files892208. BUKU TINJAUAN TAHUN 2013

TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN
TAHUN 2012

KEMENTERIAN KESEHATAN
PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN
2013

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Indonesia pada tahun 2012 mengalami berbagai kejadian bencana yang
menimbulkan krisis kesehatan. Berdasarkan data Pusat Penanggulangan Krisis
Kesehatan dalam tiga tahun terakhir, sejak tahun 2010 - 2012 terjadi 1015 kali
kejadian bencana di Indonesia.

Tahun 2010 terjadi 315 kejadian, 2011 dengan

211 kejadian dan 489 kejadian bencana di

tahun 2012. Tingginya angka


kejadian bencana ini menggambarkan tingkat kerawanan bencana di Indonesia.
Ini terjadi karena kondisi geografis, geologis, hidrologis, demografis serta akibat
pengaruh perubahan iklim di Indonesia.
Bila dikelompokkan secara khusus bencana alam maka untuk tahun 2010 terjadi
210 kejadian, tahun 2011 terjadi 189 kejadian dan tahun 2012 terjadi
234 kejadian. Dari data tersebut sangat beralasan bila United Nations

International Stategy for Disaster Reduction (UNISDR ; Badan PBB untuk
Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana), pada tahun 2011,
menempatkan Indonesia menjadi negara rawan bencana alam di dunia. Untuk
beberapa jenis bencana alam, Indonesia menduduki peringkat pertama dalam
paparan terhadap penduduk atau jumlah manusia yang menjadi korban
meninggal akibat bencana alam.
Berdasarkan daftar peringkat UNISDR terhadap jumlah korban pada 4 jenis
bencana alam yang meliputi tsunami, tanah longsor, banjir dan gempa bumi
menempatkan Indonesia sebagai negara yang tidak luput dari berbagai kejadian
bencana alam. Berikut rincian jumlah korban pada 4 jenis bencana alam di
beberapa negara :


Tabel 1.1
Jumlah Korban Bencana di Beberapa Negara Berdasarkan Jenis Bencana
No

JENIS BENCANA

NEGARA

JUMLAH KORBAN (orang)

1

Tsunami

Indonesia

5.402.239

Jepang


4.497.645

Bangladesh

1.598.546

India

1.114.388

Filipina
2

3

4

Tanah Longsor

Gempa Bumi


Banjir

894.848

Indonesia

197.372

India

180.254

Cina

121.488

Filipina

110.704


Ethiopia

64.470

Jepang

13.404.870

Filipina

12.182.454

Indonesia

11.056.806

Cina

8.139.068


Taiwan

6.625.479

Bangladesh

19.279.960

India

15.859.640

Cina

3.972.502

Vietnam

3.403.041


Kamboja

1.765.674

Indonesia

1.101.507

Pada Konferensi Tingkat Menteri Negara-Negara Asia ke-5 Dalam Pengurangan
Risiko Bencana (The 5th Asian Ministerial Conference on Disaster Risk Reduction
(AMCDRR) yang berlangsung di Yogyakarta, menghasilkan Deklarasi Yogyakarta
dalam Pengurangan Risiko Bencana di Asia Pasifik 2012. Deklarasi Yogyakarta
mengandung tujuh butir inti kesepakatan sebagai berikut, (1) mengintegrasikan
upaya pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim dalam program

pembangunan nasional, (2) melakukan kajian terhadap risiko finansial di tingkat
lokal, (3) menguatkan tata kelola risiko dan kemitraan di tingkat lokal, (4)
membangun ketangguhan masyarakat, (5) mengindentifikasi hal-hal yang akan
dicapai pasca Hyogo Framework for Action (HFA) 2015, (6) mengurangi faktor-faktor

yang menjadi akar risiko bencana, dan (7) mengimplementasikan isu-isu lintas
sektor dalam Kerangka Kerja Hyogo (Hyogo Framework of Action (HFA).
Sesuai

dengan

perubahan

paradigma

penanggulangan

bencana

yang

menitikberatkan pada upaya sebelum terjadi bencana dengan pengurangan risiko
bencana

Pemerintah


Indonesia

juga

telah

menyusun

Rencana

Nasional

Penanggulangan Bencana (Renas PB) 2010 – 2014 yang merupakan dokumen
perencanaan berjangka waktu 5 tahun yang disusun berdasarkan amanat Pasal 3536 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 82 menjelaskan
bahwa pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab atas
ketersediaan sumber daya, fasilitas, dan pelaksanaan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan berkesinambungan pada keadaan bencana. Upaya penanggulangan
krisis kesehatan akibat bencana meliputi upaya pada tahap pra bencana

(pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan), upaya pada saat bencana (mobilisasi
sumber daya dan logistik) dan upasa pasca bencana (pemulihan, rehabilitasi dan
rekonstruksi) menjadi tanggung jawab pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat. Upaya-upaya tersebut diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan
pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara
terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan.
Keputusan Menkes RI No.
Kementerian Kesehatan RI

HK.03.01/160/I/2010 tentang Rencana Strategis
Tahun 2010 – 2014 juga memuat tentang upaya

penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana berupa upaya penguatan kapasitas
masyarakat dalam manajemen bencana dan manajemen krisis kesehatan sebagai
salah satu dari 8 prioritas pembangunan kesehatan.
Pusat Penanggulangan Kementerian Kesehatan telah melaksanakan program
dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana.

Sasaran program


yaitu meningkatnya koordinasi

pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukungan

manajemen

penanggulangan krisis kesehatan. Salah satu indikator tercapainya sasaran hasil

pada tahun 2014 adalah jumlah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang mempunyai
kemampuan tanggap darurat dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana dengan kriteria memiliki petugas terlatih dalam manajemen dan teknis
penanggulangan krisis kesehatan (Manajemen Bencana, Tim Reaksi Cepat dan RHA,
Pengelolaan Data dan Informasi, Penggunaan Alat Komunikasi Bencana untuk
Penangulangan Krisis Kesehatan dan Penyusunan Rencana Kontinjensi) dan memiliki
sarana penunjang penanggulangan krisis kesehatan (Emergency Kit, Personal Kit
dan Alat Pengolah Data) sebanyak 300 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sampai
tahun 2012 jumlah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang telah memiliki
kemampuan tanggap darurat dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana sebanyak 200 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Salah satu unsur penting dalam upaya membangun sistem penanggulangan krisis
kesehatan adalah dengan mengevaluasi dan mengambil pelajaran penting dari
kegiatan atau sistem penanggulangan krisis kesehatan yang sudah dilakukan selama
ini. Kekuatan dan kelemahan maupun keberhasilan dan kekurangan dalam
penanggulangan krisis kesehatan yang telah dilakukan akan menjadi pelajaran
penting untuk pelaksanaan upaya penanggulangan krisis kesehatan yang lebih baik
di masa yang akan datang.
Sebagai bahan pembelajaran dari kejadian krisis kesehatan yang telah terjadi
diperlukan data-data dan informasi terkait, antara lain informasi mengenai jenis
bencana dan frekuensinya, jumlah korban, fasilitas kesehatan yang rusak serta
upaya-upaya yang telah dilakukan baik pada pra bencana, saat tanggap darurat
maupun pasca bencana. Diharapkan data-data tersebut dapat memberikan
gambaran kekuatan dan kelemahan setiap daerah, sehingga dapat dijadikan bahan
masukan

untuk

pengambil

kebijakan

dalam

rangka

peningkatan

upaya

penanggulangan krisis kesehatan untuk pengurangan risiko krisis kesehatan.

2. Tujuan
A. Tujuan umum:
Tersedianya informasi
kesehatan tahun 2012

kejadian

dan

upaya penanggulangan

krisis

B. Tujuan khusus:
Tersedianya informasi :
a. Krisis Kesehatan di Indonesia tahun 2012 meliputi frekuensi kejadian
bencana, korban (meninggal, hilang, luka/dirawat, dan pengungsi)
serta fasilitas kesehatan yang rusak berdasarkan jenis bencana dan
provinsi.
b. Upaya penanggulangan krisis kesehatan oleh Kementerian Kesehatan
di tingkat nasional baik pada pra bencana, saat tanggap darurat
maupun pasca bencana serta permasalahannya.
c. Upaya penanggulangan krisis kesehatan oleh Kementerian Kesehatan
di tingkat internasional baik pada pra bencana dan saat tanggap
darurat.

3. Dasar Hukum
a. Undang-Undang

Republik

Indonesia

No.

24

Tahun

2007

tentang

Penanggulangan Bencana.
b. Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 36

Tahun 2009 tentang

Kesehatan.
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
d. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan
Pengelolaan Bantuan Bencana
e. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga
Internasional dan Lembaga Asing Non-Pemerintah dalam Penanggulangan
Bencana.
f. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan
g. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 131/MENKES/SK/II/2004 tentang Sistem
Kesehatan Nasional.
h. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 064/MENKES/SK/II/2006 tentang
Pedoman Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana.

i. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 145/MENKES/SK/I/2007 tentang
Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan.

4. Ruang Lingkup
Tinjauan penanggulangan krisis kesehatan tahun 2012 membahas tentang krisis
kesehatan akibat bencana di Indonesia dan upaya penanggulangannya baik pada
saat pra bencana, saat bencana maupun pasca bencana, yang terjadi selama tahun
2012 serta peran Kementerian Kesehatan dan lintas sektor terkait dalam upaya
penanggulangan krisis kesehatan.
Informasi yang disajikan mencakup:
1. Frekuensi kejadian krisis kesehatan berdasarkan jenis bencana;
2. Korban dan pengungsi yang meliputi korban meninggal, hilang, luka/dirawat;
3. Kerusakan fasilitas kesehatan;
4. Upaya yang dilakukan Kementerian Kesehatan dan lintas sektor terkait ;
5. Permasalahan;
6. Peran Kementerian Kesehatan dalam penanggulangan krisis kesehatan di luar
negeri serta kegiatan-kegiatan internasional.

BAB II
METODOLOGI

2.1

Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis Data

Buku Tinjauan ini menggunakan desain studi deskriptif berdasarkan laporan
penanggulangan krisis kesehatan.

Data yang dikumpulkan berupa laporan

harian PPKK yang berasal dari daerah dan unit kerja terkait di lingkungan
Kementerian Kesehatan serta petugas yang berada di lokasi kejadian. Metode
pengumpulan

data

menggunakan

metode

kuantitatif

dan

kualitatif.

Pengumpulan serta pengolahan data dilakukan sesuai dengan Kepmenkes No.
064/MENKES/SK/II/2006 tentang Pedoman Sistem Informasi Penanggulangan
Krisis Akibat Bencana.

Data yang terkumpul kemudian diolah dan dianalisis untuk menghasilkan
informasi kejadian krisis kesehatan yang terjadi di Indonesia menurut frekuensi
kejadian, lokasi kejadian, situasi korban dan pengungsi, kerusakan fasilitas
kesehatan, dan upaya penanggulangan.

2.2

Penyajian Informasi

Informasi disajikan dalam bentuk narasi, tabel, grafik, peta, dan foto sehingga
dapat memberikan informasi kejadian dan upaya penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana di Indonesia selama tahun 2012.

8

BAB III
GAMBARAN KRISIS KESEHATAN TAHUN 2012

Berbagai macam kejadian bencana terjadi di Indonesia selama tahun 2012, baik berupa
bencana alam, bencana non alam maupun bencana karena konflik sosial. Berikut adalah
data kejadian bencana di Indonesia selama tahun 2012 serta permasalahan kesehatan
yang terjadi.

3.1 Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan
Jumlah total kejadian krisis kesehatan yang terjadi selama tahun 2012 sebanyak 489
kejadian. Bila dilihat dari frekuensi kejadian krisis kesehatan berdasarkan provinsi maka
yang paling tinggi adalah Provinsi Jawa Barat sebanyak 76 kali (15,54%). Jika dilihat
dari data frekuensi kejadian bencana ada 5 provinsi yang memiliki frekuensi kejadian
bencana lebih dari 25 kali, yaitu Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. Berdasarkan wilayah Regional maka yang
paling banyak terkena bencana adalah Regional DKI Jakarta.

9

Grafik 3.1
Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Berdasarkan Provinsi

Peta 3.1
Peta Frekuensi Kejadian Bencana

Keterangan : (frekuensi kejadian)

>25 kali

11 – 25 kali

1 – 10 kali

0

10

Grafik 3.2
Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Berdasarkan Regional

Grafik 3.3
Proporsi Kejadian Krisis Kesehatan Berdasarkan Sumber dan penyebabnya

Berdasarkan sumber dan penyebabnya maka kejadian krisis kesehatan yang
tertinggi pada tahun 2012 adalah Bencana Alam dengan jumlah kejadian 235 kali
(48%). Jika dilihat per bulan Kejadian krisis kesehatan yang tertinggi sepanjang tahun
2012 terjadi pada bulan April dengan 65 kali kejadian.

11

Grafik 3.3
Trend Kejadian Krisis Kesehatan Per Bulan pada Tahun 2012

Gambaran frekuensi krisis kesehatan berdasarkan jenis bencana pada tahun 2012 yang
tinggi berturut-turut adalah kebakaran 78 kali (15,95%), kecelakaan transportasi 75 kali
(15,34%) dan banjir 69 kali (14,11%). Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.4

Grafik 3.4
Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Berdasarkan Jenis Bencana

12

3.1 Korban dan Pengungsi
3.1.1 Korban Meninggal
Total korban meninggal akibat krisis kesehatan sepanjang tahun 2012 yang
tercatat di Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan sebanyak 675 orang.

Korban

meninggal yang paling tinggi disebabkan oleh bencana non alam yaitu 437 orang (65%)
sedangkan yang paling rendah disebabkan akibat krisis kesehatan sosial yaitu 65 orang
(10%). Jika dilihat korban meninggal berdasarkan jenis bencana maka paling tinggi
adalah akibat kecelakaan transportasi sebanyak 314 orang (47%).
Korban meninggal per provinsi yang paling tinggi adalah di Provinsi Jawa Barat
sebanyak 133 orang dan jika dilihat per Regional maka yang paling banyak korban
meninggal
Untuk

berada
lebih

di

jelasnya

Regional
dapat

DKI
dilihat

Jakarta
pada

sebanyak

206

grafik

berikut

orang.
ini.

Grafik 3.5
Proporsi Korban Meninggal Berdasarkan Sumber dan Penyebabnya

Grafik 3.6
Jumlah Korban Meninggal Berdasarkan Jenis Bencana

13

Grafik 3.7
Jumlah Korban Meninggal Berdasarkan Provinsi

14

Grafik 3.8
Jumlah Korban Meninggal Berdasarkan Regional

3.1.2 Korban Hilang

15

Pada tahun 2012 jumlah korban hilang sebanyak 256 orang yang tertinggi
diakibatkan oleh kecelakaan transportasi yaitu 175 orang. Jika dilihat per provinsi maka
jumlah korban hilang paling tinggi di provinsi Banten yaitu sebesar 100 orang.

Grafik 3.10
Jumlah Korban Hilang Berdasarkan Jenis Bencana

Grafik 3.11
Jumlah Korban Hilang Berdasarkan Provinsi

3.1.3 Korban Luka Berat/Rawat Inap

16

Total korban luka berat/rawat inap sebanyak 2.338 orang dengan rincian 1.733
orang (74%) akibat bencana non alam, 336 orang (14%) akibat bencana alam dan 269
orang

(12%) akibat bencana sosial. Berdasarkan jenis bencana maka korban luka

berat/rawat inap yang paling tinggi disebabkan oleh kejadian keracunan/KLB sebanyak
1.030 orang (44%).
Jumlah korban luka berat/rawat inap berdasarkan provinsi yang paling banyak
adalah di provinsi Jawa Timur sebanyak 566 orang dan Provinsi Jawa Barat sebanyak
493 orang, sedangkan berdasarkan regional maka yang paling tinggi adalah regional
DKI Jakarta sebanyak 655 dan regional Jawa Timur sebanyak 566 orang .

Grafik 3.12
Proporsi Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Sumber dan Penyebabnya

Grafik 3.13

17

Jumlah Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Jenis Bencana

Grafik 3.15
Jumlah Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Provinsi

18

Grafik 3.13
Jumlah Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Regional

3.1.4 Korban Luka Ringan /Rawat Jalan
Total korban luka ringan/rawat jalan sebanyak 6.858 orang dengan rincian 1.848
orang (27%) akibat bencana non alam, 3.386 orang (49%) akibat bencana alam dan
1.624 orang (24%) akibat bencana sosial, sedangkan jika dilihat berdasarkan jenis
bencana yang paling banyak berturut-turut adalah akibat krisis kesehatan banjir
sebanyak 2.381 orang, konflik sosial sebanyak 1.624 orang dan keracunan/KLB
sebanyak 1.009 orang .
Grafik 3.16
Proporsi Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Bencana

19

Grafik 3.17
Jumlah Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Bencana

Jumlah korban luka ringan/rawat jalan berdasarkan provinsi, 5 (lima) provinsi yang
paling tinggi adalah Provinsi DKI Jakarta (1.757), Jawa Barat (1.044), Lampung (802),
Papua (504) dan Sumatera Utara (455). Sedangkan jumlah korban luka ringan/rawat
jalan berdasarkan regional yang paling tinggi adalah Regional DKI Jakarta.

20

Grafik 3.18
Jumlah Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Berdasarkan Provinsi

Grafik 3.18
Jumlah Korban Luka Ringan/Dirawat Jalan Berdasarkan Regional

21

3.1.5 Pengungsi
Total pengungsi akibat krisis kesehatan yaitu sebanyak 71.141 orang dengan pengungsi
terbanyak disebabkan oleh bencana alam sebanyak 58.842 orang (83 %). Berdasarkan
jenis bencana maka jumlah pengungsi tertinggi adalah akibat kejadian banjir yaitu
34.454 orang.
Grafik 3.20
Proporsi Pengungsi Berdasarkan Sumber dan Penyebabnya
diganti

Grafik 3.2.1.
Jumlah Pengungsi Berdasarkan Jenis Bencana

22

Jumlah pengungsi berdasarkan provinsi yang tertinggi adalah di Provinsi Kalimantan
Tengah yaitu sebanyak 25.174 orang (34 %) diakibatkan banjir di Kab. Barito Utara
Prov. Kalimantan Utara pada tanggal 5 Desember 2012.
Grafik 3.22
Jumlah Pengungsi Berdasarkan Provinsi

3.3.

KERUSAKAN FASILITAS KESEHATAN

Total fasilitas kesehatan yang rusak akibat kejadian bencana pada tahun 2012 adalah 51
unit. Fasilitas kesehatan yang rusak paling banyak adalah Puskesmas Pembantu (Pustu)
sebanyak 33 unit (65%). Kerusakan fasilitas ini disebabkan paling tinggi adalah akibat
krisis kesehatan gempa bumi sebesar 39 buah.

23

Grafik 3.24
Proporsi Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang Rusak Akibat krisis kesehatan
Tahun 2012

Grafik 3.25
Kerusakan Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Jenis Bencana

Jika dilihat jumlah fasilitas kesehatan yang rusak berdasarkan provinsi maka yang
terbanyak adalah di provinsi Aceh dibandingkan dengan provinsi lainnya yaitu
sebanyak 39 unit disebabkan Gempa Bumi yang terjadi pada tanggal 12 April 2012 dan
yang paling tinggi per regional adalah regional Sumatera Utara

24

Grafik 3.27
Kerusakan Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Provinsi

Grafik 3.26
Kerusakan Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Regional

25

BAB IV
UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN
Upaya penanggulangan krisis kesehatan harus dilakukan secara menyeluruh
dan terpadu mulai dari pra bencana, saat bencana dan pasca bencana.
Penanggulangan krisis kesehatan pada tahap pra bencana
pencegahan, mitigasi dan
melakukan

upaya

meliputi

upaya

kesiapsiagaan, pada saat bencana dengan

tanggap darurat, serta pasca bencana melakukan upaya

pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi.
Gambar
Upaya Penanggulangan Krisis Kesehatan

Siklus penanggulangan krisis diatas menggambarkan upaya penanggulangan
krisis kesehatan yang dilakukan pada tahapan pra, saat dan pasca bencana.
Upaya

tersebut

dilakukan

pada

semua

tahapan

siklus

manajemen

penanggulangan krisis, yang membedakan pada besaran atau fokus kegiatan.
Upaya terbesar yang dilakukan

pada saat pra bencana adalah pencegahan,

mitigasi dan kesiapsiagaan, tapi upaya ini tetap dilakukan pada saat bencana
dan pasca bencana dengan porsi kegiatan yang lebih kecil. Demikian pula untuk
upaya tanggap darurat dan upaya pemulihan rehabilitasi dan rekonstruksi.

35

4.1

UPAYA PRA BENCANA

Upaya penanggulangan krisis kesehatan pada tahap pra bencana mencakup
upaya pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan. Upaya-upaya pra bencana
merupakan kegiatan yang sangat penting untuk mendukung keberhasilan
penanggulangan krisis kesehatan secara keseluruhan.

Upaya yang telah

dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2012 pada tahap pra
bencana antara lain: penyusunan kebijakan, pedoman peningkatan kapasitas
petugas kesehatan, pengembangan sistem informasi penanggulangan krisis
kesehatan, penyiapan logistik kesehatan, pemetaan

kesiapsiagaan serta

penyiapan anggaran penanggulangan krisis kesehatan.
Kementerian Kesehatan dalam hal ini Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan
pada tahun 2012 juga telah ditetapkan menjadi WHO Collaborating Center
(WHO CC) untuk pelatihan dan penelitian dalam
bencana,

penetapan

ini

berlaku

selama

4

hal pengurangan
tahun.

Penetapan

resiko
Pusat

Penanggulangan Krisis Kesehatan sebagai WHO CC ini bertujuan untuk
mengupayakan

pengurangan

risiko bencana bidang kesehatan, melalui

penerapan rencana kerja, memperkuat manajemen resiko di daerah rawan
bencana, memperkuat kesiapsiagaan fasilitas kesehatan untuk menghadapi
bencana, memperkuat koordinasi sektor/kluster dan mobilisasi sumber daya
dalam rangka pengurangan resiko bencana. Keberadaan Pusat Penanggulangan
Krisis Kesehatan – WHO CC juga akan melakukan kajian di bidang penelitian
berdasarkan pengalaman yang dimiliki Indonesia dalam penanggulangan krisis
kesehatan.
4.1.1 Penyusunan Kebijakan/Pedoman
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian Kesehatan adalah
menyusun pedoman/kebijakan terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana.

Selama

tahun

2012

telah

dilakukan

penyusunan

kebijakan/pedoman/modul terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana sebanyak 31 kebijakan. Dari 31 kebijakan tersebut sebanyak 8 produk
berasal dari Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan berupa pedoman, Standar

36

Operasional Prosedur (SOP), Peraturan, Modul, Poster dan Leaflet . Sebanyak
23 produk lainnya dihasilkan dari unit lintas program dan lintas sektor terkait,
antara lain Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan, Direktorat Pengendalian
Penyakit Bersumber Binatang, Direktorat Penyehatan Lingkungan, Direktorat
Surveilans Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra, Direktorat Bina Gizi,
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktorat Bina
Kesehatan Jiwa, Direktorat Bina Kesehatan Ibu dan Pusdokkes POLRI. Pada
tahun 2012 juga dilakukan pencetakan dan penterjemahan buku oleh
Emergency and Humanitarian Action Unit (EHA) WHO, yaitu buku Pedoman
Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan dalam Situasi Bencana, buku
Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Letusan Gunung Merapi 2010 dan
buku Profil Penanggulangan Kesiapsiagaan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Tahun 2010.
Tabel 4.1
Kebijakan/Pedoman/Modul Yang Disusun Pada Tahun 2012
No

Unit Kerja

Kebijakan/Pedoman/Mo
dul
Pedoman Penilaian
Kerusakan dan Kerugian
Bidang Kesehatan

1

Pusat
Penanggulan
gan Krisis
Kesehatan
(PPKK)

Keterangan
Dalam Proses Penetapan

Pedoman Teknis Kader
Pemberdayaan Masyarakat
Dalam Penanggulangan
Krisis Kesehatan
SOP Bagian Tata Usaha
PPKK
SOP Bidang Pencegahan,
Mitigasi dan Kesiapsiagaan
SOP Bidang Tanggap
Darurat dan Pemulihan
SOP Bidang Pemantauan
dan Informasi

2

Pusdokkes
POLRI

Pedoman tentang
Penatalaksanaan Disaster
Victim Identification (DVI)
Bagi Polri (Edisi Revisi)

Nomor :
PL/002/VI/2010/Pusdokk
es

37

No

3

4

Unit Kerja
Direktorat
P2B2

Direktorat
Bina Gizi

5

Direktorat
Penyehatan
Lingkungan

6

Direktorat
Surveilans
Imunisasi
Karantina
dan
Kesehatan
Matra

7

Direktorat
Bina
Kesehatan
Ibu

Kebijakan/Pedoman/Mo
dul

Keterangan

Pedoman Penggunaan
Insektisida (Edisi Revisi)
Leaflet Pengendalian Vektor
Pedoman Kegiatan Gizi
Dalam Penanggulangan
Bencana (konfirmasi tahun
pembuatan)

Dikirim ke 33 propinsi

Standar antropometri
Penilaian Pertumbuhan anak

Dikirim ke 33 propinsi

Modul Pelatihan Konseling
Pemberian Makan Bayi dan
Anak Bagi Motivator/kader

Dikirim ke 33 propinsi

Panduan Rapid Health
Assesment pada situasi
kedaruratan

Tahap finalisasi

Petunjuk teknis kesehatan
lingkungan pada situasi
kedaruratan

Tahap finalisasi

Poster dan leaflet 5 kunci
ketahanan pangan.
Leaflet tips mengelola
makanan pada situasi
darurat
Leaflet tips memilih
makanan dan minuman
waktu mudik
Petunjuk Teknis PP dan PL
Dalam Penanggulangan
Bencana

Dalam tahap
penyusunan -finalisasi

Pedoman Penanggulangan
Keadaan Darurat Bidang
Kesehatan Pada Kecelakaan
Pesawat Udara di Bandar
Udara (2012)

Dalam proses
penyusunan

Penyempurnaan pedoman
Kegiatan masih berlanjut
Pelayanan kesehatan reproduks
sampai tahun 2013.
pada situasi darurat bencana

38

No

Unit Kerja

Kebijakan/Pedoman/Mo
dul

Pedoman teknis bagi
petugas siaga bencana di
daerah rawan
bencana/konflik

Dalam proses penetapan

8

Direktorat
Bina
Kesehatan
Jiwa

Pedoman Pemusnahan
Sediaan Farmasi

Dalam Proses Finaslisasi

9

Direktorat
Bina Obat
Publik dan
Perbekalan
kesehatan

Penyusunan modul
algoritme SPGDT call center

Dalam proses penetapan

Modul Sistem
Penanggulangan Gawat
Darurat Maternal neonatal

Dalam proses penetapan

10

Direktorat
Bina Upaya
Kesehatan
Rujukan

Emergency
and
Humanitarian
Action Unit
(EHA) WHO

11

Keterangan

A. Pencetakan buku dan Proses Pencetakan Ulang
penterjemahan ke dalam
Bahasa Inggris :
1)Pedoman
Teknis
Penanggulangan
Krisis
Kesehatan dalam Situasi
Bencana 2012
2)Penanggulangan
Krisis
Kesehatan Akibat Letusan
Gunung Merapi 2012
3)Profil
Penanggulangan
Kesiapsiagaan
Krisis
Kesehatan Akibat Bencana
Tahun 2010
B. Pengembangan mapping
software komputerisasi

4.1.2 Peningkatan Kapasitas SDM
Pada

tahun

2012

Kementerian

Kesehatan

telah

melakukan

upaya

peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam penanggulangan krisis

39

kesehatan baik dalam hal manajemen maupun teknis, yaitu sebanyak 57
kegiatan, terdiri dari kegiatan peningkatan kapasitas, workshop, lokakarya,
sosialisasi, geladi penanggulangan krisis kesehatan dan konferensi nasional
dan internasional.Sasaran peningkatan kapasitas adalah petugas kesehatan
di

tingkat

provinsi

maupum

kabupaten/kota.

Kegiatan

tersebut

diselenggarakan oleh 8 unit kerja di Kementerian Kesehatan yaitu Pusat
Penanggulangan Krisis Kesehatan, Direktorat Bina Gizi, Direktorat Bina
Upaya Kesehatan Rujukan, Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Direktorat Bina
Kesehatan

Jiwa,

Direktorat

Penyehatan

Lingkungan,

Direktorat

Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Direktorat Surveilans Imunisasi
Karantina dan Kesehatan Matra dan Direktorat Bina Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatn kapasisas SDM juga dilakukan oleh Pusdokkes POLRI
dan Emergency and Humanitarian Action Unit (EHA) WHO.

4.1.2.1 Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan
Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan sebagai unit di Kementerian Kesehatan
yang setiap tahun melakukan kegiatan peningkatan kapasitas sumber daya
manusia di bidang penanggulangan krisis kesehatan. Kegiatan peningkatan
kapasitas SDM di Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan selama tahun 2012
adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2
Peningkatan Kapasitas SDM Dalam Penanggulangan Krisis
Kesehatan yang dilakukan oleh Pusat Penanggulangan Krisis
Kesehatan Selama Tahun 2012
No Bidang/Bagian Jenis Kegiatan Asal Peserta
Jumlah
Peserta
1
Pencegahan,
Peningkatan
150
 PPKK
Mitigasi dan
kesiapsiagaan
orang
 Dinkes Prov.
Kesiapsiagaan
Dengan Geladi
Jawa Barat
Penanggulangan  Dinkes Kab.
Krisis Kesehatan
Sukabumi
Bencana Tanah
 BPBD Kab.
Longsor di Kab.
Sukabumi
Sukabumi, Jawa  Dinsos Kab.
Barat
Sukabumi
40

Geladi
Penanggulangan
Krisis Kesehatan
Bencana Banjir
Lahar Dingin
Gunung
Gamalama di
Kota Ternate,
Maluku Utara

Peningkatan
Kapasitas
Fasilitator
Tenaga
Kesehatan Dalam
Penanggulangan
Krisis Kesehatan
Peningkatan
Kapasitas
Tenaga
Kesehatan Dalam
Manajemen
Bencana Bidang
Kesehatan
Pendampingan
Penyusunan
Rencana
Kontinjensi
Kesehatan

 PMI Kab.
Sukabumi
 Badan SAR
Daerah
 Puskesmas
Kabandungan
 Puskesmas
Cibadak
 Kodim 0622
Kab. Sukabumi
 Koramil 2205
Kab.Sukabumi
120
 PPKK
orang
 Dinkes Prov.
Maluku Utara
 Dinkes Kota
Ternate
 RSUD Hasan
Boecheri
 BPBD Kota
Ternate
 SAR Daerah
Maluku Utara
 TNI
 POLRI
 Unit Lintas
Sektor
35 Politeknik
46 orang
Kesehatan
Kementerian
Kesehatan

 53 Dinas
Kesehatan
Kab/Kota
 1 Dinas
Kesehatan
Provinsi
Peserta kegiatan
berasal dari :
29 kabupaten
5 kota
1 provinsi

56 orang

152
orang

41

Kabupaten/Kota,
dilaksanakan di
Provinsi Riau,
NTT, Kalimantan
Tengah,
Sulawesi
Tenggara dan
Jawa Barat
Lokakarya
Pemberdayaan
Masyarakat
Dalam
Penanggulangan
Krisis Kesehatan
2

3

Tanggap Darurat
dan Pemulihan

Pemantauan dan
Informasi

Peningkatan
Kapasitas Tim
Reaksi Cepat
(TRC) Dalam
Melakukan
Penilaian Cepat
dan Pelayanan
Kesehatan,
diselenggarakan
di Provinsi Jawa
Barat dan DKI
Jakarta
Pendampingan
Petugas
Kabupaten/Kota
dalam
Penyusunan
Perencanaan
Rumah Sakit
dalam
Penanggulangan
Krisis Kesehatan
Akibat Bencana

Dinkes Prov. DKI
Jakarta
5 Sudinkes Prov.
DKI Jakarta
AGD 118
9 unit Lintas
Program

50 orang

152
orang
38 Kabupaten
2 Kota
2 Rumah Sakit
15 KKP
13 Unit Lintas
Sektor
2 Unit Lintas
Program

8 Provinsi (Jambi,
Kep. Bangka
Belitung, Jawa
Barat, Kalimantan
Barat, Sulawesi
Tengah, Sulawesi
Barat, Sulawesi
Selatan, Sulawesi
Tenggara)
17 Rumah Sakit

278
orang

41 orang

Pengelolaan
Data dan
Informasi

2 kota
32 kabupaten
1 KKP (disebut
dalam lampiran)

Penggunaan
Alat Komunikasi
Bencana

6 kota
23 kabupaten
(disebut dalam

34 orang

42

Pemetaan
Kesiapsiagaan
Kabupaten/Kota
Rawan Bencana
4

Tata Usaha

Gelar Rumah
Sakit Lapangan
di Cibubur

Gelar Rumah
Sakit Lapangan
di Sentul, Bogor

lampiran)
1 KKP
1 provinsi
20 provinsi
15 kota
73 kabupaten
2 KKP (disebut
dalam, lampiran)
PPKK
RSUPN Cipto
Mangunkusumo
RS PMI Bogor
PPKK
Kementerian
Pertahanan
Puskes TNI
RSUPN Cipto
Mangunkusumo

Upaya
Peningkatan
Motivasi dan
Kinerja Pegawai PPKK
Pusat
Penanggulangan
Krisis Kesehatan

98 orang

70
orang

65 orang

43

Gambar 4.1
Peningkatan Kapasitas Petugas Dalam Pengelolaan Data dan Informasi
Penanggulanagan Krisis Kesehatan

Gambar 4.2
Peningkatan Kesiapsiagaan melalui
Gelar Rumah Sakit Lapangan di Sentul, Jawa Barat
44

Gambar 4.3
Peningkatan kesiapsiagaan Dengan Geladi Penanggulangan Krisis Kesehatan
Bencana Tanah Longsor di Kab. Sukabumi, Jawa Barat

Gambar 4.4
Peningkatan Kapasitas Petugas Kab/Kota Dalam Penggunaan Alat Komunikasi
Penanggulangan Krisis Kesehatan
45

Gambar 4.5
Pendampingan Penyusunan Perencanaan Rumah Sakit Dalam Penanggulangan
Krisis Kesehatan di RSU Anutapura Kota Palu, Sulawesi Tengah

Gambar 4.6
Pendampingan Penyusunan Rencana Kontinjensi Kabupaten/Kota
di Provinsi Jawa Barat

46

Gambar 4.7
Peningkatan Kapasitas Petugas Kesehatan Tim Reaksi Cepat Dalam Melakukan
Penilaian Cepat dan Pelayanan Kesehatan

Gambar 4.8
Peningkatan Kapasitas Tenaga Kesehatan Dalam Manajemen Bencana
Bidang Kesehatan
47

Gambar 4.9
Upaya Peningkatan Motivasi dan Kinerja Pegawai
Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

Gambar 4.10
Geladi Penanggulangan Krisis Kesehatan Lahar Dingin Gunung Gamalama
di Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara

48

Gambar 4.11
Geladi Penanggulangan Krisis Kesehatan Lahar Dingin Gunung Gamalama
di Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara

4.1.2.2 Direktorat Bina Kesehatan Jiwa
Salah satu upaya peningkatan kapasitas SDM yang dilakukan oleh Direktorat
Bina Kesehatan Jiwa adalah Peningkatan Keterampilan Kesehatan Jiwa Petugas
Siaga Bencana di Daerah Rawan Bencana, yang dilaksanakan pada tanggal 8 –
11 Agustus 2012 di Bogor, Jawa Barat.
Pelatihan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilanpetugas
pelayanan kesehatan jiwa di daerah rawan bencana, dan diharapkan agar
setiap regional memiliki tim reaksi cepat siaga bencana yang dapat memberikan
bantuan psikologik dan kesehatan jiwa pertama serta siap dimobilisasi bila
terjadi bencana dalam regional masing-masing, dalam rangka mempercepat
akses pemberian bantuan psikologidan kesehatan jiwa kepada korban bencana.
Materi yang diberikan selama pelatihan, antara lain tentang:
 Kebijakan kesehatan jiwa dalam siaga bencana
 Konsep dasar penatalaksanaan kesehatan jiwa di daerah bencana
 Deteksi dini dan penapisan masalah kesehatan jiwa
 Psychological First Aid (PFA)
 Konseling dasar masalah kesehatan jiwa akibat bencana
 Penilaian masalah psikososial akibat bencana
 Manajemen stress
 Koordinasi dan need assessment layanan kesehatan pada bencana

49

Pelatihan tersebut diikuti oleh 52 peserta, dengan rincian:
1. Peserta Pusat
Unit Lintas Program/Lintas Sektor terkait :
 Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
 Pusat Promosi Kesehatan
 Pusat Intelejensia Kesehatan
 Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik
 Yayasan Pulih
 Pusat Krisis UI
2. Peserta Daerah
a) Dinas Kesehatan
Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Banten, Provinsi Bali, Provinsi NTB, Provinsi
Sulawesi Selatan, Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan,
Provinsi Riau, Kota Tangerang, Kabupaten Garut, Kabupaten Ciamis,
Kabupaten Magelang, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Bantul, Kabupaten
Sleman, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten
Poso, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Lampung Barat,
Kabupaten Nias Selatan, Kota Padang.
b) Rumah Sakit
RSKetergantungan Obat, RSJiwa Daerah Bali, RSKD Sulawesi Selatan,
RSUD Maluku Utara, RS Jiwa Daerah Kalimantan Selatan, RSJiwa Riau

Gambar 4.12
Pertemuan Pelayanan Kesehatan Jiwa di Daerah Rawan Bencana

50

4.1.2.3 Direktorat Bina Gizi
Upaya peningkatan kapasitas SDM dalam penanggulangan krisis kesehatan
yang dilakukan oleh Direktorat Bina Gizi selama tahun 2012 antara lain :
1. Peningkatan Kapasitas Petugas Pengelola Program Gizi Dinkes Provinsi
tentang Surveilans Gizi dan Kedaruratan Gizi.
 Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan
kesiapsiagaan pengelola kegiatan pembinaan gizi provinsi dalam
mengantisipasi kejadian bencana.
 Jumlah peserta kegiatan ini berjumlah 58 orang berasal dari 33
provinsi dan unit lintas program terkait di Kementerian Kesehatan
2. Pelatihan Konseling Menyusui di Daerah Rawan Bencana
 Tujuan dari pelatihan ini adalah tersedianya konselor menyusuipada
situasi normal maupun bencana.
 Jumlah peserta pelatihan ini sebanyak 1.017 orang berasal dari 9
provinsi, yaitu Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Barat,
Provinsi Riau, Provinsi Jambi, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi
Lampung, Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi Jawa Barat dan Provinsi
Sulawesi Tenggara.
 Tim yang dilatih adalah Tim Konselor Menyusui sebanyak 1.017
orang,sehingga kumulatif tenaga konselor menyusui sampai tahun
2012 ada sebanyak 3.929 orang yang terdiri dari Dokter (Spesialis
Obstetri dan Ginekologi dan Spesialis Anak), Bidan, dan Ahli Gizi dari
rumah sakit dan puskesmas perawatan.
3. Pelatihan Fasilitator Pelatihan Konseling Menyusui
 Tujuan dari pelatihan ini adalah tersedianyafasilitator pelatihan
konseling menyusui pada situasi normal maupun bencana.
 Jumlah peserta pelatihan ini sebanyak 31 orang dari 5 provinsi.
 Jumlah kumulatif fasilitator konseling menyusui sampai akhir tahun
2012 adalah 388 orang.
4. Pelatihan Konseling Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) di
Daerah Rawan Bencana
 Tujuan dari pelatihan ini adalah tersedianya konselor MP-ASIuntuk
pelaksanaan konseling MP-ASI pada situasi normal maupun bencana
 Peserta pelatihan ini berjumlah 40 orang berasal dari 8 provinsi, yaitu
Provinsi Aceh, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Barat,
Provinsi Riau, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi
Nusa Tenggara Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Timur.
 Jumlah kumulatif tenaga konselor MP ASI sampai tahun 2012 adalah
388 orang terdiri dari dokter, bidan, perawat dan ahli gizi dari rumah
sakit dan puskesmas perawatan.

51

5. Pelatihan Konseling MP ASI di Daerah Rawan Bencana
 Tujuan dari pelatihan ini adalah tersedianya fasilitator untuk pelatihan
konseling MP ASI pada situasi normal maupun situasi bencana.
 Peserta pelatihan ini berjumlah 13 orang dari 3 provinsi yaitu Provinsi
Sumatera Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Provinsi Nusa
Tenggara Timur.
 Jumlah kumulatif fasilitator pelatihan konseling MP ASI sampai tahun
2012 sebanyak 51 orang.
6. Sosialisasi Pedoman Kegiatan Gizi dalam Penanggulangan Bencana
 Pada tahun 2012 dilakukan sosialisasi Pedoman Kegiatan GiziDalam
Penanggulangan Bencana ke 13 provinsi, yaitu :
1. Provinsi Aceh
2. Provinsi Sumatera Utara
3. Provinsi Sumatera Barat,
4. Provinsi Jawa Tengah
5. Provinsi DI Yogyakarta
6. Provinsi Nusa Tenggara Barat
7. Provinsi Nusa Tenggara Timur
8. Provinsi Kalimantan Selatan
9. Provinsi Sulawesi Utara
10. Provinsi Sulawesi Selatan
11. Provinsi Sulawesi Tenggara
12. Provinsi Maluku
13. Provinsi Maluku Utara
 Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan
kesiapsiagaan pengelola kegiatan pembinaan gizi provinsi dalam
mengantisipasi kejadian bencana.
 Sasaran kegiatan pembinaan teknis lebih difokuskan kepada pengelola
kegiatan pembinaan gizi di Dinkes Provinsi/Kabupaten/Kota

Tabel 4.3
Peningkatan Kapasitas SDM Dalam Penanggulangan Krisis
Kesehatan yang dilakukan oleh Direktorat Bina Gizi Selama
Tahun 2012

No Jenis Kegiatan
1

Asal Peserta

Peningkatan
Kapasitas 33 provinsi
Petugas Pengelola Program Unit
Lintas
Gizi Dinkes Provinsi tentang Program
Surveilans
Gizi
dan
Kedaruratan Gizi

Jumlah
Peserta
58 orang

52

2

Pelatihan
Konseling 9 Provinsi
Menyusui di Daerah Rawan
Bencana

1.017 orang

3

Pelatihan Fasilitator
Pelatihan Konseling
Menyusui

5 Provinsi

31 orang

4

Pelatihan Konseling MPASI
Di Daerah Rawan Bencana

8 Provinsi

40 orang

5

Pelatihan Fasilitator
Pelatihan Konseling MP ASI

Kementerian
Kesehatan

13 orang

6

Sosialisasi Pedoman
Kegiatan Gizi dalam
Penanggulangan Bencana
pada setiap kegiatan Bimtek
dan Monev ke
Propinsi/Kabupaten/Kota

13 Provinsi

Gambar 4.13
Kegiatan Pelatihan Konseling Menyusui di Daerah Rawan Bencana
53

4.1.2.4 Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan
Upaya peningkatan kapasitas SDM dalam penanggulangan krisis kesehatan
yang dilakukan oleh Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan selama tahun
2012 antara lain :
1. Peningkatan kapasitas petugas kesehatan di rumah sakit yang menangani
PONEK

 Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas tenaga medis
dalam menangani kegawatan maternal neonatal .

 Peserta kegiatan ini adalah dokter spesialis kebidanan dan kandungan,
dokter spesialis anak, dokter umum, bidan dan perawat untuk
kegawatan maternal neotatal.

 Jumlah peserta sebanyak 80 orang yang terdiri dari dokter, perawat dan
bidan di Provinsi Papua dan Aceh.

2. Workshop Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)
Untuk dapat meningkatkan kemampuan petugas kesehatan di rumah sakit
dan mengenalkan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu Direktorat
Bina Upaya Kesehatan Rujukan

pada tahun 2012 melakukan workshop

SPGDT di kota Bandung dan Jakarta. Peserta pada kegiatan ini berjumlah
80 orang.
Tabel 4.4
Peningkatan Kapasitas SDM Dalam Penanggulangan Krisis
Kesehatan yang dilakukan oleh Direktorat Bina Upaya
Kesehatan Rujukan Selama Tahun 2012
No Jenis Kegiatan
1

Peningkatan
Kapasitas
Petugas Dokter
Spesialis
Kebidanan dan

Jenis Tenaga
Medis
Dokter Spesialis
Kebidanan dan
Kandungan

Asal Peserta
Provinsi Papua
Provinsi Aceh

Jumlah
Peserta
80 orang

54

kandungan untuk
kegawatan
maternal
neonatal
2

Peningkatan
Kapasitas Dokter
Umum untuk
kegawatan
maternal
neonatal

Dokter Umum

Provinsi Papua
Provinsi Aceh

80 orang

3

Peningkatan
Kapasitas Dokter
Spesialis Anak
untuk kegawatan
maternal
neonatal

Dokter Spesialis
Anak

Provinsi Papua
Provinsi Aceh

80 orang

4

Peningkatan
Kapasitas Bidan
untuk kegawatan
maternal
neonatal

Bidan

Provinsi Papua
Provinsi Aceh

80 orang

5

Peningkatan
Kapasitas
Perawat untuk
kegawatan
maternal
neonatal

Perawat

Provinsi Papua
Provinsi Aceh

80 orang

6

Workshop Sistem
Penanggulangan
Gawat Darurat
Terpadu (SPGDT)

Jakarta dan
Bandung

80 orang

55

Gambar 4.14
Kegiatan Workshop Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)

4.1.2.5 Direktorat Surveilans Epidemiologi, Imunisasi, Karantina dan
Kesehatan Matra
Upaya peningkatan kapasitas SDM dalam penanggulangan krisis kesehatan
yang dilakukan oleh Direktorat Surveilans Epidemiologi, Imunisasi, Karantina
dan Kesehatan Matraselama tahun 2012 antara lain :
No
1

Jenis Kegiatan
Pelatihan Kesehatan
Penyelaman dan
Hiperbarik

2

Pelatihan Kesehatan 17 KKP
Penerbangan
Pelatihan
KKP
Penanggulangan
BTKL PP
Bencana Bidang PP Dinkes Provinsi
dan PL

3

Asal Peserta
2 KKP
15 Dinkes Provinsi

Jumlah Peserta
17 orang

20 orang
38 orang

56

Gambar 4.15
Hypobaric Chamber pada Kegiatan Pelatihan Kesehatan Penerbangan

4.1.2.6 Direktorat Penyehatan Lingkungan
Direktorat Penyehatan Lingkungan melakukan kegiatan peningkatan kapasitas
SDM dalam penanggulangan krisis kesehatan, antara lain :
No
1

Jenis Kegiatan
Food Safety Training

2

Investigasi KLB
keracunan pangan

3

Pelatihan
Penggunaan
peralatanfood
contamination kit

Asal Peserta
Jumlah Peserta
Direktorat Penyehatan 12 orang
Lingkungan
Direktorat Penyehatan 12 orang
Lingkungan
9 Provinsi
59 Kab/kota

Tiap kab/kota 3 orang
total 285 orang

4.1.2.7 Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang
Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang selama tahun 2012
menyelenggarakan kegiatan peningkatan kapasitas SDM, antara lain :
No
1

Jenis Kegiatan
Asal Peserta
Jumlah Peserta
Pelatihan Entomolog KKP
60 orang
Kesehatan
BBTKL PP
2 Angkatan
DinkesProvinsi/Kabupaten
57

2

3

4

5

6

Pelatihan
Dinkes Provinsi
Pengendalian Vektor Dinkes Kabupaten
Malaria
Pelatihan
pengendalian vektor
Pertamina
dan pemantauan air
bersih
Tenaga teknis
pengendalian vektor dari
Pentaloka
BB/BTKL, KKP, Dinkes
Pengendalian Vektor
Kabupaten dan Dinkes
Provinsi
Pelatihan
KKP Tanjung Balai
pengendalian vektor
Karimun
di pelabuhan
Pelatihan
24 Dinas Kesehatan
pengendalian vektor
Kabupaten
di daerah

30 orang

30 orang

30 orang

30 orang

24 orang

Gambar 4.16
Kegiatan Pelatihan Entomologi Kesehatan

58

4.1.2.8 Direktorat Bina Kesehatan Ibu
Untuk Direktorat Bina Kesehatan Ibu kegiatan peningkatan kapasaitas SDM
yang dilaksanakan selama tahun 2012, antara lain :
1. Peningkatan Kapasitas Pengelola Pelayanan Kesehatan Reproduksi
pada Situasi Darurat di 6 Provinsi.
Tujuan kegiatan
ini adalah untuk meningkatkan kapasitas petugas
kesehatan dalam menangani masalah kesehatan reproduksi pada kejadian
krisis kesehatan.
Peserta kegiatan ini berasal dari beberapa institusi, yaitu :
 Dinas Kesehatan Provinsi
 Dinas Kesehatan Kabupaten
 Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
 Rumah Sakit Umum Daerah
 Ikatan Bidan Indonesia
Kegiatan ini dilaksanakan di 6 provinsi, yaitu :
a. Provinsi Bengkulu
Jumlah Peserta 30 orang, berasal dari :
 Provinsi Bengkulu
 Kota Bengkulu
 Kabupaten Bengkulu Selatan
 Kabupaten Bengkulu Utara
 Kabupaten Seluma
 Kabupaten Muko-muko
 Kabupaten Kaur
b. Provinsi Gorontalo
Jumlah Peserta 36 orang, berasal dari :
 Provinsi Gorontalo
 Kota Gorontalo
 Kabupaten Gorontalo
 Kabupaten Bone Bolango
 Kabupaten Gorontalo Utara
 Kabupaten Boalemo
 Kabupaten Pohuwato
c. Provinsi Kalimantan Tengah
Peserta berasal dari Provinsi Kalimantan
kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Tengah.
d. Provinsi Nusa Tenggara Barat
Jumlah peserta 36 orang berasal dari :
Provinsi NTB
 Kabupaten Lombok Utara
 Kabupaten Dompu
 Kabupaten Sumbawa
 Kabupaten Sumbawa Barat
 Kabupaten Lombok Timur
 Kabupaten Bima

Tengah

dan

seluruh

59

e. Provinsi Sulawesi Tenggara
Jumlah peserta 33 orang, berasal dari :
 Provinsi Sulawesi Tenggara
 Kabupaten Muna
 Kabupaten Kolaka Utara
 Kabupaten Bombana
 Kabupaten Wakatobi
 Kabupaten Konawe Selatan
 Kabupaten Konawe Utara
2. Pelatihan Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM)
Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) adalah paket intervensi
minimum yang diperlukan unutk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
reproduksi pada situasi bencana.
Tujuan pelatihan ini adalah meningkatkan kapasitas petugas kesehatan
dalam menangani masalah kesehatan reproduksi dalam kejadian krisis
kesehatan dengan melakukan Paket Pelayanan Awal Minimum.
Pada tahun 2012 pelatihan PPAM ini dilaksanakan sebanyak 3 kali, yaitu
:
1. Regional Kalimantan Selatan
Dilaksanakan di Banjarmasin, pada tanggal 26 – 30 November 2012.
Narasumber dan fasilitator dari Direktorat Bina Kesehatan Ibu dan
Ousat Penanggulangan Krisis Kesehatan
Peserta pelatihan ini berjumlah 37 orang, berasal dari :
 Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan
 Direktorat Bina Kesehatan Ibu
 Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
 Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar
 Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Bumbu
 Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Laut
 Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah
 Dinas Kesehatan Kota Palangkaraya
 Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Utara
 Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur
 Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Kartanegara
 Dinas Kesehatan Kota Samarinda
2. Regional Sulawesi Selatan
Dilaksanakan di Makassar pada tanggal 25 – 29 September 2012
Narasumber dan fasilitator berasal dari Direktorat Bina Kesehatan
Ibu, Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan dan Ikatan Bidan
Indonesia
Peserta pelatihan ini berjumlah 40 orang, berasal dari :
 Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan
 Direktorat Bina Kesehatan Ibu
 UNFPA
 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan
60

 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat
 Dinas Kesehatan Kabupaten Mamasa
 Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju Utara
3. Provinsi Gorontalo
Dilaksanakan di Gorontalo dengan jumlah peserta 30 orang berasal
dari 6 kabupaten/kota di Provinsi Gorontalo.
3. Sosialisasi dan advokasi pelayanan kesehatan reproduksi pada
situasi darurat
Dilakukan di 7 provinsi , yaitu :
a. Provinsi Sumatera Utara
 Kabupaten Nias
 Kabupaten Nias Selatan
b. Provinsi Sulawesi Barat
 Kabupaten Mamasa
 Kabupaten Mamuju Utara
c. Provinsi Aceh
d. Provinsi Sumatera Selatan
e. Provinsi Lampung
f. Provinsi Sulawesi Utara
g. Provinsi Papua Barat
Tabel 4.5
Peningkatan Kapasitas SDM Dalam Penanggulangan Krisis
Kesehatan yang dilakukan oleh Direktorat Bina Kesehatan Ibu
Selama Tahun 2012
No
1

Jenis Kegiatan
Peningkatan Kapasitas
Pengelola Pelayanan
Kesehatan Reproduksi
pada Situasi Darurat di
5 Provinsi.

Asal Peserta

2

Pelatihan PPAM
Regional Kalimantan
Selatan

3 Provinsi
7 Kabupaten/Kota

37 orang

3

Pelatihan PPAM
Regional Sulawesi
Selatan
Sosialisasi dan
advokasi pelayanan
kesehatan reproduksi
pada situasi darurat

2 Provinsi
2 Kabupaten
UNFPA
2 Provinsi (Sumut dan
Sulbar)
4 Kabupaten (Nias, Nias
Selatan, Mamasa, dan
Mamuju Utara)

40 orang

4

Jumlah Peserta
Total 288 orang

6 Provinsi
30 Kabupaten/Kota

60 orang

61

5

Peningkatan kapasitas
pengelola pelayanan
kesehatan reproduksi
pada situasi darurat di
Provinsi Kalimantan
Tengah (2 kali). (Dana
Dekonsentrasi)

Provinsi Kalimantan Tengah 33 orang
Seluruh Kabupaten/Kota di
Provinsi Kalimantan Tengah

6

Sosialisasi dan
orientasi pelayanan
kesehatan reproduksi
pada situasi darurat
diProvinsi Aceh,
Sumatera Selatan,
Lampung, Sulawesi
Utara, dan Papua
Barat. (dana
Dekonsentrasi)

5 Provinsi
(Aceh, Sumatera Selatan,
Lampung, Sulawesi Utara,
Papua Barat)

Pelatihan
PPAMkesehatan
reproduksi di Provinsi
Gorontalo. (Dana
Dekonsentrasi)

Provinsi Gorontalo
Seluruh Kabupaten/Kota di
Provinsi Gorontalo
(6 Kabupaten/Kota)

7

Aceh: 44 orang
Sumsel: 38 orang
Lampung: 25
orang
Sulut: 35 orang
Papua barat: 25
orang

30 orang

62

Gambar 4.17
Kegiatan Pelatihan Paket Pelayanan Awal Minumum (PPAM)

63

Gambar 4.18
Kegiatan Pelatihan Paket Pelayanan Awal Minumum (PPAM)

4.1.2.9 Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan hanya melakukan 1
kegiatan peningkatan kapasitas SDM selama tahun 2012, yaitu Peningkatan
Kinerja SDM Pengelola Obat di Instalasi Farmasi Pusat dengan peserta
pelatihan berjumlah 26 orang yang merupakan para pengelola kefarmasian di
unit-unit Kementerian Kesehatan.
4.1.2.10 Pusat Kedokteran Kesehatan (Pusdokkes) POLRI
Pusdokkes POLRI merupakan unit lintas sektor yang selalu bekerja sama
dengan Kementerian Kesehatan dalam penanggulangan krisis kesehatan.
Peran Pusdokkes POLRI ini sangat terlihat dalam hal identifikasi korban
meninggal pada kejadian seperti kecelakaan transportasi (darat, udara, laut)
dan ledakan bom. Proses identifikasi korban meninggal ini dilakukan oleh unit
Disaster Victim Investigation (DVI) yang berada dalam Pusdokkes POLRI. Salah
satu peran Pusdokkes POLRI/DVI yang terlihat jelas pada tahun 2012 adalah
pada proses indentifikasi korban meninggal pada kejadian jatuhnya pesawat
Sukhoi Super Jet 100 di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat.
Selama tahun 2012 Pusdokkes POLRI banyak melakukan kegiatan peningkatan
SDM nya, terutama SDM unit DVI. Kegiatan yang dilakukan antara lain berupa :
64

1. Pelatihan-pelatihan DVI, baik tingkat nasional dan internasional
2. Konferensi/kongres/pertemuan Internasional dalam hal DVI
3. Sosialisasi program-program DVI ke beberapa provinsi di Indonesia
Tabel 4.6
Peningkatan Kapasitas SDM Dalam Penanggulangan Krisis
Kesehatan yang dilakukan oleh Pusdokkes POLRI Selama Tahun
2012
N
o

Jenis Kegiatan

1

5thInternational
Dental DVI
Management and
Forensic
Dentistry Course,
JCLEC.
6thInternational
DVIMortuary
Management
Course, JCLEC

2

Tempat
Pelaksanaa
n
Semarang,
Jawa Tengah

Waktu
Pelaksanaa
n
10 – 27 Juli
2012

Skala
Kegiatan

Jumlah
Pesert
a
Internasiona
20
l
orang

Semarang,
Jawa Tengah

17 – 28
September
2012

Internasiona
l

20
orang

3

1stInternational
DVIBasic Training
for Mobile
Brigade, JCLEC

Semarang,
Jawa Tengah

17 – 28
September
2012

Internasiona
l

20
orang

4

4thInternational
DVICommander
Workshop, JCLEC

Semarang,
Jawa Tengah

17 – 28
September
2012

Internasiona
l

20
orang

5

4thInternational
DVI Course for
DVI Province
Commander and
Interdepartmenta
l Institution,
JCLEC

Semarang,
Jawa Tengah

8 – 19
Oktober 2012

Internasiona
l

20
orang

6

Sosialisasi
DVIPolda DI
Yogyakarta
Sosialisasi
DVIPolda
Kalimantan Timur

Yogyakarta

19 – 21
November
2012
27 – 29
November
2012

Nasional

75
orang

Nasional

75
orang

7

Kalimantan
Timur

65

8

Sosialisasi
DVIPolda
Kalimantan Barat

Pontianak,
Kalimantan
Barat

10 – 12
Desember
2012

Nasional

75
orang

4.1.3 Pertemuan Koordinasi
Upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat lakukan secara
optimal apabila seluruh program dan kegiatan dilaksanakan dengan cara
berintegrasi serta berkoordinasi baik lintas program maupun lintas sektor. Pada
tahun

2012,

Kementerian

Kesehatan

telah

menyelenggarakan

19

kali

pertemuan koordinasi.
Tabel 4.7
Pertemuan Koordinasi Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan
yang Diselenggarakan Unit-unit Kemenkes pada Tahun 2012
No

1

Unit Organisasi

Pusat Penanggulangan
Krisis Kesehatan (PPKK)

Kegiatan



Rapat Evaluasi Penanggulangan

Krisis Kesehatan Tahun 2011 dan

Koordinasi
Kesiapsiagaan

menghadapi
Krisis