KIAI TAJUL MULUK DAN SYI’AH DI SAMPANG MADURA : STUDY TENTANG RIWAYAT HIDUP, PENGARUHNYA TERHADAP MASYARAKAT DAN STRATEGI KEPEMIMPINAN DALAM SYI’AH.

(1)

KIAI TAJUL MULUK DAN SYI’AH DI SAMPANG MADURA

(Study tentang Riwayat Hidup, Pengaruhnya terhadap Masyarakat dan Strategi Kepemimpinan dalam Syi’ah )

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)

Oleh:

Layyinah NIM: A02211059

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2015


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Kiai Tajul Muluk dan Syi’ah di Sampang Madura (Study tentang Riwayat Hidup, Pengaruhnya terhadap Masyarakat dan Strategi

Kepemimpinan dalam Syi’ah )”. Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini memiliki tiga fokus yaitu, pertama bagaimana gambaran biografi Kiai Tajul Muluk. Kedua, bagaimana pengaruh Kiai Tajul Muluk terhadap masyarakat di Kabupaten Sampang. Ketiga bagaimana strategi kepemimpinan Kiai Tajul Muluk dalam Syi‟ah di Kabupaten Sampang.

Untuk menjawab permasalahan tersebut peneliti mengunakan metode sejarah yaitu: 1), Pencarian Sumber (Heuristik). 2), Kritik Sumber. 3), Penafsiran atau Analisis Sumber. 4), Penulisan Sejarah. Sedangkan metode penelitian menggunakan pendekatan deskriptif analisis dan teori yang dipakai adalah teori kepemimpinan.

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa: pertama, Kiai Tajul Muluk lahir di Sampang, 22 Oktober 1973 dari pasangan almarhum Kiai Ma‟mun bin KH. Ach Nawawi dengan Nyai Ummah. Tahun 1988-1993 ayahnya Kiai Makmun memondokkan Tajul ke YAPI, tahun 1993-1999 beliau pergi ke Arab saudi dan bertemu dengan Muhammad Liwa‟ Mahdi, seorang penganut Syi‟ah mahasiswa Universitas King Abdul Aziz di Arab Saudi, memiliki kitab-kitab Syi‟ah kemudian Tajul mempelajari kitab-kitab tersebut secara mandiri. Tahun 1997 beliau menikah dengan Ummi Kulsum. Kedua,Tahun 1999 Kiai Tajul pulang dari Arab Suadi untuk mengantikan kepemimpinan ayahnya yang sudah sepuh, tahun 2003 Kiai Tajul menyebarkan Syi‟ah, Kiai Tajul memiliki otoritas dan pengaruh tinggi di masyarakat, dalam hal ini Tajul mendapat pengakuan masyarakat terbukti dengan mudahnya paham Syi‟ah berbaur dan dipeluk oleh masyarakat Desa Karang Gayam dan Desa Blu‟uran. Ketiga, Strategi Kepemimpinan Kiai Tajul untuk menyebarkan ajaran Syi‟ah di Sampang meliputi: pertama, pendekatan dalam lingkungan keluarga, kedua, metode pengajian, Ketiga, metode pemperdayaan ekonomi masyarakat, keempat, metode bantuan pendidikan dan keteladanan.


(6)

ABSTRACT

This is thesis “Kiai Tajul Muluk dan Syiah di Sampang Madura(Study tentang Riwayat Hidup, Pengaruhnya terhadap Masyarakat dan Strategi

Kepemimpinan dalam Syi’ah )”. Issues to be addressed in this study has three focus is , first how the image Kiai Tajul Muluk biography . Second , how Kiai Tajul Muluk influence on the community in Sampang . Third how leadership strategy in Kiai Tajul Muluk Syi‟ah in Sampang .

To answer these problems researchers using historical methods , namely : 1 ) , Search Source ( Heuristics ), 2 ) Source Criticism. 3 ), Interpretation or Analysis of Sources. 4 ), Writing History . While research method used descriptive approach used the analysis and theory is a theory of leadership .

From the research found that: first, Kiai Tajul Muluk born in Sampang, October 22, 1973 from the deceased spouse Kiai KH Ma'mun bin. Ach Nawawi with Nyai Ummah. Year 1988-1993 father Kiai Makmun housed Tajul to YAPI, years 1993-1999 he went to Saudi Arabia and met with Muhammad Liwa 'Mahdi, a Syi‟ah student of King Abdul Aziz University in Saudi Arabia, has a Syi‟ah books Tajul then studied these books independently. In 1997 he was married to Umm Kulsum. Secondly, in 1999 Kiai Tajul return of Arab Suadi to replace the leadership of his father, who was elderly, in 2003 Kiai Tajul spread Syi‟ah, Kiai Tajul has high authority and influence in society, in this case Tajul received public recognition proved to be easily understood Syi' ah blend in and be embraced by society and the village of Karang Gayam Blu'uran. Third, Leadership Strategies Kiai Tajul to spread Syi‟ah in Sampang include: first, the approach in the family environment, the second, the method of recitation, Third, community economic prosperity method, fourth, educational assistance and exemplary methods.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO ... v

TRANSLITERASI ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

BAB I : PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 5

C.Tujuan Penelitian... 5

D.Manfaat Penelitian... 5

E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik ... 6

F. Penelitian Terdahulu ... 12

G.Metode Penelitian ... 14

H.Sistematika Bahasan ... 19

BAB II : BIOGRAFI KIAI TAJUL MULUK A. Genealogi Kiai Tajul Muluk ... 21

B. Riwayat Pendidikan Kiai Tajul Muluk ... 22

C. Riwayat Kehidupan Kiai Tajul Muluk ... 31

D. Motivasi Kiai Tajul Muluk Masuk Syi‟ah ... 33

BAB III: PENGARUH KIAI TAJUL MULUK TERHADAP MASYARAKAT DI KABUPATEN SAMPANG A. Deskripsi Umum Desa Karang Gayam ... 36

B. Perkembangan Syiah di Kabupaten Sampang Pra dan Pasca Konflik ... 40

C. Sejarah awal dan Proses terjadinya Konflik antara Kiai Tajul Muluk dan Rois Hukama ... 44


(8)

1. Dampak Segi Positif ... 77

2. Dampak Segi Negatif... 77

BAB IV : STRATEGI KEPEMIMPINAN KIAI TAJUL MULUK A. Metode dan Pedekatan Kiai Tajul Muluk dalam Mengenalkan Syiah di Kabupaten Sampang ... 80

1. Pendekatan dalam lingkungan keluarga ... 81

2. Metode Pengajian ... 81

3. Metode Pemperdayaan Ekonomi Masyarakat ... 83

4. Metode Bantuan Pendidikan ... 85

5. Keteladanan ... 86

B. Sasaran dan Target Kiai Tajul Muluk dalam Sosialisai Pemahaman Syiah di Kabupaten Sampang ... 88

C. Dukungan Internal dan Eksternal Terhadapa Kiai Tajul Muluk dalam Sosialisasi Syiah di Sampang ... 91

1. Dukungan Internal (Keluarga) ... 91

2. Dukungan Eksternal (Organisasi ABI dan IJABI) ... 92

3. Eksternal (Masyarakat) ... 97

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 99

B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah adalah fakta, dan fakta adalah sejarah. Sejarah membuktikan

konflik Sunni dan Syi‟ah yang terjadi di Kabupaten Sampang Madura telah

menewaskan dua orang warga Syi‟ah. Korban meninggal adalah Kosim alias Hamama dan Thohir, tujuh orang mengalami luka-luka kritis, puluhan orang mengalami luka-luka ringan, 37 rumah dari 80 rumah komunitas syi‟ah dibakar, selanjutnya memuncak pada blokade komunitas Syi‟ah dan pengusiran.1

Dari sisi sejarah, timbulnya Syi‟ah-Sunni berasal dari

kelompok-kelompok yang berbeda pandangan mengenai khalifah. Kelompok Syi‟ah

hanya mengakui Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah dan tidak mengakui tiga kekhalifahan (Abu Bakar, Umar dan Utsman) seperti halnya Sunni. Mulai dari kepemimpinan agama, politik, sosial, penafsiran teks agama hingga metodologi ritual keagamaan, namun dari semua topik tersebut, tak ada perdebatan yang lebih panas antara keduanya melebihi persoalan agama dan politik.2

Konflik Sunni dan Syi‟ah yang terjadi di Sampang dan menjadi perhatian nasioanal ini, tidak bisa dipisahkan dari sosok Kiai Tajul Muluk,

1

Iklil al-Milal, Wawancara, Puspa Agro Sidoarjo, 04 November 2014.

2

Muhammad Babul Ulum, Kesesatan Sunni–Syiah, Respon atas Polemik Republika (Depok:


(10)

pemimpin Syi‟ah. Kiai Tajul Muluk adalah tokoh sentral dalam penyebaran

ajaran Syi‟ah di Sampang. Kiai Tajul Muluk alias Ali Murthado adalah

keturunan dari Batuampar, Pasarean yang berlokasi di Proppo Kabupaten Sampang dan cukup terkenal di Madura pada khususnya, di seluruh Jawa pada umumnya. Kiai Tajul Muluk turunan Batuampar putra dari pasangan

almarhum Kiai Ma‟mun bin KH. Ach Nawawi dengan Nyai Ummah.

Kiai Tajul Muluk sejak kecil sudah dididik dan tumbuh dari keluarga yang religius. Setelah lulus SD ayahnya yang bernama Kiai Makmun sudah memondokkan Kiai Tajul Muluk ke pesantren Al-Anwar yang ada di Rembang Jawa Tengah selama satu tahun, kemudian melanjutkan pendidikannya ke Yayasan Pendidikan Islam (YAPI) Bangil Pasuruan, selama enam tahun. Lulus dari YAPI, Kiai Tajul Muluk mempunyai semangat yang tinggi disertai keinginan yang besar untuk mengenal Islam lebih dalam, maka beliau bertekad untuk belajar Islam dari Sayyid „Alawi al-Maliki al-Hasani dan memutuskan berangkat ke Arab Saudi. Sayyid al Maliki adalah tokoh sentral berpengaruh dalam dakwah Islam di Makkah dan guru para

ulama‟ dari berbagai negara, termasuk Indonesia.

Sesampai di Arab Saudi niat Kiai Tajul Muluk tidak terrealisasikan hal ini dikarenakan beliau mengalami kendala ekonomi, namun mau pulang kampungpun juga sudah tidak memungkinkan, oleh karena itu, dengan inisiatif yang secara tiba-tiba muncul beliau memilih bekerja dan menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia). Kiai Tajul Muluk bekerja dari toko ke toko untuk memenuhi kehidupan sehari-hari di Arab Saudi, biarpun demikian niat


(11)

mendalami Islam tidak pernah pudar dalam hati beliau. Terbukti, uang dari hasil kerja tiap bulannya beliau sempatkan membeli buku-buku tentang Islam

khususnya buku tentang syi‟ah dan sunni. Setelah enam tahun beliau di Arab

Saudi dengan dinamika pekerjaan yang beliau tekuni dengan disertai belajar Islam dari membaca buku-buku tentang syi‟ah dan sunni, ternyata tidak bisa memendung kerinduan terhadap tanah kelahirannya, yakni Desa Karang Gayam Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang dan pada tahun 1999 beliau memutuskan untuk pulang kampung.

Kepulangan Kiai Tajul Muluk dari Mekkah ke tanah kelahirannya Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben Kabupaten Sampang tentu saja mendapat sambutan yang hangat dari keluarga dan masyarakat Karang Gayam. Setelah beberapa bulan membaur dan berinteraksi dengan masyarakat sekitar, Kiai Tajul Muluk memperoleh simpati dari masyarakat dan banyak masyarakat yang mengaguminya dengan sikapnya yang terkenal egaliter, supel, ringan tangan dan cekatan dalam membantu warga desa yang membutuhkan, serta tidak bersedia menerima imbalan setelah berceramah agama.

Kiai dalam bahasa Jawa dipakai dalam tiga jenis gelar yaitu, pertama, sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap keramat, seperti kiai gelar Garuda Kencana yang dipakai untuk sebutan kereta emas di Keraton Yogyakarta. Kedua,kiai dipakai untuk gelar kehormatan orang tua pada umumnya dan yang ketiga, kiai untuk gelar yang diberikan oleh masyarakat untuk seorang ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi


(12)

pimpinan pesantren dan mengajarkan kitab-kitab klasik kepada para santrinya. Selain gelar kiai, ia juga sering disebut seorang alim (orang yang dalam pengetahuan Islamnya).3

Bagi orang Madura, kiai merupakan jaminan masalah moralitas dan masalah-masalah ukhrawi. Anggapan semacam ini merupakan stigma atau image yang sudah paten dan turun-temurun sejak dahulu. Dengan demikian kiai memiliki posisi dan kekuasaan khusus tersendiri dalam masyarakat Madura. Hampir semua kegiatan di masyarakat sampai tingkat pemerintahan selalu melibatkan peranan kiai setempat. Kiai memiliki power untuk menggerakkan massa dalam jumlah besar dan ini belum tentu bisa dilakukan oleh pemimpin pemerintahan seperti Bupati yang tidak memiliki trah kiai.4

Penelitian ini beranjak dari fenomena kekerasan yang menimpa komunitas Syi‟ah pimpinan Kiai Tajul Muluk di Dusun Nangkernang Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben,Kabupaten Sampang Madura yang mencuat pada tuduhan bahwa konflik terjadi karna Kiai Tajul Muluk

Pemimpin Syi‟ah dinilai telah menyebarkan ajaran sesat dan melanggar Pasal

156 a KUHP. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul” Kiai Tajul Muluk dan Syiah di Sampang Madura (Study

tentang Riwayat Hidup, Pengaruhnya terhadap Masyarakat dan Strategi Kepemimpinan dalam Syi’ah )”.

3

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta: LP3ES, 1982), 55.

4

A. Latief Wiyata, Carok: Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura (Yogyakarta, LKiS,


(13)

B. Rumusan Masalah

1.Bagaimana gambaran biografi Kiai Tajul Muluk ?

2. Bagaimana pengaruh Kiai Tajul Muluk terhadap masyarakat dalam

perkembangan Syi‟ah di Kabupaten Sampang ?

3. Bagaimana strategi kepemimpinan Kiai Tajul Muluk dalam Syi‟ah di

Kabupaten Sampang ?

C. Tujuan Penelitian

1.Untuk mengetahui gambaran biografi Kiai Tajul Muluk.

2. Untuk mengetahui pengaruh Kiai Tajul Muluk terhadap masyarakat

dalam perkembangan Syi‟ah di Kabupaten Sampang.

3. Untuk mengetahui strategi kepemimpinan Kiai Tajul Muluk di Kabupaten Sampang.

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan bermanfaat baik secara teoritis, praktis, maupun secara akademik.

1. Secara Teoritik

Penelitian ini disamping sebagai salah satu upaya untuk memenuhi tugas akhir dalam program stara satu (S1) jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora dan juga diharapkan mampu menambah keilmuan peneliti dalam bidang ilmu humaniora secara mendalam.


(14)

2. Secara Praktis

Sebagai konstribusi ilmu pengetahuan, khususnya mengenai biografi Kiai Tajul Muluk (Riwayat Hidup, Strategi Kepemimpinannya dalam Syi‟ah dan Pengaruhnya terhadap Masyarakat) dan bahan pertimbangan bagi peneliti lainnya.

3. Secara Akademik

Sebagai masukan dan sebagai perbendaharaan perpustakaan untuk kepentingan ilmiah selanjutnya dapat memberikan informasi atau gambaran bagi peneliti lainnya mengenai (Riwayat Hidup, Pengaruhnya

terhadap Masyarakat dan Strategi Kepemimpinannya dalam Syi‟ah).

E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik

Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan historis, dimana dalam hal ini peneliti berusaha mengungkapkan dan bertujuan mengetahui sejarah riwayat hidup Kiai Tajul Muluk, riwayat pendidikannya, riwayat kehidupannya, strategi kepemimpinanya dalam

Syi‟ah serta pengaruhnya terhadap masyarakat. Peneliti juga menggunakan

pendekatan sosiologis sebagai alat bantu. Pendekatan sosiologis sudah barang tentu akan meneropong segi-segi sosial peristiwa yang dikaji, misalnya golongan mana yang berperan, serta nilai-nilainya, hubungannya dengan golongan lain, konflik berdasarkan kepentingan, ideologi dan lain sebagainya.5

5

Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992), 4.


(15)

Secara umum, penelitian ini adalah penelitian historis yang mencoba menarasikan sejarah kiai Tajul Muluk. Sejarah naratif adalah sejarah yang mendiskripsikan tentang masa lampau dengan merekonstruksikan apa yang terjadi, serta diuraikan sebagai cerita, dengan perkataan lain kejadian-kejadian penting diseleksi dan diatur menurut poros waktu sedemikian sehingga tersusun sebagai cerita.6

Biografi merupakan unit sejarah yang sejak zaman klasik telah ditulis oleh histograf Tacitus. Dipandang dari teknik penulisan biografi menuntu kemahiran memakai bahasa dan retorika tertentu. Jadi, disini sejarah lebih meruapakn seni dari pada ilmu. Memang tetap menjadi tuntutan untuk memakai dasar bukti-bukti sejarah, antara lain dokumen-dokumen.7

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti menggunakan teori kepemimpinan. Istilah kepemimpinan tidak dapat terlepas dari kata "memimpin" yang memiliki beberapa arti yaitu: memegang tangan seseorang sambil berjalan (untuk menuntun atau menunjukkan jalan), mengetahui atau mengepalai (dalam rapat atau perkumpulan), memandu, melatih (mendidik, mengajari). Juga ada kata "terpimpin" yang berarti dapat dipimpin atau terkendali, serta ada pula kata "pemimpin" yang memiliki dua arti: orang yang memimpin dan petunjuk, buku petunjuk (pedoman).8

6

Ibid., 9.

7

Ibid., 76.

8

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), 769.


(16)

Pemimpin dilihat dari sisi bahasa Inggris menjadi “LEADER”, yang

mempunyai tugas untuk me-LEAD anggota di sekitarnya. Sedangkan makna LEAD adalah:

1. Loyality, seorang pemimpin harus mampu membangkitkan loyalitas rekan kerjanya dan memberikan loyalitasnya dalam kebaikan.

2. Educate, seorang pemimpin mampu untuk mengedukasi rekan-rekannya dan mewariskan tacit knowledge pada rekan-rekanya.

3. Advice, memberikan saran dan nasihat dari permasalahan yang ada.

4. Discipline, memberikan keteladanan dalam berdisiplin dan menegakkan kedisiplinan dalam setiap aktivitas.

Menurut Max Weber ada tiga jenis teori kepemimpinan menurut jenis otoritas yang disandangnya, antara lain:

1. Otoritas kharismatik, yaitu berdasarkan pengaruh dan kewibawaan. 2. Otoritas tradisional, yaitu berdasarkan garis turunan atau warisan

temurun. Contoh, raja.

3. Otoritas legal nasional yaitu berdasarkan jabatan dan kemampuan yang melalui proses pemilihan. Contoh, Presiden .

Dalam kajian kepemimpinan, mengikuti perspektif yang dikemukakan oleh Weber, kiai bisa dimasukkan dalam otoritas tradisional dan otoritas kharismatik. Otoritas tradisional, tidak sebagaimana otoritas rasional yang lebih formal dan birokratik, hanya didasarkan pada tradisi; sedangkan


(17)

Otoritas Kharismatik diperoleh seseorang karena kharisma pribadinya, keperkasaan, keturunan, kepribadian, serta kelebihan lainnya.9

Kiai tidak hanya dapat dikatakan sebagai elit agama, akan tetapi juga sebagai elit pesantren yang memiliki otoritas tinggi ketika menyebarkan pengetahuannya tentang keagamaan didalam masyarakat dan kharismatik yang dimiliki oleh kiai menjadi tolok ukur kewibawaan, kharismatik yang dimiliki kiai merupakan karunia yang diperoleh dari Allah.10

Otoritas kharismatik memiliki karakteristik yang khas yaitu, daya tarik yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut. Pengikut seorang pemimpin yang kharismatik tidak mempersoalkan nilai nilai yang dianut, sikap dan perilaku serta gaya yang digunakan oleh pemimpin yang diikutinya itu.11

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kepemimpinan kharismatik yang akan peneliti gunakan sebagai teori utama dalam skripsi ini. Hal ini dikarenakan Kiai Tajul Muluk memiliki kharismatik (daya tarik) dalam memimpin pengikutnya. Beliau dengan sikapnya yang ringan tangan, supel dan cekatan dalam membantu warga desa yang membutuhkan, serta tidak bersedia menerima imbalan setelah berceramah agama menempatkan Kiai Tajul Muluk sebagai kiai muda yang sangat dihormati seluruh warga Desa Karang Gayam. Kiai dengan kharisma yang

9

Imam Suprayogo, Kyai dan Politik (Malang:UIN Malang press, 2009), 36.

10

Sukamto, Kepemimpinan Kyai Dalam Pesantren (Jakarta: LP3ES, 1999) ,13.

11


(18)

dimilikinya, beliau bisa dikategorikan sebagai tokoh masyarakat yang patut dihormati.

Selain itu juga menggunakan teori konflik, teori konflik adalah salah satu persepektif di dalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu sistem yang terdiri dari bagian atau komponen yang mempunyai kepentingan berbeda-beda, dimana komponen yang satu berusaha menaklukkan kepentingan yang lain guna untuk memenuhi kepentingannya atau memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Sedangkan konflik sosial adalah proses sosial antara perorangan atau kelompok masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial diantara mereka yang bertikai tersebut. Upaya untuk menghilangkan ganjaran tersebut dilakukan oleh masing-masing pihak melalui cara-cara yang tidak wajar sehingga menimbulkan adanya semacam pertikain ke arah bentuk fisik dan kepentingan yang saling menjatuhkan.

Salah satu tokoh teori konflik adalah Ralf Dahrendrof. Menurutnya, masyarakat secara esensial adalah anak sejarah. Sejarah masyarakat adalah sejarah perubahan. Tidak ada satu pun masyarakat yang tidak berubah. Perubahan yang terus menerus ini menyingkap satu fakta yang selama ini tidak bisa dilihat oleh teori fungsionalisme struktural, yaitu bahwa setiap masyarakat didorong oleh kekuatan konflik yang membuatnya bisa


(19)

berkembang dan berubah. Bahkan secara tegas dinyatakan bahwa dimana ada kehidupan, disitu ada konflik.12

Dalam skema pembagian masyarakat ke dalam dua kelas, penguasa (superordinat) dan yang dikuasai (subordinat), kelompok yang berkuasa memiliki kewenangan (authority) atas orang-orang yang berada di bawah kekuasaannya. Dengan kekuasaan dan kewenangan ini, pihak penguasa mengontrol tingkah laku kelompok subordinat melalui kewajiban dan larangan. Pihak penguasa memiliki kepentingan untuk mempertahankan status quo yang telah member keistimewaan baginya, sedangkan kelompok yang dikuasai memiliki kepentingan untuk melakukan perubahan dan perombakan.13 Setiap tindakan pelanggaran atas kepentingan kelas ini akan direspon dengan hukuman untuk mempertankan struktur yang ada. Jika sistem sosial tetap seimbang, maka itu sesungguhnya adalah hukuman dan tekanan, bukan konsensus. Perlu ditekankan disini bahwa kepentingan adalah kepentingan kelas objektif, bukan kepentingan subjektif individu-individu.14

Dalam teori konflik Ralf Dahrendorf, maka seperti halnya dalam masyarakat di Desa Karang Gayam Kecamatan Omben Kabupaten Sampang, Penyebab terjadinya konflik karena antara kelompok Sunni dan Syiah mereka ingin mempertahankan kekuasaannya masing-masing yakni Sunni sebagai penguasa dia selalu berusaha mempertahankan kekuasaannya, sedangkan Syiah sebagai bawahannya atau sebagai kelompok yang dikuasai mereka

12

Ralf Dahrendorf, Class and Class Conflict in Industrial Society (Stanford, California: Stanford University Press, 1959), 208

13

George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berpradigma Ganda (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), 27

14


(20)

selalu berusaha untuk merubah dirinya sebagai bawahan ingin menjadi penguasa sehingga keduanya itu terus bersaing merebut kekuasaan sehingga terjadilah konflik.

Ketika seorang Tajul Muluk berhasil membangun berubahan dan sebuah komunitas baru dengan nilai-nilai yang berbeda, maka kehadirannya bisa dianggap sebagai upaya untuk mendelegitimasi basis otoritas kyai-kyai Sunni/NU tersebut. Kyai-kyai Sunni/NU sebagai kelompok superordinat berusaha sekuat tenaga untuk memaksakan nilai-nilai kepemimpinannya agar tetap menjadi nilai yang dipatuhi.

F. Penelitian Terdahulu

Mengenai tinjauan penelitian terdahulu penulis telah melakukan tinjauan dan menumukan karya tulis berupa:

1. Skripsi dengan judul“ Konflik Islam Sunni dan Islam Syi‟ah Di

Sampang” yang ditulis oleh Mahfudoh Nim A82209059 mahasiswa S1

Fakultas Adab Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam pada tahun 2013 di IAIN Sunan Ampel Surabaya. Dalam Skripsi ini secara singkat membahas kehidupan Kiai Tajul Muluk dan selebihnya condong kepada konflik dan ajaran syiah yang dipimpin kiai Tajul Muluk.

2. Skripsi yang ditulis oleh mahasiswa S1 Ana Puji Astutik nim AO.2.3.96.064 pada tahun 2001 jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam

Fakultas Adab, dengan berjudul “Kepemimpinan dalam perspektif Syiah


(21)

imamah Ali Syari‟ati)”. Skripsi ini membahas tentang perbandingan

konsep khilafah Abul a‟la al Maududi, yakni menjelaskan tentang

mekanisme pengangkatan seorang pemimpin. Maududi menghendaki dilakukan dengan jalan musyawarah diantara wakil-wakil rakyat yang

bertaqwa. Sedangkan Syari‟ati mempunyai pandangan bahwa

pengangkatan imam seorang pemimpin dilakukan dengan pembuktian kemampuan seseorang yang diakui kelayakannya sebagai seorang imam, dengan kriteria manusia super atau yang mempuyai kelebihan dari manusia lain.

3. Skripsi yang ditulis oleh mahasiswa S1 Sahma (A02209051) Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adan dan Humaniora UIN

Sunan Ampel Surabaya dengan Judul “KONFLIK SUNNI SYIAH: Studi

kasus tentang pertikain penganut paham syiah dan sunni – YAPI Bangil

di Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan tahun 2007”. Skripsi ini

membahas tentang perbedaan ajaran sunni syiah dan konflik yang terjadi antara aliran syiah dan sunni di Bangil Pasuruan.

Berbeda dengan skripsi yang ditulis oleh peneliti terdahulu, Peneliti ingin membahas riwayat hidup, riwayat pendidikan serta membahas secara luas strategi kepemimpinan Kiai Tajuk Muluk dan pengaruhnya terhadap masyarakat. Dengan kata lain, peneliti ingin membahas secara keseluruhan mengenai riwayat Kiai Tajul Muluk.


(22)

G. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara-cara berpikir dan berbuat yang dipersiapkan dengan baik untuk mengadakan penelitian dan untuk mencapai suatu tujuan penelitian. Penelitian ini sendiri termasuk jenis penelitian kualitatif. Metode kualitatif disebut juga sebagai metode artistik, karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola), dan disebut sebagai metode interpretative karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan. Metode kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting).15

Metode penelitian tahap pertama melakukan persiapan yang disebut tahap pra lapangan, dalam tahap ini peneliti melakukan empat kegiatan yaitu, menentukan topik, menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan, meminta perizinan penelitian Kabang. Tata Usaha yang bertujuan ke Bakesbangpol Provinsi Jawa Timur dan Bakesbangpol Sampang dan menyiapkan perlengkapan penelitian.

Metode penelitian tahap kedua yaitu tahap penelitian lapangan (field research). Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini dengan mengunakan metode sejarah yang meliputi:

1. Pencarian Sumber (Heuristik)

Dalam Penelitian ini sumber dibagi menjadi dua, yaitu

15


(23)

a. Sumber Primer

Nugroho Notosusanto menjelaskan sumber primer adalah sumber-sumber yang keterangannya diperoleh secara langsung oleh yang menyaksikan peristiwa itu dengan mata kepala sendiri16. Dalam hal ini peneliti mengunjungi informan kelokasi komunitas Syi‟ah yaitu di Puspa Agro Sidoarjo, kelokasi diamankannya Kia Tajul di Lapas Sidoarjo dan mengujungi Desa Karang Gayam setelah itu peneliti melakukan wawancara langsung dengan Kiai Tajul Muluk

selaku pemimpin syi‟ah, peneliti juga melakukan wawancara dengan

keluarga kiai Tajul Muluk, pengikutnya serta masyarakat yang secara langsung terlibat dan menjadi saksi mata dalam konflik Sunni dan

Syi‟ah di Kabupaten Sampang . Diantaranya sebagai berikut:

1) Nyai Ummah, ibunda Kiai Tajul Muluk. 2) Iklil Al-Milal, kaka‟ kiai Tajul Muluk.

3) Muhammad Nur, mantan pengikut syi‟ah.

4) Fitri. Istri Kiai Iklil, ipar Kiai Tajul Muluk.

5) Roisul Hukama, Kiai Tajul Muluk sebagai Pemimpin Sunni

6) Pengikut Syi‟ah.

7) Pengikut Sunni.

Tujuan wawancara adalah untuk mendapatkan informasi dimana pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan terstruktur untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai. Pokok-pokok wawancara biasanya

16


(24)

berkenaan dengan tiga tema sentral, yaitu tingkah laku, sistem nilai, dan perasaan subjek penelitian. Pertanyaan juga perlu didesain agar mendapatkan jawaban yang valid.17

b. Sumber Sekunder

Sumber Sekunder adalah sumber yang keterangannya diberikan oleh orang lain dimana orang tadi tidak menyaksikan peristiwa tersebut,18 tapi hidup pada zamannya. Sumber ini berupa informasi tertulis yang diabadikan. Diantaranya : buku-buku, surat kabar atau media online dan dokumen-dokumen tentang Syiah. Buku-buku penunjang atau dokumen tertulis lainnya seperti:

1. Syiah, sejarah, doktrin, dan perkembangan di Indonesia, karya Attamimy, grha guru printika, Yogyakarta, 2009.

2. Kesesatan Sunni-Syiah, Respon atas Polemik Republika, karya Muhammad Babul Ulum, Aksara Pustaka, Depok, 2013.

3. Fadil Su‟ud Ja‟fari, ISLAM SYIAH: Telaah Pemikiran Imamah

Habib Husein al-Habsyi, karya Fadil Su‟ud Ja‟fari, Malang: UIN MALIKI Press, 2010.

4. Dokumen tentang Kronologis ajaran yang dibawa Tajul Muluk sejak tahun 2006 sampai terjadinya konflik.

5. Dokumen tentang surat perdamaian antara Kiai Tajul dengan Rois yang dikeluarkan Komisi Hak Asasi Manusia.

17

Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), 18.

18


(25)

6. Dokumen tentang keterangan Rois mengenai ajaran yang dibawa Kiai Tajul yang dikeluarkan Kejaksaan Negeri Sampang.

7. Dokumen tentang Sikap PCNU Sampang tentang ajaran Kiai Tajul Muluk.

8. Dokumen tentang Laporan hasil BAKOR PAKEM 04 Januari 2012 dan Fatwa MUI Sampang.

9. Laporan Investigasi dan Pemantauan Kasus Syiah Sampang, Kontras Surabaya, 2012.

10.Latief Wiyata, A. Carok: Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura. Yogyakarta:LKiS, 2006

11.Muchtar, Amin. Hitam di Balik Putuh: Bantahan terhadap Buku Putih Madzhab Syi‟ah. Jakarata:AL QALAM, 2014.

12.Tim Ahlul Bait Indonesia. “BUKU PUTIH MAZHAB SYIAH

Menurut Para Ulamanya yang Muktabar. Jakarta: Dewan Pensgurus Pusat Ahlul Bait Indonesia, 2012.

13.Tim Penulis MUI PUSAT. Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi‟ah di Indonesia. Depok: GEMA INSANI, 2013.

14.Shihab, M. Quraish. SUNNH SYIAH: Bergandingan Tangan, Mungkinkah?. Tangerang: Lentera Hati, 2014.

2. Kritik Sumber

Kritik sumber meliputi kritik eksteren dan kritik interen. Kritik eksteren menyangkut persoalan apakah sumber tersebut merupakan


(26)

sumber yang diperlukan. Terkait dengan ini kritik eksteren menjawab tiga pertanyaan. Pertama, menanyakan relevan apa tidak, sesuai dengan objek yang sedang dikaji apa tidak. Kedua, mengenai asli tidaknya suatu sumber dan ketiga, menanyakan utuh tidaknya sumber.

Kritik Interen berkaitan dengan persoalan apakah sumber itu dapat memberikan informasi yang kita butuhkan. Hal tersebut dapat dubuktikan dengan cara:

a. Penilaian intrinsik, dalam hal ini peneliti melihat latar belakang informan yang diwawancara dengan membuktikan sekaksiannya dapat dipercaya atau tidak.

b. Membandingkan kesaksian dari berbagai sumber, penelti membandingkan sumber yang didapat dari komunitas syi‟ah dan komunitas sunni.

3. Penafsiran atau Analisis Sumber

Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.19 Dalam menganalisa data, peneliti mengumpulkan data primer dan sekunder kemudian direlevansikan dengan teori yang ada.

19


(27)

4. Penulisan Sejarah

Penulisan sejarah atau historiografi merupakan penyusunan sejarah yang didahului oleh penelitian terhadap peristiwa peristiwa masa lalu. Historiografi disini merupakan cara penulisan, pemaparan, atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis lebih memperhatikan aspek aspek kronologis peristiwa. Aspek ini sangat penting karena arah penelitian penulis adalah penelitian sejarah sehingga proses peristiwa dijabarkan secara detail. Data atau fakta tersebut selanjutnya ditulis dan disajikan dalam beberapa bab berikutnya yang saling terkait satu sama lain agar mudah dipahami oleh pembaca.

H. Sistematika Pembahasan

Secara global skripsi ini dibagi dalam lima pembahasan, yang satu sama lain saling terkait dan merupakan suatu sistem yang urut untuk mendapatkan suatau kesimpulan dalam mendapatkan suatu kebenaran ilmu. Langkah-langkah pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab pertama pendahuluan, bab ini bertujuan untuk mengantarkan secara sekilas, segala sesuatu yang berkaitan dengan penulisan proposal, yiatu latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pedekatan dan kerangka teori, metode penelitian, penelitian terdahulu,sistematika pembahasan dan daftar pustaka.

Bab kedua tentang biografi Kiai Tajul Muluk, bab ini berisi tentang penguraian, geneologi, riwayat pendidikan Kiai Tajul Muluk, riwayat


(28)

Bab ketiga tentang pengaruh Kiai Tajul Muluk terhadap masyarakat di Kabupaten Sampang, bab ini akan menguraikan dinamika perkembangan Syiah di Kabupaten Sampang pra dan pasca konflik, sejarah awal dan proses terjadinya konflik antara Kiai Tajul Muluk dan Kiai Rois Hukama, dampak konflik terhadap masyarakat, respon masyarakat tehadap kiai Tajul Muluk

dan Syi‟ah di Kabupaten Sampang.

Bab keempat tentangstrategi kepemimpinan Kiai Tajul Muluk, bab ini membahas tentang metode dan pedekatan Kiai Tajul Muluk dalam mengenalkan Syiah di Kabupaten Sampang, dinamika target Kiai Tajul Muluk dalam sosialisai pemahaman Syiah di Kabupaten Sampang, dukungan internal dan eksternal terhadapa Kiai Tajul Muluk dalam sosialisasi Syiah di Sampang

Bab kelima penutup, bab ini berisi kesimpulan dari seluruh pembahasan, saran dan daftar psustaka yang digunakan.


(29)

BAB II

BIOGRAFI KIAI TAJUL MULUK

A.Genealogi Kiai Tajul Muluk

Genealogi (bahasa Yunani: γενεά, genea, "keturunan" dan logos, "pengetahuan") adalah kajian tentang keluarga dan penelusuran jalur keturunan serta sejarahnya.20 Biografi atau genealogi secara sederhana menjelaskan secara lengkap kehidupan seoarang tokoh sejak kecil sampai tua, bahkan meninggal dunia. Dengan genealogi seseorang bisa mengetahui silsilah kekerabatan, suatu jaringan hubungan antara seseorang dan orang lain yang masih memiliki hubungan darah atau hubungan yang tercipta karena warisan gen melalui aktivitas reproduksinya.Dari itu untuk mengenal lebih jauh tentang Kiai Tajul Muluk harus mengetahui genealoginya terlebih dulu.

Kiai Tajul Muluk alias Ali Murthado lahir di Sampang, 22 Oktober 1973. Beliau lahir secara wajar dan biasa sebagaimana kelahiran bayi-bayi pada umumnya. Kiai Tajul Muluk lahir dari keluarga yang Agamis, ayahnya

KH. Ma‟mun bin KH. Ach Nawawi. Kiai Tajul Muluk mewarisi sifat kedua

orang tuanya yaitu gemar membaca al-Qur‟an dan belajar ilmu-ilmu agama. Sejak kecil beliau mencerminkan pribadi yang sopan dan cerdas.21

Kiai Tajul Muluk merupakan putra kedua dari delapan bersaudara dari

pasangan almarhum Kiai Ma‟mun bin KH. Ach Nawawi dengan Nyai

Ummah. Saudara tertuanya bernama Iklil al-Milal adik-adiknya secara

20

Wikipedia dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Genealogi/2013/05/ (17 November 2014).

21


(30)

berurutan adalah Roies al-Hukama‟, Fatimah Az-Zahro‟, Ummu Hani‟, Budur Makzuzah, Ummu Kultsum, Ahmad Miftahul Huda.

Nama Tajul Muluk mempunyai arti mahkota raja-raja dengan nama itu harapan orang tuan agar anaknya Kiai Tajuk Muluk memiliki kepribadian yang mulia seperti raja-raja, namun setelah beliau dewasa dan mengenal

Syi‟ah beliau mengubah sendiri namanya dengan sebutan Ali Murthado,

Murtadha artinya (yang terpilih), nama tersebut merupakan gelar yang diberikan kepada Ali bin Abi Thalib.

Dalam Silsilah genealogi Kiai Tajul Muluk dari pihak Bapak merupakan keturunan dari Bujuk Sara Bangkalan dimulai dari K.H Makmun

putra KH. Ahmad Nawawi putra KH. Mu‟alim putra KH. Zubair putra KH.

Lukman putra Syekh Abu Syamsuddin (Bujuk Latthong) putra KH. Zuaidi putra KH. Abdul Mannaf hinga KH. Husein ( Bujuk Sara Bangkalan).22

B. Riwayat Pendidikan Kiai Tajul Muluk

Sejak anak dilahirkan hingga menuju ketingkat kedewasaanya, keluarga memiliki peranan yang sangat penting. Bimbingan dan pendidikan dari orang tualah yang dapat memberi warna bagaimana anak tersebut dikemudian hari. Sifat-sifat, sikap dan perilaku orang tua dalam kehidupan dapat memberi pengaruh besar dalam pertumbuhan anak menuju kedewasaannya. Pribadi dan tingkah laku seseorang terbentuk bukan saja dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakatpun ikut berperan dalam

22


(31)

terbentuknya pribadi seseorang. Begitu juga yang terjadi pada diri Kiai Tajul Muluk.

Berbiacara masalah pendidikan, masyarakat madura memiliki tradisi yang kuat dimana selesai sholat maghrib anak-anak harus mengikuti pengajian al-Qur‟an di Masjid atau langgar yang berada di kampungnya. Bentuk paling rendah bermula pada anak-anak berumur 3-5 tahun, menerima pelajaran membaca alfabet Arab dan secara bertahap diajarkan untuk dapat membaca al-Qur‟an.

Tajul Muluk, setelah sholat maghrib harus mengaji al-Qur‟an dengan teman-teman sebayanya. Sejak kecil sekitar umur 3 tahun Kiai Tajul Muluk telah memperoleh pengajian al-Qur‟an langsung dari kedua orang tuanya. Hal ini disebabkan ayahnya, Kiai Makmun seorang tokoh agama yang disegani di Desa Karang Gayam. Kiai Tajul Muluk diharuskan belajar membaca

Al-Qur‟an dan segala sesuatu yang berhubungan dengan aturan agama Islam.

Hal yang wajib dilakukan secara tertib adalah melaksanakan sholat, sholat merupakan tiang agama Islam, maka sebagai orang yang memeluk agama islam diwajibkan melaksanakan sholat dengan baik. Dengan sholat yang dikerjakan setiap hari dapat dijadikan ukuran tentang ke-Islaman seseorang.

Kiai Tajul Muluk mengenal sekolah formal sejak tahun 1980 saat beliau berumur 7 tahun yaitu di SDN 3 Karang Gayam dan lulus pada tahun 1987. Setelah lulus SDN, dengan permintaan orang tuanya beliau langsung kepesantren guna mendapatkan ilmu agama dipesantren, yaitu Pondok


(32)

Pesantren Ma‟had Islami Darut Tauhid (MISDAT), di bawah asuhan KH Ali

Karrar Shinhaji, di Lenteng Proppo, Pamekasan. Di MISDAT beliau hanya selama satu tahun karna merasa tidak kerasan kemudian beliau berhenti mondok dan baru melanjutkan ke YAPI (Yayasan Pendidikan Islam) Bangil

Pasuruan atas saran ayahandanya KH. Ma‟mun, selepas dari YAPI beliau ke

Arab Saudi guna mendalami ilmu agama.

Pondok pesantren menyimpan kekuatan yang sangat luar biasa untuk menciptakan keseluruhan aspek lingkungan hidup dan dapat memberi informasi yang berharga dan urgen dalam mempersiapkan kebutuhan yang inti untuk mencapai masa depan, kenyataan ini bahwa pondok pesantren hingga kini masih berperan penting. Di antara cita-cita pendidikan pesantren adalah latihan untuk dapat berdiri sendiri dan membina diri agar tidak mengantungkan sesuatu kepada orang lain kecuali kepada Tuhan.23

Pondok pesantren sebagai lembaga pengembangan ilmu dan pengetahuan khususnya agama Islam dan pada bidang-bidang ilmu yang dikembangkan pada pondok pesantren selalu disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan zaman, bahkan isu-isu kekinian dari modernisasi dan globalisasi sebagai salah satu dampak perkembangan teknologi.24 Pondok pesantren yang pernah Kiai Tajul Muluk singgahi diantaranya:

23

Dhofier, Tradisi Pesantren, 21

24Adlan Mamnun “Maraqit Cabang Bayan”

dalam

http://maraqitcabangbayan.blogspot.com/2013/01/peranan-dan-fungsi-pondok-pesantren.html(14


(33)

1. Pondok Pesantren Ma‟had Darut Tauhid Pamekasan (1987-1988)

Pondok pesantern Ma‟had Islami Darut Tauhid (MISDAT)

berlokasi di Desa Lenteng Kecamatan Proppo Kabupaten Pamekasan

Madura. Pondok pesantren Ma‟had Islami Darut Tauhid berada dibawah

asuhan KH Ali Karrar Shinhaji yang masih punya hubungan kekeluargaan dengan ayah Kiai Tajul Muluk.

2. Yayasan Pendidikan Islam Bangil (1988-1993)

Yayasan Pendidikan Islam (YAPI) Bangil didirikan pada tanggal 21 Juni 1976 oleh al-marhum Kiai Husein bin Abu Bakar Al-Habsyi, seorang keturunan Alawiyyin di Indonesia. Pesantren ini awalnya mengembangkan hanya pendidikan agama murni. Dari segi mata pelajaran, YAPI mempunyai banyak keistimewaan, seperti pelajaran tau‟iyah (pengkaderan atau penyadaran) yang di ajarkan sendiri oleh al-Habsy dengan menyulutkan semangat dan perjuangan ala ikhwan al-muslimun.

Tahu 1979 terjadilah sebuah peristiwa persejarah yang secara drastis merubah garis pemikiran dan perjuangan Husein al-Habsy. Revolusi iran yang dipimpin Ayatullah Khomaini, inilah yang banyak mempengaruhi pemikiran dan perjuangan al-Habsyi. Perlahan-lahan pola perjuangan ala ikhwan al-muslimunmulai pudar. Fenomena Revolusi Iran yang mendorong Husein al-Habsy untuk mempelajari Syi‟ah, imbasnya secara otomatis adalah YAPI, lembaga ini beberapa tahun kemudian mengalami kemajuan dalam segala bidang, terutama terciptanya lingkungan ilmiyah dan grafik intelektual santrinya terus mengalami


(34)

kemajuan. Logika, filsafat dengan segala bidangnya (yang dikembangkan

orang Syi‟ah), perbandingan akidah, perbandingan madzhab, fiqih

ja‟fariyah dan lain sebagainya diajarkan didalamnya.25

Dengan pertimbangan yang matang dan kajian yang dalam, kemudian YAPI pada tahun 1997-1998 mulai mengembangkan perpaduan antara pendidikan agama dan umum kemudian membuka pendidikan takhasus (diniyah) yang mengedepankan kurikulum pesantren, serta Taman Kanak-Kanak (TK-Plus) al-akbar dan SMP/SMA yang menyajikan kurikulum Depdikbud (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan). Di samping itu juga, diberikan kurikulum tersendiri yang bercirikan keislaman. Pesanten ini adalah salah satu pesantren yang mengembangkan wawasan diniyah keagamaan yang beragam, dimana dalam pesantren ini tidak hanya diajarkan kurikulum pada umumnya, pesantren ini juga

mengembangkan pemikiran Syi‟ah dan Sunnah. Sebagai lembaga dakwah

dan pendidikan, YAPI berkiprah dalam pengelolaan lahan-lahan pendidikan yang bertujuan mencetak para santri yang diharapkan mampu menjadi cikal bakal bagi sumber daya manusia masa depan yang tangguh serta mampu menyikapi berbagai masalah secara arif.26

Demi meraih tujuannya, YAPI merasa berkewajiban menyediakan berbagai sarana dan prasana pendidikan yang dianggap perlu dan sesuai dengan lingkup kegiatannya. Kurikulum dan aktivitas pesantren dirancang

25

Fadil Su‟ud Ja‟fari, ISLAM SYI‟AH: Telaah Pemikiran Habib Husein al-Habsy, (Malang: UIN MALIKI Press, 2010), 84.

26

Profil YAPI Bangil dalam http://www.yapibangil.org/index.php/profil-yapi (Di akses


(35)

sesuai dengan kebutuhan para santri dalam membina dirinya menjadi pribadi muslim yang berkeyakinan lurus (benar) dan sadar akan kewajiban-kewajibannya, baik hubungan dengan Tuhan maupun sesamanya, serta memiliki kapasitas keilmuan yang memadai terutama ilmu-ilmu keislaman, sebagai dasar pijakan dalam menyikapi problema kehidupan secara proposional.

Di YAPI inilah Kiai Tajul Muluk mengenal semua aliran Agama

dan semua madzhab yang ada, termasuk ajaran Syi‟ah, namun tidak ada

arahan ataupun paksaan untuk mengikuti ajaran tertentu, terserah keyakinan pada diri masing-masing dan kiai Tajul Muluk mempelajari

Aliran Syi‟ah ketika beliau sudah masuk di Madrasah Aliyah (MA),

Sebagaimana ungkapan beliau dalam wawancara:

“Saya dimondokkan sejak tahun 1987 di Darut Tauhid kemudian

melanjutkan ke YAPI pada tahun 1988 sampai 1993 dan di YAPI lah saya mengenal syi‟ah ditingkat MA, di Yapi semua aliran Agama di ajarkan akan tetapi disana (YAPI) hanya pengantar saja dan saya lebih

tertarik pada ajaran syi‟ah “27

Ilmu merupakan kunci untuk menyelesaikan segala persoalan, baik persoalan yang berhubungan dengan kehidupan beragama maupun persoalan yang berhubungan dengan kehidupan duniawi. Ilmu diibaratkan dengan cahaya, karena ilmu memiliki fungsi sebagai petunjuk kehidupan manusia, pemberi cahaya bagi orang yang ada dalam kegelapan. Rasa penasaran dan keingin tahuan yang melekat dalam benak Kiai Tajul Muluk

tentang ajaran syi‟ah membawa beliau pada titik kegalauan dengan

27


(36)

pertanyaan “apa sebenarnya ajaran syi‟ah”. Di sekolah Kiai Tajul Muluk

terkenal pintar tiap tahun selalu mendapatkan rangking kelas, belau juga fashih membaca kitab kuning.28

3. Arab Saudi (1994-1999)

Makkah dan Madinah (Haramayn) adalah cikal bakal hubungan Islam di dunia terutama disaat musim haji berlangsung. Hal ini berdampak besar terhadap kaum muslimin sepulangnya mereka dari makkah kembali ke kampung halaman. Haramayn tepatnya telah menjadi pusat intelektual muslim di dunia, dari sanalah lahir para ulama‟, filosof, penyair, pengusaha dan sejarawan.

Hubungan antara tanah jawa (nusantara) dengan dunia timur tengah sebenarnya telah terjadi jauh sebelum lahirnya nabi muhammad saw. Hubungan antara nusantara dengan timur tengah melibatkan sejarah yang panjang. Azyumardi Azra mengatakan bahwa kontak paling awal antara kedua wilayah ini, khususnya perdagangan, bermula bahkan sejak masa Phunisia dan saba. Hubungan ini berlangsung hingga masa setelah munculnya islam. Sejak abad ke-7 M atau abad pertama hijriyah, nusantara sudah membangun hubungan dengan timur tengah baik dalam bidang ekonomi, politik dan religi. Hubungan ini semakin kuat pada abad ke-16. Terlihat dengan adanya kerjasama antara kesultanan Aceh dengan dinasti Ustmani.29

28

Ummah, Wawancara, Puspa Agro Sidoarjo, 04 November 2014.

29

Azyumardi Azra,Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII (Jakarta : Prenada Media group. 2013), 19-20.


(37)

Atas do‟a restu dari kedua orang tuanya maka pada tahun 1994

dengan keyakinan dan tekat bulat Kiai Tajul Muluk pergi ke Arab Saudi untuk lebih mendalami ajaran Syi‟ah dan mengkaji Islam dari Sayyid

„Alawi al-Maliki al-Hasani. Kiai Tajul Muluk sosok seorang yang kritis

yang tidak pernah puas untuk belajar dan selalu haus akan ilmu pengetahuan, beliau memegang teguh prinsip yang diajarakan Islam Sebagaimana tercantum dalam hadits nabi :

لس ا ر(دح لا ىلإ دْ ْلا ْ عْلا ب ْطأ

(

Artinya

“Carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat”(HR. Muslim).

Sayyid „Alawi al-Maliki al-Hasani adalah salah satu keturunan

Rosulullah SAW. As Sayyid Muhammad bin As Sayyid Alawi bin Abbas bin Abdul Aziz al maliki al Hasani bersambung terus nasab mulia ini sampai kepada Sayyidina Idris Al Azhari bin Idris Al-Akbar bin Abdullah Al Kamil bin Al Hasan Al Mutsanna bin Al Hasan as Sibth bin Al Imam Ali bin Abi Thalib suami As Sayyidah Fatimah Az Zahra' putri baginda Rasulullah Muhammad SAW.

Nama lengkap beliau adalah Abuya As-sayyid Muhammad Alawi Bin Abbas Bin Abdul Aziz Al-Maliki Al-Hasani. Beliau dilahirkan pada tahun 1365 Hijriyah atau 1946 Masehi di kota Makkah, dan beliau


(38)

wafatnya pada hari jum'at 15 Romadhon 1425 Hijriyah atau 29 Oktober 2004 Masehi di kota Makkah. Ilmu yang beliau mendalami meliputi tentang aqidah, tafsir, hadits, usul fiqh, mustholah dan beliau disiplin dalam ilmu keislamannya. Kecerdasan beliau telah nampak sejak kecil.

Sejak usia tujuh tahun Abuya As-sayyid Muhammad Alawi Bin Abbas Bin Abdul Aziz Al-Maliki Al-Hasani sudah hafal al-Qur'an dan pada usia lima belas tahun juga hafal kitab “Muwathok”(kitab karya Imam Malik). Sejak muda As-syayid Muhammad Alawi menuntut ilmu antara lain kenegeri-negeri Afrika, Mesir, Maroko, Libya, Sudan, Suria, Hadramaut, india dan Pakistan. Beliau dalam pengembaraannya mendapatkan ijazah keilmuan lebih dari 200 ulama'.30

Sesampai di Arab Saudi sayangnya niat Kiai Tajul Muluk tidak terealisasikan untuk belajar terhadap Abuya As-sayyid Muhammad Alawi Bin Abbas Bin Abdul Aziz Al-Maliki Al-Hasani, hal ini dikarenakan Tajul mengalami kendala ekonomi dan pulang kampungpun juga sudah tidak memungkinkan, oleh karena itu beliau memilih bekerja dan menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia). Kiai Tajul Muluk bekerja dari toko ke toko untuk memenuhi kehidupan sehari-hari di Arab Saudi, diantaranya toko buku, toko kaset, dan pernah juga di restoran Lebanon dengan gaji 2-5 juta rupiah. Menjadi TKI tidak menjadikan Tajul Muluk pupus harapan untuk

terus memdalami ajaran Syi‟ah, terbukti dengan uang gaji sisa keperluan

30

Selamet Ardani, Pondok Pesantren Asunniyahdalam

http://assunniyyahcom.blogspot.com/2012/03/sekilas-tentang-sayyid-muhammad. alawi.htm (08


(39)

sehari-hari beliau sempatkan membeli buku tentang Syi‟ah dan Sunni dan belajar Islam secara autodidak. 31

Bekerja tidak menguras waktu banyak bagi Tajul Muluk, karena itu beliau memiliki waktu sengang untuk belajar dari buku-buku yang beliau

beli tentang ajaran Sunni dan Syi‟ah, tak jarang pula beliau bertanya

kepada teman-teman kerjanya tentang Syi‟ah. Informasi lain juga

menyebutkan bahwa Kiai Tajul bertemu dengan Muhammad Liwa‟

Mahdi, seorang penganut Syi‟ah dari daerah Qatif di Arab Saudi yang juga mahasiswa di Universitas King Abdul Aziz, yang menyediakan

kitab-kitab Syi‟ah untuk dipelajari Tajul secara mandiri. Akhirnya hati beliau

benar-benar mantapkan menganut ajaran Syi‟ah dan menjadi tokoh sentral

dalam pemimpin Syi‟ah yang terkenal di Dusun Nangkernang, Desa

Karang Gayam , Kecamatan Omben Kabupaten Sampang Madura.32

Setelah sekitar enam (6) tahun Tajul bekerja dan belajar di Arab, kerinduan terhadap tanah kelahirannya Dusun Nangkernang Desa Karang Gayam Kecamatan Omben Kabupaten Sampang tidak bisa terelakkan lagi dan pada tahun 1999 beliau memutuskan untuk pulang kampung dengan membawa seorang permaisuri bernama Ummi Kulsum asal Malang.

C. Riwayat Kehidupan Kiai Tajul Muluk

Kepulangan Kiai Tajul Muluk ke tanah kelahirannya Dusun Nangkernang Desa Karang Gayam Kecamatan Omben Kabupaten Sampang

31

Tajul Muluk, Wawancara, LAPAS Sidoarjo, 25 September 2014.

32


(40)

pada tahun 1999 tentu saja membuat keluarga bahagia dan lansung mendapat sambutan hangat dari Masyarakat Karang Gayam.

Di Desa Karang Gayam, Kiai Tajul Muluk tidak menganggap dirinya beda dengan masyarakat lainnya, beliau tidak enggan berkumpul dan bekerjasama dengan masyarakat, beliau juga ikut bekerja disawah dan ikut membantu kerja bangunan. Pengalaman dan lamanya berada di Arab Saudi tidak mengubah kepribadian dan tidak menjadikan kiai Tajul Muluk sombong, beliau tetap dengan sikapnya yang sopan, simpatis dan mudah bergaul dengan masyarakat sekitar. Setelah sebulan dirumah bersama istrinya, Ummi Kulsum beliau membuka toko kecil-kecilan guna menunjang kebutuhan sehari-hari.

Kiai Tajul Muluk menikah pada tahun 1997, pertemuan pertamanya dengan Ummi Kulsum ketika beliau melakukan ibadah Umroh. Ummi Kulsum berasal dari Kota Batu Malang, keluarganya sangat sederhana Ummi Kulsum menjadi TKI di Arab Saudi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Kesholehan dan keanggunan Ummi Kulsum menjadikan Tajul Muluk menaruh hati padanya dan satu tahun setelah pertemuan pertamanya,Tajul akhirnya melamar dan menikahi Ummi Kulsum. Sekarang sebagaimana peneliti ketahui, beliau sudah dikarunia lima putra, 3 perempuan dan 2 laki-laki dengan urutan dari yang tertua Sofia, Husen, Zukaina, Khairiyah dan

yang terakhir Fida‟Mahdi.33

33


(41)

Kiai Tajul Muluk menginjak masa remaja sudah suka berdagang, beliau bersama kakaknya ustadz Ikli memelihara ayam dan menjualnya ketika membutuhkan uang untuk keperluan pribadi mereka berdua. Pekerja keras adalah sifat yang tertanam dalam diri Kiai Tajul Muluk sejak dini dan setelah berkeluarga jiwa enterpreneurnya tetap tertanam.34 Kiai Tajul Muluk juga berjualan duren di terminal Sampang yang beliau beli dari pasar TebulPamekasan.

D. Motivasi Masuk Syi’ah

Keberhasilan kaum ulama Iran yang dipimpin Ayatollah Ali Khomeini menumbangkan Syah Iran Reza Pahlevi (sebuah rezim yang dianggap monarki yang didukung oleh USA) menjadi sumber inspirasi bagi Kyai Makmun.

Berawal dari ketertarikannya yang bermula dari suksesnya revolusi Iran, maka pada tahun 1983 kiai Makmun mengirimkan empat anaknya untuk

belajar tentang aliran Syi‟ah ke pondok pesantren Yayasan Pesantren Islam

(YAPI) di Bangil Pasuruan. Hal ini diperkuat oleh pernyataan ustadz Ikli sebagaimana hasil wawancara berikut:

“Awalnya saya dan saudara-saudara saya ( Tajul, Rois dan Ummi Hani ) di

pondokkan sama orang tua saya di YAPI Bangil. Pesantren ini

disebut-sebut mengajarkan Syi‟ah, Namun pengurus Pesantren YAPI menyangkal

disebut beraliran Syi‟ah. Keputusan ayah saya memondokkan putranya ke

YAPI ditentang sepupunya, KH Ali Karrar, pemimpin Pondok Pesantren

Darut Tauhid di Kabupaten Pamekasan”35

34

Iklil Al-Milal, Wawancara, Puspa Agro Sidoarjo, 04 November 2014.

35


(42)

Syi‟ah di Sampang bertujuan untuk menjaga otoritas keluarga Nabi.

Sebuah doktrin yang sudah merupakan harga mati dan tidak bisa ditawar-tawar lagi, dimana ayat berikut yang dipandang oleh Syiah sebagai rujukan penting mengenai wilayah (kekuasaan):





























“Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan salat dan menunaikanzakat, serayamerekatunduk(kepada Allah).” (Q.S. al-Maidah: 55)

Ayat ini menetapkan tiga “kewalian” yaitu Allah, Nabi Muhammad Saw, dan “orang yang beriman”. Frase terakhir (orang yang beriman) ini,

disebutkan oleh para ahli hadits dan tafsir merujuk kepada Imam Ali bin Abi Thalib. Jadi, ayat ini mengindikasikan kewalian Imam Ali bin Abi Thalib, dan para imam lainnya yang wilayah mereka ditetapkan melalui penunjukan mereka oleh Nabi Saw.36

Ayat tersebut memotivasi Kiai Tajul Muluk menganut Syi‟ah dan

dengan dukungan orang tua Kiai Tajul Muluk berusaha menyebarkan Syi‟ah

di Sampang.

36

Pulungan j. Suyuthi, Fiqh Siyasah, Ajaran, Sejarah dan Pemikiran (Jakarta: Rajawali Press,


(43)

Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu; usaha yangg dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.Motivasi mengandung tiga komponen pokok, yaitu mengerakkan, mengarahkan, dan menopang tingkah laku manusia.

Secara umum tujuan motivasi adalah untuk mengerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.37

Dalam hal ini Kiai Tajul masuk aliran Syi‟ah dan menjadi memimpin

bertindak agar masyarakat Sampang khususnya, Madura umunya ingin

dijadikan penganut faham Syi‟ah seperti halnya di Iran.

Terkait dengan interpretasi tersebut maka Kiai Tajul semakin yakin

mengembangkan Syi‟ah sebagaiman wawancara berikut:

Saya hanya mengajarkan apa yang saya yakini dan apa yang saya tekuni, tidak punya motivasi yang khusus. Masalah keyakinan tergantung pada masing-masing pribadi tidak boleh ada paksaan mbak” 38

Pernyataan tersebut secara implisit mengandung ajakan dan mengarahkan masyarakat untuk bertingkah laku sesuai dengan motif dan tujuan yang ingin dicapai KiaiTajul.

37

Faizahss dan Laly Muchchin Effendi, Psikologi Dakwah (Jakarta: Rahmat Semesta, 2006), 126.

38


(44)

36

BAB III


(45)

DI KABUPATEN SAMPANG

A.Deskripsi Umum Desa Karang Gayam

1. Profil Desa Karang Gayam

Kabupaten Sampang merupakan salah satu kabupaten di Pulau Madura selain Kabupaten Bangkalan, Pamekasan dan Sumenep. Sampang sendiri terletak pada 113o08‟-113o39‟ Bujur Timur dan 06o05‟ -07o13‟Lintang Selatan, sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur dengan Pamekasan, sebelah selatan dengan Selat Madura, dan sebelah barat berbatasan dengan Bangkalan. Pada umumnya wilayah Sampang berupa daratan. Ada sebuah pulau terpisah dari daratan, yakni Pulau Mandangin/Pulau Kambing.

Luas wilayah Sampang mencapai 1233,33 km2 terbagi dalam 14 kecamatan (Sresem, Torjun, Sampang, Campong, Tembelangan, Banyuates, Robatal, Soko Banah, Omben, Kedundung, Jrengik, dan Ketapang) dan 186 desa/kelurahan. Seperti daerah tropis lainnya, Kabupan Sampang juga mengenal dua macam musim, yaitu musim penghujan (antara Oktober-Maret) dan Kemarau (antara April-September). Curah hujan tertinggi terdapat di Kecamatan Torjun dan Ketapang, sedang yang terendah di Kecamatan Sampang, Sokobanah dan Kedungdung.

Desa Karang Gayam Kecamatan Omben Kabupaten Sampang terletak di daerah Timur laut Kabupaten Sampang. Jarak dari desa ini ke


(46)

kecamatan sekitar 7 KM, sedangkan jarak dari kabupaten Sampang ke desa Karang Gayam 17 KM dan membutuhkan waktu 1 jam dengan menggunakan kendaraan bermotor. Kondisi jalan yang menghubungkan desa Karang Gayam dengan desa-desa lainnya tergolong bagus meski desa Karang Gayam termasuk desa pedalaman. Jalanan yang ditempuh sudah beraspal dan terawat dengan baik. Jalan-jalan desa Karang Gayam selalu ramai dipadati orang berkendara karena mayoritas warga desa Karang Gayam sudah memiliki kendaraan pribadi.

Geografis Wilayah Desa Karang Gayam Kecamatan Omben Kabupaten Sampang.

NO Sampang Jarak Waktu Kendaraan

1 Kota Sampang Ke Kecamatan Omben 7 KM 39 Menit Bermotor 2 Kabupaten Sampang Ke Desa Karang

Gayam

17 KM 1 Jam Bermotor

3 Kondisi Jalan Beraspal - - Bermotor

Ketinggian Desa Karang Gayam Tinggi Luas Permukaa

n

1 Desa Karang Gayam 52 Meter 1155,3 ha Air laut

2 Sawah - 60 ha -

3 Tanah Hutan - 25 ha -

4 Tanah Lading/Tegal - 839 ha -

5 Tanah pemukiman - 208 ha -

Tabel 1

Sumber : BPS Kabupaten Sampang. 2. Kondisi Sosial Ekonomi


(47)

Berbicara sosial perekonomian, maka tidak lepas dari mendiskusikan letak geografis Kota Sampang dan desa ini, secara sadar harus diakui Kabupaten Sampang terdiri atas daerah pegunungan bagian tengah, wilayah pantai di utara dan pertambakan garam di selatan, ini menunjukkan bahwa kondisi perekonomian masyarakat sangat lemah yang kebanyakan sebagai petani musiman.

Kondisi sosial ekonomi masyarakat, bisa dikatakan ketinggalan bila dibandingkan dengan masyarakat Jawa Timur di daratan, angka kemiskinan masih cukup tinggi mencapai 45% pada akhir tahun banyaknya surat miskin yang dikeluarkan mencapai 74 kk dari jumlah penduduk 5157.39

Kondisi perekonomian masyarakat Desa Karang Gayam Omben Sampang berada dalam kondisi terbatas, sebab penghasilan utama masyarakat sekitar adalah dari pertanian. Keterbatasan ekonomi berdampak pada situasi yang lain misalnya, dengan perekonomian yang terbatas masyarakat akan sulit mengakses pendidikan yang berkualitas, sehingga mereka hidup dalam kondisi awam, ke-awam-an ini akan berdampak pada pola pikir masyarakat yang cenderung fanatik terhadap suatu keyakinan.

3. Kehidupan Keagamaan Desa Karang Gayam

39

Badan Pusat Statistik Kabupaten Sampang, Kecamatan Omben dalam Angka 2012.( Sampang: BPS, 2012) t.h


(48)

Penduduk desa Karang Gayam mayoritas adalah beragama Islam. Sebagai bagian dari budaya keagamaan yang masih melekat kuat, banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya di pondok pesantren dan diniyah awaliyah. Terdapat dua pondok pesantren di Desa Karang Gayam, mayoritas santri masih anak-anak pada akhir tahun 2011 banyaknya anak yang dipondokkan mencapai 608 anak.40

Untuk mengetahui kondisi keagamaan penduduk desa Karang Gayam, perlu kita ketahui juga sarana tempat peribadatan yang ada di desa Karang Gayam tersebut. Tempat peribadatan yang ada di desa Karang Gayam tersebut adalah 4 masjid dan setiap masyarakatnya atau warganya rata-rata mempunyai musolla yang kalau di Madura disebut Langger. Sedangkan tempat peribadatan yang lain seperti Gereja dan lainnya tidak ada sama sekali.

Tingkat keagamaan penduduk Karang Gayam terdapat 2 golongan (perbedaan pemahaman) yaitu:

a. Golongan Sunni (Ahlissunnah Waljama‟ah) 95%

b. Golongan Syi‟ah 5%

Tempat ibadah di mata masyarakat, di samping dianggap sebagai simbol eksistensi setiap agama secara universal, juga sebagai wujud ekspresi melakukan kewajiban agama Islam. Secara faktual, tempat ibadah tidak terbatas milik umum (publik/ wakaf), namun juga ada yang milik

40


(49)

keluarga, terutama langgar atau musholla. untuk itu, dapat dipastikan di setiap lingkungan kelompok keluarga terdapat musolla yang difungsikan tidak saja sebagai tempat Shalat lima waktu, tetapi juga untuk kegiatan yang berkaitan dengan sosial keagamaan. Seperti kegiatan dibaiyah, yasinan dan khatmi al-Quran dalam rangka berbagai hajatan, baik untuk menyelamati keluarga, menyelamati tujuh bulanan bagi wanita yang sedang hamil, dan lain sebagainya.41

Salah satu yang paling menonjol adalah bulan maulid untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Di Karang Gayam perayaan maulid bisa semarak selama satu bulan penuh, bahkan mungkin lebih. Setiap keluarga merasa mempunyai kewajiban untuk membuat acara maulid semeriah yang mereka mampu. Dalam satu bulan tersebut, warga bisa menghadiri tiga hingga lima acara perayaan maulid di Karang Gayam

dan Blu‟uran. Biasanya sudah ada semacam kesepakatan tidak tertulis

dalam pengaturan jadwal pengajian sehingga tidak terjadi tabrakan acara dan kiai-kiai yang diundang dapat menghadiri acara tersebut satu per satu.

B.Perkembangan Syi’ah Pra dan Pasca Konflik di Sampang

Kedatangan atau pengenalan aliran Syi‟ah bermula sejak awal tahun 1980 -an, dimana pada waktu kyai Makmun yang sebenarnya adalah kiai NU di Nangkernang, Desa Karang Gayam, Sampang. Sebagaimana wawancara berikut:

41


(50)

Sebagai seorang Ahlus Sunnah wal Jamaah (NU) ayah saya belum mantap dengan berbagai ajaran dan kitab kuning yang dipelajarinya. Karena itu ayah terus mempelajari dan memperdalam banyak referensi tentang Islam untuk memantapkan hatinya. Sampai suatu saat, ayah (Kiai Makmun) mendapat kiriman koran, buku-buku dari negara Iran yang dikirim

sahabatnya. Dari situlah, ayah saya kagum pada sosok Imam besar Syi‟ah

Iran, Ayatullah Imam Khomeini.42

Keberhasilan Khomeini dalam menjatuhkan rezim Pahlevi yang mempunyai kekuatan militer nomor lima di dunia hanya dengan ceramah-ceramahnya dari suatu tempat yang jauh dan terpencil di Prancis mengugah para Intelektual untuk mengetahui lebih jauh tentang Syi‟ah tersebut.43

Berawal ketertarikan Kiai Makmun terhadap sosok Ayatollah Ali

Khomeini dan ajaran Syi‟ah, kemudianbeliau (Kiai Makmun) berusaha

mempelajari Syi‟ah dan mengajarkan pada keluarga sendiri. Kiai Makmun menyadari bahwa mengajarkan Syi‟ah bukanlah hal yang mudah. Hal ini

karena mayoritas ulama dan kaum muslim diwilayah Sampang adalah pengikut Islam Sunni yang fanatik, karena itu Kiai Makmun dalam

mempelajari Syi‟ah secara diam-diam dengan memulai membaca buku-buku

yang dikirim sahabatnya dari Irandan mengajarkan ajaran-ajaran Syi‟ah dilakukannya secara pelan dan tidak terbuka sebagai awal pada tahun 1983.44

Pada tahun 1988 beliau mengirim anak-anaknya termasuk Tajul Muluk

untuk mendalami Syi‟ah di YAPI Bangil Pasuruan.Seperti penuturan tokoh

utama Syi‟ah Tajul Muluk dalam wawancara berikut:

42

Iklil al-Milal,Wawancara, Puspa Agro, Sidoarjo 13 November 2014.

43

Attamimy, SYI‟AH:Sejarah, Dokrin dan Perkembangan di Indonesia (Yogyakarta: Graha Guru,

2009), 112.

44

Kontras Surabaya, Laporan investigasi dan pemantuan kasus syiah Sampang (Surabaya: t.p,


(51)

“Dari kecil saya orangnya memang suka menantang, saya ingin tahu Islam yang sebenarnya, saya mengenal Syi‟ah di pondok YAPI Bangil Pasuruan

tapi cuman pengantar, setelah itu pada tahun 1993 saya ke Arab Saudi untuk belajar di PP Sayyid Muhammad Al-Maliki tapi karna terkendala ekonomi akhirnya saya menjadi TKI. Namun saya tetap banyak bersosialisasi dengan sama teman-teman kerja dari Syiria, Lebanon dan banyak membaca buku-buku tentang Syi‟ah. Dari situ saya banyak

mengenal Syi‟ah dan kemudian saya mantabkan hati saya untuk masuk

Syi‟ah”.45

Pada tahun 1999, Kiai Tajul Muluk pulang dari Arab Saudi dankembali menetap di Karang Gayam, Sampang. Tahun 2003 Kiai Tajul

Muluk mulai menyebarkan Syi‟ah kepada masyarakat dan mengajarkan

kepada murid-muridnya dengan dibantu saudara-saudarnya alumni YAPI dan para ustadz lainya.

Sejak saat itu syiar aliran Syi‟ah berkembang dengan dikendalikan

oleh kepemimpinan Kiai Tajul Muluk. Kiai Tajul Muluk mengajar dan

berdakwah aliran Syi‟ah secara terbuka dan terang-terangan berbeda dengan

ayahnya (Kiai Makmun) dalam mempelajari dan mengajarkan ajaran-ajaran

Syi‟ah dilakukannya secara pelan, tidak secara langsung dan tidak terbuka.

Sebenarnya, saya tidak pernah mengajak mereka, tapi mereka datang sendiri kerumah meminta anak-anaknya untuk diayomi dan dibekali ilmu keagamaan, tentu saya tidak bisa menolak. Kemudian berangsur-angsur tambah banyak.46

Dalam aktivitas keagamaan (religiusitas), kiai memliki peran yang sangat urgen, hal ini menunjukkan bagaimana peran kiai (ulama) di lingkungan komunitas muslim Sampang Madura pada umumnya, sekaligus

45

Tajul Muluk, Wawancara, Lapas Sidoarjo, 25 Oktober 2014.

46


(52)

mengindikasikan bagaimana kedekatan antara kiai dengan para pengikutnya yang pada akhirnya agar melahirkan sifat taat (tawaddu‟) dan hormat padanya. Kiai bagi masnyarakat Sampang dianggap banyak berjasa dalam memberikan pencerahan kesadaran dalam beragama.

Kepatuhan terhadap ulama tersebut akibat dari karakteristik yang religius dan agamis, sehingga menimbulkan keyakinan yang total bahwa ulama dianggap sebagai sandaran, fasilitator dan bahkan rujukan kehidupan sosial, budaya dan agama yang substansial.

Kiai Tajul Muluk tidak membutuhkan waktu lama dalam menghimpun pengikut hanya sekitar dua-tiga tahun ratusan warga Karang Gayam dan desa

sebelahnya Blu‟uran telah menjadi pengikut ajaran Syi‟ah dan bahkan murid

yang mengaji dirumah beliau mencapai 90-an.47 Hal ini bisa dikatakan fantastik mengingat fasilitas di rumah Kiai Tajul Muluk hanya berupa langgar belum berupa pondok pesantren.

Perkembangan dakwah Tajul Muluk dalam menyebarkan Syi‟ah

akhirnya mendapat respon dari para ulama setempat. Misalnya Ali Karrar Shinhaji, pimpinan Pondok Pesantren Darut Tauhid, Desa Lenteng, Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan dan masih terhitung kerabat dekat dari Makmun. Dalam sebuah pertemuan dengan Tajul dan saudara-saudaranya pada awal 2004, Karar menyampaikan rasa berkeberatan dan tidak menyetujui aktivitas dakwah Tajul Muluk yang mengajarkan ajaran

Syi‟ah, baginya Syi‟ah adalah madzhab dalam Islam yang salah dan sesat.

47


(53)

C.Sejarah Awal dan Proses terjadinya konflik antara Kiai Tajul Muluk dengan Rois Hukama.

Konflik antara Kiai Tajul Muluk dengan Rois Hukama menurut Ustadz Iklil berawal dari ketersinggungan hati Rois ketika dinasehati oleh kiai Tajul Muluk untuk tidak menikah lagi karena waktu itu ustadz Rois kawin cerai sudah ennam kali. Informasi lain mengatakan bahwa ustadz Rois sudah menikah 13/ tiga belas kali dengan kawin cerai dan saat ini sampai penelitian ini ditulis ustadz Rois tinggal dengan istri ketiga belas yang merupakan istri terakhir dan istrinya masih ber-umur 19 tahun.

Ustadz Rois adalah tokoh agama, sebagai panutan masyarakat harus menjaga citra diri tidak boleh mengajarkan yang salah kepada masyarakat di dalam Al-Qur‟an juga di jelaskan maksimal menikahi 4 perempuan bagi yang mampu saja. Hal ini disampaikan ustadz Ikli dalam wawancara berikut:

“Hari itu Tajul menasehati Rois agar tidak suka menikah dengan maksud

demi kebaikan Rois dan Keluarga, namun Rois menanggapinya dengan salah dan dari situ mulai ada rasa tidak suka Rois kepada Tajul, Rois memang orangnya sejak dulu beda sendiri pendiam tapi juga keras”48

Teguran Kiai Tajul Muluk kepada Rois tersebut ternyata membuat Rois sakit hati dan merasa tidak terima, lambat laut mulai agak renggang hubungan dua saudara ini yaitu kiai Tajul dengan Rois dan berlansung hingga bertahun-tahun hingga terjadi kejadian yang membuat Rois naik pitam. Ketika itu, Kiai Tajul Muluk ingin membantu tetangganya Bapak Madbadri yang akan menikahkan anaknya (halima) dan meminta Kiai Tajul Muluk

48


(54)

untuk menjadipangade‟(Juru bicara proses peminangan). Sedangkan Halima adalah santriwati yang berguru kepada Rois. Rois marah dan merasa tidak dihormati, karena sebagai guru Halima, seharusnya dialah yang menikahkan Halima, bukannya Tajul. Belakangan diketahui bahwa kemarahan Rais bukan saja karena merasa tidak dihormati, tetapi Rois menaruh hati kepada Halima dan berencana akan menikahinya. Setelah kejadian ini, Rois sangat dendam dan memusuhi Tajul serta saudara-saudaranya yang lain yang mendukung Tajul termasuk sang ibu.49

Nyai Ummah ibunda Kiai Tajul Muluk dan Rois membenarkan bahwa konflik antara Tajul dan Rois adalah masalah pribadi namun kemudian berlanjut pada konflik massa. Hal ini sebagaimana penuturan Nyai Ummah kepada peneliti sebagai berikut:

“Rois paling pendiam diantara suadara-saudaranya, kalau ada masalah

tidak pernah terbuka atau dibicarakan namun dipendam sendiri. Rois memang sudah lama punya masalah dengan Tajul tapi disimpan dalam hatinya karena sudah tidak kuat menahan akhirnya terjadi konflik yang

kita tahu sekarang ini”50

Berdasarkan data yang dipaparkan oleh kapolres Sampang, menyatakan bahwa penyebab terjadinya konflik tersebut adalah dilatarbelakangi oleh konflik pribadi. Dalam pertemuan dan musyawarah di Rumah Makan Agis JL. Letgen Sudirman No.197 Surabaya, pada hari senin 11 april 2010.

49

Ibid.

50


(55)

Dalam pertemuan tersebut Kiai Tajul selaku pimpinan IJABI Kabupaten Sampang menjelaskan bahwa terjadinnya perseteruan atau konflik

antara Syi‟ah (pimpinan Tajul) dengan paham Aswaja (pimpinan Rois) terjadi

karena beberapa sebab, antara lain:

1. Tajul Muluk dan Roisul Hukama merupakan saudara kandung yang mana sama-sma memiliki santri dan pengikut yang berbeda paham. Konflik ini terus memanas karena kedua paham dan kelompok ini berada dalam satu lokasi.

2. Roisul Hukama memiliki santriwati yang bernama Halima. Suatu hari Tajul muluk diminta Bapak Madbadri yang akan menikahkan anaknya (Halima) untuk menjadipangade‟ (juru bicara proses peminangan). 3. Dengan diterimanya lamaran tersebut Roisul Hukama sakit hati karena ia

juga ingin menikahi Halima.51

Bertolak belakang dari pernyataan di atas, Ustadz. Rois menyangkal bahwa konflik yang terjadi karna masalah wanita, menurutnya konflik tersebut dilatarbelakangi perbedaan aliran. sebagaimana wawancara berikut :

“Hahaha…. Sebenarnya kabar Itu hanya gosip, coba pikir secara rasional,

masak hanya gara-garaperempuan para kiai dan ulama‟ Madura akan sefanatik itu, danapakah masyarakat mau membakar rumah cuman gara-gara halsepele seperti itu. Sebenarnya faktor yang menyebabkan konflik tersebut karena perbedaan madzhab, yakni di dalam ajarannya yang

disebarkan oleh Syi‟ah tersebut masalah shabat yakni Syi‟ah tidak percaya

bahwa penganti Nabi adalah kholifah yang tiga (Abu Bakar, Umar dan

51


(56)

usman) Syi‟ah hanya percaya dan mengagungkan Ali sebagai pengganti

Nabi”52

Rois yang sejak awal bermadzab Syi‟ah dan termasuk orang yang juga menyebarkan Syi‟ah di Sampang akhirnya memproklamasikan diri bahwa

kembali ke sunni dan selanjutnya menjadi orang yang sangat antusias menyebarkan syiar kebencian, seruan permusuhan, issu tentang kesesatan dan bahaya dari ajaran syiah. Mulanya Rois juga ikut dan bergabung dengan Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia atau IJABI yang diketuai oleh Jalaluddin Rakhmat. Ada kabar, Rois bahkan sempat menjadi bendahara IJABI Sampang

tapi Rois membantah hal ini dengan berkata “Saya hanya menjadi

penasehat,”.53

Menurut kiai Tajul Muluk konflik tersebut terjadi karena banyak faktor, beliu menjelaskan dalam wawancara berikut:

” Konflik Sunni dan Syi‟ah selain dipicu masalah keluarga juga karena

faktor ekonomi. Misalnya, dalam tradisi masyarakat Sampang kan ketika merayakan Maulid Nabi adalah berurutan dari satu rumah kerumah lain, hal ini tentu menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Maka saya dan temen-temen (para ustd Syiah) sedikit mengubah kebiasaan tersebut dengan merayakan Maulid Nabi dimasjid jadi satu dan untuk biaya sumbangan seikhlasnya sedangkan sisa uang dari acara maulid nabi di bangun kamar mandi umum, bantu masyrakat yang kurang mampu dan sebagainya. Hal inilah yang kemudian menjadi penyebab kecemburuan Komunitas Sunni terhadap Syiah. Selain dipicu oleh faktor tersebut maka

konflik terjadi karena faktor kecemburuan sosial, kelompok Syi‟ah

semakin banyak pengikutnya dan membuat kelompok Sunni mempunyai rasa cemburu atas hal tersebut dan terjadilah kejadian pada perayaan

52

Rois, Wawancara, Sampang, 05 Desember 2014.

53


(1)

yang sopan, simpatis dan mudah bergaul dengan masyarakat sekitar menjadikan beliau mendapatkan respon positif dari masyarakat dalam

menyebarkan ajarn Syi‟ah, banyak orang tua yang mempercayakan anaknya kepada Tajul dan Keluarganya untuk dibekali ilmu keagamaan

(Syi‟ah). Dalam kurun satu-dua tahun, di dua desa yaitu Desa Karang

Gayam dan Desa Blu‟uran telah menjadi pengikut ajaran Syi‟ah dan

sekaligus murid Tajul Muluk yang setia.

3. Dalam menyebarkan ajaran Syi‟ah dan mengembangkan visi Syi‟ah di Sampang, maka Tajul menyusun strategi untuk menarik minat para

jama‟ah agar menjadi pengikut Syi‟ah. Strategi tersebut meliputi: pertama, pendekatan dalam lingkungan keluarga, kedua, metode pengajian, Ketiga, metode pemperdayaan ekonomi masyarakat, keempat,


(2)

B. SARAN.

Saran dari hasil peneltian ini dapat disimpulkan sebagaimana berikut: 1. Mengingat kondisi sosial-budaya dan keagamaan masyarakat Madura,

termasuk di dalamnya persoalan kepemimpinan lokal keagamaan yaitu Kiai mempunyai legitimasi tinggi dalam masyarakat, ucapan kiai dan perilakunya diikuti oleh penduduk, dan kata-katanya dianggap penuh petuah dan nasihat, maka perans para kiai dan pemuka agama di Kabupaten Sampang mampu mengupayakan adanya:

a. Dialogi dan komunikasi antara Sunni dan Syi‟ah dan semua elemen masyarakat terlebih masyarakat yang berkonflik.

b. Mengedepankan sikap kerjasama dan menumbuhkan sikap toleran antar penganut aliran paham keagamaan yang berbeda tidak terjadi prasangka dan kecurigaan, terutama dalam misi dan dakwah

keagamaan. Dengan demikian, diharapkan warga Syi‟ah yang di

Pengungsian dapat kembali ke kampung halamannya, sementara

mayoritas warga yang anti Syi‟ah dapat menerima kepulangan mereka

dengan tanpa syarat.

2. Mengingat penelitian yang berjudul “Kiai Tajul Muluk dan Syiah di Sampang Madura (Study tentang Riwayat Hidup, Pengaruhnya terhadap

Masyarakat dan Strategi Kepemimpinan dalam Syi‟ah )” ini jauh dari

kesempurnaan dan data maupun menyajian berifat terbatas maka perlu


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Attamimy. SYI‟AH:Sejarah, Dokrin dan Perkembangan di Indonesia. Yogyakarta: Graha Guru, 2009.

Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII. Jakarta:Prenada Media group, 2013.

Babul Ulum, M. Kesesatan Sunni–Syiah, Respon atas Polemik Republika. Depok:Aksara Pustaka, 2012.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Sampang, Sampang Dalam Angka 2012.

Sampang: BPS.t.t.h

Badan Pusat Statistik Kabupaten Sampang, Kecamatan Omben Dalam Angka 2012. Sampang: BPS.t.t.h

Bambang Karsono. Komunitas Syiah di Indonesia. Jakarta:Badan Intelijen Negara, 2008.

Dahrendorf, Ralf. Class and Class Conflict in Industrial Society Stanford, California: Stanford University Press, 1959.

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka, 1999

Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES, 1982

Faizah dan Effendi, Laly Muchchin. Psikologi Dakwah. Jakarta: Rahmat Semesta, 2006.

Ja‟fari, Fadil Su‟ud. ISLAM SYI‟AH: Telaah Pemikiran Habib Husein al-Habsy.

Malang: UIN MALIKI Press, 2010.

Kartodirjo, Sartono. Pendekatan Ilmu Sosila dalam Metodologi Sejarah. Jakarata: Gramidia Pustaka Utama, 1992.

Laporan Investigasi dan Pemantauan Kasus Syiah Sampang, Kontras Surabaya, 2012.

Latief Wiyata, A. Carok: Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura.

Yogyakarta:LKiS, 2006

Muchtar, Amin. Hitam di Balik Putuh: Bantahan terhadap Buku Putih Madzhab Syi‟ah. Jakarata:AL QALAM, 2014.


(4)

P.Siagian, Sondang. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1994.

Rivai, Veithzal.et.al. Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta: Rajawali, 2014.

Salim, Agus. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana , 2006

Sardiman AM. Memahami Sejarh. Yogyakarta: BIGRAF Publising, 2004. Sugiono. Metode Penelitian kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2008. Shihab, M. Quraish. SUNNH SYIAH: Bergandingan Tangan, Mungkinkah?.

Tangerang: Lentera Hati, 2014.

Sukamto. Kepemimpinan Kyai Dalam Pesantren. Jakarta: LP3ES, 1999. Suprayogo, Imam. Kyai dan Politik. Malang: UIN Malang press, 2009. Suyuthi, Pulungan. Fiqh Siyasah, Ajaran, Sejarah dan Pemikiran. Jakarta:

Rajawali Press, 1994.

Tim Ahlul Bait Indonesia. “BUKU PUTIH MAZHAB SYIAH Menurut Para Ulamanya yang Muktabar. Jakarta: Dewan Pensgurus Pusat Ahlul Bait Indonesia, 2012.

Tim Penulis MUI PUSAT. Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi‟ah di

Indonesia. Depok:GEMA INSANI, 2013.

Tajul Muluk, Wawancara, LAPAS Sidoarjo, 25 Oktober 2014.

Iklil , Wawancara, Puspa Agro, Sidoarjo, 04 November 2014.

Nyai Ummah, Wawancara, Puspa Agro, Sidoarjo 04 November 2014.

Ummi Kulsum, Wawancara, Puspa Agro Sidoarjo, 04 Novemmber 2014. Rois,Wawancara, Sampang, 05 Desember 2014

Abd Wafi, Wawancara, Sampang 05 Desember 2014. M.Nur, Wawancara, Sampang 05 Desember 2014.


(5)

Sahrul, Wawancara, Puspa Agro Sidoarjo, 04 November 2014. Salman, Wawancara, Puspa Agro Sidoarjo, 22 Mei 2015. Ridwan, Wawancara, Puspa Agro Sidoarjo, 22 Mei 2015. Abd Sakur, Wawancara, Puspa Agro Sidoarjo, 22 Mei 2015.

Fitri, Wawancara, Puspa Agro Sidoarjo, 22Mei 2015.

A.z. Muttaqin, Kedutaan Iran di Jakarta menjadi Poros menyebaran Syi‟ah di Indonesia,dalam http://www.arrahmah.com/news/2014/08/27/kedutaan-iran-di-jakarta-menjadi-poros-penyebaran-syiah-di-indonesia.html

(diakses 22 Mei 2015).

Direlease dan diedarkan oleh BIN, Gerakan Islam Transnasional dan

pengaruhnya di Indonesia dalam www.unhas.ac.id (diakses 23 Juni 2015).

Fahmi Salim, “Kelompok Syi‟ah Ditolak Warga Sampang Karena Suka Ingkar Janji”, dalam http://www.islampos.com. Di akses 15 November 2015. Seto Wardana, Menteri Agama: Konflik Sampang Masalah Keluarga, lihat dalam

http://www.tempo.co/read/news/2012/08/28/058425931/Menteri-Agama-Konflik Sampang-Masalah-Keluarga. Diakses tanggal 14

November 2014.

Siaran Pers Ahlul Bait Indonesia, Kasus Sampang, dalam

http://emarachman.blogspot.com/2012/08/siaran-pers-ahlulbait-indonesia-kasus.html (diakses 22 Mei 2015).

Tentang Kami, Deklarasi IJABI, Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia, dalam

www.ijabi.or.id (diakses 24 Juni 2015).

Praga Utama,Kisah Kang Jalal Soal Syi‟ah Indonesia (Bagian5)

dalamhttp://www.tempo.co /read/ news/ 2012/09/03/173427207/Kisah-Kang-Jalal-Soal-Syiah-Indonesia-Bagian5. Diakses tanggal 14

November 2014.

http://id.wikipedia.org/wiki/Genealogi (17 November 2014). Ensiklopedi Nasional Indonesia (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka.

http://maraqitcabangbayan.blogspot.com/2013/01/peranan-dan-fungsi-pondok-pesantren.html (14 November 2014).


(6)

http://assunniyyahcom.blogspot.com/2012/03/sekilas-tentang-sayyid-muhammad-alawi.html (08 Desember 2014).