PEMBINAAN KEMANDIRIAN LANSIA MELALUI TERAPI MODALITAS SALAH SATU KONTEKS PENDIDIKAN NON FORMAL DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) : Studi Deskriptif di PSTW Budi Pertiwi Kota Bandung.

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek (Edisi

Revisi VI). Jakarta: Rineka Cipta.

__________. (2006). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S dan Safruddin, C. (2004). Evaluasi Program Pendidikan Pedoman

Teoritis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Bungin, B. (2007). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik

dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Cahyawati, R. (2009). Perbedaan Makna Hidup Pada Lansia Yang Tinggal Di

Panti Werdha Dengan Yang Tinggal Bersama Keluarga. [Online]. Skripsi

Pada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tersedia: www.etd.eprints.ums.ac.id (akses: 20 Agustus 2012).

Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat. (2011). Petunjuk Teknis

Pengajuan dan Pengelolaan Bantuan Penyelenggaraan Kecakapan dan Pengasuhan Lansia. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.

Engkoswara dan Komariah, A. (2010). Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Hamdani, J. (2010). Perkembangan Fisik dan Psikis Lanjut Usia: Kajian Teoritis

dan Aflikatif. [Online]. Tersedia:

http://shulizwanto08.wordpress.com/2010/01/12/psikologi-perkembangan-lansia/. (akses: 15 Juli 2012).

Hardywinoto & Setiabudhi. (1999). Panduan Gerontologi Tinjaun Dari Berbagai

Aspek :Menjaga Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut Usia. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Hurlock, E. B. (1999). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Jakarta: Bulan Bintang.

Libra, R. (2012). Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Lansia. [Online].

Tersedia: http://rama-libra.blogspot.com/2012/03/pelaksanaan-pembinaan-narapidana-lansia.html. (akses: 15 Juli 2012).

Kartono, K. (2008). Pengantar Metodologi Riset Sosal. Bandung: CV Mandjar Maju.

Kushariyadi. (2010). Asuhan Keperwatan Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika.


(2)

Maryam, at al. (2008). Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.

Media Indonesia. (2012). Membangkitkan Harga Diri Orang Jompo. [Online]. Tersedia:

http://www.mediaindonesia.com/read/2012/02/09/297140/270/115/Memba ngkitkan-Harga-Diri-Orang-Jompo. (akses: 20 Juli 2012).

Metro Life. (2012). Warga Lansia Hobi Nyanyi Lebih Sehat. [Online]. Tersedia: http://www.metrotvnews.com/metrolife/news/2012/08/01/100616/Warga-Lansia-Hobi-Nyanyi-Lebih-Sehat/. (akses: 20 Agustus 2012).

Miles, M.B dan Huberman, A.M. (1992). Qualitative Data Analysis: A

Sourcebook of New Methods. Beverly Hills: SAGE.

Moleong, L.J. (2005). Metodologi Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

_________. (2006). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nasution. (1988). Metode Penelitian Naturalistik dan Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Nasution, M.A. (1992). Metode Research. Yogyakarta: Rake Sarasin.

Nurbaeti,H. (2011). Pengaruh Asas Pendidikan Sepanjang Hayat. [Online]. Tersedia: http://hikmah-nurbaeti.blogspot.com/2011/06/pengaruh-asas-pendidikan-sepanjang.html. (Akses: 15 Juli 2012).

Nugroho, W. (1995). Perawatan lansia. Jakarta : ECG.

_________. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta: ECG.

Papalia, D.E., Olds, S.W., and Feldman, R.D. (2005). Human Development. 10th ed. New York: McGraw-Hill.

Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 mengenai Standar Nasional.

Setiawan, A. (2009). Kemandirian Pada Lansia. [Online]. Tersedia: http://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/10/02/kemandirian-pada-lansia/. (Akses: 20 September 2012).

Suara Merdeka. (2012). Pendidikan Untuk Lansia. [Online]. Tersedia:

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/05/19/18677 4/Pendidikan-untuk-Lansia. (akses 15 Juli 2012).

Sudjana , D. (2001). Pendidikan Luar Sekolah.Bandung: Falah Production. _________. (2004). Manajemen Program Pendidikan: Untuk Pendidikan dan


(3)

_________. (2005). Metoda dan Teknik Pembelajaran Pertisipatif. Bandung: Falah Production.

________. (2008). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya dan Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Suharsaputra, U. (2012). Pendidikan Nonformal. [Online]. Tersedia: http://uharsputra.wordpress.com/pendidikan/pendidikan-nonformal/. (Akses: 20 Oktober 2012).

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

_________. (2008). Metode Penelitian Bisnis. Cetakan keduabelas. Bandung: Alfabeta.

Suharto, E. (2005). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: Refika Aditama.

Suprayogi, U. (2009). Pendidikan Bagi Masyarakat Lanjut Usia. Bandung: Rizqi Press.

Suryana, A. (2007). Tahap-Tahapan Penelitian Kualitatif. Bahan Mata Kuliah Analisis Data Kualitatif Pada Jurusan Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.

Tamher, S. (2009). Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia.

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.

Usman, H. (2009). Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Edisi Ketiga. Jakarta: Bumi Aksara

Wahyujati, Bertha Bintari. 2006. Strategi Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah. Jurnal Ilmiah VISI PTK-PNF, Volume 1 Nomor 1: 91-98


(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Setiap manusia menginginkan hidup damai, sejahtera dan hampir semua orang berkeinginan berumur panjang, dan untuk itu semua orang mau melakukan apa saja. Keinginan ini harus didukung dengan kualitas hidup yang baik sehingga angka harapan hidup semakin tinggi, sehingga kebutuhan ini mendesak yang sudah lanjut usia (lansia), karena ini dianggap merupakan fase terakhir di kehidupan manusia.

Jumlah lansia diseluruh dunia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pula tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Menurut data demografi penduduk internasioanal yang dikeluarkan Berreau Of

The Cencus USA 1993, dilaporkan bahwa Indonesia pada tahun 1990-2025 akan

mengalami kenaikan jumlah lansia sebesar 4,4%, merupakan angka tertinggi diseluruh dunia (Nugroho, 2008).

Peningkatan jumlah lansia di Indonesia terlihat pada sensus penduduk tiap lima tahun sekali menunjukan bahwa pada tahun 2000 jumlah lansia sebesar 7,18% dari seluruh penduduk Indonesia. Pada tahun 2005 jumlah lansia bertambah lagi menjadi 8,48% dari seluruh penduduk Indonesia, dan data pertumbuhan penduduk Indonesia yang dikeluarkan oleh bank dunia yakni 1.49% pertahun, maka jumlah penduduk Indonesia tahun 2012 ini akan menjadi 244.775.796 jiwa, prediksi jumlah lansia pada tahun 2020 akan menjadi 11,34% dari jumlah penduduk Indonesia (Depsos RI, 2005: 3).


(5)

Dilihat dari pertumbuhan lansia di Indonesia menjadi peluang sekaligus tantangan sendiri bagi Negara ini, karena apabila lansia ini dapat diberdayakan secara baik dapat mempengaruhi pembangunan yang ada di Indonesia, lebih lanjut Jusman Iskandar (1997) menekankan bahwa perspektif permasalahan lansia harus secara dini ditelaah dengan seksama, supaya pertumbuhan kuantitas lansia tidak menjadi beban berkepanjangan.

Meningkatnya angka harapan hidup adalah salah satu indikator utama tingkat kesehatan masyarakat. Semakin tinggi jumlah lansia, maka semakin baik tingkat kesehatan masyarakatnya. Jumlah penduduk lansia Indonesia pada tahun 2020, berdasarkan proyeksi penduduk Indonesia 2000-2025 diperkirakan akan mencapai 28,99 juta jiwa (http://www.datastatistik-indonesia.com). Pertambahan penduduk lansia ini disebabkan oleh semakin membaiknya pelayanan kesehatan dan meningkatnya usia harapan hidup orang Indonesia.

Seiring dengan berkembangnya Indonesia sebagai salah satu Negara dengan tingkat perkembangannya yang cukup baik, maka makin tinggi pula harapan hidup penduduknya. Meningkatnya jumlah penduduk lansia dan semakin panjangnya usia harapan hidup sebagai akibat yang telah dicapai dalam pengembangan selama ini, maka mereka yang memiliki pengalaman, keahlian, dan kearifan perlu diberi kesempatan untuk berperan serta dalam pembangunan Negara ini.

Komunikasi antara orang tua dan anak, kurangnya perhatian dan pemberian perawatan terhadap orang tua pada zaman modern ini menyebabkan banyak orang berpacu untuk memperoleh kekuasaan dan kekayaan banyak yang


(6)

menimbulkan rasa kecemasan, ketegangan, ketakutan, bagi penduduknya yang dapat menyebabkan penyakit mental, sifat individualisme menyebabkan kontak sosial menjadi longgar sehingga penduduk merasa tidak aman, kesepian dan ketakutan bagi masyarakat lansia khususnya yang merasa tersisihkan dalam keadaan ini. Kesejahteraan lansia yang kerena kondisi fisik dan/atau mentalnya yang dianggap tidak memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka lansia perlu mendapat perhatian khusus dari pihak keluarga, pemerintah, masyarakat dan/atau lembaga sosial, untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia lansia, perlu mengetahui kondisi lansia di masa lalu dan masa sekarang sehingga lansia dapat diarahkan menuju kondisi dalam mempertahankan kemandiriannya.

Dapat diketahui kondisi lansia disebabkan faktor kesehatan yang semakin lama menurun, psikis seiring waktu mengalami perubahan, kebutuhan sosial dan ekonomi yang tidak dapat dipenuhi dirinya sendiri. Dengan mengetahui kondisi itu, maka keluarga, pemerintah, masyarakat atau lembaga sosial lainnya dapat memberikan perlakuan sesuai dengan masalah yang menyebabkan lansia tergantung pada orang lain. Lansia yang sudah tidak memiliki keluarga dan tidak bisa lagi menopang hidupnya sendiri, masalah tersebut memberikan kontribusi terhadap meningkatnya ketergantungan lansia pada orang lain. Jika lansia dapat mengatasi persoalan hidupnya maka mereka dapat ikut serta mengisi pembangunan salah satunya yaitu tidak tergantung pada orang lain. Dengan demikian angka ketergantungan akan menurun, sehingga beban pemerintah akan berkurang.


(7)

Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia dijelaskan bahwa pemberdayaan yaitu:

Setiap upaya meningkatkan kemampuan fisik, mental spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan agar para lanjut usia siap didayagunakan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Secara sepintas arah pemberdayaan tersebut sepertinya hanya memberdayakan para lanjut usia agar mempunyai kemampuan, mental spiritual, sosial, pengetahuan dan keterampilan.

Pendidikan masyarakat yang dilakukan dalam rangka memberdayakan masyarakat merupakan salah satu bagian dari bentuk pendidikan nonformal, karena memiliki fungsi dan peran untuk memberdayakan masyarakat, serta dilaksanakan dimasyarakat. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 26 menyebutkan bahwa:

Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

Menurut Coombs (1973) dalam Sudjana mengemukakan Pendidikan Nonformal ialah kegiatan terorganisasi dan sistematis, di luar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya.

Di samping itu pendidikan non formal memiliki pengertian, sistem, prinsip-prinsip, dan paradigma tersendiri yang relatif berbeda dengan yang digunakan pendidikan formal (Sudjana, 2004: 15).


(8)

Berkenaan dengan landasan belajar bagi lanjut usia, maka konsep pendidikan sepanjang hayat (lifelong education) dapat dijadikan landasan, Suprayogi (2009) dalam bukunya Pendidikan Bagi Masyarakat Lanjut Usia, seperti dikemukakan oleh Sudjana (1991: 177) berikut ini:

Pendidikan sepanjang hayat dapat dijabarkan ke dalam program-program pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah. Dalam praktiknya, program-program dalam jalur pendidikan luar sekolah dipandang oleh sebagian pakar pendidikan lebih mampu mengembangkan kehadirannya untuk mengkoordinasikan tumbuhnya kesadaran, minat dan semangat masyarakat untuk melakasankan kegiatan belajar yang berkesinambungan.

Memperhatikan pendapat ahli di atas, pendidikan sepanjang hayat merupakan suatu proses pemberdayaan masyarakat khususnya dalam hal ini kelompok masyarakat lansia, agar mereka dapat mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan kebutuhan, perkembangan dan lingkungan sekitar.

Kemandirian lansia sangat diperlukan untuk memenuhi aktifitas kehidupan sehari-hari (AKS) atau/dan menjaga agar tetap produktif. Hal ini memerlukan perhatian yang khusus karena lansia itu sudah memiliki pengalaman dan pengetahuan yang telah diperoleh selama masa produktifitasnya. Oleh sebab itu, potensi yang ada perlu dimanfaatkan baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat dan sebagai teladan bagi generasi muda.

Mandiri adalah kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung pada orang lain, tidak terpengaruh pada orang lain dan bebas mengatur diri sendiri atau aktivitas seseorang baik individu maupun kelompok dari berbagai kesehatan atau penyakit. Mandiri juga dikatakan merawat diri sendiri atau merawat diri dan dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS).


(9)

Kehilangan kemandirian dan meningkatnya ketergantungan pada lansia tidak selalu karena menurunya kemampuan fisik dan mental, tetapi juga karena lingkungan sosial yang menerimanya sebagai hal yang wajar dan membangun ketidakmampuan dengan selalu menawarkan bantuan meski tidak diinginkan dan dibutuhkan (Baltes, 1995). Keinginan untuk mandiri merupakan faktor utama dari kemandirian, yaitu kemampuan untuk melakukan segala sesuatu tanpa bantuan orang lain (Fauziah, 2010).

Tingkat kemandirian lansia ini dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, yaitu: (1) lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008: 32). (2) Imobilitas adalah ketidakmampuan untuk bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit atau impairment (gangguan pada alat atau organ tubuh) yang bersifat fisik atau mental, yang dapat ditandai dengan penurunan toleransi aktifitas, penurunan kekuatan otot, penurunan kemandirian (Lueckenotte, 1998: 261).

Ketergantungan ini disebabkan kondisi lansia banyak mengalami kemunduran fisik maupun psikis. Sedangkan, bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai berdasarkan kemampuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari (Maryam, 2008: 34). Dalam kondisi kesehatan mental lansia menunjukan bahwa pada umunya lansia tidak mampu melakukan aktifitas sehari-hari (Suryani, 1999: 4).

Masalah yang harus dihadapi saat ini yaitu, siapa yang akan memerhatikan lansia yang sudah tidak memiliki keluarga yang seharusnya merawat atau ditentarkan oleh keluarga, tetapi mereka harus bisa bertahan hidup agar hidupnya


(10)

bermakna, bermanfaat dan mengantar lansia pada khusnul khotimah. Disini pentingnya mempertahankan kemandirian, karena kemandirian lansia merupakan aktualisasi diri (Suprayogi: 31).

Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) atau tempat untuk merawat para lansia ini menjadi salah satu lembaga yang bermanfaat bagi lansia yang sudah tidak memiliki keluarga atau ditelantarkan. PSTW menghimpun lansia yang tidak memiliki keluarga atau keluarga yang enggan merawat lansia dan/atau lansia tersebut ingin tinggal di Panti ini dan dimana para lansia ini dibina. Diharapkan lansia dapat meningkatkan kesejahteraan hidup lansia dengan pembinaan yang dilakukan pihak pengelola panti dengan lansia yang memilih tinggal di Panti.

Ini dipertegas dengan UU No. 13 Tahun 1998 pasal 4 yang menyebutkan: Upaya peningkatan kesejahteraan sosial bertujuan untuk memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktif, terwujudnya kemandirian dan kesejahteraan, terpeliharanya sistem nilai budaya dan kekerabatan bangsa Indonesia serta mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Menurut Mubarak (2006: 156) dalam Cahyawati mengatakan pentingnya Panti Sosial Tresna Werdha sebagai tempat untuk perawatan bagi lansia disamping sebagai tempat rehabilitasi yang tetap memelihara kehidupan masyarakat. Sebagaimana Undang-undang di atas, PSTW diharapkan dapat mewujudkan tujuan tersebut, dengan memperpanjang angka harapan hidup lansia dan masa produktif sehingga terwujudnya kemandirian dan kesejahteraan serta terpeliharanya sistem budaya dan kekerabatan bangsa. Disisi lain perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat bahwa hidup dan kehidupan dalam lingkungan PSTW adalah lebih baik daripada tinggal di kalangan masyarakat luas.


(11)

Terwujudnya lansia mandiri memerlukan strategi atau cara yang tepat dan bermanfaat bagi lansia, agar lansia dapat mandiri tanpa bantuan orang lain perlu motivasi dari perawat dan keluarga pada lansia supaya bisa melakukannya sendiri oleh karena itu, diperlukannya pelaksanaan program terapi yang bisa digunakan untuk mengevaluasi kondisi lansia, sehingga mudah untuk menentukan program terapi selanjutnya. Tamher, S (2009: 101) mengemukakan kegiatan pembinaan ditujukan bagi lansia dapat dilakukan secara individu maupun kelompok, dengan pola pembinaan, lansia diharapakan dapat mempertahankan kemandiriannya. Kushariyadi (2010: 22) mengemukakan kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan pribadi aktif, didasarakan pada status aktual.

Terapi modalitas merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi lansia. Memiliki tujuan: (1) mengisi waktu luang bagi lansia, (2) meningkatkan kesehatan lansia, (3) meningkatkan produktivitas lansia, (4) meningkatkan interaksi sosial antarlansia. (Maryam, 2008: 158-159). Hal ini merupakan tantangan bagi kita semua untuk mempertahanakan kesehatan dan kemandirian para lansia agar tidak menjadi beban bagi dirinya khususnya, keluarga, masyarakat maupun pemerintah pada umumnya.

Warga lanjut usia (lansia) yang hobi bernyanyi lebih sehat ketimbang mereka yang tak memiliki kegemaran tersebut. Studi menunjukkan bahwa para manula anggota paduan suara secara umum lebih sehat dibandingkan manula yang tidak aktif (metronews.com). Dengan berbagai kegiatan yang diselenggarakan di PSTW, dapat dirasakan manfaatnya oleh lansia sehingga lansia tidak merasa kesepian, tidak berguna atau dikucilkan.


(12)

PSTW Budi Pertiwi yang sudah berdiri sejak tahun 1948 adalah salah satu tempat dimana lansia bertempat tinggal, berkumpul dan melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi hidupnya. Tugas pokok dari PSTW Budi Pertiwi adalah memberikan pelayanan, bimbingan keagamaan, keterampilan serta pelayanan bimbingan dalam bentuk fisik, mental, dan sosial.

Pendidikan Luar Sekolah (PLS) dalam mengkaji masalah ini dengan melalui pendidikan sepanjang hayat dimana masalah disini yaitu lansia penghuni panti, dengan menggunakan manajemen PLS, pengelola menyelenggarakan kegiatan lansia yang bermanfaat bagi keberlangsungan hidup melalui terapi modalitas yang dilaksanakan setiap hari di Panti.

Lansia yang bertempat tinggal di PSTW Budi Pertiwi mendapatkan pembinaan dari pengelola panti yaitu melalui terapi modalitas. Terapi ini membina lansia dalam kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang diharapkan mempertahankan kemandirian lansia, sehingga bermanfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang bagaimana pembinaan kemandirian lansia melalui terapi modalitas di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi Kota Bandung?.

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah

Melihat latar belakang diatas, maka penulis akan memaparkan beberapa hasil identifikasi sebagai berikut:

1. Pada tahun 2005 jumlah lansia bertambah lagi menjadi 8,48% dari seluruh penduduk Indonesia, dan data pertumbuhan penduduk Indonesia yang


(13)

dikeluarkan oleh bank dunia, yakni 1.49% per tahun, maka jumlah penduduk Indonesia tahun 2012 ini akan menjadi 244.775.796 jiwa, prediksi jumlah lansia pada tahun 2020 akan menjadi 11,34% dari jumlah penduduk Indonesia. 2. Lansia sudah tidak dapat lagi menopang hidupnya sendiri karena faktor kesehatan, fisik, psikis, sosial dan ekonomi, sehingga menimbulkan ketergantungan lansia terhadap orang lain.

3. Adanya lansia yang terlantar karena faktor ekonomi dan tidak memiliki keluarga atau keluarga yang enggan mengurus, sehingga tidak ada yang dapat mengurusnya di masa senja.

4. Kemandirian lansia harus tetap dijaga, maka kemampuan bertahan akan semakin baik untuk memenuhi aktivitas sehari-hari (AKS) dan menjaga agar tetap produktif sehingga dapat berperan serta dalam pembangunan Negara. 5. Melalui pendidikan nonformal dengan strategi terencana dapat

mempertahankan kemandirian lansia.

6. Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) sebagai salah satu tempat untuk pemeliharaan dan perawatan bagi lansia.

7. PSTW Budi Pertiwi merupakan tempat menampung lansia, bertempat tinggal, berkumpul dan melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi hidupnya.

8. Mempertahankan kemandirian dapat diwujudkan dengan pola pembinaan terhadap lansia, salah satunya dengan pembinaan terapi modalitas yang dilakukan di PSTW Budi Pertiwi Kota Bandung.


(14)

Berdasarkan pemaparan identifikasi masalah diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Pembinaan Kemandirian Lansia melalui Terapi Modalitas Salah Satu Konteks Pendidikan Non Formal di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi Kota Bandung?”

Dari perumusan masalah tersebut, untuk memperjelas lingkup penelitian, peneliti merumuskan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana pengelolaan di PSTW Budi Pertiwi Kota Bandung dalam membina

lansia?

2. Bagaimana penyelenggaraan terapi modalitas dalam mempertahankan kemandirian lansia di PSTW Budi Pertiwi Kota Bandung?

3. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pembinaan kemandirian lansia melalui terapi modalitas di PSTW Budi Pertiwi Kota Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi mengenai: 1. Pengelolaan di PSTW Budi Pertiwi Kota Bandung dalam membina lansia. 2. Penyelenggaraan terapi modalitas dalam mempertahankan kemandirian lansia

di PSTW Budi Pertiwi Kota Bandung.

3. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pembinaan kemandirian lansia melalui terapi modalitas di PSTW Budi Pertiwi Kota Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak yang terdiri atas pengelola Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi Kota Bandung juga berbagai pihak lainnya yang terlibat pada program Pendidikan Luar Sekolah.


(15)

Secara terperinci manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kegunaan Secara Konseptual Teoritis

Kemandirian lansia memerlukan penyegaran kembali untuk mempertahankan kemandirian yang telah dimiliki lansia selama masa produktif, dengan salah satu caranya yaitu melalui terapi modalitas. Ini biasanya menjadi terapi kesehatan saja bagi lansia, namun dengan tujuan yang dimiliki terapi modalitas ini yaitu: (1) Mengisi waktu luang bagi lansia, (2) Meningkatkan kesehatan lansia, (3) Meningkatkan produktivitas lansia, (4) Meningkatkan interaksi sosial antarlansia. (Maryam, 2008: 158-159).

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep, teori, dan wawasan peneliti dan akademika bidang Pendidikan Luar Sekolah yang didapat oleh peneliti selama perkuliahan dan bisa diaplikasikan di lapangan sehingga dapat dijadikan masukan untuk penelitian selanjutnya.

2. Kegunaan Praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi para praktisi, khususnya pemerintah dan pengelola dalam menyelenggarakan atau mengelola program-program pemberdayaan bagi lansia.

b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan penelitian yang lebih besar dan memberikan pelayanan nyata tentang pemberdayaan masyarakat khususnya bagi lansia


(16)

E. Struktur Organisasi Skripsi

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya, maka penulis memberikan gambaran umum tentang isi dan materi yang akan dibahas, yaitu sebagai berikut:

1. BAB I Pendahuluan

Membahas mengenai (1) Latar belakang penelitian masalah lansia secara umum yang ada di Indonesia diakhiri dengan cara penanganan masalah lansia. (2) Identifikasi masalah dan perumusan masalah yaitu mengidentifikasi dari latar belakang dan merumuskan masalah yang menarik bagi peneliti untuk di teliti. (3) Tujuan Penulisan Menjabarkan tujuan dari penelitian yang dilakukan peneliti di lapangan, yaitu PSTW Budi Pertiwi Kota Bandung. (4) Manfaat penelitian menjelaskan penelitian yang dilakukan memperkaya konsep, teori dan wawasan bagi peneliti serta akademika bidang Pendidikan Luar Sekolah dan bahan masukan bagi pemerintah, pengelola dan peneliti selanjutnya. (5) Struktur organisasi skripsi menjabarkan poin-poin yang dibahas dalam penelitian dimulai dari bab 1 sampai bab 5.

2. BAB II Kajian Teoritis

Membahas konsep yang digunakan dalam penelitan yaitu (1) Pendidikan Non Formal, hal ini menjadi kajian karena pembinaan kemandirian lansia merupakan salah satu konteks dari pendidikan nonformal (2) Pendidikan Sepanjang Hayat, hal ini sebagai kajian pustaka karena sebagai ciri dari Pendidikan Luar Sekolah, disini membahas tentang tahap proses belajar pendidikan sepanjang hayat, membentuk kemandirian melalui pendidikan sepanjang hayat. Sesuai dengan tema


(17)

penelitian yaitu mengenai kemandirian lansia. (3) Pengelolaan Program PLS, sebagai kajian pustaka karena meneliti mengenai pengelolaan PSTW Budi Pertiwi dalam membina lansia. (4) Konsep Lanjut Usia, sebagai kajian pustaka karena judul penelitian mengenai kemandirian lansia, sehingga yang menjadi subjek penelitian yaitu lansia. (5) Konsep Terapi Modalitas, merupakan suatu cara untuk mempertahakan kemandirian lansia di PSTW Budi Pertiwi yang menjadi lokasi penelitian. (6) Kemandirian Lansia, merupakan kajian pustaka karena kemandirian adalah bentukan lingkungan, penelitian yang dilakukan yaitu di lingkungan PSTW yang mempertahankan kemandirian lansia. (7) Konsep Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW), sebagai kajian pustaka tempat penelitian yang dilakukan yaitu di Panti Sosial Tresna Werdha tepatnya yaitu PSTW Budi Pertiwi berlokasi di Kota Bandung. (8) Kerangaka berpikir penelitian untuk memudahkan pemahaman mengenai penelitian yang dilakukan.

3. BAB III Metode Penelitian

Membahas metode penelitian yang digunakan peneliti dalam menyusun skripsi terdiri dari (1) Lokasi dan Subjek Penelitian, (2) Desain Penelitian

Tahap-tahap penelitian yaitu tahapan persiapan, tahapan pekerjaan lapangan dan tahapan analisis data. (3) Metode Penelitian, (4) Definisi Operasional, terdiri atas definisi ahli dan peneliti sesuai dengan judul penelitian yaitu Pembinaan Kemandirian Lansia Melalui Terapi Modalitas di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW). (5) Instrumen Penelitian, (6) Proses Pengembangan Instrumen, (7) Teknik Pengumpulan Data, (8) Analisis Data.


(18)

4. BAB IV Pembahasan

Bab ini membahas mengenai hasil penelitian yang dilakukan di lapangan terdiri dari (1) Gambaran umum lokasi penelitian, (2) Deskripsi hasil penelitian, mendeskripsikan hasil peneilitian di lokasi penelitian yaitu PSTW Budi Pertiwi dengan menggunakan tabel jawaban informan. Pertama mengenai pengelolaan panti dalam membina lansia, dilanjutkan dengan jawaban informan mengenai penyelenggaraan terapi modalitas dalam mempertahankan kemandirian lansia, dan terakhir yaitu faktor pendukung dan penghambat pembinaan kemandirian lansia. (3) Pembahasan hasil penelitian, membahas dengan teori/pendapat para ahli mengenai tujuan penelitian di lokasi penelitian yaitu PSTW Budi Pertiwi yaitu mengenai pengelolaan panti dalam membina lansia, penyelenggaraan terapi modalitas dalam mempertahankan kemandirian lansia serta faktor pendukung dan penghambat dalam penyelenggaran terapi modalitas di panti.

5. BAB V Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan dan saran dari peneliti yang dirumuskan dari hasil penelitian di lapangan mengenai pembinaan kemandirian lansia di PSTW Budi Pertiwi Kota Bandung.


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha yang berlokasi di Jalan Sancang Kota Bandung. Lokasi penelitian ini dipilih karena merupakan salah satu panti yang mempunyai banyak kegiatan untuk para penghuni panti yaitu lansia berumur diatas 60 tahun.

2. Subjek Penelitian

Dalam suatu penelitian kualitatif salah satu yang menentukan keberhasilan suatu penelitian bukan hanya penelitian, namun keberadaan subjek yang diteliti. Menurut Arikunto (2006: 145), bahwa:

Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Jika kita bicara tentang subjek penelitian, sebetulnya kita berbicara tentang unit analisis, yaitu subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti. Dalam penelitian ini, responden adalah orang yang dimintai memberikan keterangan tentang suatu fakta atau pendapat.

Jika kita bicara tentang subjek penelitian, sebetulnya kita berbicara tentang unit analisis, yaitu subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti. Subyek dalam penelitian ini berkenaan dengan subyek penelitian yang sifatnya tergantung pada tujuan penelitian setiap saat. Nasution (1988: 29), mengemukakan bahwa :

Tidak ada pengertian populasi dalam penelitian ini. Sampling berbeda taksirannya. Sampling ialah pilihan peneliti aspek apa dari peristiwa apa dan siapa yang dijadikan fokus pada saat dan situasi tertentu dan karena itu dilaksanakan terus menerus sepanjang penelitian.


(20)

Penentuan subjek dalam penelitian ini ditentukan dengan berdasarkan teknik purposive sampling sesuai dengan tujuan penelitian yaitu subjek penelitian diambil dengan maksud atau tujuan tertentu dan lebih bersifat selektif, informan yang diambil sebagai subjek penelitian karena peneliti menganggap bahwa informan tersebut dapat lebih dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap, akurat dan berdasarkan maksud untuk menemukan jawaban mengenai pembinaan kemandirian lansia melalui terapi modalitas salah satu konteks pendidikan non formal.

Sumber data yang dipillih juga mempertimbangkan beberapa persyaratan untuk menjadi informan penelitian. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Faisal (Sugiyono, 2012: 303), sampel sebagai sumber data atau informan sebaiknya memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi, sehingga itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayati.

b. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang tengah diteliti.

c. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk diminta informasi. d. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “kemasannya”

sendiri.

e. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti sehingga

lebih menggarahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber.

Berdasarkan kriteria sumber data yang dikemukakan tersebut maka penulis menentukan yang menjadi subjek penelitian ini yaitu Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi Kota Bandung, dan yang menjadi informan pada penelitian ini yaitu dua orang lansia penghuni PSTW Budi Pertiwi, satu orang pengelola PSTW Budi Pertiwi, dan satu orang tokoh masyarakat setempat yaitu ketua RT 01/05 Kelurahan Burangrang.


(21)

B. Desain Penelitian

Dalam penelitian kualitatif langkah-langkah/tahap-tahapan itu secara garis besar dibagi kedalam tiga bagian, yaitu; 1) Tahapan persiapan/pra-lapangan, 2) Tahapan pekerjaan lapangan, dan 3) Tahapan analisis data.

Menurut Miles dan Huberman dalam Suryana (2007), tahap-tahapan penelitian kualitatif itu meliputi langkah-langkah sebagai berikut: (1) Membangun kerangka konseptual, (2) Merumuskan permasalahan penelitian , (3) Pemilihan sampel dan pembatasan penelitian, (4) Instrumentasi, (5) Pengumpulan data, (6) Analisis data, dan (7) Matriks dan pengujian kesimpulan.

Dari beberapa pendapat tersebut, penelitian ini menggunakan beberapa tahap, yaitu:

1. Tahap Persiapan

a. Menyusun rancangan penelitian

Penelitian yang akan dilakukan berangkat dari permasalahan dalam lingkup peristiwa yang sedang terus berlangsung dan bisa diamati serta diverifikasi secara nyata pada saat berlangsungnya penelitian. Peristiwa-peristiwa yang diamati dalam konteks kegiatan orang-orang/organisasi.

b. Memilih lapangan

Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian, maka dipilih lokasi penelitian yang digunakan sebagai sumber data, dengan mengasumsikan bahwa dalam penelitian kualitatif, jumlah (informan) tidak terlalu berpengaruh dari pada konteks.


(22)

c. Mengurus perizinan

Mengurus berbagai hal yang diperlukan untuk kelancaran kegiatan penelitian. Terutama kaitannya dengan metode yang digunakan yaitu kualitatif, maka perizinan dari birokrasi yang bersangkutan biasanya dibutuhkan karena hal ini akan mempengaruhi keadaan lingkungan dengan kehadiran seseorang yang tidak dikenal atau diketahui. Dengan perizinan yang dikeluarkan akan mengurangi sedikitnya ketertutupan lapangan atas kehadiran kita sebagai peneliti.

d. Menjajagi dan menilai keadaan

Setelah kelengkapan administrasi diperoleh sebagai bekal legalisasi kegiatan kita, maka hal yang sangat perlu dilakukan adalah proses penjajagan lapangan dan sosialisasi diri dengan keadaan, karena kitalah yang menjadi alat utamanya maka kitalah yang akan menetukan apakah lapangan merasa terganggu sehingga banyak data yang tidak dapat digali/tersembunyikan/disembunyikan, atau sebaliknya bahwa lapangan menerima kita sebagai bagian dari anggota mereka sehingga data apapun dapat digali karena mereka tidak merasa terganggu. e. Memilih dan memanfaatkan informan

Ketika kita menjajagi dan mensosialisasikan diri di lapangan, ada hal penting lainnya yang perlu kita lakukan yaitu menentukan partner kerja sebagai

“mata kedua” kita yang dapat memberikan informasi banyak tentang keadaan lapangan. Informan yang dipilih harus benar-benar orang yang independen dari orang lain dan kita, juga independen secara kepentingan penelitian atau kepentingan karier.


(23)

f. Menyiapkan instrumen penelitian

Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah ujung tombak sebagai pengumpul data (instrumen). Peneliti terjun secara langsung ke lapangan untuk mengumpulkan sejumlah informasi yang dibutuhkan.

g. Persoalan etika dalam penelitian

Peneliti akan berhubungan dengan orang-orang, baik secara perorangan maupun secara kelompok atau masyarakat, akan bergaul, hidup, dan merasakan serta menghayati bersama tata cara dan tata hidup dalam suatu latar penelitian. Persoalan etika akan muncul apabila peneliti tidak menghormati, mematuhi dan mengindahkan nilai-nilai masyarakat dan pribadi yang ada. Dalam menghadapi persoalan tersebut peneliti hendaknya mempersiapkan diri baik secara fisik, psikologis maupun mental.

2. Tahap Lapangan

a. Memahami dan memasuki lapangan

Memahami latar penelitian; latar terbuka; dimana secara terbuka orang berinteraksi sehingga peneliti hanya mengamati, latar tertutup dimana peneliti berinteraksi secara langsung dengan orang. Penampilan, Menyesuaikan penampilan dengan kebiasaan, adat, tata cara, dan budaya latar penelitian.

Pengenalan hubungan peneliti di lapangan, bertindak netral dengan peran serta dalam kegiatan dan hubungan akrab didalam subjek penelitian dengan informan penelitian. Jumlah waktu studi, pembatasan waktu melalui keterpenuhan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.


(24)

b. Aktif dalam kegiatan (pengumpulan data)

Pendekatan kualitatif yang dipergunakan beranjak dari bahwa hasil yang diperoleh dapat dilihat dari proses secara utuh, untuk memenuhi hasil yang akurat maka pendekatan ini menempatkan peneliti adalah instrumen utama dalam penggalian dan pengolahan data-data kualitatif yang diperoleh.

3. Pengolahan Data

a. Reduksi Data

Data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data yang terperinci.

b. Display Data

Data yang diperoleh dikategorisasikan menurut pokok permasalahan dan dibuat dalam bentuk matriks dan bagan sehingga memudahkan peneliti untuk melihat pola-pola hubungan satu data dengan data lainnya.

c. Analisis Data

Kegiatan yang dijalankan dalam proses analisis ini meliputi: (1) menetapkan lambang-lambang tertentu, (2) klasifikasi data berdasarkan lambang/simbol dan, (3) melakukan prediksi atas data.

d. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi

Dari kegiatan-kegiatan sebelumnya, langkah selanjutnya adalah menyimpulkan dan melakukan verifikasi atas data-data yang sudah diproses atau ditransfer kedalam bentuk-bentuk yang sesuai dengan pola pemecahan permasalahan yang dilakukan.


(25)

e. Meningkatkan Keabsahan Hasil

Untuk meningkatkan keabsahan penelitian, peneliti menggunakan teknik triangulasi.

f. Narasi Hasil Analisis

Pembahasan dalam penelitian kualitatif menyajikan informasi dalam bentuk teks tertulis atau bentuk-bentuk gambar mati atau hidup seperti foto dan video dan lain-lain. Dalam menarasikan data kualitatif ada beberapa hal yang diperhatikan oleh peneliti yaitu; 1) Tentukan bentuk (form) yang akan digunakan dalam menarasikan data. 2) Hubungkan bagiamana hasil yang berbentuk narasi itu menunjukan tipe/bentuk keluaran yang sudah didisain sebelumnya, dan. 3) Jelaskan bagimana keluaran yang berupa narasi itu mengkoparasikan antara teori dan literasi-literasi lainnya yang mendukung topik.

C. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian perlu ditentukan terlebih dahulu metode yang akan digunakan, dengan menentukan metode penelitian maka akan memandu seorang peneliti dalam menentukan langkah-langkah atau urutan-urutan yang harus

dilakukan dalam penelitiannya. “Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud” (Purwadarminta dalam Sudjana, 2005: 7). Sedangkan penelitian adalah suatu cara untuk memahami sesuatu melalui penyelidikan atau usaha mencari bukti-bukti yang muncul sehubungan dengan masalah itu, yang dilakukan secara hati-hati sekali sehingga


(26)

tujuannya, penelitian dapat diartikan sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan”.

Dari pengertian mengenai metode dan penelitian, dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan data dari subjek penelitian. Sebagaimana menurut Arikunto (2006: 160), bahwa

“Metode penelitian yaitu cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan

data penelitiannya”. Berdasarkan kecenderungan data yang di dapat dari studi ke lapangan dan kesesuaian dengan tujuan penelitian, maka penelitian yang diambil oleh penulis adalah penelitian dengan pendekatan kualitatif.

Menurut Moleong (2006: 6), menjelaskan bahwa:

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dengan cara deskriptiif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks, khususnya yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Sedangkan menurut Williams dalam Moleong (2006: 5), bahwa

“penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar ilmiah dengan

metode ilmiah dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara ilmiah”. Alasan penggunaan pendekatan kualitatif didasarkan pada permasalahan dalam penelitian ini dan dengan pertimbangan-pertimbangan: 1) Lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan, 2) Menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dan responden, 3) Lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong, 2006: 5).

Dalam penelitian ini peneliti mempergunakan pendekatan kualitatif karena peneliti ingin memahami secara mendalam mengenai bagaimana strategi


(27)

pendidikan non formal dalam pembinaan lansia sehingga tercapainya lansia yang mandiri melalui terapi modalitas.

Metode yang digunakan oleh peneliti pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode penelitian deskriptif dipergunakan untuk berupaya memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi dan analisis/pengolahan data, membuat kesimpulan dan laporan dengan tujuan utama untuk membuat penggambaran tentang suatu keadaan secara objektif dalam suatu deskripsi situasi. Di dalam penelitian ini peneliti bermaksud memperoleh gambaran secara mendalam/cermat mengenai pembinaan kemandiran lansia melalui terapi modalitas salah satu konteks pendidikan non formal di PSTW Budi Pertiwi.

D. Definisi Operasional 1. Pembinaan

Pembinaan yaitu usaha tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdayaguna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik (Depdiknas, 1991).

Pembinaan merupakan kegiatan yang bermanfaat bagi hidup lansia sehingga sehat secara jasmani dan rohani sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan.

2. Kemandirian Lanjut Usia

Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan pribadi aktif, didasarkan pada status aktual, bukan pada kemampuan. Individu yang


(28)

menolak melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun dianggap mampu, kemandirian merupakan aktualisasi diri (Suprayogi, 2009: 31).

Kemandirian lansia yaitu sedikit bergantungnya lansia terhadap orang lain sehingga aktifitas sehari-hari dapat dilakukan secara sendiri. Selain itu pengalaman dan pengetahuan yang sudah dimiliki lansia mendorong untuk melakukan keinginannya dimasa tua.

3. Terapi Modalitas

Terapi modalitas merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi lansia. Memiliki tujuan: (1) mengisi waktu luang bagi lansia, (2) meningkatkan kesehatan lansia, (3) meningkatkan produktivitas lansia, (4) meningkatkan interaksi sosial antarlansia (Maryam, 2008: 158-159).

Terapi modalitas adalah kegiatan pengisi waktu sehingga lansia mempunyai kegiatan tanpa merasa tidak berguna dan dikucilkan terhadap lingkungannya sekaligus bermanfaat bagi dirinya.

4. Pendidikan Non Formal

Menurut Coombs (1973) dalam Sudjana mengemukakan Pendidikan Nonformal ialah kegiatan terorganisasi dan sistematis, di luar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya.

Kegiatan pendidikan diluar jalur persekolahan yang dilakukan untuk mencapai tujuan belajar pada warga belajar yang telah direncanakan oleh pengelola sebelumnya sesuai dengan kebutuhan belajar.


(29)

5. Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW)

Panti Sosial Tresna Werdha (versi Depsos RI) adalah unit pelaksana teknis (UPT) di bidang pembinaan kesejahteraan sosial lanjut usia memberi kesejahteraan sosial bagi lanjut usia.

Panti Sosial Tresna Werdha yaitu tempat berkumpulnya lansia sehingga tidak merasa sendiri karena memiliki nasib yang sama, dan tempat dimana lansia dibina untuk keberlangsungan hidupnya dan diberikan kegiatan sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan pengetahuan yang sudah dimiliki lansia.

E. Instrumen Penelitian

Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Sesuai metode dan karakteristik penelitian kualitatif, maka instrumen penelitian untuk penggalian data adalah peneliti sendiri dibantu oleh pedoman wawacara secara terbuka. Ia berperan sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian peneliti sebagai instrumen disini karena dia menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian.

Jadi didalam penelitian ini, peneliti berupaya seoptimal mungkin untuk mempelajari, memahami, mendalami dan menerapkan hal-hal seperti tersebut di atas. Dengan demikian diharapkan data yang terkumpul memiliki tingkat kepercayaan yang cukup meyakinkan peneliti sehingga hasil penelitian yang diperoleh memenuhi syarat untuk penelitian kualitatif.

Berikut instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini diantaranya:


(30)

1.Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dimana terjadinya komunikasi secara verbal antara pewawancara atau peneliti dengan subjek pewawancara. Sejalan dengan pengertian diatas, dapat diperjelas bahwa wawancara atau interview yaitu percakapan tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih yag berhadapan secara fisik dan diarahkan pada suatu masalah tertentu (Kartini Kartono, 1998: 187).

Disini peneliti mewawancarai subjek penelitian yaitu lansia yang meenjadi penghuni di Panti, pengelola dan tokoh masyarakat secara mendalam dalam kurun waktu dua bulan untuk mengetahui bagaimana kemandirian lansia di PSTW Budi Pertiwi. Dilakukanya wawancara agar mengetahui secara mendalam apa yang dialami oleh lansia, apa yang telah diusahakan oleh pihak pengelola panti dan pandangan dari tokoh masyarakat setempat mengenai lansia yang ada di PSTW Budi Pertiwi.

2. Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Margono, 1996: 158).

Selain melakukan wawancara, peneliti juga mengobservasi sebagai fakta dilapangan saat mendapatkan informasi dan memperkuat data yang diperoleh dari subjek penelitian mengenai kemandirian lansia melalui terapi modalitas di PSTW Budi Pertiwi. Ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara langsung mengenai pembinaan yang dilakukan oleh pengelola.


(31)

F. Proses Pengembangan Instrumen

Dalam suatu penelitian diperlukan alat pengumpul data. Hal ini penting untuk memperoleh data yang valid, untuk itu diperlukan suatu alat yang tepat dan akurat yang biasa disebut instrumen penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan manusia sebagai instrumen

utama yaitu peneliti sendiri, sebagaimana menurut Sugiyono (2008: 223) “Dalam

penelitian kualitatif „the researcher is the key instrumen‟. Mengemukakan instrumen manusia dalam penelitian ini dipandang lebih cermat dengan ciri-ciri sebagai berikut:

(1) manusia sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bermakna bagi penulis; (2) manusia sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus; (3) tiap situasi merupakan suatu keseluruhan; (4) suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata-mata; (5) peneliti sebagai instrument dapat segera menganalisis data yang diperoleh; (6) hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan segera menggunakannya sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau penolakan; dan (7) manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, dan menyimpang justru diberi perhatian (Nasution, 1992: 55-56).

“Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah

diolah” (Arikunto, 2006: 160). 1. Penyusunana Kisi-kisi Penelitian

Penyusunan kisi-kisi penelitian ini merupakan acuan dalam pembuatan alat pengumpul data, berupa: kisi-kisi penelitian, pedoman wawancara, pedoman observasi. Dalam kisi-kisi penelitian ini terdiri dari beberapa kolom yang berisi


(32)

tentang: pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, aspek-aspek yang diteliti, indikator, teknik pengumpulan data, sumber data.

2. Penyusunan Pedoman Wawancara

Penyusunan pedoman wawancara yang dilakukan peneliti melalui langakh-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan aspek yang diteliti;

b. Merumuskan pertanyaan penelitian dan menjabarkan aspek-aspek tersebut ke dalam indikator penelitian sebagai bahan untuk menetapkan hal-hal yang akan ditanyakan;

c. Menyusun item-item pedoman wawncara. 3. Penyusunan Pedoman Observasi

Penyusunan pedoman observasi dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan aspek yang diamati;

b. Merumuskan indikator yang akan diamati.

G. Teknik Pengumpulan Data

Keberhasilan penelitian sebagian besar tergantung pada teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan. Menurut Sugiyono (2008:224),

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Dalam Bungin (2007: 107), dikatakan bahwa metode pengumpulan data kualitatif yang paling independen terhadap semua metode pengumpulan data dan teknik analisis data adalah wawancara secara mendalam, observasi partisipasi,


(33)

bahan dokumenter, studi pustaka serta metode-metode baru seperti bahan visual dan metode penelusuran internet. Pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan dan informasi yang dapat dipercaya.

Untuk memperoleh data seperti prosedur-prosedur, alat-alat serta kegiatan nyata, penulis menentukan teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut:

Sugiyono (2008: 137) mengemukakan, bahwa “Sumber data dapat

menggunakan dua sumber, yaitu data primer dan data skunder”. Data primer

meliputi wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan data skunder meliputi company profil dan studi kepustakaan. Mengacu kepada pendapat tersebut, penulis menentukan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2008: 139). Untuk mendapatkan hasil data primer penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, seperti:

a. Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik pengumpalan data dimana terjadinya komunikasi secara verbal antara pewawancara/peneliti dengan subjek pewawancara. Sejalan dengan pengertian tersebut, dapat diperjelas bahwa wawancara atau interview yaitu percakapan tanya jawab lisan antara dua orang


(34)

atau lebih yang berhadapan secara fisik dan diarahkan pada suatu masalah tertentu (Kartini Kartono, 1998: 187).

Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara kepada dua orang lansia penghuni di PSTW Budi Pertiwi, satu orang pengelola PSTW dan satu orang tokoh masyarakat setempat. Adapun permasalahan yang ditanyakan mengenai pembinaan kemandirain lansia melalui terapi modalitas salah satu konteks pendidikan non formal di PSTW Budi Pertiwi.

b. Observasi

Observasi adalah sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Margono, 1996: 158). Observasi analisis dokumen dilaksanakan selama penulis melakukan penelitian di PSTW Budi Pertiwi Kota Bandung mengenai pembinaan kemandirian lansia melalui terapi modalitas salah satu konteks pendidikan non formal.

2. Data Skunder

Data skunder adalah data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data misalnya melalui orang lain atau dokumen (Sugiyono, 2008). a. Dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 206) mengemukakan “bahwa metode dokumentasi mencari data mengenai hal-hal atau variable yag berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, agenda dan

sebagainya”.

Studi dokumentasi ini digunakan penulis untuk mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam catatan dokemen dengan tujuan untuk memperoleh data


(35)

tertulis yang diperlukan untuk melengakapi data penelitian, yaitu dengan jalan membaca, menelaah, mengkaji berbagai dokemen yang sekiranya berhubungan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Dokumen yang menjadi salah satu sumber pengumpulan data berupa foto, profil, dan data warga belajar serta mendokumentasikan kegiatan pembinaan di PSTW Budi Pertiwi Kota Bandung. b. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian. Teori-teori yang mendasari masalah dan bidang yang akan diteliti dapat ditemukan dengan melakukan studi kepustakaan. Selain itu seorang peneliti dapat memperoleh informasi tentang penelitian-penelitian sejenis atau yang ada kaitannya dengan penelitiannya, dan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dengan melakukan studi kepustakaan, peneliti dapat memanfaatkan semua informasi dan pemikiran-pemikiran yang relevan dengan penelitiannya.

Menurut Subino (1982) mengemukakan:

Studi Kepustakaan untuk mendapatkan teori-teori, konsep-konsep, sebagai bahan pertimbangan, penguatan atau penolakan terhadap temuan hasil penelitian dan untuk mengambil beberapa kesimpulan, literatur dan buku-buku yang dikaji dalam studi kepustakaan yang berkaitan langsung dengan permasalahan penelitian.

Studi kepustakaan yang digunakan oleh penulis untuk memperoleh konsep dan teori-teori sebagai dasar pemikiran dan bahan acuan bagi penulis didalam penelitian yang dilakukan melalui buku-buku, majalah, maupun tulisan-tulisan yang ada hubungannya dengan penelitian.


(36)

Adapun teori-teori yang diperoleh penulis dengan menggunakan teknik studi kepustakaan ini, diantaranya yaitu membahas mengenai konsep dan teori: 1) Pendididkan Non Formal 2) Pendidikan Sepanjang Hayat, 3) Pengelolaan Program PLS, 4) Konsep Lanjut Usia, 5) Konsep Terapi Modalitas, 6) Kemandirian Lansia, dan 7) Konsep Panti Sosial Tresna Werdha.

c. Triangulasi

Penilaian keabsahan penelitian kualitatif terjadi pada waktu proses pengumpulan data dan untuk menentukan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu dan dalam memeriksa kebsahan data yang diperoleh maka peneliti menggunakan teknik triangulasi data. Moleong (2005: 330), menjelaskan bahwa:

“Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan yang

lain. Peneliti menyimpulkan bahwa dalam meneliti dibutuhkan keabsahan agar

penelitian tersebut dapat dipercaya kredibilitasnya”.

Sedangkan menurut Sugiyono (2007: 274), bahwa triangulasi teknik adalah menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu dimana peneliti menggunakan wawancara lalu dicek dengan observasi atau dokumentasi.

Triangulasi yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu dilakukan dengan mengunakan teknik wawancara dengan beberapa subjek penelitian. Data yang diperoleh dari subjek penelitian yang satu dibandingkan dengan yang lainnya, yaitu membandingkan hasil wawancara, dengan hasil dokumentasi dan hasil


(37)

observasi dari dua orang lansia di PSTW, satu orang pengelola PSTW dan satu orang tokoh masyarakat setempat.

Pada tahap ini dilakukan kegiatan membandingkan hasil observasi dengan hasil wawancara yang berkaitan dengan pembinaan kemandirian lansia melalui terapi modalitas salah satu konteks pendidikan non formal di PSTW Budi Pertiwi, hasil wawancara dengan dua orang lansia di PSTW, satu orang pengelola PSTW dan satu orang tokoh masyarakat setempat.

H. Analisis Data

Analisis data kualitatif dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Menurut Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2006: 248), mengemukakan bahwa:

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintetiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang didapat diceritakan kepada orang lain.

Miles dan Huberman (1992), menyebutkan ada tiga langkah pengolahan

data kualitatif, yakni “reduksi data (data reduction), penyajian data (data display),

dan penarikan kesimpulan (conclusion drawing and verification)”. Mengacu kepada langkah analisis data penelitian tersebut, adapun langkah-langkah analisis data yang dilakukan oleh penelitian, yaitu:

1. Reduksi Data

Langkah reduksi data melibatkan beberapa tahap. Tahap pertama, yaitu melibatkan langkah-langkah editing, pengelompokan dan meringkas data. Tahap kedua, peneliti menyusun kode-kode dan catatan-catatan mengenai pembinaan


(38)

kemandirian lansia melalui terapi modalitas salah satu konteks pendidikan non formal di PSTW Budi Pertiwi.

2. Penyajian Data

Melibatkan langkah-langkah mengorganisasikan data, yakni menjalin (kelompok) data yang satu dengan (kelompok data yang lain sehingga seluruh data yang dianalisis benar-benar dalam satu kesatuan. Tujuan dari penyajian data adalah untuk memudahkan membaca dan menarik kesimpulan. Oleh karena itu, sajiannya harus tertata secara apik. Penyajian data juga berupa bagian dari analisis, bahkan mencakup pula reduksi data. Pada penelitian ini yaitu menyatukan data hasil wawancara, observasi, dokumentasi mengenai pembinaan kemandirian lansia salah satu konteks pendidikan non formal di PSTW Budi Pertiwi.

3. Penarikan Kesimpulan

Peneliti pada dasarnya mengimplementasikan prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola-pola data yang ada dan atau kecenderungan dari display data yang telah dibuat. Ada kalanya kesimpulan telah tergambar sejak awal, namun kesimpulan akhir tidak pernah dapat dirumuskan secara memadai tanpa peneliti menyelesaikan seluruh data yang ada.


(39)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ……….………...

UCAPAN TERIMA KASIH ……….……….

ABSTRAK ………..……….

DAFTAR ISI………..………..

DAFTAR TABEL………....

DAFTAR BAGAN………..….

DAFTAR LAMPIRAN…….………..

i ii iii iv vi vii viii

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang ……….. 1

B. Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah ………. 9

C. Tujuan Penulisan ……….. 11

D. Manfaat Penelitian ……… 11

E. Struktur Organisasi Skripsi……… 13

Bab II Kajian Pustaka A. Pendidikan Non Formal………...……….. 16

B. Pendidikan Sepanjang Hayat ………...………. 18

C. Pengelolaan Program PLS ……….………... 21

D. Konsep Lanjut Usia ……….. 26

E. Konsep Terapi Modalitas ….………. 32

F. Konsep Kemandirian Lanjut Usia……….………... 36

G. Konsep Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW)……… 42

H. Kerangka Berpikir…..………... 48

Bab III Metode Penelitian A. Lokasi dan Subjek Penelitian………. 49


(40)

C. Metode Penelitian ………. 55

D. Definisi Operasional ………. 57

E. Instrumen Penelitian ………. 59

F. Proses Pengembangan Instrumen………... 61

G. Teknik Pengumpulan Data ……… 62

H. Analisis Data ………. 67

Bab IV Pembahasan A. Gambaran Umum Lokasi penelitian ………. 69

B. Deskripsi Hasil Penelitian ……… 76

C. Pembahasan Hasil Penelitian ……… 106

Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi A. Kesimpulan ………. 120

B. Saran ……… 123


(41)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

4.1 Daftar Pengurus Dan Karyawan Panti Sosial Tresna Werdha Budi

Pertiwi……… 71

4.2 Daftar Lansia Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi………….. 73 4.3 Jadwal Kegiatan Sehari-Hari Lansia Panti Sosial Tresna Werdha

Budi Pertiwi………... 74

4.4 Data Informan……… 76 4.5 Jawaban Informan Mengenai Pengelolaan PSTW Budi Pertiwi…... 78 4.6 Jawaban Informan Mengenai Pengelolaan PSTW Budi Pertiwi

dalam Sudut Pandang Lansia…... 80 4.7 Jawaban Informan Mengenai Penyelenggaraan Terapi Modalitas di

PSTW Budi Pertiwi………... 85

4.8 Jenis Terapi Modalitas di PSTW Budi Pertiwi……….. 86 4.9 Jawaban Informan Mengenai Pengaruh Terapi Modalitas Dalam

Kemandirian Lansia………... 92

4.10 Jawaban Informan Sebagai Faktor Pendukung………. 98 4.11 Jawaban Informan Mengenai Faktor Penghambat……… 101


(42)

DAFTAR BAGAN

Bagan Hal

2.1 Terapi Modalitas Dalam Mempertahankan Kemandirain Lansia… 48 4.1 Struktur Organisasi Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi…... 70 4.2 Alur Pengelolaan Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi…….. 82 4.3 Pembelajaran Lansia melalui Terapi Modalitas……….. 90 4.4 Mempertahankan Kemandirian Lansia melalui Terapi Modalitas.. 96 4.5 Faktor Pendukung dan Penghambat Pembinaan Kemandirian


(43)

DAFTAR LAMPIRAN

Lamp.

Surat Pengangkatan Pembimbing Skripsi………... 1

SK Pembimbing Skripsi……….. 2

Surat Permohonan Penelitian……….. 3

Surat Permohonan Izin Penelitian……….. 4

Surat Balasan Penelitian……….. 5

Frekuensi Bimbingan……….. 6

Kisi-kisi Penelitian……….. 7

Pedoman Wawancara………..………….………... 8

Pedoman Observasi………..……….. 9


(1)

68

kemandirian lansia melalui terapi modalitas salah satu konteks pendidikan non formal di PSTW Budi Pertiwi.

2. Penyajian Data

Melibatkan langkah-langkah mengorganisasikan data, yakni menjalin (kelompok) data yang satu dengan (kelompok data yang lain sehingga seluruh data yang dianalisis benar-benar dalam satu kesatuan. Tujuan dari penyajian data adalah untuk memudahkan membaca dan menarik kesimpulan. Oleh karena itu, sajiannya harus tertata secara apik. Penyajian data juga berupa bagian dari analisis, bahkan mencakup pula reduksi data. Pada penelitian ini yaitu menyatukan data hasil wawancara, observasi, dokumentasi mengenai pembinaan kemandirian lansia salah satu konteks pendidikan non formal di PSTW Budi Pertiwi.

3. Penarikan Kesimpulan

Peneliti pada dasarnya mengimplementasikan prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola-pola data yang ada dan atau kecenderungan dari display data yang telah dibuat. Ada kalanya kesimpulan telah tergambar sejak awal, namun kesimpulan akhir tidak pernah dapat dirumuskan secara memadai tanpa peneliti menyelesaikan seluruh data yang ada.


(2)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ……….………...

UCAPAN TERIMA KASIH ……….……….

ABSTRAK ………..……….

DAFTAR ISI………..………..

DAFTAR TABEL………....

DAFTAR BAGAN………..….

DAFTAR LAMPIRAN…….………..

i ii iii iv vi vii viii

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang ……….. 1

B. Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah ………. 9

C. Tujuan Penulisan ……….. 11

D. Manfaat Penelitian ……… 11

E. Struktur Organisasi Skripsi……… 13

Bab II Kajian Pustaka A. Pendidikan Non Formal………...……….. 16

B. Pendidikan Sepanjang Hayat ………...………. 18

C. Pengelolaan Program PLS ……….………... 21

D. Konsep Lanjut Usia ……….. 26


(3)

C. Metode Penelitian ………. 55

D. Definisi Operasional ………. 57

E. Instrumen Penelitian ………. 59

F. Proses Pengembangan Instrumen………... 61

G. Teknik Pengumpulan Data ……… 62

H. Analisis Data ………. 67

Bab IV Pembahasan A. Gambaran Umum Lokasi penelitian ………. 69

B. Deskripsi Hasil Penelitian ……… 76

C. Pembahasan Hasil Penelitian ……… 106

Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi A. Kesimpulan ………. 120

B. Saran ……… 123


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

4.1 Daftar Pengurus Dan Karyawan Panti Sosial Tresna Werdha Budi

Pertiwi……… 71

4.2 Daftar Lansia Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi………….. 73 4.3 Jadwal Kegiatan Sehari-Hari Lansia Panti Sosial Tresna Werdha

Budi Pertiwi………... 74

4.4 Data Informan……… 76

4.5 Jawaban Informan Mengenai Pengelolaan PSTW Budi Pertiwi…... 78 4.6 Jawaban Informan Mengenai Pengelolaan PSTW Budi Pertiwi

dalam Sudut Pandang Lansia…... 80 4.7 Jawaban Informan Mengenai Penyelenggaraan Terapi Modalitas di

PSTW Budi Pertiwi………... 85

4.8 Jenis Terapi Modalitas di PSTW Budi Pertiwi……….. 86 4.9 Jawaban Informan Mengenai Pengaruh Terapi Modalitas Dalam

Kemandirian Lansia………... 92


(5)

DAFTAR BAGAN

Bagan Hal

2.1 Terapi Modalitas Dalam Mempertahankan Kemandirain Lansia… 48 4.1 Struktur Organisasi Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi…... 70 4.2 Alur Pengelolaan Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi…….. 82 4.3 Pembelajaran Lansia melalui Terapi Modalitas……….. 90 4.4 Mempertahankan Kemandirian Lansia melalui Terapi Modalitas.. 96 4.5 Faktor Pendukung dan Penghambat Pembinaan Kemandirian


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lamp.

Surat Pengangkatan Pembimbing Skripsi………... 1

SK Pembimbing Skripsi……….. 2

Surat Permohonan Penelitian……….. 3

Surat Permohonan Izin Penelitian……….. 4

Surat Balasan Penelitian……….. 5

Frekuensi Bimbingan……….. 6

Kisi-kisi Penelitian……….. 7

Pedoman Wawancara………..………….………... 8

Pedoman Observasi………..……….. 9