files792219. BUKU TINJAUAN TAHUN 2014

BAB I
PENDAHULUAN

Berbagai kejadian krisis kesehatan akibat bencana terjadi di Indonesia sepanjang tahun
2014. Berdasarkan data Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan tercatat sebanyak 456
kali kejadian bencana. Bencana alam masih mendominasi

dengan

227 kejadian,

selanjutnya bencana non alam 197 kejadian dan bencana sosial, 32 kejadian, dengan
frekuensi tertinggi pada bencana banjir, 88 kejadian.
Data Dibandingkan dengan tahun 2013
Diceritakan mengenai isi buku secara ringkas, pembagian isi buku/pengklasifikasian bab
Dicantumkan sumber rujukan, metode pengumpulan data,
Kejadian bencana besar diceritakan secara ringkas saja. Jenis kejadian bencana yang memiliki dampak
cukup besar.

Awal tahun 2014, terjadi banjir bandang dan longsor yang menerjang sejumlah kota
dan kabupaten di Sulawesi Utara, pada 15 Januari 2014. Daerah tersebut antara lain,

Kota Manado, Kota Tomohon, Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Utara,
Minahasa

Tenggara,

Kepulauan

Sangihe

dan

Kabupaten

Sitaro

Kejadian erupsi gunung api juga banyak terjadi sepanjang tahun 2014. Mulai Gunung
Sinabung di Tanah Karo, Sumatera Utara, pada 1 Februari 2014,

mengakibatkan


17 orang meninggal, terkena awan panas, Gunung Kelud di Kabupaten Kediri, Jawa
Timur, Gunung Slamet di Jawa Tengah dan erupsi Gunung Api Sangeang yang terletak
di Pulau Sangeang, Kecamatan Wera, Bima, Nusa Tenggara Barat.
Akhir tahun 2014, bencana besar kembali terjadi. Tanah longsor yang menimbun Desa
Jemblung, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah pada Jumat 12
Desember, diperkirakan 108 orang tertimbun material longsor, 97 korban ditemukan
meninggal. Jelang tutup tahun, 28 Desember, terjadi kecelakaan transportasi udara
jatuhnya pesawat Air Asia QZ8501 rute Surabaya-Singapura di perairan Selat Karimata
dengan korban 169 orang, yang merupakan penumpang dan awak pesawat.

1

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi risiko bencana, baik oleh pemerintah,
masyarakat maupun dunia usaha. Pengurangan risiko bencana sudah menjadi fokus
perhatian para pelaku penanggulangan bencana nasional dan internasional. Paradigma
baru dalam penanggulangan bencana, berbagai permasalahan bencana memerlukan
kerjasama dan dukungan semua pihak dalam penanggulangannya, terutama dalam
upaya mengembangkan budaya pengurangan risiko bencana, sehingga dapat
dilaksanakan secara terarah dan terpadu. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
menetapkan 13 Oktober sebagai hari peringatan Pengurangan Risiko Bencana yang

sudah dimulai sejak tahun 1989. Peringatan tersebut merupakan salah satu cara untuk
mempromosikan budaya pengurangan risiko bencana, termasuk pencegahan bencana,
mitigasi dan kesiapsiagaan pada masyarakat.
Ditambahkan permasalahan yang menonjol dalam upaya PKK.
Upaya DRR dilakukan dengan lesson learnt kejadian bencana sebelumnya, yg dapat
diperoleh dari buku ini
Untuk meningkatkan efektifitas penanggulangan bencana terpadu melalui koordinasi
dan kolaborasi dilakukan dengan pendekatan klaster. Pusat Penanggulangan Krisis
Kesehatan ditunjuk oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebagai
koordinator klaster kesehatan yang mengkoordinir beberapa sub klaster kesehatan,
antara lain sub klaster pelayanan kesehatan, gizi, kesehatan ibu dan anak, kesehatan
reproduksi, kesehatan jiwa, sanitasi dan air bersih dan Disaster Victim Investigation
(DVI). 8 sub Klaster
Buku ini memberikan gambaran upaya penanggulangan krisis kesehatan yang dilakukan
tahun 2014. Pengumpulan data dilakukan melalui koordinasi dengan lintas program dan
lintas sektor serta pemantauan 24 jam dan berbagai program serta kegiatan yang
dilaksanakan pada tahun 2014. PPKK mengumpulkan, menganalisa data dan informasi
penanggulangan krisis kesehatan yang ada dan meyajikannya dalam buku ini. Data dan
2


informasi serta dokumentasi yang disajikan

diharapkan dapat menjadi bahan

pembelajaran, evaluasi dan masukan bagi para pemangku kepentingan untuk membuat
suatu kebijakan.
1.1. TUJUAN
A. Tujuan umum:
Tersedianya informasi kejadian dan upaya penanggulangan krisis kesehatan
tahun 2014
B. Tujuan khusus:
Tersedianya informasi:
a. Krisis Kesehatan di Indonesia tahun 2014 meliputi frekuensi kejadian krisis
kesehatan, korban (meninggal, hilang, luka/dirawat, dan pengungsi) serta
fasilitas kesehatan yang rusak.
b. Upaya penanggulangan krisis kesehatan oleh Kementerian Kesehatan di
tingkat nasional baik pada pra, saat tanggap darurat maupun pasca krisis
kesehatan serta permasalahannya.
c. Upaya Kementerian Kesehatan dalam kesiapsiagaan bidang kesehatan pada
acara khusus.


1.2. DASAR HUKUM
a. Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana.
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
c. Peraturan

Pemerintah

Republik

Indonesia

No.

21

tahun

2008


tentang

Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
d. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan
Bantuan Bencana
e. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga Internasional
dan Lembaga Asing Non-Pemerintah dalam Penanggulangan Bencana.
f. Peraturan Presiden No 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional
3

g. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1144/MENKES/PER/VIII/2010tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan
h. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 876/MENKES/SK/XI/2006 tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Penanganan Krisis dan Masalah Kesehatan Lain.
i.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 374/MENKES/SK/V/2009 tentang Sistem
Kesehatan Nasional;


j.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Penanggulangan Krisis Kesehatan

k. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 77 tahun 2014 tentang Sistem Informasi
Penanggulangan Krisis Kesehatan.
l.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 36 tahun 2014 tentang Penilaian Kerusakan,
Kerugian dan Kebutuhan Sumber Daya Kesehatan Pasca Bencana

1.3. RUANG LINGKUP
Tinjauan penanggulangan krisis kesehatan tahun 2014 menggambarkan kejadian krisis
kesehatan akibat bencana di Indonesia dan upaya penanggulangannya baik pada saat pra
krisis kesehatan, saat tanggap darurat krisis kesehatan maupun pasca krisis kesehatan, yang
terjadi selama tahun 2014 serta peran Kementerian Kesehatan dan lintas sektor terkait
dalam upaya penanggulangan krisis kesehatan.
Informasi yang disajikan mencakup:
1. Frekuensi kejadian krisis kesehatan berdasarkan jenis bencana;

2. Korban dan pengungsi yang meliputi korban meninggal, hilang, luka/dirawat;
3. Kerusakan fasilitas kesehatan;
4. Upaya yang dilakukan Kementerian Kesehatan dan lintas sektor terkait dalam
penanggulangan krisis kesehatan ;
5. Peran Kementerian Kesehatan dalam kesiapsiagaan bidang kesehatan pada acara khusus

4

5

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan izin dan karuniaNya penyusunan Buku Tinjauan Penanggulangan Krisis Kesehatan Tahun 2014 dapat
diselesaikan. Buku ini menggambarkan kejadian krisis kesehatan akibat bencana yang
terjadi selama tahun 2014 baik akibat bencana alam, non alam dan sosial meliputi
frekuensi, jumlah korban dan kerusakan fasilitas kesehatan yang diakibatkan. Buku ini juga
memaparkan upaya penanggulangan krisis kesehatan yang dilakukan oleh Kementerian
Kesehatan pada tahap pra, saat dan pasca krisis kesehatan.
Buku Tinjauan Penanggulangan Krisis Kesehatan Tahun 2014 ini disusun berdasarkan data
dan laporan kejadian krisis kesehatan dari Dinas Kesehatan Provinsi Kabupaten/Kota dan
PPK Regional/Sub Regional yang dikumpulkan oleh Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

selama tahun 2014.
Kita harapkan berbagai kejadian krisis kesehatan akibat bencana yang terjadi selama tahun
2014 dan upaya penanggulangannya dapat kita jadikan bahan pembelajaran, evaluasi serta
masukan bagi para pengambil kebijakan dalam untuk menentukan arah dan kebijakan upaya
penanggulangan krisis kesehatan di tahun-tahun berikutnya.
Kepada semua pihak yang telah berpastisipasi dalam penyusunan buku ini kami
mengucapkan terima kasih. Semoga Buku Tinjauan Penanggulangan Krisis Kesehatan Tahun
2014 ini bermanfaat dalam mewujudkan upaya penanggulangan krisis kesehatan yang lebih
baik.

Jakarta,
Maret 2014
Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan

dr. Achmad Yurianto
NIP. 196202032014101004

BAB III
GAMBARAN KEJADIAN
KRISIS KESEHATAN

TAHUN 2014

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana, kejadian bencana digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu bencana alam, non
alam dan sosial. Selama tahun 2014 telah terjadi 456 kali kejadian bencana, terdiri
dari bencana alam 227 kejadian (50%), bencana non alam 197 kejadian (43%) dan
bencana sosial 32 kejadian (7%). Pada Bab III ini akan dibahas secara terperinci
kejadian krisis kesehatan yang diakibatkan 3 jenis bencana tersebut.
Dibandingkan dengan data tahun 2013
Kejadian krisis kesehatan selama tahun 2014 paling banyak terjadi pada Bulan
Januari sebanyak 54 kejadian (12%). Kejadian krisis kesehatan paling sedikit terjadi
pada Bulan Juni sebanyak 25 kejadian (5%). Dari Grafik 3.7 terlihat bahwa fluktuasi
jumlah kejadian krisis kesehatan setiap bulan berkisar antara 25 – 54 kali kejadian
krisis kesehatan.
Grafik 3.1
Jumlah Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2014

60

54(12%)


40
30
20
10
0

51(11%)
42(9%)

49(11%)

50
31(7%)

39(9%)
36(6%) 37(8%)
34(7%)

27(6%)

31(7%)
25(5%)

3.1. KEJADIAN KRISIS KESEHATAN BERDASARKAN JENIS BENCANA
Bencana alam yang terjadi selama tahun 2014 adalah banjir, banjir bandang, tanah
longsor, banjir dan tanah longsor, erupsi gunung api, gempa bumi, angin puting
beliung, banjir lahar dingin dan gelombang pasang.
Bencana non alam yang terjadi selama tahun 2014 adalah kebakaran pemukiman,
kebakaran hutan, kabut asap, kecelakaan transportasi (darat,laut dan udara),
ledakan, kegagalan teknologi, kecelakaan industri dan KLB penyakit.
Bencana sosial yang terjadi selama tahun 2014 adalah konflik sosial.
Gambar 3.1
Erupsi Gunung Api Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara
Bulan Februari 2014

Gambar 3.2
Banjir Bandang di Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara
Bulan Februari 2014

Grafik 3.2
Jumlah dan Proporsi Kejadian Krisis Kesehatan
Berdasarkan Jenis Bencana Tahun 2014

32; 7%

227; 50%
197; 43%

Alam
Non Alam
Sosial

Kejadian bencana yang paling sering terjadi pada Tahun 2014 tidak jauh berbeda
dibandingkan dengan kejadian bencana Tahun 2013, yaitu banjir dan kecelakaan
transportasi. Pada Tahun 2014 tercatat kejadian krisis kesehatan akibat banjir
sebanyak 88 kejadian atau 19% dari jumlah total kejadian krisis kesehatan di Tahun

2014 dan kejadian kecelakaan transportasi sebanyak 74 kejadian atau 16% dari jumlah
total kejadian krisis kesehatan di Tahun 2014, sedangkan pada Tahun 2013 jumlah
kejadian krisis kesehatan akibat bencana banjir sebanyak 118 kejadian (27,1%) dan
kecelakaan transportasi sebanyak 55 kejadian (12,6%).
Untuk lebih jelasnya frekuensi kejadian krisis kesehatan berdasarkan jenis bencana di
Indonesia pada Tahun 2014 dapat dilihat pada Grafik 3.2.
Grafik 3.3
Frekuensi dan Persentase Kejadian Krisis Kesehatan
Berdasarkan Jenis Bencana Tahun 2014

Banjir Lahar Dingin

1 (0%)

Kecelakaan Industri

1 (0%)
2 (0%)

Kabut Asap
KLB

3 (1%)

Gelombang Pasang

3 (1%)
4 (1%)

Kegagalan Teknologi

3 (1%)

Gempa Bumi

6 (1%)

Erupsi Gunung Api

9 (2%)

Ledakan

10 (2%)

Kebakaran Hutan

15 (3%)

Banjir dan Tanah Longsor

21 (5%)

Banjir Bandang

32 (7%)

Konflik Sosial

33 (7%)

Angin Puting Beliung

39 (9%)

Keracunan

55 (12%)

Kebakaran Pemukiman

57 (13%)

Tanah Longsor

74 (16%)

Kecelakaan Transportasi

88 (19%)

Banjir
0

10

20

30

40

50

60

70

80

5 Jenis kejadian bencana dengan frekuensi tertingi di tahun 2014 adalah banjir sebanyak
88 kejadian (19%), kecelakaan transportasi 74 kejadian (16%), tanah longsor 57 kejadian
(13%), kebakaran pemukiman 55 kejadian (12%) dan keracunan makanan/minuman 39
kejadian (9%).

90

3.2. FREKUENSI KEJADIAN KRISIS KESEHATAN BERDASARKAN PROVINSI
Frekuensi kejadian krisis kesehatan terbesar terjadi di Provinsi Jawa Barat sebanyak
88 kejadian, diikuti oleh Provinsi Jawa Tengah sebanyak 50 kejadian, Provinsi Jawa
Timur sebanyak 47 kejadian dan Provinsi DKI Jakarta sebanyak 39 kejadian. Provinsi
dengan frekuensi kejadian paling sedikit adalah Provinsi DI Yogyakarta dan Gorontalo
masing-masing sebanyak 1 kejadian. Provinsi yang tidak mengalami kejadian krisis
kesehatan selama tahun 2014 adalah Provinsi Sulawesi Barat dan Provinsi Kalimantan
Utara.
Grafik 3.4
Jumlah Kejadian Krisis Kesehatan Berdasarkan Provinsi
87

50 47

39

Sulawesi Barat

DI Yogyakarta

Kalimantan Utara

Kep. Riau

Gorontalo

Papua Barat

Kalimantan Barat

Bali

Sulawesi Tenggara

Bengkulu

Jambi

Bangka Belitung

Kalimantan Tengah

Nusa Tenggara Timur

Kalimantan Selatan

Maluku Utara

Kalimantan Timur

Riau

Maluku

Papua

Lampung

Banten

Sulawesi Tengah

Sumatera Selatan

Sulawesi Utara

Nusa Tenggara Barat

Sumatera Barat

Sumatera Utara

Sulawesi Selatan

Aceh

DKI Jakarta

Jawa Timur

Jawa Barat

21 21 18
15 14 14 12 11
10 9 9 8 8 7 7 6
5 5 5 5 4 4 4 4 3 2 1 1
0 0
Jawa Tengah

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Gambar 3.3
Peta Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2014

Keterangan : (frekuensi kejadian)

>50 kali

25 – 50 kali

1 – 24 kali

0 kali

3.3. FREKUENSI JENIS KRISIS KESEHATAN BERDASARKAN PPK REGIONAL/SUB
REGIONAL
PPK Regional yang memiliki frekuensi kejadian krisis kesehatan tertinggi selama
tahun 2014 adalah PPK Regional DKI Jakarta sebanyak 150 kejadian (33%), terdiri dari
Provinsi Lampung 9 kejadian, Provinsi DKI Jakarta 39 kejadian, Provinsi Banten
10 kejadian, Provinsi Jawa Barat 88 kejadian dan Provinsi Kalimantan Barat
4 kejadian. PPK Regional dengan frekuensi kejadian krisis kesehatan paling sedikit
adalah PPK Sub Regional Papua dengan 12 kejadian (3%).

Grafik 3.5
Frekuensi dan Persentase Kejadian Krisis Kesehatan Berdasarkan
PPK Regional/Sub Regional

160
140
120
100
80
60
40
20
0

150(33%)

47(10%)
51(11%) 49(11%)
43(9%)
23(5%) 22(5%) 22(5%) 19(4%) 18(4%)
12(3%)

Gambar 3.4
Kerusakan Rumah Penduduk Akibat Erupsi Gunung Api Kelud
di Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur

3.4.

ANALISIS KEJADIAN KRISIS KESEHATAN TAHUN 2014
Frekuensi kejadian krisis kesehatan Tahun 2014 mengalami peningkatan
dibandingkan pada Tahun 2013. Pada Tahun 2013 terjadi 436 kejadian krisis
kesehatan, sedangkan pada Tahun 2014 terjadi 456 kejadian krisis kesehatan.
Kejadian krisis kesehatan pada Tahun 2014 yang frekuensinya cukup besar adalah
sebagai berikut :
A. Banjir
Bencana banjir merupakan jenis bencana yang paling banyak meyebabkan
kejadian krisis kesehatan selama tahun 2014 dengan 88 kali kejadian (19%).
Jika dibandingkan dengan frekuensi kejadian krisis kesehatan yang diakibatkan
oleh bencana banjir di tahun 2013 sebanyak 118 kejadian, terjadi penurunan
frekuensi bencana banjir pada tahun 2014 sebanyak 30 kejadian (25%). Bencana
banjir selama tahun 2014 terjadi di setiap bulan, dengan frekuensi tertinggi pada
bulan Januari sebanyak 28 kejadian diikuti bulan Desember sebanyak 15 kejadian.
Salah satu penyebabnya adalah pada bulan Desember dan Januari musim hujan
mencapai puncaknya dengan curah hujan yang tinggi. Selain di bulan Januari dan
Desember, frekuensi kejadian banjir cenderung menurun antara 2 – 10 kejadian
per bulan.
Grafik 3.6
Frekuensi Kejadian Banjir Tahun 2014
30

28

25
20
15
10
5

15
10

6
5

6
4

3
2

0

3

4
2

Pada tahun 2014 kejadian krisis kesehatan yang disebabkan oleh bencana banjir
terjadi di 21 provinsi. Frekuensi kejadian banjir tertinggi terjadi di Provinsi Jawa
Barat sebanyak 15 kejadian.
Grafik 3.7
Frekuensi Banjir berdasarkan Provinsi pada Tahun 2014

16
14
12
10
8
6
4
2
0

15
11
9

8
6

5

5

4

3

3

3

3

3

2

2

Gambar 3.5
Banjir di Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah
Bulan Februari 2014

1

1

1

1

1

1

Gambar 3.6
Banjir di Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat
Bulan Januari 2014

B. Kecelakaan Transportasi
Jumlah kejadian kecelakaan transportasi selama tahun 2014 sebanyak 74 kejadian
(16%), meliputi kecelakaan transportasi darat 35 kejadian, kecelakaan transportasi
udara 4 kejadian, kecelakaan transportasi laut 30 kejadian, kecelakaan transportasi
sungai 3 kejadian dan kecelakaan transportasi danau 2 kejadian.

Frekuensi

kecelakaan transportasi mencapai puncaknya pada bulan April dan Juli masing-masing
sebanyak 12 kejadian.

Grafik 3.8
Kecelakaan Transportasi Tahun 2014

14

12

12

12
10
10

8
5

6
4

7

7
4

5

1

2

7

3

1

0

Grafik 3.9
Jenis Kecelakaan Transportasi Tahun 2014

35
35

30

30
25
20
15
10

4

3

2

5
0
Kecelakaan
Transportasi
Darat

Kecelakaan
Transportasi
Laut

Kecelakaan
Transportasi
Udara

Kecelakaan
Transportasi
Sungai

Kecelakaan
Transportasi
Danau

Frekuensi kejadian kecelakaan transportasi tertinggi selama tahun 2014 terjadi di
Provinsi Jawa Barat sebanyak 15 kejadian, terdiri dari 14 kecelakaan transportasi darat
dan 1 kecelakaan transportasi danau.

Grafik 3.10
Kecelakaan Transportasi Tahun 2014 Berdasarkan Provinsi

15
12

1

1

1

1
Sumatera Utara

1

Lampung

1

DKI Jakarta

Maluku

1

Bali

Nusa Tenggara Timur

1

Kalimantan Tengah

2

Kalimantan Timur

2

Sulawesi Selatan

2

Sulawesi Tenggara

2

Banten

3

Sulawesi Utara

3

Nusa Tenggara Barat

3

Sumatera Selatan

4

Maluku Utara

4

Maluku

4

Bangka Belitung

Sumatera Barat

Jawa Tengah

Jawa Timur

4

Aceh

6

Jawa Barat

16
14
12
10
8
6
4
2
0

C. Tanah Longsor
Tanah longsor terjadi sebanyak 57 kali selama tahun 2014. Selama tahun 2014
frekuensi kejadian tanah longsor berfluktuasi antara 1 – 10 kejadian dengan
frekuensi tertinggi terjadi pada bulan Desember sebanyak 10 kejadian.
Grafik 3.11
Frekuensi Kejadian Tanah Longsor Tahun 2014

12
10

9

8
6

6

5

10

6

6

4

4
2

3

4

1

1

2

0

Selama tahun 2014 bencana tanah longsor terjadi di 13 provinsi, dengan frekuensi
terbanyak di provinsi Jawa Barat sebanyak 29 kejadian (51%), diikuti oleh provinsi
Jawa Tengah sebanyak 9 kejadian (16%)

Grafik 3.12

Frekuensi Kejadian Tanah Longsor berdasarkan Provinsi Tahun 2014
29
30
25
20
15
10
5
0

9
3

3

3

2

2

1

1

1

1

1

1

Gambar 3.7
Bencana Tanah Longsor di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah
Desember 2014

Gambar 3.8
Bencana Tanah Longsor di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah
Desember 2014

Gambar 3.9
Bencana Tanah Longsor di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah
Desember 2014

D. Keracunan
Selama tahun 2014 terjadi 39 kejadian keracunan, meliputi keracunan makanan
(34 kejadian), keracunan minuman (2 kejadian) dan keracunan gas (3 kejadian).
Frekuensi kejadian keracunan tertinggi terdapat pada bulan Desember sebanyak 6
kejadian.

Kejadian

keracunan

makanan

massal

sering

terjadi

akibat

hidangan/makanan yang disajikan pada acara pesta sudah kadaluarsa atau hygiene
makanan yang kurang. Keracunan minuman akibat meminum minuman oplosan

yang diracik menggunakan bahan-bahan yang mengandung racun bagi tubuh.
Keracunan gas terjadi di pabrik-pabrik akibat bocornya gas kimia beracun, sehingga
mengakibatkan keracunan pegawai yang menghirup gas tersebut.

Grafik 3.13
Kejadian Keracunan Tahun 2014
7
6
6
5
5

5

5
4

4
4
4

3

2
2
2

1
0

0

1

1

Kejadian keracunan selama tahun 2014 terjadi di 11 provinsi. Frekuensi keracunan
terbanyak terdapat di provinsi Jawa Barat sebanyak 14 kejadian (36%), terdiri dari
13 kejadian keracunan makanan dan 1 kejadian keracunan gas.

Grafik 3.14
Kejadian Keracunan berdasarkan Provinsi Tahun 2014

14
14
12
10
8
6
4
2
0

8

7
3
1

1

1

1

1

1

1

E. Angin Puting Beliung
Frekuensi kejadian angin puting beliung pada tahun 2014 mencapai 33 kejadian,
terbanyak pada bulan Desember sebanyak 7 kejadian. Angin Puting Beliung tidak
terjadi pada bulan Juni dan Juli 2014.
Grafik 3.15
Kejadian Angin Puting Beliung Tahun 2014
8

7

7
6

6
5
5

5

4
3
3
2
1

2
1

2

1

1
0

0

0

Kejadian angin puting beliung selama tahun 2014 terjadi di 14 provinsi, dengan
frekuensi kejadian terbanyak terdapat di provinsi Jawa Timur sebanyak 6 kejadian
(19%), diikuti oleh provinsi Jawa Tengah sebanyak 5 kejadian (15%).

Grafik 3.16
Kejadian Angin Puting Beliung berdasarkan Provinsi Tahun 2014

6
6
5
4
3
2
1
0

5
4
3

3

3
2
1

1

1

1

1

1

1

F. Erupsi Gunung Api
Selama tahun 2014 terjadi 6 kali Erupsi Gunung Api, yaitu :
1. Erupsi Gunung Api Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara
Erupsi gunung api Sinabung di tahun 2014 merupakan lanjutan dari erupsi tahun
2013. Terjadi 2 kali erupsi gunung api Sinabung selama tahun 2014 yaitu pada
tanggal 1 Februari 2014 dan 9 Oktober 2014.
Secara keseluruhan erupsi gunung api Sinabung mengakibatkan jatuhnya korban
meninggal sebanyak 52 orang, di mana 17 orang diantaranya akibat terkena awan
panas pada erupsi tanggal 1 Februari 2014, sedangkan 35 korban meninggal
lainnya merupakan pengungsi yang menderita penyakit kronis. Korban luka
berat/rawat inap sebanyak 229 orang, sedangkan korban luka ringan/rawat jalan
sebanyak 111.411 orang Jumlah pengungsi akibat erupsi gunung Sinabung
mencapai 30.652 jiwa pada bulan Januari 2014.

Gambar 3.10
Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara

Januari 2014

2. Erupsi Gunung Api Kelud di Provinsi Jawa Timur.
Setelah terakhir kali mengalami erupsi pada tahun 2006, Erupsi gunung api Kelud
kembali terjadi pada tanggal 13 Februari 2014. Erupsi ini mengakibatkan
muntahan abu vulkanik. Daerah terdampak meliputi Kab. Kediri, Kab. Malang,
Kab. Blitar dan Kota Surabaya. Abu vulkanik muntahan erupsi gunung api Kelud
juga mencapai Kab. Klaten, Kota Surakarta di Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi
DI Yogyakarta.
Jumlah korban meninggal akibat erupsi gunung api Kelud sebanyak 16 orang,
korban luka berat/rawat inap 75 orang, korban luka ringan/rawat jalan 18.183
orang dan pengungsi 211.600 jiwa.

Gambar 3.11
Erupsi Gunung Api Kelud di Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur

Februari 2014

3. Erupsi Gunung Sangeang Api di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Gunung Sangeang Api yang berlokasi di Pulau Sangiang, Kab. Bima, Provinsi Nusa
Tenggara Barat mengalami erupsi pada tanggal 30 Juni 2014 pukul 03.55 WITA.
Sebelumnya gunung api ini tercatat pernah 3 kali mengalami erupsi, yaitu pada
tahun 1512, 1989 dan 2012.
Tidak ada korban jiwa akibat erupsi ini, tetapi mengakibatkan terjadinya
pengungsian sebanyak 130 jiwa yang merupakan penduduk pulau Sangiang.

Gambar 3.12
Erupsi Gunung Sangeang Api di Kabupaten Bima,

Provinsi Nusa Tenggara Barat
Mei 2014

4. Erupsi Gunung Api Gamalama di Provinsi Maluku Utara
Gunung Api Gamalama yang berlokasi di Pulau Ternate, Provinsi Maluku Utara
kembali mengalami erupsi pada tanggal 18 Desember 2014. Erupsi sebelumnya
terjadi pada tahun 2011 dan 2012. Erupsi gunung api Gamalama berupa muntahan
abu vulkanik. Daerah yang terdampak adalah Kota Ternate yang berada di 1 pulau
dengan Gunung Api Gamalama.
Erupsi ini tidak mengakibatkan korban jiwa dan pengungsian, 11 orang yang
sedang melakukan pendakian mengalami luka ringan/dirawat jalan.

G. KEBAKARAN HUTAN/KABUT ASAP
Selama tahun 2014 terjadi 12 kali kejadian kebakaran hutan/kabut asap. Kebakaran
hutan terjadi akibat pembukaan lahan pertanian/perkebunan baru secara luas yang
dilakukan dengan cara pembakaran sehingga menimbulkan kabut asap dan
menurunnya kualitas udara hingga tingkat berbahaya. Luasnya wilayah yang
mengalami kebakaran hutan dan abut asap juga terjadi karena musim kemarau
panjang. Kabut asap hasil pembakaran hutan mencapai daerah perkotaan sehingga
menimbulkan banyak kasus gangguan pernafasan dan ISPA di masyarakat.

Masyarakat di beberapa derah juga terpaksa mengungsi ke daerah lain akibat
kualitas udara yang berbahaya untuk pernafasan.
Frekuensi kejadian kebakaran hutan mencapai puncaknya pada bulan September
dan Oktober, di mana 2 bulan tersebut merupakan puncak dari musim kemarau.
Kebakaran hutan/Kabut Asap selama tahun 2014 terjadi di 8 provinsi, dengan
frekuensi tertinggi Provinsi Kalimantan Tengah sebanyak 3 kejadian, diikuti dengan
Provinsi Riau dan Sumatera Selatan masing-masing sebanyak 2 kejadian.
Grafik 3.17
Kejadian Kebakaran Hutan/Kabut Asap Tahun 2014

4.5
4

4

3.5
3

3

2.5

2

2

2

1.5
1
0.5
0

1
0

0

0

0

0

0

0

Grafik 3.18
Frekuensi Kejadian Kebakaran Hutan/Kabut Asap berdasarkan Provinsi Tahun 2014
3
3
2

2

2
1

1

1

1

1

0

Gambar 3.13
Kabut Asap Akibat Kebakaran Hutan
Yang Menyelimuti Kota Pekanbaru, Provinsi Riau

1

Gambar 3.14
Kabut Asap Akibat Kebakaran Hutan
Yang Menyelimuti Kota Pekanbaru, Provinsi Riau

H. KONFLIK SOSIAL
Selain bencana alam dan non alam, bencana sosial kerap kali terjadi setiap tahun di
Indonesia. Bencana sosial ini berupa konflik sosial antar warga, antar kelompok
masyarakat serta antara masyarakat dan aparat pemerintah. Kejadian konflik sosial
juga menimbulkan terjadinya krisis kesehatan akibat jatuhnya korban meninggal,
luka berat, luka ringan dan pengungsian.
Selama tahun 2014 terjadi 32 kejadian konflik sosial, dengan frekuensi tertinggi pada
bulan Agustus 2014 sebanyak 6 kejadian.

Grafik 3.19
Kejadian Konflik Sosial Tahun 2014
7
6
6
5

5

5
4

4

3
3
2

3
2
1

1

1

1

0

1

0

Kejadian konflik sosial selama tahun 2014 terjadi di 17 Provinsi, dengan frekuensi
tertinggi di Provinsi Sulawesi Tengah dan Lampung, masing-masing sebanyak 4
kejadian (13%). Provinsi Sulawesi Tengah, Lampung, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan dan
Maluku merupakan daerah rawan konflik sosial di mana setiap tahun terjadi konflik
antar warga.
Grafik 3.20
Kejadian Konflik Sosial berdasarkan Provinsi Tahun 2014
4

4

4
3

3

3

3
2

2

2

2
1
1
0

1

1

1

1

1

1

1

1

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2013

BAB IV
GAMBARAN KORBAN
KRISIS KESEHATAN

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2013
Kejadian krisis kesehatan kerap kali menimbulkan permasalahan kesehatan yang
diakibatkan jatuhnya korban manusia, baik korban meninggal, luka berat/rawat inap, luka
ringan/rawat jalan, hilang dan pengungsian.
Untuk tahun 2014 jumlah korban akibat kejadian krisis kesehatan mencapai 1.699.247
orang, meningkat sebanyak 1.227.994 orang (260%) jika dibandingkan dengan jumlah
korban kejadian krisis kesehatan tahun 2013.
Tabel 4.1
Korban Krisis Kesehatan Tahun 2013 dan 2014
JUMLAH
NO

1.

KORBAN

1

Meninggal

2013
823

2

Luka Berat/ Rawat inap

2.748

3

Luka Ringan/Rawat Jalan

4

Hilang

5

Pengungsi

312.620

1.001.662

TOTAL

471.253

1.699.247

154.870
192

2014
957
1.932
694.305
391

KORBAN MENINGGAL

a. Korban Meninggal Berdasarkan Jenis Kejadian Krisis Kesehatan
Korban meninggal akibat kejadian krisis kesehatan selama tahun 2014 berjumlah 957
orang. Selama 2 tahun berturut-turut (2013 dan 2014), kecelakaan transportasi (darat,
laut, udara, sungai dan danau) masih merupakan penyebab korban meninggal
terbanyak. Pada tahun 2013 sebanyak 332 orang meninggal akibat kecelakaan
transportasi, sedangkan di tahun 2014 jumlah korban meninggal akibat kecelakaan
PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

1

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2013
transportasi sebanyak 282 orang atau turun sebanyak 50 orang (17%). Jumlah dan
proporsi korban meninggal berdasarkan jenis kejadian krisis kesehatan dapat dilihat
pada Grafik 4.1.

Grafik 4.1
Jumlah dan Persentase Korban Meninggal Berdasarkan Jenis Krisis Kesehatan Tahun
2014

282(29%)

300
230(24%)

200
100

104(11%)
73(8%) 63(7%)
40(4%)
23(2%)
15(2%)
44(5%)
5(1%)
33(3%)
8(1%)
16(2%)
10(1%)
7(1%)

2

1

1

0

Jenis kejadian krisis kesehatan yang menyebabkan korban meninggal paling sedikit di
tahun 2014 adalah kebakaran hutan dan kecelakaan industri, masing-masing sebanyak
1 orang.

PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

2

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2013
Gambar 4.1
Korban Meninggal Akibat Awan Panas Erupsi Gunung Api Sinabung
Di RSUD Kabanjahe, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara
Bulan Februari 2014

PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

3

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2013
Gambar 4.2
Korban Meninggal Akibat Tanah Longsor di Kabupaten Banjarnegara,
Provinsi Jawa Tengah Bulan Desember 2014

b. Berdasarkan Provinsi
Korban meninggal akibat kejadian krisis kesehatan pada tahun 2014 terdapat di 30
provinsi, dengan jumlah korban meninggal terbanyak terdapat di Provinsi Jawa tengah
sebanyak 151 orang (16%), diikuti oleh Provinsi Jawa Barat sebanyak 138 orang (14%) dan
Provinsi Sumatera Utara sebanyak 109 orang (11 orang). Jumlah Provinsi yang tidak
memiliki korban meninggal akibat kejadian krisis kesehatan sebanyak 4 provinsi, yaitu
Provinsi Papua Barat, Provinsi Sulawesi Barat, Provinsi Gorontalo dan Provinsi
Kalimantan Utara. Provinsi Kalimantan Utara dan Provinsi Sulawesi Barat tidak
mengalami kejadian krisis kesehatan pada tahun 2014.

PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

4

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2013
Grafik 4.2
Jumlah dan Persentase Korban Meninggal Berdasarkan Provinsi Tahun 2014

0(0%)
0(0%)
0(0%)
0(0%)
1(0,1)
4(0,4)
4(0,4%)
4(0,4%)
4(0,4%)
4(0,4%)
5(1%)
6(1%)
7(1%)
11(1%)
11(1%)
16(2%)
18(2%)
18(2%)
19(2%)
20(2%)
20(2%)
20(2%)
22(2%)
26(3%)
28(3%)
31(3%)
34(4%)
41(4%)
41(4%)
46(5%)

Papua Barat
Sulawesi Barat
Gorontalo
Kalimantan Utara
DI Yogyakarta
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tengah
Bengkulu
Kep. Riau
Nusa Tenggara Barat
Jambi
Bali
Kalimantan Selatan
Banten
Lampung
Riau
Kalimantan Timur
Bangka Belitung
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Tengah
Kalimantan Barat
Aceh
Maluku
Sulawesi Selatan
Sumatera Selatan
Maluku Utara
Papua
Sulawesi Utara
Sumatera Barat
DKI Jakarta
Jawa Timur
Sumatera Utara
Jawa Barat
Jawa Tengah

98(10%)
109(11%)
138(14%)
151(16%)
0

20

40

60

80

100

120

140

PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

160

5

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2013
Gambar 4.3
Peta Korban Meninggal Tahun 2014

Keterangan : (jumlah korban meninggal)

 100 orang

51 – 100 orang

1 – 50 orang

0

c. Berdasarkan PPK Regional/Sub Regional
Jumlah korban meninggal terbanyak terdapat di Wilayah PPK Regional DKI Jakarta sebanyak
226 orang (24%), terdiri dari Provinsi Lampung 11 orang, Provinsi Jawa Barat 138 orang,
Provinsi DKI Jakarta 46 orang, Provinsi Kalimantan Barat 20 orang dan Provinsi Banten 11
orang. Jumlah korban meninggal paling sedikit terdapat di Wilayah PPK Regional Bali
sebanyak 29 orang (3%). Jumlah dan proporsi korban meninggal tahun 2014 berdasarkan
PPK Regional/Sub Regional dapat dilihat pada Grafik 4.5. dan Grafik 4.6.

Grafik 4.3
Jumlah dan Persentase Korban Meninggal Berdasarkan PPK Regional/Sub Regional

PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

6

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2013

250

226(24%)

200
152(16%) 149(16%)
150
98(10%)
100

72(7%)
56(6%) 51(5%)
45(5%) 45(5%)

50

34(3%) 29(3%)

0

2. KORBAN LUKA BERAT/RAWAT INAP
a. Berdasarkan Jenis Kejadian Krisis Kesehatan
Korban luka berat/dirawat inap terbanyak disebabkan oleh Keracunan (makanan dan
minuman) sebanyak 775 orang (40%). Keracunan makanan dan makanan ini biasanya
terjadi pada acara massal, akibat menkonsumsi makanan dan minuman yang kadaluarsa
atau mengandung bahan yang bersifat racun bagi tubuh.
Kecelakaan transportasi merupakan jenis kejadian krisis kesehatan yang menyebabkan
korban luka berat/rawat inap terbanyak kedua selama tahun 2014 sebanyak 333 orang
(17%). Kecelakaan transportasi meliputi kecelakaan transportasi darat, laut, udara,
sungai dan danau.
Jenis kejadian krisis kesehatan yang menyebabkan jatuhnya korban luka berat/rawat
inap paling sedikit selama tahun 2014 sebanyak 1 orang.

Grafik 4.4

PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

7

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2013
Jumlah dan Persentase Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Jenis
Kejadian Krisis Kesehatan
775(40%)

800
700
600
500
400
300
200
100
0

316(17%)
333(17%)
153(8%)

118(6%)
12(1%)
79(4%) 53(3%) 43(2%)
23(1%) 16(1%)

5

3

2

1

Gambar 4.4
Pengungsi Korban Erupsi Gunung Api Sinabung yang dirawat inap di
RS Efarina Etaham, Berastagi, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara

b. Berdasarkan Provinsi
PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

8

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2013
Provinsi yang memiliki jumlah korban luka berat/rawat inap akibat kejadian krisis
kesehatan terbanyak selama tahun 2014 adalah Provinsi Jawa Barat sebanyak
440 orang (23%), diikuti oleh Provinsi Sumatera Utara sebanyak 264 orang (14%).
Provinsi dengan jumlah korban luka berat/rawat inap paling sedikit adalah Provinsi DI
Yogyakarta sebanyak 1 orang.
Provinsi yang tidak memiliki korban luka berat/rawat inap sebanyak 7 provinsi, yaitu
Provinsi Gorontalo, Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Selatan, Provinsi
Kalimantan Utara, Provinsi Riau, Provinsi Bengkulu dan Provinsi Sulawesi Barat.
Gambar4.5
Menteri Kesehatan RI mengunjungi korban erupsi Gunung Api Sinabung
Yang dirawat inap di RS Efarina Etaham, Berastagi,
Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara

Grafik 4.5
PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

9

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2013
Jumlah dan Persentase Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Provinsi

1(0,05%)

DI Yogyakarta
Jambi

2(0,1%)

Papua Barat

3(0,1%)

Kalimantan Timur

3(0,1%)

Sulawesi Tenggara

4(0,2%)

Kalimantan Tengah

5(0,2%)

Bangka Belitung

6(0,3%)

Maluku Utara

8(0,4%)

Sulawesi Tengah

10(1%)

Sulawesi Selatan

14(1%)

Sumatera Barat

15(1%)

Sumatera Selatan

17(1%)
24(1%)

Kep. Riau
Maluku

29(2%)

Lampung

31(2%)
36(2%)

Nusa Tenggara Barat

41(2%)

Nusa Tenggara Timur
Papua

67(3%)

Bali

69(4%)

Sulawesi Utara

72(4%)

Banten

74(4%)
80(4%)

Aceh
Jawa Tengah

194(10%)

DKI Jakarta

196(10%)
227(12%)

Jawa Timur

264(14%)

Sumatera Utara

440(23%)

Jawa Barat
0

50

100

150

200

250

300

350

400

PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

450

10

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2013
Gambar 4.6
Peta Korban Luka Berat/Rawat Inap Tahun 2014

Keterangan : (jumlah korban luka berat)

 500 orang

251 - 500 orang

1 – 250 orang

0

Gambar 4.7
Korban Rawat Inap Akibat Bencana Banjir di Kabupaten Pati
Provinsi Jawa Tengah
PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

11

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2013

c. Berdasarkan PPK Regional/SubRegional
Korban luka berat/rawat inap akibat kejadian krisis kesehatan terbanyak terdapat di
wilayah PPK Regional DKI Jakarta sebanyak 741 orang (38%), terdiri dari Provinsi DKI
Jakarta 196 orang, Provinsi Lampung 31 orang dan Provinsi Banten 74 orang, sedangkan
Provinsi Kalimantan Barat tidak memiliki korban luka berat/rawat inap.

Grafik 4.6
Jumlah dan Persentase Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan
PPK Regional/Sub Regional
PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

12

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2013

800
700
600
500
400
300
200
100
0

3.

741(38%)

368(19%)
227(12%)

195(10%)

146(8%)
80(4%)

70(4%)

57(3%)

25(1%)

15(1%) 8(0,4%)

KORBAN LUKA RINGAN/RAWAT JALAN
a. Berdasarkan Jenis Kejadian Krisis Kesehatan
Jenis kejadian krisis kesehatan yang paling banyak mengakibatkan korban luka
ringan/rawat jalan adalah Erupsi Gunung Api sebanyak 279.705 orang (40,3%), terdiri
dari Erupsi Gunung Gamalama 16 orang, Erupsi Gunung Sangeang Api 584 orang,
Erupsi Gunung Sinabung 250.089 orang dan Erupsi Gunung Kelud 18.183 orang.
Korban luka ringan/rawat jalan terbanyak kedua disebabkan oleh kebakaran hutan
sebanyak 276.896 orang (39,8%). Kebakaran hutan yang terjadi di Provinsi Riau,
Provinsi Jambi, Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Kalimantan Tengah
mengakibatkan

timbulnya

kabut

asap

yang

menggangu

pernafasan

menyebabkan penyakit ISPA.

Grafik 4.7
Jumlah dan Persentase Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Berdasarkan
Jenis Kejadian Krisis Kesehatan
PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

13

dan

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2013

Kegagalan Teknologi

2

Gempa Bumi

8

Ledakan

9

KLB

141(0,002%)

Angin Puting Beliung

157(0,002%)

Konflik Sosial

208(0,03%)

Kebakaran Pemukiman

218(0,03%)

Kecelakaan Transportasi

407(0,05%)

Keracunan

1.516(0,2%)

Tanah Longsor

1.700(0,2%)

Kabut Asap

2.267(0,3%)

Banjir Bandang

9.000(1,2%)

Banjir dan Tanah Longsor

9.496(1,3%)
112.575(16,2%)

Banjir

276.896(39,8%)

Kebakaran Hutan
279.705(40,3%)
Erupsi Gunung Api
0

50000

100000

150000

200000

250000

Gambar 4.8
Pengungsi Erupsi Gunung Api Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara
mendapatkan pelayanan kesehatan rawat jalan di Pos Kesehatan
PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

14

300000

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2013

b. Berdasarkan Provinsi
Korban luka ringan/rawat jalan terbanyak terdapat di Provinsi Sumatera Utara sebanyak
301.471 orang (43,4%), di mana 250.089 orang diantaranya merupakan korban luka
ringan/rawat jalan akibat Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera
Utara.

Grafik 4.8
Jumlah dan Persentase Korban Luka Ringan/Rawat Jalan
Berdasarkan Provinsi
PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

15

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2013

2
2
5
8
11
30
30
36
48
49
62
80(0,001%)
81(0,001%)
841(0,01%)
884(0,01%)
1.064(0,1%)
2.885(0,4%)
4.377(0,6%)
8.409(1,2%)
8.969(1,2%)
10.210(1,4%)
15.733(2,2%)
19.987(2,8%)
34.766(5%)
39.132(5,6%)
59.044(8,5%)
61.099(8,8%)

Papua Barat
Kep. Riau
Bangka Belitung
Sumatera Barat
Sulawesi Tenggara
Nusa Tenggara Timur
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tengah
Maluku Utara
Bali
Papua
Maluku
Kalimantan Selatan
Nusa Tenggara Barat
Aceh
Lampung
Kalimantan Timur
Sumatera Selatan
Banten
Sulawesi Utara
Kalimantan Tengah
Jawa Tengah
Jawa Timur
Jawa Barat
Kalimantan Barat
DKI Jakarta
Jambi
Riau
Sumatera Utara

124.990(18%)
301.471(43,4%)
0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

350000

Provinsi yang tidak memiliki korban luka ringan/rawat jalan sebanyak 5 provinsi yaitu Provinsi
DI Yogyakarta, Provinsi Bengkulu, Provinsi Sulawesi Barat, Provinsi Gorontalo dan Provinsi
Kalimantan Utara.
Gambar 4.9
Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Berdasarkan Provinsi Tahun 2014
PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

16

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2013

Keterangan :



100.000 orang

50.001 – 100.000 orang

1 – 50.000 orang

c. Berdasarkan PPK Regional/Sub Regional

0

c. Berdasarkan PPK Regional/Sub Regional
Korban luka ringan/rawat jalan terbanyak terdapat di wilayah PPK Regional Sumatera
Utara sebanyak 427.347 orang (61,5%), terdiri dari Provinsi Aceh 884 orang, Provinsi
Sumatera Utara 301.471 orang, Provinsi Riau 124.990 orang dan Provinsi Kepulauan Riau 2
orang.

Grafik 4.10
Jumlah dan Persentase Korban Luka Ringan/Rawat Jalan
Berdasarkan PPK Regional/Sub Regional

PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

17

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2013

8

SUMATERA BARAT

64

PAPUA

157(0,002%)

SULAWESI SELATAN

920(0,1%)

BALI

9.017(1,2%)

SULAWESI UTARA
KALIMANTAN SELATAN

13.176(1,8%)

JAWA TENGAH

15.733(2,2%)
19.987(2,8%)

JAWA TIMUR

65.481(9,4%)

SUMATERA SELATAN

142.415(20,5%)

DKI JAKARTA

427.347(61,5%)

SUMATERA UTARA
0

50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 400000 450000

Gambar 4.10
Korban Rawat Jalan Akibat Banjir di Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat
mendapatkan pelayanan kesehatan di Pos Kesehatan
PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

18

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2013

4. KORBAN HILANG
a. Berdasarkan Jenis Kejadian Krisis Kesehatan
Korban hilang yang paling besar disebabkan oleh kecelakaan transportasi (darat, laut,
udara, sungai dan danau) sebanyak 316 orang (81%).

Grafik 4.11
Jumlah dan Persentase Korban Hilang Berdasarkan Jenis Kejadian Krisis Kesehatan
PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

19

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2013

350
300
250
200
150
100
50
0

316(81%)

29(7%)

20(5%)

14(4%)

6(2%)

5(1%)

1(0,2%)

b. Berdasarkan Provinsi
Korban hilang akibat kejadian krisis kesehatan selama tahun 2014 terjadi di 15 provinsi
dengan jumlah korban hilang terbesar terdapat di Provinsi Kalimantan Tengah
sebanyak 171 orang (43,7%) yang 169 orang diantaranya akibat kecelakaan transportasi
udara pesawat Air Asia QZ 8501 yang jatuh di Perairan Kab. Kotawaringin Barat,
Provinsi Kalimantan Tengah tanggal 28 Desember 2014.

Grafik 4.12
PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

20

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2013
Jumlah dan Persentase Korban Hilang Berdasarkan Provinsi

Bangka Belitung

0(0%)

Kepulauan Riau

1(0,2%)

Sumatera Barat

1(0,2%)

Aceh

1(0,2%)

Nusa Tenggara Timur

1(0,2%)
3(0,7%)

Kalimantan Barat

9(2,3%)

Sumatera Utara

11(2,8%)

Bali

13(3,3%)

Jawa Timur
Maluku Utara

15(3,8%)

Jawa Tengah

15(3,8%)
17(4,3%)

Nusa Tenggara Barat

29(7,4%)

Papua

32(8,1%)

Sulawesi Utara

72(18,4%)

Jawa Barat

171(43,7%)

Kalimantan Tengah
0

20

40

60

80

100

120

140

160

PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

180

21

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2013
Gambar 4.11
Peta Korban Hilang Tahun 2014

Keterangan :

 100 orang

1 – 50 orang

51- 100 orang

0

c. Berdasarkan PPK Regional / Sub Regional
Korban hilang terbesar terdapat di wilayah PPK Regional Kalimantan Selatan sebanyak
171 orang (43,7%), yang seluruhnya diakibatkan oleh kecelakaan transportasi udara di
perairan Selat Karimata, Provinsi Kalimantan Tengah. Korban hilang paling sedikit
berada di wilayah PPK Sub Regional Sumatera Barat sebanyak 1 orang (1%). PPK Regional
yang tidak memiliki korban hilang adalah wilayah PPK Regional Sulawesi Selatan.

Grafik 4.13
Jumlah dan Persentase Korban Hilang Berdasarkan PPK Regional/Sub Regional

PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

22

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2013

180
160
140
120
100
80
60
40
20
0

171(43,7%)

75(19%)
47(12%)
29(8%) 29(7%)

15(4%) 13(3%) 11(3%)

1(0,2%)

0

0

5. PENGUNGSI
a. Berdasarkan Jenis Kejadian Krisis Kesehatan
Pengungsi terbanyak pada tahun 2014 disebabkan oleh bencana banjir sebanyak
600.548 jiwa (59,9%) dan erupsi gunung api sebanyak 281.372 jiwa (28%).
PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

23

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2013
Grafik 4.14
Jumlah dan Persentase Pengungsi Berdasarkan Jenis Kejadian Krisis Kesehatan

Banjir Lahar Dingin

32

Gempa Bumi

60

Konflik Sosial

602

Angin Puting Beliung

806(0,008%)

Kebakaran Pemukiman

6.455(0,6%)

Banjir Bandang

9.412(0,9%)
24.172(2,4%)

Tanah Longsor

78.203(7,8%)

Banjir dan Tanah Longsor

281.372(28%)

Erupsi Gunung Api

600.548(59,9%)

Banjir
0

100000

200000

300000

400000

500000

600000

700000

b. Berdasarkan Provinsi
Jumlah pengungsi terbanyak pada tahun 2014 terdapat di Provinsi DKI Jakarta
sebanyak 308.460 jiwa (30,7%) yangdiakibatkan oleh bencana banjir.

PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

24

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2013
Grafik 4.15
Jumlah dan Persentase Pengungsi Berdasarkan Provinsi
20
62
120(0,001%)
146(0,001%)
574(0,005%)
870(0,008%)
872(0,008%)
975(0,009%)
985(0,009%)
1.746(0,1%)
1.860(0,1%)
4.625(0,4%)
6.435(0,6%)
8.158(0,8%)
12.682(1,2%)
14.189(1,4%)

Jambi
Bali
Maluku Utara
Kalimantan Selatan
Gorontalo
Bengkulu
Papua Barat
Maluku
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sumatera Barat
Nusa Tenggara Barat
Sulawesi Utara
Lampung
Riau
Banten

72.927(7,2%)
77.682(7,7%)
79.594(7,9%)
81.140(8,1%)
113.918(11,3%)

Aceh
Sumatera Utara
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Barat

213.622(21,3%)

Jawa Timur

308.460(30,7%)

DKI Jakarta

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

350000

25

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2013
Gambar 4.12
Peta Pengungsi Tahun 2014

Keterangan :


c.

100.000 orang

50.001 – 100.000 orang

1 – 50.000 orang

0

Berdasarkan PPK Regional/ Sub Regional
Jumlah pengungsi paling besar berada di wilayah PPK Regional DKI Jakarta sebanyak
444.725 jiwa (44,3%), terdiri dari Provinsi Lampung 8.158 jiwa, Provinsi Banten 14.189
jiwa, Provinsi DKI Jakarta 308.460 jiwa, Provinsi Jawa Barat 113.918 jiwa.

Grafik 4.16
Jumlah dan Persentase Pengungsi Berdasarkan PPK Regional/Sub Regional

PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

26

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2013

20

SUMATERA SELATAN
KALIMANTAN SELATAN

146(0,001%)

PAPUA

872(0,008%)

SUMATERA BARAT

2.730(0,2%)

SULAWESI SELATAN

3.706(0,3%)

BALI

4.687(0,4%)

SULAWESI UTARA

7.129(0,7%)
160.734(16%)

JAWA TENGAH

163.291(16,3%)

SUMATERA UTARA

213.622(21,3%)

JAWA TIMUR

444.725(44,3%)

DKI JAKARTA
0

100000

200000

300000

400000

500000

Gambar 4.13
Pengungsi Korban Erupsi Gunung Api Sinabung
Di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara
PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

27

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2013

Gambar 4.14
Pengungsi Korban Erupsi Gunung Api Sinabung
Di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara

Gambar 4.15
Pengungsi Korban Bencana Banjir di Provinsi DKI Jakarta

PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

28

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2013

Gambar 4.16
Pengungsi Korban Bencana Erupsi Gunung Api Kelud
Di Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur

PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

29

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2013
Gambar 4.17
Pengungsi Korban Bencana Erupsi Gunung Api Kelud
Di Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur

PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

30

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2013
6.

ANALISIS KORBAN KRISIS KESEHATAN TAHUN 2014
A. KORBAN MENINGGAL
Korban meninggal akibat kejadian krisis kesehatan selama tahun 2014 berjumlah 957
Orang. Jika dibandingkan dengan jumlah korban meninggal tahun 2013 sebanyak 823
orang, maka pada tahun 2014 ini jumlah korban meninggal akibat kejadian krisis
kesehatan meningkat sebanyak 134 orang (16%).
Jenis kejadian krisis kesehatan penyebab korban meninggal terbanyak pada tahun
2014 sama seperti tahun 2013 yaitu kecelakaan transportasi (darat, laut, udara, sungai
dan danau) sebanyak 282 orang atau 29% dari keseluruhan jumah korban meninggal.
Selain kecelakaan transportasi, korban meninggal juga disebabkan oleh tanah
longsor sebanyak 230 orang (24%). Kejadian tanah longsor yang mengakibatkan
jumlah korban meninggal terbanyak adalah tanah longsor di Kabupaten
Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 12 Desember 2014 sebanyak 97
orang.
Erupsi Gunung Api menyebabkan korban meninggal sebanyak 104 orang (11%), terdiri
dari

erupsi Gunung Api Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara

sebanyak 88 orang (17 orang diantaranya merupakan akibat langsung erupsi karena
terkena awan panas), sebanyak 71 orang lainnya merupakan pengungsi yang
menderita penyakit kronis dan meninggal dalam perawatan di rumah sakit. Erupsi
Gunung Api Kelud di Kabupaten Kediri Jawa Timur mengakibatkan korban meninggal
sebanyak 16 orang.
Provinsi dengan korban meninggal terbanyak adalah Provinsi Jawa Tengah sebanyak
151 orang (16%). Penyebab terbanyak korban meninggal di Provinsi Jawa Tengah
adalah kejadian tanah longsor di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah
sebanyak 97 orang.

PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

31

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2013
B. KORBAN LUKA BERAT/RAWAT INAP
Korban luka berat/rawat inap akibat kejadian krisis kesehatan pada tahun 2014
berjumlah 1.932 orang. Jika dibandingkan dengan korban luka berat/rawat inap
pada tahun 2013 sebanyak 2.748 orang,maka pada tahun 2014 ini terjadi penurunan
jumlah korban luka berat/rawat inap sebanyak 816 orang (29%).
Jenis kejadian krisis kesehatan penyebab terbanyak korban luka berat/rawat inap
pada tahun 2014 sama seperti tahun 2013 yaitu keracunan (makanan, minuman dan
gas) sebanyak 775 orang atau 40% dari total jumlah korban luka berat/rawat inap.
Keracunan makanan ini terjadi secara massal akibat mengkonsumsi makanan yang
kadaluarsa atau mengandung racun pada acara hajatan. Orang-orang yang
mengkonsumsi makanan tersebut mengalami gejala keracunan seperti sakit kepala,
mual dan mutah sehingga perlu dirawat inap di rumah sakit. Untuk itu Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota perlu untuk meningkatkan pengawasan terhadap
kualitas makanan yang disajikan untuk acara-acara massal tersebut.
Korban luka berat/rawat inap juga disebabkan oleh kecelakaan transportasi, erupsi
gunung api, banjir, konflik sosial, tanah longsor dan kebakaran pemukiman.
Provinsi dengan korban luka berat/rawat inap terbanyak adalah Provinsi Jawa Barat
sebanyak 440 orang atau 23% dari total jumlah korban luka berat/rawat inap.

C. KORBAN LUKA RINGAN/RAWAT JALAN
Korban luka ringan/rawat jalan akibat kejadian krisis kesehatan pada tahun 2014
berjumlah 694.305 orang. Jika dibandingkan dengan jumlah korban luka
ringan/rawat pada tahun 2013 sebanyak 154.870 orang, maka pada tahun 2014 ini
terdapat peningkatan sebanyak 539.435 orang (348%).
Jenis kejadian krisis kesehatan penyebab korban luka ringan/rawat jalan terbanyak
adalah erupsi gunung api sebanyak 279.705 orang atau 40% dari total jumlah korban
luka ringan/rawat jalan di tahun 2014.

PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

32

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2013
Erupsi Gunung Api menyebarkan debu vulkanik mengakibatkan penyakit ISPA,
Dermatitis dan Konjungtivitis. Selain itu korban luka ringan/rawat jalan juga
disebabkan oleh kebakaran hutan, dimana asap yang ditimbulkan menyebabkan
penyakit saluran pernafasan seperti ISPA, bronkhitis, pneumonia dan asma.
Korban luka ringan/rawat jalan juga terjadi akibat bencana yang menyebabkan
terjadinya pengungsian seperti banjir, tanah longsor, erupsi gunung api dan banjir
bandang. Pengungsian yang berlangsung lama disertai kondisi sanitasi lingkungan
yang kurang baik menyebabkan warga yang mengungsi mudah terserang penyakit
seperti ISPA, diare, hipertensi, gastritis, dermatitis dan anxietas. Para pengunsi
yang terserang penyakit tersebut mendapatkan pelayanan kesehatan di pos
kesehatan dilokasi pengungsian dan puskesmas terdekat.

D. KORBAN HILANG
Korban hilang akibat kejadian krisis kesehatan pada tahun 2014 berjumlah 391
orang. Jika dibandingkan dengan jumlah korban hilang pada tahun 2013 sebanyak
192 orang, maka pada tahun 2014 mengalami peningkatan sebanyak 199 orang
(103%).
Korban hilang terbanyak pada tahun 2014 disebabkan oleh kecelakaan transportasi
sebanyak 316 orang atau 81% dari keseluruhan jumlah korban hilang. Kecelakaan
transportasi yang terbanyak menyebabkan korban hilang adalah kecelakaan
transportasi udara di perairan selat Karimata Provinsi Bangka Belitung pada tangal
28 Desember 2014 dengan korban hilang sebanyak 169 orang.
Selain kecelakaan transporasi, korban hilang pada tahun 2014 juga disebabkan oleh
banjir bandang, tanah longsor, banjir, banjir dan tanah longsor, kebakaran hutan
dan ledakan.

PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

33

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 2013
E. PENGUNGSI
Pengungsi akibat kejadian krisis kesehatan pada tahun 2014 b