Magister Pendidikan Bahasa Indonesia NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016

INTERFERENSI GRAMATIKAL BAHASA MANGGARAI
DIALEK SATARMESE TERHADAP BAHASA INDONESIA
LISAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 SATARMESE

Eduardus Mancu
Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Abstrak: Bahasa Manggarai sering digunakan masyarakat Manggarai pada
komunikasi lisan antara sesama masyarakat Manggarai yang berdialek
Satarmese dalam kehidupan sehari-hari. Interferensi yang terdapat dalam
penelitian ini, disebabkan adanya kebiasaan siswa kelas VII SMP Negeri 2
Satarmese menggunakan bahasa Manggarai dialek Satarmese, sehingga
mengakibatkan terjadinya interferensi gramatikal bahasa Manggarai dialek
Sataremse terhadap bahasa Indonesia lisan siswa kelas VII SMP Negeri 2
Satarmese, pada saat menceritakan pengalaman pribadi. Bahasa Indonesia
bagi masyarakat Manggarai merupakan bahasa kedua. Artinya bahasa
Indonesia menjadi bahasa target bagi kebanyakan masyarakat Manggarai.
Hal ini disebabkan masyarakat Manggarai telah menguasai dan
menggunakan bahasa Manggarai sebagai bahasa ibu.
Tujuan penelitian mendeskripsikan dan menjelaskan tentang: (1)
interferensi morfologi bahasa Manggarai terhadap morfologi bahasa
Indonesia lisan siswa kelas VII SMP Negeri 2 Satarmese dan (2)

interferensi sintaksis bahasa Manggarai terhadap sintaksis bahasa
Indonesia lisan siswa kelas VII SMP Negeri 2 Satarmese. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian yang digunakan
pada penelitian ini adalah deskriptif. Hal ini disebabkan data-data yang
terkumpul, dianalisis, serta dipaparkan secara deskriptif berupa kata-kata
tertulis hasil kegiatan menceritakan pengalaman pribadi siswa kelas VII
SMP Negeri 2 Satarmese. Penelitian ini ditemukan data inteferensi
morfologi bahasa Manggarai dialek Satarmese tehadap morfologi bahasa
Indonesia lisan, meliputi: prefiks {N}, prefiks {ke-}, sufiks {an}, dan
konfiks {ke-an}. Sedangkan data yang ditemukan pada interferensi
sintaksis bahasa Manggarai dialek Satarmese terhadap sintaksis bahasa
Indonesia lisan siswa kelas VII SMP Negeri 2 Satarmese, meliputi: akhiran
{nya}, kata sapaan hubungan kekerabatan, dan pola penggunaan frasa.
Data-data tersebut merupakan interferensi gramatikal bahasa Manggarai
terhadap bahasa Indonesia lisan siswa kelas VII SMP Negeri 2 Satarmese,
pada saat menceritakan pengalaman pribadi.
Kata-kata kunci : interferensi, morfologi, sintaksis, bahasa Manggarai,
bahasa Indonesia
PENDAHULUAN
Bahasa Manggarai adalah bahasa

yang digunakan suku Manggarai. Bahasa
Manggarai (tombo Manggarai) adalah
salah satu bahasa daerah di Indonesia.
Penutur bahasa Manggarai terletak di tiga
kabupaten
yang
berbeda
yaitu
Manggarai, Manggarai Barat, dan

Manggarai Timur. Kehadiran bahasa
Manggarai memiliki variasi tersendiri
bagi masyarakat Manggarai. Karena
untuk masing-masing tiga kabupaten
memiliki bahasa Manggarai yang
berbeda dan dialek yang berbeda pula.
Bahasa Manggarai termasuk dalam
rumpun bahasa Austronesia.

NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 423


Bahasa Indonesia adalah bahasa
resmi republik Indonesia dan bahasa
persatuan bangsa Indonesia. Bahasa
Indonesia diresmikan penggunaannya
setelah
proklamasi
kemerdekaan
Indonesia, tepatnya sehari sesudah
kemerdekaan bersamaan dengan mulai
berlakunya konstitusi. Bahasa Indonesia
bagi masyarakat Manggarai merupakan
bahasa kedua. Artinya bahasa Indonesia
menjadi bahasa target bagi kebanyakan
masyarakat
Manggarai.
Hal
ini
disebabkan masyarakat Manggarai telah
menguasai dan menggunakan bahasa

Manggarai sebagai bahasa ibu.
Terjadinya kontak bahasa yang
merupakan gejala awal interferensi.
Suwito (1983: 26-27) menyatakan
“adanya penyimpangan-penyimpangan
bukan berarti perusakan terhadap
bahasa”.
Interferensi
merupakan
fenomena
penyimpangan
kaidah
kebahasaan yang terjadi akibat seseorang
menguasai dua bahasa atau lebih. Suwito
(1983:
54)
berpendapat
bahwa
interferensi
sebagai

penyimpangan
karena unsur-unsur yang diserap sebuah
bahasa sudah ada padanannya dalam
bahasa penyerap. Jadi, manifestasi
penyebab terjadinya interferensi adalah
kemampuan
penutur
dalam
menggunakan bahasa tertentu.
Interferensi morfologi bahasa
Manggarai terhadap bahasa Indonesia
lisan yaitu terdapat dalam pembentukan
kata dengan afiks. Penggunaan bentukbentuk kata seperti ngantuk, kejepit,
kejatuh, ketingglan, kelihatan, ketiduran,
dan lain-lain. Bentuk yang baku adalah
mengantuk, terjepit, terjatuh, tertinggal,
terlihat, tertidur, dan lain-lain.
Interferensi sintaksis bahasa
Manggarai terhadap bahasa Indonesia
lisan terjadi karena struktur kalimat

bahasa Manggarai berpengaruh terhadap
struktur kalimat bahasa Indonesia.
Suwito
(1988:
56)
mengatakan
interferensi sintaksis terjadi karena di
dalam diri penutur terjadi kontak antara
bahasa yang sedang diucapkannya

dengan bahasa lain yang juga
dikuasainya (bahasa daerah atau bahasa
asing). Dengan demikian, penyimpangan
itu dapat dikembalikan pada bahasa
sumber. Interferensi sintaksis dijumpai
dalam struktur kalimat bahasa Indonesia.
Oleh karena itu, interferensi ini dapat
disebut dengan interferensi struktur
(Mustakim, 1994: 70). Contoh: aku ke
rumahnya Dimas untuk mengerjakan PR

bahasa Indonesia (aku ngone mbarude
Dimas kudut pande PR bahasa
Indonesia).
MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat sebagai
berikut: (1) manfaat teoretis pada
penelitian ini ada dua yaitu manfaat
teoretis bagi pembelajaran ilmu bahasa
dan manfaat teoretis bagi pembaca.
Manfaat teoretis bagi pembelajar ilmu
bahasa secara umum pada hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberi
manfaat bagi pembelajar ilmu bahasa
untuk
dapat
dikembangkan
dan
dimanfaatkan pada kegiatan berbahasa
maupun pada penelitian selanjutnya.

Manfaat khusus bagi pembelajar ilmu
bahasa adalah sebagai berikut: (a)
pembelajar
ilmu
bahasa
mampu
memahami
hasil
deskripsi
dan
menjelaskan
interferensi
morfologi
bahasa Manggarai terhadap morfologi
bahasa Indonesia lisan siswa kelas VII
SMP Negeri 2 Satarmese dan (b)
pembelajar
ilmu
bahasa
mampu

memahami
hasil
deskripsi
dan
menjelaskan interferensi sintaksis bahasa
Manggarai terhadap sintaksis bahasa
Indonesia lisan siswa kelas VII SMP
Negeri 2 Satarmese. Manfaat bagi
pembaca secara umum pada hasil
penelitian ini adalah memberikan
pemahaman terhadap disiplin ilmu
linguistik, yang berkaitan dengan
interferensi bahasa Manggarai dialek
Satarmese terhadap bahasa Indonesia
lisan siswa kelas VII SMP Negeri 2
Satarmese. Sedangkan manfaat bagi

NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 424

pembaca secara khusus pada penelitian

ini adalah sebagai berikut: (a) menambah
wawasan pembaca dari hasil deskripsi
dan penjelasan interferensi morfologi
bahasa Manggarai terhadap morfologi
bahasa Indonesia lisan siswa kelas VII
SMP Negeri 2 Satarmese dan (b)
menambah wawasan pembaca dari hasil
deskripsi dan penjelasan interferensi
sintaksis bahasa Manggarai terhadap
sintaksis bahasa Indonesia lisan siswa
kelas VII SMP Negeri 2 Satarmese dan
(2) manfaat praktis yang diharapkan dari
penelitian ini adalah menjadi referensi
bagi mahasiswa, khususnya yang
berkaitan dengan inteferensi gramatikal
bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia
lisan. (a) bagi para guru. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan acuan pembelajaran untuk
memahami

interferensi
bahasa
Manggarai dialek Satarmese terhadap
bahasa Indonesia lisan siswa kelas VII
SMP Negeri 2 Satarmese, melalui
kegiatan
menceritakan
pengalaman
pribadi, (b) bagi siswa. Hasil penelitian
ini dapat dijadikan bahan bacaan pada
proses
pembelajaran
bahasa
dan
dipraktikan pada penggunaan bahasa
Indonesia lisan maupun tertulis, (c) bagi
mahasiswa.
Hasil
penelitian
ini
diharapkan dapat menambah referensi
untuk kegiatan penelitian yang berkaitan
dengan
interferensi
bahasa
dan
dipraktikan secara benar pada saat
melakukan komunikasi, baik secara lisan
maupun secara tertulis, (d) bagi
masyarakat umum. Hasil penelitian ini
dapat dijadikan sumber bacaan yang
dapat menambah pengetahuan berbahasa
masyarakat, yang berkaitan dengan
interferensi gramatikal bahasa Manggarai
dialek Satarmese terhadap bahasa
Indonesia lisan siswa kelas VII SMP
Negeri 2 Satarmese.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dan jenis penelitian
yang digunakan pada penelitian ini

adalah deskriptif. Hal ini disebabkan
data-data yang terkumpul, dianalisis,
serta dipaparkan secara deskriptif berupa
kata-kata tertulis.
Penelitian ini berlokasi di SMP
Negeri 2 kecamatan Satarmese kabupaten
Manggarai propinsi Nusa Tenggara
Timur. Objek penelitian ini adalah
interferensi gramatikal bahasa Manggarai
dialek Satarmese terhadap bahasa
Indonesia lisan. Subjek dalam penelitian
ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2
Satarmese. Dalam penelitian ini yang
dijadikan instrumen adalah peneliti
sendiri sebagai alat atau instrumen
kuncinya.
Peneliti
melakukan
serangkaian kegiatan mulai dari tahap
pengumpulan data, dan tahap analisis
data sampai pada tahap hasil penelitian.
Teknik pengumpulan data yang
digunakan pada penelitian ini meliputi:
teknik observasi, teknik wawancara,
teknik simak, teknik rekam, dan teknik
catat. Teknik-teknik tersebut digunakan
untuk menangkap fenomena khusus yang
berkaitan langsung dengan masalah
“Interferensi
Gramatikal
Bahasa
Manggarai Dialek Satarmese terhadap
Bahasa Indonesia Lisan Siswa Kelas VII
SMP Negeri 2 Satarmese, melalui
kegiatan
menceritakan
pengalaman
pribadi.
Teknik analisis data dalam
penelitian ini menggunakan teknik
analisis kontrastif. Berdasarkan pendapat
Brown (1980) empat prosedur untuk
menerapkan analisis kontrastif, yang
diterangkan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut (a) deksripsi, peneliti
bahasa berusaha mendeksripsikan sistem
bahasa yang diperbandingkan yaitu
bahasa Manggarai dan bahasa Indonesia;
(b) seleksi, peneliti bahasa menentukan
unsur-unsur bahasa yang berbeda, baik
yang berhubungan dengan fonologi,
morfologi maupun sintaksis bahasa
Manggarai dan bahasa Indonesia; (c)
mengkontraskan unsur-unsur fonologi,
morfologi maupun sintaksis bahasa
Manggarai dan bahasa Indonesia; dan (d)

NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 425

menentukan kesalahan yang dibuat si
terdidik terhadap bahasa yang sedang
dipelajari atau bahasa kedua karena
pengaruh bahasa pertama.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan disajikan
hasil dan pembahasan penelitian.
Uraiannya adalah sebagai berikut.
A. Interferensi Morfologi Bahasa
Manggarai terhadap Morfologi
Bahasa Indonesia Lisan Siswa
Kelas VII SMP Negeri 2 Satarmese
Beberapa data yang diperoleh
dalam penelitian ini, pada saat siswa
menceritakan pengalaman pribadi. Hal
ini dapat kita lihat dalam bahasa
Manggarai ada prefiks {N-}, maka siswa
kelas VII SMP Negeri 2 Satarmese
sebagai penutur bahasa Manggarai
menggunakannya dalam pembentukan
kata bahasa Indonesia, seperti kata
nunggu, nyimpan, ngikut, nyentuh,
ngumpul, nyari, nyapa, ngerti, nerima,
nyetir, ngajak, ngantar, ngerem,
nyeberang, niru, ngejar, nari, dan
nangis.
Chaer
(2003:
123)
mengemukakan bahwa bentuk-bentuk
tersebut merupakan penyimpangan dari
sistematik morfologi bahasa Indonesia,
sebab untuk membentuk prefiks {N-}
tersebut dalam bahasa Indonesia yang
baku sudah ada padanan yang benar. Jadi
seharusnya kata-kata tersebut dalam
bahasa Indonesia yang baku menjadi
menunggu,
menyimpan,
mengikut,
menyentuh,
mengumpul,
mencari,
menyapa, mengerti, menerima, menyetir,
mengajak,
mengantar,
mengerem,
menyeberang, meniru, mengejar, menari
, dan menangis. Adanya prefiks {N-}
pada kata tunggu, simpan, ikut, sentuh,
kumpul, cari, sapa, erti, terima, setir,
ajak, antar, rem, seberang, tiru, kejar,
tari, dan tangis tersebut merupakan
interferensi morfologi karena prefiks {N} dianggap sebagai afiksasi yang kurang
tepat dalam kata tersebut.
Suwito (1988: 66) menyatakan
bahwa “interferensi morfologi terjadi

apabila
bahasa
lain”.
terjadi

dalam pembentukan kata sesuatu
menyerap afiks-afiks bahasa
Inteferensi bidang morfologi
pula dari afiks bahasa daerah.
Chaer
(2003:
123)
mengemukakan
sebagai
berikut.
Penggunaan bentuk-bentuk nunggu,
nyimpan, ngikut, nyentuh, ngumpul,
nyari, nyapa, ngerti, nerima, nyetir,
ngajak, ngantar, ngerem, nyeberang,
niru, ngejar, nari, dan nangis dalam
bahasa Indonesia juga termasuk kasus
interferensi,
sebab
prefiks
yang
digunakan tersebut berasal dari bahasa
Manggarai dan dialek Satarmese. Bentuk
yang
baku
adalah
menunggu,
menyimpan,
mengikut,
menyentuh,
mengumpul,
mencari,
menyapa,
mengerti,
menerima,
menyetir,
mengajak,
mengantar,
mengerem,
menyeberang, meniru, mengejar, menari,
dan menangis.
Beberapa data yang diperoleh
dalam penelitian ini, pada saat siswa
menceritakan pengalaman pribadi. Hal
ini dapat kita lihat dalam bahasa
Manggarai ada prefiks {ke-}, maka siswa
kelas VII SMP Negeri VII Satarmese
sebagai penutur bahasa Manggarai
menggunakannya dalam pembentukan
kata bahasa Indonesia, seperti kata
keinjak, ketawa, dan kejatuh. Chaer
(2003: 123) mengemukakan bahwa
bentuk-bentuk
tersebut
merupakan
penyimpangan dari sistematik morfologi
bahasa
Indonesia,
sebab
untuk
membentuk prefiks {ke-} tersebut dalam
bahasa Indonesia yang baku sudah ada
padanan yang benar. Jadi seharusnya
kata-kata
tersebut
dalam
bahasa
Indonesia yang baku menjadi terinjak,
tertawa, dan terjatuh. Adanya prefiks
{ke-} pada kata injak, tawa, dan jatuh
tersebut
merupakan
interferensi
morfologi karena prefiks {ke-} dianggap
sebagai afiksasi yang kurang tepat dalam
kata tersebut.
Suwito (1988: 66) menyatakan
bahwa “interferensi morfologi terjadi
apabila dalam pembentukan kata sesuatu

NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 426

bahasa menyerap afiks-afiks bahasa
lain”. Inteferensi bidang morfologi
terjadi pula dari afiks bahasa daerah.
Chaer (2003: 123) mengemukakan
sebagai berikut. Penggunaan bentukbentuk keinjak, ketawa, dan kejatuh
dalam bahasa Indonesia juga termasuk
kasus interferensi, sebab imbuhan yang
digunakan
tersebut berasal dari
bahasa Manggarai dan dialek Satarmese.
Bentuk yang baku adalah terinjak,
tertawa, dan terjatuh.
Beberapa data yang diperoleh
dalam penelitian ini, pada saat siswa
menceritakan pengalaman pribadi. Hal
ini dapat kita lihat dalam bahasa
Manggarai ada sufiks {-an}, maka siswa
kelas VII SMP Negeri 2 Satarmese
sebagai penutur bahasa Manggarai
menggunakannya dalam pembentukan
kata bahasa Indonesia, seperti kata
kantoran, kamaran, jalanan, sembilanan,
dekatan, kelasan, boncengan, kelilingan,
rumahan, sekolahan, emosian, siangan,
lombaan, dan subuhan. Chaer (2003:
123) mengemukakan bahwa bentukbentuk
tersebut
merupakan
penyimpangan dari sistematik morfologi
bahasa
Indonesia,
sebab
untuk
membentuk sufiks {-an} tersebut dalam
bahasa Indonesia yang baku sudah ada
padanan yang benar. Jadi seharusnya
kata-kata
tersebut
dalam
bahasa
Indonesia yang baku menjadi kantor,
kamar, jalan, sembilan, dekat, kelas,
bonceng, keliling, rumah, sekolah, emosi,
siang, lomba, dan subuh. Adanya prefiks
{-an} pada kata kantor, kamar, jalan,
sembilan, dekat, kelas, bonceng, keliling,
rumah, sekolah, emosi, siang, lomba, dan
subuh tersebut merupakan interferensi
morfologi karena prefiks {-an} dianggap
sebagai afiksasi yang kurang tepat dalam
kata tersebut.
Suwito (1988: 66) menyatakan
bahwa “interferensi morfologi terjadi
apabila dalam pembentukan kata sesuatu
bahasa menyerap afiks-afiks bahasa
lain”. Inteferensi bidang morfologi
terjadi pula dari afiks bahasa daerah.

Chaer (2003: 123) mengemukakan
sebagai berikut. Penggunaan bentukbentuk kantoran, kamaran, jalanan,
sembilanan, dekatan, kelasan,
boncengan,
kelilingan,
rumahan,
sekolahan, emosian, siangan, lombaan,
dan subuhan dalam bahasa Indonesia
juga termasuk kasus
interferensi,
sebab imbuhan yang digunakan tersebut
berasal dari bahasa
Manggarai dan
dialek Satarmese. Bentuk yang baku
adalah kantor, kamar, jalan, Sembilan,
dekat, kelas, bonceng, keliling, rumah,
sekolah, emosi, siang, lomba,
dan
subuh.
Beberapa data yang diperoleh
dalam penelitian ini, pada saat siswa
menceritakan pengalaman pribadi. Hal
ini dapat kita lihat dalam bahasa
Manggarai ada konfiks {ke-/-an}, maka
siswa kelas VII SMP Negeri VII
Satarmese sebagai penutur bahasa
Manggarai menggunakannya dalam
pembentukan kata bahasa Indonesia,
seperti kata kajauhan dan kelihatan.
Chaer (2003: 123) mengemukakan
bahwa
bentuk-bentuk
tersebut
merupakan penyimpangan dari sistematik
morfologi bahasa Indonesia, sebab untuk
membentuk konfiks {ke-/-an} tersebut
dalam bahasa Indonesia yang baku sudah
ada padanan yang benar. Jadi seharusnya
kata-kata
tersebut
dalam
bahasa
Indonesia yang baku menjadi terjauh dan
terlihat. Adanya prefiks {ke/-an} pada
kata jauh dan lihat tersebut merupakan
interferensi morfologi karena prefiks {an} dianggap sebagai afiksasi yang
kurang tepat dalam kata tersebut.
Suwito (1988: 66) menyatakan
bahwa “interferensi morfologi terjadi
apabila dalam pembentukan kata sesuatu
bahasa menyerap afiks-afiks bahasa
lain”. Inteferensi bidang morfologi
terjadi pula dari afiks bahasa daerah.
Chaer (2003: 123) mengemukakan
sebagai berikut. Penggunaan bentukbentuk kajauhan dan kelihatan dalam
bahasa Indonesia juga termasuk kasus
interferensi, sebab imbuhan yang

NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 427

digunakan tersebut berasal dari bahasa
Manggarai dan dialek Satarmese. Bentuk
yang baku
adalah
terjauh
dan
terlihat.
B. Interferensi
Sintaksis
Bahasa
Manggarai terhadap Sintaksis
Bahasa Indonesia Lisan Siswa
Kelas VII SMP Negeri 2 Satarmese
Suwito
(1988:
56)
mengemukakan bahwa “interferensi
sintaksis terjadi karena di dalam diri
penutur terjadi kontak antara bahasa yang
sedang diucapkannya (B1) dengan
bahasa lain yang juga dikuasainya
(bahasa daerah atau bahasa asing)”.
Interferensi bahasa Manggarai terhadap
bahasa Indonesia lisan siswa kelas VII
SMP Negeri 2 Satarmese, pada
penggunaan akhiran {-nya} dalam
penelitian ini misalnya: suatu hari
Ibunya saya ketemu seekor bangke tikus
di dekat kamar mandi. Kalimat tersebut
mengandung unsur kalimat atau tata
kalimat bahasa Manggarai. Kalimat itu
dalam bahasa Manggarai adalah ca leson
endede daku ita lawo mata one ruis
palang cebong. Padanan struktur kalimat
tersebut dalam bahasa Indonesia adalah
suatu hari ibu saya menemukan seekor
bangkai tikus di dekat kamar mandi.
Adanya penyimpangan unsur struktur
kalimat di dalam diri penutur terjadi,
karena kontak antara bahasa yang sedang
diucapkannya (bahasa Indonesia) dengan
bahasa daerah.
Bentuk
interferensi
bahasa
Manggarai terhadap bahasa Indonesia
lisan siswa kelas VII SMP Negeri 2
Satarmese, pada penggunaan akhiran {nya} dalam penelitian ini misalnya: saat
itu, Kakaknya saya juga belum pulang.
Kalimat tersebut mengandung unsur
kalimat atau tata kalimat bahasa
Manggarai. Kalimat itu dalam bahasa
Manggarai adalah du hitu ka’ede daku
toe ding manga kolen. Padanan struktur
kalimat tersebut dalam bahasa Indonesia
adalah saat itu, kakak saya juga belum
pulang. Adanya penyimpangan unsur
struktur kalimat di dalam diri penutur

terjadi, karena kontak antara bahasa yang
sedang diucapkannya (bahasa Indonesia)
dengan bahasa daerah.
Bentuk
interferensi
bahasa
Manggarai terhadap bahasa Indonesia
lisan siswa kelas VII SMP Negeri 2
Satarmese, pada penggunaan akhiran {nya} dalam penelitian ini misalnya: saya
sama teman-temannya saya liburan ke
pante Cepi Watu untuk senang-senang di
sana. Kalimat tersebut mengandung
unsur kalimat atau tata kalimat bahasa
Manggarai. Kalimat itu dalam bahasa
Manggarai adalah aku agu haelabarde
daku lako-lako ne pante Cepi Watu kudut
teti nai awo hitu. Padanan struktur
kalimat tersebut dalam bahasa Indonesia
adalah saya dengan teman-teman saya
liburan ke pantai Cepi Watu untuk
senang-senang
di
sana.
Adanya
penyimpangan unsur struktur kalimat di
dalam diri penutur terjadi, karena kontak
antara bahasa yang sedang diucapkannya
(bahasa Indonesia) dengan bahasa
daerah.
Bentuk
interferensi
bahasa
Manggarai terhadap bahasa Indonesia
lisan siswa kelas VII SMP Negeri 2
Satarmese, pada penggunaan akhiran {nya} dalam penelitian ini misalnya: jarak
antara pante dengan rumahnya kami
tidak kejauhan, hanya berjarak 10 km
saja. Kalimat tersebut mengandung unsur
kalimat atau tata kalimat bahasa
Manggarai. Kalimat itu dalam bahasa
Manggarai adalah tadang one mai pante
agu mbarude dami toe manga tadang
bail, am tadang ne 10 km kaut. Padanan
struktur kalimat tersebut dalam bahasa
Indonesia adalah jarak antara pantai
dengan rumah kami tidak terlalu jauh,
hanya berjarak 10 km saja. Adanya
penyimpangan unsur struktur kalimat di
dalam diri penutur terjadi, karena kontak
antara bahasa yang sedang diucapkannya
(bahasa Indonesia) dengan bahasa
daerah.
Bentuk
interferensi
bahasa
Manggarai terhadap bahasa Indonesia
lisan siswa kelas VII SMP Negeri 2

NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 428

Satarmese, pada penggunaan akhiran {nya} dalam penelitian ini misalnya:
kaminya berangkat pukul sembilanan
pagi dari salah satu rumahnyatemannya saya. Kalimat tersebut
mengandung unsur kalimat atau tata
kalimat bahasa Manggarai. Kalimat itu
dalam bahasa Manggarai adalah amide
lako du reme jam ciok gula one ma ca
mbarude haelabarde daku. Padanan
struktur kalimat tersebut dalam bahasa
Indonesia adalah kami berangkat pukul
sembilan pagi dari salah satu rumah
teman saya. Adanya penyimpangan
unsur struktur kalimat di dalam diri
penutur terjadi, karena kontak antara
bahasa yang sedang diucapkannya
(bahasa Indonesia) dengan bahasa
daerah.
Bentuk
interferensi
bahasa
Manggarai terhadap bahasa Indonesia
lisan siswa kelas VII SMP Negeri 2
Satarmese, pada penggunaan akhiran {nya} dalam penelitian ini misalnya:
kaminya sengaja tidak bawakan bekal
dari rumahnya kami. Kalimat tersebut
mengandung unsur kalimat atau tata
kalimat bahasa Manggarai. Kalimat itu
dalam bahasa Manggarai adalah amide
pande mole toe ba wuat one mai
mbarude ami. Padanan struktur kalimat
tersebut dalam bahasa Indonesia adalah
kami sengaja tidak membawa bekal dari
rumah kami. Adanya penyimpangan
unsur struktur kalimat di dalam diri
penutur terjadi, karena kontak antara
bahasa yang sedang diucapkannya
(bahasa Indonesia) dengan bahasa
daerah.
Bentuk
interferensi
bahasa
Manggarai terhadap bahasa Indonesia
lisan siswa kelas VII SMP Negeri 2
Satarmese, pada penggunaan akhiran {nya} dalam penelitian ini misalnya: saya
merasa sangat senang karena saya rasa
stress yang ngumpul di kepalanya saya
lenyap seketika. Kalimat tersebut
mengandung unsur kalimat atau tata
kalimat bahasa Manggarai. Kalimat itu
dalam bahasa Manggarai adalah aku

rasan senang tuung ai aku rasan sangged
beti sai ata kaeng one saide aku mora
muing. Padanan struktur kalimat tersebut
dalam bahasa Indonesia adalah saya
merasa sangat senang, karena saya
merasa stres yang mengumpul di kepala
saya
lenyap
seketika.
Adanya
penyimpangan unsur struktur kalimat di
dalam diri penutur terjadi, karena kontak
antara bahasa yang sedang diucapkannya
(bahasa Indonesia) dengan bahasa
daerah.
Bentuk
interferensi
bahasa
Manggarai terhadap bahasa Indonesia
lisan siswa kelas VII SMP Negeri 2
Satarmese, pada penggunaan akhiran {nya} dalam penelitian ini misalnya: kami
pun nyari sebuah tempat yang teduh
untuk istirahat-istirahat sejenak dan
sambil nikmati makanannya kami.
Kalimat tersebut mengandung unsur
kalimat atau tata kalimat bahasa
Manggarai. Kalimat itu dalam bahasa
Manggarai adalah ami kole kawe ndei
kudut leti cekoen agu mecuk hangde ami.
Padanan struktur kalimat tersebut dalam
bahasa Indonesia adalah kami pun
mencari sebuah tempat yang teduh untuk
beristirahat
sejenak
dan
sambil
menikmati makanan kami. Adanya
penyimpangan unsur struktur kalimat di
dalam diri penutur terjadi, karena kontak
antara bahasa yang sedang diucapkannya
(bahasa Indonesia) dengan bahasa
daerah.
Bentuk
interferensi
bahasa
Manggarai terhadap bahasa Indonesia
lisan siswa kelas VII SMP Negeri 2
Satarmese, pada penggunaan akhiran {nya} dalam penelitian ini misalnya:saya
kenalan dengan dia di rumahnya
pamannya saya. Kalimat tersebut
mengandung unsur kalimat atau tata
kalimat bahasa Manggarai. Kalimat itu
dalam bahasa Manggarai adalah aku
baetau agu hia one mbarude amangde
aku. Padanan struktur kalimat tersebut
dalam bahasa Indonesia adalah saya
berkenalan dengan dia di rumah paman
saya. Adanya penyimpangan unsur

NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 429

struktur kalimat di dalam diri penutur
terjadi, karena kontak antara bahasa yang
sedang diucapkannya (bahasa Indonesia)
dengan bahasa daerah.
Bentuk
interferensi
bahasa
Manggarai terhadap bahasa Indonesia
lisan siswa kelas VII SMP Negeri 2
Satarmese, pada penggunaan akhiran {nya} dalam penelitian ini misalnya:
setelah sudah naik motor temantemannya saya pun langsung pulang.
Kalimat tersebut mengandung unsur
kalimat atau tata kalimat bahasa
Manggarai. Kalimat itu dalam bahasa
Manggarai adalah poli leti montor
haelabarde aku nggaruk kole. Padanan
struktur kalimat tersebut dalam bahasa
Indonesia adalah setelah selesai naik
motor teman-teman saya pun langsung
pulang. Adanya penyimpangan unsur
struktur kalimat di dalam diri penutur
terjadi, karena kontak antara bahasa yang
sedang diucapkannya (bahasa Indonesia)
dengan bahasa daerah.
Bentuk
interferensi
bahasa
Manggarai terhadap bahasa Indonesia
lisan siswa kelas VII SMP Negeri 2
Satarmese, pada penggunaan akhiran {nya} dalam penelitian ini misalnya: tibatiba ada polisi tidur di ujung jalanan,
teman-temannya saya semuanya ngerem
mendadak. Kalimat tersebut mengandung
unsur kalimat atau tata kalimat bahasa
Manggarai. Kalimat itu dalam bahasa
Manggarai adalah cai-cai manga pelisi
toko one rahit salang, haelabarde aku
sangged taung rem nggitu kaut. Padanan
struktur kalimat tersebut dalam bahasa
Indonesia adalah tiba-tiba ada polisi
tidur di ujung jalan, teman-teman saya
semua mengerem mendadak. Adanya
penyimpangan unsur struktur kalimat di
dalam diri penutur terjadi, karena kontak
antara bahasa yang sedang diucapkannya
(bahasa Indonesia) dengan bahasa
daerah.
Bentuk
interferensi
bahasa
Manggarai terhadap bahasa Indonesia
lisan siswa kelas VII SMP Negeri 2
Satarmese, pada penggunaan akhiran {-

nya} dalam penelitian ini misalnya: pada
hari Selasa saat pulang dari sekolahan
saya dan kakak–kakak kelasnya saya
menuju halaman sekolahan. Kalimat
tersebut mengandung unsur kalimat atau
tata kalimat bahasa Manggarai. Kalimat
itu dalam bahasa Manggarai adalah one
leso Selasa du kole one mai sekolahan
aku agu ka’e-ka’e kelasde aku ngo bolo
mai sekolahan. Padanan struktur kalimat
tersebut dalam bahasa Indonesia adalah
pada hari Selasa saat pulang dari
sekolah saya dan kakak–kakak kelas saya
menuju halaman sekolah. Adanya
penyimpangan unsur struktur kalimat di
dalam diri penutur terjadi, karena kontak
antara bahasa yang sedang diucapkannya
(bahasa Indonesia) dengan bahasa
daerah.
Bentuk
interferensi
bahasa
Manggarai terhadap bahasa Indonesia
lisan siswa kelas VII SMP Negeri 2
Satarmese, pada penggunaan akhiran {nya} dalam penelitian ini misalnya: saya
dan teman-temannya saya sempat
beberapa kali salah, yah maklum karena
awalnya belum pernah nari. Kalimat
tersebut mengandung unsur kalimat atau
tata kalimat bahasa Manggarai. Kalimat
itu dalam bahasa Manggarai adalah aku
agu haelabarde aku manga pisa ngkalin
sala, bae kaut ai du wangkan toe poli
lomes. Padanan struktur kalimat tersebut
dalam bahasa Indonesia adalah saya dan
teman-teman saya sempat beberapa kali
salah, yah maklum karena awalnya
belum
pernah
menari.
Adanya
penyimpangan unsur struktur kalimat di
dalam diri penutur terjadi, karena kontak
antara bahasa yang sedang diucapkannya
(bahasa Indonesia) dengan bahasa
daerah.
Bentuk
interferensi
bahasa
Manggarai terhadap bahasa Indonesia
lisan siswa kelas VII SMP Negeri 2
Satarmese, pada penggunaan akhiran {nya} dalam penelitian ini misalnya:
sambilan hapus air mata, saya ke temantemannya saya dan kami pun masuk
panggung. Kalimat tersebut mengandung

NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 430

unsur kalimat atau tata kalimat bahasa
Manggarai. Kalimat itu dalam bahasa
Manggarai adalah curu olo koso wae
lu’u, aku ngo one haelabarde aku agu
ami kole masuk ndei. Padanan struktur
kalimat tersebut dalam bahasa Indonesia
adalah sambil menghapus air mata , saya
ke teman-teman saya dan kami pun
masuk panggung. Adanya penyimpangan
unsur struktur kalimat di dalam diri
penutur terjadi, karena kontak antara
bahasa yang sedang diucapkannya
(bahasa Indonesia) dengan bahasa
daerah.
Bentuk
interferensi
bahasa
Manggarai terhadap bahasa Indonesia
lisan siswa kelas VII SMP Negeri 2
Satarmese, pada penggunaan akhiran {nya} dalam penelitian ini misalnya:
setelah makan saya keluar karena sudah
di nunggu oleh teman-temannya saya.
Kalimat tersebut mengandung unsur
kalimat atau tata kalimat bahasa
Manggarai. Kalimat itu dalam bahasa
Manggarai adalahdu poli hang aku ngo
peang ai poli gereng le haelabarde aku.
Padanan struktur kalimat tersebut dalam
bahasa Indonesia adalah setelah makan
saya keluar, karena sudah di tunggu
teman-teman
saya.
Adanya
penyimpangan unsur struktur kalimat di
dalam diri penutur terjadi, karena kontak
antara bahasa yang sedang diucapkannya
(bahasa Indonesia) dengan bahasa
daerah.
Bentuk
interferensi
bahasa
Manggarai terhadap bahasa Indonesia
lisan siswa kelas VII SMP Negeri 2
Satarmese, pada penggunaan akhiran {nya}
dalam
penelitian
ini
misalnya:setelah belut yang digunakan
untuk lombaan, belut-belut itu diolah
oleh teman-temanya saya menjadi
masakan yang sangat lezat. Kalimat
tersebut mengandung unsur kalimat atau
tata kalimat bahasa Manggarai. Kalimat
itu dalam bahasa Manggarai adalah du
poli tuna pake kudut rie, tuna-tuna situ
teneng le haelabarde aku kudut pande
hang mecik tuung. Padanan struktur

kalimat tersebut dalam bahasa Indonesia
adalah setelah belut yang digunakan
untuk berlomba, belut-belut itu diolah
teman-teman saya menjadi masakan
yang
sangat
lezat.
Adanya
penyimpangan unsur struktur kalimat di
dalam diri penutur terjadi, karena kontak
antara bahasa yang sedang diucapkannya
(bahasa Indonesia) dengan bahasa
daerah.
Suwito
(1988:
56)
mengemukakan bahwa “interferensi
sintaksis terjadi karena di dalam diri
penutur terjadi kontak antara bahasa yang
sedang diucapkannya (B1) dengan
bahasa lain yang juga dikuasainya
(bahasa daerah atau bahasa asing)”.
Interferensi bahasa Manggarai terhadap
bahasa Indonesia lisan siswa kelas VII
SMP Negeri 2 Satarmese, pada
penggunaan kata sapaan hubungan
kekerabatan dalam penelitian ini
misalnya: saat kami jalan-jalan depan
rumah yang ada dua anjing itu, salah
satu kakak kelasnya saya bernama ka’e
Sinta niru suaranya anjing. Kalimat
tersebut mengandung unsur kalimat atau
tata kalimat bahasa Manggarai. Kalimat
itu dalam bahasa Manggarai adalah du
ami lako-lako bolo mai mbaru ata manga
sua acu nitu, manga ca ka’e kelas aku
nitu ngasang na hia ka’e Sinta pande
cama runningde acu. Padanan struktur
kalimat tersebut dalam bahasa Indonesia
adalah saat kami berjalan depan rumah
yang ada dua anjing itu, salah satu kakak
kelas saya bernama kakak Sinta meniru
suara anjing. Adanya penyimpangan
unsur struktur kalimat di dalam diri
penutur terjadi, karena kontak antara
bahasa yang sedang diucapkannya
(bahasa Indonesia) dengan bahasa
daerah.
Bentuk
interferensi
bahasa
Manggarai terhadap bahasa Indonesia
lisan siswa kelas VII SMP Negeri 2
Satarmese, pada penggunaan kata sapaan
hubungan kekerabatan dalam penelitian
ini misalnya: di sana ada ka’e Rini dan
ka’e Elis yang langsung lari menuju

NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 431

jalan raya. Kalimat tersebut mengandung
unsur kalimat atau tata kalimat bahasa
Manggarai. Kalimat itu dalam bahasa
Manggarai adalah du nitu wan manga
ka’e Rini agu ka’e Elis ata nggaruk ngo
one salang mese. Padanan struktur
kalimat tersebut dalam bahasa Indonesia
adalah di sana ada kakak Rini dan kakak
Elis yang langsung lari menuju jalan
raya. Adanya penyimpangan unsur
struktur kalimat di dalam diri penutur
terjadi, karena kontak antara bahasa yang
sedang diucapkannya (bahasa Indonesia)
dengan bahasa daerah.
Bentuk
interferensi
bahasa
Manggarai terhadap bahasa Indonesia
lisan siswa kelas VII SMP Negeri 2
Satarmese, pada penggunaan kata sapaan
hubungan kekerabatan dalam penelitian
ini misalnya: sedangkan saya dan ka’e
Sinta menuju depannya sekolahan.
Kalimat tersebut mengandung unsur
kalimat atau tata kalimat bahasa
Manggarai. Kalimat itu dalam bahasa
Manggarai adalah du aku agu ka’e Sinta
ngo bolo mai sekolahan. Padanan
struktur kalimat tersebut dalam bahasa
Indonesia adalah sedangkan saya dan
kakak Sinta menuju depan sekolah.
Adanya penyimpangan unsur struktur
kalimat di dalam diri penutur terjadi,
karena kontak antara bahasa yang sedang
diucapkannya (bahasa Indonesia) dengan
bahasa daerah.
Bentuk
interferensi
bahasa
Manggarai terhadap bahasa Indonesia
lisan siswa kelas VII SMP Negeri 2
Satarmese, pada penggunaan kata sapaan
hubungan kekerabatan dalam penelitian
ini misalnya: setelah ka’e Rini dan ka’e
Elis lari sampai depannya sekolahan.
Kalimat tersebut mengandung unsur
kalimat atau tata kalimat bahasa
Manggarai. Kalimat itu dalam bahasa
Manggarai adalah poli ka’e Rini agu ka’e
Elis losi sampe bolo mai sekolahan.
Padanan struktur kalimat tersebut dalam
bahasa Indonesia adalah setelah kakak
Rini dan kakak Elis lari sampai depan
sekolah. Adanya penyimpangan unsur

struktur kalimat di dalam diri penutur
terjadi, karena kontak antara bahasa yang
sedang diucapkannya (bahasa Indonesia)
dengan bahasa daerah.
Bentuk
interferensi
bahasa
Manggarai terhadap bahasa Indonesia
lisan siswa kelas VII SMP Negeri 2
Satarmese, pada penggunaan kata sapaan
hubungan kekerabatan dalam penelitian
ini misalnya: kami langsung teriakan
ka’e Sinta karena dianya yang membuat
ulah ini sambil ketawa–ketawa. Kalimat
tersebut mengandung unsur kalimat atau
tata kalimat bahasa Manggarai. Kalimat
itu dalam bahasa Manggarai adalah ami
nggaruk ciek ka’e Sinta ai hia ata pande
da’at ne ngoon lampuk reges-reges.
Padanan struktur kalimat tersebut dalam
bahasa Indonesia adalah kami langsung
berteriak kakak Sinta karena dia yang
membuat ulah ini sambil tertawa.
Adanya penyimpangan unsur struktur
kalimat di dalam diri penutur terjadi,
karena kontak antara bahasa yang sedang
diucapkannya (bahasa Indonesia) dengan
bahasa daerah.
Suwito
(1988:
56)
mengemukakan bahwa “Interferensi
sintaksis terjadi karena di dalam diri
penutur terjadi kontak antara bahasa yang
sedang diucapkannya (B1) dengan
bahasa lain yang juga dikuasainya
(bahasa daerah atau bahasa asing)”.
Interferensi bahasa Manggarai terhadap
bahasa Indonesia lisan siswa kelas VII
SMP Negeri 2 Satarmese, pada pola
pembentukan frasa dalam penelitian ini
misalnya: saya sama teman-temannya
saya liburan ke pante Cepi Watu untuk
senang-senang di sana. Kalimat tersebut
mengandung unsur kalimat atau tata
kalimat bahasa Manggarai. Kalimat itu
dalam bahasa Manggarai adalah aku agu
haelabarde aku tetinai one pante Cepi
Watu kudut naka-naka sina hitu.
Padanan struktur kalimat tersebut dalam
bahasa Indonesia adalah saya dengan
teman-teman saya liburan ke pantai Cepi
Watu untuk bersenang-senang di sana.
Adanya penyimpangan unsur struktur

NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 432

kalimat di dalam diri penutur terjadi,
karena kontak antara bahasa yang sedang
diucapkannya (bahasa Indonesia) dengan
bahasa daerah.
Bentuk
interferensi
bahasa
Manggarai terhadap bahasa Indonesia
lisan siswa kelas VII SMP Negeri 2
Satarmese, pada pola pembentukan frasa
dalam penelitian ini misalnya: walaupun
setiap harinya disiksa sama kakak-kakak
OSIS. Kalimat tersebut mengandung
unsur kalimat atau tata kalimat bahasa
Manggarai. Kalimat itu dalam bahasa
Manggarai adalah maram leteng lesonde
leci agu ka’e-ka’e OSIS. Padanan
struktur kalimat tersebut dalam bahasa
Indonesia adalah walaupun setiap hari
disiksa oleh kakak-kakak OSIS. Adanya
penyimpangan unsur struktur kalimat di
dalam diri penutur terjadi, karena kontak
antara bahasa yang sedang diucapkannya
(bahasa Indonesia) dengan bahasa
daerah.
Bentuk
interferensi
bahasa
Manggarai terhadap bahasa Indonesia
lisan siswa kelas VII SMP Negeri 2
Satarmese, pada pola pembentukan frasa
dalam penelitian ini misalnya: tapi asyik
dan kami bisa kenalan sama temanteman
lain.
Kalimat
tersebut
mengandung unsur kalimat atau tata
kalimat bahasa Manggarai. Kalimat itu
dalam bahasa Manggarai adalah landing
di’an kole kamping ami nganceng bae
agu haelabarde iwod. Padanan struktur
kalimat tersebut dalam bahasa Indonesia
adalah tapi asyik dan kami bisa
berkenalan dengan teman-teman lain.
Adanya penyimpangan unsur struktur
kalimat di dalam diri penutur terjadi,
karena kontak antara bahasa yang sedang
diucapkannya (bahasa Indonesia) dengan
bahasa daerah.
SIMPULAN
Data
interferensi
morfologi
bahasa Manggarai terhadap morfologi
bahasa Indonesia lisan siswa kelas VII
SMP Negeri 2 Satarmese yang
ditemukan dalam penelitian ini pada saat
siswa yang menceritakan pengalaman

pribadi yaitu prefiks {N} pada kata
nunggu, nyimpan, ngikut, nyentuh,
ngumpul, nyari, nyapa, ngerti, nerima,
nyetir, ngajak, ngantar, ngerem,
nyeberang, niru, ngejar, nari, dan
nangis. Sedangkan bahasa Indonesia
baku menjadi menunggu, menyimpan,
mengikut,
menyentuh,
mengumpul,
mencari, menyapa, mengerti, menerima,
menyetir,
mengajak,
mengantar,
mengerem,
menyeberang,
meniru,
mengejar, menari , dan menangis. Prefiks
{ke} pada kata keinjak, ketawa, dan
kejatuh. Sedangkan bahasa Indonesia
baku menjadi terinjak, tertawa, dan
terjatuh.
Sufiks {an} pada kata
kantoran, kamaran, jalanan, sembilanan,
dekatan, kelasan, boncengan, kelilingan,
rumahan, sekolahan, emosian, siangan,
lombaan, dan subuhan. Sedangkan
bahasa Indonesia baku menjadi kantor,
kamar, jalan, sembilan, dekat, kelas,
bonceng, keliling, rumah, sekolah, emosi,
siang, lomba, dan subuh. Konfiks {kean} pada kata kajauhan dan kelihatan.
Sedangkan bahasa Indonesia baku
menjadi terjauh dan terlihat.
Data interferensi sintaksis bahasa
Manggarai terhadap sintaksis bahasa
Indonesia lisan siswa kelas VII SMP
Negeri 2 Satarmese pada saat
menceritakan pengalaman pribadi yaitu
akhiran {nya} pada data (1) suatu hari
Ibunya saya ketemu seekor bangke tikus
di dekat kamar mandi. Padanan struktur
kalimat tersebut dalam bahasa Indonesia
adalah suatu hari ibu saya menemukan
seekor bangkai tikus di dekat kamar
mandi, (2) saat itu, Kakaknya saya juga
belum pulang. Padanan struktur kalimat
tersebut dalam bahasa Indonesia adalah
saat itu, kakak saya juga belum pulang,
(3) saya sama teman-temannya saya
liburan ke pante Cepi Watu untuk
senang-senang di sana. Padanan struktur
kalimat tersebut dalam bahasa Indonesia
adalah saya dengan teman-teman liburan
ke pantai Cepi Watu untuk senangsenang di sana, (4) jarak antara pante
dengan rumahnya kami tidak kejauhan,

NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 433

hanya berjarak 10 km saja. Padanan
struktur kalimat tersebut dalam bahasa
Indonesia adalah jarak antara pantai
dengan rumah kami tidak terlalu jauh,
hanya berjarak 10 km saja, (5) kaminya
berangkat pukul sembilanan pagi dari
salah satu rumahnya temannya saya.
Padanan struktur kalimat tersebut dalam
bahasa Indonesia adalah kami berangkat
pukul sembilan pagi dari salah satu
rumah teman saya, (6) kaminya sengaja
tidak bawakan bekal dari rumahnya
kami. Padanan struktur kalimat tersebut
dalam bahasa Indonesia adalah kami
sengaja tidak membawa bekal dari
rumah kami, (7) saya merasa sangat
senang karena saya rasa stres yang
ngumpul di kepalanya saya lenyap
seketika. Padanan struktur kalimat
tersebut dalam bahasa Indonesia adalah
saya merasa sangat senang, karena saya
merasa stres yang mengumpul di kepala
saya lenyap seketika, (8) kami pun nyari
sebuah tempat yang teduh untuk
istirahat-istirahat sejenak dan sambil
nikmati makanannya kami. Padanan
struktur kalimat tersebut dalam bahasa
Indonesia adalah kami pun mencari
sebuah tempat yang teduh untuk
beristirahat
sejenak
dan
sambil
menikmati makanan kami, (9) saya
kenalan dengan dia di rumahnya
pamannya saya. Padanan struktur
kalimat tersebut dalam bahasa Indonesia
adalah saya berkenalan dengan dia di
rumah paman saya, (10) setelah sudah
naik motor teman-temannya saya pun
langsung pulang. Padanan struktur
kalimat tersebut dalam bahasa Indonesia
adalah setelah selesai naik motor temanteman saya pun langsung pulang, (11)
tiba-tiba ada polisi tidur di ujung
jalanan, teman-temannya saya semuanya
ngerem mendadak. Padanan struktur
kalimat tersebut dalam bahasa Indonesia
adalah tiba-tiba ada polisi tidur di ujung
jalan,
teman-teman
saya
semua
mengerem mendadak, (12) pada hari
Selasa saat pulang dari sekolahan saya
dan kakak–kakak kelasnya saya menuju

halaman sekolahan. Padanan struktur
kalimat tersebut dalam bahasa Indonesia
adalah pada hari Selasa saat pulang dari
sekolah saya dan kakak–kakak kelas saya
menuju halaman sekolah, (13) saya dan
teman-temannya saya sempat beberapa
kali salah, yah maklum karena awalnya
belum pernah nari. Padanan struktur
kalimat tersebut dalam bahasa Indonesia
adalah saya dan teman-teman sempat
beberapa kali salah, yah maklum karena
awalnya belum pernah menari, (14)
sambilan hapus air mata, saya ke teman
temannya saya dan kami pun masuk
panggung. Padanan struktur kalimat
tersebut dalam bahasa Indonesia adalah
sambil menghapus air mata , saya ke
teman-teman saya dan kami pun masuk
panggung, (15) setelah makan saya
keluar karena sudah di nunggu oleh
teman temannya saya. Padanan struktur
kalimat tersebut dalam bahasa Indonesia
adalah setelah makan saya keluar,
karena sudah ditunggu teman teman,
(16) setelah belut yang digunakan untuk
lombaan, belut-belut itu diolah oleh
teman-temanya saya menjadi masakan
yang sangat lezat. Padanan struktur
kalimat tersebut dalam bahasa Indonesia
adalah setelah belut yang digunakan
untuk berlomba, belut-belut itu diolah
teman-teman saya menjadi masakan
yang sangat lezat. Kata sapaan hubungan
kekerabatan pada data (1) saat kami
jalan-jalan depan rumah yang ada dua
anjing itu, salah satu kakak kelasnya
saya bernama ka’e Sinta niru suaranya
anjing. Padanan struktur kalimat tersebut
dalam bahasa Indonesia adalah saat kami
berjalan depan rumah yang ada dua
anjing itu, salah satu kakak kelas saya
bernama kakak Sinta meniru suara
anjing, (2) di sana ada ka’e Rini dan
ka’e Elis yang langsung lari menuju
jalan raya. Padanan struktur kalimat
tersebut dalam bahasa Indonesia adalah
di sana ada kakak Rini dan kakak Elis
yang langsung lari menuju jalan raya,
(3) sedangkan saya dan ka’e Sinta
menuju depannya sekolahan. Padanan

NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 434

struktur kalimat tersebut dalam bahasa
Indonesia adalah sedangkan saya dan
kakak Sinta menuju depan sekolah, (4)
setelah ka’e Rini dan ka’e Elis lari
sampai depannya sekolahan. Padanan
struktur kalimat tersebut dalam bahasa
Indonesia adalah setelah kakak Rini dan
kakak Elis lari sampai depan sekolah, (5)
kami langsung teriakan ka’e Sinta
karena dianya yang membuat ulah ini
sambil ketawa–ketawa. Padanan struktur
kalimat tersebut dalam bahasa Indonesia
adalah kami langsung berteriak kakak
Sinta karena dia yang membuat ulah ini
sambil tertawa. Penggunaan frasa pada
data (1) saya sama teman-temannya saya
liburan ke pante Cepi Watu untuk
senang-senang di sana. Padanan struktur
kalimat tersebut dalam bahasa Indonesia
adalah saya dengan teman-teman saya
liburan ke pantai Cepi Watu untuk
bersenang-senang di sana, (2) walaupun
setiap harinya disiksa sama kakak-kakak
OSIS. Padanan struktur kalimat tersebut
dalam bahasa Indonesia adalah walaupun
setiap hari disiksa oleh kakak-kakak
OSIS, (3) tapi asyik dan kami bisa
kenalan sama teman-teman lain. Padanan
struktur kalimat tersebut dalam bahasa
Indonesia adalah tapi asyik dan kami bisa
berkenalan dengan teman-teman lain.
SARAN
Berdasarkan simpulan di atas
dapat diajukan saran-saran sebagai
berikut. (1) bagi siswa, diharapkan
setelah membaca tesis ini dapat
memahami interferensi bahasa, terutama
yang berkaitan dengan interferensi, (2)
bagi para guru, diharapkan memahami
hasil
penelitian
ini
dan
dapat
mempraktikan
penggunaan
bahasa
Indonesia yang baik dan benar, (3) Bagi
peneliti selanjutnya, diharapkan agar
membaca dan memperdalam hasil tesis
ini, kemudian diteliti lebih lanjut, dan (4)
bagi masyarakat umum, diharapkan dapat
mengurangi
atau
menghilangkan
penggunaan bahasa daerah pada saat
menggunakan bahasa Indonesia.

DAFTAR RUJUKAN
Aitchison, J. 1992. Teach Yourself
Linguistics.
London
and
Sydney: Hodder & Stoughton.
Arifin, Zaenal dan Tasai, Amran.
1985.
Cermat
Berbasa
Indonesia untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: Akademika
Presindo.
Barnhart, Clarence, L. (ed). 1957. The
American College Dictionary.
New York:
Harper
&
Brothers Publishers.
Bloomfield, Leonard. 1933. Language.
Diindonesiakan oleh Sutikno; I.
1995. Jakarta: PT. Gramedia.
Brown. 1980. Principles Of Language
Learning And Teaching. New
Jersey: Prentice Hall INCH.
Chaedar, Alwasilah. 1985. Sosiologi
Bahasa. Bandung: Angkasa.
Chaer, Abdul,2004. Linguistik Umum.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Chaer, A dan Agustina, L. 1995.
Sosiolinguistik Suatu Pengantar.
Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie.
2004.
Sosiolinguistik:
Perkenalan
Awal.
Jakarta:
Rineka Cipta.
Fernandez, Inyo Yos. 1996. Relasi
Historis Kekerabatan Bahasa
Flores: Kajian Historis
Komparatif terhadap Sembilan
Bahasa di Flores. Ende: Nusa
Indah.
Fishman 1976a. The Sociology of
Language, an Interdiciplinary
Sosial Science Approach
to
Language in Society. Dalam
Fishman, J.A. (ed). Advances
in the Sociology of Language.
Paris: Mouton The Hague Paris.
Fishman 1976b. The Reletionsihih
Between Micro-and MacroSosiolinguistics in the Study of

NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 435

Who Speaks What Language to
Whom and When. Dalam Pride,
J.B dan Holmes, J. (eds)
Sosiolinguistics.
Middlesex
England:
Pinguin
Books,
Ltd.
Halliday, M. A. K. 1968. The Context of
Linguistics. Dalam Applied
Linguistics
Association of
Australia (ALAA) Aims and
Perspectives
in
Linguistics
Occasional Papaers Number 1.
Pp. 19031.
Hamied, Fuad Abdul. 1987. Proses
Belajar
Mengajar
Bahasa.
Jakarta: Depdiknas.
Hamid,
Patilima.
2005.
Metode
Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
Hasan, Alwi. 2003. Bahasa Indonesia Tata Bahasa. Jakarta: Balai
Pustaka.
Haugen, Einar. 1966. Language Conflict
and Language Planning. The
Case of Modern Norway.
Cambridge,
Mass:
Harvard
University Press.
Hudson, R.A. 1996. Sociolinguistics.
Second Edition. Cambridge: Cambridge
Univercity Press.
Irwan. 2006. Karya Ilmiah: “Interferensi
Bahasa
Daerah
terhadap
Perkembangan Bahasa
Indonesia”. Medan: Universitas
Sumatera Utara.
Jendra, I Wayan. 1991. Dasar-Dasar
Sosiolinguistik.
Denpasar:
Ikayana.
Keraf, Gorys. 1994. Diksi dan Gaya
Bahasa.
Jakarta:
Gramedia
Pustaka Utama.
Keraf,
Gorys.
1996.
Linguistik
Bandingan Historis. Jakarta: PT
Gramedia.
Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007.
Pengantar (Metode) Penelitian
Bahasa.Yogyakarta:
Carasvatibooks.

Kridalakasana, Harimurti dan Moeliono,
Anton (Ed). 1982. Pelangi
Bahasa. Jakarta: Bhratara.
Mackey, W.F. 1968. The Description of
Bilingualism. Dalam Joshua A.
Fishman (ed) 1972.
First
printing
1968
in
The
Netherlands. Readings in the
Sociology of
Language. The
Hauge Mouton; 554-584.
Maryam,
Siti.
2011.
Skripsi:
“Interferensi Gramatikal Bahasa
Jawa
dalam
Bahasa
Indonesia
pada
Proposal
Program Kreativitas Mahasiswa
Prodi Bahasa dan
Sastra
Indonesia UNY”. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Mustakim. 1994. Interferensi Bahasa
Jawa dalam Surat Kabar
Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Nababan. P. W. J. 1984. Sosiolingustik.
Jakarta: Gramedia.
Nababan, P. W. J. 1991. Sosiolinguistik
Suatu
Pengantar.
Jakarta:
Gramedia Pustaka
Utama.
Nuraeni. 2003. Skripsi: “Interferensi
Bahasa
Bugis
terhadap
Penggunaan Bahasa Indonesia
dalam Berkomunikasi oleh
Siswa SLTP Negeri 4 Kahu
Kabupaten
Bone”.
Makassar: Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Parera, Jis Daniel. 1986. Linguistik
Edukasional:
Pendekatan
Konsep dan Teori Pengajaran
Bahasa. Jakarta: Erlangga.
Poerwadarminta, W. J. S. 2006. Kamus
Umum
Bahasa
Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Poedjosoedarmo,
Soepomo.
1989.
Perkembangan Sosiolinguistik.
Yogyakarta: Balai Penelitian
Bahasa.
Pramudya, Mahar. 2006. Skripsi:
“Interferensi Gramatikal Bahasa
Melayu
Bangka
dalam

NOSI Volume 4, Nomor 3, Agustus 2016__________________________________Halaman | 436

Pemakaian Bahasa Indonesia:
dengan Data Rubrik: “MAK PER
dan
AKEK
BUNENG”,
dalam Surat Kabar Bangka
Pos”. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Pranowo. 1996. Analisis Pengajaran
Bahasa. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Prastowo, Andi. 2012. Panduan Kreatif
Membuat Bahan Ajar Inovatif.
Yogyakarta: Diva Press.
Rahayu, Minto. 2007. Bahasa Indonesia
di Perguruan Tinggi. Jakarta:
PT. Grasindo.
Rendi. 2011. Pentingnya Bahasa
Indonesia dalam Komunikasi
(Online),
(http://sirendi.blogspot.com/2011
/10/pentingnya-bahasaindonesiadalam.html),
diakses 21 September 2012.
Ridwan. 1998. Dasar-dasar Linguistik
Kontrastif. Medan: USU Press.
Rismiyati. 2000. Skripsi: “Interferensi
Leksikal Bahasa Jawa ke dalam
Bahasa Indonesia Siswa Taman
Kanak-kanak Budi Mulia Dua”.
Samsuri. 1994. Analisis Bahasa. Jakarta:
Erlangga.
Setiyowati,
Avid.
2008.
Skripsi:
“Interferensi Morfologi dan
Sintaksis Bahasa Jawa dalam
Bahasa Indonesia pada Kolom
Piye
ya?
Harian
Suara
Merdeka”.
Semarang:
Universitas Diponegoro.
Simanjuntak,
Mangantar.
1987.
Pengantar
Psikolinguistik
Modern.
Kuala
Lumpur:
Dewan Bahasa dan Pustaka.
Soetomo, Istiati.1985. Telaah Sosial
Budaya terhadap Interferensi,
Alih Kode, dan Tunggal Bahasa
dalam
Masyarakat
Ganda
Bahasa.
Disertasi.
Jakarta:
Fakultas
Sastra
Universitas
Indonesia.
Sudaryanto, dkk. 1991. Metode Ane