PENGEMBANGAN MODUL BIMBINGAN KONSELING BIDANG BIMBINGAN PRIBADI TENTANG REPRODUKSI SEHAT BAGI KELAS X DI SMA NEGERI 1 PARENGAN TUBAN.

(1)

PENGEMBANGAN MODUL BIMBINGAN KONSELING BIDANG BIMBINGAN PRIBADI TENTANG REPRODUKSI SEHAT

BAGI KELAS X DI SMA NEGERI 1 PARENGAN TUBAN

SKRIPSI

Oleh : FITROTIN NIM :D03211040

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Fitrotin, D03211040. 2016. Pengembangan Modul Bimbingan Konseling Bidang Bimbingan Pribadi Tentang Reproduksi Sehat Bagi Kelas X Di SMA Negeri 1 Parengan

Tuban. Skripsi Bimbingan Konseling Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan UIN Sunana Ampel Surabaya.

Kata kunci: Pengembangan modul, bimbingan pribadi, reproduksi sehat

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk bimbingan konseling bidang bimbingan pribadi yang memuat materi tentang reproduksi sehat bagi siswa kelas X. Modul reproduksi sehat sangat diperlukan untuk membantu guru BK dalam memberikan layanan bimbingan pribadi di SMA Negeri 1 Parengan Tuban.

Penelitian ini menggunakan metode research and development (R&D) yang bertujuan menghasilkan produk pengembangan. Dalam penelitian ini digunakan strategi Borg and Gall. Validasi ahli meliputi ahli materi dan ahli media dengan ketentuan seorang ahli materi dan seorang ahli media. Subyek uji coba merupakan siswa kelas X berjumlah 30 orang dan dilakukan dengan teknik sampling. Teknik analisis data uji coba dilakukan dengan analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

Hasil penelitian yang menghasilkan modul bimbingan pribadi tentang reproduksi sehat ini dinyatakan valid dan layak untuk digunakan sebagai media layanan bimbingan dalam rangka pemberian layanan bimbingan pribadi oleh guru BK. Penilaian dan validasi dari segi materi yang dilakukan oleh ahli materi, modul bimbingan pribadi tentang reproduksi sehat yang dikembangkan, secara umum mendapatkan penilaian valid dan cukup layak untuk digunakan dengan presentase 78,46%. Sedangakan penilaian dan validasi dari segi media yang meliputi desain tampilan dan kesesuaian dengan prosedur layanan bimbingan pribadi yang di lakukan oleh ahli media, modul bimbingan pribadi tentang reproduksi sehat yang dikembangkan, secara umum mendapatkan penilaian valid dan layak untuk digunakan dengan presentase 92%. Pada tahap uji coba terbatas yang dilakukan oleh siswa sebagai pengguna, modul bimbingan pribadi tentang reproduksi sehat yang dikembangkan, secara umum mendapatkan penilaian valid dan layak untuk digunakan dengan presentase 83,8%. Dari ketiga penilaian dapat diketahui bahwa modul reproduksi sehat hasil pengembangan valid dan layak digunakan sebagai media layanan bimbingan pribadi dalam pembelajaran Bimbingan Konseling.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Spesifikasi Produk ... 8

E. Pentingnya Pengembangan ... 9

F. Definisi Operasional ... 9

G. Sistematika Pembahasan ... 10

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bimbingan Konseling Pribadi Tentang Reproduksi Sehat ... 12


(8)

2. Pendidikan Reproduksi Sehat ... 19

3. Siswa Sebagai Remaja ... 22

B. Modul Sebagai Media Layanan Bimbingan... 28

1. Modul ... 28

2. Modul Sebagai Media Layanan Bimbingan Bagi Siswa ... 36

C. Pengembangan Modul tentang Reproduksi Sehat Sebagai Media Layanan Bimbingan Pribadi ... 37

1. Modul Sebagai Media Layanan Bimbingan Pribadi Bagi Siswa .. 37

2. Manfaat Pengembangan Modul Bimbingan Pribadi tentang Reproduksi Sehat Bagi Siswa dan Guru ... 40

BAB III. METODE PENELITINAN A. Model Penelitian Pengembangan ... 41

B. Prosedur Penelitian Pengembangan ... 41

1. Identifikasi Potensi dan Masalah ... 42

2. Perumusan Tujuan Pembelajaran ... 43

3. Perumusan Materi ... 43

4. Desain Produk ... 45

5. Pengembangan Instrumen Validasi ... 47

6. Produksi ... 47

7. Validasi ... 48

8. Uji Coba Produk ... 48

9. Revisi ... 48

C. Uji Coba Produk ... 49

1. Desain Uji Coba ... 49


(9)

3. Jenis Data... 50

4. Instrumen Pengumpulan Data ... 51

5. Teknik Analisis Data ... 54

BAB IV. HASIL PENGEMBANGAN A. Penyajian Data Uji Coba ... 57

B. Analisis Data ... 70

C. Revisi Produk ... 71

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77


(10)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi ini, dunia mengalami perubahan-perubahan pesat di bidang sosial, ekonomi, sosial, politik, dan komunikasi yang diikuti oleh perubahan dalam hal norma sosial dan perilaku seksual. Proses perubahan tersebut mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap seksualitas dan membentuk perilaku seksual yang bergeser dari nilai dan norma yang ada dalam masyarakat kita. Dahulu Indonesia merupakan bangsa Timur, yang sangat teguh memandang seksualitas sebagai hal yang tabu dan sakral. Sementara bangsa Barat memandang dan mengekspresikan seksualitas demikian terbuka serta menganggap hal tersebut sebagai Hak Asasi Manusia. Namun, saat ini perbedaan nila-nilai tersebut mulai tampak kabur sebagai dampak globalisasi informasi dari segala penjuru dunia yang dapat diakses secara cepat dan mudah. Individu yang terkena dampak tersebut meliputi semua lapisan, baik orang tua, dewasa, anak-anak, dan terutama pada kalangan remaja. Juga dari daerah perkotaan hingga desa dan pelosok negeri.

Kemudahan dalam memperoleh informasi, kenyataanya tidak selalu berdampak positif bagi masyarakat. Informasi yang disediakan oleh media sering kali tidak lengkap dan bahkan ada yang menyesatkan masyarakat. Tidak terkecuali informasi seprutar masalah seks yang banyak dimuat oleh media, terutama media online yang sangat mudah penyebar luasannya. Banyak sekali media yang hanya setengah-setengah dalam pembahasan masalah seks, akibatnya banyak terjadi penyimpangan. Beberapa contohnya adanya seks bebas, aborsi, kehamilan yang tidak diinginkan, dan penyakit seks menular. Jumlah kasus aborsi di Indonesia setiap tahun mencapai 2,3 juta, 30% di antaranya dilakukan oleh para remaja, sekitar 28,5% para remaja telah melakukan hubungan seksual


(11)

sebelum nikah, penederita HIV/AIDS yang 50% penderitanya merupakan kalangan remaja, dan terjadinya kehamilan tidak diinginkan (KTD) hingga 27% dalam lingkup pranikah dan 12,5% terjadi di kalangan pelajar1.

Penyimpangan seksual sangat rentan terjadi dikalangan remaja. Hal ini dimungkinkan karena pada masa ini remaja berada pada potensi seksual yang aktif terkait dorongan yang dipengaruhi oleh hormon. Selain itu para remaja juga tidak mempunyai informasi yang cukup mengenai aktivitas seksual itu sendiri. Sehingga para remaja ini mencari tahu dengan berbagai cara, termasuk dengan menggunakan internet yang lingkup jaringannya sangat luas dan memungkinkan adanya kesalahan informasi tentang seks atau reproduksi yang salah.

Hurlock mengatakan bahwa minat terhadap seks pada usia remaja semakin meningkat. Meningkatnya minat terhadap seks menyebabkan para siswa atau remaja selalu berusaha mencari berbagai informasi mengenai seks2. Informasi yang mereka dapatkan biasanya lebih banyak dari teman sebaya, situs-situs porno, atau majalah-majalah yang isinya seputar seks. Tingginya kebutuhan remaja saat ini akan informasi reprosuksi sehat, dapat dilihat dari banyaknya remaja yang mencari informasi terbaru tentang seks. Hal ini dapat diartikan bahawa, kebutuhan remaja akan informasi reproduksi sehat merupakan kebutuhan pokok yang identik dengan kebutuhan dasar lainnya.

Informasi mengenai reproduksi sehat di sekolah memang selama ini sudah terselip di beberapa mata pelajaran yaitu, biologi, penjaskes, dan agama. Pada pelajaran biologi, ada pembahasan mengenai pembuahan yaitu pertemuan antara sel telur dengan sperma yang dapat mengakibatkan kehamilan. Namun, demikian materi tersebut hanya terbatas pada bagaimana proses pembuahan itu terjadi, sehingga siswa kurang mengetahui

1

http://kompas.com/read/2009/02/16/11310897/2.3.Juta.Kasus.Aborsi.per.Tahun..30.Persen.Oleh.Remaja

2

Hurlock. (2002). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan edisi 10. Jakarta: Erlangga. Hlm. 226.


(12)

akan detail pada kehidupan layaknya sebagai manusia sosial. Pada akhirnya, siswa memilih jalan lain untuk memenuhi keingin tahuan mereka seputar seks. Menonton film porno dan membeli majalah dewasa, salah satu jalan mereka. Hal tersebut sangat mudah dilakukan oleh siswa dengan membuka situs-situs porno yang ada dalam internet yang sangat banyak, selain itu hampir semua persewaan film juga menyediakan film porno.

Dari hasil wawancara yang peneliti dengan beberapa siswa menguatkan fakta diatas bahwa menonton film porno adalah hal yang wajar, dan sebaliknya bagi mereka yang belum menonton film porno dianggap aneh. Bahkan tak jarang remaja saling bertukar informasi tentang hal tersebut, dengan dalih pendidikan seks untuk membenarkan tindakan mereka.

Fakta diatas tersebut sangat memprihatinkan, sehingga para siswa atau remaja tersebut membutuhkan informasi yang sitematis dan menyeluruh tentang masalah seks terkait dengan perkembangan mereka. Dalam pemberian pemahaman mengenai reproduksi sehat pada siswa, pihak sekolah adalah pihak yang berkompeten disamping orang tua siwa. Idealnya, pengetahuan mengenai reproduksi sehat dimasukkan di dalam kurikulum dan dijadikan sebagai mata pelajaran sendiri. Tetapi hal tersebut masih menjadi wacana sampai saat ini karena terbentur kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Berdasarkaan fakta dan fenomena diatas, dapat diketahui bahwa siswa benar-benar membutuhkan modul reproduksi sehat yang sesuai dengan tingkat perkembangan mereka. Untuk itulah diperlukan materi reproduksi sehat yang cukup relevan bagi siswa, tujuannya agar mereka mendapatkan informasi yang tepat sehingga dapat mengerti dan mampu berperilaku sesuai standar norma yang berlaku dalam masyarakat. Oleh karena itu materi reproduksi sehat sangat penting untuk disampaikan kepada para siswa.

Peran guru Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah sebagai salah satu komponen pelayanan dasar, yaitu bertugas memberikan dukungan perkembangan


(13)

aspek pribadi, sosial, karier, dan akademik peserta didik. Guru BK di sekolah juga diharapkan dapat memberikan bantuan kepada siswa dalam perencanaan individual, pemberian layanan responsif, dan pengembangan dukungan sistem. Melalui layanan bimbingan dan konseling, peserta didikdapat memperoleh bimbingan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah pribadi. Efektifitas bimbingan pribadi secara langsung dan tidak langsung berpengaruh terhadap kepribadian siswa. Pelaksanaan layanan pribadi baik secara individu maupun kelompok diharapkan mampu menumbuhkan pemahaman diri siswa seutuhnya dan memberi kematangan kepribadian siswa.

Hasil wawancara peneliti dengan guru BK di SMA Negeri 1 Parengan, ada beberapa halangan dan kendala dalam pelaksanaan program layanan dan bimbingan dalam sekolah antara lain anggapan tentang tidak pentingnya BK dalam sekolah dan dalam keterkaitan akan masa depan siswa bahkan untuk memperoleh jam pelajaran dalam kelas perlu perjuangan yang sangat keras, keterbatasan waktu, belum adanya media yang tepat dan dapat meminimalisir proses bimbingan dengan waktu jam pelajaran yang sangat terbatas, kewenangan yang belum sepenuhnya guru BK dapatkan dalam sekolah untuk mengurus siswa yang ditangani, anggapan siswa yang memandang guru BK sebagai polisi sekolah serta belum adanya media yang tepat dan dapat meminimalisisr waktu pembelajaran dan bimbingan dengan jam pelajara yang begitu singkat menjadi halangan dan kendala guru BK dalam pelaksanaan program layanan dan bimbingan dalam sekolah. Berbagai hambatan diatas menunjukkan bahwa pelaksanaan bimbingan dan konseling pribadi di SMAN 1 Parengan mengalami kendala dan belum bisa mencapai hasil yang optimal. Melihat persoalan diatas maka guru BK dituntut untuk memiliki kreatifitas dalam memberikan bimbingan pada siswa agar mencapai hasil yang optimal.

Usaha yang dapat dilakukan untuk membuat layanan bimbingan menjadi menarik adalah memanfaatkan berbagai media yang dapat digunakan sebagai sarana dalam


(14)

pemberian layanan bimbingan, misalnya dalam menggunakan layanan bimbingan pribadi dapat menggunakan modul atau pemutaran film dokumener yang berhubungan dengan materi layanan bimbingan pribadi yang disampaikan guru BK.

Media merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses pemberian bimbingan. Penggunaaan media bimbingan sangat dianjurkan agar prsoses bimbingan antara guru BK dan siswa berjalan dengan baik, tidak membosanka, serta dapat merangsang keaktifan, minat dan kreativitas siswa. Hal tersebut mendorong peneliti untuk memanfaatkan teknologi dalam layanan bimbingan dan konseling dan secara spesifik diarahkan pada pembuatan modul.

Modul merupakan salah satu media alat bantu yang berisi rangkaian kegiatan yang berisi rangkaian kegiatan dan tujuan belajar yang jelas dan sistematik, sehingga memungkinkan siswa mempelajarinya sendiri di rumah. Modul dalam pengembangan ini adalah sebagai media penyampaian informasi. Hal ini dapat membantu siswa agar lebih mengetahui secara detail tentang reproduksi sehat, selain itu dengan adanya modul dapat mengatasi keterbatasan jam masuk kelas bagi guru pembimbing karena dengan adanya modul yang sistematis siswa dapat belajar secara mandiri di rumah3.

Peneliti menggunakan modul dalam penelitian ini karena modul merupakan salah satu cara yang efektif untuk menumbuhkan minat siswa untuk belajar tentang reproduksi sehat. Di dalam modul juga memuat rangkaian kegiatan pelaksanaan bimbingan secara sistematis, juga terdapat tujuan bimbingan yang dirumuskan secara spesifik (khusus dan jelas) sehingga siswa dapat belajar secara sistematis dan jelas arah pembelajarannya. Selain itu tampilan gambar dalam sebuah modul dapat menarik perhatian siswa dan mempermudah siswa dalam memahami isi materi dalam modul. Siswa juga dapat belajar mandiri meskipun tidak disampaikan secara langsung oleh narasumber atau guru. Modul

3


(15)

dapat membuat siswa belajar secara mandiri, tetapi guru BK tetap harus membimbing siswa dalam memahami isi materi yang ada dalam modul tersebut.

Maksud dan tujuan diadakannya modul juga sangat baik bagi proses layanan bimbingan dalam bimbingan konseling, diantaranya tujuan bimbingan dapat dicapai secara efektif dan efisien, siswa dapat belajar mandiri, siswa benar-benar menjadi titik pusat kegiatan belajar mengajar dan bimbingan, kemajuan siswa dapat diikuti dengan frekuensi yang lebih tinggi melalui evaluasi yang di lakukan pada setiap modul berakhir,

modul disusun berdasarkan konsep “mastery learning” suatu konsep yang menekankan

bahwa siswa harus secara optimal menguasai bahan pelajaran yang disajikan dalam modul. Sehingga dengan menggunakan modul, proses bimbingan pribadi akan lebih sistematis, efektif, dan efisien karena modul disusun dengan sekaligus evaluasi dan lembar-lembar tes di bagian akhir bab dan akhir modul. Tentunya hal diatas akan sangat bermanfaat bagi siswa maupun guru BK khususnya dan bagi sekolah juga masyarakat umumnya.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuaraikan diatas, penulis tertarik untuk melakukan pengembangan modul tentang reproduksi sehat yang di kemas dan nantinya akan di praktikan dalam bentuk layanan bimbigan pribadi dalam bimbingan konseling. Hal ini merujuk pada peran sekolah di samping peran orang tua dalam membimbing siswa (remaja), yang dalam masa perkembangannya membutuhkan bimbingan dan arahan yang tepat dari pihak-pihak dan lingkungan yang benar-benar sesuai dan baik bagi remaja (siswa). Modul ini nantinya akan merujuk dari isi layanan bimbingan pribadi di SMA,

yaitu isi layanan bimbingan pribadi kelas X pada point ke tiga yang berbunyi “memahami perkembangan psikoseksual yang sehat” yang di dalamnya akan di bahas secara lengkap

dan detil mulai dari mulai perkembangan remaja, sistem reproduksi, perilakunya, hingga resiko perilaku seksual remaja.


(16)

Dengan berdasar uraian diatas maka penulis merumuskan judul “Pengembangan Modul Bimbingan Konseling Bidang Layanan Bimbingan Pribadi tentang Reproduksi Sehat Bagi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Parengan Tuban”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana layanan bimbingan konseling pribadi tentang reproduksi sehat kelas X di SMAN 1 Parengan Tuban?

2. Bagaimana modul sebagai media layanan Bimbingnan Konseling bagi siswa kelas X di SMAN 1 Parengan Tuban

3. Apakah pengembangan modul Bimbingan Konseling bidang layanan bimbingan pribadi tentang reproduksi sehat bermanfaat bagi siswa dan guru di SMAN 1 parengan Tuban?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan peneliti dengan pengembangan yang dilakukan ini adalah :

1. Untuk mengetahui layanan Bimbingan Konseling bidang layanan pribadi tentang psikoseksual yang sehat bagi siswa di SMAN 1 Parengan Tuban

2. Untuk mengetahui modul sebagai media layanan Bimbingan Konseling bidang layanan pribadi bagi siswa di SMAN 1 Parengan Tuban

3. Mengembangkan produk modul yang dapat dimanfaatkan oleh guru dan siswa dalam layanan bimbingan pribadi tentang reproduksi sehat pada pelajaran Bimbingan Konseling.

4. Menghasilkan produk modul Bimbingan Konseling sebagai penunjang proses layanan bimbingan pribadi bagi siswa.


(17)

5. Mengetahui tanggapan dan manfaat yang dirasakan oleh guru dan siswa di SMAN 1 Parengan setelah adanya modul sebagai media layanan bimbingan pribadi dalam proses Bimbingan dan Konseling.

D. Spesifikasi Produk

Produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini memiliki spesifikasi sebagai berikut:

1. Produk yang dikembangkan oleh peneliti adalah berupa modul yang berisi materi reproduksi sehat, modul ini dibuat berdasarkan komponen-komponen modul bimbingan yaitu adanya:

a) Halaman judul b) Tujuan pembelajaran c) Kata pengantar d) Daftar isi e) Pendahuluan f) Materi modul g) Latihan-latihan h) Evaluasi i) Daftar pustaka


(18)

2. Modul ini bersifat sebagai layanan informasi bimbingan konseling dalam bidang bimbingan pribadi.

E. Pentingnya Pengembangan

Penelitian ini penting dilakukan, apabila dilihat dari manfaat yang dihasilkan dari pengembangan materi ini. Dan hasil pengembangan modul materi reproduksi sehat ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara teoritik maupun secara praktis sebagai berikut :

1) Secara Teoritis

a. Hasil pengembangan modul reproduksi sehat ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah bagi pengembang reproduksi sehat secara umum.

b. Hasil reproduksi sehat ini mampu memberikan gambaran bagi pengembang selanjutnya.

2) Secara Praktis

a. Bagi pembimbing/guru BK, dapat menggunakan manfaat dari hasil produk pengembangan modul dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling terutama bidang bimbingan pribadi

b. Bagi siswa, akan adanya pemahaman bagi siswa tentang pentingnya layanan bimbingan dan konseling terutama bidang bimbingan pribadi.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan tentang apa yang dimaksud dalam penelitian ini, maka penulis menuliskan definisi operasional sebagai berikut:

a. Pengembangan adalah suatu usaha untuk mengembangkan suatu produk yang efektif untuk digunakan pada sekolah, dan bukan untuk menguji teori.


(19)

b. Modul adalah suatu unit program pengajaran yang memiliki karakteristik antara lain berbentuk unit pengajaran terkecil yang lengkap, berisi rangkaian kegiatan belajar yang dirancang secara sistematik, berisi tujuan belajar yang dirumuskan secara jelas dan khusus sehingga memungkinkan sswa dapat belajar mandiri4.

c. Reproduksi sehat adalah perilaku individu yang berkaitan dengan fungsi dan proses reproduksi termasuk perilaku seksual yang sehat.

d. Modul reproduksi sehat adalah suatu unit program terkecil berisi rangkaian kegiatan belajar yang didesain secara khusus agar memungkinkan siswa dapat belajar mandiri dalam mencapai tujuan reproduksi yang sehat.

G. Sistematika Pembahasan

Bab Pertama menjelaskan tentang gambaran mengapa, bagaimana, dan untuk apa pengembangan ini dilakukan. Oleh karena itu dalam langkah awal ini dipaparkan tentang; latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, spesifikasi produk, pentingnya pengembangan, definisi operasional, dan sistematika pembahasan.

Bab Kedua merupakan kajian pustaka tentang pengembanagan modul reproduksi sehat sebagai media bimbingan konseling bidang layanan bimbingan pribadi yang meliputi penjelasan bimbingan konseling bidang layanan bimbingan pribadi, modul sebagai media layanan bimbingan pribadi bagi siswa, dan pengembangan modul tentang reproduksi sehat sebagai media layanan bimbingan pribadi di SMAN 1 Parengan Tuban.

Bab Ketiga adalah menjelaskan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini, yang didalamnya menjelaskan model penelitian pengembangan, prosedur penelitian pengembangan, dan uji coba produk.

4


(20)

Bab Keempat adalah membahas tentang hasil pengembangan yang telah di lakukan sesuai dengan prosedur pengembangan, dan didalamnya di paparkan penyajian data uji coba, analisis data, dan revisi produk.


(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Bimbingan Konseling Pribadi Tentang Reproduksi Sehat

1. Bimbingan Konseling Pribadi a) Pengertian Bimbingan

Bimbingan merupakan upaya untuk membantu individu berkembang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya secara bertahap dalam proses yang matang. Rochman Natawidjaja mengartikan bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat.

Pendapat Rochman Natawidjaja mengemukakan bahwa dengan adanya layanan bimbingan, individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, akan mencapai kemampuan untuk memahami dirinya, kemampuan untuk mengarahkan dirinya sesuai dengan potensi dan kemampuannya dalam menccapai penyesuaian diri dengan lingkungan baik keluarga, sekolah, maupun masyarakat1.

Menurut Abu Ahmadi bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik2.

1

Syamsu Yusuf LN & A. Juntika Nur Ikhsan. (2006). Landasan Bimbingan Dan Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hlm. 6

2


(22)

Moh. Surya juga mengemukakan bahwa bimbingan merupakan sebagai suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahama diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungannya.

Senada dengan pendapat M. Surya, Prayitno mengemukakan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang (individu) atau sekelompok orang agar mereka dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri3.

Berdasarkan definisi-definisi yang telah dipaparkan diatas, dapat disimpulakn bahwa, bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu secara kontinu dan sitematis, serta bertujuan untuk membantu proses pengembangan potensi diri melalui pola-pola sosial yang dilakukannya sehari-hari di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Pola-pola sosial yang dimaksud adalah pola-pola dimana individu tersebut dapat melakukan penyesuaian diri dengan lingkungannya.

b) Bimbingan Pribadi

Bimbingan pribadi merupakan salah satu bidang bimbingan yang ada di seekolah. Terdapat beragam pengertian bimbingan pribadi yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah pendapat Abu Ahmadi sebagai berikut:

“bimbingan pribadi adalah seperangkat usaha bantuan kepada siswa agar dapat

menghadapi sendiri masalah-masalah pribadi yang dialaminya, mengadakan penyesuaian pribadi, dan kegiatan rekreatif yang bernilai guna, serta berdaya upaya sendiri dalam memecahkan masala-maslah pribadi, rekreasi dan sosial yang dialaminya4”.

3

Sulistyarini & Moh. Jauhar. (2014). dasar-dasar Konseling. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Hlm. 174 4


(23)

Inti dari pengertian bimbingan pribadi yang di kemukakan oleh Abu Ahmadi tersebut adalah bimbingan pribadi yang diberikan kepada pribadi, agar mampu menghadapi dan memecahkan permasalahan pribadi secara mandiri.

Hal ini sejalan dengan pengertian bimbingan pribadi menurut Dewa Ketut Sukardi yang mengungkapkan bahwa bimbingan pribadi merupakan usaha bimbingan dalam menghadapi dan memecahkan masalah pribadi, seperti penyesuaian diri, menghadapi konflik, dan pergaulan5.

Syamsu Yusuf dan A. Juantika Nur I. Juga mengemukakan pendapatnya mengenai bimbingan pribadi sebagai berikut:

“bimbingan pribadi adalah bimbingan untuk membantu individu dalam

memecahkan masalah-masalah pribadi. Yang tergolong dalam masalah pribadi adalah maslah hubungan dengan sesama teman, dengan dosen, serta staf, permasalahan sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan, dengan masyarakat tempet mereka tinggal, dan penyelesaian

konflik”6 .

Inti dari pendapat diatas, bimbingan pribadi adalah suatu proses bimbingan bagi individu-individu dalam memecahkan masalah-masalah pribadi seperti masalah hubungan dengan sesama individu, permasalahan perbedaan sifat, kamampuan serta penyesuaian diri baik dalam lingkungan pendidikan maupun dalam masyarakat sekitar dan penyelesaian konflik.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan pribadi merupakan bimbingan yang diberikan oleh seorang ahli kepada individu atau

5

Dewa Ketut Sukardi. (1993). Bimbingan Konseling Di Sekolah. Jakarta: Rineka cipta. Hlm. 11 6

Syamsu Yusuf LN & A. Juntika Nur Ikhsan. (2006). Landasan Bimbingan Dan Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hlm. 11


(24)

kelompok, dalam membantu individu untuk menghadapi dan memecahkan masalah-masalah pribadi, seperti penyesuaian diri, menghadapi konflik dan pergaulan.

c) Tujuan Bimbingan Pribadi

Menurut Syamsu Yusuf dan A. Juantika Nurihsan tujuan dari bimbingan pribadi adalah sebagai berikut:

1) Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.

2) Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.

3) Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, serta mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran yang dianut.

4) Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan, baik fisik maupun psikis. 5) Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.

6) Memiliki kemampuan menentukan pilihan secara sehat.

7) Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau mengahargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.

8) Memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas dan kewajibannya.


(25)

9) Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudakan dalam bentuk persahabatan, persaudaraan atau silaturahmi terhadap sesama manusia.

10)Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik baik yang bersifat internal maupun orang lain.

11)Memiliki kemampuan ntuk mengambil keputusan secara efektif7.

Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan pribadi bertujuan untuk memantapkan kepribadian agar dapat berkembang sesuai dengan tugas-tugas perkembangannya dan dapat mengembangkan kemampuan individu tersebut serta dapat melakukan penyesuaian diri dengan norma yang ada disekelilingnya.

d) Fungsi Bimbingan Pribadi

Fungsi dalam bimbingan pribadi yang diungkapkan oleh Totok dalam buku Rima Puspita yaitu:

1) Berubah menuju pertumbuhan, pada bimbingan ini, konselor secara berkesinambungan memfasilitasi individu agar mampu menjadi agen perubahan bagi diri dan lingkungannya. Konselor juga berusaha membantu individu dengan sedemikian rupa sehingga individu mampu menggunakan segala sumber daya yang dimilikinya untuk berubah.

2) Pemahaman diri secara penuh dan utuh. Individu memahami kelemahan dan kekuatan yang ada dalam dirinya, serta kesempatan dan tantangan yang ada di luar dirinya. Individu diharapkan mampu mencapai tingkat kedewasaan dan kepribadian yang utuh dan penuh, sehingga individu tidak memiliki kepribadian

7


(26)

yang terpecah lagi dan mampu mengintegrasi diri dalam segala aspek kehidupan secara utuh, selaras, serasi, dan seimbang.

3) Berlatih tingkah laku baru yang lebih sehat, bimbingan pribadi digunakan sebagai media untuk menciptakan dan melatih perilaku baru yang lebih sehat.

4) Menghilangkan gejala-gejala yang disfungsional. Konselor membantu individu dalam menghilangkan atau menyembuhkan gejala yang mengganggu sebagai akibat dari krisis8.

Dari uraian fungsi bimbimbingan pribadi yang telah dipaparkan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi bimbingan pribadi adalah merubah dan mengajak individu untuk memahami dirinya secara penuh dan utuh serta menjadi tolak ukur perubahan menuju pribadi yang lebih baik atas dirinya sendiri, melatih dan menciptakan pribadi yang lebih sehat, aktif, dan kreatif.

e) Isi Layanan Bimbingan pribadi di SMA

Isi layanan bimbingan pribadi untuk setiap tingkatan kelas adalah sebagai berikut:

 Kelas X

1) Melatih cara pengendalian dan mengarahkan emosi

2) Membuat keptusan yang di dasarkan pada nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat

3) Memahami perkembangan psikoseksual yang sehat

4) Memahami terbentuknya prasangka dan mengaji akibat-akibatnya

5) Mengetahui bagaimana mengatur dan menggunakan waktu secara efektif 6) Menggambarkan situasi di sekolah dan di rumah, serta keterkaitannya 7) Memahami situasi dan cara-cara mengendalikan konflik

8


(27)

8) Membedakan bermacam-macam alternatif membuat pilihan dengan bermacam resiko yang mungkin dihadapi.

 Kelas XI

1) Menjabarkan ciri-ciri dan kemampuan diri sendiri yang paling dihargai 2) Menemukan cara-cara untuk mengembangkan sikap yang lebih positif

3) Menilai secara terus menerus pengaruh kegiatan waktu luang terhadap kesehatan fisik dan mental

4) Menemukan strategi untuk mengatasi penyimpangan dan prasangka terhadap orang lain

5) Menilai bahwa menghindari tanggung jawab itu, akan menuntut kemampuan mengelola lingkungan secara efektif

6) Menilai keadaan dan keefektifan hubungan sosial dan hubungan keluarga 7) Menerapkan nilai-nilai yang berlaku dalam pemecahan masalah pada situasi

konflik

8) Menelaah keputusan yang telah dibuat agar membantu keputusan dimasa depan, termasuk pemilihan program khusus.

 Kelas XII

1) Memahami dan menghargai keunikan diri sendiri

2) Memahami bahwa sikap dan nilai-nilai mempengaruhi kehidupan

3) Menelaah keterampilan pribadi yang dapat menunjang kepuasaan fisik dan mental

4) Menghargai adanya perbedaan latar belakang budaya


(28)

6) Memahami perlu memelihara hubungan yang efektif sepanjang hayat

7) Menilai kemampuan komunikasi dan penyelesaian konflik serta cara mengatasi selanjutnya

8) Menilai kecakapan dalam membuat alternatif pilihan mengumpulkan informasi, dan menilai konsekuensi dari keputusan yang dibuat

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengacu pada isi layanan bimbingan pribadi untuk kelas X poin ketiga, yaitu memahami perkembangan psikoseksual yang sehat. Adapun materi yang akan dikembangkan adalah mengenai “reproduksi sehat “.

Ruang lingkup bimbingan pribadi sangat luas maka modul reproduksi sehat bimbingan pribadi yang dibuat peneliti masih sederhana. Hanya materi-materi tertentu saja yang dikembangkan. Berdasarkan permasalahan dilapangan maka peneliti memilih materi berikut untuk dikembangkan.

a. Pertumbuhan dan perkembangan remaja b. Sistem reproduksi

c. Perkembangan seksualitas remaja d. Resiko perilaku seksual remaja

2. Pendidikan Reproduksi Sehat a. Pengertian Reproduksi Sehat

Reproduksi sehat adalah perilaku individu yang berkaitan dengan fungsi dan proses reproduksi termasuk perilaku yang sehat. Salah satu penunjang terciptanya reproduksi sehat adalah pendidikan seks. Pendidikan seks adalah upaya memeberikan pengetahuan tentang perubahan biologis, psikologis, dan psikososial sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan manusia.


(29)

b. Tujuan Reproduksi Sehat

Menurut Yani Widyastuti tujuan reproduksi sehat yaitu sebagai berikut9: 1) Untuk membantu remaja agar memahami dan menyadari ilmu tersebut,

sehingga remaja memiliki sikap dan perilaku sehat dan tentu saja bertanggung jawab kaitannya dengan masalah kehidupan reproduksi

2) Meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran, dan kemampuan remaja dalam memelihara organ reproduksi

3) Agar seluruh remaja dan keluarganya memiliki pengetahuan, kesadaran sikap dan perilaku reproduksi sehat sehingga menjadikan remaja siap sebagai keluarga yang berkualitas.

Menurut BKKBN tujuan dari reproduksi sehat adalah sebagai berikut10 : 1) Terhindar dari penyakit reproduksi

2) Terhindar dari penyakit menular seksual (IMS), HIV/AIDS 3) Tidak melakukan pelecehan seksual

4) Terhindar dari pelecehan seksual

5) Agar kelak dapat melanjutkan keturunan secara sehat.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan reproduksi sehat adalah :

1. Membentuk pengertian tentang reproduksi sehat sehingga mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan, tanggung jawab)

9

Yani Widyastuti, dkk. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya. Hlm. 5 10

BKKBN (2003). Kesehatan Reproduksi Remaja. Diakses dari www.ceriaBKKBN.com. Pada tanggal 20 Oktober 2015. Hlm 5.


(30)

2. Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap reproduksi sehat dalam semua manifestasi yang bervariasi termasuk perananya didalam kehidupan manusia

3. Memberikan pengertian yang memadai tentang perubahan fisik, mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada para remaja termasuk didalamnya fungsi dan kebutuhan akan seks

4. Membantu remaja dalam mengembangkan kepribadiannya sehingga mampu untuk mengambil keputusan yang bertanggung jawab

5. Memberi pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan kepada kedua individu dan kehidupan keluarga

6. Memberikan pengertian akan kebutuhan nilai moral dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual

7. Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual 8. Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seks yang tidak rasional dan

eksploitasi yang berlebihan

9. Memberikan pengertian tentang kondisi yang dapat membuat individu melakukan aktifitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran.

c. Materi Reproduksi Sehat

Materi yang akan disampaikan dalam modul ini adalah sebagai berikut:

1) Pertumbuhan dan perkembangan remaja, yang terdiri dari: tumbuh kembang dan masa pubertas

2) Sistem reproduksi, yang terdiri dari: alat reproduksi, permasalahan alat reproduksi, pemeliharaan alat-alat reproduksi


(31)

3) Perkembangan seksualitas remaja, yang terdiri dari: perilaku seksual remaja, cara-cara yang biasa di lakukan dalam mengatasi dorongan seksual, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja, pengertian perilaku sehat dan bertanggung jawab, dampak aktivitas perilaku seksual remaja

4) Resiko perilaku seksual remaja, yang terdiri dari: secara medis terdiri dari kehamilan yang tidak dikehendaki, aborsi, penyakit menular seksual, infertilitas atau kemandulan, dan kanker leher rahim, secara psikologis da sosial, tanda-tanda infeksi menular seksual.

3. Siswa Sebagai Remaja a. Pengertian Remaja

Menurut Kartini Kartono adolescence (masa remaja) merupakan periode antara pubertas dan kedewasaan. Usia yang diperkirakan 12 sampai 21 tahun untuk anak gadis yang lebih cepat matang dari pada anak laki-laki, dan antara 13 sampai 22 tahun bagi anak laki-laki.

Sedangkan definisi menurut WHO, remaja adalah suatu ketika individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai ia mencapai kematangan seksual, individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak mencapai dewasa, terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang lebih mandiri11.

Definisi diatas menunjukkan bahwa seseorang yang dikatakan sebagai remaja adalah individu yang telah menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya

11


(32)

dan berkembang kearah kematangan seksual. Selain itu, dari segi psikologis mengalami perkembangan dari anak-anak menuju ke dewasa, serta menuju kemandirian dalam hal ekonomi.

Untuk batasan usia remaja, Andi Mappire mengemukakan batasan usia remaja antar 12-21 tahun, dengan pembagian masa remaja awal antara 13-17 tahun dan masa remaja akhir 17-21 tahun.

Dari berbagai pendapat mengenai pengertian remaja yang telah dijabarkan diatas, dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang berkisar antar usia 12 sampai 21 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, psikologis serta menuju kepada kematangan ekonomi.

b. Karakteristik Remaja

1) Perkembangan Fisik dan Seksual Remaja

Menurut Sarlito Wirawan Sarwono masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan hanya dalam artian psikologis tetapi juga fisik. Bahkan perubahan-perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan psikologis muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan fisik itu.

Diantar perubahan-perubahan fisik tersebut, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adala pertumbuhan tubuh (badan mulai bertambah tinggi dan panjang), mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basar pada laki-laki), dan tanda-tanda sekunder yang tumbuh.


(33)

Istilah tanda-tanda kelamin primer menunjukan pada organ badan yang langsung berhubungan dengan persetubuhan dan proses reproduksi. Jadi pada anak perempuan hal tadi adalah rahim, dan saluran telur, vagina, bibir kemaluan, dan klitoris. Sedangkan pada anak laki-laki yaitu penis, testis, dan skrotum. Tanda-tanda kelamin sekunder adalah tanda-tanda jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan persetubuhan dan proses reproduksi, namun merupakan tanda-tanda yang khas perempuan dan laki-laki.

2) Perkembangan kognitif atau inteligensi remaja

Yang dimaksud perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget melihat seseorang berkembang melalui 4 tahap perkembangan kognitif yaitu sensorimotori (0-2 tahun), praoperasional (2-7 tahun), operasional konkrit (7-11 tahun), dan operasional formal (11 tahun ke atas sampai dewasa). Dengan demikian seorang remaja yang berusia antara 13-21 tahun berada padah tahap operasional formal. Remaja sudah mulai memantapkan pemikiran operasional formalnya dan menggunakannya dengan lebih konsisten.

Ciri-ciri perkembangan kognitif operasi formal menurut Bracee dan Bracee12 antara lain :

a. Individu telah memiliki pengetahuan gagasan inderawi yang cukup baik

b. Individu mampu memahami hubungan antara 2 (dua) ide atau lebih.

12


(34)

c. Individu dapat melaksanakan tugas tanpa perintah / instruksi dari gurunya.

d. Individu dapat menjawab secara praktis (applied), menyeluruh (comprehensive), mengartikan (interpretative) suatu informasi yang dangkal.

Dari beberapa pandangan ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan kognitif atau inteligensi remaja mulai masuk dalam tahap operasional formal. Dalam tahap ini remaja sudah mulai berpikir abstrak, idealistis, maupun logika.

3) Perkembangan afektif atau emosi remaja

Perkembangan afektif menyangkut perasaan, moral dan emosi. Perkembangan afektif remaja mencakup proses belajar perilaku dengan orang lain atau sosialisasi. Sebagian besar sosialisasi berlangsung lewat pemodelan dan peniruan orang lain.

Menurut Hurlock mengemukakan bahwa remaja mengalami ketegangan emosi yang meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar13. Adapun meningginya emosi terutama karena anak laki-laki dan perempuan berada di bawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru, sedangkan selama masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu. Remaja yang merupakan masa peralihan dari masa anak-anak dan masa dewasa, statusnya menjadi agak kabur, baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya.

13

Hurlock, Elisabeth B. (2005). Psikologi Perkembangan Suatu pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi 13. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hlm. 212-213


(35)

Dari pandangan ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan emosi remaja sering berubah-ubah. Perubahan emosi ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan remaja.

4) Perkembangan sosial

Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Seseorang memerlukan 3 proses untuk mampu bersosialisasi (sozialed), dimana masing-masing proses tersebut terpisah dan sangat berbeda satu sama lain tetapi saling berkaitan sehingga kegagalan dalam satu proses akan menurunkan kadar sosialisasi individu.

Menurut Sarlito Wirawan Sarwono menyatakan bahwa perkembangan sosial pada masa puber ini dapat dilihat dari 2 ciri khas yaitu mulai terbentuknya kelompok teman sebaya baik sesama jenis kelamin maupun dengan lawan jenis dan mulai memisahkan diri dari orang tua14.

Di Indonesia perkembangan sosial remaja masih ada keterbatasannya. Di satu sisi walaupun ingin melepas dari orang tua namun kebanyakan remaja awal masih tinggal bersama orang tua. Selain itu juga secara ekonomi masih bergantung kepada orang tua. Mereka juga belum bisa kawin, secara budaya hubungan seksual tidak diperkenankan sesuai dengan norma agama dan sosial, meskipun mereka sudah bisa mengadakan kencan-kencan dengan teman lawan jenis. Mereka berusaha mencapai kebebasan dalam berpacaran.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perkembangan sosial pada masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri. Pada masa ini sosialisasi anak lebih luas dan berkembang, mereka mulai menjalin hubungan

14


(36)

dengan teman-teman laki-lakinya dan mengadakan kencankencan (dating). Anak lebih mementingkan teman daripada keluarga dan mulai timbul banyak pertentangan dengan orang tua.

5) Tugas Perkembangan Remaja

Tugas-tugas perkembangan remaja menurut Carballo15 adalah sebagai berikut: 1) Menerima dan mengintergrasikan pertumbuhan badannya dalam

kepribadiannya

2) Menentukan peran dan fungsi seksualnya yang adekuat (memenuhi syarat) dalam kebudayaan tempatnya berada

3) Mencapai kedewasaan dengan kemandirian, kepercayaan diri, dan kemampuan untuk menghadapi kehidupannya

4) Mencapai posisi yang diterima oleh masyarakat

5) Mengembangkan hati nurani, tanggung jawab, moralitas, dan nilai-nilai yang sesuai dengan lingkungan dan kebudayaan

6) Memecahkan problem-problem nyata dalam pengalaman sendiri dalam kaitannya dengan lingkungan.

Selain memiliki ciri-ciri karakteristik remaja juga memiliki tugas perkembangan sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh Robert Havighurst bahwa tugas perkembangan remaja adalah menerima kondisi fisik serta dapat memanfaatkannya secara optimal, mempersiapkan karir ekonomi, menjalin hubungan yang serius serta mulai menemukan jati dirinya16.

15

Ibid hlm.15 16


(37)

Dari pendapat-pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tugas-tugas perkembangan remaja adalah sebagai berikut :

a) Menerima keadaan fisiknya dan peranannya sebagai pria atau wanita b) Dapat menjalin hubungan yang baik dengan teman sebayanya baik itu

dengan suasana sesama jenis ataupun dengan lawan jenisnya

c) Dapat mencapai kedewasan dengan kemandirian, kepercayaan diri dan kemampuan untuk menghadapi kehidupan

d) Mempersiapkan karir ekonomi

e) Mempersiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga f) Mempersiapkan tingkah laku sosial yang bertanggung jawab

g) Mencapai sistem nilai dan etika tertentu sebagai pedoman tingkah laku h) Memecahkan problem-problem nyata dalam pengalaman sendiri dalam

kaitannya dengan lingkungan

i) Mencapai sistem nilai dan etika tertentu sebagai pedoman tingkah laku.

B. Modul Sebagai Media Layanan Bimbingan 1. Modul

a. Pengertian Modul

Modul merupakan salah satu metode pengajaran yang selama ini telah dikembangkan oleh para ahli. Ada beberapa pengertian mengenai modul yang diungkapakan oleh para ahli.

Nana Sujana mengungkapkan bahwa modul adalah suatu unit program pengajaran yang memiliki karakteristik antara lain berbentuk unit pengajaran terkecil yang lengkap, berisi rangkaian kegiatan belajar yang dirancang secara sistematik, berisi tujuan belajar yang dirumuskan secara


(38)

jelas dan khusus sehingga memungkinkan siswa dapat belajar mandiri dan merupakan realisasi dari perbedan individu17.

Sedangkan menurut Nasution modul adalah suatu unit yang lengkap, yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaina kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas18.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, modul adalah suatu unit pengajaran terkecil yang berisi rangkaian kegiatan dan tujuan belajar yang jelas dan sistematik, sehingga memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri.

b. Karakteristik Modul

B. Suryosubroto mengungkapkan bahwa karakteristik modul adalah sebagai berikut19 :

1) Modul merupakan unit pengajaran terkecil dan lengkap

2) Modul itu memuat rangkaian kegiatan belajar yang direncanakan secara sistematis

3) Modul memuat tujuan belajar yang dirumuskan secara jelas dan spesifik (khusus)

4) Modul memungkinkan siswa belajar sendiri (independent)

5) Modul merupakan realisasi pengakuan perbedaan individual dan merupakan salah satu perwujudan pengajaran individual.

Menurut Nana Sujana dan Ahmad Rivai karakteristik modul sebagai berikut20 :

17

Nana Sujana. (2008). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Hlm. 132 18

Nasution. (2008). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hlm. 205 19


(39)

a) Berbentuk unit pengajaran terkecil dan lengkap

b) Berisi rangkaian kegiatan belajar yang dirancang secara sistematik c) Berisi tujuan belajar yang dirumuskan secara jelas dan khusus d) Memungkinkan siswa belajar mandiri

e) Merupakan realisasi perbedaan individual serta perwujudan pengajaran individual.

Dari dua pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik sebuah modul untuk layanan bimbingan adalah sebagai berikut :

1. Modul memuat rangkain kegiatan pelaksanaan bimbingan yang dirancang secara sistematis

2. Di dalam sebuah modul terdapat tujuan bimbingan yang dirumuskan secara spesifik (khusus dan jelas)

3. Modul memungkinkan siswa untuk belajar mandiri 4. Modul merupakan realisasi dari perbedaan individual.

c. Maksud dan Tujuan Modul

Menurut Nasution tujuan dari modul yaitu21 :

1) Membuka kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut kecepatan masing-masing. Dianggap siswa bahwa siswa tidak akan mencapai hasil yang sama dalam waktu yang sama dan tidak bersedia mempelajari sesuatu pada waktu yang sama.

2) Memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut cara masing-masing, oleh sebab mereka menggunakan teknik yang berbeda-beda untuk memecahkan masalah-masalah tertentu berdasarkan latar belakang pengetahuan dan kebiasaan masing-masing.

3) Memberikan pilihan dari sejumlah besar topik dalam rangka suatu mata pelajaran, mata kuliah, bidang studi atau disiplin bila kita anggap bahwa

20

Nana Sujana & Ahmad Rivai. (2007). Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Hlm. 133 21


(40)

pelajar tidak mempunyai pola minat yang sama atau motivasi yang sama untuk mencapai tujuan yang sama.

4) Memberi kesempatan pada siswa untuk mengenal kelebihan dan kekurangannya dan memperbaiki kelemahannya melalui modul remedial, ulangan-ulangan atau variasi dalam belajar.

Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai maksud dan tujuan digunakannya modul adalah sebagai berikut22 :

Penggunaan modul dalam kegiatan belajar mengajar bertujuan agar tujuan pendidikan bisa dicapai secara efektif dan efisien. Para siswa dapat mengikuti program pengajaran sesuai dengan kecepatan dan kemampuan sendiri, lebih banyak belajar mandiri, dapat mengetahui hasil belajar sendiri, menekankan penguasaan bahan pelajaran secara optimal (mastery learning), yaitu dengan tingkat penguasaan 80%.

Berdasarkan kedua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa maksud dan tujuan modul sebagai layanan bimbingan adalah sebagai berikut :

1) Tujuan bimbingan dapat dicapai secara efektif dan efisien 2) Siswa dapat belajar mandiri

3) Siswa benar-benar menjadi titik pusat kegiatan belajar mengajar dan bimbingan

4) Kemajuan siswa dapat diikuti dengan frekuensi yang lebih tinggi melalui evaluasi yang dilakukan pada setiap modul berakhir

5) Modul disusun dengan berdasarkan konsep ”mastery learning” suatu konsep yang menekankan bahwa siswa harus secara optimal menguasai bahan pelajaran yang disajikan dalam modul itu.

22


(41)

d. Unsur-unsur yang Terdapat Dalam Modul

Menurut Nana Sujana dan Ahmad Rivai unsur-unsur sebuah modul adalah sebagai berikut23 :

1) Pedoman Guru

Pedoman guru berisi petunjuk-petunjuk agar guru mengajar secara efisien serta memberikan penjelasan kepada siswa mengenai jenis kegiatan, waktu, alat yang digunakan dan petunjuk evaluasinya.

2) Lembaran Kegiatan Siswa

Memuat pelajaran-pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa, susunan materi sesuai dengan tujuan instruksional yang akan dicapai, disusun langkah demi langkah, sehingga memudahkan siswa dalam belajar. Dalam lembaran kegiatan siswa ini tercantum kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan siswa. 3) Lembaran Kerja

Lembaran kerja ini menyertai lembaran kegiatan siswa, yang dipakai untuk menjawab atau mengerjakan soal-soal, tugas atau masalah-masalah yang harus dipecahkan.

4) Kunci Lembaran Kerja

Berfungsi untuk mengevaluasi atau mengoreksi sendiri hasil pekerjaan siswa bila terdapat kekeliruan dalam pekerjaannya, siswa dapat meninjau kembali pekerjaannya.

5) Lembaran Tes

Lembaran tes merupakan alat evaluasi untuk mengukur keberhasilan tujuan yang telah dirumuskan.

23


(42)

6) Kunci lembaran Tes

Kunci lembaran tes merupakan alat koreksi terhadap penilaian yang akan dilaksanakan oleh siswa sendiri.

e. Prosedur Penyusunan Modul

Menurut Nana Sujana dan Ahmad Rivai langkah-langkah dalam menyusun modul adalah sebagai berikut24:

1) Menyusun kerangka modul

a) Menetapkan atau merumuskan tujuan instruksional umum

b) Merinci tujuan instruksional umum menjadi tujuan instruksional khusus c) Menyusun butir-butir evaluasi

d) Mengidentifikasi pokok-pokok materi pelajaran sesuai dengan tujuan khusus

e) Menyusun pokok-pokok materi dalam urutan yang logis f) Menyusun langkah-langkah kegiatan belajar siswa

g) Memeriksa langkah-langkah kegiatan belajar untuk mencapai semua tujuan

h) Mengidentifikasi alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan belajar dengan modul tersebut.

2) Menulis program secara rinci meliputi : a) Pembuatan petunjuk guru

b) Lembaran kegiatan siswa c) Lembar kerja siswa d) Lembar jawaban

24


(43)

e) Lembar tes

f) Lembar jawabab tes.

Setelah peneliti mengkaji pendapat para ahli, mengenal langkah-langkah penyusunan modul di atas, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa langkah-langkah menyusun modul sebagai modul bimbingan pribadi tentang reproduksi sehat adalah sebagai berikut : a) merumuskan tujuan modul, b) menyusun petunjuk penggunaan modul, c) menyusun materi modul, dan d) membuat lembar evaluasi.

f. Penyusunan Garis Besar Modul

Komponen-komponen garis-garis besar isi modul tersebut adalah sebagai berikut25 :

1) Judul

Yang dimaksud dengan “judul atau topik” dalam hal ini adalah judul progran media pembelajaran yang akan dikembangkan.

2) Pokok bahasan atau sub pokok bahasan

Pokok atau sub pokok bahasan yang menjadi fokus materi pembelajaran haruslah dirumuskan secara singkat dan jelas serta mencerminkan materi yang akan dikemas. Untuk suatu topik atau judul satuan bahan pembelajaran dapat saja mencakup satu atau lebih pokok atau sub pokok bahasan. Tidak ada patokan yang kaku. Perumusan ini dapat bersifat tematik atau frasa.

3) Tujuan pembelajaran

25


(44)

Tujuan pembelajaran ini menjadi pedoman atau arah bagi penulisan bahan belajar modul. Tujuan pembelajaran dapat dibagi menjadi : a. tujuan pembelajaran umum, dan b. tujuan pembelajaran khusus.

Berdasarkan tujuan pembelajaraan yang ada, penulis modul dapat mempertimbangkan seberapa dalam dan seberapa luas materi pembelajaran yang akan diuraikan didalam modul yang akan ditulisnya.

4) Pokok-pokok materi

Pokok-pokok materi yang dirumuskan didalam garis-garis besar isi modul akan digunakan penulis modul sebagai landasan untuk menjabarkan materi modul secara rinci. Sehubungan dengan hal itu, sebaiknya perumusan pokok-pokok materi modul didalam garis-garis besar isi modul dilakukan dengan menggunakan pendekatan pada tujuan pembelajaran khusus yang telah ditetapkan. Artinya setiap pembelajaran khusus yang ada dimulai dari tujuan khusus yang pertama diidentifikasi dulu secara tuntas apa yang menjadi pokok-pokok materi.

5) Penilaian

Informasi yang dicantumkan dalam penilaian, akan memberikan gambaran pada penulis modul tentang bentuk dan butir-butir penilaian yang perlu dikembangkan penulis.

6) Kepustakaan

Untuk menghasilkan garis-garis besar isi modul tentut menuntut kita mencari bahan-bahan kepustakaan yang relevan dan substansi yang akan dikembangkan. Bahan-bahan kepustakaan ini berfungsi sebagai acuan kita.


(45)

Tidak hanya bahan-bahan kepustakaan yang kita gunakan menyusun garis-garis besar isi modul saja yang diperlukan dicantumkan atau dituliskan tetapi juga termasuk bahan-bahan kepustakaan yang menurut kita perlu dipelajari oleh penulis modul dan media lain atau oleh pengembang butir-butir tes penilaian.

Bahan kepustakaan ini tidak terbatas hanya bahan cetak saja tetapi juga yang berupa media non cetak. Dalam kaitan ini perlu disebutkan judul program, institusi yang memproduksi, lama putar dan harganya serta tempat dimana media non cetak ini dapat dengan mudah diperoleh.

2. Modul sebagai Media Layanan Bimbingan Bagi Siswa

Media pendidikan adalah segala wujud yang dapat dipakai sebagai sumber belajar yang dapat merangsang pikiran, perasan, perhatian, dan kemauan sehingga mendorong terjadinya proses belajar mengajar ketingkat yang lebih efektif dan efisien.

Adapun salah satu alat mengajar atau bagian dari media pendidikan adalah modul. Modul adalah suatu uraian materi yang lengkap, jelas dan dilengkapi dengan tujuan pengajaran yang jelas dan khusus, serta umpan balik yang disusun untuk membantu guru BK dalam menyampaikan informasi kepada siswa sebagai bentuk layanan bimbingan untuk mencapai tujuan belajarnya.

Penting kiranya dilakukan penyampaian informasi mengenai reproduksi sehat ini melalui modul oleh guru BK untuk siswa sebagai remaja. Agar penyampaian informasi lebih mudah dan siswa sebagai remaja lebih mudah memahami materi yang disampaikan, maka perlu dibuat modul sebagai media layanan bimbingan.


(46)

C. Pengembangan Modul Tentang Reproduksi Sehat Sebagai Media Layanan Bimbingan Pribadi

1. Modul Sebagai Media Layanan Bimbingan Pribadi Bagi Siswa

Dalam penelitian pengembangan ini, peneliti berusaha untuk mengembangkan media sebagai alat bantu dalam pelaksanaan bimbingan pribadi yang berbentuk modul reproduksi sehat bagi siswa SMA kelas X. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengembangan diartikan sebagai suatu proses, cara perbuatan mengembangkan modul, seperti telah dibahas diawal diartikan sebagai suatu unit program terkecil dan berisi rangkaian kegiatan belajar yang didesain secara khusus agar memungkinkan siswa dapat belajar mandiri dalam mencapai tujuan-tujuan belajar.

Berdasarkan makna istilah pengembangan dan modul tersebut di atas, maka pengembangan modul bimbingan pribadi tentang reproduksi sehat ini dapat merupakan sebagai proses kegiatan mengembangkan unit terkecil dan berisi rangkaian kegiatan bimbingan yang didesain secara khusus agar memungkinkan siswa dapat memahami dan mengerti tentang pertumbuhan dan perkembangan remaja, sistem reproduksi, perkembangan seksualitas remaja dan resiko perilaku seksual remaja. Dalam hal ini proses kegiatan yang dimaksud adalah dengan melakukan beberapa uji coba dan revisi sehingga menghasilkan suatu modul bimbingan pribadi tentang reproduksi sehat yang baik dan layak.

Modul yang akan peneliti kembangkan dalam penelitian ini adalah modul yang nantinya berisikan materi-materi mengenai reproduksi sehat yang harus dipahami oleh siswa SMA kelas X. Alasan dipilihnya kelas X karena mengacu pada


(47)

isi layanan bimbingan pribadi untuk kelas X point ketiga yaitu memahami perkembangan psikoseksual yang sehat. Pemberian modul bimbingan pribadi dikelas X diharapkan dapat menjadi dasar materi bagi kelanjutan pemberian modul bimbingan pribadi dikelas XI dan XII.

Pengembangan modul reproduksi sehat bagi siswa SMA kelas X ini diharapkan dapat menjadi dasar pemberian materi. Peneliti memilih materi mengenai reproduksi sehat karena pemahaman siswa SMA mengenai reproduksi sehat sangat penting dalam mempersiapkan dan menjaga diri dari ancaman pergaulan bebas.

Adanya keterbatasan dalam hal biaya, waktu serta kemampuan dari peneliti sendiri, maka peneliti hanya mengambil beberapa materi yang akan digunakan sebagai bahan materi untuk pengembangan modul ini. Berikut ini akan peneliti jabarkan mengenai penyusunan modul reproduksi sehat bagi siswa SMA kelas X :

a. Halaman judul b. Kata pengantar c. Tujuan pembelajaran d. Daftar isi

e. Pendahuluan f. Materi modul

Kegiatan layanan I: Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja 1) Tujuan bimbingan

2) Lembar materi/bacaan tentang tumbuh kembang remaja, dan masa pubertas 3) Latihan


(48)

Kegiatan layanan 2 : Sistem Reproduksi 1) Tujuan bimbingan

2) Lembar materi/ bacaan tentang alat reproduksi, permasalahan alat-alat reproduksi, pemeliharan alat-alat reproduksi

3) Latihan

4) Lembar evaluasi

Kegiatan layanan 3. Perkembangan Seksualitas Remaja 1) Tujuan bimbingan

2) Lembar materi/bacaan, terdiri dari : perilaku seksual remaja, cara-cara yang biasa dilakukan orang dalam mengatasi dorongan seksual, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja, pengertian perilaku sehat & bertanggung jawab, dan dampak aktivitas 8 perilaku seksual remaja, cara yang dilakukan remaja untuk mengatasi masalah psikoseksual.

3) Latihan

4) Lembar evaluasi

Kegiatan layanan 4 . Resiko Perilaku Seksual Remaja 1) Tujuan bimbingan

2) Lembar materi/bacaan tentang secara medis terdiri dari kehamilan tidak dikehendaki, aborsi, penyakit menular seksual, infertilitas atau kemandulan, kanker leher rahim, secara psikologis dan sosial

3) Latihan

4) Lembar evaluasi g. Daftar pustaka


(49)

2. Manfaat Pengembangan Modul Bimbingan Pribadi Tentang Reproduksi Sehat Bagi Siswa dan Guru

Banyak pihak yang nantinya akan merasakan dampak dan manfaat adanya pengembangan modul bimbingan pribadi tentang reproduksi sehat ini. Dan dengan adanya pengembangan modul ini dapat dirasakan manfaatnya oleh siswa dan guru. Antara lain:

a. Bagi pembimbing/guru BK, dapat menggunakan manfaat dari hasil produk pengembangan modul dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling terutama bidang bimbingan pribadi

b. Bagi siswa, akan adanya pemahaman bagi siswa tentang pentingnya layanan bimbingan dan konseling terutama bidang bimbingan pribadi.


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Model Penelitian Pengembangan

Model pengembangan modul pada mata pelajaran Bimbingan Konseling ini mengadopsi dari model pengembang merujuk pada langkah-langkah yang digambarkan dalam bentuk Borg and Gall oleh Sugiyono. Adapun proses model pengembangan Borg and Gall, antar lain: (1) Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3) Desain produk, (4) Validasi desain, (5) Revisi desain, (6) Uji coba produk, (7) Revisi produk, (8) Uji coba pemakaian, (9) Revisi produk, (10) Produksi masal. Bila langkah-langkah tersebut digambarkan dalam bentuk flow chart maka akan diperoleh pengembangan sebagai berikut:

p

X

Gambar 1. Langkah-Langkah Tahapan Penelitian Pengembangan Model Borg and Gall1

B. Prosedur Penelitian Pengembangan

Langkah-langkah pengembangan yang harus dilakukan adalah: 1. Potensi dan Masalah.

2. Perumusan Tujuan Pembelajaran.

1

Nana Syaodih Sukmadinata. (2013). Metode Penelitia Pendidikan. Bandung: remaja rosdakarya. Hlm. 164

Desain Produk Pengembangan alat evaluasi Potensi dan Masalah Perumusan Tujuan Uji coba Produk Validasi Produksi Pengembangan Instrumen Validasi Produksi Masal Revisi Produk


(51)

3. Pengembangan Materi. 4. Desain Produk.

5. Pengembangan Instrumen validasi. 6. Produksi

7. Validasi

8. Uji coba produk 9. Revisi

10. Produksi Masal.

Uraian tentang langkah-langkah di atas adalah:

1. Identifikasi Potensi dan Masalah.

Identifikasi merupakan kegiatan awal yang harus dilakukan sebelum melakukan kegiatan produksi. Langkah awal yang dilakukan adalah observasi tujuan untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran nyata mengenai media yang selama ini dipakai dalam proses pembelajaran sehari-hari khususnya pada mata pelajaran Bimbingan Konseling bidang layanan pribadi tentang memahami perkembangan psikoseksual yang sehat pada materi layanan bimbingan pribadi kelas X sehingga pengembang dapat mengetahui media yang tepat untuk dikembangkan dalam proses belajar sehingga mencapai keefektifan dalam belajar.

Hasil wawancara yang di dapat dari SMAN 1 Parengan Tuban yakni guru BK melakukan proses pembelajaran bidang layanan bimbingan pribadi point ke 3 di kelas X dengan bekerja sama dengan puskesmas daerah setempat untuk memberikan ajaran pengetahuan tentang reproduksi sehat pada siswa. Sedangkan secara psikologis siswa akan lebih terbuka dan merasa lebih aman dan nyaman ketika pengetahuan akan hal yang sentimentil disampaikan oleh guru atau orang yang paling tidak sudah mengenal dan dekat dengan siswa,


(52)

sehingga dari sini dapat dilihat bahwa guru dan siswa membutuhkan alternatif lain agar materi dalam layanan bimbingan pribadi ini dapat tersampaikan dengan baik dan tertanam dalam diri siswa.

2. Perumusan Tujuan Pembelajaran.

Tujuan merupakan dasar acuan bagi kita untuk melakukan sesuatu. Tujuan dapat memberi arah kepada tindakan yang baru dilakukan. Tujuan pembelajaran dalam pengembangan modul bimbingan pribadi ini siswa di harapkan ;

Tujuan pembelajaran umum :

1. Memahami masalah reproduksi sehat pada remaja

2. Memiliki sikap dan perilaku sehat serta bertanggung jawab bagi diri dan orang lain

3. Bijak dan terampil dalam mengambil keputusan yang tepat dan baik bagi diri dan lingkungan sosialnya.

Tujuan pembelajaran khusus :

1. Terampil dalam mengahadapi masa tumbuh kembang dan masa pubertas 2. Menjelaskan sistem reproduksi, alat reproduksi, permasalahan alat

reproduksi, dan pemeliharaan alat reproduksi

3. Memahami perkembangan seksualitas remaja, perilaku seksual remaja, dan dampaknya

4. Membangun perilaku sehat dan bertanggung jawab

5. Menjelaskan dan memahami resiko perilaku seksual remaja.

3. Perumusan Materi

Isi pembelajaran yang akan diajarkan untuk siswa kelas X SMAN 1 Parengan Tuban mengacu pada materi layanan konseling pribadi point ke 3, yaitu memahami perkembangan psikoseksual yang sehat. Siswa akan


(53)

mempelajari materi yang diantaranya memuat pertumbuhan dan perkembangan remaja, didalamnya membahas tumbuh kembang dan masa pubertas. Lalu dalam sesi selanjutnya siswa akan langsung mempelajari sistem reproduksi, yang memuat materi alat reproduksi, permasalahan alat reproduksi, dan pemeliharaan alat-alat reproduksi. Siswa akan diarahkan untuk mengenal perkembangan seksualitas remaja dalam sesi berikutnya, antara lain pokok materi dalam sesi ini adalah perilaku seksual remaja, cara-cara yang biasa dilakukan dalam mengatasi dorongan seksual, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja, pengertian perilaku sehat dan bertanggung jawab, hingga dampak aktivitas perilaku seksual remaja. Setelah siswa mengetahui perkembangannya lalu dalam sesi berikutnya siswa akan memahami resiko perilaku seksual pada remaja baik dari segi medis maupun psikologi dan sosial, antara lain ; kehamilan yang tidak di kehendaki, aborsi, penyakit menular seksual, infertilitas atau kemandulan, kanker leher rahim, dan tanda-tanda infeksi menular seksual.

Guna mengetahui sejauh mana pemahaman dan pengetahuan siswa terhadap materi perkembangan psikoseksual yang sehat dengan media modul, maka di perlukan alat evaluasi. Alat evaluasi dalam pengembangan modul ini akan tersedia dalam setiap sesi atau bab yang di bahas dalam media modul yang di kembangkan. Evaluasi tentunya di kembangkan sesuai dengan tujuan yang hendak di capai dan pokok-pokok materi yang akan di sajikan kepada siswa. Dengan kegiatan ini diharapkan dapat menghasilkan data sejauh mana media pembelajaran modul pada layanan konseling pribadi dapat di terima oleh siswa.


(54)

4. Desain Produk

Rancangan desain produk yang akan di buat dalam tampilan modul dapat dilihat pada gambar di bawah ini ;

1. Desain cover

Gambar 2. Desain Cover 2. Desain Tampilan Daftar Isi


(55)

3. Desain Tampilan Antarmuka Tujuan Pembelajaran

Gambar 4. Desain Tampilan tujuan pembelajaran

4. Desain Tampilan Antarmuka Materi.

Gambar 5. Desain Tampilan Materi Keterangan :


(56)

5. Pengembangan Instrument Validasi

Merupakan alat untuk menvalidasi berupa angket yang digunakan untuk mengetahui tingkat kevalidan media yang dikembangkan serta sebagai acuan penyempurnaan media yang dikembangkan.

Angket dilengkapi untuk ruang saran dari validator terhadap media yang divalidasi, baik validasi materi maupun media. Sebagai validator ahli media yaitu dosen yang ahli dalam media, dan ahli materi yaitu guru BK dan bidan puskesmas yang ahli dalam materi. Selain angket validasi yang diberikan kepada dosen guru dan bidan, angket juga diberikan kepada siswa yang mengikuti uji coba media.

6. Produksi

Tahap produksi pada pengembangan modul bimbingan pribadi di awali dengan menentukan materi yang akan di muat dalam media pembelajaran. Terdapat 4 sesi atau bab yang akan di muat dalam modul, di mulai dengan pengenalan pertumbuhan dan perkambangan remaja beserta evaluasi pemahaman siswa, di lanjutkan dengan bab sistem reproduksi yang memuat sistem reproduksi secara umum, memasuki sesi atau bab ke-tiga disini di muat perkembangan seksualitas remaja sehingga siswa tahu perilaku, faktor dan dampak perilaku seksual pada remaja. Pada bab terakhir mengulas resiko perilaku seksual pada remaja sehingga siswa akan memahami secara lengkap di mulai dari pengenalan akan dirinya hingga resiko akan perilaku negatif yang dilakukan. Materi-materi tersebut di tulis menjadi sebuah modul yang interaktif dan mudah di pahami oleh siswa.

Pembuatan modul di awali dengan menentukan kertas dan ukuran apa yang di gunakan, lalu desain cover hingga kalimat-kalimat motivasi yang di tampilkan dalam halaman awal modul, lalu menentukan gambar atau ilustrasi


(57)

yang sesuai dengan materi yang di tulis, menulis materi dengan menarik dan mudah di pahami contohnya dengan percakapan-percakapan menggunakan bahasa yang mudah di mengerti oleh siswa, lalu yang paling akhir menentukan penjilidan modul yang baik dan rapi.

Setelah tahap pembuatan modul selesai, produk akan diuji cobakan pada ahli validasi, yakni guru BK ahli media dan bidan puskesmas sebagai ahli materi,. Tahapan terakhir adalah mengetahui hasil skor yang diberikan oleh para ahli materi dan ahli media untuk mengetahui kevalidan dari produk tersebut dan layak atau tidak layak untuk digunakan sebagai media pembelajaran bagi siswa SMA kelas X.

7. Validasi

Kegiatan penilaian dan pengukuran sangat diperlukan dalam pengembangan data sebagai dasar apakah media pembelajaran ini layak digunakan dalam proses pembelajaran sehingga menunjang tercapainya tujuan yang telah ditentukan. Kegiatan penilaian dan pengukuran yang disebut dengan validasi ini dilakukan oleh ahli media, ahli materi, dan pengguna atau responden.

8. Uji Coba Produk

Uji coba ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan tingkat kelayakan dari produk.Uji coba media dilakukan dengan siswa kelas X di SMA Negeri 1 Parengan.

9. Revisi

Revisi media pembelajaran modul dilakukan setelah uji validasi dan uji lapangan. Media pembelajaran modul yang telah diuji cobakan oleh para siswa maka akan dapat diketahui tingkat kelayakannya. Media modul yang belum layak dapat direvisi sebagai tindak lanjut dari pengembangan media


(58)

pembelajaran. Revisi ini dilakukan untuk memperbaiki dan menyempurnakan media pembelajaran modul yang telah diuji cobakan terkait dengan hal-hal yang harus diperbaiki dalam media pembelajaran yang telah dibuat.

C. Uji Coba Produk 1) Desain Uji Coba

a. Validasi Isi

Kegiatan ini dilakukan untuk meminta tanggapan dan komentar mengenai kualitas dari media modul pada layanan bimbingan pribadi yang telah dikembangkan ahli media, ahli materi, dan pengguna (siswa).

b. Validasi Kelompok Klasikal

Validasi kelompok diambil dari siswa kelas X sebanyak 30 siswa untuk menguji kevalidannya.

2) Subjek Uji Coba

Subjek uji coba adalah responden yang akan memberikan penilaian terhadap produk. Dalam penelitian pengembangan ini yang menjadi subjek uji coba adalah:

Tabel 1. Subjek Uji Coba.

No Subjek Sasaran Jumlah

1

a. Uji ahli media

b. Uji ahli materi

a. Memiliki kualifikasi S1 di bidang Bimbingan dan Konseling

b. Mengajar bidang studi Bimbingan Konseling (guru BK)

a. Memiliki kualifikasi pendidikan di bidang kesehatan reproduksi b. Memiliki kualifikasi devisi

pekerjaan di bidang penyuluhan pada remaja remaja (Bidan puskesmas Parengan)

1 Orang


(59)

2 Uji coba

terbatas/pengguna

Siswa kelas X 30 orang

a. Ahli Media

Ahli media pembelajaran yaitu guru BK yang memiliki keahlian tentang media pembelajaran dan memahami perancangan media pembelajaran yang baik yaitu salah satu guru BK di SMA Negeri 1 Parengan.

b. Ahli Materi

Ahli materi yaitu seorang bidan puskesmas Parengan yang ahli di bidang reproduksi sehat dan berposisi pada devisi penyuluhan terhadap remaja di daerah kerja Parengan Tuban.

c. Uji Coba Pengguna

Uji coba pengguna diambil dari siswa kelas X, dengan data uji coba terbatas sebanyak 30 orang.

3) Jenis Data

Jenis data dalam penelitian pengembangan ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa data numerik yang diperoleh dari skor penilaian para ahli materi, ahli media dan siswa terhadap angket yang diberikan dan nantinya akan sangat membantu dalam penilaian produk layak atau tidak nya modul ini, dan baik atau buruknya dapat dilihat dari data kuatitatif ini atau data numerik. Fungsi data numerik adalah untuk mengetahui tingkat kelayakan produk, yang merupakan alat penilaian.

Selain data kuantitatif, juga di peroleh data kualitatif yang diperoleh dari komentar, kritik, dan saran para ahli, guru dan siswa yang ditulis langsung pada angket yang nantinya akan menjadi masukan yang sangat penting bagi tercipanya modul ini yang sesuai dengan keinginan baik siswa, guru, lembaga,


(60)

maupun penulis. Fungsi dari komentar, kritik, dan saran dijadikan sebagai pertimbangan untuk merevisi produk pengembangan media pembelajaran.

4) Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan salah satu rangkaian penting dalam melaksanakan penelitian. Melalui pengumpulan data, diperoleh sebuah informasi. Instrument pengumpulan data yang digunakan berupa angket yang diberikan pada ahli media, ahli materi, dan pengguna berupa angket tertutup. Angket tertutup adalah angket yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih jawabannya yang disediakan pada kolom atau pilihan jawaban yang tersedia.2 Pilihan jawaban menggunakan Skala Likert yang terdiri 5 skala:

a. Skor 5 berarti sangat sesuai/ sangat layak/ sangat menarik/ sangat mudah/ sangat tepat/ sangat paham/ sangat aktif.

b. Skor 4 berarti sesuai/ layak/ menarik/ mudah/ tepat/ paham/ aktif.

c. Skor 3 berarti cukup sesuai/ cukup layak, cukup menarik/ cukup mudah/ cukup tepat/ cukup paham/ cukup aktif.

d. Skor 2 berarti kurang sesuai/ kurang layak/ kurang menarik/ kurang mudah/ kurang tepat/ kurang paham/ kurang aktif.

e. Skor 1 berarti tidak sesuai/ tidak layak/ tidak menarik/ tidak mudah/ tidak tepat/ tidak paham/ tidak aktif.

2


(61)

Berikut kisi-kisi angket yang di tujukan kepada ahli materi, ahli media, dan pengguna (siswa) :

Tabel 2. Kisi-kisi Angket Ahli Materi.

Variabel Sub

variabel

Indikator Deskriptor

1. Memahami perkembangan psikoseksual yang sehat 1.1 Reproduksi sehat 1.1.1 perkembangan dan pertumbuhan remaja 1.1.2 sistem reproduksi 1.1.3.perkembangan seksualitas remaja

1.1.4. resiko perilaku seksual remaja

1.1.1.1 tumbuh kembang remaja

1.1.1.2 masa pubertas 1.1.2.1 organ reproduksi

1.1.2.2 permasalahan sistem reproduksi

1.1.2.3 menjaga kesehatan reproduksi

1.1.3.1perilaku seksual remaja

1.1.3.2faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja

1.1.3.3dampak aktivitas perilaku seksual remaja

1.1.3.4perilaku sehat dan bertanggung jawab

1.1.4.1 resiko fisik perilaku seksual

1.1.4.2 resiko psikologis perilaku seksual 1.1.4.3 resiko sosial

perilaku seksual 1.1.4.4 penanggulangan resiko perilaku seksual remaja


(1)

latihan yang harus diperbaiki sesuai dengan tujuan

pembelajaran dan prosedur

layanan bimbingan pribadi

d. peletakan posisi gambar

disesuaikan dengan letak materi

dan isi materi

e. beberapa soal dalam evaluasi

bab 4 sesuaikan dengan tujuan

pembelajaran dan rapikan letak

kotak jawaban

sesuai denga tujuan pembelajaran

dan prosedur layanan bimbingan

pribadi

d. posisi dan letak gambar telah

disesuaikan dengan isi dan materi

modul

e. soal evaluasi telah disesuaikan

dengan tujuan pembelajaran dan

letak kotak jawaban telah


(2)

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penelitian dan pengembangan yang dilakukan ini, menghasilkan produk

yang berupa modul kesehatan reproduksi yang dapat digunakan sebagai media

layanan bimbingan pribadi oleh guru BK kelas X di SMA Negeri 1 Parengan

Tuban. Modul ini berisi materi tentang pertumbuhan dan perkembangan remaja,

sistem reproduksi, perkembangan seksualitas remaja, dan resiko perilaku seksual

remaja.

Modul ini digunakan sebagai media layanan tentang memahami

psikoseksual yang sehat dalam layanan bimbingan pribadi, yang tentunya

membantu guru dan siswa juga mempermudah proses layanan bimbingan pribadi.

Dengan adanya modul reproduksi sehat ini siswa dapat memahami dirinya juga

semua hal yang baik dan buruk bagi dirinya, belajar dengan guru BK menjadi lebih

menyenangkan dan tidak ada kecanggungan lagi antara siswa dan guru BK, siswa

juga lebih mengerti apa itu reproduksi sehat dan segala seluk beluk yang

mengikutinya.

Produk penelitian dan pengembangan ini telah diujikan kepada ahli materi,

ahli media dan siswa. Berdasarkan hasil uji coba dengan ahli materi, ahli media dan

responden (siswa) tersebut penilaian rata-rata dari semua ahli dan responden modul

reproduksi sehat valid dan layak digunakan sebagai media dalam layanan

bimbingan pribadi bagi siswa kelas X. Dan berdasarkan komentar dan saran dari


(3)

bermanfaat untuk proses layanan bimbingan pribadi, sehingga modul reproduksi sehat baik digunakan dalam proses bimbingan pribadi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian

pengembangan ini mendapatkan penilaian baik. Hal ini menunjukkan bahwa modul

bimbingan pribadi hasil pengembangan ini telah baik dan layak untuk digunakan

sebagai media bimbingan yang diberikan oleh guru BK kepada siswa dalam

layanan bimbingan pribadi di SMA Negeri 1 Parengan Tuban.

B. SARAN

1. Saran pemanfaatan hasil produk pengembangan.

Hasil penelitian dan pengembangan ini dapat bermanfaat bagi:

a. Guru

Modul bimbingan pribadi hasil pengembangan dapat digunakan

sebagai referensi dan alat bantu bagi guru BK dalam memberikan

informasi dalam bimbingan pribadi yang selama ini belum ada. Dengan

adanya modul ini diharapkan akan mempermudah guru BK di dalam

memberikan informasi seputar reproduksi sehat kepada para siswanya.

b. Siswa

Penelitian pengembangan ini menghasilkan sebuah modul

bimbingan pribadi. Modul tersebut dapat digunakan sebagai salah satu

sumber informasi bagi siswa memahami materi reproduksi sehat yang

baik. Siswa dapat mendiskusikan dan menanyakan kepada guru BK

apabila terdapat hal yang kurang dimengerti. Bahkan siswa bisa


(4)

c. Sekolah

Sebagai referensi pembelajaran reproduksi sehat bagi para peserta

didik di sekolah. Selain itu, juga sebagai referensi inovasi model

pembelajaran bagi sekolah guna memajukan taraf keberhasilan pengajaran

dan keberhasilan guru dan siswa dalam pembelajaran.

2. Saran bagi peneliti selanjutnya

Modul bimbingan pribadi hasil pengembangan masih terdapat beberapa

keterbatasan dalam proses pengembangan yang dilakukan, terutama pada segi

materi dan juga pada segi tampilan modul. Oleh karena itu, perlu adanya

pengembangan lebih lanjut agar modul bimbingan pribadi tentang reproduksi

sehat hasil pengembangan ini dapat lebih sempurna lagi.

Seperti yang dijelaskan diatas pengembangan masih sangat sederhana

hanya sampai pada penilaian kelayakan media yang dikembangkan, belum

menerapkan prinsip-prinsip desain pesan secara maksimal dan gambar

pendukung yang digunakan pada modul masih kurang baik untuk menarik

siswa. Adapun materi yang ditampilkan bahasa yang digunakan masih ada yang

terlalu formal dan belum sesuai dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh

anak SMA, maka dari itu diharapkan untuk pengembang selanjutnya lebih


(5)

DAFTAR PUSTAKA.

Abdurrouf, Moh. (2003). Masa Transisi Remaja. Jakarta: Triasco Publisher

Ahmadi, Abu. (1991). Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Citra.

Arikunto. (2002). Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

BKKBN. (1998). Kesehatan Reproduksi Remaja. Diakses dari www.ceria-BKKBN.com.

Pada tanggal 20 Juni 2016.

---. (2003). Kesehatan Reproduksi Remaja. Diakses dari www.ceria-BKKBN.com.

Pada tanggal 20 Juni 2016.

Dariyo, Agoes. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Pengembangan Modul. Jakarta: Depdiknas.

Hurlock, Elisabeth B. (2005). Psikologi Perkembangan Suatu pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi 13. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Hurlock. (2002). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan edisi 10. Jakarta: Erlangga.

Martono, Lydia Harlina. (2006). Modul Belajar Hidup Bertanggung Jawab. Jakarta: Balai Pustaka.

Mu’tadin, zainudin. (2002). Pendidikan Seksual pada Remaja. Diakses dari www.e-psikologi.com. Pada tanggal 1 Juli 2016.

Nasution. (2008). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Nursalim, Mochamad. (2015). Pengembangan Media Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Indeks.

Sarwono, Sarlito Wirawan. (2008). Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sudjana, Nana & Ahmad Rivai. (2007). Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.


(6)

Suharsimi. Arikunto. (1997). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sujana, Nana. (2008). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Sukardi, Dewa Ketut. (1993). Bimbingan Konseling Di Sekolah. Jakarta: Rineka cipta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: remaja rosdakarya.

Sulistyarini & Moh. Jauhar. (2014). dasar-dasar Konseling. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Suryosubroto, B. (1985). Sistem Pengajaran Modul. Jakarta: P& K.

Widyastuti, Yani dkk. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya.

Wirawan Hutomo. (2004). Remaja dan Kehamilan. Diakses dari www.kespro.com. Pada tanggal 1 Juli 2016.

Yusuf, Syamsu LN & A. Juntika Nur Ikhsan. (2006). Landasan Bimbingan Dan Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

http://kompas.com/read/2009/02/16/11310897/2.3.Juta.Kasus.Aborsi.per.Tahun..30.Persen .Oleh.Remaja. diakses pada 20 Oktober 2015.