar 25 ribu warga kota bandar lampung yang memiliki KIA.

  Proses pembuatan Kartu Identitas Anak sudah dimulai seiring dengan dikeluarkannya peraturan Menteri Dalam Negeri yang mewajibkan semua anak memiliki identitas diri dalam bentuk kartu identitas anak atau yang selanjutnya disingkat dngan KIA. Mulai Tahun 2016 seluruh anak wajib memiliki KTP dalam bentuk Kartu Identitas Anak.

  Segala ketentuan dan kebijakan mengenai KIA ini mengacu pada peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2016. identitas resmi anak sebagai bukti diri anak yang berusia 0-17 tahun dan belum menikah yang nantinya diterbitkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten/Kota. Pemerintah menerbitkan KIA bertujuan untuk meningkatkan pendataan, perlindungan dan pelayanan publik. KIA merupakan upaya pemerintah dalam memberikan perlindungan dan pemenuhan hak konstitusional warga negara Indonesia. Bagi anak warga negara Indonesia (WNI) yang baru lahir, KTP Anak akan diterbitkan bersamaan dengan penerbitan akte kelahiran. Untuk anak WNI yang belum berusia 5 tahun tetapi belum memiliki KIA, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1)

  Fotocopy kutipan akta kelahiran dan menunjukan kutipan akta kelahiran aslinya

  2) Kartu Keluarga (KK) asliorang tua/wali; dan

  3) KTP asli kedua orangtuanya/wali.

3.2 Pelaksanaan Kebijakan Pembuatan Kartu Identitas Anak di Kota Bandar Lampung

  Sementara, bagi anak WNI yang telah berusia 5 tahun tetapi belum memiliki KIA harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1)

  Fotocopy kutipan akta kelahiran dan menunjukan kutipan akta kelahiran aslinya

  2) KK asli orangtua/wali

  3) KTP asli kedua orangtuanya/wali

  4) Pas foto Anak berwarna ukuran 2 x 3 sebanyak 2 (dua) lembar. Untuk anak warga negara asing yang tinggal di Indonesia, untuk mendapatkan KIA harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1)

  Fotocopy paspor dan izin tinggal KK Asli orang tua/wali

  3) KTP elektronik asli kedua orangtuanya.

  Pada Pasal 13 Permendagri Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Kartu Identitas Anak, tertulis tata cara pembuatan KTP anak, Berikut ini langkah- langkahnya:

  1. Pemohon atau orangtua anak menyerahkan persyaratan penerbitan KIA dengan menyerahkan persyaratan ke Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil).

  2. Kepala Dinas menandatangani dan menerbitkan KIA.

  3. KIA dapat diberikan kepada pemohon atau orangtuanya di kantor Dinas atau kecamatan atau desa/kelurahan.

  4. Dinas dapat menerbitkan KIA dalam pelayanan keliling dengan cara jemput bola di sekolah- sekolah, rumah sakit, taman bacaan, tempat hiburan anak- anak dan tempat layanan lainnya, agar cakupan kepemilikan KIA dapat maksimal.

  Untuk anak warga asing, diperbolehkan membuat KTP anak dalam bentuk KIA berikut ini cara pembuatannya:

  1. Terhadap anak yang telah memiliki paspor, orangtua anak melaporkan ke Dinas dengan menyerahkan persyaratan untuk menerbitkan KIA.

  2. Kepala Dinas menandatangani dan menerbitkan KIA.

  3. KIA dapat diberikan kepada pemohon atau orangtuanya di kantor Dinas

  Terbitnya Kartu Identitas Anak yang hak anak tidak serta merta mendapat jalan yang tenang dikarenakan lahirnya kebijakan ini masih kurang dilihat oleh masyarakat luas, dari sisi kepentingan masyarakat menganggap akta kelahiran sudah cukup untuk melengkapi data yang dimiliki untuk anak. Menurut bapak andy koenang dalam pembuatan kartu identitas anak ini tidak ada pemungutan biaya apapun atau dalam kata lain pembuatan kartu identitas ini adalah gratis.

  2 Kebijakan penerbitan Kartu Tanda

  Penduduk, Kartu Keluarga dan Akta Kelahiran, juga Kartu Identitas Anak secara gratis merupakan esensi dari peraturan nasional yang telah digagas oelh Pemerintah Nasional yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tantang Administrasi Kependudukan (Adminduk) dan Permendagri Nomor 2 Tahun 2016 tentang Kartu Identitas Anak.

  Sehingga satu demi satu sejumlah daerah mulai mengimplementasi- kannya kedalam sebuah kebijakan termasuk di dalamnya Kota Bandar Lampung. Kebijakan penerbitan Kartu Tanda Penduduk, Kartu Keluarga, Akta Kelahiran, dan Kartu Identitas Anak secara gratis juga didasari oleh payung hukum didalam pengimplementasiaanya. Hal ini dimaksudkan guna menghindari 2 Wawancara dengan Andy Koenang sebagai

  Kepala Bidang Pendataan Penduduk pelanggaran-pelanggaran didalam pelaksanaannya. Bagi aparatur pemerintah yang masih mengenakan biaya kepada masyarakat didalam penerbitan KTP/KK/Akta tersebut dikatakan adalah pungutan liar. Sesuai dengan peraturan yang berlaku, aparatur pemerintah yang melakukan pengutan liar/pungli akan diancam dengan pidana 2 tahun penjara atau denda seberat-beratnya Rp. 25 juta.

  Dalam penerbitan KIA ini sekaligus di terbitkan akta kelahiran anak dan juga kartu keluarga (KK) orang tua. Karena penerbitan KIA dilakukan setelah penerbitan NIK (Nomor Induk Kependudukan) sebagai dasar penerbitan akta kelahiran dan kartu keluarga (KK). Proses pembuatan kartu tersebut sudah bisa dimulai seiring dengan keluarnya peraturan menteri dalam negeri yang sudah diwajibkan semua anak memiliki identitas diri.

  Hasil wawancara dari bapak Andy Koenang S.H., bahwa Kartu Identitas Anak ini adalah kebijakan baru yang membantu kinerja pemerintah yang menambah lagi perlindungan hak asasi terhadap anak semakin diperketat. Kebijakan mengenai Kartu Identitas Anak tidak bertentangan dengan peraturan diatasnya yaitu undang-undangan Nomor 24 tahun 2013 tentang perubahan undang-undang nomor 23 tahun 2006 tentang administrasi kependudukan, kebijakan ini membantu pemeritah mendata kembali data anak. Pencetakan 1/3 dari jumlah seluruh kecamatan di Kota Bandar Lampung merupakan data yang cukup memuaskan dilihat dari kebijakan ini terbilang baru dan masih belum terealisasikan.

  3 Kartu Identitas yang baru ini bisa sepertia mencetak juga sangat baik.

  penduduk yang selama ini masih belum juga menemukan kata selesai didalam pelaksanaannya. Efisiensinnya sangat berguna bagi pemerintah untuk mendata dan mempermudah bagi masyarakat terutama anak-anak yang ingin mendaftar sekolah maupun saat sakit dan ingin mendaftar di dalam rumah sakit. Efektivitasnya bila dilaksanakan sangat dirasakan, namun dalam kenyataanya penerapan Kartu Identitas Anak ini sangat sedikit dikarenakan warga masyarakat yang masih memandang remeh atau tidak menganggap penting Kartu Identitas Anak ini dan juga belum adanya realisasi dari fasilitas umum seperti sekolah-sekolah, rumah sakit, maupun tempat bermain bagi anak- anak yang menerapkan saat pendaftaran memakai Kartu Identitas Anak tersebut. Pada akhir tahun 2016 terjadinya kekurangan blangko terhadap kartu tanda penduduk dikarenakan pejabat yang berkorupsi tidak membuat atau tidak terpengaruh terhadap Kartu Identitas Anak, yang memang sudah di bagi bagian blangko untuk KTP-el maupun KIA ini. Pejabat yang menangani dalam Kartu Identitas Anak ini masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.

  3 Wawancara dengan Andy Koenang sebagai Kepala Bidang Pendataan Penduduk

3.3 Faktor Penghambat Penerapan Permendagri Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Kartu Identitas Anak

  Dalam setiap kegiatan tentu memiliki faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaannya. Seperti pada penerapan kartu identitas anak yang diberlakukan sejak tahun 2016 lalu di kota Bandar Lampung. Setelah penulis melakukan wawancara dengan narasumber terkait yakni bapak andy koenang, beliau menegaskan bahwa faktor penghambat dalam pelaksanaan kartu identitas anak ini adalah sebagai berikut : 1)

  4) Untuk mendaftar BPJS

  3) Peningkatan pelayanan publik dari adanya Kartu Identitas Anak

  2) Seiring perkembangan zaman perlindungan hak asasi terhadap anak-anak semakin dibutuhkan

  Modernisasi perkembangan zaman yang semakin tinggi membutuhkan pemerintah untuk terus cepat dalam mendata anak- anak yang ada.

  Faktor pendukung patut diadakannya Kartu Identitas Anak menurut bapak Andy Koenang yaitu: 1)

  7) Mencegah terjadinya perdangan anak

  6) Pembuatan dokumen kemigrasian

  5) Proses identifikasi jenazah dengan korban anak-anak dan juga untuk mengurus klain santunan kematian

  Untuk keperluan lain yang membutuhkan bukti diri si anak contohnya untuk data identitas membuka tabungan atau menabung di bank

  Masih banyak masyarakat yang menganggap KIA ini tidaklah penting

  Untuk persyaratan mendaftar sekolah 3)

  Sebagai bentuk pemenuhann hak anak 2)

  kurangnya sosialisasi dari pemerintah yang menjadikan masyarakat lebih memilih tidak membuat KIA jika sudah mempunyai akta kelahiran bagi anak, bahkan hukum pun mejadi kebijakan ini masih sangat membingungkan saat kebijkan diwajibkan namun tidak adanya sanksi yang tertera didalamnya. Adapun manfaat yang bisa kita lihat juga seperti dalam peraturan menteri dalam negeri tantang Kartu Identitas Anak: 1)

  Kepala Bidang Pendataan Penduduk

  ke berbagai Rumah Sakit dan Taman kanak-kanak (TK) untuk menanyakan persyaratan untuk anak- anak yang hendak dirawat dan hendak mendaftar sekolah, setelah ditanyakan masih belum adanya pihak Rumah Sakit atau sekolah yang menyertakan KIA sebagai salah satu syaratnya hingga KIA ini dianggap tidak terlalu penting dimasyarakat. Kurang minatnya masyarakat terhadap KIA dikarenakan 4 Wawancara dengan Andy Koenang sebagai

  4) Tidak adanya sanksi tegas yang tertulis bagi para orang tua yang tidak membuatkan anaknya KIA didalam peraturan.

  3) Adanya akta masih dianggap sudah cukup untuk identitas anak

  2) Masih kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat terkait KIA

4 Penulis juga melakukan kunjungan

  ini dapat ditingkatkan terhadap anak-anak

  wajib memiliki identitas tanpa anak maupun orang tua seperti di pasal 63 undang-undang nomo 24 tahun 2006. Adanya Kartu Identitas Anak sama halnya akan kartu tanda penduduk, namun tidak bisa di samakan atau sama dinamai juga kartu tanda penduduk anak, karena kartu tanda penduduk sudah diatur dalam perpres. Nomor 25 tentang kartu tanda penduduk, menyebutkan yang dapat dikatakan KTP adalah ia berusia 17 tahun kurang sehari. Bapak Andy Koenang sebagai salah satu Kabid Dinas kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Bandar Lampung menegaskan bahwa pembuat KIA yang sudah 1/3% dari jumlah penduduk kota Bandar Lampung merupakan data yang sudah cukup tinggi melihat seberapa barunya kebijakan ini dicanangkan oleh pemerintah. Melihat antusias masyarakat kemungkinan untuk melanjutkan oprasional KIA ini akan lebih baik mempermudah pemerintah, khususnya kota Bandar Lampung. Dalam penerapannya nanti, KIA dibedakan menjadi dua, yaitu untuk umur anak antara 0-5 tahun dan untuk umur 5-17 tahun. Perbedaannya adalah untuk KIA 0-5 tahun tanpa menggunakan foto, sedangkan KIA 5-17 tahun kurang satu hari menggunakan foto. Sejak program ini dimunculkan, berbagai pandangan dan tanggapan sudah 5 Wawancara dengan Andy Koenang sebagai

  Kepala Bidang Pendataan Penduduk

  mulai mengemuka dalam rangka mengkritisinya. Sebagian kalangan menganggap bahwa program ini sangat penting. Namun demikian, sebagian lagi memandang bahwa yang kuat untuk diterapkan.

5 Dasar bahwa setiap warga negara itu

  Berbagai pandangan tersebut semes- tinya mampu dilihat pemerintah sebagai masukan dalam rangka mematangkan kebijakan yang satu ini. Namun apapun perdebatan yang muncul, tampaknya hal itu tidak berpengaruh besar terhadap niat dan rencana pemerintah untuk member- lakukan KIA terhadap anak. Kendati belum banyak kalangan yang mengetahui secara persis apa sesung- guhnya yang mendasari pemerintah memunculkan program ini, namun pemerintah sudah keburu mengesahkan pemberlakuannya melalui sejumlah regulasi. Hal demikian tentu berpotensi menjadi polemik berkepanjangan di tengah- tengah masyarakat. Selain itu, sebagaimana kita ketahui bahwa sampai saat ini, sosialisasi akan program KIA ini juga sangat minim dan bahkan hampir tidak memiliki gema di tengah-tengah masyarakat. Kondisi demikian tentunya menjadi salah satu ancaman dan kendala akan efektivitas kebijakan pemerintah tersebut. Memang dalam berbagai penjelasan yang dikemukakan pemerintah, bahwa kartu yang berfungsi layaknya Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi anak di bawah 17 tahun ini bisa digunakan untuk berbagai hal, seperti membuka tabungan di bank, kartu sehat, kartu pintar, dan lainnya atas nama sendiri. KIA ternyata wajib dimiliki anak. Hal ini tercantum da- lam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2016. Namun, kartu ini hanya diterbitkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten/Kota.

  Sesuai dengan Pasal 2 dalam peraturan itu, penerbitan KIA bertujuan untuk meningkatkan pendataan, perlindungan, dan pemenuhan hak konstitusional warga negara. KIA memiliki dua jenis, yaitu kartu identitas untuk anak berusia 0-5 tahun dan 5-17 tahun. Syarat penerbitan, bagi anak yang baru lahir, KIA akan diterbitkan bersamaan dengan akte kelahiran. Namun, bagi anak yang belum berusia 5 tahun dan belum memiliki KIA, persyaratannya meliputi salinan kutipan akte kelahiran dan menunjukan kutipan akte kelahiran asli. Selain itu, perlu kartu keluarga orang tua atau wali dan KTP asli kedua orang tua atau wali.

  Bagi anak berusia 5-17 tahun kurang satu, tapi belum memiliki KIA, persyaratannya adalah salinan kutipan akta kelahiran dan menunjukkan kutipan akte kelahiran asli. Selain itu, perlu KK asli orang tua atau wali dan KTP asli kedua orang tua atau wali. Ada persyaratan tambahan berupa pas foto anak berwarna ukuran 2 x 3 sebanyak dua lembar. Peraturan tersebut berlaku mulai 19 Januari 2016. Pembuatan KIA ini gratis. Namun, pemerintah telah meng- alokasikan dana di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2016 sebesar menyediakan anggaran 8,79 miliar rupiah. Dana ini merupakan tahap awal bagi pembuatan KIA di di 50 kabupaten/kota. Sepintas KIA tidak terlalu mendesak karena tidak mengganggu jalannya pemerintahan. Lagi pula, ada KIA atau tidak pun tidak akan mengubah nasib bangsa. Malah, KIA menimbulkan kecu- rigaan sebab terkesan dipaksa- KIA merupakan proyek akal-akalan untuk membuang-buang APBN supaya lebih mudah untuk dikorupsi seperti proyek e-KTP sebelu mnya. KIA bahkan dianggap sebagai bagian dari rencana proyek-proyek baru yang hanya menghambur-hamburkan uang negara. KIA memang penting mengingat hingga kini tidak ada kartu identitas bagi anak. Namun begitu, lebih penting pemerintah menuntaskan permasalahan e-KTP yang masih mendera. Sebab im- plementasi e-KTP saat ini belumlah sesuai yang diharapkan agar data ganda tidak lagi ditemukan. Artinya, KIA penting tapi tidak sepenting e- KTP. Lagi pula, anak sudah teridentifikasi di akta kelahiran.

  Lalu juga terdaftar di kartu keluarga dan tentunya ada kartu pelajar. Tapi, apa mau dikata lagi, sebab pemerintah sudah begitu serius menggarap KIA. Ya, kita hanya bisa menuruti apa maunya pemerintah. Kita pun hanya bisa berharap KIA sesuai dengan tujuannya, yakni seba- gai identifikasi anak. Melalui KIA seharusnya pemerintah segera mewujudkan single identity number atau nomor identitas pribadi yang terintegrasi dengan gabungan data dari berbagai macam institusi pemerintah dan swasta. Melalui KIA pula segera terwujud data penduduk Indonesia yang akurat dan terintergrasi sehingga tidak me- munculkan kepentingan daerah maupun kepentingan orang saja. Lebih dari itu, melalui KIA kita tidak ingin mendengar adanya pihak- pihak yang memanfaatkannya untuk kepentingan sendiri. Sesungguhnya, pemberlakuan KIA ini akan sangat Kita tahu selama ini bahwa birokrasi kita belum sepenuhnya mampu be- rubah dan meninggalkan kebiasaan buruknya. Birokrasi kita lebih cenderung mempersulit daripada mempermudah.

BAB III PENUTUP

  Oleh sebab itu, program KIA ini akan sangat berpotensi sebagai garapan baru bagi aparatur pemerintah guna melakukan berbagai bentuk pungutan liar. Akan banyak masyarakat yang menjadi korban ketika hendak berurusan dalam hal mendapatkan KIA. Dalam kondisi demikian, maka sudah dapat dipastikan bahwa rakyat lagi-lagi akan menjadi korban. Seharusnya, jika program KIA peme- rintah merupakan program matang, maka yang harus dibenahi terlebih dahulu adalah masalah birokrasi yang sarat dengan praktik korupsi. Kalau pemerintah tidak melakukan pembenahan mengenai perilaku birokrasi, khsususnya yang ber- hubungan dengan pelayanan publik, maka program KIA hanya akan menimbulkan program baru di tengah-tengah masyarakat. Kita sudah melihat bahwa kendati KTP misalnya sudah dinyatakan gratis, namun kenyataannya masih banyak aparat pemerintah yang melakukan kutipan liar terhadap masyarakat yang hendak mengurus KTP. Jika masyarakat tidak bersedia memberikan sejumlah dana, maka biasanya proses pengurusan KTP akan berlarut-larut. Padahal, masyarakat sangat membutuhkan KTP untuk berbagai urusan. Hal yang sama juga diprediksi akan terjadi dalam penerapan KIA. Ma- syarakat akan sangat berpotensi untuk mengeruk keuntungan dari program KIA ini.

  4.1. Kesimpulan

  Berdasarkan pembahasan diatas maka yang dapat di simpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.

  Pelaksanaan Kebijakan Kartu Identitas Anak dikota Bandar Lampung memiliki ketentuan dalam persyaratan dan tata cara pembuatannya sendiri yakni diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No

  2 Tahun 2016 ketentuan Bab III Pasal 3 sampai dengan Pasal 14 dengan pembagaian ketentuan setiap anak yang berumur dibawah 17 tahun wajib memiliki KIA baik Anak Warga Negara Indonesia dan Anak Warga Negara Asing. KIA dibagai menjadi 2 jenis kartu yakni untuk umur 0-5 tahun dan untuk umur 5-17 tahun adapun perbedaan keduanya ialah ntuk umur 0-5 tahun tidak menggunakan foto dan umur 5-17 tahun menggunakan foto. Untuk anak warga negara indonesia sendiri syaratnya hanya membawa fotocopy akta kelahiran anak tersebut, kartu keluarga dan KTP kedua orang tua untuk anak usia 5-17 tahun membawa foto ukuran 2x3. Sedangkan untuk anak warga negara asing persyaratannya sama dengan anak warga negara indonesia. Dalam pelaksanaan kebijakan pembuatan KIA di kota Bandar Lampung, Dinas olahraga, agar tidak menghambat Kependudukan dan Pencatatan proses pertumbuhan, Sipil sudah melayani dengan baik perkembangan dan kesejahteraan dan tidak dipungut biaya atau anak dengan kata lain gratis bagi wrga 2.

  Adapun faktor penghambat dari penerapan KIA ini adalah HR, Ridwan. 2014. Hukum kurangnya sosialisasi dari Administrasi Negara , Jakarta: pemerintah, kurangnya minat RajaGrafindo Persada. masyarakat terhadap KIA dikarenakan sudah mempunyai Ridwan, Juniarso dan Achmad Sodik akta dan tidak adanya sanksi tegas Sudrajat, 2014. Hukum dari pemerintah maupun sanksi Administrasi Negara dan tertulis didalam kebijakan Kebijakan Pelayanan Publik . walapun KIA sudah diwajibkan. Bandung:Nuansa Cendikia.

4.2. Saran Muhammad, Abdulkadir. 2004.

  Saran dalam penelitian ini adalah Hukum dan Penelitian Hukum. sebagai berikut: Bandung: Citra Aditya Bakti.

  1. Perlunya sosialisai ulang terhadap peran penting KIA oleh Silalahi, Oberlin. 1989. Beberapa pemerintah bagi masyarakat dan Aspek Kebijaksanaan Negara, menjalanlkan jemput bola sesuai Yogyakarta: Liberty. dengan cara didalam permendagri mengingat manfaat dan tujuan Suharto, Edi. 2006. Analisis KIA tersebut. Memprioritaskan Kebijakan Publik , Bandung: kepada sekolah, rumah sakit Alfabeta. maupun fasilitas umum untuk menerapkan KIA. Wahab, Solichin Abdul. 2014. Mensosialisasikan saja tidak Analisis Kebijakan , Jakarta: cukup jika tidak di monitoring,

  Bumi Aksara. jadi monitoring juga harus dilakukan agar penerapannya dapat dilakukan. Serta, karena tidak adanya sanksi tertulis didalam kebijakan meuat sebagian masyarakat tidak menggubris kebijakan tersebut.

  2. Dalam pemanfaatan KIA bagi orang tua untuk lebih intens memanfaatkan maat KIA tersebut. Manambaha frekuensi fasilitas KIA, karena fasilitas yang disediakan semuanya berguna bagi anak. Hakk sipil bagi anak harus diterapkan mulai dari pendiddikan, kesehatan hiburan,