Bahan Pak Dida-Medan-5Juli2013
Oleh
Dr. Ir. Dida H. Salya, MA
Staf Ahli Menteri PPN Bidang Hubungan Kelembagaan
Medan, 5 Juli 2013
1
KERANGKA PAPARAN
1 PENDAHULUAN
2 FAKTA KETIDAKSINERGIAN
3 KEBUTUHAN SINERGI PERENCANAAN &
PENGANGGARAN
4 SINERGI PUSAT – DAERAH
5 PERMINTAAN MASUKAN DARI STAKEHOLDER
DI DAERAH
6 RINGKASAN DAFTAR INVENTARISASI
MASALAH (DIM)
2
1
PENDAHULUAN
PERUBAHAN LINGKUNGAN
STRATEGIS
Eksternal a.l:
•Globalisasi
•Regionalisasi, AFTA,
ASEAN, APEC
Internal a.l :
•Demokratisasi (Pemilu dan Pilkada)
•Peraturan perundangan
•Otonomi Daerah
Lingkungan a.l:
•Perubahan iklim
•Daya dukung dan daya
tampung
Tujuan Bernegara:
Sumberdaya:
•Pembukaan UUD
1945
•Kondisi geografis
•Keterbatasan SDA
Diperlukan Perencanaan Pembangunan Nasional yang
Terintegrasi
Menentukan arah pembangunan
– Penetapan prioritas program –
Optimalisasi sumberdaya
(UU No. 25 Tahun 2004; Pasal 1; Angka 1)
*) Kementerian PPN/Bappenas melakukan kajian Sinergitas Perencanaan dan Anggaran
dengan pendekatan Soft System Methodology (SSM)
4
MENJAGA KESINAMBUNGAN
TUJUAN BERNEGARA
Pembukaan UUD 45
VISI
Negara Indonesia Yang Merdeka, Bersatu, Berdaulat, Adil dan Makmur
MISI
•
•
•
•
Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
Memajukan kesejahteraan umum
Mencerdaskan kehidupan bangsa
Ikut melaksanakan perdamaian dunia yang berdasarkan kemerdekaan
R P J P N (Visi Misi Pembangunan, 2005-2025)
RPJMN
2004-2009
RKP
RKP
RKP
2006
2006
RKP
RKP
2006
2009
2009
RPJMN
2010-2014
RKP
RKP
RKP
2006
RKP
2006
RKP
2006
2014
2014
RPJMN
2015-2019
RKP
RKP
RKP
2006
RKP
2006
RKP
2006
2019
2019
RPJMN
2020-2024
RKP
RKP
RKP
2006
RKP
2006
RKP
2006
2025
2024
5
PENCAPAIAN TUJUAN BERNEGARA MELALUI
APBN DAN SISTEM MANAJEMEN
PEMBANGUNAN
Kekuasaan
Keuangan
Negara
APBN
Penganggaran
Pelaksanaan
2
Melalui
Tatakelola
Terintegrasi
TUJUAN
BERNEGARA
1
Manajemen
Pembangunan
Perencanaan
Keterangan:
APBN merupakan instrumen
penting untuk mencapai tujuan
bernegara
3
4
Pengendalian
(Evaluasi dan
Pengawasan)
5
Pelaporan/
Pertanggungjawaban
6
2
FAKTA KETIDAKSINERGIAN
PERENCANAAN DAN
PENGGARAN
FAKTA 1:
Alokasi Belanja Modal semakin tidak efektif
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi
1992-1997
2005-2011
Pertumbuhan RataRata Belanja Modal
Petumbuhan Ratarata GDP
Pertumbuhan RataRata Belanja Modal
Petumbuhan Ratarata GDP
7,6 %
7,8 %
23,40 %
5,8 %
mber Data: NOTA KEUANGAN, KEMENKEU
atan:
ata belanja modal 1992-1997 merupakan data Pengeluaran Pembangunan setelah dikurangi 25%
hun 1992-1997 merupakan data tahun fiskal
8
FAKTA 2:
Membandingkan Periode 2005-2012 dengan
periode 1992 1999, Prosentase Alokasi Belanja
Modal makin menurun
Porsi Pembangunan Kurang Menonjol
Sebelum
Penerapan UU
17/2003
Sesudah
Penerapan UU
17/2003
9
FAKTA 3:
Rentannya perubahan alokasi pendanaan walaupun
telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan
karena lemahnya kewenangan perencanaan
mengawal hingga penganggaran
Sumber:
RKP 2012 dan APBN 2012
FAKTA 4:
DEVIASI RKP DAN RKA-KL
NO.
TERPETAKAN
PRIORITAS DALAM RKP 2012 (BUKU I)
JUMLAH
PROGRA
M
JUMLAH
KEGIATA
N
JUMLAH
INDIKAT
OR
KINERJA
(2)
(3)
(4)
(5)
17
52
144
55
32
(1)
LANGSU
NG
TIDAK
LANGSUN
G
%
JML. TIDAK
TERPETAK
AN
%
(7)
(8)
(9)
87
60,4
57
JUMLAH
(6)
1
Prioritas Reformasi Birokrasi dan
Tatakelola
2
Prioritas Pendidikan
7
22
71
26
37
63
88,7
8
3
Prioritas Kesehatan
9
25
66
18
17
35
53,0
31
4
Prioritas Penanggulangan
Kemiskinan
28
60
153
91
27
118
77,1
35
5
Prioritas Ketahanan Pangan
27
80
322
227
22
249
77,3
73
6
Prioritas Infrastruktur
16
40
169
51
51
102
60,4
67
7
Prioritas Iklim Investasi dan Iklim
Usaha
15
35
117
72
16
88
75,2
29
8
Prioritas Energi
13
27
80
41
16
57
71,3
23
39,
6
11,
3
47,
0
22,
9
22,
7
39,
6
24,
8
28,
8
20,
9
39,
3
36,
6
31,
0
39,
6
Prioritas Lingkungan Hidup dan
12
43
134
84
22
106
79,1
28
Pengelolaan Bencana
Prioritas Daerah Tertinggal,
10
25
64
219
121
12
133
60,7
86
Terdepan, Terluar dan Pasca Konflik
Prioritas Kebudayaan, Kreatifitas
11
7
19
41
24
2
26
63,4
15
Catatan:
dan Inovasi Teknologi
-Terpetakan
Prioritas Lainnya
Bidang
lansung
: terkait langsung antara
indikator
kegiatan
yang
ada di13
RKP dengan
output
kegiatan
12
23
34
84
45
58
69,0
26
Perekonomian
yang ada di RKA K/L, baik secara nomenklatur, maupun target/ volume kegiatan.
Prioritas Lainnya Bidang
terkait
tetapi
13-Tidak terpetakan Tidak Langsung: Indikator
12 kinerja
17 yang tidak
53
19 langsung
13 secara32nomenklatur,
60,4
21
Kesejahteraan
Rakyat
secara subtansi terkait dengan output kegiatan yang ada di dokumen RKA K/L
Prioritas Lainnya Bidang Politik,
ada di RKP
terkait sama
iterjemahkan
14-Tidak Terpetakan: Indikator kinerja yang10
36 tidak62
49 sekali/
7 tidak dapat/sulit
56
90,3
6
9,7
Hukum dan Keamanan
11
dengan output kegiatan yang ada dalam RKA K/L, baik nomenklatur maupun subtansi.
29,
TOTAL
221
554
1.715
923
287
1.210 70,6
505
9
FAKTA 5:
Dominasi Belanja Pegawai Dlm Struktur Belanja APBD
TA 2007-2012
Dalam Jutaan Rupiah
Data berdasarkan Perda APBD
* Data Konsolidasi non reciprocal account
12
FAKTA 6:
Posisi dana APBD yang berada di Lembaga
dalam miliar
Perbankan
Rupiah
•Dikarenakan tidak sinergis mekanisme perencanaan dan penganggaran Pusat –
Daerah maka seringkali terjadi “lagi” penyerapan anggaran APBD yang ditunjukkan
dimulainya penyerapan dari bulan Juni.
•Terjadi peningkatan sampai dengan bulan juni lalu mulai menurun sampai dengan
bulan agustus disebabkan mulai dilakukannya proses pembayaran oleh pemda
(lihat grafik di atas)
FAKTA 7:
Penyampaian pagu indikatif APBD selalu
terlambat sehingga pembahasan Kebijakan
Umum Anggaran (KUA) Daerah
menggunakan pagu anggaran tahun
sebelumnya Sinkronisasi Perencanaan
Pusat dan Daerah kurang harmonis.
3
KEBUTUHAN SINERGI
PERENCANAAN DENGAN
PENGANGGARAN
MASALAH UTAMA KETIDAKSINKRON
PERENCANAAN DENGAN
PENGANGGARAN
Mekanisme Penganggaran
Pusat- Daerah Belum Sinergi
Alur Kerja yang
Tidak Kondusif
• Keselarasan Tatawaktu
(timing) : Jadwal dan
Agenda
Kurang
Kesinambungan
Rencana – Anggaran
• Deviasi Indikator (RKP) vs Output (RKA
KL)
• Pendekatan RKP (Rencana Aksi) vs RAPBN
(Akunting)
16
SOLUSI: HARMONISASI PROSES
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
DALAM 1SATU SIKLUS
11
10
Penetapan
alokasi
belanja &
pengesahan
dokumen
anggaran
Pembahasan
RUU APBN +
Pemutakhira
n RKP
Penetapan
arah
kebijakan &
prioritas
2
Penyusunan
kapasitas
fiskal
3
Pengusulan
inisiatif baru
SIKLUS
TAHUNAN
PERENCANAAN
DAN
PENGANGGARAN
Penyusunan
&
Penelaahan
RKA-KL
9
Pembahasan
Nota
Keuangan &
RAPBN
8
4
Penyampaia
n pagu
indikatif &
Rancangan
awal RKP
Penyusunan
Renja K/L
MUSRENBAN
G (Propinsi &
Nasional)
7
Peretemuan
Trilateral
(K/L dan
Daerah)
6
5
SINERGI PERENCANAAN DAN
PENGANGGARAN
(PENGALAMAN NEGARA LAIN)
Bentuk
Negara dan
Sistem
Pemerintahan
Sistem
Anggaran dan
Tahun Fiskal
Struktur
Perencanaan
dan
Penganggara
n di
Pemerintahan
Kewenangan
Parlemen
Faktor Kunci yang Mempengaruhi
Sistem Perencanaan dan
Penganggaran
Studi Komparasi
BRAZIL
INDONESI
A
BEST-FIT untuk INDONESIA
“Sinergitas Perencanaan dan
Penganggaran”
KOREA
SELATAN
SISTEM PERENCANAAN DAN
PENGANGGARAN DI KOREA SELATAN
DAN BRAZIL (1)
Deskripsi
Korea Selatan
Brasil
Indonesia
Bentuk Negara
dan Sistem
Pemerintahan
Negara Kesatuan,
Semi-Presidensiil.
Perdana Menteri
dipilih oleh
Presiden dan
Parlemen, untuk
mengkoordinasika
n fungsi kabinet.
Presiden dan
Parlemen dipilih
langsung oleh
rakyat
Negara Federal,
Presidensiil.
Presiden dan
parlemen dipilih
langsung oleh
rakyat
Negara Kesatuan,
Presidensiil
Presiden dan
parlemen dipilih
langsung oleh
rakyat
Sistem Anggaran
Unified Budget,
MTEF,
Performance
Based Budgeting
Program
Budgeting, fixed
4-yrs budgeting,
direview per tahun
(bukan MTEF).
Unified Budget,
MTEF,
Performance
Based Budgeting
Tahun Fiskal
1 Januari - 31
1 Juli – 30 Juni
1 Januari -31
19
SISTEM PERENCANAAN DAN
PENGANGGARAN DI KOREA SELATAN
DAN BRAZIL (2)
Deskripsi
Struktur
Perencanaan
dan
Penganggaran
di Pemerintah
Korea
Selatan
Dalam 1
Lembaga:
Ministry of
Strategy and
Finance (MOSF).
MOSF
merupakan
penggabungan
Kementerian
Keuangan dan
Kementerian
Perencanaan
dan
Penganggaran
(sejak tahun
2008)
Brasil
Dalam 1
Lembaga:
Ministry of
Planning,
Budgeting, and
Management
Indonesia
Terpisah dalam
2 Lembaga:
1.Perencanaan:
Bappenas
2.Penganggaran:
Kementerian
Keuangan
20
SISTEM PERENCANAAN DAN
PENGANGGARAN DI KOREA SELATAN
DAN BRAZIL (3)
Deskripsi
Kewenangan
Parlemen
Korea Selatan
Brasil
Parlemen
membahas pagu
total, detil
program dan
proyek.
Parlemen
membahas dari
asumsi makro
sampai detil
program sektor.
Parlemen berhak
mengusulkan
perubahan
asumsi makro
dan usulan
penganggaran
total dan per
sektor.
Parlemen tidak
berwenang
menaikkan pagu
anggaran. Dalam
prakteknya
Parlemen tidak
banyak
mengubah
usulan
Pemerintah.
Indonesia
Parlemen
membahas dari
asumsi makro
sampai detil
program dan
kegiatan sektor.
Parlemen berhak
mengusulkan
perubahan
asumsi makro
dan usulan
penganggaran
per program dan
Pemerintah
kegiatan, bahkan
memiliki hak veto sampai jenis
terhadap hasil
belanja
pembahasan
Parlemen
21
CAPAIAN KINERJA
PEMBANGUNAN
No
Indikator
Korea Selatan
Brazil
Indonesia
1.
GDP Per Capita
(2011) Interm
of constant
2005
international $)
25.493
9.414
3.813
2.
HDI
(2011)
0,897
0,718
0,617
3.
Life
expectancy
(2011)
80,6 Tahun
73 Tahun
69,4 Tahun
Indeks
Pendidikan
(2011)
0,934
0,663
0,584
Sumber : UNDP, 2012
4.
22
4
SINERGI PUSAT – DAERAH:
PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN
WILAYAH
RELEVANSI PERENCANAAN DENGAN
PENGEMBANGAN WILAYAH
FAKTOR PEREKAT PEMBANGUNAN
NASIONAL
DAN PEMBANGUNAN DAERAH
KETERKAITAN
HUBUNGAN PUSAT DAN DAERAH
Keterkaitan
dengan
Kab/Kota
Keterkaitan
dengan
Provinsi
Keterkaitan
dengan
Pusat
Domain
Pemerintah
Pusat
Keterkaitan
dengan
Provinsi
Pembangunan
Tingkat Pusat
Domain
Pemerintah
Provinsi
Keterkaitan
dengan
Kab/Kota
Pembangunan
Tingkat Provinsi
Domain
Pemerintah
Kab/Kota
Keterkaitan
dengan
Pusat
Pembangunan
Tingkat Kab/Kota
PERMASALAHAN
SINERGI PUSAT DAN DAERAH
1. Belum efektifnya implementasi PP No.
38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
2. Kurangnya koordinasi pelaksanaan
kebijakan pemerintah pusat dan
daerah.
3. Kurangnya optimalnya
kontribusi/dukungan pemerintah pusat
dan sebaliknya.
4. Belum sinkronnya rencana
pembangunan baik vertikal (antara
pemerintah pusat dan pemerintah
daerah) serta horizontal (antar sektor).
5. Adanya Tumpang Tindih atau duplikasi
perencanaan antara Pusat dan Daerah
Kegiatan
pembangu
nan tidak
efisien
(biaya
tinggi)
dan tidak
efektif
(manfaat
pembangu
nan tidak
optimal)
27
SINERGI PUSAT DAN DAERAH:
PERENCANAAN DAN
PENGANGGARAN
LANGKAH YANG PERLU
DILAKUKAN K/L
Kegiatan K/L yang
dibiayai APBN dan
kegiatan SKPD yang
dibiayai APBD belum
sesuai.
Nomenklatur dan
kodifikasi kegiatan
K/L (APBN) dan
SKPD (APBD) belum
seragam.
• Mengalihkan kegiatan
Dekon dan TP ke daerah
dalam DAK
• Mengoptimalkan
Musrenbang.
• Mencantumkan lokasi
kegiatan dalam Renja K/L
dan RKA-K/L .
• Harmonisasi nomenklatur
dan kodifikasi kegiatan K/L
dan SKPD.
LANGKAH YANG PERLU
DILAKUKAN PEMDA
• Sinkronisasi RPJMD dengan
RPJMN, Renstra SKPD dan
Renstra K/L, RKPD dan RKP,
• melakukan penajaman sasaran
kegiatan SKPD dengan sesuai
prioritas Renja K/L.
28
SINERGI PUSAT DAN DAERAH:
PENGENDALIAN DAN EVALUASI
LANGKAH YANG PERLU
DILAKUKAN K/L
Belum adanya
keterpaduan dalam
pengendalian dan
evaluasi antara K/L
dan SKPD sehingga
terjadi duplikasi
pengawasan, dan
keterlambatan
laporan
pelaksanaan.
• Harmonisasi sistem dan
mekanisme pengendalian
dan evaluasi pelaksanaan
program dan kegiatan
pembangunan
(KemenPPN/Bappenas,
Kemen Keu, KemenDagri,
KemenPANRB, BPKP dan
BPK).
LANGKAH YANG PERLU
DILAKUKAN PEMDA
• Melakukan penataan dan
penguatan SKPD dalam
pengendalian dan evaluasi
pelaksanaan program dan
kegiatan pembangunan.
29
5
PERMINTAAN MASUKAN DARI
STAKEHOLDER DI DAERAH
MENDORONG
SINERGI PUSAT DAN
DAERAH
1. Perencanaan dan Penganggaran menjadi satu
kesatuan baik di pusat maupun di daerah
2. Perbedaan tentang tahun anggaran APBN dan APBD.
(Misal APBN: Januari s/d Desember, APBD: April s/d
Maret)
31
TERIMAKASIH
32
Dr. Ir. Dida H. Salya, MA
Staf Ahli Menteri PPN Bidang Hubungan Kelembagaan
Medan, 5 Juli 2013
1
KERANGKA PAPARAN
1 PENDAHULUAN
2 FAKTA KETIDAKSINERGIAN
3 KEBUTUHAN SINERGI PERENCANAAN &
PENGANGGARAN
4 SINERGI PUSAT – DAERAH
5 PERMINTAAN MASUKAN DARI STAKEHOLDER
DI DAERAH
6 RINGKASAN DAFTAR INVENTARISASI
MASALAH (DIM)
2
1
PENDAHULUAN
PERUBAHAN LINGKUNGAN
STRATEGIS
Eksternal a.l:
•Globalisasi
•Regionalisasi, AFTA,
ASEAN, APEC
Internal a.l :
•Demokratisasi (Pemilu dan Pilkada)
•Peraturan perundangan
•Otonomi Daerah
Lingkungan a.l:
•Perubahan iklim
•Daya dukung dan daya
tampung
Tujuan Bernegara:
Sumberdaya:
•Pembukaan UUD
1945
•Kondisi geografis
•Keterbatasan SDA
Diperlukan Perencanaan Pembangunan Nasional yang
Terintegrasi
Menentukan arah pembangunan
– Penetapan prioritas program –
Optimalisasi sumberdaya
(UU No. 25 Tahun 2004; Pasal 1; Angka 1)
*) Kementerian PPN/Bappenas melakukan kajian Sinergitas Perencanaan dan Anggaran
dengan pendekatan Soft System Methodology (SSM)
4
MENJAGA KESINAMBUNGAN
TUJUAN BERNEGARA
Pembukaan UUD 45
VISI
Negara Indonesia Yang Merdeka, Bersatu, Berdaulat, Adil dan Makmur
MISI
•
•
•
•
Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
Memajukan kesejahteraan umum
Mencerdaskan kehidupan bangsa
Ikut melaksanakan perdamaian dunia yang berdasarkan kemerdekaan
R P J P N (Visi Misi Pembangunan, 2005-2025)
RPJMN
2004-2009
RKP
RKP
RKP
2006
2006
RKP
RKP
2006
2009
2009
RPJMN
2010-2014
RKP
RKP
RKP
2006
RKP
2006
RKP
2006
2014
2014
RPJMN
2015-2019
RKP
RKP
RKP
2006
RKP
2006
RKP
2006
2019
2019
RPJMN
2020-2024
RKP
RKP
RKP
2006
RKP
2006
RKP
2006
2025
2024
5
PENCAPAIAN TUJUAN BERNEGARA MELALUI
APBN DAN SISTEM MANAJEMEN
PEMBANGUNAN
Kekuasaan
Keuangan
Negara
APBN
Penganggaran
Pelaksanaan
2
Melalui
Tatakelola
Terintegrasi
TUJUAN
BERNEGARA
1
Manajemen
Pembangunan
Perencanaan
Keterangan:
APBN merupakan instrumen
penting untuk mencapai tujuan
bernegara
3
4
Pengendalian
(Evaluasi dan
Pengawasan)
5
Pelaporan/
Pertanggungjawaban
6
2
FAKTA KETIDAKSINERGIAN
PERENCANAAN DAN
PENGGARAN
FAKTA 1:
Alokasi Belanja Modal semakin tidak efektif
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi
1992-1997
2005-2011
Pertumbuhan RataRata Belanja Modal
Petumbuhan Ratarata GDP
Pertumbuhan RataRata Belanja Modal
Petumbuhan Ratarata GDP
7,6 %
7,8 %
23,40 %
5,8 %
mber Data: NOTA KEUANGAN, KEMENKEU
atan:
ata belanja modal 1992-1997 merupakan data Pengeluaran Pembangunan setelah dikurangi 25%
hun 1992-1997 merupakan data tahun fiskal
8
FAKTA 2:
Membandingkan Periode 2005-2012 dengan
periode 1992 1999, Prosentase Alokasi Belanja
Modal makin menurun
Porsi Pembangunan Kurang Menonjol
Sebelum
Penerapan UU
17/2003
Sesudah
Penerapan UU
17/2003
9
FAKTA 3:
Rentannya perubahan alokasi pendanaan walaupun
telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan
karena lemahnya kewenangan perencanaan
mengawal hingga penganggaran
Sumber:
RKP 2012 dan APBN 2012
FAKTA 4:
DEVIASI RKP DAN RKA-KL
NO.
TERPETAKAN
PRIORITAS DALAM RKP 2012 (BUKU I)
JUMLAH
PROGRA
M
JUMLAH
KEGIATA
N
JUMLAH
INDIKAT
OR
KINERJA
(2)
(3)
(4)
(5)
17
52
144
55
32
(1)
LANGSU
NG
TIDAK
LANGSUN
G
%
JML. TIDAK
TERPETAK
AN
%
(7)
(8)
(9)
87
60,4
57
JUMLAH
(6)
1
Prioritas Reformasi Birokrasi dan
Tatakelola
2
Prioritas Pendidikan
7
22
71
26
37
63
88,7
8
3
Prioritas Kesehatan
9
25
66
18
17
35
53,0
31
4
Prioritas Penanggulangan
Kemiskinan
28
60
153
91
27
118
77,1
35
5
Prioritas Ketahanan Pangan
27
80
322
227
22
249
77,3
73
6
Prioritas Infrastruktur
16
40
169
51
51
102
60,4
67
7
Prioritas Iklim Investasi dan Iklim
Usaha
15
35
117
72
16
88
75,2
29
8
Prioritas Energi
13
27
80
41
16
57
71,3
23
39,
6
11,
3
47,
0
22,
9
22,
7
39,
6
24,
8
28,
8
20,
9
39,
3
36,
6
31,
0
39,
6
Prioritas Lingkungan Hidup dan
12
43
134
84
22
106
79,1
28
Pengelolaan Bencana
Prioritas Daerah Tertinggal,
10
25
64
219
121
12
133
60,7
86
Terdepan, Terluar dan Pasca Konflik
Prioritas Kebudayaan, Kreatifitas
11
7
19
41
24
2
26
63,4
15
Catatan:
dan Inovasi Teknologi
-Terpetakan
Prioritas Lainnya
Bidang
lansung
: terkait langsung antara
indikator
kegiatan
yang
ada di13
RKP dengan
output
kegiatan
12
23
34
84
45
58
69,0
26
Perekonomian
yang ada di RKA K/L, baik secara nomenklatur, maupun target/ volume kegiatan.
Prioritas Lainnya Bidang
terkait
tetapi
13-Tidak terpetakan Tidak Langsung: Indikator
12 kinerja
17 yang tidak
53
19 langsung
13 secara32nomenklatur,
60,4
21
Kesejahteraan
Rakyat
secara subtansi terkait dengan output kegiatan yang ada di dokumen RKA K/L
Prioritas Lainnya Bidang Politik,
ada di RKP
terkait sama
iterjemahkan
14-Tidak Terpetakan: Indikator kinerja yang10
36 tidak62
49 sekali/
7 tidak dapat/sulit
56
90,3
6
9,7
Hukum dan Keamanan
11
dengan output kegiatan yang ada dalam RKA K/L, baik nomenklatur maupun subtansi.
29,
TOTAL
221
554
1.715
923
287
1.210 70,6
505
9
FAKTA 5:
Dominasi Belanja Pegawai Dlm Struktur Belanja APBD
TA 2007-2012
Dalam Jutaan Rupiah
Data berdasarkan Perda APBD
* Data Konsolidasi non reciprocal account
12
FAKTA 6:
Posisi dana APBD yang berada di Lembaga
dalam miliar
Perbankan
Rupiah
•Dikarenakan tidak sinergis mekanisme perencanaan dan penganggaran Pusat –
Daerah maka seringkali terjadi “lagi” penyerapan anggaran APBD yang ditunjukkan
dimulainya penyerapan dari bulan Juni.
•Terjadi peningkatan sampai dengan bulan juni lalu mulai menurun sampai dengan
bulan agustus disebabkan mulai dilakukannya proses pembayaran oleh pemda
(lihat grafik di atas)
FAKTA 7:
Penyampaian pagu indikatif APBD selalu
terlambat sehingga pembahasan Kebijakan
Umum Anggaran (KUA) Daerah
menggunakan pagu anggaran tahun
sebelumnya Sinkronisasi Perencanaan
Pusat dan Daerah kurang harmonis.
3
KEBUTUHAN SINERGI
PERENCANAAN DENGAN
PENGANGGARAN
MASALAH UTAMA KETIDAKSINKRON
PERENCANAAN DENGAN
PENGANGGARAN
Mekanisme Penganggaran
Pusat- Daerah Belum Sinergi
Alur Kerja yang
Tidak Kondusif
• Keselarasan Tatawaktu
(timing) : Jadwal dan
Agenda
Kurang
Kesinambungan
Rencana – Anggaran
• Deviasi Indikator (RKP) vs Output (RKA
KL)
• Pendekatan RKP (Rencana Aksi) vs RAPBN
(Akunting)
16
SOLUSI: HARMONISASI PROSES
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
DALAM 1SATU SIKLUS
11
10
Penetapan
alokasi
belanja &
pengesahan
dokumen
anggaran
Pembahasan
RUU APBN +
Pemutakhira
n RKP
Penetapan
arah
kebijakan &
prioritas
2
Penyusunan
kapasitas
fiskal
3
Pengusulan
inisiatif baru
SIKLUS
TAHUNAN
PERENCANAAN
DAN
PENGANGGARAN
Penyusunan
&
Penelaahan
RKA-KL
9
Pembahasan
Nota
Keuangan &
RAPBN
8
4
Penyampaia
n pagu
indikatif &
Rancangan
awal RKP
Penyusunan
Renja K/L
MUSRENBAN
G (Propinsi &
Nasional)
7
Peretemuan
Trilateral
(K/L dan
Daerah)
6
5
SINERGI PERENCANAAN DAN
PENGANGGARAN
(PENGALAMAN NEGARA LAIN)
Bentuk
Negara dan
Sistem
Pemerintahan
Sistem
Anggaran dan
Tahun Fiskal
Struktur
Perencanaan
dan
Penganggara
n di
Pemerintahan
Kewenangan
Parlemen
Faktor Kunci yang Mempengaruhi
Sistem Perencanaan dan
Penganggaran
Studi Komparasi
BRAZIL
INDONESI
A
BEST-FIT untuk INDONESIA
“Sinergitas Perencanaan dan
Penganggaran”
KOREA
SELATAN
SISTEM PERENCANAAN DAN
PENGANGGARAN DI KOREA SELATAN
DAN BRAZIL (1)
Deskripsi
Korea Selatan
Brasil
Indonesia
Bentuk Negara
dan Sistem
Pemerintahan
Negara Kesatuan,
Semi-Presidensiil.
Perdana Menteri
dipilih oleh
Presiden dan
Parlemen, untuk
mengkoordinasika
n fungsi kabinet.
Presiden dan
Parlemen dipilih
langsung oleh
rakyat
Negara Federal,
Presidensiil.
Presiden dan
parlemen dipilih
langsung oleh
rakyat
Negara Kesatuan,
Presidensiil
Presiden dan
parlemen dipilih
langsung oleh
rakyat
Sistem Anggaran
Unified Budget,
MTEF,
Performance
Based Budgeting
Program
Budgeting, fixed
4-yrs budgeting,
direview per tahun
(bukan MTEF).
Unified Budget,
MTEF,
Performance
Based Budgeting
Tahun Fiskal
1 Januari - 31
1 Juli – 30 Juni
1 Januari -31
19
SISTEM PERENCANAAN DAN
PENGANGGARAN DI KOREA SELATAN
DAN BRAZIL (2)
Deskripsi
Struktur
Perencanaan
dan
Penganggaran
di Pemerintah
Korea
Selatan
Dalam 1
Lembaga:
Ministry of
Strategy and
Finance (MOSF).
MOSF
merupakan
penggabungan
Kementerian
Keuangan dan
Kementerian
Perencanaan
dan
Penganggaran
(sejak tahun
2008)
Brasil
Dalam 1
Lembaga:
Ministry of
Planning,
Budgeting, and
Management
Indonesia
Terpisah dalam
2 Lembaga:
1.Perencanaan:
Bappenas
2.Penganggaran:
Kementerian
Keuangan
20
SISTEM PERENCANAAN DAN
PENGANGGARAN DI KOREA SELATAN
DAN BRAZIL (3)
Deskripsi
Kewenangan
Parlemen
Korea Selatan
Brasil
Parlemen
membahas pagu
total, detil
program dan
proyek.
Parlemen
membahas dari
asumsi makro
sampai detil
program sektor.
Parlemen berhak
mengusulkan
perubahan
asumsi makro
dan usulan
penganggaran
total dan per
sektor.
Parlemen tidak
berwenang
menaikkan pagu
anggaran. Dalam
prakteknya
Parlemen tidak
banyak
mengubah
usulan
Pemerintah.
Indonesia
Parlemen
membahas dari
asumsi makro
sampai detil
program dan
kegiatan sektor.
Parlemen berhak
mengusulkan
perubahan
asumsi makro
dan usulan
penganggaran
per program dan
Pemerintah
kegiatan, bahkan
memiliki hak veto sampai jenis
terhadap hasil
belanja
pembahasan
Parlemen
21
CAPAIAN KINERJA
PEMBANGUNAN
No
Indikator
Korea Selatan
Brazil
Indonesia
1.
GDP Per Capita
(2011) Interm
of constant
2005
international $)
25.493
9.414
3.813
2.
HDI
(2011)
0,897
0,718
0,617
3.
Life
expectancy
(2011)
80,6 Tahun
73 Tahun
69,4 Tahun
Indeks
Pendidikan
(2011)
0,934
0,663
0,584
Sumber : UNDP, 2012
4.
22
4
SINERGI PUSAT – DAERAH:
PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN
WILAYAH
RELEVANSI PERENCANAAN DENGAN
PENGEMBANGAN WILAYAH
FAKTOR PEREKAT PEMBANGUNAN
NASIONAL
DAN PEMBANGUNAN DAERAH
KETERKAITAN
HUBUNGAN PUSAT DAN DAERAH
Keterkaitan
dengan
Kab/Kota
Keterkaitan
dengan
Provinsi
Keterkaitan
dengan
Pusat
Domain
Pemerintah
Pusat
Keterkaitan
dengan
Provinsi
Pembangunan
Tingkat Pusat
Domain
Pemerintah
Provinsi
Keterkaitan
dengan
Kab/Kota
Pembangunan
Tingkat Provinsi
Domain
Pemerintah
Kab/Kota
Keterkaitan
dengan
Pusat
Pembangunan
Tingkat Kab/Kota
PERMASALAHAN
SINERGI PUSAT DAN DAERAH
1. Belum efektifnya implementasi PP No.
38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
2. Kurangnya koordinasi pelaksanaan
kebijakan pemerintah pusat dan
daerah.
3. Kurangnya optimalnya
kontribusi/dukungan pemerintah pusat
dan sebaliknya.
4. Belum sinkronnya rencana
pembangunan baik vertikal (antara
pemerintah pusat dan pemerintah
daerah) serta horizontal (antar sektor).
5. Adanya Tumpang Tindih atau duplikasi
perencanaan antara Pusat dan Daerah
Kegiatan
pembangu
nan tidak
efisien
(biaya
tinggi)
dan tidak
efektif
(manfaat
pembangu
nan tidak
optimal)
27
SINERGI PUSAT DAN DAERAH:
PERENCANAAN DAN
PENGANGGARAN
LANGKAH YANG PERLU
DILAKUKAN K/L
Kegiatan K/L yang
dibiayai APBN dan
kegiatan SKPD yang
dibiayai APBD belum
sesuai.
Nomenklatur dan
kodifikasi kegiatan
K/L (APBN) dan
SKPD (APBD) belum
seragam.
• Mengalihkan kegiatan
Dekon dan TP ke daerah
dalam DAK
• Mengoptimalkan
Musrenbang.
• Mencantumkan lokasi
kegiatan dalam Renja K/L
dan RKA-K/L .
• Harmonisasi nomenklatur
dan kodifikasi kegiatan K/L
dan SKPD.
LANGKAH YANG PERLU
DILAKUKAN PEMDA
• Sinkronisasi RPJMD dengan
RPJMN, Renstra SKPD dan
Renstra K/L, RKPD dan RKP,
• melakukan penajaman sasaran
kegiatan SKPD dengan sesuai
prioritas Renja K/L.
28
SINERGI PUSAT DAN DAERAH:
PENGENDALIAN DAN EVALUASI
LANGKAH YANG PERLU
DILAKUKAN K/L
Belum adanya
keterpaduan dalam
pengendalian dan
evaluasi antara K/L
dan SKPD sehingga
terjadi duplikasi
pengawasan, dan
keterlambatan
laporan
pelaksanaan.
• Harmonisasi sistem dan
mekanisme pengendalian
dan evaluasi pelaksanaan
program dan kegiatan
pembangunan
(KemenPPN/Bappenas,
Kemen Keu, KemenDagri,
KemenPANRB, BPKP dan
BPK).
LANGKAH YANG PERLU
DILAKUKAN PEMDA
• Melakukan penataan dan
penguatan SKPD dalam
pengendalian dan evaluasi
pelaksanaan program dan
kegiatan pembangunan.
29
5
PERMINTAAN MASUKAN DARI
STAKEHOLDER DI DAERAH
MENDORONG
SINERGI PUSAT DAN
DAERAH
1. Perencanaan dan Penganggaran menjadi satu
kesatuan baik di pusat maupun di daerah
2. Perbedaan tentang tahun anggaran APBN dan APBD.
(Misal APBN: Januari s/d Desember, APBD: April s/d
Maret)
31
TERIMAKASIH
32