files770587. BUKU TINJAUAN TAHUN 2012

TINJAUAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN
TAHUN 2012

KEMENTERIAN KESEHATAN
PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN
2013

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Indonesia pada tahun 2012 mengalami berbagai kejadian bencana yang
menimbulkan krisis kesehatan. Berdasarkan data Pusat Penanggulangan Krisis
Kesehatan dalam tiga tahun terakhir, sejak tahun 2010 - 2012 terjadi 1015 kali
kejadian bencana di Indonesia.

Tahun 2010 terjadi 315 kejadian, 2011 dengan

211 kejadian dan 489 kejadian bencana di

tahun 2012. Tingginya angka


kejadian bencana ini menggambarkan tingkat kerawanan bencana di Indonesia.
Ini terjadi karena kondisi geografis, geologis, hidrologis, demografis serta akibat
pengaruh perubahan iklim di Indonesia.
Bila dikelompokkan secara khusus bencana alam maka untuk tahun 2010 terjadi
210 kejadian, tahun 2011 terjadi 189 kejadian dan tahun 2012 terjadi
234 kejadian. Dari data tersebut sangat beralasan bila United Nations

International Stategy for Disaster Reduction (UNISDR ; Badan PBB untuk
Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana), pada tahun 2011,
menempatkan Indonesia menjadi negara rawan bencana alam di dunia. Untuk
beberapa jenis bencana alam, Indonesia menduduki peringkat pertama dalam
paparan terhadap penduduk atau jumlah manusia yang menjadi korban
meninggal akibat bencana alam.
Berdasarkan daftar peringkat UNISDR terhadap jumlah korban pada 4 jenis
bencana alam yang meliputi tsunami, tanah longsor, banjir dan gempa bumi
menempatkan Indonesia sebagai negara yang tidak luput dari berbagai kejadian
bencana alam. Berikut rincian jumlah korban pada 4 jenis bencana alam di
beberapa negara :


Tabel 1.1
Jumlah Korban Bencana di Beberapa Negara Berdasarkan Jenis Bencana
No

JENIS BENCANA

NEGARA

JUMLAH KORBAN (orang)

1

Tsunami

Indonesia

5.402.239

Jepang


4.497.645

Bangladesh

1.598.546

India

1.114.388

Filipina
2

3

4

Tanah Longsor

Gempa Bumi


Banjir

894.848

Indonesia

197.372

India

180.254

Cina

121.488

Filipina

110.704


Ethiopia

64.470

Jepang

13.404.870

Filipina

12.182.454

Indonesia

11.056.806

Cina

8.139.068


Taiwan

6.625.479

Bangladesh

19.279.960

India

15.859.640

Cina

3.972.502

Vietnam

3.403.041


Kamboja

1.765.674

Indonesia

1.101.507

Pada Konferensi Tingkat Menteri Negara-Negara Asia ke-5 Dalam Pengurangan
Risiko Bencana (The 5th Asian Ministerial Conference on Disaster Risk Reduction
(AMCDRR)) yang berlangsung di Yogyakarta, menghasilkan Deklarasi Yogyakarta
dalam Pengurangan Risiko Bencana di Asia Pasifik 2012. Deklarasi Yogyakarta
mengandung tujuh butir inti kesepakatan sebagai berikut, (1) mengintegrasikan
upaya pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim dalam program

pembangunan nasional, (2) melakukan kajian terhadap risiko finansial di tingkat
lokal, (3) menguatkan tata kelola risiko dan kemitraan di tingkat lokal, (4)
membangun ketangguhan masyarakat, (5) mengindentifikasi hal-hal yang akan
dicapai pasca Hyogo Framework for Action (HFA) 2015, (6) mengurangi faktor-faktor

yang menjadi akar risiko bencana, dan (7) mengimplementasikan isu-isu lintas
sektor dalam Kerangka Kerja Hyogo (Hyogo Framework of Action (HFA)).
Sesuai

dengan

perubahan

paradigma

penanggulangan

bencana

yang

menitikberatkan pada upaya sebelum terjadi bencana dengan pengurangan risiko
bencana

Pemerintah


Indonesia

juga

telah

menyusun

Rencana

Nasional

Penanggulangan Bencana (Renas PB) 2010 – 2014 yang merupakan dokumen
perencanaan berjangka waktu 5 tahun yang disusun berdasarkan amanat Pasal 3536 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 82 menjelaskan
bahwa pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab atas
ketersediaan sumber daya, fasilitas, dan pelaksanaan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan berkesinambungan pada keadaan bencana. Upaya penanggulangan
krisis kesehatan akibat bencana meliputi upaya pada tahap pra bencana

(pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan), upaya pada saat bencana (mobilisasi
sumber daya dan logistik) dan upasa pasca bencana (pemulihan, rehabilitasi dan
rekonstruksi) menjadi tanggung jawab pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat. Upaya-upaya tersebut diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan
pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara
terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan.
Dalam pelaksanaannya, sebagaimana dituangkan dalam Kepmenkes No. 876 Tahun
2006 mengenai Kebijakan dan Strategi Nasional tentang Penanganan Krisis dan
Masalah Kesehatan Lain, upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana
lebih difokuskan pada upaya sebelum terjadinya bencana, dengan strategi pada
peningkatan upaya prabencana berupa pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan.
Keputusan Menkes RI No.
Kementerian Kesehatan RI

HK.03.01/160/I/2010 tentang Rencana Strategis
Tahun 2010 – 2014 juga memuat tentang upaya

penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana berupa upaya penguatan kapasitas
masyarakat dalam manajemen bencana dan manajemen krisis kesehatan sebagai
salah satu dari 8 prioritas pembangunan kesehatan.


Pusat Penanggulangan Kementerian Kesehatan telah melaksanakan program
dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana.

Sasaran program

yaitu meningkatnya koordinasi

pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukungan

manajemen

penanggulangan krisis kesehatan. Salah satu indikator tercapainya sasaran hasil
pada tahun 2014 adalah jumlah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang mempunyai
kemampuan tanggap darurat dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana dengan kriteria memiliki petugas terlatih dalam manajemen dan teknis
penanggulangan krisis kesehatan (Manajemen Bencana, Tim Reaksi Cepat dan RHA,
Pengelolaan Data dan Informasi, Penggunaan Alat Komunikasi Bencana untuk
Penangulangan Krisis Kesehatan dan Penyusunan Rencana Kontinjensi) dan memiliki
sarana penunjang penanggulangan krisis kesehatan (Emergency Kit, Personal Kit
dan Alat Pengolah Data) sebanyak 300 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sampai
tahun 2012 jumlah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang telah memiliki
kemampuan tanggap darurat dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat
bencana sebanyak 200 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Salah satu unsur penting dalam upaya membangun sistem penanggulangan krisis
kesehatan adalah dengan mengevaluasi dan mengambil pelajaran penting dari
kegiatan atau sistem penanggulangan krisis kesehatan yang sudah dilakukan selama
ini. Kekuatan dan kelemahan maupun keberhasilan dan kekurangan dalam
penanggulangan krisis kesehatan yang telah dilakukan akan menjadi pelajaran
penting untuk pelaksanaan upaya penanggulangan krisis kesehatan yang lebih baik
di masa yang akan datang.
Sebagai bahan pembelajaran dari kejadian krisis kesehatan yang telah terjadi
diperlukan data-data dan informasi terkait, antara lain informasi mengenai jenis
bencana dan frekuensinya, jumlah korban, fasilitas kesehatan yang rusak serta
upaya-upaya yang telah dilakukan baik pada pra bencana, saat tanggap darurat
maupun pasca bencana. Diharapkan data-data tersebut dapat memberikan
gambaran kekuatan dan kelemahan setiap daerah, sehingga dapat dijadikan bahan
masukan

untuk

pengambil

kebijakan

dalam

rangka

peningkatan

penanggulangan krisis kesehatan untuk pengurangan risiko krisis kesehatan.

upaya

2. Tujuan
A. Tujuan umum:
Tersedianya informasi kejadian

dan

upaya penanggulangan

krisis

kesehatan tahun 2012
B. Tujuan khusus:
Tersedianya informasi :
a. Krisis Kesehatan di Indonesia tahun 2012 meliputi frekuensi kejadian
bencana, korban (meninggal, hilang, luka/dirawat, dan pengungsi)
serta fasilitas kesehatan yang rusak berdasarkan jenis bencana dan
provinsi.
b. Upaya penanggulangan krisis kesehatan oleh Kementerian Kesehatan
di tingkat nasional baik pada pra bencana, saat tanggap darurat
maupun pasca bencana serta permasalahannya.
c. Upaya penanggulangan krisis kesehatan oleh Kementerian Kesehatan
di tingkat internasional baik pada pra bencana dan saat tanggap
darurat.

3. Dasar Hukum
a. Undang-Undang

Republik

Indonesia

No.

24

Tahun

2007

tentang

Tahun 2009

tentang

Penanggulangan Bencana.
b. Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 36

Kesehatan.
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
d. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan
Pengelolaan Bantuan Bencana
e. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga
Internasional dan Lembaga Asing Non-Pemerintah dalam Penanggulangan
Bencana.

f. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan
g. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 131/MENKES/SK/II/2004 tentang Sistem
Kesehatan Nasional.
h. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 064/MENKES/SK/II/2006 tentang
Pedoman Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana.
i. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 876/MENKES/SK/XI/2006 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Penanganan Krisis dan Masalah Kesehatan
Lain.
j. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 145/MENKES/SK/I/2007 tentang
Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan.

4. Ruang Lingkup
Tinjauan penanggulangan krisis kesehatan tahun 2012 membahas tentang krisis
kesehatan akibat bencana di Indonesia dan upaya penanggulangannya baik pada
saat pra krisis kesehatan, saat tanggap darurat krisis kesehatan maupun pasca krisis
kesehatan, yang terjadi selama tahun 2012 serta peran Kementerian Kesehatan dan
lintas sektor terkait dalam upaya penanggulangan krisis kesehatan.
Informasi yang disajikan mencakup:
1. Frekuensi kejadian krisis kesehatan berdasarkan jenis bencana;
2. Korban dan pengungsi yang meliputi korban meninggal, hilang, luka/dirawat;
3. Kerusakan fasilitas kesehatan;
4. Upaya yang dilakukan Kementerian Kesehatan dan lintas sektor terkait ;
5. Permasalahan;
6. Peran Kementerian Kesehatan dalam penanggulangan krisis kesehatan di luar
negeri serta kegiatan-kegiatan internasional.

BAB III
GAMBARAN KRISIS KESEHATAN NASIONAL TAHUN 2012

Berbagai macam kejadian bencana terjadi di Indonesia selama tahun 2012, baik berupa
bencana alam, bencana non alam maupun bencana sosial. Berikut adalah data kejadian
bencana di Indonesia selama tahun 2012 serta permasalahan kesehatan yang terjadi.

3.1 Frekuensi Kejadian Bencana
Jumlah total kejadian bencana yang terjadi selama tahun 2012 sebanyak 489 kejadian.
Bencana alam merupakan bencana yang paling sering terjadi bila dibandingkan dengan
bencana non alam dan bencana sosial. Jenis bencana alam yang paling sering terjadi
adalah bencana banjir. Bencana banjir merupakan kejadian bencana dengan frekuensi
tertinggi yang tersebar di 32 Provinsi. Dari 33 provinsi, provinsi dengan frekuensi
kejadian bencana tertinggi adalah Provinsi ............ yaitu sebanyak ..... kejadian. Bila
dilihat dari peta frekuensi kejadian bencana, provinsi yang paling sering dilanda
bencana adalah provinsi Jawa Timur. Akan tetapi untuk wilayahRegional yang paling
banyak terkena bencana adalah Regional Sulawesi Selatan.
Proporsi kejadian tertinggi di Prov. Jawa Timur (15,54%) kemudian Jawa Timur
(10,22%), Jawa Tengah (9,82%) dan DKI Jakarta (7,77%).
Peta 3.1
Peta Frekuensi Kejadian Bencana

Keterangan : (frekuensi kejadian)

9

>25 kali

11 – 25 kali

1 – 10 kali

0

Grafik 3.1
Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Berdasarkan Regional

15

SUB REGIONAL PAPUA

83

REGIONAL SULAWESI SELATAN
18

REGIONAL SULAWESI UTARA

28

REGIONAL KALIMANTAN SELATAN

30

REGIONAL BALI

50

REGIONAL JAWA TIMUR

53

REGIONAL JAWA TENGAH

140

REGIONAL DKI JAKARTA
REGIONAL SUMATERA SELATAN
SUB REGIONAL SUMATERA BARAT

9
14
49

REGIONAL SUMATERA UTARA

Grafik 3.2
Proporsi Kejadian Krisis Kesehatan Berdasarkan Jenis Bencana

10

Grafik 3.3
Trend Kejadian Krisis Kesehatan Per Bulan pada Tahun 2012
70
65
60

59

50
45
40

36

37

44

38

40
35

35

33

30
22

20
10
0

Grafik 3.4
Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Berdasarkan Jenis Bencana

5

Tersambar Petir
1

Longsor sampah

4
4

Ledakan akibat Gas
Keracunan/KLB

43
50

39

3

75
78

Kecelakaan Transportasi
Gempa Bumi

1

Gelombang Besar
1
2

Banjir,Angin Siklon Tropis & Pasang Air Laut
Banjir dan Tanah Longsor

2
1

Banjir Bandang & Angin Siklon Tropis

15
4

9

5
29

Banjir
1

Abrasi Air Laut
0

68

49
10

20

30

40

50

60

70

9

80

3.2 Korban dan Pengungsi
3.2.1 KorbanMeninggaldanHilang
Total korbanmeninggalakibatkrisiskesehatansebanyak630 orang, yang terdiridari392
akibatbencana

non

alam,

173

orang

akibatbencanaalamdan65

orang

akibatbencanasosial. Korbanmeninggal paling banyakberada di Regional JawaTimur.

Grafik3.6
Proporsi Korban Meninggal Berdasarkan Jenis Bencana

10%

25%

65%

BENCANA ALAM

BENCANA NON ALAM

‘/.
Grafik3.7
Jumlah Korban Meninggal Berdasarkan Regional
10

SUB REGIONAL PAPUA
REGIONAL SULAWESI SELATAN
REGIONAL SULAWESI UTARA
REGIONAL KALIMANTAN SELATAN
REGIONAL BALI
REGIONAL JAWA TENGAH
REGIONAL JAWA TENGAH
REGIONAL DKI JAKARTA
SUB REGIONAL SUMATERA SELATAN
SUB REGIONAL SUMATERA BARAT
REGIONAL SUMATERA UTARA

127
12
59
21
72
74
206
11
21
62
0

50

100

150

200

250

10

Grafik 3.8
Jumlah Korban Meninggal Berdasarkan Jenis Bencana

Tersambar Petir

6

Longsor sampah

1
8

54

65

Konflik Sosial
22
4

Kegagalan Teknologi

314
88

Kebakaran
13
Gelo ba g Besar & A gi Siklo …

1
3
6

Banjir Lahar Dingin

20
38

Banjir Bandang
9

23

Angin Siklon Tropis
0

100

200

300

400

Kecelakaan Transportasi menyebabkan korban meninggal terbanyak yaitu 314 korban,
disusul dengan kebakaran sebanyak 88 korban, konflik sosial 65 korban dan tanah
longsor sebanyak 54 orang. Korban meninggal terbanyak terdapat di provinsi Jawa
Barat dengan jumlah korban sebanyak 133 orang (19,70 %)
Grafik 3.9
Jumlah Korban Meninggal Berdasarkan Provinsi

11

Sumatera Utara

39

11

Sumatera Barat

1

Sulawesi Tenggara

6

Sulawesi Selatan
Papua

10

1

Nusa Tenggara Barat

6

Maluku

16
16

2

25

12
64

19

8

Kepulauan Riau
Kalimantan Tengah

21

44
13
12

Kalimantan Barat

72
74

Jawa Tengah
5

Gorontalo

9
8

Banten
Aceh
0

133

33
15
20

40

60

80

100

120

140

Pada tahun 2012 jumlah korban hilang tertinggi diakibatkan oleh kecelakaan
transportasi. Korban hilang terbanyak yaitu 175 orang yang disebabkan oleh kecelakaan
transportasi.

Grafik 3.10
Jumlah Korban Hilang Berdasarkan Jenis Bencana

9
14
14
4

Tanah Longsor
Konflik Sosial
Keracunan/KLB
Kegagalan Teknologi
Kecelakaan Transportasi
Gelombang Besar
Ba jir,A gi Siklo Tropis & Pasa g…
Banjir Lahar Dingin
Banjir dan Tanah Longsor
Banjir Bandang
Banjir
Angin Siklon Tropis

175
1
10
5
4
14
3
3
0

50

100

150

200

12

Korban hilang terbanyak di Prov. Bantensebanyak 100 orang (39 %).

Grafik3.11
Jumlah Korban Hilang Berdasarkan Provinsi

5

Sulawesi Tenggara

7

Sulawesi Barat
2

Nusa Tenggara Barat

5

Maluku Utara

35

Maluku
15

Lampung

28

Kalimantan Timur
15

Kalimantan Selatan
2

Jawa Timur

64

Jawa Barat
14

Jambi
1

DKI Jakarta

100

Banten
8

Aceh
0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

3.2.2 Korban LukaBerat/Rawat Inap
Total korbanlukaberat/rawatinapsebanyak2.338 orang denganrincian 865 orang
akibatbencana

non

alam,

187

orang

akibatbencanaalamdan

112

orang

akibatbencanasosial.

13

Grafik3.12
Proporsi Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Jenis Bencana

12%

14%

74%

BENCANA ALAM

BENCANA NON ALAM

BENCANA SOSIAL

Grafik 3.13
Jumlah Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Regional
125

SUB REGIONAL PAPUA

343

REGIONAL SULAWESI SELATAN
52

REGIONAL SULAWESI UTARA

21

REGIONAL KALIMANTAN SELATAN

77

REGIONAL BALI

566

REGIONAL JAWA TENGAH
101

REGIONAL JAWA TENGAH

659

REGIONAL DKI JAKARTA
145

SUB REGIONAL SUMATERA SELATAN
92

SUB REGIONAL SUMATERA BARAT

157

REGIONAL SUMATERA UTARA
0

100 200 300 400 500 600 700

14

Grafik 3.14
Jumlah Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Jenis Bencana

1

Tersambar Petir

41

Tanah Longsor

7

Ledakan Bom

21

Ledakan akibat Gas

269

Konflik Sosial

1,030

Keracunan/KLB
546

Kecelakaan Transportasi
129

Kebakaran

82

Gempa Bumi

36

Banjir Lahar Dingin

12

Banjir dan Tanah Longsor

1

Banjir Bandang dan Tanah Longsor

94

Banjir Bandang

25

Banjir
0

200

400

600

800 1,000 1,200

Grafik 3.15
Jumlah Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Provinsi

15

83

Sumatera Utara
Sumatera Selatan
Sumatera Barat
Sulawesi Utara
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Barat
Riau
Papua Barat
Papua
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Barat
Maluku Utara
Maluku
Lampung
Kepulauan Riau
Kalimantan Timur
Kalimantan Selatan
Kalimantan Barat
Jawa Timur
Jawa Tengah
Jawa Barat
Jambi
Gorontalo
DKI Jakarta
Daerah Istimewa Yogyakarta
Banten
Bali
Aceh

5
92
2
92
109
25
13
1
42
83
20
35
49
104
42
11
6
15
25
566
94
493
140
1
67
7
32
22
62
0

100

200

300

400

500

600

Sumber : Data KejadianBencanaPusatPenanggulanganKrisisKesehatanTahun 2012

16

Grafik 3.16
Jumlah Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Bencana

1

Tersambar Petir
Tanah Longsor
Longsor sampah
Ledakan Bom
Ledakan akibat Gas
Konflik Sosial
Keracunan/KLB
Kegagalan Teknologi
Kecelakaan Transportasi
Kebakaran
Gempa Bumi
Erupsi Gunung Api
Banjir Lahar Dingin
Banjir dan Tanah Longsor
Banjir Bandang dan Tanah Longsor
Banjir Bandang & Angin Siklon Tropis
Banjir Bandang
Banjir
Angin Siklon Tropis

65
0
3
6
1,624
1,009
11
572
247
230
4
15
12
112
200
184
2,381
182
0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

Grafik 3.17
Proporsi Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Bencana

17

24%

49%

27%

BENCANA ALAM

BENCANA NON ALAM

BENCANA SOSIAL

Grafik3.18
Jumlah Korban Luka Ringan/Dirawat Jalan Berdasarkan Regional

615

REGIONAL SULAWESI SELATAN
152

REGIONAL SULAWESI UTARA

195

REGIONAL KALIMANTAN SELATAN

299

REGIONAL BALI

277

REGIONAL JAWA TENGAH

188

REGIONAL JAWA TENGAH

3866

REGIONAL DKI JAKARTA
85

SUB REGIONAL SUMATERA SELATAN

74

SUB REGIONAL SUMATERA BARAT

600

REGIONAL SUMATERA UTARA
0

500

1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

18

Grafik3.19
Jumlah Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Berdasarkan Provinsi

29

Sumatera Selatan

74

Sumatera Barat
3

Sulawesi Utara

18

Sulawesi Tenggara

232

Sulawesi Tengah

155

Sulawesi Selatan

98

Sulawesi Barat
Riau

1

Papua Barat

3
504

Papua
24

Nusa Tenggara Timur

271

Nusa Tenggara Barat
25

Maluku Utara

112

Maluku

802

Lampung
4

Kepulauan Riau

38

Kalimantan Timur

157

Kalimantan Selatan
22

Kalimantan Barat

277

Jawa Timur

147

Jawa Tengah

1044

Jawa Barat
56

Jambi

124

Gorontalo

1757

DKI Jakarta
41

Daerah Istimewa Yogyakarta

241

Banten
4

Bali

140

Aceh
0

500

1000

1500

2000

3.2.3 Pengungsi
Total pengungsiakibatbencanayaitu74.171 orang dengan pengungsi terbanyak akibat
kejadian banjir yaitu34.454 orang. Sebanyak 1.394 orang merupakan korban banjir di
DKI Jakarta
19

Grafik 3.20
Proporsi Pengungsi Berdasarkan Jenis Bencana

Grafik 3.21
Jumlah Pengungsi Berdasarkan Regional

20

818

Tanah Longsor

3958

Konflik Sosial

3000

Keracunan/KLB
211

Kecelakaan Transportasi

8130

Kebakaran

5737

Gempa Bumi
1

Gelombang Besar

931

Erupsi Gunung Api

428

Banjir Lahar Dingin

10139

Banjir dan Tanah Longsor
5268

Banjir Bandang

34454

Banjir
1066

Angin Siklon Tropis
0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

Jumlah pengungsi tertinggi di Provinsi Sumatera Barat yaitu sebanyak 50.339 orang.
Sebanyak 50.315 (99,95%) di antaranya akibat banjir di Kab. Pesisir Selatan Prov.
Sumatera Barat pada tanggal 3 November 2011.

21

Grafik 3.22
Jumlah Pengungsi Berdasarkan Provinsi

Sulawesi Utara

480

Sulawesi Tengah

453

Sulawesi Selatan

826
2700

Papua Barat

1506

Papua

1021

Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Barat

165

Maluku Utara

478
9475

Maluku
Lampung

128

Kepulauan Riau

288
73

Kalimantan Timur

25174

Kalimantan Tengah
1064

Kalimantan Selatan

392

Kalimantan Barat

1

Jawa Timur

4395

Jawa Tengah
1527

Jawa Barat

793

Jambi

3160

Gorontalo

5410

DKI Jakarta

6129

Banten
2

Bali

8501

Aceh
0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

22

Grafik3.23
Jumlah Pengungsi Berdasarkan Jenis Bencana

818

Tanah Longsor

3,958

Konflik Sosial

3,000

Keracunan/KLB
211

Kecelakaan Transportasi

8,130

Kebakaran

5,737

Gempa Bumi
1

Gelombang Besar
Erupsi Gunung Api

931

Banjir Lahar Dingin

428
10,139

Banjir dan Tanah Longsor
5,268

Banjir Bandang

34,454

Banjir
1,066

Angin Siklon Tropis
0

5,000 10,00015,00020,00025,00030,00035,000

3.3.KERUSAKAN FASILITAS KESEHATAN
Total fasilitas kesehatan yang rusak akibat kejadian bencana pada tahun 2012 adalah 49
unit. Fasilitaskesehatan yang rusak paling banyakadalahPuskesmasPembantu (Pustu)
sebanyak32 unit (65,31%).

23

Grafik 3.24
Proporsi Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang Rusak
Akibat Bencana Tahun 2012

4% 4%

8%

19%

65%

Puskesmas

Puskesmas Pembantu

Jumlah fasilitas kesehatan yang rusak terbanyak disebabkan oleh kejadian Gempa Bumi
yaitu 39 unit, kejadian terjadi di Provinsi Aceh.
Grafik 3.25
Kerusakan Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Jenis Bencana

2

Konflik Sosial
Banjir bandang

1

Angin Putting Beliung

1
3

Banjir Bandang
2

Banjir
1

Longsor

2

Angin Ribut

39

Gempa Bumi
0

5

10

15

20

25

30

35

40

24

Grafik 3.26
Kerusakan Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Regional

3

Regional Sulawesi Utara
1

Regional Sulawesi Selatan

2

Regional Bali

4

Regional Jawa Timur
2

Regional Jawa Tengah

39

Regional Sumatera Utara
0

5

10

15

20

25

30

35

40

Jumlah fasilitas kesehatan yang rusak terbanyak di Provinsi NTT dibandingkan dengan
provinsi lainnya yaitu sebanyak 14 unit yang disebabkan banjir di Kab. Belu NTT yang
terjadi pada tanggal 27 Maret 2011.
Grafik 3.27
Kerusakan Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Provinsi

25

2

Maluku Utara
1

Gorontalo
1

Sulawes Selatan

2

NTB

4

Jawa Timur
2

Jawa Tengah

39

Aceh
0

5

10

15

20

25

30

35

40

Tabel3.1
Fasilitas Kesehatan yang Rusak Berdasarkan Jenis Bencana

1

Banjir

-

4

17

Polindes/
Poskesdes
15

2

Tanah Longsor

-

-

-

-

-

-

3

KecelakaanTransportasi

-

-

-

-

-

-

4

BanjirBandang

-

2

2

1

-

-

5

AnginSiklonTropis

-

-

-

1

-

1

6

Konflik

-

-

-

-

-

-

7

Kebakaran

1

-

-

-

-

1

8

LetusanGunungApi

-

-

-

3

-

3

9

KLB keracunanmakanan/diare

-

-

-

-

-

-

10

GempaBumi

2

3

1

-

2

-

11

LedakanBom

-

-

-

-

-

-

12

KegagalanTeknologi

-

-

-

-

-

-

13

GelombangPasang

-

-

-

-

-

-

14

KecelakaanIndustri

-

-

-

-

-

-

No

Jenis Bencana

RS

Puskesmas

Pustu

Rumah
Dinas
-

Jumlah
-

26

15

Banjir Lahar Dingin

-

-

1

-

1

2

16

Banjirdan Tanah Longsor

-

-

-

-

-

-

17

Tsunami

-

-

-

-

-

-

18

Tersambarpetir

-

-

-

-

-

-

3

9

21

20

3

56

JUMLAH

27

BAB IV
UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN
Upaya penanganan krisis kesehatan harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu
mulai dari pra krisis kesehatan, pada saat terjadinya krisis kesehatan dan pasca krisis
kesehatan. Tahapan-tahapan penanganan krisis kesehatan yang dimulai dari waktu
sebelum terjadinya krisis kesehatan berupa dengan kegiatan pencegahan, mitigasi dan
kesiapsiagaan. Pada saat terjadinya krisis kesehatan berupa kegiatan tanggap darurat
dan selanjutnya pada saat telah terjadinya bencana berupa kegiatan rehabilitasi dan
rekonstruksi.
Gambar
Siklus Krisis Kesehatan

4.1 UPAYA PRA KRISIS KESEHATAN
Manajemen penanggulangan krisis kesehatan meliputi upaya pra krisis kesehatan, saat
tanggap darurat krisis kesehatan, serta pasca krisis kesehatan. Upaya pra krisis
kesehatan yang meliputi mitigasi dan kesiapsiagaan merupakan tahap kegiatan yang
sangat penting. Keberhasilan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana pada
tahap tanggap darurat sangat ditentukan oleh upaya mitigasi dan kesiapsiagaan yang
telah dilakukan. Upaya mitigasi dan kesiapsiagaan yang telah dilaksanakan oleh
Kementerian Kesehatan pada tahun 2012 dalam menghadapi krisis kesehatan akibat
bencana antara lain: penyusunan kebijakan, pedoman peningkatan kapasitas petugas
kesehatan, pengembangan sistem informasi penanggulangan krisis kesehatan, penyiapan
logistik kesehatan, pemetaan kesiapsiagaan serta penyiapan anggaran penanggulangan
krisis kesehatan.

35

4.1.1 Penyusunan Kebijakan/Pedoman
Salah satu Tugas pokok dan fungsi Kementerian Kesehatan adalah menyusun
pedoman/kebijakan terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana.Tahun 2012
telah dilakukan penyusunan kebijakan/pedoman/modul terkait penanggulangan krisis
kesehatan akibat bencana sebanyak 31 buah terdiri dari pedoman, Standar Operasional
Prosedur (SOP), Peraturan, Modul, Poster dan Leaflet, dimana 8 diantaranya merupakan
produk Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, sedangkan 23 lainnya masing-masing
dari Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan, Direktorat Pengendalian Penyakit
Bersumber Binatang, Direktorat Penyehatan Lingkungan, Direktorat Surveilans
Imunisasi Karantina dan Kesehatan Matra, Direktorat Bina Gizi, Direktorat Bina Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktorat Bina Kesehatan Jiwa, Direktorat Bina
Kesehatan Ibu dan Pusdokkes POLRI. Pada tahun 2012 juga dilakukan pencetakan dan
penterjemahan buku oleh Emergency and Humanitarian Action Unit (EHA) WHO,
yaitu buku Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan dalam Situasi Bencana,
buku Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Letusan Gunung Merapi 2010 dan buku
Profil Penanggulangan Kesiapsiagaan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2010.
Tabel
Kebijakan/Pedoman/Modul Yang Disusun Pada Tahun 2012
No Unit Kerja

Kebijakan/Pedoman/Modul

Keterangan

Pedoman Penilaian Kerusakan
dan Kerugian Bidang
Kesehatan

Dalam Proses Penetapan

Pedoman Teknis
Penanggulangan Krisis
Kesehatan Bagi Kader
Pemberdayaan Masyarakat

1

Pusat
Penanggulangan Pelembagaan Pusat
Krisis
Penanggulangan Krisis
Kesehatan
Regional
(PPKK)
Review Pedoman Emergency
Nursing
SOP Bagian Tata Usaha PPKK
SOP Bidang Pencegahan,
Mitigasi dan Kesiapsiagaan
SOP Bidang Tanggap Darurat
dan Pemulihan

36

No Unit Kerja

Kebijakan/Pedoman/Modul

Keterangan

SOP Bidang Pemantauan dan
Informasi

2

Pusdokkes
POLRI

Pedoman tentang
Penatalaksanaan Disaster
Victim Identification (DVI)
Bagi Polri (Edisi Revisi)

Nomor :
PL/002/VI/2010/Pusdokkes

Peraturan KAPOLRI Nomor
17 Tahun 2009 tentang
penanggulangan bencana
Pedoman Penggunaan
Insektisida
3

Direktorat P2B2 Leaflet Pengendalian Vektor
Permenkes no.
374/Menkes/Per/III/2010

4

5

6

Direktorat Bina
Gizi

Direktorat
Penyehatan
Lingkungan

Direktorat
Surveilans
Imunisasi
Karantina dan
Kesehatan
Matra

Pedoman Kegiatan Gizi Dalam
Penanggulangan Bencana

Dikirim ke 33 propinsi

Standar antropometri Penilaian
Pertumbuhan anak

Dikirim ke 33 propinsi

Modul Pelatihan Konseling
Pemberian Makan Bayi dan
Anak Bagi Motivator/kader

Dikirim ke 33 propinsi

Panduan Rapid Health
Assesment pada situasi
kedaruratan

Tahap finalisasi

Petunjuk teknis kesehatan
lingkungan pada situasi
kedaruratan

Tahap finalisasi

Poster dan leaflet 5 kunci
ketahanan pangan.
Leaflet tips mengelola
makanan pada situasi darurat
Leaflet tips memilih makanan
dan minuman waktu mudik
Petunjuk Teknis PP dan PL
Dalam Penanggulangan
Bencana (2010)

Dalam tahap penyusunan finalisasi

Pedoman Penanggulangan
Keadaan darurat Bidang
Kesehatan Pada Kecelakaan

Dalam tahap penyusunan finalisasi

37

No Unit Kerja

Kebijakan/Pedoman/Modul

Keterangan

Pesawat Udara di Bandar
Udara (2012)
Penyempurnaan pedoman
7

8

9

Direktorat Bina
Kesehatan Ibu

Direktorat Bina
Kesehatan Jiwa

Direktorat Bina
Obat Publik dan
Perbekalan
kesehatan

Direktorat Bina
Upaya
Kesehatan
Rujukan
10

Pelayanan kesehatan reproduksi Kegiatan masih berlanjut
sampai tahun 2013.
pada situasi darurat bencana

Pedoman penanggulangan
masalah kesehatan jiwa dan
psikososial pada masyarakat
akibat bencana dan konflik

Ditetapkan tahun 2006
(Kepmenkes No
048/Menkes/SK/I/2006)

Pedoman kesehatan jiwa pada
situasi emergency

Ditetapkan tahun 2008

Pedoman teknis bagi petugas
siaga bencana di daerah rawan
bencana/konflik
Pedoman Pemusnahan Sediaan
Farmasi

Dalam proses penetapan

Penyusunan modul algoritme
SPGDT call center

Terdiri dari Algoritme
Kegawatan (Pediatrik,
Kebidanan,
Kardiovaskuler, Strok,
Pernafasan dan Trauma)

Modul Sistem Penanggulangan
Gawat Darurat Maternal
neonatal

Untuk RS Ponek
(pelayanan obstetri
neonatal emergency
komprehensif)

Surat Edaran Dirjen BUK
kepada Dinas Kesehatan
Provinsi se Indonesia tentang
penggunaan kode akses
kegawat daruratan kesehatan
119

Kode akses melalui nomor
telepon 119 di seluruh
Indonesia untuk kegawat
daruratan kesehatan

Dalam Proses Finaslisasi

kode
akses
119
direncanakan dapat diakses
baik melalui telepon rumah
maupun melalui handphone
semua
provider
di
indonesia

38

No Unit Kerja
Emergency and
Humanitarian
Action Unit
(EHA) WHO

11

Kebijakan/Pedoman/Modul

Keterangan

A. Pencetakan buku dan
penterjemahan
ke
dalam
Bahasa Inggris :
1)Pedoman
Teknis
Penanggulangan
Krisis
Kesehatan
dalam
Situasi
Bencana 2012
2)Penanggulangan
Krisis
Kesehatan Akibat Letusan
Gunung Merapi 2012
3)Profil
Penanggulangan
Kesiapsiagaan
Krisis
Kesehatan Akibat Bencana
Tahun 2010
B. Pengembangan mapping
software komputerisasi

4.1.2 Peningkatan Kapasitas SDM
Pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan telah melakukan upaya peningkatan
kapasitas tenaga kesehatan dalam penanggulangan krisis kesehatan baik dalam hal
manajemen maupun teknis, yaitu sebanyak 57 kegiatan, terdiri dari kegiatan
peningkatan kapasitas, workshop, lokakarya, sosialisasi, geladi penanggulangan
krisis kesehatan dan konferensi nasional dan internasional. Sasaran peningkatan
kapasitas adalah petugas kesehatan di tingkat provinsi maupum kabupaten/kota.
Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh 8 unit kerja di Kementerian Kesehatan yaitu
Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, Direktorat Bina Gizi, Direktorat Bina
Upaya Kesehatan Rujukan, Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Direktorat Bina
Kesehatan Jiwa, Direktorat Penyehatan Lingkungan, Direktorat Pengendalian
Penyakit Bersumber Binatang, Direktorat Surveilans Imunisasi Karantina dan
Kesehatan Matra dan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatn
kapasisas SDM juga dilakukan oleh Pusdokkes POLRI dan Emergency and
Humanitarian Action Unit (EHA) WHO.

Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan
Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan sebagai unit di Kementerian Kesehatan yang
memiliki tugas pokok dan fungsi ...... setiap tahun melakukan kegiatan peningkatan

39

kapasitas sumber daya manusia di bidang penanggulangan krisis kesehatan. Kegiatan
peningkatan kapasitas SDM di Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan selama tahun
2012 dilakukan oleh 3 bidang, yaitu :
1. Bidang Pencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan
Selama tahun 2012 Bidang Pencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan melakukan
beberapa kegiatan peningkatan kapasitas SDM dalam penanggulangan krisis
kesehatan, antara lain :
 Peningkatan kapasitas Dengan Geladi Penanggulangan Krisis Kesehatan
 Peningkatan Kapasitas Fasilitator Tenaga Kesehatan Dalam Penanggulangan
Krisis Kesehatan
 Pendampingan Penyusunan Rencana Kontinjensi Kesehatan Kabupaten/Kota
 Lokakarya Pemberdayaan Masyarakat Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan
 Geladi Penanggulangan Krisis Kesehatan
2. Bidang Tanggap Darurat dan Pemulihan
Selama tahun 2012 Bidang Tanggap Darurat dan Pemulihan melakukan beberapa
kegiatan peningkatan kapasitas SDM dalam penanggulangan krisis kesehatan,
antara lain :
 Peningkatan Kapasitas Tim Reaksi Cepat (TRC) Dalam Melakukan Penilaian
Cepat dan Pelayanan Kesehatan
 Pendampingan Petugas Kabupaten/Kota dalam Penyusunan Perencanaan Rumah
Sakit dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana
3. Bidang Pemantauan dan Informasi
Selama tahun 2012 Bidang Pemantauan dan Informasi melakukan beberapa
kegiatan peningkatan kapasitas SDM dalam penanggulangan krisis kesehatan,
antara lain :
 Pengelolaan Data dan Informasi
 Penggunaan Alat Komunikasi Bencana
 Pemetaan Kesiapsiagaan Kabupaten/Kota Rawan Bencana
Tabel
Peningkatan Kapasitas SDM Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan
yang dilakukan oleh Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Selama
Tahun 2012
No Bidang
Jenis Kegiatan
Asal Peserta
Jumlah
Peserta
1
Pencegahan,
Peningkatan
137 orang
 PPKK
Mitigasi dan
kapasitas Dengan
 Dinkes Prov. Jawa
Kesiapsiagaan Geladi
Barat
Penanggulangan
 Dinkes Kab.
Krisis Kesehatan
Sukabumi
 BPBD Kab.
Sukabumi
 Dinsos Kab.
Sukabumi
 PMI Kab.
Sukabumi
 Badan SAR Daerah
 Puskesmas

40

Peningkatan
Kapasitas
Fasilitator Tenaga
Kesehatan Dalam
Penanggulangan
Krisis Kesehatan
Pendampingan
Penyusunan
Rencana
Kontinjensi
Kesehatan
Kabupaten/Kota
Lokakarya
Pemberdayaan
Masyarakat Dalam
Penanggulangan
Krisis Kesehatan

Geladi
Penanggulangan
Krisis Kesehatan

2

Tanggap
Darurat dan
Pemulihan

Peningkatan
Kapasitas Tim
Reaksi Cepat
(TRC) Dalam
Melakukan
Penilaian Cepat
dan Pelayanan
Kesehatan
Pendampingan
Petugas
Kabupaten/Kota
dalam
Penyusunan
Perencanaan
Rumah Sakit
dalam

Kabandungan
 Puskesmas
Cibadak
 Kodim 0622 Kab.
Sukabumi
 Koramil 2205
Kab.Sukabumi
33 Politeknik
Kesehatan
Kementerian
Kesehatan

46 orang

152 orang
29 kabupaten
5 kota
1 provinsi
Dinkes Prov. DKI
Jakarta
5 Sudinkes Prov. DKI
Jakarta
AGD 118
9 unit Lintas Program
PPKK
Dinkes Prov. Maluku
Utara
Dinkes Kota Ternate
RSUD Hasan
Boecheri
Unit Lintas Sektor
38 Kabupaten
2 Kota
2 Rumah Sakit
15 KKP
13 Unit Lintas Sektor
2 Unit Lintas
Program

50 orang

152 orang

278 orang

8 Provinsi
17 Rumah Sakit

41

Penanggulangan
Krisis Kesehatan
Akibat Bencana
3

Pemantauan
dan Informasi

Pengelolaan Data
dan Informasi
Penggunaan Alat
Komunikasi
Bencana
Pemetaan
Kesiapsiagaan
Kabupaten/Kota
Rawan Bencana

2 kota
32 kabupaten
1 KKP

41 orang

6 kota
23 kabupaten
1 KKP
1 provinsi
20 provinsi
15 kota
73 kabupaten
2 KKP

34 orang

98 orang

Direktorat Bina Kesehatan Jiwa
Salah satu upaya peningkatan kapasitas SDM yang dilakukan oleh Direktorat Bina
Kesehatan Jiwa adalah Peningkatan Keterampilan Kesehatan Jiwa Petugas Siaga
Bencana di Daerah Rawan Bencana, yang dilaksanakan pada tanggal 8 – 11 Agustus
2012 di Bogor, Jawa Barat.
Pelatihan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan petugas pelayanan
kesehatan jiwa di daerah rawan bencana, dan diharapkan agar setiap regional memiliki
tim reaksi cepat siaga bencana yang dapat memberikan bantuan psikologik dan
kesehatan jiwa pertama serta siap dimobilisasi bila terjadi bencana dalam regional
masing-masing, dalam rangka mempercepat akses pemberian bantuan psikologi dan
kesehatan jiwa kepada korban bencana.
Materi yang diberikan selama pelatihan, antara lain tentang:
 Kebijakan kesehatan jiwa dalam siaga bencana
 Konsep dasar penatalaksanaan kesehatan jiwa di daerah bencana
 Deteksi dini dan penapisan masalah kesehatan jiwa
 Psychological First Aid (PFA)
 Konseling dasar masalah kesehatan jiwa akibat bencana
 Penilaian masalah psikososial akibat bencana
 Manajemen stress
 Koordinasi dan need assessment layanan kesehatan pada bencana
Pelatihan tersebut diikuti oleh 52 peserta, dengan rincian:
1. Peserta Pusat
Unit Lintas Program/Lintas Sektor terkait :
 Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
 Pusat Promosi Kesehatan
 Pusat Intelejensia Kesehatan
 Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik
 Yayasan Pulih
 Pusat Krisis UI

42

2. Peserta Daerah
a) Dinas Kesehatan
Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Banten, Provinsi Bali, Provinsi NTB, Provinsi
Sulawesi Selatan, Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan,
Provinsi Riau, Kota Tangerang, Kabupaten Garut, Kabupaten Ciamis,
Kabupaten Magelang, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Bantul, Kabupaten
Sleman, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Poso,
Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Nias
Selatan, Kota Padang.
b) Rumah Sakit
RS Ketergantungan Obat, RS Jiwa Daerah Bali, RSKD Sulawesi Selatan,
RSUD Maluku Utara, RS Jiwa Daerah Kalimantan Selatan, RS Jiwa Riau

Direktorat Bina Gizi
Upaya peningkatan kapasitas SDM dalam penanggulangan krisis kesehatan yang
dilakukan oleh Direktorat Bina Gizi selama tahun 2012 antara lain :
1. Peningkatan Kapasitas Petugas Pengelola Program Gizi Dinkes Provinsi tentang
Surveilans Gizi dan Kedaruratan Gizi.
 Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan
kesiapsiagaan pengelola kegiatan pembinaan gizi provinsi dalam
mengantisipasi kejadian bencana.
 Jumlah peserta kegiatan ini berjumlah 58 orang berasal dari 33 provinsi dan
unit lintas program terkait di Kementerian Kesehatan
2. Pelatihan Konseling Menyusui di Daerah Rawan Bencana
 Tujuan dari pelatihan ini adalah tersedianya konselor menyusui pada situasi
normal maupun bencana.
 Jumlah peserta pelatihan ini sebanyak 1.017 orang berasal dari 9 provinsi,
yaitu Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Riau,
Provinsi Jambi, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Lampung, Provinsi
Kepulauan Riau, Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Sulawesi Tenggara.
 Tim yang dilatih adalah Tim Konselor Menyusui sebanyak 1.017 orang,
sehingga kumulatif tenaga konselor menyusui sampai tahun 2012 ada
sebanyak 3.929 orang yang terdiri dari Dokter (Spesialis Obstetri dan
Ginekologi dan Spesialis Anak), Bidan, dan Ahli Gizi dari rumah sakit dan
puskesmas perawatan.
3. Pelatihan Fasilitator Pelatihan Konseling Menyusui
 Tujuan dari pelatihan ini adalah tersedianya fasilitator pelatihan konseling
menyusui pada situasi normal maupun bencana.
 Jumlah peserta pelatihan ini sebanyak 31 orang dari 5 provinsi.
 Jumlah kumulatif fasilitator konseling menyusui sampai akhir tahun 2012
adalah 388 orang.
4. Pelatihan Konseling Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) di Daerah
Rawan Bencana
43

 Tujuan dari pelatihan ini adalah tersedianya konselor MP-ASI untuk
pelaksanaan konseling MP-ASI pada situasi normal maupun bencana
 Peserta pelatihan ini berjumlah 40 orang berasal dari 8 provinsi, yaitu
Provinsi Aceh, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi
Riau, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Nusa Tenggara
Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Timur.
 Jumlah kumulatif tenaga konselor MP ASI sampai tahun 2012 adalah 388
orang terdiri dari dokter, bidan, perawat dan ahli gizi dari rumah sakit dan
puskesmas perawatan.
5. Pelatihan Konseling MP ASI di Daerah Rawan Bencana
 Tujuan dari pelatihan ini adalah tersedianya fasilitator untuk pelatihan
konseling MP ASI pada situasi normal maupun situasi bencana.
 Peserta pelatihan ini berjumlah 13 orang dari 3 provinsi yaitu Provinsi
Sumatera Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Provinsi Nusa Tenggara
Timur.
 Jumlah kumulatif fasilitator pelatihan konseling MP ASI sampai tahun 2012
sebanyak 51 orang.
6. Sosialisasi Pedoman Kegiatan Gizi dalam Penanggulangan Bencana
 Pada tahun 2012 dilakukan sosialisasi Pedoman Kegiatan Gizi Dalam
Penanggulangan Bencana ke 13 provinsi, yaitu :
1. Provinsi Aceh
2. Provinsi Sumatera Utara
3. Provinsi Sumatera Barat,
4. Provinsi Jawa Tengah
5. Provinsi DI Yogyakarta
6. Provinsi Nusa Tenggara Barat
7. Provinsi Nusa Tenggara Timur
8. Provinsi Kalimantan Selatan
9. Provinsi Sulawesi Utara
10. Provinsi Sulawesi Selatan
11. Provinsi Sulawesi Tenggara
12. Provinsi Maluku
13. Provinsi Maluku Utara
 Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan
kesiapsiagaan pengelola kegiatan pembinaan gizi provinsi dalam
mengantisipasi kejadian bencana.
 Sasaran kegiatan pembinaan teknis lebih difokuskan kepada pengelola
kegiatan pembinaan gizi di Dinkes Provinsi/Kabupaten/Kota

44

Tabel
Peningkatan Kapasitas SDM Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan
yang dilakukan oleh Direktorat Bina Gizi Selama Tahun 2012

No
1

Jenis Kegiatan
Peningkatan Kapasitas Petugas
Pengelola Program Gizi Dinkes
Provinsi tentang Surveilans Gizi
dan Kedaruratan Gizi

Asal Peserta
Jumlah Peserta
33 provinsi
58 orang
Unit
Lintas
Program

2

Pelatihan Konseling Menyusui 9 Provinsi
Di daerah Rawan Bencana

1.017 orang

3

Pelatihan Fasilitator Pelatihan
Konseling Menyusui

5 Provinsi

31 orang

4

Pelatihan Konseling MP ASI Di 8 Provinsi
Daerah Rawan Bencana

40 orang

5

Pelatihan Fasilitator Pelatihan
Konseling MP ASI

Kementerian
Kesehatan

13 orang

6

Sosialisasi Pedoman Kegiatan
Gizi dalam Penanggulangan
Bencana pada setiap kegiatan
Bimtek dan Monev ke
Propinsi/Kabupaten/Kota

13 Provinsi

Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan
Upaya peningkatan kapasitas SDM dalam penanggulangan krisis kesehatan yang
dilakukan oleh Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan selama tahun 2012 antara
lain :
1. Peningkatan kapasitas petugas kesehatan di rumah sakit yang menangani PONEK
 Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas tenaga medis dalam
menangani kegawatan maternal neonatal .
 Peserta kegiatan ini adalah dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter
spesialis anak, dokter umum, bidan dan perawat untuk kegawatan maternal
neotatal.
 Jumlah peserta sebanyak 80 orang yang terdiri dari dokter, perawat dan bidan di
Provinsi Papua dan Aceh.
2. Workshop Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)
45

 Untuk dapat meningkatkan kemampuan petugas kesehatan di rumah sakit dan
mengenalkan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu Direktorat Bina
Upaya Kesehatan Rujukan pada tahun 2012 melakukan workshop SPGDT di
kota Bandung dan Jakarta.
 Peserta pada kegiatan ini berjumlah 80 orang, berasal dari ....
Tabel
Peningkatan Kapasitas SDM Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan
yang dilakukan oleh Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Selama
Tahun 2012
No Jenis Kegiatan

Jenis Tenaga Medis

Asal Peserta

1

Peningkatan
Kapasitas Petugas
Dokter Spesialis
Kebidanan dan
kandungan untuk
kegawatan
maternal neonatal

Dokter Spesialis
Kebidanan dan
Kandungan

Provinsi Papua
Provinsi Aceh

2

Peningkatan
Kapasitas Dokter
Umum untuk
kegawatan
maternal neonatal

Dokter Umum

Provinsi Papua
Provinsi Aceh

80 orang

3

Peningkatan
Kapasitas Dokter
Spesialis Anak
untuk kegawatan
maternal neonatal

Dokter Spesialis
Anak

Provinsi Papua
Provinsi Aceh

80 orang

4

Peningkatan
Kapasitas Bidan
untuk kegawatan
maternal neonatal

Bidan

Provinsi Papua
Provinsi Aceh

80 orang

5

Peningkatan
Kapasitas Perawat
untuk kegawatan
maternal neonatal

Perawat

Provinsi Papua
Provinsi Aceh

80 orang

Jakarta dan
Bandung

80 orang

Workshop Sistem
Penanggulangan

Jumlah
Peserta
80 orang

46

Gawat Darurat
Terpadu (SPGDT)
Direktorat Surveilans Epidemiologi, Imunisasi, Karantina dan Kesehatan Matra
Upaya peningkatan kapasitas SDM dalam penanggulangan krisis kesehatan yang
dilakukan oleh Direktorat Surveilans Epidemiologi, Imunisasi, Karantina dan Kesehatan
Matra selama tahun 2012 antara lain :
No
1

Jenis Kegiatan
Pelatihan Kesehatan
Penyelaman dan
Hiperbarik

2

Pelatihan
Kesehatan 17 KKP
Penerbangan
Pelatihan
KKP
Penanggulangan
BTKL PP
Bencana Bidang PP dan Dinkes Provinsi
PL

3

Asal Peserta
2 KKP
15 Dinkes Provinsi

Jumlah Peserta
17 orang

20 orang
38 orang

Direktorat Penyehatan Lingkungan
Upaya peningkatan kapasitas SDM dalam penanggulangan krisis kesehatan yang
dilakukan oleh Direktorat Penyehatan Lingkungan selama tahun 2012 antara lain :
No
1

Jenis Kegiatan
Food Safety Training

Asal Peserta
Jumlah Peserta
Direktorat
Penyehatan 12 orang
Lingkungan
Direktorat
Penyehatan 12 orang
Lingkungan

2

Investigasi KLB
keracunan pangan

3

Pelatihan Penggunaan 9 Provinsi
peralatan
food 59 Kab/kota
contamination kit

Tiap kab/kota 3 orang
total 285 orang

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang
Upaya peningkatan kapasitas SDM dalam penanggulangan krisis kesehatan yang
dilakukan oleh Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang selama tahun
2012 antara lain :

47

No
1

2
3

4

5
6

Jenis Kegiatan
Asal Peserta
Pelatihan
Entomolog KKP
Kesehatan
BBTKL PP
Dinkes
Provinsi/Kabupaten
Pelatihan Pengendalian Dinkes Provinsi
Vektor Malaria
Dinkes Kabupaten
Pelatihan pengendalian
vektor dan pemantauan
Pertamina
air bersih
Tenaga teknis
pengendalian vektor dari
Pentaloka Pengendalian
BB/BTKL, KKP, Dinkes
Vektor
Kabupaten dan Dinkes
Provinsi
Pelatihan pengendalian
KKP Tanjung Balai
vektor di pelabuhan
Karimun
Pelatihan pengendalian
24 Dinas Kesehatan
vektor di daerah
Kabupaten

Jumlah Peserta
60 orang
2 Angkatan

30 orang

30 orang

30 orang

30 orang
24 orang

Direktorat Bina Kesehatan Ibu
Upaya peningkatan kapasitas SDM dalam penanggulangan krisis kesehatan yang
dilakukan oleh Direktorat Kesehatan Ibu selama tahun 2012 antara lain :
1. Peningkatan Kapasitas Pengelola Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada
Situasi Darurat di 6 Provinsi.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kapasitas petugas kesehatan dalam
menangani masalah kesehatan reproduksi pada kejadian krisis kesehatan.
Peserta kegiatan ini berasal dari beberapa institusi, yaitu :
 Dinas Kesehatan Provinsi
 Dinas Kesehatan Kabupaten
 Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
 Rumah Sakit Umum Daerah
 Ikatan Bidan Indonesia
Kegiatan ini dilaksanakan di 6 provinsi, yaitu :
a. Provinsi Bengkulu
Jumlah Peserta 30 orang, berasal dari :
 Provinsi Bengkulu
 Kota Bengkulu
 Kabupaten Bengkulu Selatan
 Kabupaten Bengkulu Utara
 Kabupaten Seluma
 Kabupaten Muko-muko
 Kabupaten Kaur
b. Provinsi Gorontalo
Jumlah Peserta 36 orang, berasal dari :
 Provinsi Gorontalo

48

c.

d.

e.

2.

 Kota Gorontalo
 Kabupaten Gorontalo
 Kabupaten Bone Bolango
 Kabupaten Gorontalo Utara
 Kabupaten Boalemo
 Kabupaten Pohuwato
Provinsi Kalimantan Tengah
Peserta berasal dari Provinsi Kalimantan Tengah dan seluruh kabupaten/kota di
Provinsi Kalimantan Tengah.
Provinsi Nusa Tenggara Barat
Jumlah peserta 36 orang berasal dari :
Provinsi NTB
 Kabupaten Lombok Utara
 Kabupaten Dompu
 Kabupaten Sumbawa
 Kabupaten Sumbawa Barat
 Kabupaten Lombok Timur
 Kabupaten Bima
Provinsi Sulawesi Tenggara
Jumlah peserta 33 orang, berasal dari :
 Provinsi Sulawesi Tenggara
 Kabupaten Muna
 Kabupaten Kolaka Utara
 Kabupaten Bombana
 Kabupaten Wakatobi
 Kabupaten Konawe Selatan
 Kabupaten Konawe Utara
Pelatihan Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM)
Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) adalah paket intervensi minimum
yang diperlukan unutk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan reproduksi pada
situasi bencana.
Tujuan pelatihan ini adalah meningkatkan kapasitas petugas kesehatan dalam
menangani masalah kesehatan reproduksi dalam kejadian krisis kesehatan
dengan melakukan Paket Pelayanan Awal Minimum.
Pada tahun 2012 pelatihan PPAM ini dilaksanakan sebanyak 3 kali, yaitu :
1. Regional Kalimantan Selatan
Dilaksanakan di Banjarmasin, pada tanggal 26 – 30 November 2012.
Narasumber dan fasilitator dari Direktorat Bina Kesehatan Ibu dan Ousat
Penanggulangan Krisis Kesehatan
Peserta pelatihan ini berjumlah 37 orang, berasal dari :
 Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan
 Direktorat Bina Kesehatan Ibu
 Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
 Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar
 Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Bumbu
 Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Laut
 Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah
49

 Dinas Kesehatan Kota Palangkaraya
 Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Utara
 Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur
 Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Kartanegara
 Dinas Kesehatan Kota Samarinda
2. Regional Sulawesi Selatan
Dilaksanakan di Makassar pada tanggal 25 – 29 September 2012
Narasumber dan fasilitator berasal dari Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Pusat
Penanggulangan Krisis Kesehatan dan Ikatan Bidan Indonesia
Peserta pelatihan ini berjumlah 40 orang, berasal dari :
 Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan
 Direktorat Bina Kesehatan Ibu
 UNFPA
 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan
 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat
 Dinas Kesehatan Kabupaten Mamasa
 Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju Utara
3. Provinsi Gorontalo
Dilaksanakan di Gorontalo dengan jumlah peserta 30 orang berasal dari
6 kabupaten/kota di Provinsi Gorontalo.
3. Sosialisasi dan advokasi pelayanan kesehatan reproduksi pada situasi
darurat
Dilakukan di 7 provinsi , yaitu :
a. Provinsi Sumatera Utara
 Kabupaten Nias
 Kabupaten Nias Selatan
b. Provinsi Sulawesi Barat
 Kabupaten Mamasa
 Kabupaten Mamuju Utara
c. Provinsi Aceh
d. Provinsi Sumatera Selatan
e. Provinsi Lampung
f. Provinsi Sulawesi Utara
g. Provinsi Papua Barat

50

Tabel
Peningkatan Kapasitas SDM Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan
yang dilakukan oleh Direktorat Bina Kesehatan Ibu Selama Tahun 2012
No
1

Jenis Kegiatan
Peningkatan Kapasitas
Pengelola Pelayanan
Kesehatan Reproduksi
pada Situasi Darurat di 5
Provinsi.

Asal Peserta

2

Pelatihan PPAM
Regional Kalimantan
Selatan

3 Provinsi
7 Kabupaten/Kota

37 orang

3

Pelatihan PPAM
Regional Sulawesi
Selatan
Sosialisasi dan advokasi
pelayanan kesehatan
reproduksi pada situasi
darurat
Peningkatan kapasitas
pengelola pelayanan
kesehatan reproduksi
pada situasi darurat di
Provinsi Kalimantan
Tengah (2 kali). (Dana
Dekonsentrasi)

2 Provinsi
2 Kabupaten
UNFPA
2 Provinsi (Sumut dan Sulbar)
4 Kabupaten (Nias, Nias
Selatan, Mamasa, dan
Mamuju Utara)
Provinsi Kalimantan Tengah
Seluruh Kabupaten/Kota di
Provinsi Kalimantan Tengah

40 orang

Sosialisasi dan orientasi
pelayanan kesehatan
reproduksi pada situasi
darurat di Provinsi Aceh,
Sumatera Selatan,
Lampung, Sulawesi
Utara, dan Papua Barat.
(dana Dekonsentrasi)

5 Provinsi
(Aceh, Sumatera Selatan,
Lampung, Sulawesi Utara,
Papua Barat)

Pelatihan PPAM
kesehatan reproduksi di
Provinsi Gorontalo.
(Dana Dekonsentrasi)

Provinsi Gorontalo
Seluruh Kabupaten/Kota di
Provinsi Gorontalo
(6 Kabupaten/Kota)

4

5

6

7

Jumlah Peserta
Total 288 orang

6 Provinsi
30 Kabupaten/Kota

60 orang

33 orang

Aceh: 44 orang
Sumsel: 38 orang
Lampung: 25 orang
Sulut: 35 orang
Papua barat: 25
orang

30 orang

51

Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan hanya melakukan 1 kegiatan
peningkatan kapasitas SDM selama tahun 2012, yaitu Peningkatan Kinerja SDM
Pengel