EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI SMK NEGERI 1 MAJALENGKA.

(1)

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

KONTEKSTUAL DI SMK NEGERI 1 MAJALENGKA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Di Prodi Pendidikan Teknik Bangunan

Universitas Pendidikan Indonesia

Muhammad Syafei

NIM 0902199

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2013


(2)

KONTEKSTUAL DI SMK NEGERI 1 MAJALENGKA

Oleh

Muhammad Syafei

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Teknologi

dan Kejuruan

© Muhammad Syafei 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN MUHAMMAD SYAFEI

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI SMK NEGERI 1 MAJALENGKA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Dr. H. Danny Meirawan, M.Pd. NIP. 19620504 198803 1 002

Pembimbing II,

Drs. Sukadi, M.Pd. M.T. NIP. 19640910 199101 1 002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ketua Program Studi

Pendidikan Teknik Sipil, Pendidikan Teknik Bangunan,

Drs. Sukadi, M.Pd. M.T. Dr. Dedy Suryadi, M.Pd


(4)

ABSTRAK

“Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual di SMK Negeri 1 Majalengka”

Muhammad Syafei 0902199

Penelitian ini memaparkan tentang efektivitas penerapan model pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran kompetensi kejuruan menggambar tampak. Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Majalengka. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1) Mengetahui efektivitas proses pembelajaran Kontekstual dari hasil belajar siswa setelah diterapkan pada Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan menggambar tampak. 2) Mengetahui respon siswa setelah diterapkannya Model Pembelajaran Kontekstual pada Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan menggambar tampak. Metode penelitian yang digunakan adalah pre eksperimen dengan model One Shot Case Study. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas X Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan A SMK Negeri 1 Majalengka sebanyak 24 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah angket dan post-test. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran kontekstual pada proses pembelajaran Kompetensi Kejuruan adalah efektif dilihat dari respon dan hasil belajar siswa.


(5)

ABSTRACT

“"Effectiveness of Contextual Learning Model Application at SMK Negeri 1 Majalengka"

Muhammad Syafei 0902199

This research was describes the effectiveness of contextual learning model application on subjects vocational competence view drawing. The research was carried at SMK Negeri 1 Majalengka. The goal of this research were: 1) To assess the effectiveness of Contextual learning process from students learning result after applied to Subjects Vocational Competency view drawing. 2) To assess the students responses after the implementation of the Contextual Learning Model to Subjects Vocational Competency view drawing. The research method is pre experimentation with One Shot Case Study models. The sample are 24 first grade students of Architecture Engineering Expertise Program A at SMK Negeri 1 Majalengka. The instruments used in this research was a questionnaire and post-test. The results of this research show that the implementation of contextual learning model to Vocational learning process is effective, viewed from students responses and students learning result.


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Sistematika Penulisan Skripsi... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Efektivitas ... 7

1. Pengertian Efektivitas ... 7

2. Efektivitas Pembelajaran ... 8

3. Ciri – ciri Efektivitas Pembelajaran ... 8

4. Aspek – aspek Efektivitas Pembelajaran ... 9

5. Kriteria Efektivitas Pembelajaran ... 10

B. Pendidikan Kejuruan ... 10

1. Pengertian Pendidikan Kejuruan ... 10

2. Fungsi Pendidikan Kejuruan ... 10

C. Pembelajaran Kontekstual ... 11

1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual ... 11

2. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual ... 11

3. Prinsip – prinsip Pembelajaran Kontekstual... 13

4. Model – model Pembelajaran Kontekstual ... 13

D. Hasil Belajar ... 16

1. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 16

E. Tinjauan terhadap Program Keahlian TGB ... 17


(7)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 19

A. Lokasi dan Subjek/Sampel Penelitian ... 19

1. Lokasi Penelitian ... 19

2. Subjek Populasi/Sample Penelitian ... 19

B. Variabel dan Prosedur Penelitian ... 21

1. Variabel Penelitian ... 21

2. Prosedur Penelitian ... 21

C. Metode Penelitian ... 22

D. Definisi Operasional ... 24

E. Instrumen Penelitian ... 25

1. Kisi – kisi Instrumen Penelitian ... 26

F. Pengujian Instrumen Penelitian ... 29

1. Pengujian Instrumen Angket ... 29

2. Pengujian Instrumen Tes ... 34

G. Teknik Pengumpulan Data ... 34

J. Teknik Pengolahan Data ... 35

1. Pengolahan Data Angket ... 35

2. Uji Normalitas ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Deskripsi Data Penelitian ... 44

B. Analisis Data Penelitian ... 45

1. Analisis Data Angket ... 45

2. Analisis Data Post-Test ... 51

C. Pembahasan ... 52

1. Gambaran Kegiatan Pembelajaran ... 52

2. Gambaran Hasil Belajar Siswar ... 54

3. Gambaran Respon Siswa ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 59 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL Tabel

2.1 Kompetensi Dasar Menggambar Tampak ... 17

3.1 Jumlah Populasi Penelitian ... 20

3.2 Jumlah Siswa Sampel Penelitian ... 20

3.3 Kisi – kisi Instrumen Penelitian ... 28

3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Angket ... 31

3.5 Klasifikasi Reliabilitas ... 33

3.6 Normalitas Respon Siswa ... 38

3.7 Distribusi Frekuensi Respon Siswa ... 39

3.8 Komulatif Frekuensi Respon Siswa ... 40

3.9 Uji Normalitas Hasil Belajar ... 41

3.10 Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar Siswa ... 42

3.11 Kumulatif Frekuensi Relatif Hasil Belajar ... 42

4.1 Skala Skor dan Kriteria Respon Siswa ... 45

4.2 Indikator Pengajuan Pertanyaan ... 46

4.3 Keterkaitan dengan Berbagai Disimpil Ilmu... 47

4.4 Penyelidikan autentik ... 48

4.5 Menghasilkan dan Mempresentasikan Produk atau Karya ... 49

4.6 Kerja Sama ... 50

4.7 Data Rekapitulasi Nilai Rata – rata Respon Siswa ... 51

4.8 Hasil Post-tes Kelas Eksperimen ... 52

4.9 Data Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan ... 57


(9)

DAFTAR GAMBAR Gambar

2.1 Hubungan Tujuan Instruksional, Pengalaman Belajar dan Hasil Belajar .... 16

3.1 Alur Penelitian ... 22

3.2 Macam-macam Desain Eksperimen ... 23

3.3 Grafik Penyebaran Skor Variabel X1 ... 39

3.4 Diagram Frekuensi Relatif Respon Siswa ... 40

3.5 Grafik Penyebaran Skor Variabel X2 ... 41

3.6 Diagram Frekuensi Relatif Hasil Belajar Siswa ... 43

4.1 Data Rekapitulasi nilai rata-rata respon siswa ... 51


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

1.1 Dokumentasi Penelitian Lampiran 2

2.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2.2 Daftar Hadir Siswa

Lampiran 3

3.1 Instrumen Angket 3.2 Obsevasi Peneliti 3.3 Instrumen Test 3.4 Kriteria Penilian Lampiran 4

4.1 Hasil Uji Instrumen Angket 4.2 Hasil Pengolahan Data Angket 4.3 Hasil Pengolahan Data Test 4.4 Tabel Konsultasi

Lampiran 5

5.1 Judgement Ahli

5.2 Surat Keputusan Penunjukkan Dosen Pembimbing 5.3 Lembar Bimbingan

5.4 Berita Acara Seminar 5.5 Surat Ijin Penelitian 5.6 Surat Selesai Penelitian


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Suatu proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila seorang guru mampu menumbuhkembangkan keadaan siswa untuk belajar, sehingga dalam diri siswa dapat merasakan pengalaman yang diperoleh selama mengikuti proses pembelajaran dan dirasakan manfaatnya secara langsung pada perkembangan pribadi siswa. Dalam bukunya Sugandi, dkk (2004:9) menyatakan bahwa

pembelajaran terjemahan dari kata “instruction” yang berarti self instruction (dari

internal) dan eksternal instructions (dari eksternal). Pembelajaran yang bersifat eksternal antara lain datang dari guru yang disebut teaching atau pengajaran. Dalam pembelajaran yang bersifat eksternal prinsip-prinsip belajar dengan sendirinya akan menjadi prinsip-prinsip pembelajaran. Salah satu contoh pembelajaran yang ada di SMK adalah pembelajaran kompetensi kejuruan menggambar tampak .

Pada praktiknya dilapangan, kegiatan pembelajaran tidak semulus dengan konsep yang telah dibuat. Namun akan selalu ada masalah – masalah yang muncul, mulai dari kejenuhan siswa dalam belajar, kekurang mengertian siswa terhadap materi pembelajaran yang disampaikan, kekurangan fasilitas pembelajaran, kekurang efektivan penerapan metode pembelajran, dan lain – lain.

SMK Negeri 1 Majalengka merupakan salah satu Lembaga Pendidikan Menengah Kejuruan di Kabupaten Majalengka yang menyelenggarakan pendidikan dengan berbagai bidang keahlian, salah satunya adalah bidang Teknik Gambar Bangunan. Bidang Studi Keahlian Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 1 Majalengka, memiliki tiga mata pelajaran produktif yaitu mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan (DKK), mata pelajaran Kompetensi Kejuruan (KK), dan Muatan Lokal, dimana setiap mata pelajaran terbagi atas beberapa standar kompetensi.


(12)

Kompetensi Kejuruan (KK) merupakan mata pelajaran produktif yang bermuatkan materi dasar yang berkaitan dengan kemampuan kejuruan siswa. Mata pelajaran ini menuntut siswa untuk memiliki tingkat pemahaman tinggi dikarenakan menjadi landasan dalam penerapannya pada gambar bangunan (arsitektur).

Berdasarkan keterangan guru – guru yang bersangkutan serta selama kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL), banyak siswa yang siswa kelas X TGB SMK Negeri 1 Majalengka kurang paham dengan gambar tampak yang akan mereka buat. Banyak dari mereka hanya melakukan gambar ulang dari pekerjaan teman sekelompoknya yang dianggap lebih pintar tanpa mengetahui informasi dan fungsi dari apa yang mereka gambar. Hal ini terlihat pada banyaknya kesalahan gamabar yang dibuat pada saat siswa melakukan asistensi, sehingga mereka harus kembali membetulkan gamabarnya berulang – ulang. Hal ini membuat sebagian dari siswa merasa malas untuk menyelesaikan tugas gambarnya.

Kasus ini berdampak pada keterlambatan pengumpulan tugas menggambar siswa dari waktu yang telah ditentukan oleh guru. Ini tentu menjadi masalah cukup serius, karena dalam tugas menggambar bestek bangunan tidak hanya menggambar tampak saja. Masih ada menggamabar rencana bagian – bagian bangunan lain. Sehingga keterlamabatan dalam pengumpulan gambar tampak akan berpengaruh pada waktu pengerjaan gambar bagian – bagian bangunan lainnya. Dan dikhawatirkan masih banyak gambar yang belum terkumpul di akhir semester.

Dalam hal ini guru berperan sebagai ujung tombak dalam proses pembelajaran, maka kemungkinan permasalahan ini disebabkan oleh kekurang efektifan cara pembelajaran yang diilakukan. Proses pembelajaran masih terpuasat hanya pada guru saja (teacher center). Hal ini membuat sebagian besar siswa kurang dapat bereksplorasi dan memahami apa yang sedang dan akan mereka lakukan . Dengan demikian tentu akan berdampak pada penyelesaian tugas yang terlambat dan gambar yang dihasilkan belum tentu kebenarannya. Serta akan berefek pada hasil penilaian kurang memuaskan yang didapat sebagian besar siswa seperti dijelaskan diparagraf sebelumnya.


(13)

3

Pada saat ini telah ditemukan model – model pembelajaran yang telah ditemukan oleh para ahli yang membuat proses pembelajaran lebih efektif dan inovatif. Dalam penelitian ini penulis mencoba keefektifan penerapan salah satu model pembelajaran lebih baru dari pembelajaran konvensional yaitu Model Pembelajaran Kontekstual.

Munculnya model pembelajaran kontekstual dilatar belakangi oleh rendahnya mutu keluaran/hasil pembelajaran yang ditandai dengan ketidakmampuan sebagian besar siswa menghubungkan apa yang telah mereka pelajari dengan cara pemanfaatan pengetahuan tersebut pada saat ini dan di kemudian hari dalam kehidupan siswa (Komalasari, 2011 :1). Dalam pembelajaran model kontekstual ini siswa di arahkan untuk menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan situasi dalam kehidupan nyata. Siswa ditekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, tetapi juga merekonstruksi atau membangun pengetahuan dan keterampilan baru melalui fakta – fakta yang mereka temukan dan alami dalam kehidupannya.

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis mencoba mengadakan penelitian yang berjudul “EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI SMK NEGERI 1

MAJALENGKA”

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Dalam bagian ini akan diuraikan masalah penelitian. Uraiannya meliputi (1) identifikasi masalah, (2) batasan masalah, dan (3) rumusan masalah.

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis memiliki identifikasi masalah sebagai berikut.

a. Siswa kelas X TGB A Jurusan Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Majalengka kurang memahami informasi dan fungsi dalam tugas mata pelajaran Kompetensi Kejuruan.

b. Siswa kelas X TGB A Jurusan Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Majalengka malas mengerjakan tugas mata pelajaran Kompetensi Kejuruan.


(14)

c. Siswa kelas X TGB A Jurusan Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Majalengka tidak tepat waktu mengumpulkan tugas mata pelajaran Kompetensi Kejuruan.

d. Kekurangefektifan model pembelajaran yang diterapkan pada Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan siswa kelas X TGB A jurusan Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Majalengka.

2. Pembatasan Masalah

Dalam bagian ini akan diuraikan pembatasan masalah penelitian, penulis membatasi masalah penelitian pada hal-hal berikut ini.

a. Efektivitas Penerapan model pembelajaran Kontekstual pada Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan dengan Standar Kompetensi Menggambar tampak kelas X TGB A SMK Negeri 1 Majalengka

b. Proses kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran Kontekstual pada Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan Standar Kompetensi Menggambar tampak kelas X TGB A SMK Negeri 1 Majalengka.

c. Hasil belajar yang diperoleh dari penerapan model pembelajaran Kontekstual pada Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan Standar Kompetensi Menggambar tampak kelas X TGB A SMK Negeri 1 Majalengka.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah di atas, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

a. Bagaimana respon siswa dalam pembelajaran Kompetensi Kejuruan Menggambar Mampak kelas dengan menggunakan model pembelajaran Kontekstual ?

b. Bagaimana efektivitas proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kontekstual dalam pembelajaran Kompetensi Kejuruan Menggambar Tampak kelas X TGB A SMK Negeri 1 Majalengka?


(15)

5

C. Tujuan Penelitian

Dalam bagian ini akan diuraikan mengenai tujuan penelitian, adapun uraiannya sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui respon siswa setelah diterapkannya Model Pembelajaran Kontekstual pada Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan menggambar tampak. 2. Untuk mengetahui efektivitas proses pembelajaran Kontekstual dari hasil

belajar siswa setelah diterapkan pada Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan menggambar tampak.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, terutama pihak – pihak yang terkait, yaitu :

1. Bagi Pendidik

a. Membantu guru berinovasi dalam pembelajaran agar tercapai hasil pembelajaran yang lebih baik.

b. Membantu perkembangan guru menjadi lebih professional. c. Meningkatkan kepercayaan diri guru.

d. Membantu guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.

2. Bagi siswa

a. Siswa dapat lebih memahami materi pembelajaran yang telah dilaksanakan. b. Siswa lebih aktif dan kreatif dalam mencari materi pembelajaran yang

ditugaskan oleh guru.

c. Siswa mampu bekerja sama dengan kelompok dalam menyelesaikan tugas pembelajaran serta dapat lebih berani mengemukakan pendapat.

d. Meningkatkan hasil belajar sehingga tepat waktu dalam pengumpulan tugas. 3. Bagi Sekolah

Hasli penelitian dapat digunakan oleh pihak jurusan atau lembaga pendidikan sebagai salah satu varian model pembelajaran. Dan diharapkan akan lebih meningkatkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan mutu pendidikan.


(16)

4. Bagi Peneliti

Sebagai upaya pengembangan pengetahuan yang di dapat di bangku perkuliahan, penambahan wawasan khususnya dalam proses pembelajaran, serta sebagai perbandingan terhadap penelitian – penelitian metode pembelajaran lain yang pernah di terapkan.

E. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan disusun agar skripsi ini dapat dengan mudah dipahami oleh berbagai pihak. Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, sistematika penulisan Bab II Landasan Teori dan Hepotesis, berisi tentang kajian pustaka secara teorotis yaitu tentang teori – teori yang mendukung dan relevan dengan permasalahan penelitian ini dan hipotesis.

Bab III Metode Penelitian, berisi tentang metode penelitian, lokasi penelitian, variabel dan paradigma penelitian, data dan sumber data, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian dan pengujian instrumen penelitian, teknik analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Berisi tentang deskripsi data, hasil analisis data beserta pembahasannya yang diperoleh dalam penelitian.

Bab V Kesimpulan Dan Saran

Berisikan kesimpulan akhir penelitian dan memberikan saran bagi para pengguna hasil penelitian.


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan SMKN 1 Majalengka yang beralamatkan di jalan raya Tonjong – Pinangraja No. 55 Cigasong Majalengka. Sekolah tersebut dijadikan tempat penelitian dikarenakan penulis sedang menempuh PPL.

2. Subjek Populasi/Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/ sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. (Sugiyono,2011:119). Subjek dari penelitian ini adalah siswa SMKN 1 Majalengka, tepatnya siswa-siswi TGB kelas X.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta dik kelas X Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Majalengka yang mengikuti pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Tahun Ajaran 2012-2013. Anggota populasi dalam penelitian ini berjumlah 3 kelas dengan jumlah peserta didik sebanyak 73 siswa, dengan rincian sebagai berikut:


(18)

Tabel 3.1

Jumlah Populasi Penelitian

Kelas Jumlah Populasi

X TGB A 24

X TGB B 21

X TGB C 24

TOTAL 69

(Sumber: Dokumen Jurusan TGB SMKN 1 Majalengka)

Sugiyono (2013 : 118) mengemukakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karaketeristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini diambil dua kelas dengan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Sampling Purposive, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan peneliti. Pemilihan sampel ini didasari pada pertibangan bahwa pelajaran KK yang diajarkan dikelas dilakukan oleh satu orang guru yang sama yaitu mengajar secara konvensional, juga didasari oleh nilai rata-rata hasil belajar tiap kelas yang sama, sehingga perlakuan yang dilakukan kepada kelas tersebut akan menunjukan terhadap peningkatan hasil belajarnya.

Sampel dalam penelitian ini sebanyak 24 orang dalam satu kelas Sampel. Kelas yang ditunjuk sebagai kelas sampel adalah kelas X TGB A

Tabel 3.2.

Jumlah siswa sampel penelitian

Kelas Jumlah Siswa

X TGB A 24


(19)

21

B. Variabel dan Prosedur Penelitian 1. Variabel Penelitian

“Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2010 : 60)

Dinamakan variabel karena ada variasinya.. Untuk dapat bervariasi maka penelitian harus didasarkan pada sekelompok sumber data atau obyek yang bervariasi.

Variabel dalam penelitian terdiri dari :

1. Variabel bebas (independen), merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).

2. Variabel terikat (dependen), yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Efektivitas penerapan model pembelajaran kontekstual menggambarkan variabel tunggal. Penerapan konsep variabel tunggal yaitu hanya ada variabel bebas tanpa adanya variabel terikat atau akibat. Variabel tunggal dalam penelitian ini adalah efektifitas model pembelajaran Kontekstual.

2. Prosedur Penelitian

Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka disusun paradigma penelitian. Paradigma penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:


(20)

Gambar 3.1 Alur Penelitian C. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara untuk memperoleh atau memecahkan permasalahan yang dihadapi. Metode penelitian merupakan bagian yang terpenting dalam suatu penelitian. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2008: 2).

Dalam Penelitian ini desain yang akan digunakan adalah desain eksperimen. Desain penelitian eksperimen dapat diartikan sebagain metode

Identifikasi Masalah

Studi Literatur

Perumusan Masalah

Pelaksanaan Penelitian

Penyusunan Instrumen Penelitian

Judgement

Kelas Sampel

Pembelajaran Model Kontekstual

Post Test Angket

Analisis Data


(21)

23

penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali. (Sugiyono, 2011 : 107)

Ada beberapa bentuk desain eksperimen yang dapat digunakan, yaitu : Pre-Experimental Design, True Experimental Design, Factorial Design, dan Quasi Experimental Design.

Gambar 3.2

Macam – macam Desain Eksperimen

Yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode One-Shot Case Study dimana terdapat suatu kelompok yang diberi treatment/perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya (Sugiyono, 2013 : 110). Metode Pre – Experimental Design dengan desain penelitian One-Shot Case Study dipilih karena disesuaikan dengan waktu penelitian yang terbatas dikarenakan mendekati waktu libur sekolah.

Macam – Macam Design Eksperimen

Pre- Experimental

One-Shot Studi

One Group Pretest-Posttest

Intec- Group Comparison

True Experimental

Posttest Only Control Design

Pretest-Control Group Design Factorial

Experimental

Quasi Experimental

Time-Series Design Nonequivalent

Control Group Design


(22)

D. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini dikaji satu variabel, yaitu X . Untuk lebih memahami pengertian dan menghindari kesalahan penafsiran, maka dijelaskan beberapa istilah sehingga diharapkan ada kesamaan landasan pemikiran dalam isi penelitian ini antara peneliti/penulis dan pembaca.

1. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual

Efektivitas penerapan Model Pembelajaran Kontekstual dapat diartikan sebagai jangkauan keberhasilan dari penggunaan sebuah model pembelajaran yang dinamakan kontekstual.

Efektivitas berasal dari kata dasar “efek”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) “efek” adalah akibat; pengaruh; pesan yang timbul pada pikiran penonton, pendengar, pembaca, dan sebagainya (sesudah mendengar atau melihat sesuatu). Sedangkan “efektif” adalah ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya); manjur atau mujarab (untuk obat); dapat membawa hasil; berhasil guna (untuk usaha, tindakan); hal mulai berlakunya (untuk undang – undang, peraturan). Sehingga dapat disimpulkan efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan dari suatu tidakan.

Dalam variabel ini aspek yang di pakai mengenai penerapan model pembelajaran kontekstual.

2. Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual

Menurut Mansur Muslich (2007:41), pengertian pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari – hari .

Maka, penerapan model pembelajaran kontekstual dapat diartikan penggunaan atau pengaplikasian model pembelajaran kontekstual terhadap proses pembelajaran. Meskipun model pembelajaran kontekstual bukan satu – satunya model pembelajaran yang cukup baru, tetapi penulis ingin meneliti kefektifan model pembelajaran ini terhadap objek yang akan diteliti nantinya.


(23)

25

3. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa dalam penelitian ini adalah keberhasilan yang dicapai dalam tujuan yang telah ditetapkan pada sebuah mata pelajaran. Hasil belajar dapat dilihat dari respon siswa pada proses pembelajaran kontekstual dan pencapaian nilai dari sebuah pekerjaan yang diselesaiakan.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah. (Arikunto, 1997:136). Dalam penelitian data yang diperoleh harus sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu, alat pengumpul data harus cocok agar data yang diperoleh sesuai dengan kebutuhan penelitian dalam pengumpulan data.

Karena instrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrument harus mempunyai skala. Sugiyono (2013: 133) mengemukakan skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.

Dalam penelitian ini dipakai dua jenis instrumen, instrumen tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Lembar Angket b. Post Test

Instrumen yang dibuat dalam penelitian ini adalah angket. Tujuan penyebaran angket adalah untuk mencari informasi data yang lengkap mengenai respon siswa. Suharsimi Arikunto (2010:268) telah menjelaskan tentang langkah-langkah dalam menyusun angket, sebagai berikut:

1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner.

2. Mengidentifikasi variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner. 3. Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-variable yang lebih spesifik


(24)

4. Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk menentukan teknik analisisnya.

Angket yang digunakan untuk mengukur respon siswa. Dengan bobot nilai atau skor pada setiap angket adalah sebagai berikut:

Sangat setuju = 4

Setuju = 3

Tidak setuju = 2 Sangat tidak setuju = 1

Instrumen ini menggunakan skala Likert dengan empat jawaban; Sangat Setuju (SS), Setuju (ST), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).

Untuk Job Sheet digunakan dengan memberikan soal menggambar yang di dalamnya mencakup beberapa indikator yang telah disesuaikan dengan komptensi yang ditetapkan disekolah.

1. Kisi – Kisi Instrumen Penelitian

Peneliti perlu menyusun sebuah rancangan penyusunan instrumen yang dikenal dengan istilah “kisi-kisi”. Kisi-kisi instrumen merupakan rancangan yang berupa suatu daftar yang berbentuk matriks, didalamnya terdapat komponen-komponen yang disiapkan untuk menyusun instrumen. Kisi-kisi penelitian merupakan bagian dari instrumen.

Arikunto (2010 : 205) mengemukakan bahwa :

Kisi-kisi adalah sebuah tabel yang menunjukan hubungan antara hal-hal yang disebutkan dalam baris dengan hal-hal yang disebutkan dalam kolom. Kisi-kisi penyusunan instrumen menunjukan kaitan antara variabel yang diteliti dengan sumber data dari mana data akan diambil, metode yang digunakan dan instrumen yang disusun.

Manfaat dari kisi-kisi seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2010: 205) adalah sebagai berikut:

a. Peneliti memiliki gambaran yang jelas dan lengkap tentang jenis instrumen dan isi dari butir-butir yang akan disusun,

b. Peneliti akan mendapatkan kemudahan dalam menyusun instrumen karena kisi-kisi ini berfungsi sebagai pedoman dalam menuliskan butir-butir,


(25)

27

c. Instrumen yang disusun akan lengkap dan sistematis karena ketika menyusun kisi-kisi ini belum dituntut untuk memikirkan rumusan butir-butirnya,

d. Kisi-kisi berfungsi sebagai “peta perjalanan” dari aspek yang akan dikumpulkan datanya, dari mana data diambil, dan dengan apa pula data tersebut diambil,

e. Dengan adanya kisi-kisi yang mantap, peneliti dapat menyerahkan tugas menyusun atau membagi tugas dengan anggota tim ketika menyusun instrumen,

f. Validitas dan reliabilitas instrumen dapat diperoleh dan diketahui oleh pihak-pihak di luar tim peneliti sehingga pertanggungjawaban peneliti lebih terjamin.


(26)

(27)

29

F. Pengujian Instrumen Penelitian 1. Pengujian Instrumen Angket

 Validitas Instrumen Angket

Menurut Arikunto (2010:211) bahwa “Validitas adalah ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen”. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi.

Dapat diambil kesimpulan bahwa validitas Instrumen adalah ketepatan dari suatu instrumen penelitian atau alat pengukur terhadap konsep yang akan di ukur sehingga mempunyai kevalidan yang baik.

Berdasarkan teori diatas, penulis mengadakan pengujian validitas dengan cara analisis butir soal. Maka persamaan di bawah ini yang digunakan untuk menghitung korelasinya.

(Arikunto, 2010 : 213) Keterangan :

rXY = Koefisien korelasi

∑XY = Jumlah perkalian antara skor suatu butir dengan skor normal

∑x = Jumlah skor total dari seluruh responden dalam menjawab 1 soal

....yang diperiksa validitasnya

∑Y = Jumlah total seluruh responden dalam menjawab seluruh soal

....pada instrument tersebut N = Jumlah responden uji coba

Pengujian validitas dikenakan pada tiap-tiap item kemudian hasil perhitungan dikonsultasikan dengan table harga kritik product moment pada taraf kepercayaan 95%. Kriteria pengujian validitas adalah jika rhitung > r tabel serta


(28)

jika sebaliknya maka dilakukan uji t, setelah harga rxy diperoleh kemudian

disubstitusikan ke dalam rumus uji t, dengan rumus berikut :

Keterangan :

t = Uji signifikan korelasi

r = Koefisien korelasi

N = Jumlah responden uji coba.

Instrumen dinyatakan valid apabila thitung > ttabel dengan tingkat signifikansi

0,05.

Unruk mencari dengan menggunakan uji taraf signifikansi untuk untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk= n-2).

Sedangkan untuk membuat keputusan dengan membandingkan thitung

dengan ttabel

thitung > ttabel = item soal dinyatakan valid

thitung < ttabel = item soal dinyatakan tidak valid

a. Hasil Uji Validitas Instrumen Angket

Jumlah item pertanyaan pada instrumen penelitian ini adalah 21 item pertanyaan untuk Variabel X1 ( Respon Siswa). Berdasarkan hasil perhitungan uji

coba validitas angket variabel X1 respon siswa yang berjumlah 21 soal pada

angket uji coba dilakukan kepada 15 orang responden, diperoleh masing-masing item soal pada variabel X1 bahwa semuanya valid. Jika diketahui terdapat item

soal yang tidak valid, penulis tidak menggunakan lagi soal yang tidak valid tersebut atau membuang soal-soal yang tidak valid.

Dari hasil perhitungan ditentukan bahwa jika harga thitung ≥ ttabel dengan

taraf kepercayaan 95% dan dk= n-2 sesuai dengan standar penelitian pendidikan, maka diperoleh derajat kebebasan (dk) = 15 - 2 = 13 didapat ttabel = 1,771, maka


(29)

31

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Angket

No. Item soal

Valid (V) / Tidak valid (Tv)

1 Valid

2 TV

3 Valid

4 Valid

5 Valid

6 Valid

7 Valid

8 Valid

9 Valid

10 Valid

11 Valid

12 Valid

13 Valid

14 Valid

15 Valid

16 Valid

17 Valid

18 Valid

19 Valid

20 Valid


(30)

Untuk pengujian instrumen penelitian selanjutnya, item yang tidak valid, tidak diikutsertakan, karena masing-masing indikator sudah terwakili, sehingga untuk penelitian selanjutnya digunakan 20 pertanyaan untuk variabel X1, pada

sampel penelitian sebanyak 24 responden.

 Reliabilitas Instrumen Angket

Reliabilitas menunjuk pada suatu instrumen yang dapat dipercaya untuk digunakan sebagai pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2010:221)

Untuk mengetahui tingkat relialibilitas item, maka digunakan rumus alpha (r11), yaitu dengan menghitung varians setiap butir terlebih dahulu. Adapun

langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut :

1. Mencari harga varians tiap butir angket dengan rumus :

(Arikunto, 2006 : 184)

Keterangan :

= Harga varians total

∑ = Jumlah kuadrat jawaban responden dari setiap item (∑X)2

= Jumlah skor seluruh responden dari setiap item N = Jumlah responden

2. Mencari harga keseluruhan dari varians butir ( ∑αb2) yaitu dengan menjumlahkan varians dari setiap butirnya (αn2).

3. Mencari harga keseluruhan varians total dengan rumus :

(Arikunto, 2006 : 184)

Keterangan :

= Harga varians total ∑ = Jumlah kuadrat skor total (∑Y)2

= Jumlah kuadrat dari skor total N = Jumlah responden


(31)

33

4. Menghitung koefisien realibilitas dengan rumus Alpha :

[ ] [ ] (Arikunto, 2006 : 196)

Keterangan :

rII = Reliabilitas angket

k = Banyak item / butir angket = Jumlah Varian item = Harga varians total

Hasil perhitungan koefisien seluruh item yang dinyatakan dengan rII

tersebut dibandingkan dengan derajat reliabilitas evaluasi dengan tolak ukur tarafkepercayaan 95%. Dengan kriteria rhitung > rtabel sebagai pedoman untuk

penafsirannya adalah :

Tabel 3.5 Klasifikasi Reliabilitas Koefisien Korelasi (r11) Penafsiran

0,00 – 0,20 Sangat Rendah 0,21 – 0,40 Rendah 0,41 – 0,60 Sedang 0,61 – 0,80 Kuat 0,81 – 1,00 Sangat Kuat (Arikunto, 2010:319)

 Hasil Uji Reliabilitas Angket

Uji reliabilitas instrumen penelitian ini menggunakan rumus alpha. Dengan harga r11 > rtabel, maka instrumen tersebut reliabel dan dapat digunakan

untuk penelitian selanjutnya, sebaliknya jika r11 < rtabel maka instrumen tersebut

tidak reliabel. Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada instrumen uji coba untuk variabel X1 didapat r11= 0,938 > rtabel (0,553) berada pada indek 0,80-1,00. Maka

uji pada reliabilitas ini termasuk dalam kategori derajat kepercayaan sangat kuat. Artinya instrumen penelitian pada kedua variabel memiliki tingkat kepercayaan


(32)

yang sangat kuat untuk memperoleh data dari responden. Perhitungan hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada lampiran.

2. Pengujian Instrumen Tes

 Validitas dan Reabilitas Instrumen Tes

Pengujian validitas instrumen soal dilakukan dengan expert judgement oleh orang ahli. Maksudnya adalah setelah instrumen dikonstruksi berdasarkan fakta-fakta yang ada, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Setelah pengujian konstruksi dari ahli, maka dilanjutkan dengan uji coba instrumen dengan analisis item. Untuk validitas dan reabilitas isi dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang diajarkan (indikator).

Dalam hal ini peneliti berkonsultasi dengan guru mata pelajaran Kompetensi Kejuruan (KK) SMK Negeri 1 Majalengka. Tabel konsultasi disajikan pada lampiran.

G. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Arikunto (2006:223), untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang diteliti, digunakan tes. Mengacu pada teori tersebut, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes. Hal ini dilakukan karena kemampuan objek yang diukur pada penelitian ini adalah belajar siswa pada kompetensi menggambar tampak. Tes ini terdiri dari Post-test (tes akhir), yaitu tes yang dilakukan setelah proses belajar pembelajaran (perlakuan) diberikan. Tes ini diberikan untuk mengukur pengetahuan dan penguasaan sampel setelah mendapatkan perlakuan.

Sedangkan untuk mengetahui sebarapa besar respon siswa, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menyebar angket setelah dilakukan proses pembelajaran.


(33)

35

H. Teknik Pengolahan Data 1. Pengolahan Data Angket

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam proses pengumpulan data yaitu sebagai berikut :

a. Merumuskan variabel dan aspek-spek yang diukur, seperti tercantum dalam kisi-kisi angket penelitian.

b. Membuat item-item pernyataan berdasarkan kisi-kisi angket penelitian untuk masing-masing variabel.

c. Menyusun daftar alat ukur. Bobot nilai atau skor pada setiap angket adalah sebagai berikut :

 Untuk pertanyaan positif, Sangat setuju = 4

Setuju = 3

Tidak setuju = 2 Sangat tidak setuju = 1

 Untuk pertanyaan negatif, Sangat setuju = 1

Setuju = 2

Tidak setuju = 3 Sangat tidak setuju = 4

d. Jawaban yang telah dikelompokkan tersebut dihitung persentasenya dengan rumus;

n f

P

Dimana :

P = Persentase jawaban f = Frekuensi jawaban n = Banyaknya responden


(34)

Data yang telah dianalisis selanjutnya dirata-ratakan dan ditafsirkan dengan kriteria sebagai berikut :

81% - 100% : sangat baik 61% - 80% : baik 41% - 60% : cukup baik 21% - 40% : kurang baik 0% - 20% : tidak baik

(Riduwan 2011:89) 2. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kondisi data apakah berdistribusi normal atau tidak. Jika data berdistribusi normal maka digunakan statistik parametrik dan jika tidak maka digunakan statistik non parametrik. Untuk itu sampel yang diperoleh harus diuji coba normalitasnya.

Sebelum melakukan perhitungan untuk menguji normalitas dengan rumus Chi-Kuadrat ( , terlebih dahulu ditempuh langkah – langkah pendistribusian data sebagai berikut:

a. Mencari skor terbesar dan terkecil;

b. Mencari nilai rentangan ( R ) : R = Skor terbesar – Skor terkecil; b. Mencari banyaknya kelas ( BK );

BK = 1 + 3,3 Log n ( Rumus Sturgess ) (Sudjana, 2005: 47) c. Menentukan panjang kelas interval (KI) dengan rumus ;

BK R

Kl i (Sudjana, 2005: 47)

membuat tabel distribusi frekuensi;

d. menghitung mean ( rata-rata ) dengan rumus:

n fX x 

(Sudjana, 2005: 70)

e. menghitung simpangan baku ( S ) dengan rumus:

) 1 .( ) ( . 2      n n fX fX n s


(35)

37

        fh fh fi 2 2 

f. Untuk uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas dengan rumus Chi-Kuadrat. Adapun rumus Chi-Kuadrat yang digunakan dalam pengujian normalitas distribusi adalah :

1) Mencari chi-kuadrat hitung ( χ2 hitung )

(Riduwan, 2011: 124) Langkah – langkah yang ditempuh untuk melakukan perhitungan dengan rumus tersebut adalah sebagai berikut.

 Membuat tabel distribusi frekuensi untuk mencari harga – harga yang digunakan dalam menghitung rata – rata dan simpangan baku.

 Mencari batas bawah skor kiri interval dan batas skor kanan interval

 Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri kelas interval pertama dikurangi 0,5 dan kemudian angka skor-skor kanan kelas interval ditambah 0,5.

 Mencari angka standar Z sebagai batas kelas interval, dengan rumus

SD X BK

Z  (Sudjana, 2002: 99)

Keterangan :

BK = skor bats kelas distribusi X = rata-rata kelas distribusi SD = Simpangan baku

 Mencari luas kelas tiap 0 (nol) dengan Z (0-Z) dari tabel luas di bawah lengkungan normal standar dari 0 ke Z

 Mencari luas kelas interval dengan cara mengurangi nilai Z tabel pada setiap interval bila tanda Z hitung bertanda sejenis dan menambahkan pada tabel jika setiap interval bertanda tidak sejenis.

 Mencari frekuensi yang diharapkan (Fe) dengan menggunakan rumus sebagai berikut.


(36)

n L

Fe .

Keterangan :

Fe = Frekuensi yang diharapkan L = Luas interval

n = Banyaknya responden

 Mencari frekuensi pengamatan (Fi) yang merupakan frekuensi (fi) setiap kelas interval.

 Mencari harga X2 dengan memasukkan harga – harga diatas kedalam rumus Chi Kuadrat.

 Membandingkan χ2

hitungdan χ2 tabel dengan derajat kebebasan ( dk ) =

k-1 pada tingkat kepercayaan 95 % untuk melihat taraf signifikansi, dengan kriteria penerimaan hipotesis adalah χ2

hitung≤ χ2 tabel, artinya

data berdistribusi normal.

a. Hasil Uji Normalitas Variabel X1

Hasil perhitungan pada uji normalitas dengan menggunakan rumus Chi-Kuadrat pada variabel X1 didapat harga Chi-Kuadrat (2) = 1,3436. Nilai

Chi-Kuadrat (2) yang didapat dikonsultasikan pada tabel dengan dk = k -1 = 6 -1 = 5. Dari tabel distribusi 2 diperoleh 2(95%)(5) = 11,07.

Tabel 3.6 NormalitasRespon Siswa

Dari hasil perhitungan harga Chi-Kuadrat hasil perhitungan lebih kecil dari harga Chi-Kuadrat tabel (2 hitung (1,3436) < 2 tabel (11,07), maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data Respon Siswa (variabel X1) berdistribusi


(37)

39

normal pada tingkat kepercayaan 95% dengan derajat kebebasan (dk) = k - 1 = 5. Penyebaran skor variabel X1 berdistribusi normal dapat dilihat pada gambar

berikut ini.

Gambar 3.3 Grafik Penyebaran Skor Variabel X1

Sebaran skor hasil pengumpulan data dari instrumen variabel respon siswa disajikan dalam tabel distribusi frekuensi berikut ini :

Tabel 3.7 Distribusi Frekuensi Respon Siswa

0 1 2 3 4 5 6 7 8

53-57 58-62 63-67 68-72 73-77 78-82

Normalitas Respon Siswa

Sebaran Data Penelitan Sebaran Data Ideal


(38)

Tabel 3.8 Komulatif Frekuensi Respon Siswa

No. Nilai f(%) Kumulatif Frekuensi Relatif (%)

1. 50 - 54 13% 13%

2. 55 - 59 29% 42%

3. 60 - 64 25% 67%

4. 65 - 69 17% 83%

5. 70 - 74 13% 96%

6. 75 - 79 4% 100%

Jumlah 100%

Dari tabel data frekuensi respon siswa diatas diperoleh skor tertinggi 80 dan skor terendah 53. Jadi rentang skor antara 77 – 50 = 27, nilai rerata = 62 median = 62, modus = 63, dan simpangan baku = 6,92.

Frekuensi kumulatif menunjukkan bahwa 67% reponden memperoleh skor yang sama atau lebih rendah dari nilai tengah. Sedangkan frekuensi terbanyak ada pada interval 55 – 59 berjumlah 29%. Hal ini berarti sekitar 33% dengan kategori tinggi.

Untuk mengetahui sebaran skor respon siswa, maka disajikan grafik dibawah ini.

Gambar 3.4 Diagram Frekuensi Relatif Respon Siswa

13% 29% 25% 17% 13% 4% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35%

1 2 3 4 5 6


(39)

41

b. Hasil Uji Normalitas Variabel X2 (Tes)  Hasil Uji Normalitas Kelompok Sampel

Hasil perhitungan pada uji normalitas dengan menggunakan rumus Chi-Kuadrat pada variabel X2 kelompok sampel didapat harga Chi-Kuadrat (2) =

3,263. Selanjutnya dibandingkan ke dalam nilai Chi-Kuadrat (2) yang didapat dikonsultasikan pada tabel dengan dk = k -1 = 6 -1 = 5. Dari tabel distribusi 2 diperoleh 2(95%)(5) = 11,07.

Tabel 3.9 Uji Normalitas Hasil Belajar

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data Respon Siswa (variabel X2) untuk kelompok sampel berdistribusi normal pada tingkat

kepercayaan 95% dengan derajat kebebasan (dk) = k - 1 = 5. Penyebaran skor berdistribusi normal dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 3.5 Grafik Penyebaran Skor Variabel X2 No. Kelas

Interval f

Nilai Tengah

(Xi) Xi^2 f.Xi f.Xi^2 Batas Kelas Z Luas 0-Z Luas Tiap

Kelas Interval fe f - fe

69,5 -2,24 0,4875

1. 70,00 - 73,00 2 71,5 5112,25 143 10224,5 0,0481 1,1544 0,8456 0,619403

73,5 -1,55 0,4394

2. 74,00 - 77,00 3 75,5 5700,25 226,5 17100,75 0,1342 3,2208 -0,2208 0,015137

77,5 -0,86 0,3052

3. 78,00 - 81,00 4 79,5 6320,25 318 25281 0,2377 5,7048 -1,7048 0,509456

81,5 -0,17 0,0675

4. 82,00 - 85,00 8 83,5 6972,25 668 55778 0,2660 6,384 1,616 0,409063

85,5 0,52 0,1985

5. 86,00 - 89,00 4 87,5 7656,25 350 30625 0,1884 4,5216 -0,5216 0,06017

89,5 1,21 0,3869

6. 90,00 - 93,00 3 91,5 8372,25 274,5 25116,75 0,0837 2,0088 0,9912 0,489087

93,5 1,89 0,4706

JUMLAH 24 1980 164126 2,102316

Normal

0 5 10

75-77 78-80 81-83 84-86 87-89 90-95

Normalitas Hasil Belajar Siswa

Sebaran Data Penelitian


(40)

Sebarak skor hasil pengumpulan data dari instrumen variabel hasil belajar siswa disajikan dalam tabel distribusi frekuensi berikut :

Tabel 3.10 Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar Siswa

Tabel 3.11 Kumulatif Frekuensi Relatif Hasil Belajar

Berdasarkan data hasil belajar siswa yang diambil dari hasil uji Post-Test, diperoleh skor tertinggi = 92, skor terendah 70. Jadi rentang skor antara 92 – 70 = 23, nilai rerata = 82.5, median = 80.5, modus = 80, dan simpangan baku = 5,8

Frekuensi kumulatif menunjukan bahwa 38% responden memperoleh skor yang sama atau lebih rendah dari nilai tengah. Sedangkan frekuensi terbanyak ada pada interval 82 – 85 berjumlah 33%.

No. fi xi fi . xi

1. 70 - 73 2 71,5 143,0 -11,00 121,00 242,00

2. 74 - 77 3 75,5 226,5 -7,00 49,00 147,00

3. 78 - 81 4 79,5 318,0 -3,00 9,00 36,00

4. 82 - 85 8 83,5 668,0 1,00 1,00 8,00

5. 86 - 89 4 87,5 350,0 5,00 25,00 100,00

6. 90 - 93 3 91,5 274,5 9,00 81,00 243,00

24 1980,0 776,00

82,50

Nilai

JUMLAH

(xix)

2

(xix) fi(xix)2

1. 70 73 8%

2. 74 77 13%

3. 78 81 17%

4. 82 85 33%

5. 86 89 17%

6. 90 93 13%

100% f(%) 71% Jumlah Kumulatif Frekuensi 8% 21% 38% Nilai No. Relatif (%) 88% 100%


(41)

43

Hal ini berarti bahwa lebih dari setengahnya (62%) dengan kategori yang tinggi.

Berikut disajikan grafik sebaran nilai hasil belajar siswa.

Gambar 3.6 Diagram Frekuensi Relatif Hasil Belajar Siswa

8%

13%

17%

33%

17%

13%

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35%

1 2 3 4 5 6


(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan adalah jawaban dari masalah penelitian yang dikemukakan.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada penelitian “Efektivitas

Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Pada Pembelajaran Kompetensi

Kejuruan di SMK Negeri 1 Majalengka”, dapat diambil kesimpulkan sebagai

berikut:

1. Respon siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual menunjukkan respon positif dengan kriteria baik. Hal ini berdasarkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

2. Penerapan model pembelajaran Kontekstual telah dilaksanakan sesuai dengan prinsip – prinsip yang terdapat dalam teori pembelajaran kontekstual. Hasil dari proses pembelajaran kontekstual dinyatakan efektif karena telah memenuhi kriteria efektivitas.

B. Saran

Sebagai suatu pertimbangan dalam penerapan pembelajaran kontekstual, maka dikemukakan beberapa saran berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Beberapa saran yang dikemukakan adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian, masih terdapat indikator yang masih perlu ditingkatkan, yaitu pada penyelidikan autentik dan menghasilkan dan mepresentasikan suatu produk atau karya sebesar (73%). Mengingat indikator tersebut berhubungan dengan keaktifan siswa yang merupakan dari bagian pembelajaran kontekstual dengan strategi pembelajaran berbasis masalah, maka disarankan :

a. Bagi guru, model pembelajaran kontekstual akan lebih kreatif mendorong peserta didik lebih mandiri. Maka guru hendaknya dapat mengkondisikan siswa agar dapat secara mandiri mengidentifikasi masalah, membuat perkiraan penyelesaian dan menuntaskannya. Selain itu guru juga diharapkan mampu memancing siswa mengemukakan


(43)

59

pengetahuannya tentang materi pembelajaran tentang menggambar tampak.

Guru harus dapat dengan tegas mengkondisikan siswanya ketika melakukan proses pembelajaran di luar kelas. Dalam pembelajran menggambar tampak ini, guru harus dapat membimbing dengan baik ketika melihat bentuk tampak bangunan dari luar kelas.

b. Bagi siswa, hendaknya mulai mencari secara mandiri atas penyelesaian tugas belajar dan melatih keberanian mengemukakan pengetahuan yang dimiliki untuk dibagi ke teman – teman sekelas. Siswa yang kurang paham tentang materi juga hendaknya berani bertanya aktif.

Siswa juga harus dapat mengkondisikan diri ketika proses pembelajaran kontekstual berlokasi di luar kelas. Hal ini perlu diperhatikan agar proses pembelajaran kontekstual lebih efektif

2. Berdasarkan hasil belajar yang telah diperoleh dari penelitian ini masih perlu diperbaiki agar nilai rata – rata yang tadinya berada di kriteria baik menjadi sangat baik. Untuk itu perlu disampaikan pada:

a. Guru, hendaknya lebih mengeksplor kemampuan siswa agar lebih paham mengenai materi yang disampaikan dan menjawab pertanyaan siswa dengan sejelas mungkin sehingga siswa paham betul jawaban dari pertanyaan yang diajukan.

b. Siswa, diharapkan lebih dapat berkonsultasi dengan guru dan teman sekelas jika ada kekurangpahaman dalam menggambar tampak ini. Dan siswa yang sudah mengerti diharapkan aktif membantu teman – temannya yang masih belum paham.

3. Bagi calon peneliti selanjutnya yang berminat mengkaji tentang model pembelajaran kontekstual diharapkan mampu menguasai dan mengaplikasikan teori pembelajaran kontekstual lebih variatif dalam penelitiannya. Agar diperoleh hasil penelitian komprehensif sebaiknya digunakan pokok bahasan lain dan sampel penelitian yang berbeda.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. (1995). Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa

Arikunto, Suharismi. (1997). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, Suharismi. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, Suharismi. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indoesial. Jakarta: Balai Pustaka

Havivianto, Blasius (2012). Penerapan Model Kontekstual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Menggambar Kontruksi Langit-langit.Skripsi mahasiswa pada FPTK UPI Bandung : tidak diterbitkan

Komalasari, Kokom. (2011).Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi Bandung: Refika Aditama.

Mulyanto. (2012). Penerapan model cooperative Learning Tipe STAD pada Standar Kompetensi mengidentifikasi hama dan penyakit Ikan Kelas XI API di SMKN 1 Karangtengah. Skripsi mahasiswa pada FPTK UPI Bandung : tidak diterbitkan

Muslich, Masnur. (2007). KTSP pembelajaran berbasis kompetensi dan kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara

Rusman. (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: Alafabeta

Runi. (2005). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Mata Pelajaran Sains Konsep Pencemaran Lingkungan di Kelas VII SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning).Tesis pada PPS UPI Bandung : tidak diterbitkan

Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group

Sanjaya, Wina. (2010). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group


(45)

Siregar, S. (2004). Statistik Terapan untuk Penelitian. Jakarta: PT. Grasindo Sudjana. (2002). MetodaStatistika. Bandung : Tarsito

Sudjana. (2004). MetodaStatistika. Bandung : Tarsito Sudjana. (2005). MetodaStatistika. Bandung : Tarsito

Sugandi, A, dkk. (2004). Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung : Alfabeta

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

Syah, Muhibbin. (2010). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya

Warsita, Bambang. (2008). Teknologi Pembelajaran. Landasan & Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: UPI


(46)

Ali dalam Pramuji 2009 Siregar

Munadi dalam Rusman 2012

Arikunto 1997 (skripsi budak mesin) Sugiyono 2013

Sugiyono 2008

Sugiyono 2 Harry Firman 1987, Mulyanto Sugono : 2008 KBBI


(1)

43

Hal ini berarti bahwa lebih dari setengahnya (62%) dengan kategori yang tinggi.

Berikut disajikan grafik sebaran nilai hasil belajar siswa.

Gambar 3.6 Diagram Frekuensi Relatif Hasil Belajar Siswa 8%

13%

17%

33%

17%

13%

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35%

1 2 3 4 5 6


(2)

58

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan adalah jawaban dari masalah penelitian yang dikemukakan.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada penelitian “Efektivitas

Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Pada Pembelajaran Kompetensi

Kejuruan di SMK Negeri 1 Majalengka”, dapat diambil kesimpulkan sebagai

berikut:

1. Respon siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual menunjukkan respon positif dengan kriteria baik. Hal ini berdasarkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

2. Penerapan model pembelajaran Kontekstual telah dilaksanakan sesuai dengan prinsip – prinsip yang terdapat dalam teori pembelajaran kontekstual. Hasil dari proses pembelajaran kontekstual dinyatakan efektif karena telah memenuhi kriteria efektivitas.

B. Saran

Sebagai suatu pertimbangan dalam penerapan pembelajaran kontekstual, maka dikemukakan beberapa saran berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Beberapa saran yang dikemukakan adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian, masih terdapat indikator yang masih perlu ditingkatkan, yaitu pada penyelidikan autentik dan menghasilkan dan mepresentasikan suatu produk atau karya sebesar (73%). Mengingat indikator tersebut berhubungan dengan keaktifan siswa yang merupakan dari bagian pembelajaran kontekstual dengan strategi pembelajaran berbasis masalah, maka disarankan :

a. Bagi guru, model pembelajaran kontekstual akan lebih kreatif mendorong peserta didik lebih mandiri. Maka guru hendaknya dapat mengkondisikan siswa agar dapat secara mandiri mengidentifikasi masalah, membuat perkiraan penyelesaian dan menuntaskannya. Selain itu guru juga diharapkan mampu memancing siswa mengemukakan


(3)

59

pengetahuannya tentang materi pembelajaran tentang menggambar tampak.

Guru harus dapat dengan tegas mengkondisikan siswanya ketika melakukan proses pembelajaran di luar kelas. Dalam pembelajran menggambar tampak ini, guru harus dapat membimbing dengan baik ketika melihat bentuk tampak bangunan dari luar kelas.

b. Bagi siswa, hendaknya mulai mencari secara mandiri atas penyelesaian tugas belajar dan melatih keberanian mengemukakan pengetahuan yang dimiliki untuk dibagi ke teman – teman sekelas. Siswa yang kurang paham tentang materi juga hendaknya berani bertanya aktif.

Siswa juga harus dapat mengkondisikan diri ketika proses pembelajaran kontekstual berlokasi di luar kelas. Hal ini perlu diperhatikan agar proses pembelajaran kontekstual lebih efektif

2. Berdasarkan hasil belajar yang telah diperoleh dari penelitian ini masih perlu diperbaiki agar nilai rata – rata yang tadinya berada di kriteria baik menjadi sangat baik. Untuk itu perlu disampaikan pada:

a. Guru, hendaknya lebih mengeksplor kemampuan siswa agar lebih paham mengenai materi yang disampaikan dan menjawab pertanyaan siswa dengan sejelas mungkin sehingga siswa paham betul jawaban dari pertanyaan yang diajukan.

b. Siswa, diharapkan lebih dapat berkonsultasi dengan guru dan teman sekelas jika ada kekurangpahaman dalam menggambar tampak ini. Dan siswa yang sudah mengerti diharapkan aktif membantu teman – temannya yang masih belum paham.

3. Bagi calon peneliti selanjutnya yang berminat mengkaji tentang model pembelajaran kontekstual diharapkan mampu menguasai dan mengaplikasikan teori pembelajaran kontekstual lebih variatif dalam penelitiannya. Agar diperoleh hasil penelitian komprehensif sebaiknya digunakan pokok bahasan lain dan sampel penelitian yang berbeda.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. (1995). Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa

Arikunto, Suharismi. (1997). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, Suharismi. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, Suharismi. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indoesial.

Jakarta: Balai Pustaka

Havivianto, Blasius (2012). Penerapan Model Kontekstual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata

Pelajaran Menggambar Kontruksi Langit-langit.Skripsi mahasiswa pada

FPTK UPI Bandung : tidak diterbitkan

Komalasari, Kokom. (2011).Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi

Bandung: Refika Aditama.

Mulyanto. (2012). Penerapan model cooperative Learning Tipe STAD pada Standar Kompetensi mengidentifikasi hama dan penyakit Ikan Kelas XI

API di SMKN 1 Karangtengah. Skripsi mahasiswa pada FPTK UPI

Bandung : tidak diterbitkan

Muslich, Masnur. (2007). KTSP pembelajaran berbasis kompetensi dan

kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara

Rusman. (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan

Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: Alafabeta

Runi. (2005). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Mata Pelajaran Sains Konsep Pencemaran Lingkungan di Kelas VII SMP

Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning).Tesis

pada PPS UPI Bandung : tidak diterbitkan

Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group

Sanjaya, Wina. (2010). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana PrenadaMedia Group


(5)

Siregar, S. (2004). Statistik Terapan untuk Penelitian. Jakarta: PT. Grasindo Sudjana. (2002). MetodaStatistika. Bandung : Tarsito

Sudjana. (2004). MetodaStatistika. Bandung : Tarsito Sudjana. (2005). MetodaStatistika. Bandung : Tarsito

Sugandi, A, dkk. (2004). Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung : Alfabeta

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

Syah, Muhibbin. (2010). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya

Warsita, Bambang. (2008). Teknologi Pembelajaran. Landasan & Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: UPI


(6)

Ali dalam Pramuji 2009 Siregar

Munadi dalam Rusman 2012

Arikunto 1997 (skripsi budak mesin) Sugiyono 2013

Sugiyono 2008

Sugiyono 2 Harry Firman 1987, Mulyanto Sugono : 2008 KBBI