PERSEPSI CITRA TUBUH ANGGOTA FITNESS PESONA MERAPI YOGYAKARTA.

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Di jaman modern seperti saat ini, banyak cara orang melakukan kegiatan olahraga, baik yang dilakukan diluar ruangan maupun didalam ruangan, ada yang melakukan jogging, berlari, berjalan, bersepeda, bermain basket, futsal, sepakbola, bulut angkis, baik dilapangan terbuka, di jalan-jalan, stadion, taman maupun tempat tertutup. Tujuan berolahraga juga bermacam-macam, ada untuk rekreasi, prestasi dan untuk kesehatan. Olahraga untuk rekreasi itu itu sendiri adalah kegiatan fisik yang dilakukan pada waktu senggang berdasarkan keinginan atau kehendak yang timbul karena memberi kepuasan atau kesenangan.

Olahraga saat ini penting untuk membantu anggota fitness mendapatkan penampilan fisik yang bagus sehingga mencapai kepercayaan diri dan olahraga memberi penampilan yang baik, citra tubuh pun membaik. Apalagi akan merasa tampil lebih menarik dan ini akan memicu kepercayaan diri.

Salah satu olahraga yang saat ini sangat digemari oleh masyarakat adalah Fitness (Olahraga Kebugaran) yang saat ini sudah menjadi trend dan gaya hidup bagi kalangan masyarakat. Hal ini dapat terlihat dari maraknya pusat-pusat kebugaran yang ada di berbagai wilayah, bahkan saat ini pun fitness centre telah umum ditemukan di pusat perbelanjaan atau mall.

Memiliki bentuk tubuh yang proporsional dan ideal seperti yang dimiliki oleh para selebriti dunia adalah dambaan setiap individu, karena hal ini dapat mempengaruhi penilaian penampilan di mata orang lain. Adapun beberapa orang yang memiliki citra tubuh negatif akan berperilaku makan negatif seperti selalu


(2)

memperkirakan jumlah kalori yang dikonsumsi, sehingga banyak dari remaja tersebut mengalami gangguan pemenuhan gizi yang berdampak pada status gizi yang tidak baik yaitu status gizi kurang. Citra tubuh yang negatif juga membuat remaja tidak makan sesuai kebutuhannya, dan tidak jarang berujung pada bulimia dan anorexia nervosa. Untuk mendapatkan bentuk tubuh yang indah, diperlukan usaha dalam pembentukannya dan tiap usaha yang dilakukan tidaklah sesingkat dan semudah membalikkan telapak tangan. Tetapi diperlukan kedisiplinan dalam menjalani latihan dan cukupnya asupan gizi. Belakangan ini semakin banyak orang yang ingin berolahraga di fitness center (pusat kebugaran) agar mendapatkan tubuh yang diidamkan. Hal ini ditangkap oleh berbagai pusat kebugaran sebagai peluang untuk lebih memperkenalkan fitness kepada masyarakat.

Latihan beban merupakan latihan yang dilakukan secara sistematis dengan menggunakan beban sebagai alat untuk menambah kekuatan fungsi otot guna memperbaiki kondisi fisik, mencegah terjadinya cedera atau untuk tujuan kesehatan. Latihan beban dapat dilakukan dengan menggunakan beban dari berat badan sendiri (beban dalam) atau menggunakan beban luar yaitu beban bebas (free weight) seperti dumbbell, barbell, atau mesin beban (gym machine).

Adapun program-program yang meningkatkan penampilan fisik yaitu body building, body shaping, fat loss dan bulking. Beberapa program latihan beban mempunyai cara latihan yang berbeda-beda. Latihan yang tepat hendaknya menerapkan prinsip-prinsip dasar latihan guna mencapai kinerja fisik yang maksimal bagi seseorang.


(3)

Khusus bulking dan body building ini sangat di gemari oleh anggota fitness laki laki. Biasanya body building ini di lakukan oleh anggota fitness karena adanya keinginan mempunyai badan yang kekar dan besar untuk mengikuti kejuaraan. Bulking adalah istilah yang digunakan bagi proses peningkatan berat badan sehingga tercapai berat yang melebihi berat badan ideal seseorang. Hal ini tidak berarti seseorang dapat memakan apapun yang diinginkannya, karena bulking berarti penambahan massa otot yang tidak diikuti oleh penambahan lemak yang berlebih. Sedangkan body building adalah merubah bentuk tubuh dari massa otot yang masih kecil menjadi massa otot yang besar, pola makan teratur, menghilangkan lemak dalam tubuh, menjaga pola hidup dengan benar, sehingga bisa mendapatkan badan yang inginkan. Badan akan terlihat kering dengan otot yang besar tanpa lemak di tubuh. Di samping itu juga perlu melakukan latihan beban yang keras dan berat dengan intesitas tinggi.

Pesona Merapi fitness merupakan salah satu tempat yang menyediakan beberapa program latihan untuk menunjang tujuan latihan yang diharapkan oleh anggota fitness seperti salah satunya meningkatkan citra tubuh. Disamping itu, juga akan memperoleh manfaat yaitu meningkatkan kepercayaan diri individu kepada individu lainnya saat melakukan interaksi sosial. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengadakan penelitian dengan judul “Persepsi Citra Tubuh Anggota Fitness Pesona Merapi Yogyakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, terdapat permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:


(4)

1. Belum diketahui tentang persepsi citra tubuh anggota fitness Pesona Merapi Yogyakarta.

2. Belum diketahui persepsi negatif citra tubuh anggota fitness Pesona Merapi Yogyakarta.

3. Belum diketahui pengaruh persepsi tubuh terhadap tingkat kepercayaan diri anggota fitness Pesona Merapi Yogyakarta.

4. Kurangnya pengetahuan anggota tentang tempat fitness. C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian lebih terarah, maka peneliti membatasi ruang lingkup masalah hanya pada persepsi citra tubuh angoota fitness Pesona Merapi

Yogyakarta.

D. Perumusan Masalah

Sesuai dengan pembatasan masalah di atas maka dapat ditarik perumusan masalah yaitu bagaimanakah persepsi citra tubuh anggota fitness Pesona Merapi Yogyakarta ?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang dilaksanakan adalah untuk mengetahui persepsi citra tubuh anggota fitness Pesona Merapi Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan peneliti dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan gambaran tentang persepsi citra tubuh anggota fitness Pesona Merapi Yogyakarta.


(5)

2. Memberikan motivasi bagi anggota fitness untuk melakukan hidup sehat dengan berolahraga secara teratur.

3. Mendukung anggota fitness untuk mengatur pola makan sehat setelah berolahraga.

4. Memberikan pengertian manfaat tempat fitness center bagi anggota fitness.


(6)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori Dan Penelitian yang Relevan

1. Pengertian Persepsi

Istilah persepsi sering disamakan dengan pandangan atau anggapan, sebab didalam persepsi ini subyek menerima dan menganalisis informasi tentang hal-hal yang terdapat didalam dan sekitar obyek. Persepsi merupakan hal yang berkenan dengan perlakuan seseorang terhadap informasi tentang suatu subjek yang masuk pada dirinya melalui pengamatan dengan menggunakan indera-indera yang dimiliki. Efendi (1985: 112) menyatakan bahwa persepsi merupakan proses penerimaan, penafsiran dan pemberian arti dari kesimpulan yang diterima dari indera. Bimo Walgito (1997: 53) menyatakan bahwa persepsi merupakan proses perangsangan dari luar melalui alat penginderaan diteruskan kepusat otak kemudian menafsirkanya apa yang anggota fitness lihat dan anggota fitness dengar, sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang di indera.

Karena persepsi tidak hanya proses penginderaan, tetapi terdapat proses pengorganisasian dan penilaian yang bersifat psikologis, Irwanto dkk (1989: 96-97) menjabarkan beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu:

a. Perhatian yang selektif, artinya rangsangan (stimulasi) yang harus ditanggapi, tetapi individu cukup memusatkan pada rangsangan tertentu saja.


(7)

b. Ciri-ciri rangsangan, artinya intensitas rangsangan yang paling kuat, paling besar atau rangsang yang bergerak lebih menarik perhatian untuk diamati. c. Nilai kebutuhan artinya antara individu, maksudnya persepsi yang satu

dengan yang lain tidak sama, tergantung pada nilai-nilai hidup yang dianutnya dan kebutuhannya.

d. Pengalaman terdahulu, yakni suatu hal yang sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan dunia sekitar.

Sementara itu dari pendapatnya Wiliam James yang dikutip Syamsul (2000: 71) persepsi adalah proses mental yang terjadi pada diri manusia yang berupa data-data melalui indra hasil pengolahan otak dan ingatan. Proses terjadinya suatu persepsi dari individu sama, proses ini mulai dari seseorang yang mendapatkan stimulus atau rangsang yang dapat ditangkap oleh panca indra selanjutnya akan dibawa ke otak untuk diproses. Didalam otak terjadi yang disebut dengan kesan atau jawaban yang dikembalikan ke indra yang berdasarkan pengalaman yang tersimpan di otak. Menurut Abdurraman (2003:178) persepsi adalah proses yang dengan melaluinya dapat menafsirkan rangsang dari luar dan memberi makna khusus untuk stimulus-stimulus yang ada di dalamnya. Dari proses persepsi ini maka akan diperoleh pemahaman terhadap sesuatu yang melingkupinya dan mengenal karakternya dalam bentuk yang memungkinkan untuk mengambil langkah-langkah perilaku yang tepat. Dari sini maka dapat di lihat bahwa dari sejak lahir manusia sudah memliki kemampuan tersebut. Hanya saja semua ini tetap di dasarkan dari proses belajar, pengalaman dan latihan.


(8)

Sementara itu dari pendapatnya Gashlet (2000: 45) menerangkan bahwa persepsi, memfokuskan terhadap beberapa fenomena bidang universal dengan anggapan bahwa itu adalah bentuk, sementara untuk sisi bidang lainnya disebut dengan latar belakang.

2. Pengertian Citra Tubuh

Citra tubuh atau body image adalah persepsi seseorang mengenai penampilan fisik dirinya sendiri. Orang dengan cira tubuh yang buruk akan mempersepsikan dirinya sebagai orang yang tidak memiliki penampilan yang menarik atau buruk, sedangkan orang yang memiliki citra tubuh yang baik akan bisa melihat bahwa dirinya menarik baik bagi dirinya sendiri ataupun orang lain, atau setidak-tidaknya akan menerima dirinya apa adanya. Persepsi mengenai citra tubuh bukan hal yang obyektif atau merupakan opini dari orang lain, seseorang dengan citra tubuh yang buruk bisa saja secara fisik menurut orang lain cantik dan menarik, dan seseorang dengan citra tubuh yang baik saja merupakan orang yang dianggap tidak menarik secara fisik oleh orang lain (Thompson,1996: 10).

Secara tradisional, citra tubuh merupakan suatu imej mental yang anggota fitness bentuk mengenai tubuh anggota fitness sendiri. Walaupun demikian, istilah citra tubuh telah diperluas untuk mengikutsertakan bagaimana anggota fitness merasakan mengenai tubuh anggota fitness sendiri dan juga apakah anggota fitness puas atau tidak puas dengan tubuh anggota fitness sendiri. Karena masyarakat menekankan pentingnya penampilan fisik, anggota fitness bisa mengharapkan bahwa banyak orang merasa tidak puas dengan


(9)

tubuh anggota fitness sendiri. Sebagian besar individu menyatakan ketidakpuasan pada berat tubuh anggota fitness sendiri. Sebagian besar individu menyatakan ketidakpuasan pada berat tubuh dan juga secara khusus pada area perut. Rasa puas pada tubuh anggota fitness sendiri ditentukan dan dipengaruhi oleh imej mengenai tubuh ideal, dimana imej ini dipengaruhi oleh bentuk tubuh ideal dalam masyarakat atau budaya tertentu.

Ketidakpuasan pada tubuh sendiri terkait erat dengan kerapuhan dan juga kepercayaan diri yang buruk, depresi, kecemasan social dan juga disfungsi seksual. Kaitan antara citra tubuh dan kesehatan psikologis seseorang sangat kuat terutama pada orang yang secara psikologis menekankan dan mementingkan penampilan anggota fitness. Interaksi antara citra tubuh dan faktor risiko lainnya (tekanan sosiokultural agar badan kurus, kecemasan mengenai performa atletis, dan pandangan yang negatif mengenai pencapaian atletis) meningkatkan kemungkinan gangguan pola makan pada atlet.

Kekhawatiran mengenai berat badan dan ketidakpuasan terhadap tubuh telah menjadi hal yang begitu umum dan bisa dianggap merupakan hal yang normatif di masyarakat, yaitu disebut juga normative discontent (Thompson,1996: 17). Hal yang paling menentukan ialah sampai berapa jauh seseorang menganggap penampilan fisiknya sangat penting, dan mendefiniskan diri mereka dengan penampilan fisik saja.

Gaya hidup kini sudah menjadi komoditas utama kaum urban. Ini terkait dengan ekpresi dan perilaku individu-individu perkotaan yang tersirat dalam aktivitas, minat, dan opini mereka. Semua itu ditujukan untuk


(10)

mencitrakan pribadi sekaligus merefleksikan status sosial yang disandangnya. Tidak berlebihan bila gerak-gerik gaya hidup mereka dijadikan referensi dan bila perlu ditiru kelompok masyarakat lain.

Citra tubuh yang negatif merupakan suatu persepsi yang salah mengenai bentuk anggota fitness , perasaan yang bertentangan dengan kondisi tubuh anggota fitness sebenarnya. anggota fitness merasa bahwa hanya orang lain yang menarik dan bentuk tubuh dan ukuran tubuh anggota fitness adalah sebuah tanda kegagalan pribadi. anggota fitness merasakan malu, self-conscious, dan khawatir akan badannya. anggota fitness merasakan canggung dan gelisah terhadap badannya. Gangguan citra tubuh biasanya melibatkan distorsi dan persepsi negatif tentang penampilan fisik anggota fitness. Perasaan malu yang kuat, kesadaran diri dan ketidaknyamanan sosial sering menyertai penafsiran ini. Sejumlah perilaku menghindar sering digunakan untuk menekan emosi dan pikiran negatif, seperti visual menghindari kontak dengan sisa ekstremitas, mengabaikan kebutuhan perawatan diri dari sisa ekstremitas dan menyembunyikan sisa ekstremitas lain. anggota fitness yang mempunyai gangguan bentuk tubuh bisa tersembunyi atau tidak kelihatan atau dapat juga meliputi suatu bagian tubuh yang berubah secara signifikan dalam bentuk struktur yang disebabkan oleh rasa trauma atau penyakit. Beberapa anggota fitness boleh juga menyatakan perasaan ketidakberdayaan, keputusasaan, dan kelemahan, dan boleh juga menunjukkan perilaku yang bersifat merusak terhadap dirinya sendiri, seperti penurunan pola makan atau usaha bunuh diri (Jefry, 2010)


(11)

Sedangkan citra Tubuh yang positif merupakan suatu persepsi yang benar tentang bentuk anggota fitness, anggota fitness melihat tubuhnya sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. anggota fitness menghargai badan/tubuhnya yang alami dan anggota fitness memahami bahwa penampilan fisik seseorang hanya berperan kecil dalam menunjukkan karakter anggota fitness dan nilai dari seseorang. anggota fitness merasakan bangga dan menerimanya bentuk badannya yang unik dan tidak membuang waktu untuk mengkhawatirkan makanan, berat badan, dan kalori. anggota fitness merasakan yakin dan nyaman dengan kondisi badannya.

Sikap tidak percaya diri muncul akibat kebiasaan-kebiasaan kita mengembangkan sikap dan pendapat negatif tentang diri kita. Mungkin juga sikap tidak percaya diri ini muncul sebagai akibat dari pengaruh lingkungan kita. Antara lain sikap lingkungan yang membuat kita takut untuk mencoba. Takut untuk berbuat salah. Semua harus seperti yang sudah ditentukan. Karena ada rasa takut dimarahi ini, kita jadi malas untuk melakukan hal-hal yang berbeda dari orang kebanyakan.

Kurangnya kepercayaan diri mengakibatkan seseorang merasa tidak aman, tidak bebas, ada perasaan takut, ragu-ragu, murung, pemalu, kurang berani, merasa rendah diri, dalam mengambil keputusan sering membuang-buang waktu, dan cenderung menyalahkan suasana luar sebagai penyebab apabila tidak mampu mengatasi masalah. Individu yang memiliki kepercayaan diri selalu ingin mengarahkan segenap kemampuannya dan tidak terhambat


(12)

oleh perasaan rendah diri, merasa tentram dengan diri sendiri, teman dan masyarakat.

Terbentuknya rasa percaya diri tidak timbul dengan sendirinya, melainkan secara perlahan-lahan dan melalui proses belajar dalam kehidupan. Kepercayaan diri yang sebenarnya justru didasari oleh perasaan positif akan harga diri individu sehingga rasa percaya diri dapat dikembangkan secara positif. Istilah harga diri dalam pembicaraan sehari-hari merupakan suatu batasan tentang sejauh mana seseorang memberi penghargaan, penilaian, persetujuan atas dirinya sendiri, serta sejauh mana seseorang menyukai dirinya sendiri.

Untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang proporsional maka individu harus memulainya dari dalam diri sendiri. Hal ini sangat penting mengingat bahwa hanya individu yang bersangkutan yang dapat mengatasi rasa kurang percaya diri yang sedang dialaminya.

Untuk menandai taraf keperayaan diri seseorang sejauh mana tanggapan yang dibuat seseorang terhadap aspek fisik, moral, dan hubungan dengan orang lain. Penilaian terhadap dirinya sendiri akan mempengaruhi proses berfikir, perasaan, keinginan, nilai, maupun tujuan hidupnya. Menurut Baron dan Byrne (2000), pandangan dan pendapat mengenai kecantikan dan penampilan fisik yang menarik diidentifikasikan dengan bentuk tubuh yang ideal. Pada setiap masyarakat yang berbeda, standar bentuk tubuh yang ideal juga berbeda-beda. pada tahun 1950-an, bentuk tubuh yang berisi seperti Marilyn Monroe dianggap sebagai bentuk tubuh wanita yang ideal dimasyarakat Barat,


(13)

sedangkan pada tahun 1970-an pada masyarakat yang sama, bentuk tubuh seperti supermodel Twiggy yang kurus dan ramping menjadi tolok ukur bentuk tubuh yang ideal (Thompson, Heinberg, Altabe, & Dunn, 1999). Tetapi ada juga beberapa masyarakat yang memiliki standar berbeda, contohnya di Timur Tengah yang menganggap bahwa tubuh yang gemuk adalah bentuk tubuh ideal karena diasosiasikan dengan kesuburan (Nassar, 1998 dalam Thompson et al, 1999).

Tuntutan yang ada di masyarakat dapat mempengaruhi perasaan orang mengenai tubuhnya. Bila ia tidak dapat memenuhi bentuk tubuh ideal yang ada di masyarakat, maka akan muncul ketidakpuasan terhadap bentuk tubuhnya. ketidakpuasan ini tentu mempengaruhi penilaian, persepsi, dan penghargaan terhadap tubuhnya (Kemala, 2000). Kesempurnaan fisik tidaklah mudah untuk diraih. Demi mendapatkan bentuk tubuh yang ideal, manusia melakukan banyak hal. Mulai dari menata pakaian dan rambut, diet dan olah raga, bahkan sampai melakukan bedah plastik. Pada tahun 1996 didapatkan data bahwa 73,921 pria dan 622,982 wanita Amerika Serikat melakukan bedah kosmetik untuk memperindah penampilannya (American Society of Plastic & Reconstructive Surgeons, 1996) dan kecenderungan dilakukannya bedah plastik tampaknya akan meningkat pada tahun-tahun mendatang. Ini dilakukan tentu saja karena banyak orang yang tidak merasa puas pada penampilan fisiknya. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data bahwa wanita jauh lebih memperhatikan tentang penampilan fisik dari pada pria (Thompson, 1996; Hagborg dalam Baron & Byrne, 2000). Hal ini terjadi


(14)

karena masyarakat lebih menekankan tentang pentingnya penampilan fisik pada wanita dari pada pria (Baron & Byrne, 2000; Davison & Neale, 2001).

Perasaan anggota fitness terhadap tubuhnya dapat berupa penilaian positif atau negatif. Hal ini adalah pengertian umum mengenai citra tubuh. Cash dan Pruzinsky (dalam Thompson, et al, 1999) menyebutkan bahwa citra tubuh adalah sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya. Sedangkan menurut Thompson, et al (1999) citra tubuh adalah representasi internal dan persepsi seseorang terhadap tubuhnya. Citra tubuh memiliki pengaruh yang besar terhadap bagaimana seseorang menghadapi dirinya dan dalam menjalani kehidupannya sehari-hari. Oleh karena itu, individu akan selalu berusaha untuk tampil sebaik mungkin, dan salah satu caranya adalah dengan memiliki tubuh ideal yang sesuai dengan standar di masyarakat. Derajat kepuasan atau penerimaan individu atas tubuhnya atau bagian-bagian tubuhnya disebut dengan kepuasan citra tubuh (Thompson, et al, 1999). Tetapi bila individu tidak dapat meraih bentuk tubuh yang diharapkan, hal ini dapat memperbesar ketidakpuasan terhadap tubuhnya yang akan berkembang menjadi ketidakpuasan citra tubuh (Heinberg dalam Thompson, 1996).

Dengan kepuasan citra tubuh yang tinggi individu akan dapat berfungsi dengan baik dalam kehidupannya sehari-hari. Tetapi bila kepuasan citra tubuhnya rendah, maka anggota fitness tidak dapat berfungsi dengan baik dalam kehidupannya. Hal ini dapat menyebabkan individu memiliki harga diri yang rendah, depresi, kecemasan dan menarik diri dari lingkungan social, bahkan mengalami disfungsi seksual (Cash & Grant dalam Thompson, 1996).


(15)

Selama ini, penelitian tentang citra tubuh lebih banyak difokuskan pada wanita yang secara umum melaporkan adanya gangguan citra tubuh lebih banyak daripada pria (Thompson, 1996; Thompson, et al, 1999). Walaupun penelitian mengenai citra tubuh pada pria belum banyak, tidak berarti bahwa pria tidak memiliki masalah citra tubuh. Pada beberapa tahun terakhir ini, perhatian terhadap citra tubuh pada pria perlahan mulai menunjukan peningkatan (pope, Phillips, & Olivardia, 2000). Garner (1997) menyatakan bahwa dalam suatu survey yang diterbitkan oleh majalah Psychology Today, jumlah pria yang merasa tidak puas dengan bentuk tubuh mereka meningkat dari 15% pada tahun 1972 menjadi 43% pada tahun 1997 dan lebih banyak pria (38%) yang merasa tidak puas dengan bentuk dan ukuran dada mereka dibandingkan dengan wanita (hanya 34%).

Untuk memperbaiki rasa percaya diri dan memiliki kebanggaan secara fisik, banyak pria yang mulai membenahi penampilan dirinya. Perawatan tubuh kini tidak lagi menjadi masalah wanita semata. Kaum pria mulai menyerbu salon dan tempat-tempat latihan kebugaran untuk membentuk tubuh yang dianggap ideal, tubuh yang kekar dan berotot. Selain itu pula, latihan kebugaran bertujuan untuk membentuk kebugaran tubuh, meningkatkan kesehatan, mengurangi resiko penyakit, serta membentuk tubuh sesuai dengan keinginan individu (Harris & Harris, 1984). Sebagai contoh jumlah pria yang tercatat sebagai anggota tempat latihan kebugaran di Inggris meningkat sebanyak 49% selama enam tahun (Batty, 2000). Tetapi hal ini juga menimbulkan dampak lain. Steve Bloomfield dari Eating Disorders


(16)

Association memperkirakan bahwa 10% dari 90.000 penderita Anorexia Nervosa dan Bulimia di Inggris adalah pria, dan jumlah ini terus bertambah (www.netdoctor.co.uk)

Sebuah perbandingan pada beberapa majalah popular mengungkap bahwa walaupun terdapat lebih banyak iklan dan artikel mengenai diet pada majalah wanita, ada peningkatan signifikan pada iklan dan artikel mengenai latihan angkat beban pada majalah pria (Andersen & Domenico dalam Agliata & Tantleff-Dunn, 2004). Ini akan mendorong wanita untuk mengontrol berat badan mereka malalui diet dan mendesak pria untuk membentuk tubuh mereka melalui latihan. Seperti halnya wanita yang terperangkap dalam budaya kurus langsing, begitu pula pria yang kini menjadi subyek dalam budaya yang menampilkan maskulinitas (Agliata & Tantleff-Dunn, 2004).

Tiga peneliti dari Harvard dan Brown University menangkap fenomena kecenderungan pria-pria untuk membentuk tubuhnya menjadi besar, kekar, dan berotot (Pope, Phillips, & Olivardia, 2000). Ketiga peneliti ini berpendapat bahwa standar fisik pria telah meningkat jauh selama decade terakhir, dari yang bugar dan atletis menjadi berotot dan super kekar. Roberto Olivardia (GQ, Mei 2001) mengatakan bahwa kini pria menganggap bahwa tubuh mereka adalah jalan untuk mencapai kesempurnaan. Bila mereka bisa menjadi sempurna di luar maka mereka juga akan memiliki kesempurnaan di dalam dirinya. Dan sepertinya mereka akan melakukan segala cara untuk memenuhi keinginan mendapatkan tubuh yang ideal dan sempurna.


(17)

Penelitian di AS menunjukan bahwa banyak pria yang melakukan olahraga binaraga (body building) masih merasa bahwa tubuh mereka masih kurang kekar dan besar walaupun sebetulnya mereka sudah memiliki tubuh yang berotot. Kebalikan dari Anorexia Nervosa dan Bulimia. Pria-pria ini terus saja membesarkan tubuh mereka melalui latihan dan olahraga yang berlebihan, tambahan asupan makanan, penggunaan suplemen tambahan, bahkan penggunaan steroid. Ada suatu epidemi baru bernama Adonis Complex yang merujuk pada Adonis, manusia setengah dewa pada mitologi Yunani yang dianggap memiliki fisik yang sempurna bagi pria (Pope, et al, 2000). Hal ini menunjukan bahwa pria-pria ini memiliki citra tubuh yang terganggu.

Untuk membuktikan rasa percaya diri mereka, banyak dari kaum pria yang mengikuti kontes-kontes “kecantikan” pria atau ajang pamer otot. Kontes yang menonjolkan keindahan tubuh dan wajah sejak beberapa tahun terakhir tak lagi didominasi kaum wanita. Jika perempuan cantik dan bertubuh aduhai bisa mengikuti ajang kecantikan seperti None Jakarte, Putri Indonesia , Miss Indonesia , hingga Miss World, dan lain-lain, pria-pria tampan bertubuh atletis pun sejak beberapa tahun terakhir mengikuti ajang kompetisi sejenis, seperti Abang Jakarte, Men's Health Fitness Challenge, L-Men of The Year, hingga Manhunt International.

Bagaikan pemilihan ratu sejagat, pada kontes "kecantikan" kaum pria ini, kontestan juga diminta berjalan di atas panggung agar dewan juri dapat menilai lekuk-lekuk otot mereka. Tak hanya itu mereka pun diminta memeragakan gerakan-gerakan yang bisa membantu menonjolkan otot-otot


(18)

tubuh, terutama di bagian perut, yang menonjol berbentuk enam kotak atau biasa dikenal dengan sebutan sixpack (Jefry,2010).

Jika gambaran tubuh ideal kaum perempuan dianalogikan dengan dada membusung serta lekuk pinggang bagai gitar, tubuh ideal pria selain sixpack juga digambarkan dengan bentuk bahu yang tegap dan dada bidang serta agak membusung. Idealnya lagi jika bentuk tangan dan kaki mereka terlihat kekar serta kuat, sehingga tampak proporsional dengan bentuk tubuh. Selain itu akan makin seksi jika bokong berisi, dan berbentuk agak bulat.

a. Ketidakpuasan Citra Tubuh

Tingkat kecemasan yang subyektif mengenai citra tubuh ini pada sampel nonklinis bisa memprediksi disfungsi yang berkaitan dengan makanan dan juga kecemasan psikologis secara umum (misalnya depresi) pada remaja dan dewasa. Analisa longitudinal mengindikasikan mengenai pentingnya tingkat ketidakpuasan terhadap tubuh pada perkembangan gangguan pola makan dan juga obesitas pada perkembangan ukuran tubuh secara subjektif. Sekalipun masalah dan ketidakpuasan citra tubuh terjadi tanpa diikuti dengan eating disorder atau masalah berat badan, namun halini bisa diasosiasikan sebagai gangguan psikologis dan memerlukan intervensi terapi (Thompson,1996: 19). Masalah gangguan pola makan dan masalah mengenai ketidakpuasan bentuk dan berat badan bisa mempengaruhi individu dari berbagai latar belakang etnis.

Memiliki berat badan berlebih juga bisa memprediksi apakah seseorang akan mendapatkan umpan balik social yang negative seperti


(19)

misalnya ejekan mengenai berat badan dan ukuran badan. Peran ejekan sebagai penengah antara status berat badan dan perkembangan rasa ketidakpuasan terhadap tubuh. Walaupun demikian, ketika individu berhasil mengurangi berat badan dan bisa mencapai hal tersebut, bukan berarti langsung terjadi perubahan dan perkembangan pada citra tubuh. Ada bukti bahwa citra tubuh tidak berubah sekalipun berat badan sudah berubah. Ketika berat badan naik kembali, maka ketidakpuasan tubuh akan meningkat kembali (Thompson, 1996: 27).

Pernah mengalami kelebihan berat badan bisa mengakibatkan masalah residual body image, dimana hal ini terjadi setelah berat badan turun dengan rapuhnya citra tubuh ketika harus berhadapan dengan berat badan yang kembali naik walaupun hanya sedikit. Walaupun demikian, ketidakpuasan citra tubuh bukan berarti pasti mengindikasikan sesuatu yang buruk, pada tingkat yang rendah hal ini bisa dianggap berguna karena bisa mengarahkan individu pada perilaku sehat seperti olahraga dan mengatur makanan yang bergizi, dimana kebiasaan ini jika dilakukan secara rutin dan menjadi gaya hidup bisa berguna untuk jangka panjang.

b. Perbedaan jenis kelamin dalam ketidakpuasan citra tubuh

Selama bertahun-tahun, penelitian menyatakan bahwa dengan eating disorder, terutama Anoreksia, jumlahnya jauh melebihi laki-laki, sekitar 9 banding 1. Tingkat ketidakpuasan pada tubuh, yang diindikasikan dengan tingkat perilaku diet dan laporan subjektif mengenai kekhawatiran penampilan, juga menghasilkan perbedaan jenis kelamin. Walaupun


(20)

kelainan yang berkaitan dengan kekhawatiran mengenai berat badan dan penampilan bukan sepenuhnya masalah wanita, namun wanita memiliki risiko yang lebih besar (Thompson,1996: 29).

Terdapat hubungan antara sejarah pernah disiksa, citra tubuh dan masalah gangguan pola makan. Reaksi negatif dari pelecehan ataupun penyiksaan seksual bisa mengarah pada perilaku gangguan pola makan, dimana usaha untuk mengubah bentuk tubuh, mungkin merupakan suatu cara untuk menetapkan control terhadap perasaan tidak berdaya atau tidak memilki kekuatan. Sikap suka mengritik diri sendiri pada individu yang mengalami pelecehan merupakan komponen kognitif utama yang berhubungan dengan kepribadian disfungsional dan perilaku merusak diri sendiri.

Individu biasanya memiliki imej tubuh ideal yang berbeda dari tubuh tubuh mereka yang sebenarnya. Misalnya saja pria menginginkan untuk bisa lebih tinggi, memliki bahu yang lebar ataupun bentuk tubuh tang lebih berortot. Sedangkan wanita ingin ataupun lebih kurus. Pada saat yang bersamaan terdapat perbedaan signifikan, dimana pria dan wanita mempersepsikan bentuk tubuh ideal yang mereka piker disukai oleh masing-masing jenis kelamin. Misalnya saja wanita berpikir bahwa pada kenyataannya wanita yang betul-betul diinginkan oleh pria ialah bertubuh biasa-biasa saja dan memiliki payudara ukuran sedang. Walaupun demikian, terdapat diskrepansi yang kecil pada persepsi pria terhadap tubuh pria yang ideal yang diinginkan oleh wanita dan figure pria yang diinginkan oleh


(21)

wanita. Sebagai hasilnya, pria lebih bisa menilai berat badan yang sebenarnya, yang ideal, dan ukuran yang mereka piker diinginkan oleh wanita dibandingkan wanita.

Ketika individu memasuki ruangan yang penuh dengan lawan jenis, terjadi beberapa perubahan fisik. Misalnya saja individu akan berjalan lebih tegap, wajah dan mata akan terlihat lebih terang, posisi tubub tidak akan terlihat malas, secara otomatis perut akan ditahan dan individu akan terlihat lebih muda. Tempat ideal untuk mengobservasi hal ini ialah misalnya saja seperti di pantai dimana wanita dan pria yang berjalan mendekati satu sama lain, jika dilihat dengan cermat maka ketika mereka berdekatan akan terjadi perubahan-perubahan fisik tersebut, dan ketika mereka sudah tidak saling berpandangan perubahan ini akan menghilang dan kembali ke posisi semula (Pease,2003: 50).

c. Peran budaya dan media massa terhadap ketidakpuasan citra tubuh Teori sosiokultural mengenai ketidakpuasan citra tubuh, meneliti pengaruh antara apa yang dianggap merupakan hal yang ideal secara meluas dan umum di masyarakat, harapan, dan juga pengalaman akan etiologi dan gangguan pola makan. Sebagian besar peneliti menyetujui bahwa dampak terkuat dari berkembangnya ketidakpuasan citra tubuh di masyarakat barat adalah faktor sosiokultural. Studi menunjukan bahwa individu Afrika dan Asia memiliki ketidakpuasan citra tubuh yang lebih rendah dibandingkan individu Kaukasia (Thompson,1996: 37). Meskipun kurus merupakan hal


(22)

yang sangat dihargai di masyarakat, lawannya yaitu obesitas merupakan hal yang paling dihindari.

Media Massa memiliki peran yang penting dalam mengkomunikasikan standar berat badan kurus pada wanita. Televisi dan majalah memiliki efek negatif karena model dalam media ini dilihat sebagai perwakilan realistis dari orang yang sebenarnya, bukan sebagai gambar yang sudah dimanipulasi dan dikembangkan secara hati-hati dan artifisial. Wanita bisa gagal untuk melihat bahwa model dalam televisi atau media cetak menghabiskan banyak waktu dengan make-up dan perawatan rambut untuk sesi pemotretan dan juga berdiet secara ketat dengan program olahraga yang ketat pula, dan melihat wanita ini sebagai realistis dan pantas untuk dijadikan perbandingan.

Walaupun tubuh ideal yang kurus tidak dipromosikan secara langsung oleh media, popularitas televisi, film dan majalah merupakan sarana dimana media menjadi salah satu alat yang memberikan pengaruh yang sangat kuat untuk mengkomunikasikan tubuh kurus. Media massa memiliki peran yang kuat mengenai ukuran standar ideal kecantikan dan secara spesifik, media berperan dalam mengkomunikasikan harapan ini pada masyarakat.

Pada teori Self-ideal discrepancy, teori ini memfokuskan pada kecenderungan individu untuk membandingkan persepsi mengenai penampilan mereka sendiri dengan bayangan ideal atau juga orang lain yang dianggap memiliki penampilan ideal. Hasil dari proses perbandingan ini adalah diskrepansi antara persepsi mengenai diri dan diri yang dianggap


(23)

ideal dan juga bisa menghasilkan ketidakpuasan. Diasumsikan dengan teori bahwa semakin besar diskrepansi antara persepsi seseorang dan persepsi ideal, semakin besar ketidakpuasan. Penelitian mendukung hipotesa bahwa self-ideal discrepancy ada dan semakin besar diskrepansi maka semakin tinggi tingkat gangguan pola makan dan ketidakpuasan citra tubuh.

Pada studi lain, terdapat indikasi bahwa mayoritas variasi dari citra tubuh dan gangguan pola makan bisa dikaitkan dengan kecendurungan untuk membuat perbandingan secara sosial dan juga kecendurungan untuk menyadari dan menginternalisasikan norma sosiokultural mengenai penampilan yang menarik (Thompson,1996: 43).

Iklim sosiokultural merupakan setting condition untuk perkembangan subjektif dari gangguan body image. Walaupun demikian, budaya yang mengekpos dan menekankan pentingnya penampilan fisik yang menarik dan tubuh yang kurus bukan berarti akan secara langsung menimbulkan ketidakpuasan citra tubuh, dimana hal ini bisa terjadi jika ada kombinasi dari faktor lain (seperti misalnya faktor kepribadian yang rentan ataupun juga penyiksaan seksual) yang akan menyebabkan pada ketidakpuasan citra tubuh atau eating disorder (Thompson,1996: 43).

Bisa disimpulkan bahwa ketidakpuasan citra tubuh yang terkait dengan menurunnya kepercayaan diri serta meningkatkan usaha untuk berdiet, bisa berkembang menjadi masalah yang serius yaitu gangguan citra tubuh secara klinis pada eating disorder seperti misalnya anorexia nervosa, bulimia dan binge eating.


(24)

B. Kerangka Berpikir

Persepsi merupakan hal yang berkenan dengan perlakuan seseorang terhadap informasi tentang suatu subjek yang masuk pada dirinya melalui pengamatan dengan menggunakan indera-indera yang dimiliki.

Citra tubuh atau body image adalah persepsi seseorang mengenai penampilan fisik dirinya sendiri. Orang dengan citra tubuh yang buruk akan mempersepsikan dirinya sebagai orang yang tidak memiliki penampilan yang menarik atau buruk, sedangkan orang yang memiliki citra tubuh yang baik akan bisa melihat bahwa dirinya menarik baik bagi dirinya sendiri ataupun orang lain, atau setidak-tidaknya akan menerima dirinya apa adanya.

Media Massa memiliki peran yang penting dalam mengkomunikasikan standar berat badan kurus. Televisi dan majalah memiliki efek negatif karena model dalam media ini dilihat sebagai perwakilan realistis dari orang yang sebenarnya, bukan sebagai gambar yang sudah dimanipulasi dan dikembangkan secara hati-hati dan artifisial.

Untuk mendapatkan bentuk tubuh yang indah, diperlukan usaha dalam pembentukannya dan tiap usaha yang dilakukan tidaklah sesingkat dan semudah membalikkan telapak tangan. Tetapi diperlukan kedisiplinan dalam menjalani latihan dan cukupnya asupan gizi. Belakangan ini semakin banyak orang yang ingin berolahraga di fitness center (pusat kebugaran) agar mendapatkan tubuh yang diidamkan. Hal ini ditangkap oleh berbagai pusat kebugaran sebagai peluang untuk lebih memperkenalkan fitness kepada masyarakat.


(25)

Hal itulah yang menjadi perhatian penulis untuk mengetahui dan menentukan secara ilmiah identifikasi Persepsi Citra Tubuh Anggota Fitness Pesona Merapi Yogyakarta, sehingga akan diketahui berapa prosentase anggota fitness yang mengetahui tentang citra tubuh.

Gambar 1. Karangka Berpikir

C. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Novriani Tarigan (2007) yang meneliti tentang hubungan citra tubuh dengan status obesitas, aktivitas fisik, dan asupan energi remaja SMP di Yogyakarta dan kabupaten Bantul. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 373 remaja yang terdiri dari 191 remaja obesitas dan 182 remaja tidak obesitas di Yogyakarta menunjukan sebanyak 91% remaja obesitas memiliki citra tubuh negative yang ditunjukan dengan rasa ketidakpuasan terhadap penampilan dirinya. Dari uji kai kuadrat, ada hubungan yang bermakna antara status obesitas dengan status ketidakpuasan citra tubuh.

Perbedaan Bentuk Tubuh

Kepercayaan Diri

Identifikasi Citra Tubuh

Hasil Identifikasi Citra Tubuh

Anggota Fitness

Persepsi


(26)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif yang artinya penelitian ini nantinya hanya menggambarkan situasi yang sedang berlangsung tanpa adanya pengujian hipotesis, metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan metode survey yang berbentuk angket. Penelitian ini khusus dilakukan untuk anggota fitness di Pesona Merapi Yogyakarta.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode survei. Menurut Moh. Nazir (2003: 56) mengatakan bahwa metode survei adalah metode penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual dari suatu kelompok atau suatu daerah.

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini untuk mengetahui persepsi anggota fitness Pesona Merapi Yogyakarta. Adapun instrumen datanya menggunakan angket atau kuesioner.

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah persepsi citra tubuh anggota fitness Pesona Merapi Yogyakarta. Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tanggapan anggota fitness Pesona Merapi terhadap citra tubuh yang anggota fitness miliki.

Persepsi citra tubuh anggota fitness yang di maksud adalah anggota fitness dengan citra tubuh yang buruk akan mempersepsikan dirinya sebagai orang yang tidak memiliki penampilan yang menarik atau buruk, sedangkan orang yang


(27)

memiliki citra tubuh yang baik akan bisa melihat bahwa dirinya menarik baik bagi dirinya sendiri ataupun orang lain, atau setidak-tidaknya akan menerima dirinya apa adanya

Citra tubuh yang dimaksud disini adalah persepsi seseorang mengenai penampilan fisik dirinya sendiri. anggota fitness dengan cira tubuh yang buruk akan mempersepsikan dirinya sebagai orang yang tidak memiliki penampilan yang menarik atau buruk, sedangkan orang yang memiliki citra tubuh yang baik akan bisa melihat bahwa dirinya menarik baik bagi dirinya sendiri ataupun orang lain, atau setidak-tidaknya akan menerima dirinya apa adanya.

C. Populasi Dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah para anggota fitness yang aktif di Pesona Merapi. Jumlah populasi anggota fitness Pesona Merapi berjumlah 250 anggota.

2. Sampel

Dalam menentukan besarnya sampel, jika yang akan diteliti adalah sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel.. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan berjumlah 42 anggota fitness.

Menurut Suharsimi Arikunto, Purposive sample adalah sampel dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Arikunto : 1999, 127) sebagai sample dalam penelitian ini adalah anggota fitness Pesona


(28)

Merapi Yogyakarta. Pemilihan sampel anggota didasarkan pertimbangan umur 17 – 30 tahun.

D. Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan di Pesona Merapi Yogyakarta. Yang beralamat di tengah kawasan perumahan Pesona Merapi Sleman Yogyakarta, tepatnya Jalan Kaliurang Km.9 Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada 2-9 September 2014 dengan cara memberikan angket pada responden untuk mendapatkan data yang diperlukan.

E. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen

Keberhasilan suatu penelitian banyak ditentukan oleh instrumen yang digunakan, sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian diperoleh melalui instrumen tersebut. Instrumen yaitu alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, sistematis sehingga mudah diolah (Suharsimi Arikunto 1985: 104). Pada penelitian ini instrumen yang digunakan yaitu angket.

Adapun langkah-langkah penyusunan instrumen menurut Sutrisno Hadi (1991: 7) ada tiga yaitu:

a. Mendifinisikan konstrak

Yang dimaksud adalah membatasi variabel yang akan diukur, dalam penelitian ini adalah persepsi anggota fitness Pesona Merapi terhadap citra tubuh.


(29)

b. Menyidik faktor

Faktor yang akan diteliti dalam penelitian ini dijadikan titik tolak untuk menyusun instrumen berupa pertanyaan yang akan diajukan kepada anggota. Faktor-faktor yang akan diteliti berupa pengetahuan tentang persepsi citra tubuh.

c. Menyusun butir-butir pertanyaan

Butir-butir pertanyaan disusun berdasarkan faktor-faktor yang telah dijabarkan diatas. Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai angket yang akan digunakan, maka disajikan kisi-kisi sebagai berikut:

Tabel 1. Kisi-kisi Angket Orientasi Penampilan, Evaluasi Kebugaran Fisik, Orientasi-Evaluasi Kesehatan, dan Kecemasan terhadap Kegemukan.

Variabel Faktor Indikator Butir Jumlah

Persepsi Citra Tubuh Anggota Fitness 1. Orientasi-evaluasi penampilan

-Usaha individu

dalam memperbaiki dan menjaga penampilan -Perhatian individu dalam menjaga penampilan - Evaluasi terhadap penampilan dari diri sendiri

-Evaluasi

terhadap penampilan dari orang lain

-Usaha individu

dalam

meningkatkan kebugaran fisik

-Evaluasi

individu

Positif 19

3, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 29

Negatif 11

1, 2, 4, 5, 13, 24, 25, 26, 27, 28, 30


(30)

terhadap kebugaran fisik -Evaluasi individu terhadap kesehatan

-Usaha individu

dalam meningkatkan pengetahuan tentang kesehatannya -Kecemasan terhadap kegemukan -Kewaspadaan individu terhadap berat badan 2. Kepuasan Bagian Tubuh -Kepuasan individu terhadap tubuh bagian bawah, tengah, dan atas. -Kepuasan individu terhadap tampilan otot, berat dan tinggi badannya serta terhadap keseluruhan penampilan

31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42

12

3. Ukuran Tubuh

- Berat badan - Tinggi badan

43, 44 2

Jumlah 44


(31)

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 144), untuk mengetahui kualitas instrumen perlu dilakukan pengukuran tingkat validitas dan reliabilitas. 1. Validitas

Validitas adaah ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevaliditasan atau kesahihan suatu instrumen. Untuk mengetahui validitas instrumen dapat digunakan rumus product moment dari Person sebagai berikut:

2. Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk kepada keajegan pengukuran. Keajegan suatu hasil tes adalah apabila dengan tes yang sama diberikan kepada anggota fitness yang berbeda. Jadi, berapa kalipun dilakukan tes dengan instrumen yang reliabel akan memberikan data yang sama. Untuk memperoleh reliabilitas digunakan rumus Alpha Cronbach yaitu (Suharsimi Arikunto, 2006: 178-196):

r11 =

        −     −

2 2 1 1 t b k k σ σ 31


(32)

Keterangan :

r11 = Koefisien reliabilitas instrumen yang dicari

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

2 b

σ = Jumlah variansi skor butir soal ke-i

i = 1, 2, 3, 4, …n

2 t

σ = Variansi total

Adapun hasil analisis uji reliabilitas sebagai berikut: uji reiabilitas instrumen menunjukkan bahwa koefisien alpha (rtt) sebesar 0,895 dengan peluang kesalahan (p) 0,000 disimpulkan bahwa instrumen ini adalah handal.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan memberikan angket kepada responden untuk diisi tiap pertanyaan sesuai petunjuk yang sesuai dalam angket.

Agar tiap-tiap butir pertanyaan dalam angket bisa menghasilkan data, diberikan skor terhadap tiap-tiap jawaban adalah sebagai berikut:


(33)

Tabel 2. Skor Butir Pertanyaan Jawaban

Skor

Positif Negatif

Sangat setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak setuju 2 3

Sangat Tidak setuju 1 4

Pembuatan tiga kriteria dimaksudkan untuk mempermudah dalam menganalisis data citra tubuh. Adapun tiga kriteria dimaksud sebagai berikut: Tabel 3. Kriteria Citra Tubuh

No Faktor Baik Sedang Buruk

1 Orientasi-evaluasi penampilan

87,17 < X 76,03 – 87,16 X < 76,02

2 Kepuasan Bagian Tubuh

5,96 < X 1,20 – 5,95 X < 1,19

3 Pengkategorian ukuran tubuh

0.87< X 0 – 0,86 X< - 0,1

F. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini akan menggambarkan persepsi citra tubuh anggota fitness Pesona Merapi Yogyakarta.


(34)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian tentang persepsi citra tubuh anggota fitness Pesona Merapi Yogyakarta yang datanya diambil pada hari Senin, 1-7 September 2014 dan diperoleh 42 responden. Dari hasil di atas akan dideskripsikan sebagai berikut : 1. Deskripsi Statistik Hasil Penelitian Tingkat Orientasi dan Evaluasi

Penampilan, Kebugaran Fisik dan Kecemasan terhadap Kegemukan

Dari hasil analisis data penelitian yang dilakukan maka dapat dideskripsikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 4. Deskripsi Statistik

Dari data pada Tabel 4 dapat dideskripsikan persepsi citra tubuh anggota fitness Pesona Merapi Yogyakarta berdasarkan orientasi dan evaluasi penampilan, kebugaran fisik dan kecemasan terhadap kegemukan dengan rerata sebesar 81,59, nilai tengah sebesar 80,5, nilai sering muncul sebesar 92 dan simpangan baku sebesar 11,14. Sedangkan skor tertinggi sebesar 102 dan skor terendah sebesar 61. Dari hasil tes maka dapat dibuat kategorisasi Persepsi citra tubuh anggota fitness Pesona Merapi Yogyakarta berdasarkan

Statistik Skor

Mean 81.5952

Median 80.5000

Mode 92.00

Std. Deviation 11.14442

Range 41.00

Minimum 61.00

Maximum 102.00


(35)

orientasi dan evaluasi penampilan, kebugaran fisik dan kecemasan terhadap kegemukan. Perhitungan tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 5. Penghitungan Tingkat Orientasi dan Evaluasi Penampilan, Kebugaran Fisik dan Kecemasan terhadap Kegemukan

No Batasan Frekuensi Persentase

(%) Kategori

1. 87,17 < X 15 35.71 Baik

2. 76,03 – 87,16 11 26.19 Sedang

3. X < 76,02 16 38.10 Buruk

Jumlah 42 100

Dari data pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa tingkat persepsi citra tubuh anggota fitness Pesona Merapi Yogyakarta berdasarkan orientasi dan evaluasi penampilan, kebugaran fisik dan kecemasan terhadap kegemukan adalah buruk lebih dominan dengan pertimbangan frekuensi terbanyak yaitu kategori buruk dengan 16 anggota fitness yaitu 38,10%. Tingkat persepsi citra tubuh anggota fitness Pesona Merapi Yogyakarta berdasarkan orientasi dan evaluasi penampilan, kebugaran fisik dan kecemasan terhadap kegemukan yang berkategori baik sebesar 35,71%, sedang sebesar 26,19%, buruk sebesar 38,10%.

Berikut adalah grafik ilustrasi tingkat persepsi citra tubuh anggota fitness Pesnoa Merapi Yogyakarta berdasarkan orientasi dan evaluasi penampilan, kebugaran fisik dan kecemasan terhadap kegemukan:


(36)

Gambar 2. Diagram Batang Tingkat orientasi dan evaluasi penampilan, kebugaran fisik dan kecemasan terhadap kegemukan

2. Deskripsi Statistik Hasil Penelitian Tingkat Kepuasan Bagian Tubuh

Dari hasil analisis data penelitian yang dilakukan maka dapat dideskripsikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 6. Deskripsi Statistik

Dari data pada Tabel 6 dapat dideskripsikan persepsi citra tubuh anggota fitness Pesona Merapi Yogyakarta berdasarkan kepuasan bagian tubuh dengan rerata sebesar 3,57, nilai tengah sebesar 4, nilai sering muncul sebesar 5 dan simpangan baku sebesar 4,76. Sedangkan skor tertinggi sebesar 17 dan skor terendah sebesar -7. Dari hasil tes maka dapat dibuat kategorisasi persepsi citra tubuh anggota fitness Pesnoa Merapi Yogyakarta berdasarkan kepuasan bagiantubuh. Perhitungan tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Statistik Skor

Mean 3.5714

Median 4.0000

Mode 5.00

Std. Deviation 4.76339

Range 24.00

Minimum -7.00

Maximum 17.00

0 10 20 30 40

Baik Sedang Buruk

Citra Tubuh


(37)

Tabel 7. Penghitungan Tingkat Kepuasan Bagian Tubuh

No Batasan Frekuensi Persentase (%) Kategori

1. 5,96 < X 10 23.81 Baik

2. 1,20 – 5,95 25 59.52 Sedang

3. X < 1,19 7 16.67 Buruk

Jumlah 42 100

Dari data pada Tabel 7 dapat diketahui bahwa tingkat persepsi citra tubuh anggota fitness Pesona Merapi Yogyakarta berdasarkan kepuasan bagian tubuh adalah sedang lebih dominan dengan pertimbangan frekuensi terbanyak yaitu kategori sedang dengan 25 orang yaitu 59,52%. Persepsi citra tubuh anggota fitness Pesona Merapi Yogyakarta berdasarkan kepuasan bagian tubuh yang berkategori baik sebesar 23,81%, sedang sebesar 59,52%, buruk sebesar 16,67%.

Berikut adalah grafik ilustrasi persepsi citra tubuh anggota fitness Pesona Merapi Yogyakarta berdasarkan kepuasan bagian tubuh:

Gambar 3. Diagram Batang Tingkat Kepuasan bagian Tubuh. 0

20 40 60

Baik Sedang Buruk

Citra Tubuh


(38)

3. Deskripsi Statistik Hasil Penelitian Tingkat Kategori Ukuran Tubuh

Dari hasil analisis data penelitian yang dilakukan maka dapat dideskripsikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 8. Deskripsi Statistik

Dari data pada Tabel 7 dapat dideskripsikan persepsi citra tubuh anggota fitness Pesona Merapi Yogyakarta berdasarkan kategori ukuran tubuh dengan rerata sebesar 0,4286, nilai tengah sebesar 0, nilai sering muncul sebesar 0 (lebih dari satu) dan simpangan baku sebesar 0,85. Sedangkan skor tertinggi sebesar 2 dan skor terendah sebesar -1. Dari hasil tes maka dapat dibuat kategorisasi persepsi citra tubuh anggota fitness Pesona Merapi Yogyakarta berdasarkan kategori ukuran tubuh. Perhitungan tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 9. Penghitungan Tingkat Kategori Ukuran Tubuh

No Batasan Frekuensi Persentase (%) Kategori

1. 0.87< X 20 47.62 Baik

2. 0 – 0,86 16 38.10 Sedang

3. X < - 0,1 6 14.29 Buruk

Jumlah 42 100

Statistik Skor

Mean .4286

Median .0000

Mode .00a

Std. Deviation .85946

Range 3.00

Minimum -1.00

Maximum 2.00


(39)

Dari data pada Tabel 9 dapat diketahui bahwa tingkat persepsi citra tubuh anggota fitness Pesona Merapi Yogyakarta berdasarkan kategori ukuran tubuh adalah baik lebih dominan dengan pertimbangan frekuensi terbanyak yaitu kategori sedang dengan 20 orang yaitu 47.62%. Tingkat persepsi citra tubuh anggota fitness Pesona Merapi Yogyakarta berdasarkan kepuasan bagian tubuh yang berkategori Baik sebesar 47,62%, sedang sebesar 38,10%, buruk sebesar 14,29%.

Berikut adalah grafik ilustrasi tingkat persepsi citra tubuh anggota fitness Pesona Merapi Yogyakarta berdasarkan kategori ukuran tubuh:

Gambar 4. Diagram Batang Tingkat Kategori ukuran tubuh B. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi citra tubuh anggota fitness Pesona Merapi Yogyakarta berdasarkan orientasi dan evaluasi penampilan, kebugaran fisik dan kecemasan terhadap kegemukan adalah buruk lebih dominan dengan pertimbangan frekuensi terbanyak yaitu kategori buruk dengan 16 orang yaitu 38,10%. Sedangkan yang berkategori sangat tinggi sebesar 2,38%, tinggi sebesar 35,71%, sedang sebesar 28,57%, rendah 21,43%, sangat rendah 11,90%. tingkat persepsi citra tubuh anggota fitness Pesona Merapi Yogyakarta

39


(40)

berdasarkan kepuasan bagian tubuh adalah sedang lebih dominan dengan pertimbangan frekuensi terbanyak yaitu kategori sedang dengan 25 orang yaitu 59,52%. Tingkat persepsi citra tubuh anggota fitness Pesona Merapi Yogyakarta berdasarkan kepuasan bagian tubuh yang berkategori baik sebesar 23,81%, sedang sebesar 59,52%, buruk sebesar 16,67%. Sedangkan tingkat persepsi citra tubuh anggota fitness di Merapi Yogyakarta berdasarkan kategori ukuran tubuh adalah baik lebih dominan dengan pertimbangan frekuensi terbanyak yaitu kategori sedang dengan 20 orang yaitu 47.62%. Tingkat persepsi citra tubuh anggota fitness Pesona Merapi Yogyakarta berdasarkan kepuasan bagian tubuh yang berkategori Baik sebesar 47,62%, sedang sebesar 38,10%, buruk sebesar 14,29%.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan persepsi citra tubuh anggota fitness Pesona Merapi Yogyakarta berkategori sedang dengan 41,27%. Hal ini menggambarkan persepsi citra tubuh dari anggota fitness Pesona Merapi Yogyakarta belum sepenuhnya memberikan kontribusi yang lebih baik dari yang diharapkan. Hal ini dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhi citra tubuh bagi anggota fitnes masih banyak disamping suplemen yang mereka konsumsi.

Latihan beban merupakan latihan yang dilakukan dengan sistematis dengan menggunakan beban sebagai alat untuk menambah kekuatan fungsi otot guna memperbaiki konsisi fisik, mencegah terjadiya cidera atau untuk tujuan kesehatan. Secara umum program fitness ditujukan untuk dapat membentuk tubuh menjadi ideal agar dapat tampil lebih menarik sesuai dengan keinginannya. Akan tetapi hal tersebut harus melalui latihan yang terprogram dengan baik. Anggota fitness Pesona Merapi yogyakarta pun merasakan bahwa dengan melakukan


(41)

latihan beban sedikit banyak mampu membantu dalam pencapaian tetapi anggota kecenderungan kurang memiliki kepuasan yang tinggi terhadap citra tubuh.

Ketidakpuasan pada tubuh sendiri terkait erat dengan kerapuhan dan juga kepercayaan diri yang buruk, depresi, kecemasan sosial dan juga disfungsi seksual. Kaitan antara citra tubuh dan kesehatan psikologi seseorang sangat kuat terutama pada orang yang secara psikologis menekankan dan mementingkan penampilan anggota fitness. Dengan ini dikatakan penampilan merupakan hal yang penting untuk dijaga dan mendapatkan prioritas untuk memperoleh kepercayaan diri yang tinggi.

Dengan melakukan fitness ditujukan untuk memperoleh kepercayaan diri yang tinggi dengan memiliki tubuh yang ideal. Akan tetapi berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anggota fitness Pesona Merapi Yogyakarta secara keseluruhan menyatakan bahwa dengan melakukan olahraga teratur dan mengkonsumsi makanan sesuai asupan gizi yang dibutuhkan akan sangat menunjang citra tubuh yang dimiliki.


(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan maka dapat dimbil kesimpulan sebagai berikut :

Sebagian besar persepsi citra tubuh anggota fitness Pesona Merapi Yogyakarta berdasarkan orientasi dan evaluasi penampilan, kebugaran fisik dan kecemasan terhadap kegemukan adalah kategori baik dan buruk. Sebagian besar persepsi citra tubuh anggota fitness Pesona Merapi Yogyakarta berdasarkan kepuasan bagian tubuh adalah katagori puas. Sedangkan sebagian besar persepsi citra tubuh anggota fitness Pesona Merapi Yogyakarta berdasarkan kategori ukuran tubuh adalah kategori sedang. Secara keseluruhan, persepsi citra tubuh anggota fitness Pesona Merapi Yogyakarta adalah sedang.

B. Implikasi

1. Baik buruknya persepsi citra tubuh dapat sebagai gambaran bahwa melakukan fitness memiliki sedikit banyak manfaatnya.

2. Dengan hal ini dapat menjadi evaluasi bahwa tubuh yang ideal akan mampu meningkatkan kepercayaan diri setiap orang.

C. Saran

1. Bagi anggota fitness, untuk meningkatkan kebugaran dan komposisi tubuh yang ideal adalah dengan melakukan latihan beban yang baik.

2. Latihan beban yang maksimal akan menghasilkan hasil yang baik pada pembentukan tubuh yang ideal dan peningkatan kepercayaan diri.


(43)

3. Dunia dewasa ini penampilan menjadi hal yang penting untuk dapat dijaga untuk meningkatkan kepercayaan diri yang tinggi.

D. Keterbatasan Penelitian

1. Instrumen penelitian kurang luas lingkupnya sehingga memungkinkan ada unsur-unsur yang lebih penting tidak masuk/tidak terungkap dalam instrumen penelitian.

2. Pengambilan data tidak dilakukan oleh pihak yang ahli dibidangnya. 3. Terdapat beberapa anggota yang tidak maksimal dalam melakukan tes.

4. Peneliti mengakui adanya keterbatasan dalam hal waktu, biaya, maupun kemampuan berpikir dan bekerja. Namun besar harapan semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.


(44)

PERSEPSI CITRA TUBUH ANGGOTA FITNESS PESONA

MERAPI YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fa kultas Ilmu Keolahragaan

Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Olahraga

Oleh: Anggar Setiawan

10603141023

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Bimo Walgito. (1997). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset Djoko P.I. 2000. Panduan Latihan Kebugaran (Yang Efektif dan Aman).

Yogyakarta: Lukman Offset.

______. (2000). Dasar-dasar Latihan Kebugaran. Yogyakarta: Lukman Offset.

Giriwijoyo Santosa, Maulana Boyke dan Sidik Dikidik Zafar. (2012). Ilmu Kesehatan Olahraga. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Irwanto, dkk. (1997). Psikologi Umum. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Jefry 2010. Makalah Kepuasan Citra Tubuh dan Percaya Diri. Diakses dari

http://bisnisokehjefry.blogspot.com/2010/08/kepuasan-citra-tubuh-dan-percaya-diri.html. pada tanggal 10/06/2014 pukul 13.35 wib

M. Hamid Anwar. (2010). Filsafat Olahraga. Yogyakarta: FIK UNY.

Militarry Women. (2009). Medicine and Science in Sports and Exercise. Clinical Sports Medicine, 30:5.

Poedjiadi, Anna. (1994). Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Hoboken.

Shiraev, E, & Levy, D, 2004, “Cross-Cultural Psycology, Critical Thinking and Contemporary Applications”, Edisi 2, Boston New York.

Slamet. (2001). Statistika untuk Penelitian. Jakarta: Alfabeta.

Soejono. (2005). Metode Penelitian Deskriptif. Yogyakarta: Rineka Cipta. Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek Edisi

Revisi 2010. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Thompson, K.J. (Eds). (1996). Body Image, Eating Disorder and Obesity: an integrative guide for assessment and treatment. Washington, DC: American Psycology

Yessis Dan Turbo. (1993). Rahasia Kebugaran Dan Pelatihan Olah Raga. Bandung; Institut Teknologi Bandung


(46)

LAMPIRAN


(47)

Lampiran 1. Surat izin penelitian


(48)

Lampiran 2. Surat Bukti/Balasan Penelitian


(49)

Lampiran 3. Angket Penelitian


(50)

(51)

(52)

Lampiran 4. Hasil Data Penelitian


(53)

(54)

(55)

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian


(56)

(57)

(58)

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul Persepsi Citra Tubuh Anggota Fitness Pesona Merapi Yogyakarta” yang disusun oleh Anggar Setiawan, NIM 10603141023 ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, Oktober 2014 Pembimbing,

Dr.dr. BM. Wara Kushartini, M.S. NIP. 19580516 198403 2 001


(59)

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Persepsi Citra Tubuh Anggota Fitness Pesona Merapi Yogyakarta” yang disusun oleh Anggar Setiawan, NIM 10603141023 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 7 Oktober 2014 dan dinyatakan lulus.

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal Dr.dr.BM.Wara Kushartanti Ketua .………. ……... Cerika Rismayanti, M.Or Sekretaris Penguji .………. ………. dr.Rahmah Laksmi A., M.Kes. Penguji I …………... ………. dr.Prijo Sudibjo, M.Kes,Sp.S Penguji II .………. ……….

Yogyakarta, November 2014 Fakultas Ilmu Keolahragaan Dekan,

Drs. Rumpis Agus Sudarko, M.Si NIP. 19600824 198601 1 001


(60)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Persepsi Citra Tubuh Anggota Fitness Pesona Merapi Yogyakarta” benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda Yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, Oktober 2014 Yang menyatakan,

Anggar Setiawan NIM 10603141023


(61)

MOTTO

Manusia tidak merancang untuk gagal, mereka gagal untuk merancang. ( William J. Siegel )

Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah SWT Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya dan begitulah Muhammad

diperintah. Aku (Muhammad) adalah orang muslim pertama. (Qs. Al-An-Aam : 162)

“Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut oleh manusia ialah menundukkan diri sendiri.” (Ibu Kartini)

Jangan tunda sampai besok apa yang bisa engkau kerjakan hari ini.

Mengejar keberhasilan dari sebuah pengalaman gagal adalah pencapaian berharga. (Penulis)


(62)

PERSEMBAHAN Skripsi ini dipersembahkan kepada:

1. Kedua orang tuaku, Ibu Martinem dan Bapak Supriyana Raharja yang selalu memberikan do’a dan pengorbanan yang sangat luar biasa.

2. Keluarga yang selalu memberi motivasi.

3. Dosen Pengampu IKOR Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY.

4. Sahabat IKOR 2010 yang selalu mendukung dan mendorong semangat untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Sabahat KKN UNY unit 30 Kulonprogo yang pernah memberi pengalaman berharga dalam mencari ilmu di luar lingkungan universitas.


(63)

PERSEPSI CITRA TUBUH ANGGOTA FITNESS PESONA MERAPI YOGYAKARTA

Oleh: Anggar Setiawan

10603141023 ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh krisis kepercayaan diri terkait dengan citra tubuh yang ideal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi citra tubuh anggota fitness Pesona Merapi Yogyakarta.

Penelitian merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah anggota fitness di Pesona Merapi Yogyakarta yang berjumlah 250 orang. Sample yang diambil yaitu anggota fitness di Pesona Merapi Yogyakarta yang berjumlah 42 orang. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan survei. Instrumen yang digunakan yaitu angket . Teknik analisis yang dilakukan adalah menuangkan frekuensi ke dalam bentuk persentase.

Hasil penelitian citra tubuh anggota fitness berdasarkan orientasi dan evaluasi penampilan, kebugaran fisik dan kecemasan terhadap kegemukan adalah buruk (38,10%). Tingkat persepsi citra tubuh anggota fitness berdasarkan kepuasan bagian tubuh adalah katagori sedang (59,52%). Persepsi citra tubuh anggota fitness berdasarkan ukuran tubuh yang berkategori baik (47,62%). Secara keseluruhan, persepsi citra tubuh anggota fitness Pesona Merapi Yogyakarta adalah sedang (88%).

Kata Kunci : persepsi, citra tubuh, fitness


(64)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Persepsi Citra Tubuh Anggota Fitness Pesona Merapi Yogyakarta” dengan lancar.

Dalam penyusunan skripsi ini pastilah penulis mengalami kesulitan dan kendala. Dengan segala upaya, skripsi ini dapat terwujud dengan baik berkat uluran tangan dari berbagai pihak, teristimewa pembimbing. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Rohmat Wahab, M.Pd, M.A, selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang atas segala kebijaksanaannya sehingga skripsi ini dapat terwujud.

2. Rumpis Agus Sudarko, M.S. selaku Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta atas kesempatan yang diberikan kepada peneliti untuk menempuh studi hingga peneliti dapat menyelesaikan studi dan memberikan izin penelitian.

3. Yudik Prasetyo, M.Kes. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kesehatan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ilmu, arahan, dan bimbingan selama perkuliahan serta selalu memberikan dukungan dan kemudahan dalam pembuatan skripsi.


(65)

4. Ibu Dr.dr. BM. Wara Kushartini, M.S. selaku Dosen Pembimbing Akademik dan dosen pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dalam akademik dan telah memberikan bimbingan selama penulisan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis kuliah di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta.

6. Bapak dan Ibu Staf Karyawan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah membantu peneliti dalam membuat surat perijinan.

7. Pesona Merapi Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk penulis sehingga penelitian dalam skripsi ini dapat terselesaikan.

8. Rekan-rekan IKOR angkatan 2010, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga segala harapan dan cita-cita kita dapat terwujud Amin Ya Rabbal Alamin.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kelengkapan skripsi ini.

Penulis berharap semoga hasil karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan khususnya dan bagi semua pihak pada umumnya. Dan penulis berharap skripsi ini mampu menjadi salah satu bahan bacaan untuk acuan pembuatan skripsi selanjutnya agar menjadi lebih baik.

Yogyakarta, 7 Oktober 2014 Penulis


(66)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah... 4

E. Tujuan Penelitian... 4

F. Manfaat Penelitian... 4

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 6

A. Deskripsi Teori ... 6

1. Pengertian Persepsi ... 6

2. Pengertian Citra Tubuh... 8

B. Kerangka Berpikir ... 24

C. Penelitian yang Relevan ... 25

BAB III. METODE PENELITIAN... 26

A. Desain Penelitian ... 26

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 26

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

D. Waktu dan Tempat ... 28

E. Instrument Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ... 28

F. Analisis Data ... 33

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Hasil Penelitian ... 34

B. Pembahasan……… 39


(67)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

A. Kesimpulan... 42

B. Implikasi ... 42

C. Saran ... 42

D. Keterbatasan Penelitian ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

LAMPIRAN ... 45


(68)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Kisi-kisi Angket Orientasi Penampilan, Evaluasi Kebugaran

Fisik, Orientasi-Evaluasi Kesehatan, dan Kecemasan terhadap

Kegemukan ... 29

Tabel 2. Skor Butir Pertanyaan ... 33

Tabel 3. Kriteria Citra Tubuh ... 33

Tabel 4. Deskripsi Statistik ... 34

Tabel 5. Penghitungan Tingkat Orientasi dan Evaluasi Penampilan, Kebugaran Fisik dan Kecemasan terhadap Kegemukan ... 35

Tabel 6. Deskripsi Statistik ... 36

Tabel 7. Penghitungan Tingkat Kepuasan Bagian Tubuh ... 37

Tabel 8. Deskripsi Statistik ... 38

Tabel 9. Penghitungan Tingkat Kategori Ukuran Tubuh ... 39


(69)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Karangka Berpikir ... 25 Gambar 2. Diagram Batang Tingkat orientasi dan evaluasi penampilan,

kebugaran fisik dan kecemasan terhadap kegemukan ... 36 Gambar 3. Diagram Batang Tingkat Kepuasan bagian Tubuh ... 37 Gambar 4. Diagram Batang Tingkat Kategori ukuran tubuh ... 39


(70)

DAFTAR LAMPIRAN Halaman

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 46

Lampiran 2. Surat Bukti/Balasan Penelitian ... 47

Lampiran 3. Angket Penelitian ... 48

Lampiran 4. Hasil Data Penelitisn ... 51

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian ... 54


(71)

PENGESAHAN

Skripsi dengan

judul

"Persepsi Citra Tubuh Anggota Yogyakasl4" yan€ disssqq oleh Anggar Sptiawan, NIM dipertahankan

di

depan Dewan Penguji pada tarrggal dinyatakan lulus.

Nama

Dr.dr.BM.Wara

Cerika Risma

dr.Rahmah

dr.Prijo Sudibjo,

Fitness Pesona Merapi

10603141023

ini telah

7

Oktober 2014 dan

Tanggal

w,

(

'lhll

3{atr

:'li'l

Yoeyakart4

November2014

Fakultas Ilmu Keolahragaan


(1)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah... 4

E. Tujuan Penelitian... 4

F. Manfaat Penelitian... 4

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 6

A. Deskripsi Teori ... 6

1. Pengertian Persepsi ... 6

2. Pengertian Citra Tubuh... 8

B. Kerangka Berpikir ... 24

C. Penelitian yang Relevan ... 25

BAB III. METODE PENELITIAN... 26

A. Desain Penelitian ... 26

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 26

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

D. Waktu dan Tempat ... 28

E. Instrument Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ... 28

F. Analisis Data ... 33

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Hasil Penelitian ... 34

B. Pembahasan……… 39


(2)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

A. Kesimpulan... 42

B. Implikasi ... 42

C. Saran ... 42

D. Keterbatasan Penelitian ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

LAMPIRAN ... 45


(3)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Kisi-kisi Angket Orientasi Penampilan, Evaluasi Kebugaran

Fisik, Orientasi-Evaluasi Kesehatan, dan Kecemasan terhadap

Kegemukan ... 29

Tabel 2. Skor Butir Pertanyaan ... 33

Tabel 3. Kriteria Citra Tubuh ... 33

Tabel 4. Deskripsi Statistik ... 34

Tabel 5. Penghitungan Tingkat Orientasi dan Evaluasi Penampilan, Kebugaran Fisik dan Kecemasan terhadap Kegemukan ... 35

Tabel 6. Deskripsi Statistik ... 36

Tabel 7. Penghitungan Tingkat Kepuasan Bagian Tubuh ... 37

Tabel 8. Deskripsi Statistik ... 38

Tabel 9. Penghitungan Tingkat Kategori Ukuran Tubuh ... 39


(4)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Karangka Berpikir ... 25 Gambar 2. Diagram Batang Tingkat orientasi dan evaluasi penampilan,

kebugaran fisik dan kecemasan terhadap kegemukan ... 36 Gambar 3. Diagram Batang Tingkat Kepuasan bagian Tubuh ... 37 Gambar 4. Diagram Batang Tingkat Kategori ukuran tubuh ... 39


(5)

DAFTAR LAMPIRAN Halaman

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 46

Lampiran 2. Surat Bukti/Balasan Penelitian ... 47

Lampiran 3. Angket Penelitian ... 48

Lampiran 4. Hasil Data Penelitisn ... 51

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian ... 54


(6)

PENGESAHAN

Skripsi dengan

judul

"Persepsi Citra Tubuh Anggota Yogyakasl4" yan€ disssqq oleh Anggar Sptiawan, NIM dipertahankan

di

depan Dewan Penguji pada tarrggal dinyatakan lulus.

Nama

Dr.dr.BM.Wara

Cerika Risma

dr.Rahmah

dr.Prijo Sudibjo,

Fitness Pesona Merapi 10603141023

ini

telah

7

Oktober 2014 dan

Tanggal

w,

(

'lhll

3{atr

:'li'l

Yoeyakart4

November2014

Fakultas Ilmu Keolahragaan