PERMINTAANAKANTAMAN KANAK-KANAK DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PERENCANAAN PEMERATAAN KESEMPATAN UNTUK MEMPEROLEH PENDIDIKAN DI TAMAN KANAK-KANAK: Studi Deskriptif Keadaan Tahun 1987/19S8 -1991/1992 dan Analisis Kebutuhan Untuk Tahun 1992 /1993 -1996/1997.

PERMINTAAN AKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP PERENCANAAN
PEMERATAAN KESEMPATAN UNTUK
MEMPEROLEH PENDIDIKAN
DI TAMAN KANAK-KANAK

( Studi Deskriptif Keadaan Tahun 1987/19S8 -1991/1992 dan )
Analisis Kebutuhan Untuk Tahun 1992 /1993 -1996/1997

TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung
Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat
Program Pasca Sarjana
Bidang Studi Administrasi Pendidikan

Oleh:

DADANG SUHERMAN
Nomor Pokok: 8932095


PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1992

DISETUJUI DAN DISAHKAN TIM PEMBIMBING

PROF. DR. ACHMAD SANUSI, SH.

MPA.

Penbinbing I

DR. Tb. ABIN SYAMSUDDIN MAKMUN, MA.

Penbinbing II

PROGRAM PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BANDUNG
1992

Ajaklah
mereka kepada
jalan
Allah
dengan
pengetahuan
(kebijaksanaan) dan pengajaran
yang
baik,
dan
bertukar
pikiranlah dengan mereka menurut
cara
yang
sebaik-baiknya.

Sesungguhnya Tuhan engkau

lebih
tahu
siapa
yang
tersesat
jalannya,
dan Dia yang lebih
tahu dengan orang-orang
yang
menuruti jalan yang benar.
( Q. S. 16 / An Nahl : 125 )

Untuk

:

Istriku Dra.Ny. l i s Tutiningsih,
anakku

dan


Biben Fikriana

Dicky

pelabuhan
duka.

Firmana

rasa dalam

Suherman

Suherman,
suka

dan

DAFTAR


ISI

KATA PENGANTAR

±

PENGHARGAAN DAN TERIMA KASIH

v

DAFTAR ISI

x

DAFTAR TABEL

xiv

DAFTAR GAMBAR


xvii

BAB I.

PENDAHULUAN

x

A. Latar Belakang Masalah

1

1. Kaitan Pendidikan Taman Kanak-kanak De
ngan Pembangunan Kualitas Sumber Daya
Manusia Indonesia

\

2. Makna

kanak

g

Taman

Kanak-kanak

Bagi

Kanak-

3. Makna Taman Kanak-kanak Bagi Masyarakat
Kotamadya DT II Bandung

10

4. Masalah Pemerataan
Kesempatan Untuk
Memperoleh Pendidikan Di Taman Kanakkanak


24

5. Gambaran Taman Kanak-kanak Di Kotamadya
DT II Bandung Dewasa Ini

17

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

20

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

30

1. Tujuan Penelitian

30


2. Manfaat Penelitian

31

D. Paradigma Penelitian

BAB II . STUDI KEPUSTAKAAN

33

41

A. Penelusuran Tentang Taman Kanak-kanak
1. Konsep Taman Kanak-kanak Sebagai Pendi
dikan Prasekolah
x

41
41


2. Tujuan Taman Kanak-kanak
3. Program Kegiatan Belajar
nak-kanak
B.

4^
Di

Taman Ka
50

Permintaan Akan Taman Kanak-kanak

52

1. Konsep Permintaan

52

2. Faktor faktor


Utama

Yang Mempengaruhi

Permintaan Akan Taman Kanak-kanak .....

54

C. Dimensi Kependudukan Dalam Pendekatan Tuntutan Sosial (Social Demand Approach) Se
bagai Pendekatan Perencanaan Pendidikan ..

58

1. Pendekatan
Tuntutan
Sosial
(Social
Demand Approach)
Sebagai Pendekatan
Utama Dalam Perencanaan Pemerataan Ke
sempatan Untuk Memperoleh Pendidikan Di

Taman Kanak-kanak

5g

2. Dimensi Kependudukan
Pendidikan

Dalam Perencanaan

£1

3. Teknik Proyeksi Penduduk
D. Tahapan dan
Pendidikan

Informasi

65

Dalam Perencanaan
70

1. Tahapan Perencanaan Pendidikan

71

2. Informasi Dalam Perencanaan Pendidikan.

75

E. Dimensi Anak Didik Dalam Perencanaan

Pen

didikan Di Taman Kanak-kanak

1. Teknik Proyeksi
nak-kanak

Anak Didik

79

Taman Ka
go

2. Penerimaan
Anak Didik Di
Taman Kanakkanak
Yang
Berwawasan
Pemerataan Ke
sempatan
Untuk
Memperoleh
Pendidikan
Di Taman Kanak-kanak

35

F. Dimensi Guru Dalam Perencanaan Pendidikan
Di Taman Kanak-kanak

gg

Kuantitatif Dari Kebutuhan Gu
1. Dimensi
ru Taman Kanak-kanak
xi

90

2. Dimensi Kualitatif Dari Kebutuhan Gu
ru Taman Kanak-kanak

9,7

G. Dimensi Prasarana Pendidikan Dalam Peren
canaan Pendidikan Di taman kanak-kanak... 105
1. Dimensi Kuantitatif Dari
Kebutuhan
Prasarana Pendidikan Taman Kanak-kanak 105

2. Dimensi Kualitatif Dari Kebutuhan Pra
sarana Pendidikan Taman Kanak-kanak ..

Ill

H. Ikhtisar Studi Kepustakaan dan Kaitannya Dengan Masalah Penelitian
117

BAB III. Metode Penelitian

121

A. Pendekatan Terhadap Masalah
1. Studi Deskriptif-Analitik

121

2. Studi Kasus-Kualitatif

124

B. Subyek Penelitian

BAB IV.

121

125

1. Populasi dan Sampel Penelitian

126

2. Sumber Data Penelitian

126

C. Teknik Pengumpulan Data

132

D. Langkah-langkah Penelitian

135

1. Persiapan

135

2. Orientasi

137

3. Pelaksanaan

137

4. Penyusunan Laporan

138

E. Pedoman Pengolahan Data

138

HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN IMPLIKASI . 151
A. Hasil Penelitian
1. Laju Pertumbuhan Penduduk

Xll

151
151

2. Proyeksi
Tahun

3. Laju

Keadaan Penduduk

Usia 4 dan 5

153

Pertumbuhan Angka Partisipasi Mur—

ni dan

Proyeksi Anak Didik Taman Kanak-

kanak

155

4. Penyebaran
5

Keadaan Guru

6. Keadaan

Anak Didik Taman Kanak-kanak 158
Taman Kanak-kanak

Prasarana Pendidikan

i£2
Di

Taman

172.

Kanak-kanak

7. Profil Taman Kanak-kanak Yang
Masyarakat
B.

Diminati

17t>

Pembahasan dan Implikasi

^95

1. Gambaran Umum Keadaan Kotamadya
Bandung
2. Proyeksi Kebutuhan Guru

dan

DT

II
195

Prasarana

Pendidikan Taman Kanak-kanak

208

3. Pembahasan dan Implikasi Keadaan Permin

taan akan Taman Kanak-kanak
4. Pembahasan dan Implikasi

223

Keadaan

Kanak-kanak serta Kaitannya

yeksi Kebutuhan Guru dan Prasarana
didikan

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Taman

dengan Pro
Pen

227

230

A. Kesimpu 1an

230

B. Rekomendasi

244

C. Penutup

256

DAFTAR KEPUSTAKAAN

258

LAMPIRAN-LAMPIRAN

270

A.

Rangkuman.

B. Riwayat Hidup.
C. Tabel-tabel Pengolahan Data.

D. Peta Kotamadya DT 11 Bandung.
E. Surat-surat Bukti Penelitian.
xiii

T>AFTAR TABGEL
TABEL

1. The Sprague Multipliers

Lampiran

C-l

Lampiran

C-2

Lampiran

C-3

Lampiran

C-4

Lampiran

C-5

Lampiran

C-7

Lampiran

C-9

2. Keadaan Penduduk Kotamadya DT II Bandung
(Usia : 0-75+ Tahun) / Total Dirinci Per
Kecamatan dan Per Tahun Pada Tahun 1987-

1991
3. Keadaan Penduduk Kotamadya DT II Bandung
(Usia : 0-75+ Tahun) / Total Dirinci Per
Wilayah dan Per Tahun Pada Tahun 1987-

1991
4. Keadaan Penduduk Kotamadya DT II Bandung
(Usia : 0-19 Tahun) Dirinci Per Kecamat

an Pada Tahun 1987
5. Keadaan Penduduk Kotamadya DT II Bandung
(Usia : 0-19 Tahun) Dirinci Per Kecamat

an Pada Tahun 1988
6. Keadaan Penduduk Kotamadya DT II Bandung
(Usia : 0-19 Tahun) Dirinci Per Kecamat

an Pada Tahun 1989
7. Keadaan Penduduk Kotamadya DT II Bandung
(Usia : 0-19 Tahun) Dirinci Per Kecamat

an Pada Tahun 1990

8. Keadaan Penduduk Kotamadya DT II Bandung
(Usia : 0-19 Tahun) Dirinci Per Kecamat

an Pada Tahun 1991

Lampiran C-ll

9. Keadaan Penduduk Kotamadya DT II Bandung
(Usia : 0-19 Tahun) Dirinci Per Wilayah
Pada Tahun 1987
Lampiran C-13
10.Keadaan Penduduk Kotamadya DT II Bandung
(Usia : 0-19 Tahun) Dirinci Per Wilayah
Pada Tahun 1988
Lampiran C-14

11.Keadaan Penduduk Kotamadya DT II Bandung
(Usia : 0-19 Tahun) Dirinci Per

Wilayah

Pada Tahun 1989

Lampiran C-15

12.Keadaan Penduduk Kotamadya DT II Bandung
xiv

(Usia : 0-19 Tahun) Dirinci Per Wilayah
Pada Tahun 1990
Lampiran C-16
13. Keadaan
dung

Penduduk

(Usia

Kotamadya DT 11 Ban

: 0-19

Tahun)

Dirinci

Per

Wilayah Pada Tahun 1991

Lampiran C-17

14. Jumlah Penduduk Kotamadya DT 11 Bandung
(4 dan 5 Tahun) Dirinci Per Wilayah dan

Per Tahun Pada Tahun 1987 Sampai 1991 . Lampiran C-18
15. Laju

Pertumbuhan

DT 11 Bandung

Penduduk

Kotamadya

(Usia : 4-5 Tahun) Dirin

ci Per Wilayah Pada
1991

16. Proyeksi Keadaan

Tahun 1987

Sampai

Lampiran C-19

Penduduk

Kotamadya

DT 11 Bandung (Usia : 4-5 Tahun) Dirin
ci

Per

Wilayah

Pada

Tahun 1992/1993

Sampai 1996/1997
17.

Lampiran C-20

Anak Didik Taman Kanak-kanak Di Kotama
dya DT II Bandung Dirinci Menurut Keca-

matan dan Menurut Kelompok
(A,B dan C)
Tahun
1987/1988 Sampai Dengan Tahun

1991/1992
18.

Anak Didik Taman Kanak-kanak Di Kotama
dya DT II Bandung Dirinci Menurut Wila

yah dan Menurut
Tahun 1987/1988
1991/1992
19.

Lampiran C-21

Kelompok
(A,B dan C)
Sampai Dengan Tahun

Lampiran C-23

Angka Partisipasi Murni Taman Kanak-ka
nak Kelompok B dan C Di Kotamadya DT 11
Bandung Dirinci Menurut
Wilayah
Tahun
1987/1988
Sampai
Dengan
Tahun

1991/1992
20. Proyeksi Angka

Lampiran C-24
Partisipasi Murni Taman

Kanak-kanak Kelompok B dan C Di Kotama
dya DT II Bandung Dirinci Menurut Wila

yah Tahun 1992/1993 Sampai Dengan Tahun

1996/1997
21. Proyeksi Anak Didik

Lampiran C-25
Taman

Kanak-kanak

Di Kotamadya DT II Bandung Dirinci Me
nurut Wilayah dan
Menurut Kelompok (B

dan C) Tahun 1992/1993
Tahun 1996/1997

Sampai

Dengan

Lampiran C-26
xv

22. Keadaan

Tenaga Kependidikan

Kanak-kanak Yang Menjadi Kasus
tian

Di Taman
Peneli

T

Lampiran C-27

23. Keadaan Anak Didik Di Taman Kanak-kanak

Yang Menjadi Kasus Penelitian

xv 1

Lampiran C-28

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR

1.
2.

3.
4.

Paradigma Penelitian
Social

Demand

38

Planning

:

Educational

System /Population Relationship

63

Model Perhitungan Kebutuhan Tenaga Guru.

94

Relationships

Among

Members

of

The

Facility Planning Team
5.

Pembagian Wilayah

US

Kecamatan

Di Kotama

dya DT II Bandung
6.

Lampiran D-l

Wilayah Pembangunan Kotamadya DT II Ban

dung
7.

Lampiran D-2

Rencana Penggunaan Tanah Tahun 2005

Ko

tamadya DT II Bandung
8.

9.

Rencana Struktur
DT II Bandung

Tata

Lampiran D-3
Ruang

Kotamadya

Lampiran D-4

Konsep Pengembangan Struktur Tata
Kotamadya DT II Bandung

Ruang
Lampiran D-5

10. Industri dan Rencana Industri Di Kotama

dya

DT II Bandung

11. Rencana Perkantoran Di

Lampiran D-6
Kotamadya

DT II

Bandung

Lampiran D-7

12. Kepadatan Penduduk Kotamadya DT II

dung

Ban

Tahun 1991/1992 ( Per Hektar ) ... Lampiran D-8

XV11

BAJB

X

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

1. Kaitan Pendidikan Taman Kanak-kanak Dengan Pembangunan
Kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia

Manusia yang tinggi kualitasnya dan mampu mandiri

merupakan kata kunci yang terdapat dalam Undang-undang
RI

Nomor

2

Tahun

1989

Tentang

Sistem

Pendidikan

Nasional, bahkan dalam GBHN Tahun 1988 tampak kualitas

dan

kemandirian manusia Indonesia mendapat

penekanan

yang kuat dalam rumusan tujuan pendidikan nasional

di

Indonesia.

Kualitas manusia merupakan conditio sine qua

bagi

Indonesia

agar dapat

bersaing

dengan

non

negara-

negara lain yang sedang bersaing dengan dukungan

ilmu

dan teknologi, apalagi jika diperhatikan kecenderungan
pergeseran

pembangunan global yang

menurut

Naisbitt

(1984) mulai menjelang tahun 2000 dan abad ke-21

bergeser

ke kawasan Pasifik tempat

dimana

akan

Indonesia

berada.

Pengakuan

terhadap daya dukung kualitas

bagi

keberhasilan pembangunan ekonomi

akan

mengarah kepada makna pembangunan

meliputi

perubahan

kultural dan

pada

sosial

dikemukakan Soedjatmoko (1983 : 21) :

manusia

dasarnya

ekonomi

yang

sebagaimana

...pembangunan ekonomi bukan hanya proses ekonomi
semata-mata,
melainkan juga suatu penjelmaan dari
perubahan sosial dan kebudayaan.
Tanpa perubahan
pembangunan
sosial dan
kebudayaan yang seiring,
ekonomi akan tersendat-sendat jalannya. Dalam kaitan
inilah
peranan pendidikan
nasional
memperoleh
signifikansinya
sebagai
penunjang
pembangunan
nasional.

Berbicara

tentang pembangunan kualitas sumber

daya

manusia Indonesia, maka pada gilirannya akan sampai

pada

kesimpulan
upaya

bahwa

pembangunan
dan kunci

strategis

pendidikan

bagi

keberhasilannya,

karena

itu

tidaklah mengherankan

Kelima

ini

(

jika

dalam

Repelita Kelima mulai tahun

1993/94

)

masalah

kualitas

menjadi

issue sentral

26-11-1989; Achmad Sanusi,

merupakan

pendidikan

Repelita

1989/
di

oleh

90

-

Indonesia

( Kompas, 23-11-1989;

Kompas,

1988 ).

Kualitas pendidikan mempunyai banyak dimensi, tetapi
pada akhirnya dimensi belajar dan kualitas hasil
merupakan

ujung

tombak

kualitas

pendidikan

belajar
(

Achmad

Sanusi, 1990 ). Pandangan ini menjadikan kualitas peranan
siswa dalam belajar secara aktif merupakan tumpuan
peningkatan

kualitas pendidikan, tentu tanpa mengabaikan

kualitas guru,
Sejalan

kiranya
suatu

dalam

kurikulum dan lingkungan sosial budaya.
dengan

pandangan

di

atas,

kalau dikatakan bahwa kualitas
jenjang

kualitas

upaya

pendidikan akan

sangat

tidak

pendidikan

pada

ditentukan

oleh

pendidikan pada jenjang pendidikan
konteks

inilah

upaya

salah

peningkatan

sebelumnya,
kualitas

pendidikan
sebagai

di sekolah dasar

memperoleh

tonggak pertama dan utama

signifikansinya

peningkatan

kualitas

pendidikan di Indonesia.

Repelita Kelima merupakan momentum yang sangat tepat
untuk meningkatkan kualitas pendidikan pada sekolah dasar

di

Indonesia,

setelah

sampai

akhir

Repelita

Keempat

(Tahun 1988/ 1989) angka partisipasi murni pendidikan
sekolah

dasar

( persentase jumlah siswa

sekolah

umur 7-12 tahun terhadap jumlah penduduk kelompok
7-12 tahun ) telah mencapai 99,80% (

Repelita

di

dasar

umur
Kelima

1989/ 90 - 1993/ 94, Buku II : 595 ).

Berbicara

masalah

upaya

peningkatan

kualitas

pendidikan di sekolah dasar akan berkaitan dengan

variabel

yang

memberikan

peningkatan

kualitas

diantaranya

adalah

kesiapan
kaitan

untuk
ini,

kontribusi

pendidikan

masukan

anak

pada

tersebut,

didik

keberadaan

taman

upaya

salah

yang

dapat mengikuti pelajaran di

maka

banyak

satu

memiliki
SD.

Dalam

kanak-kanak

akan

memberikan kontribusi terhadap upaya peningkatan kualitas

pendidikan di SD berupa masukan anak didik yang

memiliki

kesiapan fisik, sosial dan mental secara kualitatif lebih

baik daripada masukan anak didik yang tidak berasal

dari

taman kanak-kanak.

Untuk

memahami makna pendidikan

taman

kanak-kanak

(TK) bagi hasil belajar siswa di sekolah dasar (SD) dapat

diupayakan

melalui penelaahan hasil berbagai studi

yang

berkenaan

terhadap

dengan

pengaruh

perubahan

pengalaman

perilaku

pendidikan

anak-anak

yang

pendidikan TK setelah mereka memasuki jenjang

TK

mengikuti
pendidikan

SD.

Beberapa

hasil studi tersebut

sebagai berikut ini
a.

National

dapat

diikhtisarkan

:

Institute for Educational

Research

Jepang

pada tahun 1960-an sebagaimana dikutip Bettelheim dan

Takanishi
yang

(

1976 ) menunjukkan bahwa

signifikan

{yochien)

TK

terhadap prestasi belajar siswa di SD

dan

lebih

pendidikan

nyata

pengalaman

pengalaman

pengaruh

pendidikan

pengalaman

dari

ada

di yochien selama

pengaruhnya

selama

jika

satu tahun.

dua

tahun

dibandingkan

Kendatipun

dengan

demikian

dikemukakan pula bahwa pengaruh pengalaman pendidikan

di

yochien

selama tiga tahun justru

kurang

begitu

nyata.
b.

Tizard

(

1975

) mengemukakan

Inggris bahwa jika

hasil-hasil

program pendidikan di TK

khusus direncanakan dan diarahkan untuk
kemampuan kognitif anak-anak,

tenaga

pelaksana

kecakapan
itu,

yang

yang

memiliki

memadai untuk

TK

tidak ditangani oleh

meningkatkan

kesungguhan

melaksanakan

ditemukan kenaikan yang signifikan

di

secara

kemudian didukung

tes anak-anak yang mengikuti program TK.

jika

studi

oleh

dan

program

dalam

skor

Akan

tetapi

tenaga-tenaga

khusus

yang

terlatih

prasarana

dan

ditunjang

oleh

serta sarana yang memadai

memiliki

pengaruh

yang

kelengkapan

ternyata

signifikan

atas

tidak

skor

prestasi belajar anak-anak di TK atau setelah

tes

mereka

memasuki jenjang pendidikan SD.
Penelitian
Hartup

Klaus

&

&

Gray

sebagaimana

dikemukakan

Smothergill ( 1970 ) dan Newman

&

Newman

(1978) menunjukan bahwa intervensi terhadap anak-anak

selama

di

prestasi

TK memberikan pengaruh
belajar

mereka

positif

setelah

terhadap

memasuki

jenjang

pendidikan dasar.

Penelitian Weikart dan kawan-kawannya pada tahun 1978

( Sylva, dkk,

TK

1980 ) menunjukan bahwa pendidikan pada

YPPP = Ypsilanti Perry

(

secara

Pre-school

signifikan dapat menekan

kelas

dan

program

remedial

Project

terjadinya

bagi

siswa

)

tinggal
SD

yang

mengalami pendidikan TK.

Consortium

Serikat

dengan

Longitudinal

Studies

di

Amerika

menganalisis hasil-hasil penelitian

pendidikan
dari

for

pra sekolah bagi anak-anak

tentang

yang

berasal

keluarga dengan pendapatan kurang yang

dikenal

sebutan

culturally

deprived

children

disadvantaged children sebagaimana dikemukakan

dan

bahwa

Darlington ( Sylva, dkk, 1980

)

pendidikan TK memiliki makna. yang

anak-anak

yang

berasal

dari

atau

Lasar

menunjukan

besar

keluarga

bagi
dengan

pendapatan

kurang

atau bagi anak-anak

yang

kurang

mendapatkan rangsangan-rangsangan intelektual, sikapsikap, kebiasaan-kebiasaan dan motivasi belajar

dari

keluarganya.

Aspek-aspek

yang

mengikuti

pendidikan

kompleks,
nilai

f.

berubah pada diri
di

TK

anak-anak

ternyata

mencakup segi akademik,

yang

sangatlah

motivasi,

sikap,

dan lainnya.

Sardja

( 1981 ) mengemukakan hasil penelitian

disertasinya

bahwa pendidikan TK

relevansinya

secara

murid

SD

kelas

I,

telah

positif dengan
terutama

dalam

menunjukkan

proses

belajar

hasil

belajar

dalam

membaca dan matematika.

g.

Departemen

Pendidikan

mengemukakan

anak

yang

tingkah
dengan

TK.

dan Kebudayaan RI

hasil beberapa penelitian

mengikuti

pendidikan

laku sosial yang lebih

di

( 1987 a )
bahwa

TK

matang

anak-

menunjukan

dibandingkan

anak-anak yang tidak mengalami pendidikan

Pada

umumnya mereka juga mempunyai

rasa

di

ingin

tahu yang lebih besar, mempunyai inisiatif yang lebih

besar,

makin percaya pada diri sendiri,

minat

yang

lebih besar terhadap lingkungan dan lebih aktif dalam
kegiatan sosial.

Memperhatikan
tampak

yang

beberapa

hasil

bahwa keberadaan TK mampu

signifikan

bagi

penelitian
memberikan

keberhasilan

upaya

di

atas

kontribusi

meningkatkan

kualitas pendidikan
bahwa

di SD, jikalau ada yang

pendidikan

berpengaruh
Pakasi

(

pada

di

TK

kurang

atau

pendidikan di SD

1981 ) pendapat itu

berpendapat

bahkan

menurut

disebabkan

tidak

Soepartinah
karena

tidak

terlihat kelangsungan dari pendidikan di TK ke pendidikan
di

SD.

Upaya membuat kesinambungan pengalaman belajar
didik dari

TK

ke SD di

Indonesia

secara

sadar

dikondisikan dengan kehadiran Kurikulum TK yang
nasional

dan lebih dari itu dipertegas dengan

Pemerintah

RI

Prasekolah,

Nomor 27 Tahun

1990

anak
telah

bersifat
Peraturan

Tentang

Pendidikan

Pasal 4, Ayat (2) yang menyatakan

:

"Taman

Kanak-kanak terdapat di jalur pendidikan sekolah". Dengan
demikian dapat diasumsikan bahwa pengalaman belajar

anak

didik dari TK ke SD di Indonesia telah berkesinambungan.
Perbedaan

pendidikan

di

pendapat

taman

mengenai

kanak-kanak

keterkaitan

dengan

kualitas sumber daya manusia Indonesia
ini

telah

berakhir

(1991:88) berikut

Dua

puluh

ini

tahun

sebagaimana

dari

pembangunan

tampaknya

dikemukakan

dewasa

Pranarka

:

yang

lalu

kita

masih

mencatat

terjadinya perbedaan pendapat mengenai fungsi dari
pendidikan prasekolah. Namun sekarang ini kiranya
sudah menjadi semacam konsensus bersama
betapa
pendidikan prasekolah, bahkan menjangkau sejak dari
masa balita sampai kepada masa pendidikan taman

kanak-kanak merupakan bagian yang penting
bagi
pembangunan kualitas sumber daya manusia Indonesia,
baik dari aspek fisik maupun dari aspek nonfisiknya.

8

2. Makna Taman Kanak-kanak Bagi Kanak-kanak
Peraturan

Pemerintah

Republik Indonesia

Nomor

27

Tahun 1990 Tentang Pendidikan Prasekolah, Pasal 1, Ayat 2
menyatakan

bentuk

bahwa

"Taman Kanak-kanak adalah

pendidikan

pendidikan

dini

prasekolah yang

bagi

anak

salah

menyediakan

usia

empat

satu

program

tahun

sampai

memasuki pendidikan dasar". Dengan demikian anak didik di

TK pada dasarnya berada pada suatu fase perkembangan yang
masa kanak-kanak atau periode

disebut

Kohnstamm;

Comenius

(

menurut

periode

sekolah-ibu

Kartini

Kartono,

fase

Hurlock;

(Abin Syamsuddin Makmun,
Masa

kanak-kanak

Perkembangan
emosi

berfikir

menurut

1986

yang

menurut

Johan

fase

Amos

childhood

menurut

Piaget

1981).
ditandai

dengan

hidup, kebebasan

belum

);

pra-operasional

fisik dan mental yang

kegembiraan

esthetis

memahami

ciri-ciri

pesat;
dan

konsep

:

perkembangan
fantasi;

cara

reversibility;

memandang semua benda dan orang seindah perasaan hatinya.
Anak

yang

memperoleh

pada

masa

kanak-kanak

kebebasan untuk mengembangkan

kreativitas

dorongan,

berada

dan inisiatifnya. Pada masa

penghargaan

dan dukungan

daya
ini

kepada

ingin
fantasi,

dibutuhkan

anak

untuk

bermain, menyanyi, berceritera dan menggambar.

Berkenaan dengan pendidikan masa kanak-kanak, Sidang
Ke-37 Konperensi Internasional Pendidikan di Geneva:

Juli

1979

merekomendasikan

hal-hal

yang

5-14

perlu

dikembangkan meliputi :

a.

Mengembangkan identitas dan harga diri;

b.

Belajar

hidup dengan anak-anak lain, menghargai

hak

orang lain dan haknya sendiri.

c.

Belajar bekerja dan bermain sendiri, merasa aman jauh
dari

rumah dan dapat menerima bantuan dan

bimbingan

orang lain;

d.

Memiliki

keingin

tahuan dan

mencari

jawaban

atas

pertanyaan-pertanyaan;

e.

Kreatif dan imajinatif;

f.

Memperkuat kemampuan fisik;

g.

Memperluas kemampuan bahasa, baik mendengarkan maupun
mengucapkan;

h.

Dapat

menguasai

diri

terhadap

agresifitas

dan

merusak;

i.

Menyalurkan energi yang spontan dalam bentuk kegiatan
belajar dan bekerja secara teratur;

j.

Menumbuhkan kemampuan intelektual dan emosional.

Betapa

kompleksnya

aspek-aspek

dikembangkan dari anak yang berada pada masa

yang

meliputi

aspek

perkembangan

yang

perlu

kanak-kanak

: motorik,

bahasa,

kognitif, emosi, sosial, moralitas, penghayatan keagamaan
dan kepribadian.

Setiap

anak

memerlukan

kesempatan

untuk

mengembangkan diri dalam aspek-aspek perkembangan di atas

supaya

setelah melewati masa kanak-kanaknya

telah

siap

10

untuk

memenuhi

anak-anak

tugas-tugas

perkembangan

middle childhood

(

),

pada

sehingga

masa

memiliki

kesiapan untuk hidup di luar kehidupan keluarga

yakni

sekolah dasar dan masyarakat.

Untuk

mengembangkan

diperlukan

prasarana

pendukungnya,
terencana

pada
sesuai

semua

dan sarana

program-program

kesempatan

pendidikan

sebagai

pendidikan

dan

suasana pendidikan.

Hal-hal

dasarnya

harus tersedia pada

TK

yang
tersebut

di

Indonesia
Nomor

27

Tahun 1990 Tentang Pendidikan Prasekolah, sehingga

TK

akan

dengan

itu

mampu

isi Peraturan Pemerintah RI

berfungsi sebagai

kepribadian

kesejahteraan

development

keluarga/

{child development

anak

pengembangan

centre)

ibu

: Pusat

dan

pengembangan

centre);
{child

anak

lembaga

welfare

untuk

dalam memenuhi kebutuhan

pusat

membantu

jasmani

dan

rokhani anak yang diperlukan bagi perkembangannya.
3. Makna

Taman

Kanak-kanak

Bagi

Masyarakat

Kotamadya

DT II Bandung

Bandung
kota

mulai

berkembang pesat

menjadi

sebuah

semenjak tanggal 1 April 1906 yakni saat

status

kota Bandung menjadi suatu daerah otonom ( Gemeente

)

berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda
tertanggal

21

Februari

1906,

sejak

pembangunan prasarana dan sarana fisik kota

secara

berencana

dan

bahkan

di

bidang

saat

itu

dilakukan

pendidikan

11

antara

lain

didirikan

{Frobelschool)

serta

{Opleidingsschool

sebuah

sekolah

taman

guru

kanak-kanak

taman

kanak-kanak

voor Frobelonderwijzeressen)

(Haryoto

1984 ; Kantor Statistik Kotamadya DT II Bandung

Kunto,

Bappeda Kotamadya DT II Bandung,

Luas
sebagai

wilayah

kota

1990).

Bandung

pada

saat

ditetapkan

daerah otonom tanggal 1 April 1906 baru 1992

dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun

Tentang

Perubahan Batas Wilayah Kotamadya DT II

dan Kabupaten DT II Bandung,

&

Ha
1987

Bandung

luas wilayah Kotamadya DT II

Bandung menjadi 16830,28 Ha. (Repelita Ke-Lima

1989/1990

- 1993/1994, Buku III).

Jumlah

penduduk

kota Bandung dari tahun

ke

tahun

bertambah dengan pesatnya yakni mulai sebanyak 38400 jiwa
pada

tahun

1906

registrasi

dan

penduduk

pada

tahun

1991

Kotamadya DT II

menurut

Bandung

data

berjumlah

1814161 jiwa (Hasil studi dokumentasi penulis pada Bagian
Pemerintahan

Umum

Kotamadya DT II

Bandung

dan

Cabang

Perwakilan BPS Kantor Statistik Kotamadya DT II Bandung),
bahkan menurut hasil sensus penduduk tahun 1990

Kotamadya

(Pikiran

penduduk

DT II Bandung membengkak menjadi 2056915

Rakyat,

24-2-1991).

Selisih

jumlah

jiwa

penduduk

tersebut menurut Nadi Sastrakusumah ( Kabag. Pemerintahan

Umum

Kotamadya

banyaknya

jumlah

Februari 1992 ).

DT

II Bandung

kaum

)

pendatang {

sebagai

Pikiran

akibat

dari

Rakyat,

2

12

Wilayah yang bertambah luas, jumlah penduduk yang
banyak,

pertumbuhan

berbagai

sektor

pesat prasarana dan

kehidupan

merupakan

sarana

di

indikator

bahwa

Kotamadya DT II Bandung menuju kota Metropolitan,

bahkan

jika dilihat berdasarkan kriteria kota

metropolitan

di

Indonesia yakni suatu kota yang berpenduduk di atas satu

juta jiwa ( Pikiran Rakyat, 24-2-1991 ),
DT

II

Bandung

telah dapat

maka Kotamadya

disebut

sebagai

kota

Pertambahan penduduk kota Bandung yang sangat

pesat

metropolitan.

sebagai akibat pertumbuhan penduduk alami, urbanisasi dan
perluasan

wilayah kota memerlukan lahan yang luas

pemukiman,

tetapi kebutuhan lahan untuk pemukiman yang

sehat

dan nyaman harus bersaing dengan

untuk

pusat-pusat

menyebabkan
menjadi

untuk

harga

perniagaan

lahan di

dan

kebutuhan

industri.

Hal

Kotamadya DT II

sangat mahal yang pada gilirannya

lahan
ini

Bandung

bentuk

rumah

yang sempit tanpa ruangan bermain dan tanpa lahan di luar

rumah sebagai fasilitas untuk anak bermain

menjadi modus

lingkungan pemukiman di Kotamadya DT II Bandung.
Indikator lain yang menarik dari aspek

kependudukan

di Kotamadya DT II Bandung adalah kesempatan yang

luas

akan pekerjaan bagi kaum wanita yang menurut Soepardjo
Adikusumo

(1989) indikator tersebut merupakan

ke-khasan

kota-kota besar di dunia yang menjadikan. kota-kota
lebih feminim.

besar

13

Seiring dengan berbagai masalah kependudukan di atas

(

terutama proses urbanisasi

)

menurut

Soepardjo

Adikusumo ( 1989:77 ) :

...kedudukan keluarga menjadi lemah dengan ciri-ciri
seperti: (1) wanita tidak lagi tegantung secara
ekonomis, (2) dapat mengakibatkan kurang kontrol

keluarga

terhadap anak-anak, (3)

keluarga

sebagai

tempat

kurangnya

rekreasi,

(4)

fungsi

bertambah

kecilnya
fungsi
protektif
keluarga,
(5)
kecenderungan
untuk
mempunyai
jumlah
anggota
keluarga yang lebih kecil, (6) menekankan pentingnya
fungsi sekolah, (7) sejalan sekularisasi agama, (8)
status keluarga yang menjadi kurang penting, (9)
bertambah pentingnya elemen kasih sayang
dalam
keluarga, karena keluarga sudah banyak kehilangan

fungsinya, daripada sebelumnya.

Semakin

menjadi

banyak wanita di

ibu dari anak-anak dalam masa

bekerja di luar rumahnya,
peranan

daerah

jaringan

keluarga

perkotaan yang

kanak-kanak yang

disamping semakin menipisnya
yang

diperluas

(

family network ) sebagai pendidik alamiah yang
bagi

anak-anak, merupakan sumber permintaan

extended

potensial
akan

taman

Permintaan akan taman kanak-kanak berdasarkan

studi

kanak-kanak yang potensial.

sosiologi ( Soedjarno,1988 ) menunjukkan korelasi positif
yang

tinggi dengan jumlah ibu-ibu yang bekerja

di

dan

luar

rumahnya,

tingkat sosial-ekonomis keluarga

tingkat

pemahaman

keluarga tentang makna pendidikan dini bagi

perkembangan generasi mudanya di kemudian hari.

Perubahan lingkungan kehidupan di sekitar

anak-anak

yang berada di kota besar seperti Kotamadya DT II Bandung
yang

begitu

pesat

sebagaimana

secara

sepintas

telah

14

digambarkan

di

atas, menjadikan jarak antara

dunia

alami anak-anak dengan dunia sekitarnya semakin lebar,
hal

ini merupakan potensi yang dapat membawa

bahagiaan

dan kesulitan bagi anak yang sedang

pada masa kanak-kanak dalam melaksanakan
perkembangan

menjadi
Dalam

ketidak

berikutnya,

korban

pada

perubahan

kaitan inilah pendidikan di

sebagai

wahana

signifikansinya

pembenihan
sebagaimana

tugas-tugas

gilirannya

lingkungan
taman

mereka

kehidupannya.
kanak-kanak

talenta
dikemukakan

berada

memperoleh
Gilbert

de

Landsheere dalam Heron ( 1987:21) :

Setelah 25 tahun melakukan penelitian di lapangan
dan mengadakan pengamatan di negara-negara yang

sedang berkembang serta mengadakan penyelidikan
yang mendalam mengenai mahasiswa-mahasiwa yang
mereka hasilkan, saya menjadi yakin bahwa setiap

kali dibuka suatu

pusat

pendidikan pradasar,

dengan staf yang berkewenangan, mulai bekerja di
suatu negara yang sedang berkembang, suatu tempat
penyemaian

talenta

yang

benar-benar

telah

diciptakan.

4. Masalah

Pemerataan

Kesempatan

Untuk

Memperoleh

Pendidikan Di Taman Kanak-kanak

Banyak

kemajuan

telah

dicapai

oleh

dunia

pendidikan di Indonesia baik secara kuantitatif maupun
kualitatif,

dalam

tetapi

masih banyak

sistem pendidikan

diungkapkan

Pendidikan

dalam

Nasional

masalah-masalah di

dewasa

Laporan

ini,

Komisi

( Depdikbud,

sebagaimana
Pembaharuan

1980:14

) bahwa

"masalah-masalah di dalam sistem pendidikan dewasa ini

15

meliputi masalah kuantitatif,
relevansi,

masalah kualitatif,

masalah

masalah efisiensi dan masalah efektivitas".

Masalah-masalah

pendidikan yang

dialami

Indonesia

sebenarnya juga merupakan masalah-masalah pendidikan yang
dialami

negara-negara

sebagai

akibat

kependudukan,
politik

dari
ilmu

yang

lain

di dunia

(

Coombs,1969

perubahan-perubahan
&

teknologi,

melaju sangat

pesat

di

bidang

sosial-ekonomi
melebihi

)

dan

perubahan-

perubahan dalam sistem pendidikan.
Banyak

masalah

faktor

pendidikan

penyebab yang

tersebut,

menimbulkan

tetapi

masalah-

menurut

Coombs

(1969:4) terdapat empat faktor penyebab utamanya :

First
for

is

the sharp increase in popular

aspirations

education.

Second is

Third is
Fourth is

Berbagai
Syamsuddin

the acute scarcity of resources.

the inherent inertia of educational systems.
the inertia of societies

masalah

pendidikan

themselves.

itu

menurut

Makmun (1986) dengan merujuk kepada

Abin

pendapat

Makagiansar dan Santoso S Hamijoyo terdapat pada berbagai
jenjang pendidikan di Indonesia.

Berkenaan

dengan pendidikan di

taman

kanak-kanak,

maka masalah pendidikan yang menjadi issue cukup
perhatian

dilihat

dari

aspek

keadilan

menarik

sosial

adalah

masalah pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan

di

taman

kanak-kanak, sehingga dijadikan

sebagai

tema

16

sentral

dalam

Seminar

diselenggarakan

Pusat

Pendidikan

Prasekolah

Kurikulum

BP3K

yang

Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1982 di Jakarta.

Masalah

pendidikan
jumlah

pemerataan

untuk

memperoleh

pada TK di Indonesia tampak dari

kesenjangan

daya

Tangyong,

tampung

dkk,

kesempatan

TK dengan anak usia TK

1990

),

kesenjangan

(

Agus

kesempatan

F

untuk

memperoleh pendidikan di TK antara anak-anak yang berasal
dari

latar

belakang

tingkat

kemampuan

sosial-ekonomi

yang berbeda ( Sardja, 1981 ).

keluarganya

Dengan

lain, kesempatan untuk memperoleh pendidikan di TK

banyak

diperoleh

oleh

anak-anak

yang

kata
lebih

berasal

dari

keluarga yang keadaan ekonominya relatif mampu.
Masalah

pendidikan

seksama
untuk

pemerataan

di

TK

kesempatan

seyogyanya

mendapat

dari berbagai pihak yang

menanganinya,

dengan

untuk

perhatian

merasa

demikian

memperoleh

yang

berkepentingan

diharapkan

mengurangi dampak lebih lanjut yang kurang

akan

menguntungkan

bagi anak-anak usia TK dan bahkan dunia pendidikan

serta

masyarakat pada umumnya.

Berbagai

upaya

dapat

ditempuh

untuk

memecahkan

berbagai masalah di bidang pendidikan, khususnya
pemerataan
tetapi

kesempatan untuk mengikuti pendidikan di

tampaknya

administrasi
perencanaan

masalah

alternatif

utama

adalah

pendidikan ( Engkoswara, 1987 ),
pendidikan

yang merupakan

bagian

TK,

melalui

khususnya
integral

17

dari

administrasi pendidikan sebagaimana dikemukakan

Banghart & Trull ( 1973:

The

need

5 ) :

for

planning

arose

with

the

intensified complexities of modern technological
society.
Problems such as population,
manpower
needs,

ecology, decreasing natural resources

and

haphazard application of scientific developmentsall place demands on educational institutions for
solution.
If
educational organisations
are to
meet
these problems,
then planning becomes a
necessity
and
planning
competence
becomes
mandatory.

5. Gambaran Taman Kanak-kanak di Kotamadya DT II

Bandung

dewasa ini

Gambaran

taman

kanak-kanak di Kotamadya

DT

II

Bandung yang akan dipaparkan dalam bagian ini terutama
yang

berhubungan dengan pemerataan

memperoleh

pendidikan

di

TK bagi

kesempatan

untuk

anak

telah

yang

berhak memasuki TK.

Sebagaimana

telah

dipaparkan

pada

bagian

terdahulu bahwa keberadaan TK sangat berarti bagi anak

itu

sendiri,

baik

untuk

keluarganya dan

bahkan

masyarakatnya,

kepentingan jangka pendek

maupun

jangka

panjang.

Keberadaan

berarti

akan memberikan

bagi perkembangan anak dalam

bahasa,

kognitif,

penghayatan
anak

TK

dengan

emosi,

kontribusi

aspek

sosial,

keagamaan dan kepribadiannya,
latar belakang

sosial

yang

motorik,
moralitas,
baik

ekonomi

memadai, terlebih bagi anak dari keluarga yang

bagi

relatif

secara

18

ekonomi

kurang

mampu atau anak yang

kurang

memperoleh

stimulus bagi perkembangannya secara optimal.
Sebenarnya

pemerataan

rambu-rambu

yang

melicinkan

upaya

kesempatan untuk memperoleh pendidikan di

TK

bagi anak yang usianya mencukupi masuk ke TK ( mulai usia

4

tahun

) telah digariskan dalam PP RI Nomor

1990

Tentang Pendidikan Prasekolah,

itu

Komisi

laporannya

Pembaharuan

pada

tahun

bahkan jauh

Pendidikan

1980

27

Tahun
sebelum

Nasional

telah

dalam

merekomendasikan

perlunya perluasan dan penyebaran TK.

Selanjutnya

dipandang

perlu

untuk

mengemukakan

gambaran tentang beberapa kondisi nyata berkenaan

aspek

pemerataan kesempatan untuk memperoleh

pada TK di daerah

dengan

pendidikan

Kotamadya DT II Bandung. Gambaran yang

akan diangkat kepermukaan berdasarkan pada :

a. Serangkaian

penelaahan yang dilakukan

melalui

media

massa dan hasil penelitian;

b. Hasil

pengamatan

pendahuluan

c.

Percakapan

sementara

di

lapangan

(

studi

);

dengan

berkecimpung

beberapa

rekan

sejawat

dalam pengelolaan TK atau rekan

yang

sejawat

yang pernah melakukan penelitian tentang TK.
Fenomena-fenomena
meliputi

awal yang

dapat

dikemukakan

:

a. Pertumbuhan

relatif

jumlah

pesat

TK

di Kotamadya

DT

II

Bandung

yakni 3 TK Negeri dan 316

TK

Swasta,

19

tetapi tampak lokasi penyebarannya belum sesuai dengan
pusat-pusat

pemukiman penduduk yang semakin

menyebar

di daerah pinggiran kota.

b. Pertumbuhan jumlah TK yang pesat belum diikuti

dengan

peningkatan

angka partisipasi murni pendidikan di

(persentase

jumlah anak didik di TK

terhadap

TK

jumlah

penduduk kelompok umur TK ) yang tinggi.

c. Anak-anak

dari

relatif

memadai

kesempatan

keluarga
tampak

mengikuti

dibandingkan

yang

dengan

kemampuan

ekonominya

banyak

memperoleh

lebih

pendidikan

anak-anak

di

dari

TK,

jika

keluarga

yang

kemampuan ekonominya relatif kurang.

d. Disatu

sisi

didik

karena

berminat
harus

ada TK yang mampu

terlalu

menolak

banyaknya

calon

masyarakat

memasukan anaknya ke TK tersebut

anak

yang

kendatipun

mengeluarkan biaya yang relatif banyak,

tetapi

di sisi lain ada TK yang kurang peminat bahkan

gulung

tikar walaupun biaya pendidikan yang ditawarkan kepada
masyarakat relatif kecil.

e. Kemampuan operasional TK tampak begitu senjang, ada TK
yang prasarana dan sarana pendidikannya relatif

sudah

memadai dengan dukungan dana yang memadai pula, tetapi

ada

pula TK yang prasarana dan

sarana

pendidikannya

sangat minim, bahkan gulung tikar.

Kesenjangan
{what

antara apa yang

semestinya

should be) dengan apa yang telah dicapai

dicapai
{what

20

has

been)

sebagaimana

menjadikan

studi

dipaparkan

yang berkenaan

sebelum

dengan

ini,

perencanaan

pemerataan kesempatan untuk mengikuti pendidikan di TK
memperoleh pijakan yang memadai.

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Bertolak
penelitian

dan

dari

kesempatan untuk

ditempatkan

dengan

masalah,

ini ialah permintaan akan

pemerataan

yang

latar belakang

dalam konteks

fokus

maka

taman

kanak-kanak

memperoleh

pendidikan

perencanaan

pendidikan

membatasinya pada jenjang TK di Kotamadya

DT

II

Bandung.

Permintaan akan TK yang terus meningkat pada dasarnya
merupakan gambaran dari peningkatan jumlah penduduk

TK
dan

usia

(mulai 4 tahun sampai memasuki usia pendidikan dasar)
terutama

peningkatan aspirasi

masyarakat

terhadap

pendidikan di TK.

Permintaan akan TK dalam penelitian ini
ke

dalam

1987/1988

dua

kurun

waktu

yakni

kurun

dikelompokan
waktu

tahun

- 1991/1992 dan kurun waktu tahun 1992/1993

-

1996/1997.

ke

Mendeskripsikan permintaan akan TK selama lima

tahun

belakang dimaksudkan untuk memperoleh

dalam

rangka

pijakan

memproyeksikan permintaan akan TK di masa

depan,

setidaknya untuk kurun waktu lima tahun berikutnya.
Keadaan permintaan akan TK ditelaah melalui

struktur

21

pertumbuhan
usia

4-5

tahun

terhadap

4-5

penduduk Kotamadya DT II Bandung (
persentase

jumlah

anak

didik

penduduk Kotamadya DT II Bandung kelompok

tahun

absolut

),

Kelompok

(

angka partisipasi murni

TK

)

anak didik TK di Kotamadya DT II

TK
usia

dan

angka

Bandung

mulai

untuk

tahun

tahun 1987/1988 - 1991/1992.
Proyeksi

keadaan

permintaan

akan

TK

1992/1993 - 1996/1997 ditelaah melalui proyeksi

struktur

pertumbuhan

kelompok

usia

TK

penduduk Kotamadya DT II Bandung (

4-5 tahun

terhadap

), proyeksi persentase jumlah anak

jumlah

penduduk Kotamadya

DT

II

didik

Bandung

kelompok usia 4-5 tahun (angka partisipasi murni TK ) dan
proyeksi

angka absolut anak didik TK di Kotamadya DT

II

Bandung berdasarkan data tahun 1987/1988 - 1991/1992.
Perubahan-perubahan

kependudukan
mempengaruhi
karena

merupakan
tingkat

masalah

untuk

memperoleh

sebagai

demografi

akibat

paling

permintaan

akan

kuantitatif atau

hubungan

TK

antara

dinamika

penting
pendidikan

pemerataan

pendidikan di

pendidikan pada satu sisi

sisi

faktor

atau

muncul

yang
TK,

kesempatan
kepermukaan

pertumbuhan

dan pertumbuhan penduduk

sistem

pada

lain, disamping disebabkan oleh faktor lain seperti

kesenjangan kemampuan ekonomi dan pemahaman akan makna TK
di masayarakat.

Untuk

mengatasi

masalah

pemerataan

khususnya masalah pemerataan kesempatan untuk

pendidikan,

memperoleh

22

pendidikan

di

TK, diperlukan adanya

suatu

perencanaan

pendidikan yang memungkinkan setiap anak usia 4-5 tahun
memperoleh pendidikan di TK secara layak,
bedakan latar belakang
atas

latar

tanpa

membeda-

sosio-kultural apalagi

belakang

tingkat

dibedakan

kemampuan

ekonomi

keluarganya.

Pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan di

TK

pada

amanah
azasi

dasarnya merupakan salah satu
UUD RI

setiap

merupakan

perwujudan

1945 pasal 31 yang menjunjung
.warga

negara

di

bidang

perwujudan pelaksanaan azas

dari

tinggi

hak

pendidikan

dan

pemerataan

serta

keadilan sosial di bidang pendidikan.

Peraturan

yang

menetapkan

bahwa

pendidikan

prasekolah

tidak

merupakan persyaratan

untuk

memasuki

pendidikan

dasar,

bukan berarti bahwa penyebaran TK

pemerataan

kesempatan untuk memperoleh pendidikan di

dan
TK

menjadi tidak perlu diupayakan secara sungguh-sungguh dan
berencana,

karena memahami makna isi peraturan

seyogyanya dilihat secara kontekstual dengan

tersebut

keseluruhan

permasalahan pendidikan di Indonesia dewasa ini.
Laporan

(Depdikbud,

Komisi

1980:

Pembaharuan

24) menegaskan

Pendidikan

Nasional

:

Pertumbuhan
dasar
seorang
anak
selama
umur
prasekolah
(1-6
tahun)
amat
menentukan
perkembangannnya lebih lanjut. Pelaksanaan ketentuan
mengenai
taman
kanak-kanak
sebagai
persyaratan
memasuki
sekolah dasar pada saat ini
belum dapat
dilaksanakan mengingat adanya konsekuensi pembiayaan
dan
lingkungan masyarakat yang berbeda-beda.
Dalam

23

pada
itu,
dilaksanakan

perluasan taman
kanak-kanak
perlu
oleh masyarakat sebagai suatu gerakan

nasional.

Perbedaan lingkungan masyarakat di daerah

perkotaan

dengan di daerah pedesaan, juga perbedaan tingkat sosial-

ekonomi masyarakat di daerah perkotaan yang relatif tajam
merupakan

hambatan

yang

sangat

berarti

bagi

upaya

penyebar luasan TK di Indonesia, sehingga pada gilirannya

jumlah

anak

didik

dibandingkan
kesenjangan

di

dengan
jumlah

TK masih
jumlah

TK

dan

relatif

anak

kecil

usia

anak

didik

4-5
TK

jika
tahun,

di

daerah

pedesaan dengan perkotaan ( Ima Halimah Damanik, 1982
kesenjangan

perkotaan

jumlah

TK

dan

anak

didik

TK

di

dengan latar belakang sosial-ekonomi

),

daerah

keluarga

yang berbeda ( Sardja, 1981; Soedjarno, 1988 ).
Upaya

kesempatan
konsekuensi

pemerataan pendidikan,

khususnya

untuk memperoleh pendidikan di
dalam

bidang

pembiayaan,

pemerataan

TK mempunyai

ketenagaan

peralatan, sehingga diperlukan pemahaman terlebih

tentang

kesenjangan antara apa yang

semestinya

dan
dahulu

dicapai

{what shoulkd be) dengan apa yang telah dicapai {what has
been), dalam konteks inilah diperlukan perencanaan.
Pengertian

perencanaan

dalam

"suatu proses

penelitian

diartikan

sebagai

pembuatan

kebijakan

untuk mengendalikan masa depan

sedangkan

serangkaian

sesuai

yang telah ditentukan" (Mohammad Fakry Gaffar,

yang dimaksudkan dengan kebijakan

ini

dengan

1987:14),

sebagaimana

dirumuskan Hand Coorporation adalah "alternatif tindakan"

(Mimbar Pendidikan No. 3 Tahun IX Oktober 1990:15).
Dengan demikian, makna perencanaan dalam
ini

merupakan

pendidikan

suatu

TK

1987/1988

kegiatan

dalam

melihat

di Kotamadya DT II Bandung

-

1991/1992,

memproyeksikannya

keadaan

selama

tahun

menganalisisnya

1996/1997,

menarik kesimpulan dan merumuskan serangkaian

alternatif

dalam

tahun

rangka

1992/1993

dan

-

tindakan

untuk

penelitian

pemerataan

kesempatan

untuk

memperoleh pendidikan di TK bagi anak-anak usia 4-5 tahun

di

Kotamadya

DT

II

Bandung,

sehingga

untuk

tahun

1992/1993 - 1996/1997 permintaan akan TK dapat dipenuhi.
Jadi, perencanaan yang dimaksudkan dalam

ini

tidak

proyek

sampai

kepada tahap

yang merupakan komponen

perumusan

penelitian

program

operasional

dan

perencanaan

pendidikan.

Pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan di
TK

pada dasarnya berhubungan dengan penyebar

supaya

seluruh

latar

belakang

mengenyam

program

kebijakan

penyebaran
kegiatan

pendidikan,

Tahun

kemampuan

ekonomi

pendidikan di TK, hal ini

serangkaian

aspek

anak usia 4-5 tahun

hal

atau

anak

tanpa

menuntut

belajar, dana,

tenaga
sarana

ini sesuai dengan isi ,PP

TK

membedakan

keluarganya

alternatif

didik,

luasan

dapat

pembuatan

tindakan

dalam

kependidikan,
dan
RI

prasarana
Nomor

1990 Tentang Pendidikan Prasekolah, Pasal 8,

27

Ayat

25

(1) yang menyatakan

:

Syarat
pendirian Taman Kanak-kanak
yang didirikan
oleh Pemerintah atau masyarakat harus memenuhi :
a. adanya sejumlah anak didik;
b. tenaga kependidikan;
c. program kegiatan belajar;
d. dana, sarana dan prasarana pendidikan.

Penelitian ini memfokuskan pada beberapa aspek
yang

dipandang

esensial

bagi

keberhasilan

saja

pemerataan

kesempatan untuk memperoleh pendidikan di TK yakni
penerimaan

anak didik,

guru,

dan kursi untuk anak didik.

aspek

gedung/ ruang kelas,

Aspek-aspek tersebut

meja

dipilih

berdasarkan hasil studi pendahuluan penulis pada beberapa
TK

dan

wawancara

berpengalaman

dengan

dalam

beberapa

pengelola

mengelola TK sejak

TK

awal

yang

rintisan

pendirian TK sampai TK yang bersangkutan menjadi TK

relatif
anak

maju,

didik,

menunjukan bahwa
guru,

keberadaan

gedung/ ruang kelas,

meja

yang

aspek-aspek
dan

kursi

untuk anak didik merupakan modal dasar yang esensial bagi

kehidupan
suatu

suatu TK, terutama pada saat

berdirinya

TK.

Berdasarkan analisis di atas,

maka penelitian/ studi

selanjutnya

diarahkan kepada penemuan

pertanyaan

umum

permintaan

rangkaian
aparatur

atau

awal

akan

berikut

TK

kebijakan
Kantor

di

apa

ini

:

Kotamadya

saja

jawaban

terhadap

Bagaimana

keadaan

DT

yang

II

Bandung

seyogyanya

Depdikbud Kotamadya DT II

bersama-sama pihak yang terkait dengan

dan

dibuat

Bandung

dan

pengelolaan

26

TK dalam rangka mempercepat proses pemerataan

untuk

mengikuti

pendidikan

di TK bagi

kesempatan

anak

usia

4-5

tahun.

Pertanyaan umum di atas merupakan masalah pokok yang
memberikan arahan kepada seluruh kegiatan penelitian

yang lebih lanjut dijabarkan menjadi judul tesis
ini

: Permintaan akan taman kanak-kanak dan

terhadap

perencanaan

pemerataan

ini

berikut

implikasinya

untuk

memperoleh

pendidikan di taman kanak-kanak.

Menganalisis

aspek-aspek

yang

dibutuhkan

rangka pemerataan kesempatan untuk memperoleh
di

TK

pada

penelitian

suatu

ini

rentang

untuk

waktu

tahun

pendidikan

tertentu

1992/1993

-

(

tahun 1987/1988 - 1991/1992

dalam

laporan

kebutuhan
demikian

untuk
pada

menambahkan
keadaan

sub

tahun

penelitian
tahun
judul

ini

atas

judul berikut ini :
1987/1988

-

memahami

proyeksi
Dengan

perlu

{Studi

1991/1992

permintaan

keadaan

1996/1997.

dipandang

kebutuhan untuk tahun 1992/1993 -

Untuk

-

)

dideskripsikan

mendahului

1992/1993
di

yang

dalam

1996/1997

membutuhkan dukungan data dasar berkenaan dengan
selama

dalam

dan

untuk

deskriptif
analisis

1996/1997).

akan

TK

beserta

implikasinya pada perencanaan pemerataan kesempatan untuk
memperoleh
mencakup

pendidikan di TK memerlukan data
berbagai

aspek tentang keadaan

TK

dasar

yang

dan

aspek

lainnya yang berada di luar TK ( dunia pendidikan ), baik

27

data

kuantitatif

maupun kualitatif. (

Mohammmad

Fakry

Gaffar, 1987; Jansen, 1974; dan Brolin, 1972 ).
Betapa kompleksnya data dasar yang diperlukan

dalam

perencanaan pendidikan, tetapi dalam penelitian ini

data

dasar yang dihimpun dan diungkapkan sebatas ruang lingkup
masalah yang telah dirumuskan dalam masalah pokok di atas

dan

pertanyaan-pertanyaan

operasional

penelitian

sebagaimana akan dipaparkan lebih lanjut.

Mengacu kepada masalah pokok sebagaimana

dalam

pertanyaan umum di atas, lebih

kedalam
berikut

pertanyaan-pertanyaan
ini

operasional

dijabarkan
penelitian

:

1. Bagaimana
wilayah

lanjut

dirumuskan

gambaran
di

keadaan permintaan

Kotamadya

DT

II

Bandung

akan

TK

selama

per
tahun

1987/1988 - 1991/1992?
Untuk

mengkaji

masalah

ini

pertanyaan-pertanyaan berikut ini

a. Bagaimana
kurun

dirinci

kedalam

:

keadaan laju pertumbuhan penduduk

waktu

di

atas,

khususnya

dalam

keadaan

laju

pertumbuhan penduduk yang berusia 4-5 tahun?

b. Bagaimana

keadaan

angka

partisipasi

murni

pendidikan di TK ( persentase jumlah anak didik

TK

terhadap

tahun

di

jumlah penduduk kelompok umur 4 - 5

) dalam kurun waktu di atas?

c. Profil TK bagaimana yang diminati masyarakat
kurun waktu di atas?

dalam

28

2. Bagaimana
wilayah

proyeksi

di

keadaan permintaan

Kotamadya

DT

II

Bandung

akan

TK

untuk

per
tahun

1992/1993 - 1996/1997?
Untuk

mengkaji

masalah

pertanyaan-pertanyaan berikut

a. Bagaimana

ini
ini

dirinci

:

proyeksi keadaan jumlah

kurun waktu di atas,

kedalam

penduduk

dalam

khususnya jumlah penduduk yang

berusia 4 - 5 tahun?

b. Bagaimana

proyeksi jumlah anak didik di

TK

dalam

diperkirakan

akan

kurun waktu di atas?

c. Profil

TK

bagaimana

yang

diminati masyarakat dalam kurun waktu di atas?

3. Bagaimana gambaran keadaan TK per wilayah di Kotamadya
DT II Bandung selama tahun 1987/1988 - 1991/1992?
Untuk

mengkaji

masalah

pertanyaan-pertanyaan berikut

a. Bagaimana

keadaan

ini
ini

penyebaran

dirinci

kedalam

:

jumlah

anak

didik

TK dalam kurun waktu di atas?

b. Bagaimana

keadaan

guru TK dalam

kurun

waktu

di

keadaan

gedung/ ruang

kelas

TK

dalam

keadaan meja dan kursi untuk anak

didik

atas?

c. Bagaimana

kurun waktu di atas?

d. Bagaimana

TK dalam kurun waktu di atas?

4. Dari gambaran dan proyeksi yang diperjoleh
pertanyaan-pertanyaan

penelitian di

atas,

berdasarkan
implikasi

29

apakah

yang dapat diangkat dalam

rangka

perencanaan

pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan pada
TK

di Kotamadya DT II Bandung,

khususnya untuk

kurun

waktu 1992/1993 - 1996/1997?
Implikasi

yang

berupa pembuatan

seyogyanya

Kotamadya

dibuat

alternatif

aparatur

DT II Bandung dan atau

tindakan

Kantor

Depdikbud

bersama-sama

pihak

yang terkait dalam pengelolaan TK.

Alternatif tindakan ditujukan untuk mengendalikan
tidak

untuk

kurun waktu di atas ), sehingga perkembangan TK

tidak

lepas

dapat

perkembangan

di masa depan ( paling

TK

kendali,

dicapai

pada

pemerataan

gilirannya
kesempatan

diharapkan
untuk

pendidikan

di

membedakan

latar belakang tingkat

memperoleh

TK bagi anak usia 4 - 5

tahun

tanpa

kemampuan

ekonomi

keluarganya.

Dalam

bagian

menjelaskan
lanjut

sebagai

dalam

TK

dipandang

profil TK

sebagai

penelitian

gambaran

kuantitatif

sebuah

arti

inipun

tentang

ini.

suatu

perlu

untuk

pegangan

Profil

TK

TK,

baik

diartikan

bersifat

maupun kualitatif, baik gambaran

tentang

itu

dapat

menyangkut persamaan maupun perbedaan antar TK,

dapat

bersifat

suatu

totalitas.

maupun sekelompok TK. Gambaran

lebih

menyeluruh

atau hanya sebagian

dari

30

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian

Sesuai

dengan

penelitian,

maka

rumusan

penelitian

dan

pertanyaan

ini

ditetapkan

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk

memperoleh

sebagai berikut

tujuan

masalah

:

a. Tujuan Umum

temuan

berkenaan

dengan keadaan

permintaan

akan

layanan pendidikan pada jenjang pendidikan TK, baik

dalam jumlah maupun profil TK yang dikaitkan dengan
perencanaan pemerataan kesempatan untuk

memperoleh

pendidikan di TK.

b.

Tujuan Khusus

1). Memperoleh deskripsi

TK

per

wilayah

keadaan permintaaan

di Kotamadya

DT

II

akan

Bandung

selama tahun 1987/1988 - 1991/1992, meliputi :
a). Laju pertumbuhan penduduk yang berusia 4
5

tahun.

b). Angka partisipasi murni pendidikan di TK.

c). Profil TK yang diminati masyarakat.
2). Memperoleh proyeksi keadaan