GANGGUAN KULIT dan DEKUBITUS

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:12:53 2017 / +0000 GMT

GANGGUAN KULIT dan DEKUBITUS
LINK DOWNLOAD [1.01 MB]
BAB XIII
GANGGUAN KULIT dan DEKUBITUS
TUJUAN BELAJAR
TUJUAN KOGNITIF
Setelah membaca bab ini dengan seksama diharapkan anda sudah dapat :
1. Mengetahui anatomi kulit.
1.1 Menceritakan kembali anatomi kulit.
1.2 Mengetahui fisiologi kulit.
2. Mengetahui perubahan kulit pada lanjut usia.
2.1 Mengetahui perubahan anatomi kulit pada lanjut usia.
2.2 Mengetahui perubahan fungsi kulit pada lanjut usia.
3. Mengetahui penyakit-penyakit yang mengenai kulit yang biasanya terdapat pada lanjut usia dan penanganannya.
TUJUAN AFEKTIF
Setelah membaca bab ini dengan penuh perhatian, maka penulis mengharapkan anda sudah akan dapat:
1. Mengerti betapa kompleksnya gangguan kulit pada lanjut usia.
1.1 Mencoba menggali lebih jauh permasalahan pada lanjut usia berkaitan dengan kulit.

1.2 Mencoba menangani permasalahan lanjut usia dengan gangguan kulit.
2. Menunjukkan besarnya perhatian pada lanjut usia akan permasalahannya yang berkaitan dengan gangguan pada kulit.
I. PENDAHULUAN
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang
esensial dan vital serat merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada
keadaan iklim, umur, seks, ras dan juga bergantung pada lokasi tubuh.
Warna kulit berbada-beda, dari kulit yang berwarna terang (fair skin), pirang dan hitam, serta warna hitam kecoklatan pada genitalia
orang dewasa.
Demikian pula kulit bervariasi mengenai lembut, tipis dan tebalnya; kulit yang elastis dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan
preputium, kulit yang tebal dan tegang terdapat di telapak kaki dan tangan orang dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada muka, yang
lembut pada leher dan badan, dan yang berambut kasar terdapat pada kepala.
Kelompok usia lanjut merupakan segmen populasi yang rawan disamping anak yang memerlukan perhatian, termasuk masalah kulit.
Meskipun penyakit kulit tidak memberikan andil penting terhadap statistik kematian, namun masalah kulit yang dihadapi kelompok
ini cukup banyak ( Beauregard & Gilehrest 1987, Budhi-Darmojo, 1994). Perubahan-perubahan yang terjadi baik morfologis,
maupun fungsional dari kulit pada kelompok usia lanjut merupakan masalah tersendiri.
Di Amerika Serikat, diperkirakan sejumlah 660 dari 1000 orang usia lanjut diatas 65 tahun, mempunyai paling tidak satu dermatosis
yang cukup serius, sehingga memerlukan bantuan medis. Lesi kulit yang secara medik tidak bermakna, namun pada kelompok usia
lanjut akan menjadi masalah yang akan mengurangi kualitas hidup (Gilchrest dkk, 1989). Kelainan yang bersifat kronis, misalnya
pruritus senilis, ulkus, psoriasis, penyakit kulit berlepuh (pemfigus bulosa), dermatitis/eksema, disamping infeksi maupun
keganasan, merupakan hal-hal yang akan menjadi beban baik bagi penderita maupun keluarganya. Kondisi usia lanjut yang sudah

tidak memungkinkan lagi untuk berobat secara rutin ke rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan yang lain, meyebabkan banyak
penyakit kulit yang tidak dapat dimonitor, yang pada gilirannya akan menjadikan kelainan tersebut semakin parah, ataupun berubah
menjadi suatu keganasan.
Meskipun kelompok usia lanjut relatif kurang memperhatikan estetika penampilan, khususnya kulit, namun perhatian terhadap
perawatan, termasuk perawatan rambut dan kuku tetap diperlukan.
ANATOMI KULIT
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu :
1. Lapisan epidermis atau kutikel
2. Lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin)
3. Lapisan subkutis (hipodermis)
Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 1/19 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:12:53 2017 / +0000 GMT

dan jaringan lemak.

1. Lapisan Epidermis terdiri atas :
? Stratum korneum (lapisan tanduk)
Adalah lapisan kulit paling luar dan terdiri atas beberapa lapis sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah
menjadi keratin (zat tanduk).
? Stratum lusidum
Terdapat langsung di bawah lapisan korneum, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah
menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki.
? Stratum granulosum ( lapisan keratohialin)
Merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti diantaranya. Butir-butir kasar ini terdiri
atas keratohialin. Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini. Stratum granulosum juga tampak jelas di telapak tangan dan kaki.
? Stratum spinosum (stratum Malphigi) atau disebut juga pickle cell layer (lapisan akanta) terdiri atas beberapa lapis sel yang
berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung
glikogen, dan inti terletak ditengah-tengah. Sel-sel ini makin dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya. Di antara sel-sek
stratum spinosum terdapat jembatan-jembatan antar sel (intercellular bridges) yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril atau
keratin. Perlekatan antara jembatan-jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Di antara sel-sel
spinosum terdapat pula sel Langerhans. Sel-sel stratum spinosum mengandung banyak glikogen.
? Stratum basale
Terdiri atas sel-sel berbentuk kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar
(palisade). Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah.
Sel-sel basal ini mengadakan mistosis dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri atas dua sel yaitu :

a. Sel-sel yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong dan besar, dihubungkan satu dengan yang lain oleh
jembatan antar sel.
b. Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell merupakan sel-sel berwarna muda, dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap,
dan mengandung butir pigmen (melanosomes)
2. Lapisan Dermis
Adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padar
dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian yakni :
a. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
b. Pars retikulare, yaitu bagian di bawahnya yang menonjol ke arah subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang
misalnya serabut kolagen, elastin dan retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hialuronat dan kondroitin
sulfat, di bagian ini terdapat pula fibroblas. Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblas, membentuk ikatan (bundel) yang mengandung
hidroksiprolin dan hidroksilisin.
3. Lapisan subkutis
Adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat,
besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah.
Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut
panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah
bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung pada lokalisasinya. Di abdomen dapat mencapai ketebalan 3 cm. Di
daerah kelopak mata dan penis ini juga merupakan bantalan.
Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di bagian atas dermis (pleksus superfisialis) dan yang terletak

di subkutis ( pleksus profunda). Pleksus yang di dermis bagian atas mengadakan anatomosis di papila dermis, pleksus yang di
subkutis dan di pars retikulare juga mengadakan anastomosis, di bagian ini pembuluh darah berukuran lebih besar. Bergandengan
dengan pembuluh darah terdapat saluran getah bening.
ADNEKSA KULIT
Adneksa kulit terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut, dan kuku.
1. Kelenjar kulit, terdapat di lapisan dermis, terdiri atas :
a. Kelenjar keringat ( glandula sudorifera)
Ada dua macam kelenjar keringat yaitu kelenjar ekrin yang kecil-kecil, terletak dangkal di dermis dengan sekret yang encer, dan
kelenjar apokrin yang lebih besar, terletak lebih dalam dan sekretnya lebih kental.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 2/19 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:12:53 2017 / +0000 GMT

b.kelenjar Palit ( glandula sebasea).
Terletak di seluruh permukaan kulit manusia kecuali telapak tangan dan kaki. Kelenjar palit disebut juga kelenjar holokrin karena
tidak berlumen dan sekret kelenjar ini berasal dari dekomposisi sel-sel kelenjar. Kelenjar palit, biasanya terdapat disamping akar

rambut dan muaranya terdapat pada lumen akar rambut (folikel rambut). Sebum mengandung trigliserida, asam lemak bebas,
skualen, wax ester dan kolesterol. Sekresi dipengaruhi oleh hormon androgen.
2. Kuku
Adalah bagian terminal lapisan tanduk (stratum korneum) yang menebal. Bagian kuku yang terbenam dalam kulit jari disebut akar
kuku (nail root), bagian yang terbuka di atas dasar jaringan lunak kulit pada ujung jari tersebut badan kuku (nail plate), dan yang
paling ujung adalah bagian kuku yang bebas. Kuku tumbuh dari akar kuku keluar dengan kecepatan tumbuh kira-kira 1 mm per
minggu.
Sisi kuku agak mencekung membentuk alur kuku (nail groove). Kulit tipis yang menutupi kuku di bagian proksimal di sebut
eponikium sedang kulit yang ditutpi bagian kuku bebas disebut hiponikium
3. Rambut
Terdiri atas bagian yang terbenam dalam kulit (akar rambut) dan bagian yang berada di luar kulit (batang rambut). Ada 2 macam tipe
rambut, yaitu lanugo yang merupakan rambut halus, tidak mengandung pigmen dan terdapat pada bayi dan rambut terminal yaitu
rambut yang lebih kasar dengan banyak pigmen, mempunyai medula, dan terdapat pada orang dewasa.
Pada manusia dewasa selain rambut kepala, juga terdapat bulu mata, rambut ketiak, rambut kemaluan, pubis, dan janggut yang
pertumbuhannya di pengaruhi hormon seks (androgen). Rambut halus di dahi dan badan lain disebut velus.
FISIOLOGI KULIT
Fungsi utama kulit adalah :
1. Fungsi proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis, misalnya tekanan, gesekan, tarikan; gangguan kimiawi,
misalnya zat-zat kimia terutama yang bersifat iritan, contohnya lisol, karbol, asam dan alkali kuat lainnya; gangguan yang bersifat

panas, misalnya radiasi, sengatan sinar ultra violet; gangguan infeksi luar terutama uman/bakteri maupun jamur.
Hal di atas di mungkinkan karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang yang
berperanan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis. Melanosit turut berperanan dalam melindungi kulit terhadap pajanan sinar
matahari dengan mengadakan tanning. Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang imperpeambel
terhadap pelbagai zat kimia dan air, disamping itu terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi kontak zat-zat kimia dengan
kulit. Lapisan keasaman kulit ini mungkin terbentuk dari hasil eksresi keringat dan sebum, keasaman kulit menyebabkan pH kulit
berkisar pada pH 5-6,5 sehingga merupakan perlindungan kimiawi terhadap infeksi bakteri maupun jamur. Proses keratinisasi juga
berperanan sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel-sel mati melepaskan diri secara teratur.
2. Fungsi absorpsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap,
begitupun yang larut lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada
fungsi respirasi. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jenis
vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antara sel, menembus sel-sel epidermis atau melalui muara saluran
kelenjar; tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis daripada yang melalui muara kelenja.
3. Fungsi ekskresi
Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam
urat dan amonia. Kelenjar lemak pada fetus atas pengaruh hormon androgen dari ibunya memproduksi sebum untuk melindungi
kulitnya terhadap cairan amnion, pada waktu lahir dijumpai sebagai ferniks kaseosa. Sebum yang diproduksi melindungi kulit
karena lapisan sebum ini selain meminyaki kulit juga menahan evaporasi air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering.
Produk kelenjar lemak dan keringat di kulit menyebabkan keasaman kulit pada pH 5-6,5.

4. Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis . Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan
Ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di dermis. Badan taktil Meissner
terletak di papila dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula badan Merkel Ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan
terhadap tekanan di perankan oleh badan Vater Paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah
yang erotik.
5. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 3/19 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:12:53 2017 / +0000 GMT

Kulit melakukan peranan ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit
kaya akan pembuluh darah sehingga memungkinkan kulit mendapat nutrisi yang cukup baik. Tonus vaskular dipengaruhi oleh saraf
simpatis (asetilkolin). Pada bayi biasanya dinding pembuluh darah belum terbentuk sempurna, sehingga terjadi ekstravasasi cairan,
karena itu kulit bayi tampak lebih edematosa karena lebih banyak mengandung air dan Na.
6. Fungsi pembentukan pigmen.

Sel pembentuk pigmen ( melanosit), terletak di lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi saraf. Perbandingan jumlah sel basal :
melanosit adlah 10 : 1. Jumlah melanosit dan jumlah serta besarnya butiran pigmen ( melanosomes) menentukan warna kulit ras
maupun individu. Melanosom dibentuk oleh alat Golgi dengan bantuan enzim tirosinase, ion Cu dan O2. Pajanan terhadap sinar
matahari mempengaruhi melanosom. Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan-tangan dendrit sedangkan ke lapisan kulit di
bawahnya dibawa oleh sel melanofag (melanofor). Warna kulit tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh pigmen kulit melainkan juga oleh
tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi Hb dan karoten.
7. Fungsi keratinisasi
Lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama yaitu keratinosit, sel Langerhans, melanosit. Keratinosit dimulai dari sel
basal mengadakan pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke
atas sel menjadi semakin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti menghilang dan keratinosit ini menjadi
sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung terus-menerus seumur hidup, dan sampai sekarang belum sepenuhnya dimengerti.
8. Fungsi pembentukan vitamin D
Dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tetapi kebutuhan tubuh akan vitamin
D tidak cukup hanya dari hat tersebut, sehingga pemberian vitamin D sistemik masih diperlukan.
II. PERUBAHAN KULIT PADA LANJUT USIA
GAMBARAN MORFOLOGIS DARI KULIT YANG MENUA
Pada lansia akan terjadi perubahan-perubahan morfologis dan fungsi semua organ termasuk kulit. Secara garis besar penuaan kulit
terdiri dari dua fenomena yaitu proses penuaan secara alamiah (proses menua intrinsik) dan photoaging (proses menua ekstrinsik).
Yang temasuk faktor intrinsik adalah faktor keturunan, ras, hormonal, penyakit sistemik, malnutrisi, psikis dan sistem imun
sedangkan yang berhubungan faktor ekstrinsik yaitu lingkungan (sinar matahari, suhu, kelembaban udara, arus angin, CO2, lapisan

ozon, berbagai polusi di darat/laut/udara), kontak dengan bahan-bahan kimia, stres, merokok, olahraga, diet, bahan kimia dalam
makanan, obat-obatan, pengobatan kulit dengan sinar ultraviolet jangka panjang dan radioterapi.
Pada kulit yang menua kita jumpai gejala umum berupa:
1) Kulit kering.
Kekeringan ini terjadi karena menurunnya hormon androgen, menurunnya fungsi kelenjar sebasea, berkurangnya jumlah dan ungsi
kelenjar keringat ekrin, berkurangnya kadar air dalam epidermis, paparan sinar matahari yang lama.
2) Permukaan kulit menjadi kasar.
Hal ini disebabkan kelainan proses keratinisasi serta perubahan ukuran dari bentuk sel-sel epidermis, stratum korneum mudah lepas
dan kecenderungan sel-sel mati untuk melekat satu dengan yang lain pada permukaan kulit, dan faktor kekeringan kulit karena
berkurangnya lemak permukaan kulit serta kandungan air epidermis.
3) Kulit kendor/menggelantung dengan kerutan-kerutan dan garis-garis kulit lebih jelas.
Hal ini disebabkan karena :
a. Penurunan jumlah fibroblas yang menyebabkan penurunan jumlah serat elastin lebih sklerotik dan menebal sehingga jaringan
kolagen menjadi kendor dan serabut elastin kehilangan daya kenyalnya, kulit menjadi tidak dapat tegang dan kurang lentur.
b. Tulang dan otot menjadi atrofi, jaringan lemak subkutan berkurang, lapisan, kulit tipis serta kehilangan daya kenyalnya sehingga
terbentuk kerutan-kerutan dan garis-garis kulit.
c. Kontraksi otot-otot mimik yang tidak diikuti oleh kontraksi kulit yang sesuai sehingga mengakibatkan alur-alur keriput di daerah
wajah.
4) Gangguan pigmentasi pada kulit
Hal ini disebabkan perubahan-perubahan pada distribusi pigmen melanin dan proliferasi melanosit, serta fungsi melanosit menurun

sehingga penumpukan melanin tidak teratur dalam sel-sel basal epidermis. Disamping itu epidermal turn over menurun sehingga
lapisan sel-sel kulit mempunyai banyak waktu untuk menyerap melanin yang mengakibatkan terjadinya bercak-bercak pigmentasi
pada kulit.
GAMBARAN HISTOLOGIS DARI KULIT PADA USIA TUA
Secara histologis terjadi perubahan-perubahan tertentu pada kulit menua, yaitu pada epidermis, dermis dan apendiks.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 4/19 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:12:53 2017 / +0000 GMT

a. Perubahan-perubahan yang terjadi pada epidermis berupa:
? menipisnya dermo epidermal junction.
? perbedaan dalam besar dan bentuk dari sel-sel.
? jumlah melanosit dan sel-sel Langerhans yang berkurang.
b. Perubahan-perubahan pada dermis antara lain:
? atropi.
? berkurangnya fibrolas. Mast cells, pemuluh darah.
? Memendeknya capillary loops, dan terjadinya abnormalitas pada ujung-ujung syaraf.
c. Perubahan-perubahan pada apendiks berupa:
? hilangnya pigmen rambut dan menipisnya rambut. Pada pria terjadi penipisan rambut terutama pada kepala, sedangkan pada
wanita dapat terjadi timbulnya rambut halus di daerah muka.
? lempeng-lempeng kuku yang abnormal.
? berkurangnya kelenjar-kelenjar ekrin.
? berkurangnya fungsi kelenjar urap.
PERUBAHAN-PERUBAHAN FISIOLOGI PADA KULIT MENUA, RAMBUT DAN KUKU.
1. Kulit menua
a. Penurunan epidermal turn over rate antara 30-50% serta kecepatan pergantian stratum korneum 2 kali lebih lama dibandingkan
orang muda.
b. Menurunnya respon terhadap trauma
c. Mekanisme proteksi kulit menurun
d. Daya pembersihan terhadap bahan-bahan kimia yang terabropsi perkutan menurun
e. Persepsi sensorik menurun
f. respon vaskuler menurun
g. Respon imun menurun
h. Penurunan produksi vitamin D
i. Produksi sebum menurun
j. Jumlah sel melanosit yang aktif serta kemampuan tanning berkurang
k. Menurunnya kemampuan termoregulasi
l. Produksi kelenjar keringat menurun
2. Rambut pada Lansia
a. Pertumbuhan menjadi lambat. Lebih halus dan jumlahnya lebih sedikit
b. Rambut pada alis, lubang hidung dan wajah sering tumbuh lebih panjang
c. Rambut memutih
d. Rambut banyak yang rontok
3. Kuku pada Lansia
a. Pertumbuhan kuku lebih lambat, kecepatan pertumbuhan menurun 30-50% dari orang dewasa.
b. Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya dan rapuh
c. Warna kuku agak kekuningan
d. Kuku menjadi tebal dan keras
e. Garis-garis kuku longitudinal tampak lebih jelas. Kelainan ini dilaporkan terdapat pada 67% lansia berusia 70 tahun.
III. KELAINAN-KELAINAN KULIT PADA LANSIA
Proliferasi jinak
1. Acrochordon (fibroma molle, skin tag).
? Tumor jinak kulit dapat dijumpai dalam beberapa bentuk, yaitu berupa papul multipel yang lunak, filiformis, seperti kantong
solider, atau bertangkai. Berukuran 1-5 mm, dapat > 1 cm, berwarna seperti kulit normal sampai coklat muda.
? Biasanya ditemukan di daerah aksila, leher, muka/pelupuk mata, dada bagian atas, tubuh dan ekstremitas.
? Lebih sering ditemukan pada orang tua yang agak gemuk dan wanita lebih banyak daripada pria.
? Kelainan ini tidak pernah menjadi ganas, tetapi kadang-kadang dirasakan mengganggu. Kalau timbulnya banyak dan besar akan
mengganggu kosmetik. Beberapa peneliti menganggap lesi ini merupakan keratosis seboroik yang bertangkai, sedangkan yang lain
menganggapnya suatu fibroma yang lunak.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 5/19 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:12:53 2017 / +0000 GMT

2. Cherry angioma (Ruby spot, cherry spot, hemangioma senilis)
? Tumor jinak yang berasal dari pembuluh darah kapiler.
? Lesi berupa pungta yang menimbul di atas kulit, bentuk kubah, berwarna merah terang, perabaan lunak, dengan ukuran 1 sampai 3
atau 4 mm, biasanya multipel.
? Terutama terdapat di lengan, dada,dan badan.
3. Keratosis seboroik
? Merupakan tumor jinak yang paling sering ditemukan pada usia lanjut.
? Lesi berbentuk bulat atau lonjong, berbatas tegas, sedikit meninggi di atas permukaan kulit dengan permukaan dapat tidak
rata/verukosa, dapat licin dengan keratotic plug, berwarna coklat atau hitam. Ukuran 2 mm akan tetapi dapat sampai 2 atau 3 cm.
Permukaan lesi kadang halus seperti beludru.
? Lesi terutama ditemukan pada daerah berminyakmisalnya wajah, kulit kepala, leher, dada/dibawah buah dada, badan, punggung
dan jarang ditemukan pada ekstremitas.
? Faktor penyebab belum jelas, namun pertumbuhan dan perubahan warna erat kaitannya dengan pajanan sinar matahari dan
peradangan kronik.
? Meskipun belum jelas ada kecenderungan familiar.
4. Hiperplasia kelenjar sebasea
? Lesi berupa papul atau nodul multipel, lunak, berwarna kuning, kadang-kadangdengan umbilikasi, berukuran 2-3mm.
? Terutama terdapat di dahi, hidung dan pipi.
5. Keratosis Solaris (keratosis aktinik)
? Merupakan kelainan prakanker terutama di daerah terpajan seperti wajah, bibir bawah, punggung tangan dan lengan bawah.
? Lesi dapat rata atau menonjol dari permukaan kulit, eritematus, kecoklatan atau keabuan, permukaan verukosa atau keratotik dan
tertutup skuama kering yang lewat.
? Lesi biasanya tunggal tetapi dapat multipel, kadang-kadang berkembang menjadi tonjolan seperti tanduk (kornu kutaneum)
Xerosis kutis
Merupakan kelainan kulit yang sering terjadi pada lansia, mengenai hampir 75% lansia berusia di atas 64 tahun. Kulit tampak
kering, bersisik, berwarna gelap, keabu-abuan dan terlihat suram.
Biasanya disertai gatal dan dengan garukan, gosokan atau kontak bahan iritan dan bahan sensitizer lebih jauh akan menyebabkan
mudah meradang menjadi ecsema craquele atau winter ecsema dan juga terjadi penyebaran sehingga perubahan eksematosa lebih
menyeluruh.
Kelainan ini banyak diderita wanita terutama di tungkai bawah, lengan dan tangan oleh karena daerah itu merupakan daerah yang
terbuka.
Kelainan ini akan bertambah berat bila dipengaruhi kelembban udara rendah yang menyebabkan penguapan air di kulit bertambah
seperti pada musim dingin, kecepatan angin yang tinggi, ruangan ber AC dan lain-lain.
Kelainan pigmentasi
1.Lentigo senilis (lentigo solaris)
? Kelainan kulit berupa makula hiperpigmentasi pada daerah terpapar sinar matahari seperti muka, punggung tangan, lengan atas,
lengan bawah dan lain-lain.
? Berwarna kecoklatan sampai coklat tua, berbatas tegas, bentuk bulat atau lonjong, berukuran milier sampai lebih dari 1 cm.
? Terutama timbul pada golongan Kaukasia dan Mongoloid, antara dekade keempat dan keenam. Kadang-kadang lesi menyerupai
tahi lalat.
2. Hipermelanosis gutara ididopatik
? Kelainan hipopigmentasi yang sering ditemukan pada lansia.
? Biasanya berkembang setelah usia 40-50 tahun.
? Ujud kelainan kulit berupa makula, depigmentasi, bentuk bulat atau angular, batas tegas, sirkumskripta, berwarna putih seperti
porselin, kadang kadang dengan titik-titik hitam diatasnya, permukaan lesi biasanya halus, berukuran beberapa sampai multipel,
terutama terdapat pada daerah terpajan sinar matahari seperti bagian anterior tungkai bawah, abdomen bawah, dorsal lengan atas,
dan muka.
? Penyebab kelainan ini tidak diketahui, tetapi tampaknya terdapat peranan berbagai faktor, antara lain faktor genetik dan proses
menua sendiri dengan kematian. Melanosit mungkin merupakan salah satu penyebab.
3. Nevus pigmentasi

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 6/19 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:12:53 2017 / +0000 GMT

? Kelainan ini merupakan tumor yang berasal dari sel-sel nevus
Degenerasi maligna
1. Lentigo maligna
? Lentigo maligna perlu dibedakan dari lentigo senilis, pada golongan kulit putih terdapat kecenderungan lebih banyak timbulnya
lentigo maligna.
? Usia penderita biasanya diatas 50 tahun.
? Merupakan kelainan kulit prakanker dengan gambaran klinis berupa bercak hiperpigmentasi, berwarna coklat sampai hitam,
dengan pigmentasi tidak merata, permukaan kadang berbenjol, batas tepi kabur, berukuran 2 cm sampai beberapa cm, membesar
secara lambat. Lebih kurang 5% dari lesi ini akan berdegenerasi menjadi ganas.
? Biasanya terdapat pada daerah wajah-pipi dan hidung, leher, ekstensor lengan bawah dan tungkai bawah dan tempat lain yang
terpajan sinar matahari.
? Lebih sering ditemukan pada wanita.
? Kelainan ini dapat berkembang menjadi melanoma maligna.
2. Karsinoma sel skuamosa
? Gambaran klinisnya berupa nodul soliter dengan dasar yang meradang dan tepi tidak jelas.
? Kelainan ini akan berkembang menjadi ulsera yang dangkal dikelilingi oleh batas yang tegas, meninggi dengan permukaan yang
tertutup skuama dan penonjol verukosa.
? Ulsera tidak dapat menyembuh, dapat timbul dari kulit yang rusak oleh karena pajanan sinar matahari, keratosis aktinik, lesi
prakanker atau karsinoma intradermal.
3. Karsinoma sel basal
? Mempunyai sifat destruktif terhadap jaringan kulit setempat, tetapi sel-sel kanker tidak masuk ke pembuluh darah atau limfe dan
tidak menyebar kebagian lain dari tubuh serta pertumbuhannya lambat.
? Karsinoma ini berhubungan erat dengan pemaparan sinar matahari.
? Bentuknya seperti benjolan kecil di daerah yang terpajan sinar matahari (dahi, hidung, telinga, pipi), berwarna merah muda, padat,
permukaan licin, kadang-kadang disertai pelebaran pembuluh darah yang kemudian terbentuk ulkus yang mudah berdarah dengan
tepi meninggi.
Penyakit-penyakit yang sering ditemukan pada lansia
1. Pruritus senilis
? Pruritus senilis merupakan kelainan yang paling sering terjadi pada lansia, teruatama pada lansia yang berusia lebih dari 80 tahun.
? Kelainan ini sering timbul tanpa sebab-sebab yang jelas. Kekeringan udara, terlalu sering mandi dengan sabun, sering berendam
dalam air dan memakai baju dari bahan yang kasar, semua ini dapat mencetuskan rasa gatal.
? Selain itu pada lansia nilai ambang rasa gatalnya juga sudah rendah.
? Bila rasa gatalnya terus menerus dan sering digaruk akan menimbulkan eksemitisasi dan memudahkan bahan-bahan iritan serta
kuman masuk dengan akibat timbulnya peradangan an infeksi kulit.
2. Dermatitis statis ? ulkus statis
? Penyakit ini sering ditemukan pada lansia, akibat adanya gangguan peradangan darah vena, terutama tungkai bawah yaitu di
daerah pergelangan kaki
? Bila hal ini berlangsung kronis, maka kulit akan mengalami kekurangan oksigen dan akan menimbulkan kerusakan kulit.
? Penyakit ini di dahului timbulnya perubahan warna kulit menjadi merah kebiruan, kemudian menjadi coklat kehitaman
(hiperpigmentasi), adanya skuama, likenifikasi dan eksudat.
? Rasa gatal menyebabkan garukan yang berulang-ulang sehingga terjadi kerusakan kulit diikuti peradangan, udem dan infeksi
sekunder.
? Kadang terjadi luka, maka lukanya mudah terjadi ulkus yang kadang-kadang sukar sembuh, dan bila sembuh mudah kambuh
kembali terutama setelah digaruk-garuk. Kulit sekitar ulkus udem berwana coklat kehitaman, kalau ditekan teraba keras dan disertai
rasa gatal.
? Dengan pengobatan yang inadekuat ulkus akan menjadi kronis, sering infeksi dan nyeri.
? Ulkus paling sering ditemukan pada tungkai bawah bagian distal sebelah medial. Bagian tepi ulkus seperti cawan terutama bila
terkena infeksi.
? Bila eksudat dan debris sudah tidak apa maka akan tampak jaringan granulasi pada dasar ulkus.
? Penyakit ini terjadi terutama disebabkan karena insufisiensi kronis vena-vena bagian dalam (deep venous) dan jarang penyebab

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 7/19 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:12:53 2017 / +0000 GMT

utamanya karena adanya varises, dan penyakit ini mempunyai kecenderungan untuk diturunkan (herediter).
3. Dermatitis eksematosa
Keadaan eksematosa sering ditemukan pada lansia. Akan tetapi kebanyakan keadaannya ringan dan mudah diobati.
a. Dermatitis ini lebih sering timbul dengan bertambahnya usia. Biasanya di dapatkan pada daerah kulit yang berminyak seperti
muka, kepala, dada bagian atas, dan mempunyai kecenderungan meluas ke seluruh tubuh. Gambaran klinisnya pertama-tama berupa
papul, eritem dan kemudian diikuti terbentuknya skuama yang berminyak berwarna kekuningan. Bila mengenai kepala dikenal
dengan nama ketombe, dan skuama yang berminyak itu mudah lepas, dan biasanya berhubungan dengan rambut yang berminyak,
dikulit tepi batas rambut tampak kemerahan. Skuama juga ditemukan di belakang telinga, sering menimbulkan fisura yang nyeri
oleh karena garukan. Pada wajah. Eritem ditemukan di dahi, lipatan nasolabial, pipi dan daerah perioral, sedangkan skuama banyak
ditemukan pada alis mata. Pada dada tampak berupa makula, papula eritam berbatas tegas yang berminyak dan lokasinya biasanya
pada dada atas bagian tengah, terutama pada pria. Daerah-daerah lain dapat terkena yaitu daerah aksila, lipatan bawah payudara,
umbilikus, lipat paha, daerah pubis, penis dan lipatan glutea. Kemungkinan ada hubungannya dengan keadaan neurologik, karena
dianggap ada hubungannya antara dermatitis seboroik dengan retardasi mental dan penyakit Parkinson
b. 1. Dermatitis kontak
Dermatitis kontak iritan maupun dermatitis kontak alergika dapat menumpangi pada keadaan kulit kering dan eksema asteatotika.
? Keadaan ini dapat mengenai semua bagian tubuh yang terbuka yang mudah terkena bahan iritan, akan tetapi tangan merupakan
tempat yang paling sering, tetapi bahan-bahan kimia lainnya seperti pelarut, pemutih dan obat topikal seperti linimen yang kuat
dapat menimbulkan reaksi iritasi. Demikian pula trauma fisik seperti pada waktu berkebun, berburu, memancing dan lainnya dapat
sebagai penyebab.
b. 2.Dermatitis kontak alergika
? Erupsi kulit biasanya kurang meradang dibandingkan penderita muda, dan reaksi gatal lebih kurang akan tetapi berlangsung lama.
Oleh karena respon imun seluler menurun dengan bertambahnya usia. Sebagai penyebab terjadinya banyak sekali. Obat-obatan
topikal merupakan penyebab yang terutama, misalnya benzokain, tetrakain, neomisin, krim anti jamur, antihistamin dan merkuri
amoniata. Selain itu bahan kosmetik, kontaktan berasal dari lingkungan kerja dan sekitar kita dan tumbuh-tumbuhan dapat pula
sebagai penyebab.
? Dermatits kontak dapat mudah dikenali bila daerah yang terkena diskrit dan mengenai daerah yang terbatas, misalnya kaki, tangan
atau pinggang. Membedakan dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergika sering sulit, Secara umum, dermatitis primer
ditandai oleh kering, fisur dan lesi skuama, sedangkan kontak alergika lesi lebih eritematus, dengan papul dan vesikel. Pada lansia,
karena menurunnya respon inflamasi menyebabkan hal ini sulit dibedakan.
Dermatitis alergi Dermatitis Atopik
c. Liken simpleks kronis
? Kelainan ini ditandai oleh plaket yang menebal, gatal, lokasinya terbatas dan perjalanan penyakit kronis.
? Paling sering ditemukan pada daerah pergelangan kaki, tetapi dapat juaga timbul di bagian lain.
? Kelainan ini disebabkan oleh kebiasaan menggaruk dan menggosok kulit. Paling sering ditemukan pada usia diatas 60 tahun.
Biasanya lesi hanya satu dan daerah predileksinya pada wanita di daerah oksipital dan leher belakang/tengkuk sedangkan pria daerah
perineum dan skrotum.
? Daerah lain sering terkena adalah pergelangan tangan dan tungkai bawah.
? Faktor predisposisinya adalah atopi dan kulit xerotik dimana kelainan ini berhubungan dengan gatal yang kemudian berlanjut
dengan siklus gatal-garuk.
4. Herpes zoster
? Dengan menurunnya imunitas atau adanya keganasan pada lansia mungkin berpengaruh terhadap timbulnya herpes zoster.
Penyakit ini merupakan reaktivasi dari virus penyebab varisela, akan tetapi disini yang terkena ganglion saraf sensoris.
? Gambarannya berupa vesikel dan bula yang berkelompok diatas kulit yang eritematus, timbul secara segmental di kulit dapat
dimana saja, dan sering didahului rasa nyeri beberapa hari sebelum munculnya erupsi.
? Nyeri biasanya digambarkan sebagai rasa terbakar, tertusuk-tusuk, tertikam yang dapat menetap atau hilang timbul.
? Vesikel dalam beberapa hari akan menjadi keruh, lesi-lesi ini kemudian mengering, menjadi krusta dan akhirnya mengelupas dan
bersih.
? Lesi-lesi ini bersifat destruktif dan tidak jarang disertai terjadinya jaringan parut. Bila lesi timbul di dekat mata, perlu dikonsulkan
ke bagian mata.
? Beratnya penyakit bertambah sesuai dengan bertambahnya usia.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 8/19 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:12:53 2017 / +0000 GMT

? Komplikasi yang paling sering dari herpes zoster ini adalah neuralgia pasca herpetika.
Herpes Zoster
5. Pemfigoid bulosa
? Penyakit ini juga dinamakan pemfigus pada lansia dan pemfigoid senilis oleh karena kebanyakan muncul pada dekade 7 dan 8.
? 60% penderita mempunyai awitan penyakit diatas usia 60 tahun.
? Merupakan penyakit yang ditandai oleh terbentuknya bula yang tegang, besar, tidak mudah pecah dengan trauma yang ringan.
? Bula dapat timbul diatas kulit yang normal ataupun kulit eritematus. Rupturnya bula menyebabkan erosi yang menyembuh secara
lambat dan terjadinya infeksi sekunder. Lokasi bula dapat berada di setiap tubuh, akan tetapi paling sering ada didaerah
lipatan-lipatan, tungkai bawah, paha, perut bagian bawah dan daerah fleksor lengan bawah.
? Oleh karena pemfigoid dapat berhubungan dengan keganasan organ dalam, sebaiknya dilakukan pemeriksaan yang diteliti akan
adanya keganasan pada paru, payudara dan usus besar.
? Pengangkatan tumor akan menyebabkan sembuhnya pemfigoid.
6. Kelainan pada kaki dan kuku kaki
a. Hiperkeratosis
Hiperkeratosis merupakan istilah umum, termasuk disini penebalan kulit yang dicetuskan oleh karena penekanan seperti klavus atau
kalus, dan penebalan yang bukan disebabkan tekanan seperti keratosis atau keratoderma.
a.1. Hiperkeratosis jari-jari kaki.
Artritis yang disertai melebarnya sendi-sendi interphalangeal menyebabkan terjadinya hiperkeratosis pada kulit didaerah tersebut,
tampak sebagai kalus. Dengan adanya trauma penekanan yang intermitten dan berlarut-larut daerah sentral hiperkeratosis akan
menjadi padat membentuk inti berwarna keputihan dan keras disebut klavus.
a. 2. Hiperkeratosis plantaris
Hiperkeratosis kulit dibawah tulang metatrsal bagian depan dapat oleh banyak faktor termasuk adanya atrofi jaringan lemak daerah
plantar, latihan fisik dan ada atau tidaknya artritis. Massa hiperkeratotik yang besar dalam halus dibawah tulang metatarsal sama
keadaannya dengan klavus di jari-jari kaki.
Pembentukan kulit yang tebal dan keras disebabkan oleh suatu akumulasi sel kulit mati yang mengeraskan dan menebal pada suatu
area kaki .Kulit yang tebal dan keras ini merupakan mekanisme pertahanan badan untuk melindungi kaki melawan terhadap friksi
dan tekanan berlebihan. Kulit yang tebal dan keras ini dapat menekan saraf sehingga dapat menimbulkan nyeri dan kelainan akan
sensorik.
Terapi yang terbaik adalah memberikan beban yang merata terhadap kaki, yaitu berdiri dengan bertumpu pada kedua kaki dan
memakai alas kaki yang rata. Dapat diberikan obat-obat yang bersifat keratolitik untuk mengurangi penebalannya.
b. Ulkus
? Beberapa macam ulkus dapat timbul pada lansia diantaranya ulkus kecil pada jari kaki yang mengalami hiperkeratosis oleh karena
trauma dari luar, ulkus neurotropik atau ulkus diabetikum dan ulkus mal perforans.
c. Kelainan kuku kaki
? Lansia biasanya sering mengeluh tentang ketidakmampuannya memotong kukunya yang tebal dan keras. Masalah kecil ini dapat
dioperbesar dengan adanya kondisi penglihatan yang kurang, anestesi dan ketidakmampuan untuk membengkokan serta menjangkau
kaki.
? Kelainan-kelainan pada kuku kaki dapat berupa onychauxiz, onychocryptosis, subungual heloma, onycholysis, onychogryphosis
dan onychophosis.
? Ingrown toenails ( kuku yang tumbuh kedalam)
Dikenal sebagai onychocryptosis, kuku jari kaki tumbuh ke dalam, yang terjadi ketika kulit pada atau kedua sisi suatu kuku tumbuh
di atas tepi dari kuku, atau kuku tumbuh ke dalam kulit. Kondisi ini pada umumnya sangat menyakitkan dan dapat dihubungkan
dengan infeksi/ peradangan jari kaki . Beberapa kuku jari kaki tumbuh ke dalam secara kronis, dengan peristiwa infeksi/peradangan,
sering trauma, seperti tersandung, adanya kotoran yang masuk kedalam celah kuku, yang dapat menghalangi pertumbuhan kuku
keluar, sehingga kuku tertekan dan tumbuh kedalam, menekan kulit.
Penyebab yang paling umum ialah memotong kuku jari kaki salah . Kaus kaki atau sepatu ketat, hal ini yang dapat menyebabkan
kuku tumbuh kedalam, dan akhirnya dapat menyebabkan infeksi.
Kuku jari kaki tumbuh ke dalam harus segera dirawat dan diobati sejak diketahui. Perawatan yang dapat dilakukan: rendam kuku jari
dengan air hangat, kemudian dikeringkan dengan handuk, gunting kuku yang tumbuh kedalam, kemudian beri salep antibiotik, lalu
diperban.Apabila telah terjadi infeksi, maka pemberian antibiotik sangat diperlukan, bahkan pengangkatan kuku dengan ekstraksi

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 9/19 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:12:53 2017 / +0000 GMT

Naegel maupun Roser plasty diperlukan untuk kasus yang berat.
7. Ulkus kutan
? Ulkus dekubitus sebenarnya merupakan ulkus yang disebabkan oleh posisi terlentang, tengkurap atau miring yang terlalu lama.
? 70% penderita dengan ulkus dekubitus berusia 70 tahun ketas.
? Faktor resiko untuk terjadinya selain ketuaan adalah imobilisasi dan penyakit yang menimbulkan kelemahan. Tonjolan-tonjolan
tulang akan menerima tekanan yang lebih besar sehubungan dengan tidak adanya lemak sebagai bantalan.
? Ulkus dekubitus merupakan kelainan yang serius, memerlukan perhatian khusus pada stadium dini yaitu pada waktu baru terjadi
eritem.
8. Infeksi pada kulit
? Perubahan-perubahan pada kulit berhubungan proses penuaan seperti penipisan epidermis dan kekeringan akan menurunkan
integritas kulit berupa pertahanan mekanik (mechanical barriei) terhadap infeksi bakteri dan jamur.
? Adanya penyakit-penyakit sistemik, ulkus dekubitus, keganasan, diabetes melitus dan kondisi-kondisi lain juga memudahkan
terjadinya infeksi kulit lansia dengan organisme spektrum luas.
a. infeksi bakteri
- Infeksi bakterial primer pada kulit atau sekunder.
- Infeksi kulit primer berasal dari kulit yang tampak normal, biasanya disebabkan organisme tunggal dan mempunyai gambaran
morfologik yang khas. Sedangkan infeksi bakteri sekunder berkembang dari bermacam-macam kelainan kulit yang sudah ada
sebelumnya seperti luka iris, luka bakar, inflammatory dermatose, gigitan serangga, erupsi obat dan penyakit virus atau jamur. D
- apat melibatkan beberapa organisme yang berbeda, dan gambaran morfologik lesi bervariasi.
- Hal ini lebih banyak tergantung dari penyakit yang mendasari daripada invasi bakterinya.
- Yang termasuk infeksi bakteri primer disini adalah impetigo, eritrasma. Sedangkan yang lebih sering mengalami infeksi bakteri
sekunder adalah dermatitis eksematoid infeksiosa dan intertrigo.
b. Infeksi jamur
- Infeksi jamur dapat disebabkan bermacam-macam spesies dermatofit.
- Manifestasi klinisnya dapat berupa tinea korporis, tinea kruris, tinea pedis dan onikomikosis.
- Selain oleh karena dermatofit, infeksi jamur dapat pula disebabkan kandida. Infeksi kandida sering mengenai daerah intertrigo
misalnya lipat paha, aksila, lipatan glutea, daerah bawah payudara.
- Kandidiasis intertriginosa lebih sering ditemukan pada lansia yang mengalami kelemahan, selalu tiduran atau febris, demikian juga
diabetes.
9. Infestasi
? Secara garis besar ada 2 bentuk host parasite relationship yaitu pertama tungau hidup pada atau dibawah apendiks kulit dan
memperbanyak diri disana sebagai komensal, menyebabkan kelainan tidak spesifik pada pejamu dan kedua tungau merupakan
ektoparasit yang menggigit, menyengat atau kontak dengan kulit akan tetapi bukan merupakan residen yang permanen pada kulit.
? Insiden infestasi parasit ini paling tinggi pada usia antara 15 ? 44 tahun, tetapi dapat juga timbul pada kelompok umur lainnya,
khusunya pada lansia di rumah sakit, pantiwerda, atau institusi lainnya dimana kontak langsung secara kebetulan tak dapat
dihindarkan ( misalnya bersalaman, tidur bersama) dan kontak langsung melalui alat-alat yang dipergunakan di rumah seperti
selimut, pakaian, handuk dan seprei akan menyebabkan menyebarnya parasit.
a. Skabies
? Infestasi parasit pada kulit paling sering disebabkan oleh Sarcoptes scabiei, kira-kira 2-4% dari penderita yang berobat ke spesialis
kulit di Amerika Serikat. Sedangkan di negara sedang berkembang prevalensinya 6-27% dari populasi umum.
? Gambaran klinis yang patognomonik yaitu dengan ditemukannya terowongan, berupa garis yang kotor, pendek, berkelok dan
eritematus. Pada Skabies yang klasik, lesinya hampir simetris dan mengenai pergelangan tangan, sela-sela jari tangan, umbilikus,
puting susu dan areola mamae, penis, paha bagian atas dan glutea.
? Infeksi sekunder terjadi oleh karena garukan.
? Gatal terutama pada malam hari
? Lesi dapat berkembang menjadi eksema sekunder dan infeksi.
b. Pedikulosis
? Ada 2 spesies parasit ini pada manusia yaitu Phitirus pubis yang menyebabkan pedikulosis pubis dan Pediculus humanus yang
menyebabkan pedikulus kapitis.
b.1. Pedikulosis pubis

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 10/19 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:12:53 2017 / +0000 GMT

Gejalanya yaitu adanya iritasi yang terus-menerus, selanjutnya berkembang menjadi eksema dan pioderma. Makula berwarna
abu-abu kebiruan (macula cerulaea) tampak pada perut bagian bawah disebabkan perubahan pigmen darah pada daera gigitan.
b.2. Pedikulosis kapitis
Secara klinis gejalanya adalah rasa gatal dan gambarannya berupa makula eritem dan urtika yang kecil, ekskoriasi, hiperpigmentasi
sekunder dan pioderma.
IV. DEKUBITUS PADA LANSIA
Dekubitus juga disebut pressure sores atau bed sores, adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan di bawah kulit, bahkan
menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada satu area yang berlangsung terus menerus atau
berulang-ulang sehingga mengakibatkan peredaran darah setempat terhenti sehingga terjadi nekrosis. Keparahan suatu dekubitus
didasarkan pada kedalaman ulkus. Walaupun semua bagian tubuh dapat mengalami dekubitus, bagian bawah dari tubuh beresiko
tinggi dan membutuhkan perhatian khusus. Bagian tubuh yang sering mengalami dekubitus adalah tempat di mana terdapat
penonjolan misalnya daerah sacrum, trokhanter mayor, spina ischiadica anterior superior, tumit, siku dan kepala bagian belakang.
Ada 4 faktor yang telah diterapkan dalam patogenesis dekubitus, yaitu:
1. Tekanan
2. Peregangan dan lipatan kulit
3. Gesekan kulit
4. Beberapa faktor predisposisi.
Faktor-faktor ini mengakibatkan terhambatnya aliran darah ke kulit. Selain itu, gesekan pada kulit menghilangkan stratum korneum
epidermis yang berfungsi sebagai pelindung kulit.
1. Tekanan
Tekanan darah kapiler berkisar antara 16 mmHg - 33 mmHg. Kulit akan tetap utuh karena sirkulasi darah terjaga bila tekanannya
masih berkisar pada batas-batas tersebut. Tetapi, sebagai contoh, bila seseorang menderita imobil / terpancang pada tempat tidurnya
secara pasif dan berbaring diatas kasur busa biasa maka tekanan daerah sakrum akan mencapai 60-70 mmHg, dan daerah tumit
mencapai 30 - 45 mmHg. Tekanan ini akan menimbulkan daerah iskemik dan bila berlanjut akan terjadi nekrosis jaringan kulit.
2. Peregangan dan lipatan kulit
Bila penderita imobil, tidak dibaringkan terlentang mendatar, tetapi pada posisi setengah duduk, akan terjadi peregangan dan lipatan
kulit. Ada kecenderungan tubuh akan meluncur ke bawah, apalagi bila keadaannya basah. Seringkali hal ini dicegah dengan
memberikan penghalang, misalnya bantal-bantal kecil atau balok kayu pada kedua telapak kaki. Upaya ini hanya mencegah
pergerakkan kulit, yang sekarang terfiksasi pada alas, tetapi rangka tulang tetap cenderung maju ke depan. Akibatnya terjadi
garis-garis penekanan atau peregangan pada jaringan subkutan yang seakan-akan tergunting pada tempat-tempat tertentu, dan terjadi
penutupan arteriole dan arteri-arteri kecil akibat terlalu teregang bahkan sampai robek. Tenaga menggunting ini disebut Shearing
forces. Akibat tambahan dari shearing forces ini, pergerakkan tubuh diatas alas tempat berbaring, dengan fiksasi kulit pada
permukaan alas akan menyebabkan terjadinya lipatan-lipatan kulit (skin folding). Terutama terjadi pada penderita yang kurus
dengan kulit yang kendur. Lipatan-lipatan kulit yang terjadi ini dapat menarik / mengacaukan dan menutup pembuluh-pembuluh
darah
3. Gesekan
Gesekan terjadi saat penderita bergerak maju atau ditarik dari tempat tidurnya sehingga terjadi gesekan antara kulit dan alas tempat
tidur, gesekan ini menghilangkan stratum korneum epidermis sehingga jaringan di bawahnya menjadi terekspose.
4. Faktor predisposisi
a. Faktor tubuh sendiri ( faktor intrinsik ) antara lain :
? Status gizi, underweight atau overweight
? Adanya hipoalbuminemia mempermudah terjadinya dekubitus dan memperburuk penyembuhan Sebaliknya bila ada dekubitus
akan menyebabkan kadar albumin darah menurun.
? Penyakit-penyakit neurologik, penyakit-penyakit yang merusak pembuluh darah dan memperburuk dekubitus.
? Kulit yang lembab seperti pada penderita dengan inkontinensia, keadaan hidrasi/cairan tubuh yang kurang.
b. Faktor ekstrinsik
? Kebersihan tempat tidur
? Alat-alat tenun yang kusut dan kotor
? Peralatan medik, sehingga penderita terfiksasi pada suatu sikap tertentu
Dekubitus dapat terjadi pada setiap umur, tetapi usia lanjut berpotensi lebih besar. Hal ini disebabkan adanya hubungan antara

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 11/19 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:12:53 2017 / +0000 GMT

perubahan pada kulit dengan bertambahnya usia,yaitu :
a. Berkurangnya jaringan lemak subkutan
b. Berkurangnya jaringan kolagen dan elastin
c. Menurunnya efisiensi kolateral kapiler pada kulit sehingga kulit menjadi lebih tipis dan rapuh
PEMBAGIAN DAN LOKASI TERSERING DEKUBITUS
Mengingat patofisiologi terjadinya ulkus dekubitus, maka perlu diingat bahwa kerusakan jaringan dibawah tempat yang mengalami
dekubitus adalah lebih luas dari ulkusnya sendiri. Dan sebelumnya perlu dipahami terlebih dahulu tentang lapisan-lapisan kulit.
Pembagian tipe ulkus dekubitus berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk penyembuhannya dan perbedaan suhu dari ulkus dengan
kulit sekitarnya dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Tipe normal
Tipe ini memiliki beda temperature sampai dibawah 2,5°C dibandingkan kulit sekitarnya dan akan sembuh dalam perawatan sekitar
6 minggu. Ulkus ini terjadi karena iskemia jaringan akibat tekanan, tetapi aliran darah dan pembuluh-pembuluh darah baik.
b. Tipe arteriosklerotik
Tipe ini memiliki beda temperature kurang dari 1°C antara daerah ulkus dengan kulit sekitarnya. Keadaan ini menunjukkan
gangguan aliran darah akibat penyakit pada pembuluh darah (arteriosklerotik) ikut berperan untuk terjadinya dekubitus, disamping
faktor tekanan. Dengan perawatan, ulkus ini diharapkan sembuh dalam 16 minggu.
c. Tipe terminal
Tipe ini terjadi pada penderita yang akan meninggal dan tidak dapat sembuh.
Berdasarkan karakteristik pembagian klinis, dekubitus terbagi atas:
a. Derajat 1. Akan terlihat kulit yang kemerahan atau kulit yang berubah warna menjadi lebih gelap. Kulit belum rusak tetapi
meradang dan mungkin sakit, serta panas saat disentuh. Didapati pula tekstur kulit yang mengeras seperti bunga karang yang
menetap. Perbedaan warna dari kulit, panas dan edema, indurasi atau lecet dan mengeras menjadi tanda-tanda awal dari dekubitus.
b. Derajat 2. Terlihat tanda-tanda dimana kulit mulai terpecah dan sebagian kulit yang tipis menghilang mulai dari epidermis, dermis
atau keduanya. Ulkus masih superfisial me