IDENTIFIKASI HAMBATAN DALAM PENGUASAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI GURU KELAS IV SEKOLAH DASAR DI GUGUS VI UPTD KECAMATAN PONJONG.

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang begitu pesatnya telah memberikan berbagai perubahan dalam bidang kehidupan termasuk dalam dunia pendidikan. Salah satu contoh nyata yang dapat kita rasakan adalah kemudahan dalam berkomunikasi. Kegiatan komunikasi antar manusia yang sebelumnya membutuhkan peralatan yang begitu rumit, kini perlahan mulai tergantikan dengan peralatan canggih dimana penggunaannya begitu mudah dan praktis.

Adanya globalisasi yang semakin marak akhir-akhir ini mengakibatkan perkembangan teknologi semakin tak terbendung. Menurut Zamroni (2007: 2) globalisasi adalah suatu keadaan dimana interaksi antar bangsa semakin menunjukkan saling ketergantungan dan terbuka. Dengan adanya globalisasi penyebaran perkembangan teknologi yang berkembang menjadi semakin mudah menyebar ke seluruh penjuru dunia. Apa yang terjadi di belahan bumi timur dapat dengan mudah terakses oleh orang-orang di belahan bumi barat, begitu pula sebaliknya apa yang terjadi di belahan bumi barat dapat segera terakses oleh orang-orang di belahan bumi timur.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dari waktu ke waktu semakin banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang dan aspek kehidupan. Bahkan tidak dipungkiri dewasa ini hampir setiap segi kehidupan kita telah terkait dengan teknologi. Hal ini dilakukan untuk memberikan kemudahan dan menciptakan efisiensi manusia dalam menyelesaikan


(2)

2

pekerjaannya. Salah satu contoh bidang yang banyak memperoleh manfaat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut adalah bidang pendidikan. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia pendidikan cukup banyak dirasakan manfaatnya baik untuk kepentingan belajar mengajar maupun untuk kepentingan menejemen administrasi sekolah.

Salah satu jenjang pendidikan yang mulai memanfaatkan perkembangan dalam teknologi informasi dan komunikasi adalah sekolah dasar. Sekolah dasar memiliki peranan penting dan strategis dalam menyelenggarakan pendidikan. Dapat dikatakan demikian karena melalui pendidikan dasar, peserta didik akan mulai mendapatkan pengalaman belajarnya. Saat berada di jenjang sekolah dasar, peserta didik mulai dikenalkan dengan berbagai konsep-konsep pembelajaran seperti membaca, menulis, dan berhitung. Dari konsep-konsep tersebut selanjutnya peserta didik akan dikenalkan pada berbagai konsep dan pengertian yang lebih kompleks hingga akhirnya peserta didik dapat melanjutkan ke jenjang berikutnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sekolah dasar merupakan penentu keberhasilan belajar pada jenjang berikutnya. Oleh karena itu perlu diupayakan cara untuk memaksimalkan kualitas peserta didik di sekolah dasar.

Untuk dapat memaksimalkan kualitas peserta didik diperlukan pendidik yang berkompeten dalam bidangnya. Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidik harus


(3)

3

memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu perlu diupayakan usaha untuk meningkatkan profesionalitas guru sekolah dasar dalam memberikan pendidikan kepada peserta didik dan menciptakan sistem pelayanan dalam pendidikan yang selaras dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

Peningatan mutu pendidikan di era global seperti sekarang ini merupakan suatu keharusan oleh karena itu profesionalisme guru sekolah dasar juga harus ditingkatkan untuk mengimbangi tingkatan mutu pendidikan dan juga mengikuti perkembangan zaman. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi selama ini telah memberikan konsekuensi yaitu guru sekolah dasar dituntut untuk meningkatkan profesionalitas dalam bekerja. Menurut Hamzah B. Uno (2007: 16) setidaknya ada sembilan prinsip dalam mengajar yang harus dimiliki oleh seorang guru agar dapat mengerjakan tugasnya secara profesional yaitu:

1) guru harus dapat membangkitkan perhatian peserta didik pada materi pelajaran yang diberikan serta dapat menggunaan berbagai media dan sumber belajar yang bervariasi,

2) guru harus dapat membangkitkan minat peserta didik untuk atif dalam berpikir serta mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, 3) guru harus dapat membuat urutan dalam pemberian pelajaran dan

penyesuaiannya dengan usia dan tahapan tugas perkembangan peserta didik,

4) guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik (kegiatan apersepsi), agar peserta didik menjadi mudah dalam menerima pelajaran yang diterimanya,


(4)

4

5) prinsip repetisi, yaitu diharapkan guru dapat menjelaskan unit pelajaran secara berulang-ulang hingga tanggapan peserta didik menjadi jelas,

6) guru wajib memperhatikan dan memikirkan korelasi atau hubungan antara mata pelajaran dan praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari,

7) guru harus tetap menjaga konsentrasi belajar para peserta didik dengan cara memberikan kesempatan berupa pengalaman secara langsung, mengamati, meneliti, dan menyimpulkan pengetahuan yang didapatnya,

8) guru harus mengembangkan sikap peserta didik dalam membina hubungan sosial, baik dalam kelas maupun di luar kelas,

9) guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan peserta secara individual agar dapat melayani siswa sesuai dengan perbedaan tersebut.

Diantara sembilan prinsip tersebut, pada butir pertama disebutkan bahwa guru harus dapat membangkitkan perhatian peserta didik pada materi pelajaran yang diberikan serta dapat menggunaan berbagai media dan sumber belajar yang bervariasi. Akan tetapi permasalahan yang sering ditemui pada guru khususnya guru sekolah dasar adalah sebagian besar guru masih belum bisa mengoptimalkan dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi tersebut.

Padahal dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah dasar, teknologi informasi dan komunikasi misalnya komputer dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Menurut Kadir (Hamzah B. Uno, 2010: 107) melalui pembelajaran berbasis multimedia (teknologi yang melibatan teks, gambar, suara, dan video) guru dapat menyajikan materi dengan lebih menarik, tidak monoton, dan lebih memudahkan dalam penyampaian materi. Dengan menggunaan komputer yang terkoneksi dengan fasilitas proyektor guru dapat menghadirkan hal-hal yang sebelumnya dirasa tidak mungkin untuk


(5)

5

membawanya secara nyata ke dalam kelas misalnya saat guru akan menjelaskan bagaimana terjadinya gunung meletus. Guru bisa memutarkan video mengenai proses gunung meletus, atau bisa juga menggunakan animasi yang telah dibuat sebelumnya. Selain itu, teknologi komputer sekarang juga sudah dilengkapi dengan fasilitas internet yang memungkinkan manusia dapat mencari informasi-informasi dan pengetahuan baru. Melalui fasilitas internet inilah diharapan guru sekolah dasar dapat mencari referensi baru mengenai materi, media, maupun metode pembelajaran untuk diterapan di kelas. Namun selama ini sebagian besar guru sekolah dasar masih cenderung menggunakan metode ceramah dan masih berorientasi pada pembelajaran yang berpusat pada guru. Selama ini guru sekolah dasar juga jarang menggunakan media pembelajaran.

Selain dapat digunakan sebagai media pembelajaran, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi juga cukup membantu dalam kegiatan adminstrasi sekolah. Dalam kegiatan administrasi, komputer dapat digunakan sebagai alat dalam menghimpun, maupun mengolah data-data akademis misalnya data diri siswa, hasil belajar siswa, dan lain-lain. Sehingga apabila suatu ketika dibutuhkan data-data tentang siswa akan dengan mudah ditemukan.

Oleh karena itu, penguasaan guru sekolah dasar akan teknologi yang berkembang tersebut harus ditingkatkan guna meningkatkan profesionalitas dan kualitas pendidikan di Indonesia. Di dalam Undang-undang No 14 Tahun 2005 tentang Undang-undang Guru dan Dosen disebutkan bahwa dalam


(6)

6

melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban untuk meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan seni. Dengan kata lain guru sekolah dasar dituntut untuk mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran maupun dalam kegiatan kependidikan lainnya.

Dari hasil pra survei di gugus VI UPTD Kecamatan Ponjong, peneliti mendapatan gambaran secara umum mengenai kondisi beberapa sekolah dasar di gugus VI UPTD Kecamatan Ponjong. Peneliti menemukan beberapa permasalahan diantaranya metode pembelajaran yang digunakan guru sekolah dasar selama ini sebagian besar masih monoton dengan menggunaan metode konvensional (ceramah) padahal hampir di setiap sekolah memiliki fasilitas komputer yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Bahkan di sebuah sekolah dasar di gugus VI UPTD kecamatan Ponjong telah memiliki fasilitas laboratorium komputer. Artinya fasilitas komputer yang dimiliki sekolah belum dimanfaatkan secara maksimal. Hal ini dikarenakan belum semua guru sekolah dasar menguasai dalam mengoperasikan fasilitas tersebut. Berdasarkan data observasi awal, dari 44 guru sekolah dasar di gugus VI, 20 guru belum menguasai teknologi informasi dan komunikasi khususnya dalam menggunakan program Microsoft Office (Microsoft Word, Microsoft Excel, Microsoft Powerpoint, dll).

Beberapa pelatihan telah dilakukan untuk meningkatkan kemampuan guru sekolah dasar dalam menggunakan teknologi berbasis informasi dan


(7)

7

komunikasi, namun pada kenyataannya pelatihan tersebut masih belum sepenuhnya bisa mengatasi permasalahan. Guru sekolah dasar yang berstatus pegawai negeri sipil di UPTD kecamatan Ponjong rata-rata telah memasuki usia tua sehingga cukup menghambat dalam upaya pelatihan. Dari segi kemampuan ekonomi seharusnya seorang guru sekolah dasar yang berstatus sebagai pegawai negeri sipil mampu dalam pengadaan alat teknologi berbasis informasi dan komunikasi misalnya laptop yang dapat menunjang pembelajaran. Apalagi pemerintah juga telah mendukung upaya guru sekolah dasar dalam meningkatkan kompetensinya melalui program sertifikasi guru sekolah dasar. Namun rata-rata guru sekolah dasar belum memiliki kemauan untuk mau mengupayakan pengadaan atau mempelajari lebih dalam lagi mengenai penggunaan teknologi berbasis informasi dan komunikasi. Adanya persepsi guru sekolah dasar mengenai teknologi informasi dan komunikasi juga turut menghambat upaya pemanfaatannya dalam pembelajaran.

Belum dimanfaatkannya teknologi informasi dan komunikasi yang secara optimal, tentu akan berpengaruh terhadap peserta didik. Peserta didik kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari tingkat keaktifan peserta didik selama mengikuti pembelajaran. Peserta didik terlihat pasif karena hanya mendengarkan ceramah dari guru dengan konsep-konsep yang abstrak. Peserta didik juga akan mudah bosan dalam mengikuti pembelajaran. Sebaliknya, peserta didik akan lebih aktif dan termotivasi jika diajak untuk mempelajari materi pelajaran dengan menggunakan media apalagi sesuatu yang baru baginya. Seperti yang kita ketahui bahwa anak


(8)

8

pada usia sekolah dasar berada dalam tahapan perkembangan kognitif operasional konkret sehingga peserta didik akan lebih memahami sesuatu melalui benda-benda yang bersifat konkret. Selain itu, pemahaman peserta didik akan lebih mengena dan tersimpan lama di memorinya daripada jika hanya sekedar melalui kata-kata. Kurangnya motivasi peserta didik dalam belajar juga akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya karena motivasi dan hasil belajar adalah dua hal yang saling berhubungan.

Berdasarkan pemaparan permasalahan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hambatan dalam penguasaan teknologi informasi dan komunikasi bagi guru kelas IV sekolah dasar di gugus VI UPTD Kecamatan Ponjong. Penelitian ini berjudul “ Identifikasi Hambatan dalam Penguasaan Teknologi informasi dan Komunikasi Guru Sekolah Dasar Kelas IV di Gugus VI UPTD Kecamatan Ponjong”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas dapat ditarik beberapa identifikasi masalah yaitu sebagai berikut :

1. Metode pembelajaran yang digunakan guru sekolah dasar di gugus VI UPTD kecamatan Ponjong selama ini masih bersifat monoton dengan menggunakan metode ceramah sehingga peserta didik terlihat kurang antusias dalam mengikuti pelajaran.

2. Peserta didik kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran ditandai dengan masih terdapat beberapa anak yang berbicara sendiri di kelas.


(9)

9

3. Peserta didik terlihat pasif karena hanya mendengarkan ceramah dari guru dengan konsep-konsep yang abstrak.

4. Fasilitas penunjang pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang dimiliki sekolah dasar di UPTD Kecamatan Ponjong belum dimaksimalkan oleh guru sekolah dasar dalam kegiatan pembelajaran.

5. Kemampuan guru sekolah dasar dalam mengoperasikan fasilitas pembelajaran yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi di UPTD Kecamatan Ponjong masih rendah.

C. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah di atas terdapat beberapa masalah yang perlu untuk dikaji dan diteliti tetapi karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis maka permasalahan pada penelitian ini difokuskan pada identifikasi hambatan dalam penguasaan teknologi informasi dan komunikasi khususnya multimedia bagi guru sekolah dasar kelas IV di Gugus VI UPTD Kecamatan Ponjong.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan fokus penelitian maka permasalahan tersebut dapat dirumuskan yaitu : “Bagaimanakah hambatan dalam penguasaan teknologi informasi dan komunikasi bagi guru kelas IV sekolah dasar di Gugus VI UPTD Kecamatan Ponjong?”


(10)

10 E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hambatan dalam penguasaan teknologi informasi dan komunikasi khususnya penggunaan multimedia bagi guru kelas IV sekolah dasar di Gugus VI UPTD Kecamatan Ponjong.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik pada aspek teoritis maupun praktis yaitu sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis :

a. Menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan tentang pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dengan mengkaji hambatan-hambatan dalam penguasaan teknologi informasi dan komunikasi bagi guru sekolah dasar di UPTD Kecamatan Ponjong.

b. Bagi para peneliti khususnya di bidang pendidikan diharapkan dapat digunakan sebagai literatur dalam penelitian lebih lanjut yang relevan di masa depan.

2. Manfaat Praktis :

a. Bagi peneliti, penelitian ini digunakan sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan studi S1 di Universitas Negeri Yogyakarta. b. Bagi sekolah dan guru, penelitian ini diharapkan dapat menjadi


(11)

11

dalam rangka mengatasi hambatan-hambatan dalam penguasaan teknologi informasi dan komunikasi.


(12)

12 BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan 1. Pengertian Teknologi Informasi dan Komunikasi

Teknologi informasi dan komunikasi dalam bahasa Inggris biasa disebut dengan istilah information and communication technology (ICT). Secara umum teknologi informasi dan komunikasi dapat diartikan sebagai semua teknologi yang berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi (Jamal Ma’mur Asmani, 2011: 99). Teknologi informasi dan komunikasi mencakup dua aspek perpaduan yang tidak terpisahkan yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat satu ke perangkat yang lainnya.

Ananta Sannai (Rusman, 2011: 88) mendefinisikan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sebuah media atau alat bantu dalam memperoleh pengetahuan antara seseorang kepada orang lain. Lebih lanjut lagi Kementerian Riset dan Teknologi menyebutkan bahwa teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai bagian dari ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang secara umum adalah semua teknologi yang berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi.


(13)

13

Senada dengan pendapat tersebut, Isjoni dan Moh. Arif H. Ismail (2008: 142) teknologi informasi dan komunikasi merupakan perpaduan seperangkat teknologi terutama mikroelektronik komputer, teknologi komunikasi yang membantu proses pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penghantaran, dan juga penyajian data informasi melalui berbagai media meliputi teks, audio, video, grafik, dan gambar.

Pendapat lain dikemukakan oleh Zaidatun (Isjoni dan Moh. Arif H. Ismail, 2008: 143) yang mengatakan bahwa teknologi informasi dan komunikasi merupakan sistem komunikasi interaktif yang dipandu oleh komputer untuk menyimpan dan menapis naskah teks, animasi, dan rangkaian informasi.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut teknologi informasi dan komunikasi dapat diartikan sebagai semua teknologi atau alat yang membantu dalam upaya untuk pengambilan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi kepada orang lain. 2. Komponen Teknologi Informasi dan Komunikasi

Teknologi informasi dan komunikasi memiliki beberapa komponen utama yang mendukungnya. Komponen-komponen yang mendukung teknologi informasi dan komunikasi diantaranya adalah komputer (sistem komputer), komunikasi, dan keterampilan bagaimana menggunakannya (Jamal Ma’mur Asmani, 2011: 107).

1) Komputer (sistem komputer)

Komputer meliputi perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan alat penyimpanan (storage). Sistem


(14)

14

komputer terdiri dari komputer, software, informasi, pemrograman, manusia, dan komunikasi.

2) Komunikasi

Beberapa fasilitas komunikasi yang sering digunakan diantaranya adalah modem, multiplexer, concentrator, pemroses depan, bridge, gateway, dan network card.

3) Keterampilan Penggunaan

Semua kemajuan dan perkembangan teknologi yang ada akan sia-sia apabila sumber daya manusia yang ada tidak mampu menguasainya. Sebaliknya kebermanfaatan teknologi informasi dan komunikasi akan semakin terasa apabila sumber daya manusia yang ada mengetahui apa, kapan, dan bagaimana teknologi informasi dan komunikasi tersebut dapat digunakan secara optimal.

Sedangan menurut Abdul Kadir (2003: 14) secara garis besar teknologi informasi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Perangkat keras merupakan peralatan yang bersifat fisik seperti memori, printer dan keyboard. Perangkat lunak merupaan instruksi-instruksi untuk mengatur perangkat keras agar bekerja sesuai dengan instruksi-instruksi tersebut. Lebih lanjut Hag (Abdul Kadir, 2003: 14) membagi teknologi informasi menjadi 6 kelompok yaitu :


(15)

15

1) teknologi masukan input (technology) yaitu segala perangkat yang digunakan untuk menangkap data/ informasi dari sumber asalnya, contohnya barcode scanner dan keyboard

2) teknologi keluaran (output technology) yaitu semua perangat yang digunaan untuk menyajikan informasi baik itu berupa softcopy maupun hardcopy (tercetak), contohnya monitor dan printer

3) teknologi perangkat lunak (software technology) yaitu sekumpulan instruksi yang digunakan untuk mengendalikan perangkat keras komputer, contohnya Microsoft Office Word untuk pengolah kata

4) teknologi penyimpanan (storage technology) merupakan segala perangkat yang digunakan untuk menyimpan data, contohnya tape, hardisk, fashdisk, disket

5) teknologi komunikasi (telecomunication technology) merupakan teknologi yang memungkinkan hubungan jarak jauh, contohnya internet.

6) Mesin pemroses (processing machines) atau CPU, merupakan komponen yang berfungsi untuk mengingat data/program (berupa komponen memori), dan program berupa komponen (CPU).

Senada dengan pendapat tersebut Sutarman (2009: 87) menegaskan bahwa komponen dasar yang terdapat dalam sistem komputer terdiri dari :

1) Perangkat keras (hardware)

Perangkat keras merupakan perangkat keras yang terdapat dalam sistem komputer. Perangkat keras komputer terdiri dari beberapa bagian yaitu :

a) alat input yang terdiri dari keyboard, mouse, dll

b) alat pemroses yang terdiri dari CPU (Central Processing Unit), media penyimpanan serta alat penghubung

c) alat output yang terdiri dari monitor dan printer 2) Perangkat lunak (software)

Perangkat lunak merupakan suatu program yang berisi barisan instruksi yang ditulis ke dalam bahasa komputer dan dimengerti oleh hardware.

3) User, operator, administrator (brainware)

User atau operator adalah orang yang mampu mengoperasikan komputer, sedangkan administrator adalah orang yang mengatur


(16)

16

atau merancang sistem kerja, urutan kerja, pengolahan data sampai dengan output.

Dari beberapa penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa teknologi informasi dan komunikasi terdiri dari beberapa komponen yaitu : perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan keterampilan manusia dalam menggunakannya (brainware). Sedangkan dalam penelitian ini yang dimaksud dengan hardware yaitu alat atau media yang digunakan untuk membantu menyampaikan materi kepada peserta didik, software yaitu program atau aplikasi yang terkandung di dalam alat atau media, sedangkan brainware merupakan kemampuan dan keterampilan guru dalam mengoperasikan media tersebut.

3. Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan

Teknologi informasi dan komunikasi pendidikan mengandung dua unsur yang saling terkait yaitu teknologi informasi pendidikan dan teknologi komunikasi pendidikan. Nasution (2011: 1-3) mengemukakan bahwa pada hakikatnya teknologi pendidikan adalah suatu pendekatan yang sistematis dan kritis tentang pendidikan. Teknologi pendidikan memandang soal mengajar dan belajar sebagai masalah atau problema yang harus dihadapi secara rasional dan ilmiah. Teknologi pendidikan merupakan pengembangan, penerapan, dan penilaian sistem-sistem, teknik dan alat bantu untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar manusia. Dalam pengertian ini lebih diutamakan tentang proses belajar itu sendiri dibandingkan dengan alat-alat yang dapat membantu proses belajarnya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa teknologi pendidikan


(17)

17

itu mengenai software dan hardwarenya, software antara lain menganalisis dan mendesain urutan atau langkah-langkah belajar berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dengan metode penyajian yang serasi serta penilaian keberhasilannya.

Pendapat lain dikemukakan oleh Sudarwan Danim (1994: 7) yang mengungkapkan bahwa teknologi pendidikan diartikan sebagai media yang lahir dari revolusi teknologi komunikasi yang dapat digunakan untuk tujuan-tujuan pengajaran di samping guru, buku, dan papan tulis. Teknologi pendidikan memiliki syarat yaitu: prosedur, ide, peralatan dan organisasi yang dikaji secara sistematis, logis dan ilmiah. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa sebenarnya media teknologi tertentu tidak secara khusus dibuat untuk teknologi pendidikan, melainkan teknologi pendidikan berupa media teknologi yang dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan pendidikan, kecuali mesin mengajar, sebenarnya modifikasi pemanfaatan komputer dan pengajaran berprogram.

Yusufhadi Miarso (Sudarwan Danim, 1994: 8), mengemukakan bahwa teknologi komunikasi pendidikan adalah sebuah spesifikasi dalam bidang teknologi pendidikan, yaitu yang lebih banyak merupakan prinsip dan konsep ilmu komunikasi, serta lebih memperhatikan penggunaan sumber belajar berupa media komunikasi masa dan elektronik. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa teknologi komunikasi pendidikan adalah teknologi komunikasi untuk pendidikan. Teknologi komunikasi untuk pendidikan merupakan penerapan praktis dari ilmu


(18)

18

pengetahuan tentang tingkah laku, ilmu komunikasi, dan ilmu manajemen. Pada dasarnya teknologi pendidikan banyak memanfaatkan jasa media teknologi yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Teknologi komunikasi yang dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan pendidikan atau yang sengaja dirancang itu disebut teknologi komunikasi pendidikan.

Dari beberapa pendapat yang telah diuraikan tersebut dapat diketahui bahwa teknologi informasi dan komunikasi pendidikan adalah teknologi yang sengaja dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan pendidikan. Teknologi informasi dan komunikasi pendidikan terdiri dari software dan hardware. Software dalam pengertian ini yaitu kemampuan dalam menganalisis dan mendesain urutan atau langkah-langkah belajar berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dengan metode penyajian yang serasi serta penilaian keberhasilannya.

B. Tinjauan tentang Guru 1. Pengertian Guru

Secara umum guru selalu dikaitkan dengan orang yang memberikan pendidikan kepada anak di sekolah, lembaga pendidikan, dan mereka yang dituntut untuk menguasai materi yang terdapat dalam kurikulum. Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, guru diartikan sebagai bagian dari pendidik. Seseorang bisa disebut sebagai pendidik apabila secara profesional memiliki tugas untuk merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa,


(19)

19

melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Hamzah B. Uno (2007: 15) mengemukakan bahwa guru adalah orang dewasa yang secara sadar memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik. Seseorang bisa disebut sebagai guru apabila memiliki kemampuan merancang program pembelajaran kemudian mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar sehingga dapat mencapai tujuan akhir dari proses pendidikan yaitu kedewasaan.

Lebih lanjut, Suparlan (2005: 13) menyatakan bahwa secara legal formal guru adalah seseorang yang memperoleh surat keputusan (SK) baik dari pemerintah ataupun swasta serta memiliki hak dan kewajiban untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar di lembaga pendidikan sekolah. Pendapat tersebut dikuatkan oleh Surat Edaran (SE) Mendikbud dan Kepala BAKN Nomor 57686/MPK/1989 (Suparlan, 2005: 15) yang didalamnya dinyatakan bahwa guru adalah pegawai negeri sipil (PNS) yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pendidikan di sekolah (termasuk hak yang melekat dalam jabatan).

Dari beberapa pendapat tersebut dapat diketahui bahwa guru adalah orang dewasa yang secara sadar memiliki rasa tanggung jawab untuk mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik dengan kemampuan merancang pembelajaran sedemikian rupa kemudian mampu menata dan


(20)

20

mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar sehingga terjadi proses pendewasaan.

2. Hakikat Profesi Guru

Guru adalah sebuah profesi, ini berarti bahwa untuk menjadi seorang guru dibutuhkan kualifikasi dan kompetensi khusus yang harus dipenuhi. Hamzah B. Uno (2007: 16 ) mengemukakan setidaknya ada 9 prinsip dalam mengajar agar guru bisa menjalankan tugasnya secara profesional diantaranya yaitu : 1) guru harus dapat membangkitkan perhatian peserta didik serta dapat menggunakan media dan sumber pembelajaran yang bervariasi; 2) dapat membangkitkan minat peserta didik agar dapat berpikir aktif melalui pendekatan inkuiri yaitu pendekatan yang membimbing peserta didik untuk menemukan pengetahuannya sendiri; 3) dapat memberikan pembelajaran secara sistematis dan sesuai dengan tahapan tugas perkembangan peserta didik; 4) dapat memberikan apersepsi agar peserta didik lebih mudah mempelajari materi yang dipelajari; 5) menggunakan prinsip repetisi dalam pembelajaran yaitu menjelaskan materi yang diajarkan secara berulang-ulang sampai peseta didik benar-benar paham; 6) memperhatikan hubungan antara materi pelajaran dengan praktek nyata dalam kehidupan; 7) memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendapatkan pengalaman secara langsung , mengamati, meneliti, dan nmenyimpulkan pengetahuan yang didapatnya; 8) dapat membina sikap peserta didik dalam bersosialisasi baik dengan lingkungannya; 9) memahami perbedaan individu.


(21)

21 3. Kompetensi Guru

Dalam Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi diartikan sebagai seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi tersebut meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Litrell (Hamzah B. Uno, 2010: 62) mendefinisikan kompetensi adalah kekuatan mental dan fisik untuk melakukan tugas atau keterampilan yang dipelajari melalui latihan dan praktik.

Lebih lanjut National Vocational Qualification (NVQ) dalam Suparlan (2005: 92) kompetensi adalah kecakapan dasar yang meliputi kemampuan dalam hal berkomunikasi, perhitungan, teknologi informasi, kompetensi interpersonal, dan kemampuan menyelesaikan masalah. Sejalan dengan pendapat tersebut, Direktorat Tenaga Kependidikan (Suparlan, 2005: 93) kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam wujud penguasaan pengetahuan dan perbuatan secara profesional dalam menjalankan tugas sebagai guru.

Sedangkan menurut Suparlan (2005: 93) standar kompetensi guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perilaku perbuatan bagi seorang guru agar layak untuk


(22)

22

menduduki jabatan fungsional sesuai dengan bidang tugas, kualifikasi, dan jenjang pendidikan.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut maka standar kompetensi guru dapat diartikan sebagai suatu ukuran yang telah ditetapkan atau dipersyaratkan dan wajib dimiliki oleh seorang guru agar bisa menduduki jabatan fungsional tertentu sesuai dengan bidang tugas, kualifikasi dan jenjang pendidikan yang di dalamnya meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. 4. Standar Kompetensi Guru

Berdasarkan pengertian standar kompetensi guru yang telah diuraikan sebelumnya, maka standar kompetensi guru dapat dibagi menjadi tiga komponen yang saling terkait yaitu pengelolaan pembelajaran, pengembangan profesi, dan penguasaan akademik. Menurut Suparlan (2005: 93) kompetensi yang harus dimiliki guru terbagi menjadi tujuh kompetensi yaitu sebagai berikut :

1) penyususnan rencana pembelajaran, 2) pelaksanaaan interaksi belajar mengajar, 3) penilaian prestasi belajar peserta didik,

4) pelaksanaan tindak lanjut vhasil penilaian prestasi belajar peserta didik,

5) pengembangan profesi,

6) pemahaman wawasan pendidikan, dan

7) penguasaan bahan kajian akademik sesuai dengan bahan pelajaran yang diajarkan.

Dari ketujuh aspek tersebut, terdapat satu kompetensi yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini yaitu dalam kompetensi pengembangan profesi. Kompetensi pengembangan profesi menurut Suparlan (2005: 95) dibagi lagi menjadi beberapa indikator yaitu :


(23)

23

1) mengikuti informasi perkembangan iptek yang mendukung profesi melalui berbagai kegiatan ilmiah,

2) mengalihbahasakan buku pelajaran/karya ilmiah, 3) mengembangkan berbagai model pembelajaran, 4) menulis makalah,

5) menulis atau menyusun diktat pelajaran, 6) menulis buku pelajaran,

7) menulis modul pelajaran, 8) menulis karya ilmiah,

9) melakukan penelitian ilmiah, 10) menemukan teknologi tepat guna, 11) membuat alat peraga,

12) menciptakan karya seni,

13) mengikuti pelatihan terakreditasi, 14) mengikuti pendidikan kualifikasi, dan

15) mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.

Dalam Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan disebutan bahwa setidaknya ada empat kompetensi yang wajib dimiiki oleh seorang guru diantaranya yaitu kompetensi : pedagogis, kepribadian, sosial, dan profesional. Lebih lanjut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) seperti yang dikutip dalam Jejen Musfah (2011: 30–58) menyatakan secara lebih rinci mengenai empat kompetensi tersebut.

1) Kompetensi Pedagogis

Kompetensi pedagogis adalah kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; b) pemahaman tentang peserta didik; c) pengembangan kurikulum/silbus; d) perancangan pembelajaran; e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; f) evaluasi hasil belajar; g) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

2) Kompetensi kepribadian

Kompetensi kepribadian yaitu kemampuan kepribadian yang : a) berakhlak mulia; b) mantap, stabil, dan dewasa; c) arif dan bijaksana; d) menjadi teladan; e) mengevaluasi kinerja sendiri; f) mengembangkan diri; dan g) religius.


(24)

24 3) Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk : a) berkomunikasi lisan dan tulisan; b) menggunakan teknologi informasi dan komunikasi secara fungsional; c) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/ wali peserta didik; dan d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar. 4) Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam meliputi : a) konsep, struktur, dan metode keilmuan/ teknologi/ seni yang menaungi/ koheren dengan materi ajar; b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; c) hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; d) penerapan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; e) kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Dirto Hadi Susanto,dkk (Arif Rohman, 2009: 151) menyebutkan ada tiga kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru. Kompetensi tersebut meliputi :

1) Kompetensi profesional, artinya memiliki pengetahuan yang luas mengenai bidang studi yag akan diajarkan kepada peserta didik dan metodologiya, memiliki kemampuan yang fundamental tentang pendidikan, serta memiliki keterampilan yang vital bagi dirinya untuk memilih dan mengunakan berbagai strategi yang tepat dalam proses pembelajaran;

2) Kompetensi personal, artinya bahwa ia harus memiliki kepribadian yang mantap, sehingga mampu menjadi sumber identifikasi khususnya bagi peserta didik dan umumnya bagi sesama manusia;

3) Kometensi sosial, artinya menunjukkan kemampuan berkomunikasi dengan baik terhada peserta didiknya, sesama guru, pemimpinnya, dan dengan masyarakat luas.

Dalam Undang-Undang No 14 Tahun 2005, pada pasal 10 disebutkan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional melalui pendidikan profesi.


(25)

25 1) Kompetensi pedagogik

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan yang haus dimiliki oleh pendidik dalam mengelola interaksi pembelajaran bagi peserta didik. Kompetensi pedagogik mencakup : pemahaman dan pengembangan potnsi peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, serta sistem evaluasi pembelajaran. 2) Kompetensi kepribadian

Kompetensi yang harus dimiliki pendidik yang berupa kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta dapat menjadi teladan peserta didik.

3) Kompetensi profesional

Kompetnsi profesional adalah kemampuan yang harus dimiliki pendidik yang berupa pengetahuan yang luas dan mendalam mengenai materi pembelajaran.

4) Kompetensi sosial

Kompetensi sosial adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh pendidik dalam berkomunikasi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/ wali peserta didik dan masyarakat luas.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat diketahui bahwa ada beberapa kompetensi yang harus dimiliki pendidik (guru) diantaranya yaitu : kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetnsi profesional, dan kompetensi sosial. Kompetensi pedagogik yaitu


(26)

26

kemampuan dalam mengelola interaksi pembelajaran dengan peserta didik. Kompetensi kepribadian yaitu kemampuan yang berupa kepribadian yang mantap, arif, bijaksana, dan berwibawa sehingga dapat menjadi teladan bagi peserta didik. Kompetensi profesional yaitu kemampuan mendalam dan luas mengenai ilmu pengetahuan (materi pembelajaran). Sedangkan kompetensi sosial yaitu kemampuan dalam berkomunikasi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/ wali peserta didik, dan masyarakat luas.

C. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah merubah paradigma pembelajaran di Indonesia yaitu dari pembelajaran tradisional menuju pembelajaran berbasis teknologi informasi. Pengajar tidak lagi hanya berceramah di depan kelas sambil menulis di papan tulis, kemudian peserta didik hanya duduk dan mencatatnya saja melainkan telah mengarah pada pembelajaran yang mulai memanfaatkan perkembangan teknologi. Beberapa hasil dari perkembangan teknologi yang digunakan sebagai media dalam pembelajaran misalnya televisi, VCD / DVD, dan komputer. Menurut Muhammad Yaumi seperti yang dikutip dalam Jamal Ma’mur Asmani (2011: 115-116) bahwa perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa perubahan yang begitu besar bagi dunia pendidikan. Setidaknya ada lima pergeseran dalam dunia pendidikan yaitu pergeseran dari pelatihan ke penampilan, pergeseran dari ruang kelas ke ruang maya, pergeseran dari kertas ke online, pergeseran


(27)

27

dari fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, dan pergeseran dari waktu siklus ke waktu nyata.

Untuk dapat memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada dibutuhkan keterampilan khusus yang harus dimiliki seorang guru. Menurut Jamal Ma’mur Asmani (2011: 112) keterampilan dalam memanfaatkan teknologi informasi sama pentingnya dengan kemampuan membaca, menulis, berhitung, merumuskan dan memecahkan masalah, mengelola sumber daya, serta bekerja dalam kelompok.

Secara khusus menurut Jamal Ma’mur Asmani (2011: 135-136) pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di dalam kelas khususnya sekolah dasar akan membawa dampak sebagai berikut :

1) menyadarkan siswa akan potensi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang terus berubah, sehingga siswa dapat termotivasi untuk mengevaluasi dan mempelajari teknologi informasi dan komunikasi untuk belajar sepanjang hayat.

2) memotivasi kemampuan siswa untuk bisa beradaptasi dan mengantisipasi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, sehingga siswa bisa melaksanakan dan menjalani aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri dan lebih percaya diri.

3) mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung kegiatan belajar, bekerja, dan berbagai aktivitas dalam kehidupan sehari-hari.

4) mengembangkan kemampuan belajar berbasis teknologi informasi dan komunikasi, sehingga proses pembelajaran dapat lebih optimal, menarik, dan mendorong siswa terampil dalam berkomunikasi, terampil mengorganisasi informasi, dan terbiasa bekerja sama.

5) mengembangkan kemampuan belajar mandiri, berinisiatif, inovatif, kreatif, dan bertanggungjawab dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk pembelajaran, bekerja, dan pemecahan masalah sehari-hari.


(28)

28

Senada dengan pendapat Jamal Ma’mur Asmani, Skinner dan Austin (Sitiatava Rizema Putra, 2013: 206) menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis komputer bermanfaat untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dengan meningkatkan rasa kepercayaan dirinya.

Jejen Musfah (2011: 113-114) mengemukakan bahwa teknologi informasi dan komunikasi (komputer) akan membawa manfaat bagi kinerja guru yaitu :

a) Menambah wawasan keilmuan

Guru dapat menambah wawasan keilmuan dengan mengakses informasi melalui fasilitas internet.

b) Memungkinkan guru untuk berinteraksi dengan rekan seprofesi di luar lingkungannya

Adanya fasilitas komputer dan internet juga memungkinkan guru dapat berkomunikasi, saling bertukar ide dan pendapat mengenai berbagai permasalahan dalam pembelajaran sehingga kedepannya bermanfaat untuk peningkatan mutu guru.

c) Mempermudah kerja guru

Penulisan dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran menjadi lebih mudah dengan menggunakan bantuan komputer sehingga, dari sisi waktu juga lebih cepat dibandingkan dengan cara manual.


(29)

29

d) Mempermudah guru dalam menyampaikan pengajaran (pesan atau informasi) kepada siswa

Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, guru dalam menyampaikan informasi pada siswa tidak hanya dengan berbicara dan menulis di papan tulis saja akan tetapi bisa menggunakan bantuan fasilitas Powerpoint dalam bentuk tulisan, gambar maupun tabel. Sehingga materi pembelajaran akan menjadi lebih bervariasi.

e) Memotivasi guru untuk produktif atau lebih produktif dalam berkarya

Dengan adanya komputer, memungkinkan guru untuk dapat menuliskan idenya kapan pun dan dimana pun.

Dalam pembelajaran di sekolah dasar, teknologi informasi dan komunikasi dapat digunakan sebagai sumber bahan belajar. Menurut Yudhistira Nurnugroho seperti yang dikutip dalam Jamal Ma’mur Asmani (2010: 152-160) setidaknya ada sepuluh manfaat teknologi informasi dan komunikasi sebagai sumber bahan belajar khususnya dalam pembelajaran di sekolah dasar.

1) Sumber ilmu pengetahuan

Teknologi informasi dan komunikasi yang dimaksud di sini adalah internet, yaitu suatu jejaring rekayasa yang mempertemukan dan mengintegrasikan seluruh pusat referensi


(30)

30

pembelajaran yang ada di muka bumi. Melalui internet, guru dan peserta didik dapat mencari informasi apa saja yang diinginkan. 2) Tempat bertemunya para pembelajar

Internet juga menjadi tempat bertemunya para pembelajar itu sendiri dengan bantuan fasilitas email, mailing list, chatting, dan blogging. Guru maupun peserta didik dapat berinteraksi dan bertukar aspirasi dengan orang lain tanpa mengenal jarak.

3) Melahirkan inisiatif dalam kegiatan belajar-mengajar

Proses digitalisasi terhadap sumber daya pendidikan dan proses pendidikan telah melahirkan berbagai inisiatif dalam penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar dengan memanfaatkan internet sebagai media penembus ruang dan waktu. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di sekolah dasar akan menambah inovasi-inovasi baru dalam belajar dan mengajar.

4) Alat pendukung mengatasi keterbatasan panca indera

Teknologi informasi dan komunikasi membantu guru maupun peserta didik mengatasi keterbatasan panca indera dalam menyerap, mengolah, mengorganisasikan, menyampaikan, mengkolaborasikan, dan mengimplementasikan kompetensi dan pengetahuan. Salah satu contoh adalah pada saat guru akan menjelaskan materi tata surya yang keberadaannya tidak bisa dilihat dengan panca indera tanpa adanya bantuan alat.


(31)

31

5) Bagian yang tidak terpisahkan dari kerangka kurikulum

Teknologi informasi dan komunikasi di sekolah dasar merupakan komponen dari kerangka kurikulum dan metode pendekatan belajar-mengajar yang disusun.

6) Penyeimbang gaya belajar individu

Perbedaan tingkat dan ragam kecerdasan peserta didik mengakibatkan gaya belajar setiap peserta didik tentu akan bervariasi. Oleh karena itu, teknologi informasi dan komunikasi berperan sebagai penyeimbang gaya belajar individu yang bervariasi bagi guru dan peserta didik.

7) Pengelolaan institusi pendidikan

Kemampuan teknologi informasi dan komunikasi sebagai penunjang manajemen operasional lembaga pendidikan khususnya sekolah dasar agar pegelolaan sumber daya yang dimiliki dapat terjadi secara efektif, efisien, optimal, dan terkontrol.

8) Pengelola institusi pendidikan

Melalui penerapan teknologi informasi dan komunikasi dalam manajemen sumber daya di lembaga pendidikan khususnya di sekolah dasar, pengelola dapat melakukan pemantauan terhadap proses penyelenggaraan belajar-mengajar di institusi terkait.


(32)

32

9) Menjadi infrastruktur penting institusi pendidikan

Sebuah lembaga pendidikan termasuk sekolah dasar harus memiliki koneksi transmisi data dengan cara terhubung langsung ke infrastruktur telekomunikasi.

10)Mengubah institusi pendidikan menjadi pusat unggulan

Untuk mengubah institusi pendidikan khususnya sekolah dasar yang telah menerapkan sebagian atau keseluruhan peran teknologi informasi dan komunikasi menjadi sebuah pusat unggulan bagi lembaga-lembaga lain yang sejenis.

Pendapat lain dikemukakan oleh Hannafin dan Peck seperti dikutip oleh Hamzah B. Uno (2010: 136), potensi manfaat media komputer yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas proses pembelajaran antara lain :

1) memungkinkan terjadinya interasi langsung antara peserta didik dan materi pembelajaran,

2) proses belajar dapat berlangsung secara individual sesuai dengan kemampuan belajar peserta didik,

3) mampu menampilkan unsur audio visual (multimedia) untuk meningkatkan minat belajar,

4) dapat memberikan umpan balik terhadap respons peserta didik dengan segera, dan

5) mampu menciptaan proses belajar secara berkesinambungan. Sitiatava Rizema Putra (2013: 206) mengemukakan ada empat manfaat pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi yaitu :

1) siswa lebih mudah dalam belajar karena sebagian besar peserta didik menyukai praktik dibandingkan teori,


(33)

33

3) memudahkan dalam mencari sumber informasi atau referensi dengan adanya fasilitas internet,

4) pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi bisa dibuat lebih menarik misalnya dengan memunculkan gambar atau suara sehingga peserta didik lebih antusias dalam belajar. Dari beberapa pendapat tersebut dapat diketahui bahwa teknologi informasi dan komunikasi dapat membawa manfaat yang cukup besar jika diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran dan dunia pendidikan. Beberapa manfaat yang dapat diambil dari penerapan teknologi informasi dan komunikasi diantaranya yaitu : a) dapat meningkatkan minat belajar melalui penggabungan unsur audio-visual (multimedia); b) dapat memberikan umpan balik terhadap respons peserta didik dengan segera, c) sebagai sumber ilmu pengetahuan; d) sebagai alat pendukung dalam mengatasi keterbatasan panca indera; e) membantu memotivasi siswa agar dapat mengevaluasi dan mempelajari teknologi informasi dan komunikasi untuk terus belajar sepanjang hayat; f) mempermudah kerja guru dan mempermudah dalam penyampaian materi kepada siswa; g) memotivasi guru untuk lebih produktif dalam berkarya.

D. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi

Salah satu indikasi sekolah yang maju adalah unggul dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Jamal Ma’mur Asmani (2011: 185-201) mengemukakan ada enam indikator kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di suatu sekolah yaitu :


(34)

34 a. Laboratorium komputer/ internet

Dengan laboratorium yang dimiliki sekolah, peserta didik secara kolektif dapat memanfaatkan kecanggihan internet dengan petunjuk bimbingan dari guru untuk mengakses berbagai pengetahuan yang mereka inginkan.

b. Website/ situs sekolah

Website sekolah berfungsi untuk mempromosikan sekolah dan menjadi ajang diskusi serta adu gagasan dalam mengembangkan ide-ide yang kreatif.

c. Telepon

Telepon berfungsi untuk melakukan kegiatan koordinasi, dan pengawasan terhadap peserta didik agar bisa berjalan efektif dan efisien.

d. Kompetensi bahasa asing

Kemampuan bahasa asing terutama bahasa Inggris menjadi sarana utama untuk mendapatkan, mengolah, dan mendistribusikan informasi. Sejauh mana sekolah mampu membekali anak didiknya dengan kemampuan bahasa asing akan sangat menentukan kompetensi sekolah di level lokal, nasional, maupun internasional.


(35)

35

e. Menampilkan karya (di media massa, makalah, dan piranti multimedia)

Karya adalah hasil pekerjaan seseorang dari kompetensi yang dimilikinya. Melalui karya, seseorang akan dikenal masyarakat luas. Oleh karena itu peserta didik perlu dilatih untuk menampilkan hasil karyanya baik itu di media lokal sekolah, media massa, makalah, maupun multimedia.

f. Mampu memperbaiki kerusakan

Kerusakan dalam pengoperasian alat tidak jarang dijumpai, oleh karena itu diperlukan keterampilan khusus dalam memperbaiki kerusakan tersebut. Keterampilan dalam memperbaiki kerusakan pada peralatan dapat diperoleh dari pengalaman langsung maupun dari kursus tertentu.

Selanjutnya secara lebih spesifik lagi, Made Wena (Jamal Ma’mur Asmani, 2011: 208) menyatakan bahwa ada lima indikator penilaian yang dapat digunakan untuk menilai apakah produk pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi telah memenuhi syarat pembelajaran. Indikator-indikator tersebut antara lain sebagai berikut.

a. Tingkat kedalaman materi, yaitu sesuai atau tidaknya materi/isi pembelajaran yang disajikan lewat media komputer dengan tuntutan kurikulum.

b. Urutan penyajian/ pengorganisasian isi pembelajaran.


(36)

36

d. Tabel, gambar/grafik/animasi sesuai dengan materi pembelajaran dan dapat memotivasi siswa.

e. Tampilan fisik secara keseluruhan baik dan menarik bagi peserta didik.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat diketahui bahwa untuk mengetahui kemajuan teknologi informasi dan komunikasi di suatu sekolah dapat digunakan indikator yaitu adanya laboratorium/internet, adanya situs sekolah, telepon, memiliki kompetensi bahasa asing, dan menampilkan karya di media massa.

E. Hambatan Guru Sekolah Dasar dalam Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi

Upaya guru sekolah dasar untuk mengimplementasikan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran masih terkendala oleh beberapa faktor. Seperti dikemukakan oleh Pellgrum (Hery Fitriyadi, 2012: 219) yang telah melakukan survei terhadap beberapa sekolah di 24 negara bahwa pengimplementasian teknologi informasi dalam pembelajaran masih terkendala beberapa faktor yaitu : 1) kurangnya jumlah komputer, 2) guru tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan, 3) kesulitan untuk mengintegrasikan dalam pembelajaran, 4) belum maksimalnya supervisi dari staf, dan 5) kurangnya kesempatan dalam mengikuti pelatihan.

Senada dengan pendapat tersebut, Bondan S. Prakoso dan Rakhmat Januardy (Hery Fitriyadi, 2012 : 219) mengemukakan bahwa khususnya di Indonesia setidaknya memilki lima jenis hambatan dalam upaya


(37)

37

pengembangan teknologi informasi dan komunikasi yaitu 1) dukungan kebijakan dari pemerintah setempat, 2) proses pendanaan dan kesinambungan program, 3) implementasi program, 4) ketersediaan infrastruktur dan konektivitas program, dan 5) pengembangan lokal konten.

Daryanto (2010 : 172) mengemukakan bahwa ada beberapa kendala yang menyebabkan teknologi informasi dan komunikasi belum dapat digunakan seoptimal mungkin di Indonesia. Beberapa kendala tersebut yaitu kurangnya ketersediaan sumber daya manusia, proses transformasi teknologi, infrastruktur telekomunikasi, dan perangkat hukum yang mengaturnya, serta biaya penggunaan jasa telekomunikasi yang masih mahal.

Tearle (Bambang Sumintono, 2012: 123) mengemukakan bahwa kesuksesan integrasi teknologi pendidikan dalam kegiatan belajar dan mengajar bersifat komplek dan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Ada tiga permasalahan pokok yang melatarbelakanginya yaitu faktor individu, proses implementasi, dan organisasi sekolah. Faktor individu terdiri dari keterbukaan terhadap teknologi, sikap guru, pengetahuan dan keterampilan, dan beban kerja guru. Lebih lanjut, Marwan dan Sweeney (Bambang Sumintono, 2012: 123) terdapat empat faktor yang berhubungan dengan proses implementasi yaitu perencanaan strategis, rasa memiliki, sumber daya yang ada, dan pengembangan profesional.


(38)

38

Dari beberapa kajian tersebut dapat diketahui bahwa dalam pengimplementasian teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran ada beberapa faktor potensial penghambat yaitu faktor dari individu (keterbukaan terhadap teknologi, sikap guru, pengetahuan dan keterampilan, dan beban kerja guru), faktor teknis (ketersediaan teknologi), kurangnya kesempatan mengikuti pelatihan, kebijakan dari pemerintah setempat, dan kurangnya supervisi dari staf.

F. Kerangka Pikir

Teknologi informasi dan komunikasi adalah semua teknologi atau alat yang membantu dalam upaya untuk pengambilan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi kepada orang lain. Teknologi informasi dan komunikasi membawa manfaat bagi kemajuan berbagai bidang dan aspek kehidupan termasuk dunia pendidikan. Saat ini teknologi informasi dan komunikasi dapat digunakan sebagai alat atau media yang dapat digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran agar memudahkan peserta didik dalam menyerap materi yang diajarkan. Oleh karena itu penguasaan guru dalam menggunakan peralatan yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi sangat diperlukan seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju. Namun pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di sekolah dasar masih terkendala faktor pendidik yang sebagian besar belum menguasai teknologi informasi dan komunikasi yang ada.


(39)

39

Terdapat beberapa faktor yang potensial mengakibatkan masih rendahnya penguasaan keterampilan guru dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Beberapa faktor potensial penghambat tersebut yaitu faktor dari individu (keterbukaan terhadap teknologi, sikap guru, pengetahuan dan keterampilan, dan beban kerja guru), faktor teknis (ketersediaan teknologi), kurangnya kesempatan mengikuti pelatihan, kebijakan dari pemerintah setempat, dan kurangnya supervisi dari staf. G. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mengajukan beberapa pertanyaan penelitian :

1. Bagaimanakah sikap guru sekolah dasar kelas IV di Gugus VI UPTD kecamatan Ponjong terhadap teknologi informasi dan komunikasi?

2. Bagaimanakah ketersediaan media berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di gugus VI Kecamatan Ponjong?

3. Bagaimanakah pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) oleh guru sekolah dasar kelas IV di Gugus VI UPTD Kecamatan Ponjong?

4. Bagaimanakah pelatihan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bagi guru sekolah dasar kelas IV di Gugus VI UPTD Kecamatan Ponjong?


(40)

40

5. Apa sajakah hambatan dalam penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bagi guru sekolah dasar kelas IV di Gugus VI UPTD Kecamatan Ponjong?


(41)

41 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif karena data yang dihasilkan dalam penelitian berupa kata-kata tertulis atau lisan. Hal ini sesuai dengan pendapat Lexy J. Moleong (Haris Herdiansyah, 2010: 9) yang menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa secara lisan pada suatu kondisi tertentu dengan memanfaatkan metode alamiah yang ada. Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud untuk membahas fenomena-fenomena dan mendeskripsikan hal-hal yang berhubungan dengan hambatan dalam penguasaan teknologi informasi dan komunikasi bagi guru kelas IV di Gugus VI UPTD Kecamatan Ponjong.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2014 di gugus VI UPTD kecamatan Ponjong, kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun alasan dipilihnya lokasi penelitian adalah karena lokasinya yang strategis dan mudah dijangkau oleh peneliti.

C. Informan Penelitian

Informan penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi lingkungan penelitian.


(42)

42

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata lisan dan tindakan. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari bebrapa informan yaitu:

1. Guru sebagai informan kunci karena guru merupakan pihak yang akan dijadikan obyek penelitian dan guru merupakan pelaksana kegiatan-kegiatan di sekolah.

2. Kepala Sekolah sebagai informan pendukung karena kepala sekolah sebagai penanggung jawab dan penentu kebijakan sekolah. Selain itu kepala sekolah juga merupakan orang yang dianggap paling mengetahui tentang situasi dan kondisi guru di sekolah. 3. Peserta didik sebagai informan pendukung karena peserta

merupakan orang yang kesehariannya berinteraksi dengan guru. D. Teknik Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik yaitu sebagai berikut :

1. Wawancara

Lexy J. Moleong (Haris Herdiansyah, 2010: 118) mendefinisikan wawancara sebagai percakapan antara dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data dengan tujuan untuk mengetahui hal-hal yang ingin diketahui dari obyek penelitian secara lebih mendalam. Dalam penelitian ini,


(43)

43

wawancara digunakan untuk mengtahui hambatan-hambatan dalam penguasaan teknologi informasi dan komunikasi guru kelas IV sekolah dasar di Gugus VI UPTD Kecamatan Ponjong.

2. Observasi

Cartwright & Cartwright (Haris Herdiansyah, 2010: 131) mendefinisikan observasi sebagai suatu proses melihat, mengamati dan mencermati, serta merekam perilaku secara sistematis untuk tujuan tertentu. Inti dari observasi adalah adanya perilaku yang tampak dan adanya tujuan yang ingin dicapai. Tujuan dari observasi adalah untuk mendeskripsikan lingkungan (site) yang diamati, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, individu-individu yang terlibat dalam lingkungan tersebut beserta aktivitas dan perilaku yang dimunculkan, serta makna kejadian berdasarkan perspektif individu yang terlibat tersebut. Dalam penelitian ini, observasi digunakan untuk mengetahui bagaimana penguasaan teknologi informasi dan komunikasi guru kelas IV di gugus VI UPTD Kecamatan Ponjong.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan (Haris Herdiansyah, 2010: 143). Data-data yang dihasilkan dari metode dokumentasi dapat berupa catatan, transkrip, dan foto-foto kegiatan. Dokumentasi digunakan peneliti


(44)

44

sebagai bukti yang otentik sehingga data di lapangan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

E. Instrumen Penelitian

Peneliti merupakan instrumen kunci atau instrumen utama dalam penelitian kualitatif (Nasution dalam Andi Prastowo, 2012: 209). Peneliti terjun langsung ke lapangan serta berusaha sendiri mengumpulkan informasi melalui pengamatan atau wawancara. Peneliti menggunakan alat bantu berupa pedoman observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk mengumpulkan data.

1. Pedoman observasi

Pedoman observasi digunakan untuk memperoleh data tentang proses pembelajaran di kelas dan keterampilan guru dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

2. Pedoman wawancara

Wawancara dalam penelitian bertujuan untuk memperoleh data yang dilakukan melalui tanya jawab secara langsung dengan responden. Wawancara dilakukan secara langsung dengan kepala sekolah, guru, dan peserta didik.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan semua dokumen yang berhubungan dengan penguasaan teknologi informasi guru khususnya di gugus VI UPTD kecamatan Ponjong.


(45)

45 F. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara terus menerus dari awal hingga akhir penelitian; dengan induktif; dan mencari pola, model, tema, serta teori. Penelitian akan berakhir jika sudah tidak ada data yang dianggap baru atau data telah jenuh (Andi Prastowo, 2012: 45). Analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga langkah yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Miles dan Huberman (Andi Prastowo, 2012: 241) bahwa analisis data merupakan proses analisis yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan- catatan tertulis di lapangan. Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Sedangkan verifikasi data merupakan langkah untuk mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat, dan proposisi.


(46)

46

Sumber : Miles dan Huberman (Andi Prastowo, 2012 : 241) gambar 1. Teknik Analisis Data Model Interaktif Miles & Huberman

Penelitian diawali dari proses pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian. Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah mereduksi data yaitu penggolongan data, memfokuskan, pengarahan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data yang diperoleh sehingga dapat ditarik kesimpulan dan diverifikasi. Tahap selanjutnya yaitu penyajian data, data-data yang telah direduksi kemudian disajikan dalam bentuk kumpulan informasi yang sistematis. Langkah selanjutnya yaitu proses penarikan kesimpulan atau verifikasi data. Data yang telah dikategorisasikan dalam tahap penyajian data kemudian disimpulkan dengan mencari arti, mencatat keteraturan, menemukan pola, atau hubungan sebab akibat. Proses tersebut terus dilakukan sampai diperoleh data yang bersifat jenuh.

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Sugiyono (Andi Prastowo, 2012: 265) mengemukakan bahwa ada empat bentuk uji keabsahan data, yaitu uji kredibilitas data (validitas internal), uji dependabilitas (reliabilitas) data, uji transferabilitas (validitas eksternal/ generalisasi), dan uji konfirmabilitas (objektivitas). Akan tetapi


(47)

47

dari keempat bentuk tersebut peneliti hanya menggunakan uji kredibilitas sebagai teknik dalam pemeriksaan keabsahan data. Dalam uji kredibilitas, peneliti menggunakan teknik triangulasi, bahan referensi, serta serta member check. Triangulasi yang digunakan dalalam penelitian ini adalah triangulasi teknik. Triangulasi teknik digunakan untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik berbeda yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Jika dari ketiga uji kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data atau responden untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Selain itu peneliti juga menggunakan bahan referensi yaitu adanya pendukung untuk membuktikan data yang diperoleh peneliti. Kemudian peneliti juga melakukan member check yaitu dengan pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada sumber data atau responden.


(48)

48 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di gugus VI UPTD kecamatan Ponjong, kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Gugus VI terdiri dari 4 SD dengan rincian 1 SD inti dan 3 SD sebagai anggota gugus. Keempat SD tersebut adalah SD Negeri Ponjong I (SD inti), SD Negeri Ponjong IV, SD Negeri Mendak, dan SD Muhammadiyah Kuwon.

1. SD Negeri Ponjong I

SD Negeri Ponjong I sebagai SD inti terletak di pusat kecamatan Ponjong, letaknya strategis karena dekat dengan pusat pemerintahan dan pasar tradisional. SD Negeri Ponjong I secara administratif terletak di dusun Karangijo Kulon, Ponjong, Ponjong, Gunungkidul. SD Negeri Ponjong I memiliki sarana dan prasarana maupun fasilitas yang memadai khususnya jika dibandingkan dengan SD lain di gugus VI.

2. SD Negeri Ponjong IV

SD yang kedua adalah SD Negeri Ponjong IV. Sekolah ini terletak 2 km ke sebelah timur dari SD Negeri Ponjong I. Letaknya berdekatan dengan tempat wisata air Water Byur. Secara administratif, sekolah ini termasuk dalam wilayah Padangan, Ponjong, Ponjong, Gunungkidul. Kelengkapan sarana dan prasarana sudah cukup baik.


(49)

49 3. SD Negeri Mendak

Sekolah yang ketiga adalah SD Negeri Mendak. Secara administratif sekolah ini termasuk dalam wilayah Mendak, Sumbergiri, Ponjong, Gunungkidul. Sekolah ini terletak 3 km ke sebelah timur SD Negeri Ponjong IV. Letak sekolah ini cukup jauh dari pusat keramaian. Di samping kanan dan kiri sekolah terdapat perbukitan dan pepohonan yang membuat suasana di sekolah ini sangat asri. Kelengkapan sarana dan prasarana maupun fasilitas yang mendukung pembelajaran misalnya perpustakaan, beberapa peralatan teknologi, dan ruang UKS.

4. SD Muhammadiyah Kuwon

Sekolah yang keempat adalah SD Muhammadiyah Kuwon. Secara administratif termasuk dalam wilayah Kuwon, Ponjong, Ponjong, Gunungkidul. Sekolah ini terletak 1 km arah tenggara dari SD Negeri Ponjong IV. Letaknya cukup strategis di tepi jalan Ponjong-Bedoyo. Kelengkapan sarana dan prasarana maupun fasilitas yang terdapat di SD ini sudah cukup memadai misalnya terdapat perpustakaan, mushola, ruang UKS, dan beberapa peralatan teknologi yang mendukung pembelajaran.

B. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah guru kelas IV di gugus VI UPTD Kecamatan Ponjong. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 4 subyek penelitian dari masing-masing sekolah dengan nama inisial RN, AP,


(50)

50

SND, dan NK. Berikut ini adalah profil dari keempat subjek penelitian tersebut.

1. Subjek penelitian yang kesatu adalah NK. NK merupakan seorang guru honorer berjenis kelamin perempuan, beragama Islam, lahir di Gunungkidul, 26 November 1987, dan berumur 26 tahun pada saat dilaksanakan penelitian. NK memiliki kualifikasi akademik S1-Pendidikan Agama Islam lulusan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Subjek penelitian yang kedua adalah SND. SND merupakan seorang PNS berjenis kelamin laki-laki, beragama Islam, lahir di Gunungkidul 12 April 1959, dan berumur 54 tahun pada saat penelitian ini dilaksanakan. SND merupakan lulusan SPG.

3. Subjek penelitian yang ketiga adalah AP. AP merupakan seorang guru tidak tetap, berjenis kelamin perempuan, beragama Islam, lahir di Gunungkidul 30 April 1976, dan berumur 37 tahun pada saat penelitian dilaksanakan.

4. Subjek penelitian yang keempat adalah RN. RN merupakan seorang guru tidak tetap, berjenis kelamin perempuan di SD N Ponjong I. RN lahir di Gunungkidul, 8 Juni 1988 dan berusia 26 tahun pada saat penelitian dilakukan.


(51)

51 C. Deskripsi Hasil penelitian

Penelitian ini dilakukan selama bulan Juli sampai dengan Agustus 2014 di gugus VI UPTD kecamatan Ponjong. Penelitian dilakukan melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi dengan subjek penelitian dan beberapa informan baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Hasil penelitian di analisis oleh peneliti dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif, yang artinya peneliti akan menggambarkan, menguraikan, serta menginterpretasikan seluruh data yang terkumpul sehingga mampu memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada guru kelas IV di gugus VI UPTD Kecamatan Ponjong mengenai hambatan dalam penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) diperoleh data sebagai berikut. 1. Deskripsi Tentang Sikap Guru Sekolah Dasar Kelas IV di Gugus VI

UPTD Kecamatan Ponjong terhadap Teknologi Informasi dan Komunikasi

Berdasarkan hasil wawancara dengan keempat subyek penelitian dapat diketahui bahwa pandangan guru kelas IV di gugus VI mengenai Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah semua peralatan yang dipakai guna menunjang pembelajaran menggunakan media komputer. Guru AP dan NK menyatakan bahwa Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah penggunaan media komputer. Guru SND menyatakan bahwa Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)


(52)

52

merupakan alat-alat yang dipakai untuk menunjang proses pembelajaran dengan memanfaatkan komputer maupun internet.

Semua guru kelas IV di gugus VI sangat mendukung jika TIK diterapkan dalam pembelajaran. Guru AP berpendapat bahwa dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi yang ada misalnya internet, guru dapat memperoleh sumber belajar lebih banyak, sehingga guru tidak hanya terpaku pada buku paket saja. Guru SND menambahkan, pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) khususnya pemanfaatan internet di sekolah masih terkendala oleh faktor geografis sekolah yang berada di kawasan perbukitan. Guru NK beranggapan dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), pembelajaran akan semakin menarik minat siswa sehingga siswa bisa lebih konsentrasi dalam mengikuti pelajaran.

Dalam menghadapi perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), guru kelas IV di gugus VI mengambil langkah yaitu : dengan tidak menutup diri terhadap perkembangan zaman, selalu bersikap terbuka namun tetap mempertimbangkan segala aspek baik atau buruk dari teknologi tersebut, dan guru harus pandai dalam memilih mana media yang memiliki potensi manfaat cukup besar terhadap kemajuan pendidikan dan mana yang belum. Hal tersebut didukung oleh pernyataan guru AP dan NK yang menyatakan bahwa sebagai seorang guru sebaiknya selalu up to date mengikuti perkembangan teknologi yang ada agar tidak ketinggalan zaman. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui televisi,


(53)

53

internet, maupun media lainnya. Sedangkan guru RN berpendapat bahwa sebagai seorang guru sebaiknya selalu mengikuti perkembangan informasi mengenai teknologi yang berkembang, dan mengambil manfaat dari perkembangan teknologi tersebut. Guru berharap agar perkembangan teknologi itu dapat membantu tugas guru dalam rangka mempermudah penyampaian materi kepada peserta didik.

2. Deskripsi Tentang Ketersediaan Komputer di Sekolah

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di lapangan dapat diketahui bahwa ketersediaan media berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di gugus VI masih sangat terbatas, belum memenuhi perbandingan dengan jumlah peserta didik yang ada sehingga untuk pemakaiannya harus bergantian dengan kelas yang lain. Kondisi media yang ada pun beberapa sudah tidak bisa difungsikan lagi karena mengalami kerusakan. Mahalnya biaya perbaikan menjadi salah satu alasan mengapa media tidak kunjung diperbaiki.

SD Muhammadiyah Kuwon dengan peserta didik berjumlah 121 anak memiliki 4 unit komputer namun karena kurangnya perawatan, sehingga yang bisa dipakai hanya 1 unit saja. 3 unit komputer mengalami kerusakan, sampai sekarang belum bisa diperbaiki karena mahalnya biaya perbaikan. Untuk kegiatan belajar mengajar, guru menggunakan laptop pribadi. Sementara itu, fasilitas LCD yang dimiliki sekolah juga sangat terbatas. SD Muhammadiyah Kuwon baru memiliki 1 unit LCD yang harus digunakan secara bergantian dengan kelas yang lain.


(54)

54

SD Negeri Mendak dengan peserta didik berjumlah 60 anak memiliki 3 unit laptop, 1 unit LCD, dan 2 unit printer namun yang berfungsi hanya 1 unit saja. Semua laptop memiliki fungsi masing-masing yaitu sebagai media pembelajaran, kegiatan administrasi, dan jaringan data pokok pendidikan. Pemakaian LCD harus bergantian dengan kelas yang lain karena terbatasnya media yang ada.

SD Negeri Ponjong IV dengan peserta didik berjumlah 122 anak memiliki 2 unit komputer, 4 unit laptop, dan 1 unit LCD. Semuanya adalah bantuan dari dinas pendidikan. Semua media memiliki perannya masing-masing yaitu untuk membantu mengurus administrasi sekolah dan sebagian lagi digunakan untuk media pembelajaran. Terbatasnya jumlah LCD yang dimiliki, hanya berjumlah 1 unit mengakibatkan guru harus bergantian dengan kelas yang lain.

Berbeda dengan SD lain di gugus VI, di SD Negeri Ponjong I dengan jumlah peserta didik 168 anak ketersediaan media berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) kondisinya lebih lengkap. SD Negeri Ponjong 1 memiliki komputer sebanyak 22 unit yang ditempatkan di laboratorium komputer, LCD ada 3 unit, laptop ada 7 unit, printer ada 5 unit, fasilitas internet diakses melalui jaringan Telepon Speedy dan tower internet, serta 2 unit TV sekaligus 1 unit antena parabola yang digunakan untuk mengakses TV Edukasi. Lab komputer merupakan bantuan dari Kementrian Komunikasi dan Informasi. Sedangkan pendirian tower internet merupakan swadaya dari sekolah beberapa tahun yang lalu. Akan


(55)

55

tetapi karena mahalnya biaya operasional baik itu untuk membayar biaya pemakaian internet maupun untuk perawatan alat-alat sehingga belum bisa digunakan secara maksimal.

3. Deskripsi Tentang Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi oleh Guru Sekolah Dasar Kelas IV di Gugus VI UPTD Kecamatan Ponjong

Media berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di gugus VI intensitas pemakaiannya belum setiap hari digunakan, juga hanya dipakai oleh guru yang sudah menguasai komputer saja. Menurut guru AP, guru NK, dan guru RN, penggunaan media berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pemakaiannya situasional tergantung mata pelajaran dan materi apa yang akan dipelajari. Sedangkan untuk guru SND mengaku belum pernah menggunakan media berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai media pembelajaran.

Media berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) biasanya dimanfaatkan dalam materi pelajaran IPA dan Bahasa Indonesia. Sebagai contoh dalam materi Bahasa Indonesia, guru NK menampilkan buku siswa dengan menggunakan bantuan laptop, LCD, dan pengeras suara untuk menyajikan materi. Guru NK mengajak peserta didik untuk berdiskusi bersama anggota kelompoknya. Hal serupa juga dilakukan oleh guru AP yang menyajikan materi dengan topik permainan tradisional. Di bagian akhir pelajaran, guru AP juga mengajak peserta didik mempraktekkan cara memainkan permainan tradisional di halaman


(56)

56

sekolah. Berbeda dengan yang dilakukan oleh guru AP, guru RN, dan guru NK, guru SND belum memanfaatkan media berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam proses kegiatan belajar mengajar. Guru SND masih menggunakan metode ceramah sebagai cara untuk menyampaikan materi kepada peserta didik. Terkadang guru SND menggunakan media papan tulis dan kapur untuk menjelaskan materi kepada peserta didik. Seperti yang dilakukan oleh guru AP, guru SND juga mengajak peserta didik untuk mempraktekkan cara bermain permainan tradisional di halaman sekolah agar lebih memantapkan pemahaman peserta didik.

Jenis media yang biasa digunakan untuk membantu dalam kegiatan pembelajaran adalah laptop, pengeras suara, dan LCD. Guru NK, guru AP, dan guru RN menggunakan laptop milik pribadi untuk membantu menyampaikan materi. Guru NK juga melengkapi media pembelajaran dengan pengeras suara sehingga pembelajaran menjadi semakin menarik. Sedangkan guru SND yang belum memiliki kemampuan menggunakan media berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) masih mengandalkan papan tulis dan kapur untuk membantu memberikan pemahaman kepada peserta didik.

Guru kelas IV di gugus VI beranggapan bahwa penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pembelajaran membawa dampak yang positif karena dapat memotivasi dan memusatkan perhatian peserta didik. Menurut guru AP dan guru SND, ketika Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) diterapkan dalam pembelajaran, peserta


(1)

67

berada di kawasan perbukitan sehingga belum terjangkau jaringan internet. Kondisi ini sangat menghambat upaya guru dalam memperoleh informasi-informasi baik untuk kepentingan operasional sekolah maupun untuk memperoleh referensi dari internet.

Faktor yang kelima adalah guru belum mendapatkan kesempatan mengikuti pelatihan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Pelatihan tersebut akan bermanfaat bagi guru untuk mengelola media yang ada agar dapat dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran. Faktanya, dari keempat guru yang menjadi subjek penelitian baru satu guru yang pernah mengikuti pelatihan, dua guru lain mengaku mendapatkan keterampilan dengan cara belajar sendiri.

Berdasarkan hasil penelitian dan kajian teori dapat disimpulkan bahwa faktor yang menghambat penguasaan keterampilan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) guru di gugus VI UPTD kecamatan Ponjong yaitu : (1) faktor usia guru, (2) motivasi dan sikap guru, (3) ketersediaan media berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), (4) kondisi geografis sekolah, dan (5) belum memperoleh kesempatan mengikuti pelatihan.


(2)

68 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya dalam mengidentifikasi hambatan penguasaan keterampilan Teknologi dan Informasi bagi guru di gugus VI UPTD kecamatan Ponjong, dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Sikap guru kelas IV di gugus VI UPTD kecamatan Ponjong mendukung terhadap penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) khususnya multimedia dalam pembelajaran. Pemanfaatan internet di gugus VI terkendala faktor geografis seperti yang dialami di SD Negeri Mendak.

2. Ketersediaan media berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) khususnya multimedia di gugus VI masih terbatas belum memenuhi perbandingan dengan jumlah peserta didik yang ada. SD Muhamadiyah Kuwon dengan peserta didik berjumlah 121 anak memiliki 4 unit komputer namun yang berfungsi hanya 1 unit, dan 1 unit LCD. SD Negeri Mendak dengan peserta didik berjumlah 60 anak memiliki 3 unit laptop, 1 unit LCD, dan 2 unit printer namun yang berfungsi hanya 1 unit. SD Negeri Ponjong IV dengan peserta didik berjumlah 122 anak memiliki 2 unit komputer, 4 unit laptop, dan 1 unit LCD. Sedangkan di SD Negeri Ponjong I dengan jumlah peserta didik 168 anak memiliki komputer berjumlah 22 unit yang ditempatkan di laboratorium komputer, 3 unit LCD, 7 unit laptop, 5


(3)

69

tower internet, 1 unit parabola serta 2 unit televisi untuk mengakses TV Edukasi.

3. Pada tahap pemanfaatan media berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), guru belum optimal dalam memanfaatkan media yang ada. 3 dari 4 guru kelas IV di gugus VI sudah mulai mengaplikasikan media pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) walaupun intensitasnya masih belum sering. 4. Pelatihan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bagi guru

sekolah dasar belum merata untuk semua guru kelas IV di gugus VI UPTD kecamatan Ponjong. Dari empat subjek penelitian, hanya satu guru yang sudah mendapatkan pelatihan keterampilan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk guru sekolah dasar.

5. Faktor-faktor yang menghambat penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bagi guru sekolah dasar kelas IV di Gugus VI UPTD Kecamatan Ponjong yaitu: (1) faktor usia guru, (2) motivasi dan sikap guru, (3) ketersediaan media berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), (4) kondisi geografis sekolah, dan (5) belum memperoleh kesempatan mengikuti pelatihan.

B.Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah peneliti sampaikan, maka peneliti akan mencoba memberikan saran pada beberapa pihak terkait, di antaranya adalah:


(4)

70

1. Guru perlu mengetahui lebih mendalam mengenai Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan perkembangannya. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh dengan membaca buku atau mengikuti informasi dari media elektronik maupun media cetak.

2. Guru secara berkelanjutan perlu memperdalam kemampuannya dalam menggunakan media berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) agar bisa lebih optimal dalam memanfaatkan media yang ada. 3. Sekolah sebaiknya menjaga dan merawat sarana dan prasarana yang

ada agar dapat difungsikan sebagaimana mestinya.

4. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Gunungkidul agar secara berkelanjutan mengadakan pelatihan keterampilan mengoperasikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) kepada guru khususnya guru sekolah dasar untuk meningkatkan keterampilan guru.

5. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga kabupaten Gunungkidul melalui UPTD kecamatan Ponjong diharapkan dapat membimbing dan mendukung adanya upaya dari gugus VI Ponjong dalam memanfaatkan media berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).


(5)

71

Abdul Kadir. (2003). Pengenalan Informasi Manajemen. Yogyakarta: Andy Offset.

Andi Prastowo. (2012). Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Arif Rohman. (2009). Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Laksbang Mediatama.

Bambang Sumintono. (2012). Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pengajaran: Survei pada Guru-guru Sains SMP di Indonesia. Jurnal Pengajaran MIPA Universitas Teknologi Malaya Volume 17 (Nomor 1). Hlm. 123.

Daryanto. (2010). Media Pembelajaran. Bandung: PT. Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.

Dewi Salma Prawiradilaga & Eveline Siregar. (2008). Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Hamzah B. Uno & Nina Lamatenggo. (2010). Teknologi Komunikasi & Informasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hari Suderadjat. (2005). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Bandung: CV. Cipta Cekas Grafika.

Haris Herdiansyah. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba.

Hery Fitriadi. (2012). Keterampilan TIK Guru Produktif SMK di Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Implementasinya dalam Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Vokasi Vol 2 (Nomor 2 ). Hlm. 219.

Isjoni & Mohd. Arif Ismail. (2008). Pembelajaran Virtual : Perpaduan Indonesia-Malaysia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jamal Ma’mur Asmani. (2011). Tips Efektif PemanfaatanTeknologi Informasi dan Komunikasi dalam Dunia Pendidikan. Yogyakarta: Diva Press.

Jejen Musfah. (2011). Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar teori dan Praktik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Lexy J. Moleong. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Remaja Rosdakarya.


(6)

72

Made Wena. (2011). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer : Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Rusman. (2011). Model-model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawai Press.

Sitiatava Rizema Putra. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Yogyakarta: Diva Press.

Sudarwan Danim. (1994). Media Komunikasi Pendidikan : Pelayanan Profesional Pembelajaran dan Mutu Hasil Belajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Suparlan. (2005). Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat.

Sutarman. (2009). Pengantar Teknologi Informasi. Jakarta : Bumi Aksara. S. Nasution. (2011). Teknologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Zamroni. (2007). Pendidikan dan Demokrasi dalam Transisi (Prakondisi menuju Era Globalisasi). Jakarta: PSAP Muhammadiyah.


Dokumen yang terkait

KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PROFESIONAL DI SEKOLAH DASAR GUGUS YUDHISTIRA KECAMATAN SELOGIRI Kompetensi Pedagogik Guru Profesional Di Sekolah Dasar Gugus Yudhistira Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri.

0 3 19

KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PROFESIONAL DI SEKOLAH DASAR GUGUS YUDHISTIRA KECAMATAN SELOGIRI Kompetensi Pedagogik Guru Profesional Di Sekolah Dasar Gugus Yudhistira Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri.

0 2 17

ANALISIS HAMBATAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Analisis Hambatan Penggunaan Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) Dalam Pembelajaran Matematika Di SMA Batik 2 Surakarta.

0 1 19

KONTRIBUSI SUPERVISI, MOTIVASI KERJA, DAN KOMUNIKASI GURU TERHADAP KINERJA GURU DI SEKOLAH DASAR DI UPTD KONTRIBUSI SUPERVISI, MOTIVASI KERJA, DAN KOMUNIKASI GURU TERHADAP KINERJA GURU DI SEKOLAH DASAR DI UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN PULOKULON KABUPATEN GRO

0 2 14

PENGELOLAAN SEKOLAH DASAR BERBASIS REGROUPING (Study Situs SDN Umbulrejo dan SDN Ponjong IV Kecamatan Ponjong Pengelolaan Sekolah Dasar Berbasis Regrouping (Study Situs SDN Umbulrejo dan SDN Ponjong IV Kecamatan Ponjong Kabupaten Gunungkidul).

0 0 11

PENDAHULUAN Pengelolaan Sekolah Dasar Berbasis Regrouping (Study Situs SDN Umbulrejo dan SDN Ponjong IV Kecamatan Ponjong Kabupaten Gunungkidul).

0 2 11

Studi Analisis Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam Penguasaan Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi pada Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Selogiri.

0 0 18

IDENTIFIKASI HAMBATAN-HAMBATAN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS III A SEKOLAH INKLUSI SD NEGERI GIWANGAN YOGYAKARTA.

0 1 149

IDENTIFIKASI MANFAAT KEGIATAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DALAM MENUNJANG KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU SEKOLAH DASAR GUGUS DIPONEGORO DI KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO.

2 22 280

PERSEPSI SISWA TERHADAP PROFESIONAL GURU DALAM PEMBELAJARAN PKn KELAS IV DI SEKOLAH DASAR NEGERI GUGUS LARASATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

0 0 78