Perspektif tentang perilaku manusia dida

Perspektif tentang perilaku manusia didalam melaksanakan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja

Tugas perorangan
MK: Manajemen SDM K3L

Disusun oleh:
Nama mahasiswa : Sobur Setiaman
NPM :2017 111 014

Sekolah Pascasarjana
Universitas Sahid Jakarta
2018
0

I Pendahuluan

1.

Latar belakang masalah
Pandangan atau perspektif terhadap a usia didala

a aje e
tera ati terjadi peru aha perubahan. Awalnya dikenal istilah Personnel Management kemudian Human Resources Management dan
Human Resources Development dan dewasa ini dikenal istilah Human Capital Investment.
͞Personnel management is Administrative discipline of hiring and developing employees so that they
become more valuable to the organization͟.
Manajemen personalia merupakan ilmu administrasi khusus dalam kegiatan penerimaan pegawai dan
pengembangan karyawan agar lebih bernilai bagi perusahaan dengan cara melakukan proses analisa kerja,
perencanaan kebutuhan karyawan dan seleksi penerimaan, melatih karyawan, mengatur penggajian dan
tunjangan, menilai kinerja karyawan, menyelesaikan masalah hubungan ketenagakerjaan dengan karyawan
dan berkomunikasi dibergai tingkatan organisasi. Perusahaan memandang karyawan sebagai manusia
harus bernilai bagi perusahaannya.
Perjalanan waktu dalam organisasi perusahaan, nilai karyawan bisa menurun akibat mengalami suatu
kejadian yang tidak di inginkan, dan mengalami kecelakaan dan serta merugikan karyawan dimana harta
benda perusahaan rusak atau hilang akibat mengalami kecelakaan kerja. Dengan kata lain bahwa karyawan
bisa merugikan perusahaan bila mengalami kecelakaan kerja. Bagaimana perusahaan mempertahankan
dan meningkatkan mutu karyawan agar bisa terhindar dari suatu isnident atau kecelakaan kerja, maka
perusahaan harus menerapkan konsep ͞human development in working safety practices͟, mulai dari proses
penerapan konsep Heinrich sampai kepada pandangan para ahli-ahli lain dalam bidang human behavior
dan human factors.
Sejarah mencatat bahwa sejak tahun 1930an, Heinrich berpendapat bahwa penyebab utama kecelakaan

adalah unsafe-act (80%) dan unsafe-condition (20%) dan bagaimana pandangan ahli-ahli lain (terutama
dibidang Human Behavior dan Human Factors) di tahun 1950,1970, 1980 hingga dewasa ini mengenai
human factors dan human behavior terkait masalah Keselamatan dan Kesehatan.

2.

Rumusan masalah
Dalam penulisan ini, dibatasi pada rumusan masalah sebagai berikut:
1.

Bagaimana cara menerapkan konsep Heinrich dalam pencegahan kecelakaan kerja?

2.

Bagimana cara menerapkan konsep human behavior dan human error dalam pencegahan kecelakaan
kerja?

3.

Tujuan penulisan

1.

Menjelaskan konsep Domino Heinrich dalam pencegahan kecelakaan kerja.

2.

Menjelaskan konsep human behavior dan human error dalam pencegahan kecelakaan kerja.

1

II Pembahasan Masalah

1.

Teori Domino (Domino Heinrch theory)
Menurut penelitian yang dilakukan oleh H.W. Heinrich, unsafe-act (80%) dan unsafe-condition (20%). Maka
dari itu, Heinrich menyatakan, kunci untuk mencegah kecelakaan adalah dengan menghilangkan tindakan
tidak aman dan keadaan yang tidak aman sebagai penyebab kecelakaan.
Teori Domino Heinrich yang diformulasikan oleh H.W. Heinrich, merupakan salah satu teori ternama yang
menjelaskan terjadinya kecelakaan kerja. Dalam Teori Domino Heinrich terdapat lima penyebab

kecelakaan.
Cedera: Cedera yang terjadi pada manusia mulai dari
luka ringan sampai luka berat. Penyebab secera bisa
diakibatkan oleh kecelakaan kerja atau kecelakaan
lainya.
Kecelakaan: Kecelakaan merupakan peristiwa yang
tidak diinginkan dan menyebabkan cedera, rusaknya
harta benda dan lingkungan. Penyebab kecelakaan
kerja diketahui akibat adanya perbuatan manusia yang
tidak aman dan keadaan lingkungan sekitarnya yang tidak aman.
Perbuatan tidak aman dan keadaan tidak aman: Perbuatan tidak aman pada pekerja dapat menyebabkan
kecelakaan kerja , seperti kecerobohan, tidak mematuhi prosedur kerja, tidak menggunakan alat pelindung
diri (APD), tidak mematuhi rambu-rambu di tempat kerja, tidak mengurus izin kerja berbahaya sebelum
memulai pekerjaan dengan risiko tinggi, dan lain sebagainya sebagainya.
Sedangkan, kondisi tidak aman, meliputi pencahayaan yang kurang, alat kerja kurang layak pakai, tidak ada
rambu-rambu keselamatan kerja, atau tidak tersedianya APD yang lengkap.
Kelalaian manusia: Kelalaian manusia meliputi, motivasi rendah, stres, sedang mengalami konflik, masalah
yang berkaitan dengan fisik pekerja, kurang pendidikan dan keahlian dan lain-lain.
Hereditas: Hereditas mencakup latar belakang seseorang, seperti keterbatasan fisik dan mental manusia
yang bisa menyebabkan kelalaian.


2

2.

Accident Causation model sebagai Teori Domino Tambahan (Extended Domino Theory)
Lack of control management: Setelah berkembang
lama tentang teori domino tersebut diatas tentang
konsep

terjadinya

kecelakaan,

selanjut

berkembang bahwa faktor perusahaan menjadi
penyebab terjadinya kecelakaan, ini di akibatkan
oleh kurangnya kendali perusahaan terhadap
setiap kejadian yang ada di perusahaan (lack of

control by management).
Personnel factor and job factor as basic causes of
accident: setiap terjadinya kecelakaan, diketahui bahwa penyebab dasar terjadinya kecelakaan karena
adanya faktor dalam diri manusia dan faktor pekerjaan itu sendiri.
Unsafe act and unsafe condition as Immediate causes: kecelakaan terjadi karena adanya dua penyebab
langsung: (1) kondisi kerja yang tidak aman, dan (2) perbuatan atau tindakan yang tidak aman.
Injury due of the Accident: akibat suatu kecelakaan, bisa diklasifikasikan sebagai near-miss accident, cedera
ringan, cedera berat dan kematian akibat kecelakaan.
Loss property due of the accident: kerusakaan atau kehilangan harta benda perusahaan akibat suatu
kecelakaan. Jenis kerusakan mulai dari minor sampai keadaan bencana perusahaan menutup usahanya
karena mengalami kecelakaan.
3.

Teori Human Error
Kesalahan manusia diartikan sebagai adanya penyimpangan
perilaku manusia. Contohnya penyimpangan perilaku dari saat
berdiri mengalami tersandung dikaki ( trip or stumble:
tersandung); sudah ada niat berbuat salah (slip of action:
kepeleset or memory lapse: mengabaikan) ; salah dugaan
(mistake: salah terka/duga); berbuat kesalahan yang disadari

(sin: berbuat dosa karna ruled-based atau knowledge-based).
Empat penyebab orang berbuat salah yaitu: (1) kesengajaan; (2)
terlanjur berbuat salah; (3) Ada niat untuk berbuat kesalahan;
(4) Sudah jadi kebiasaan berbuat kesalahan.
Mengapa manusia berbuat salah, menurut ahli psikologis kognitif terjadi karena beberapa sebab yaitu:
1.

Kesalahan terjadi karena sudah ada niat sebelumnya? mungkin karena adanya pengaruh otomatisasi
atau tindakan yang tidak terkendali.

3

2.

3.

4.

Bila ada niat untuk berbuat salah, apakah ini sudah direncanakan sejak lama? Bila tidak maka kita bisa
katakan mengalami hilangnya daya pikir yang jerih, hingga akibatnya mengalami kegagalan berbuat

yang benar (slips and lapses: terpeleset).
Bila perbuatan yang salah itu disengaja karena ada hal-hal yang di-inginkan dari kesalahan tersebut,
maka kesalahan ini melibatkan suatu kegagalan dalam proses perencanaan, dimana apa-apa yang
direncanakan menghasilkan harapan yang negatif karena tidak cukup matang untuk berbuat yang
benar.
Bila berhasil berbuat salah, ini akibat dari perbuatan yang menyimpang aturan-aturan yang ada, maka
ini bisa dikatakan suatu perbuatan yang melanggar aturan.

Manusia berbuat salah karena adanya faktor situasional contohnya:
1.
2.
3.

4.

Kesalahan terjadi karena perbuatan tersebut dianggap rutin dilakukan, tapi perbuatan itu tidak
direncanakan. Misalnya kasus terpeleset (slips) disebabkan kosongnya pikiran kita (empty mind).
Kesalahan bisa terjadi ketika melanggar aturan yang ada, maka ada istilah rule-based mistake and
violation artinya berbuat salah dengan melanggar aturannya.
Kesalahan terjadi ketika kita sendiri tahu bahwa perbuatan itu salah karena bisa mengatasi masalah

yang akan terjadi, ini termasuk knowledge-based mistakes.

Teori Faktor Manusia (Human behavior theory)
Ba yak study

e era gka

ahwa le ih dari 90 % ke elakaa dise a ka oleh fa tor Hu a Error .

Human error terjadi karena manusia memiliki kapasitas tertentu yang berkaitan dengan faktor manusia
factor pekerjaan dan faktor lingkungan kerja.
Menurut Health and Safety Executuve UK, adalah
faktor manusia yang bersinggungan dengan
lingkungan kerja dan faktor pekerjaan, dimana
manusia yang memiliki karakter individual akan
mempengaruhi perilaku di tempat kerja, dan
berdampak terhadap kesehatan dan keselamatan
kerja.
Faktor manusia memiliki karakter tertentu yang
mampu beradaptasi dengan beban kerja, mampu

respon dan beraktifitas dengan keadaan yang tidak
diperkirakan, bila tidak mampu beradaptasi maka akan terjadi suatu kejadian yang tidak diinginkan.
Overload: Beban kerja yang dapat mempengaruhi individu termasuk diantaranya faktor lingkungan kerja,
faktor internal dan faktor yang ada disekelilingnya.
Inappropriate response: Individu mampu merespon terhadap bahaya yang ada di sekelilingnya, dan bisa
mengubah keadaan lingkungan dan mengabaikan keadaan yang berbahaya di tempat kerja.

4

Inappropriate activity: individu mampu melakukan aktifitas suatu pekerjaan tanpa dilatih dahulu, dan bisa
salah dalam menilai suatu bahaya di tempat kerja, tapi hal ini dapat menyebabkan kecekanaan kerja.
5.

Budaya K3 (Health and Safety culture)
Culture is a way we do things around here. Budaya adalah melakukan sesuatu dengan cara tersendiri. (CBI:
confederation of British Industry). Perusahaan harus menentukan indikator budaya selamat di tempat kerja
yang standar dan bisa diterima semua orang.
Indikator budaya:
a.


Key performance Indicators, melakukan pekerjaan atau projek pembangunan dengan zero
accident atau Not tolerance to the accident .

b.

Acceptance criteria: Success criteria. Memproduksi suatu jasa atau barang tanpa cacat atau
kerusakan dibarang.

Budaya keselamatan kerja adalah suatu upaya dan niat pimpinan perusahaan dalam menurunkan angka
kecelakaan kerja dan penyakit kerja. Maka pimpinan perusahaan harus: (1) mengeluarkan kebijakan tertulis
dan standar kerja yang aman secara tertulis; (2) mengatur tata organisasi keselamatan dan keselamatan
kerja; (3) melakukan upaya koreksi terhadap penyimpangan kebijakan dan prosedur kerja; (4) melakukan
pengawasan pelaksanaan program K3; (5) memberikan penghargaan kepada karyawan yang berhasil dalam
pelaksanaan program K3 di tempat kerja.

Competence staff

Personnel awareness

HSE Culture
factors

Management commitment

Responsibility

Legal compliance

6.

Supervision

Perilaku K3 (Behavior-Based Safety)

Attitude
Norm

Intention to behave

Behavior

Perceived
Konsep ini menunjukan bahwa perilaku K3 dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu; (1) faktor sikap; (2) faktor
aturan yang ada dan (3) faktor persepsi.

5

a.

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus.
Faktor tersebut akan mempengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Sikap dapat
bersifat positif dan negatif. Apabila sikap bersifat positif akan cenderung untuk menyenangi dan
mendukung objek tertentu (Notoatmojo. 2010) contohnya dengan memberikan hadiah safety
kepada karyawan akan membangun sikap positif tentang budaya pencegahan kecelakaan kerja.

b. Aturan tentang K3 diperusahaan bisa dalam bentuk melaksakan peraturan dan perundangundangan maupun standar operasional yang dibuat, harus dilaksanakan dan di awasi, bila terjadi
pelanggaran terhadap aturan, maka tindakan disipilin harus ditegakan agar budaya K3 bisa
dilaksanakan dengan baik.
c.

Persepsi: persamaan persepsi terhadap program K3 harus dimiliki oleh setiap orang, persepsi
dibangun melalui pendidikan dan pelatihan agar karyawan memahami dan mengerti maksud dan
tujuan program K3, persepsi K3 dari pimpinan dibangun melalui kebijakan tertulis, peraturan
perusahaan dan program kerja K3.

7.

Kesimpulan
Pada umumnya kecelakaan terjadi karena adanya banyak faktor: (1) factor perusahan yang tidak mapu
mengendalikan; (2) faktor mendasar yang meliputi faktor manusia dan factor pekerjaan; serta (3) factor
penyebab langsung yaitu unsafe act dan unsafe condition.
Pelaksanaan program K3 dimaksudkan untuk mencegah timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit kerja,
dalam pelaksanaannya sangat tergantung kepada faktor manusia, faktor organisasi dan faktor
lingkungan kerja. Faktor manusia harus dilihat dari keterbatasannya yang dapat menyebabkan human
error dan factor organisasi harus dilihat kemampuannya dalam mengelola program K3. Faktor
lingkungan kerja yang berbahaya atau memliki risiko kecelakaan kerja, bisa di tekan dengan program
eliminasi, substitusi, engineering control dan pengaturan administrasi kerja.

Daftar pustaka:
Cooper, Dr. Dominic ( 2001) : Improving Safety Culture : A practical Guide.1060 Holderness Road, Hull, HU9
A 4 AH. Published by John Wiley & Sons Ltd.
Cooper, Dr. Dominic ( 2007) : White paper - Behavioural Safety Approaches : Whicaj are the most effectife.
Franklin, Indiana,46131,USA. Published by BSM.
Feyer, A.M. and Williamson, A.M. (1998): Human factors in accident modelling. In: Stellman, J.M. (Ed.),
Encyclopaedia of Occupational Health and Safety, Fourth Edition. Geneva: International Labour
Organisation.
Geyller, E.Scoot ( 2001) : The Psycology of Safety Handbook 2nd edition. Boca Raton, Florida 33432.
Published by Lewis Publisher.
Institute of Medicine (2000): To err is human: Building a safer health system. Washington: National
Academy Press. Encyclopaedia of Occupational Health and Safety, Fourth Edition. Geneva:
International Labour Organization.

6

Stranks, Jeremy ( 2007 ): Human Faktors and Behavioural Safety.Linacre House, Jordan Hill, Oxford 8DP
Burlington, MA 01803. Published by Elsevier.
Reason, James ( 2008 ): The Human Contribution.Wey Court East, Union Road, Farnham Surrey GU9 7PT
England. Published by Ashgate.

7

Dokumen yang terkait

Konstruksi Media tentang Kontroversi Penerimaan Siswa Baru di Kota Malang (Analisis Framing pada Surat Kabar Radar Malang Periode 30 Juni – 3 Juli 2012)

0 72 56

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN PEMBENTUKAN CITRA POSITIF RUMAH SAKIT Studi pada Keluarga Pasien Rawat Jalan RSUD Dr. Saiful Anwar Malang tentang Pelayanan Poliklinik

2 56 65

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisa studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing : studi kasus pada Rumah Sakit Prikasih

56 889 147

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung : (studi deksriptif mengenai perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung)

9 116 145

Makna Kekerasan Pada Film Jagal (The Act Of Killing) (Analisis Semiotika Roland Barthes pada Film Dokumenter "Jagal (The Act of Killing)" tentang Pembunuhan Anti-PKI pada Tahun 1965-1966, Karya Joshua Oppenheimer)

17 109 98

Rancangan media informasi tentang makanan tradisional Peyeum Bandung

5 77 1

Manajemen sumber daya manusia

11 83 1

Politik Hukum Pembaharuan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Kajian Pasal 74 beserta Penjelasannya)

0 1 22